You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Meningkatnya jumlah populasi manusia sangat mempengaruhi


perkembangan kegiatan ekonomi dan laju pergerakan transportasi.
dimana populasi yang padat juga sangat berpengaruh besar pada
pertumbuhan pemukiman dan lalu lintas yang semakin padat. Dampak
dari meningkatnya jumlah populasi manusia adalah perkembangan dan
produksi alat transportasi yang semakin meningkat saat ini dikarenakan
permintaan konsumen dipasar global dan lokal.

Menurut Liody Wright, transportasi adalah hal unik karena ia satu-


satunya sektor pembangunan yang menjadi memburuk di saat
pendapatan meningkat di saat sanitasi, kesehatan, pendidikan, dan
ketersediaan pekerjaan cenderung meningkat melalui
perkembangannya perekonomian, kepadatan lalullintas (transportasi)
justru memburuk.

Berdasarkan hasil riset lembaga nasional Inrix Global Traffic


Scorecard 2022, Yogya menjadi kota keempat termacet diindonesia
setelah Jakarta, Bandung, dan Malang. Dimana jumlah kendaraan di
Yogya naik 150 ribu unit pertahun dan naik secara exponansial dari
tahun ke tahun, ini yang menyebabkan kemacetan umum bagi warga
Yogya terutama di simpang 4 jombor yang sering mengalami kemacetan.

Kemacetan sering terjadi pada persimpangan ini karena volume


kendaraan yang padat baik kearah Yogyakarta maupun keluar kota.
Simpang 4 jombor merupakan simpang 4 bersinyal yang memiliki
kepadatan lalulintas tinggi pada jam pucak, karena merupakan salah
satu aksesibilitas luar kota menuju daerah Magelang, Ambarawa,
Salatiga, dan Semarang.

Bisa kita simpulkan bahwa perlunya tata kelola lalulintas yang baik
sehingga dapat mengurangi kepadatan kendaraan. Salah satunya
dengan pembangunan Flyover di persimpangan strategis, seperti pada
daerah Provinsi Yogyakarta yang saat ini sudah dibangunnya Flyover
Jombor. Pembangunan Flyover untuk mempercepat waktu tempuh dan
mengatasi masalah kemacetan, mengurangi beban kendaraan pada
jalan utama, dan mendukung kelancaran lalulintas yang terjadi pada
simpang 4 jombor.

Flyover jombor dibuat dengan panjang total 1.125 meter, dan lebar 7
meter. Dengan rincian , dari arah Jl. Solo (timur ke barat) sepanjang 675
meter, kemudian dibuat jalan ke arah Magelang sepanjang 450 meter.
Selain itu juga dibangun underpass sepanjang 446,5 meter.

Jembatan Layang Jombor merupakan proyek jembatan dengan jenis


jembatan Box Girder Beton yang dipegang oleh Badan Perencanaan &
Pembangunan Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta (BAPPEDA DIY)
yang bekerja sama dengan Bina Marga, Proyek dimulai pada tahun 2010
sampai selesai pada tahun 2014 dan diresmikan pada tahun 2014.
(bappeda.jogjaprov.go.id).

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penyusun


merumuskan masalah untuk dikaji lebih rinci. Adapun beberapa
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini di antaranya :
1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat sebelum dan sesudah
adanya Flyover Jombor?

2. Bagaimana kinerja jalan di simpang 4 Jombor sebelum dan sesudah


pembangunan Flyover?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian dari penelitian ini sebagai berikut.

1. menganalisis kinerja jalan di Flyover dan pergerakan lalu lintas

2. untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitaran


Flyover.

4. Batasan Masalah

Berikut adalah beberapa batasan masalah dalam penelitian ini.

1. Analisis kelayakan dari sisi teknis yaitu kinerja persimpangan sebelum


dan sesudah pembangunan Flyover

2. Analisis karakteristik jalan

3. Tidak membahas Underpass

4. Penentuan kinerja lalu lintas berdasarkan parameter arus lalu lintas.

5. Mamfaat Penelitian

Mamfaat dari penelitian ini sebagai berikut .


1. Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang kelayakan dan
fungsi dari suatu proyek pembangunan khususnya jalan layang
(Flyover)

2. Sebagai referensi kepada pihak terkait khususnya pemerintah daerah


dan pusat sebagai penilaian suatu proyek

3. Menjadi informasi tambahan bagi pelajar, mengenai seputaran Flyover


dan sistem kinerja lalu lintas.

6. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Fly over Jombor, Yogyakarta seperti terlihat
pada gambar 1.1 berikut.

Gambar 1.1 Lokasi Penelitian


Sumber : dspace.uii.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum

Keberadaan infrastruktur yang memadai sangat diperlukan untuk


menunjang kegiatan masyarakat. Daerah yang memiliki infrastruktur
yang baik maka kegiatan ekonomi yang ada di daerah tersebut akan
tumbuh dan kegiatan sosial masyarakat akan berjalan dengan baik
sehingga kesejahteraan masyarakat pun akan meningkat. Salah satu
infrastruktur penunjang yang penting adalah jalan.

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian


jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di
atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan air, serta di atas
permukaan air. kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel
(id.wikipedia.org).

Pembangunan jalan akan mendorong perkembangan ekonomi suatu


wilayah dan perkembangan ekonomi suatu wilayah pula akan
mendorong perkembangan sosial masyarakat di wilayah tersebut.
Namun, tak jarang pembangunan suatu infrastruktur jalan mendapat
tantang tersendiri dimana dari tahun ke-tahun jumlah kendaraan makin
meningkat yang dimana ruas jalan yang sudah tidak mampu lagi
menampung volume kendaraan yang selalu bertambah, yang
mengakibatkan terjadinya kemacetan.

Semakin meningkat kemacetan apabila arus begitu besarnya


sehingga kendaraan sangat berdekatan satu sama lain. Kemacetan total
terjadi apabila kendaraan harus berhenti atau bergerak lambat.
Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas
jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang
mengakibatkan kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau
melebihi 0 kmjam sehingga menyebabkan terjadinya antrian. Pada saat
terjadinya kemacetan, nilai derajat kejenuhan pada ruas jalan akan
ditinjau dimana kemacetan akan terjadi bila nilai derajat kejenuhan
mencapai lebih dari 0,5.

Sudradjat, Tony Sumartono, Asropi 2011 dalam jurnalnya


menyebutkan bahwa kemacetan lalu lintas biasanya meningkat sesuai
dengan meningkatnya mobilitas manusia pengguna transportasi,
terutama pada saat-saat sibuk. Kemacetan terjadi karena berbagai
sebab diantaranya disebabkan oleh kelemahan sistem pengaturan lampu
lalu lintas, banyaknya persimpangan jalan, banyaknya kendaraan yang
turun ke jalan, musim, kondisi jalan, dan lain-lain.

Berbagai usaha untuk menanggulangi kemacetan lalu lintas yang


dilakukan adalah dengan penambahan sarana jalan, pembangunan jalan
tol, jalan layang, terowongan, sistem pengaturan lampu ATCS Area
Traffic Control System, dan lain-lain.

Ibu kota Daerah Istimewa Yogyakarta adalah pusat dari pemerintahan


dan perekonomian dari provinsi DIY itu sendiri. provinsi yang saat ini
sedang merencanakan dan telah membangun berbagai pembangunan
infrastruktur-infrastruktur pendukung lalulintas Salah satu contoh
infrastruktur yang dibuat pemerintah DIY, adalah pembangunan jembatan
layang (Flyover) untuk mempermudah dan mengatasi masalah lalu
lintas.
Gambar 1.2 Gambaran Flyover dari atas

Sumber : Liburdulu.com

Flyover umumnya disebut jembatan layang yaitu jalan yang dibangun


tidak sebidang, melayang, menghindari daerah/kawasan yang rawan
kemacetan lalu lintas, melewati persimpangan jalan yang membuat jalan
lancar, jalan layang juga merupakan perlengkapan jalan bebas hambatan
untuk mengatasi hambatan yang biasa terjadi seperti pertemuan
kedaraan dipersimpangan yang sangat rentan terjadi konflik, melalui
kawasan yang memiliki perairan dan daerah yang kumuh, dan kawasan
persimpangan jalan dengan rel kereta api.

Jembatan layang sangat penting dan wajib dibangun oleh pemerintah


apabila melihat peningkatan jumlah kendaraan yang dari tahun ke tahun
makin naik dari jumlah pejalan kaki di suatu daerah dan mengakibatkan
kemacetan.

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004, jalan sebagai bagian


prasarana transportasi yang mempunyai peranan penting dalam bidang
ekonomi, sosial, budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan, dan
keamanan, serta dipergunakan untuk kemakmuran rakyat.

Flyover dibangun untuk memperlancar lalu lintas pada daerah yang


telah berkembang serta meningkatkan pelayanan distribusi barang dan
jasa dengan harapan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Dalam
pembangunannya hal positif yang didapat ialah menyelesaikan
permasalahan aksebilitas dan mobilitas, guna peningkatan kinerja lalu
lintas, disebabkan oleh peningkatan kecepatan lalu lintas pada jembatan
layang karena jumlah akses jalan layang terbatas, yang menyebabkan
konflik merging dan konflik diverging berkurang pada ramp masuk
ataupun keluar, kelancaraan ini dapat membuat emisi gas buang dari
kendaraan mengalami penurunan. Karena emesi gas buang pada
kendaraan dengan kecepatan rendah lebih tinggi dibandingkan dengan
kendaraan dengan kecepatan tinggi.

Pengaruh negatif dari pembangunan Flyover yaitu dapat menimbulkan


kawasan yang padat apabila sekitaran Flyover tidak diberlakukan
peraturan tegas bagi penjual kaki lima atau penguhuni liar yang tidak ada
izin untuk mangkal dan tinggal disekitaran Flyover, menjadi tempat aksi
vandalisme yanng kerap terjadi di kolong-kolong Flyover yang dilakukan
oleh orang-orang tak bertangung jawab, dan menjadi tempat parkir ileh
penggendara roda dua untuk berteduh ketika hujan turun, yang
menyebabkan kemacetan lalulintas terjadi.

Pembangunan Flyover bertujuan membantu menjawab isu-isu


permasalahan pokok pembangunan dalam hal ini yaitu sarana/prasarana
perhubungan kota, dan sebagai prasarana penunjang untuk kelancaran
roda pemerintahan, diharapkan dapat meningkatnya pembangunan di
daerah-dearah.

Flyover yang dibangun bertujuan juga untuk melancarkan


perekonomian warga daerah sekitar dan sebagai akses penghubung ke
daerah lain.

B. Unsur-Unsur Struktur Atas Flyover

Secara umum struktur atas pada Flyover secara umum memiliki


beberapa bagian, diantaranya sebagai berikut.

a. Dinding Pagar Tepi, sebagai pengaman jika terjadi kecelakan lalu


lintas agar menghindari kendaraan atau pejalan kaki terjatuh ke
bawah.

b. Trotoar, adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan
dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin
keamanan pejalan kaki yang bersangkutan.

c. Slab, lempengan yang berfungsi untuk menyangga beban menuju


rangka pendukung vertikal dalam struktur bangunan.

d. Box Girder, adalah jenis penyangga yang digunakan sebagai struktur


dalam konstruksi, umumnya dibuat dari baja. Jenis penyangga ini
menggunakan satu atau lebih sel tertutup di dalam balok untuk
membuat struktur lebih menyatu. Konstruksi jembatan seringkali
memerlukan penggunaan gelagar kotak, seperti halnya struktur lain
seperti bangunan.

Bentuk box girder sendiri umumnya sangat besar. Lebarnya bisa


mencapai lebar jalan 2 sampai 4 lajur, tergantung kebutuhan
transportasi di atasnya. Sedangkan tingginya bisa mencapai 2 hingga
4 meter. Umumnya penampangnya berbentuk box dan trapezoid
berongga. Namun bentuk trapezoid lebih banyak dipilih karena
efisiensi tinggi.

Jembatan terkadang dibangun menggunakan penyangga ini dalam


strukturnya mengingat skalanya cukup besar dan bentangannya juga
luas. Jembatan yang melengkung banyak memanfaatkannya karena
kemampuannya dalam menahan torsi. Selain itu, bentuknya tidak
selalu persegi panjang, akan tetapi bisa disesuaikan dengan desain
khusus strukturnya.

e. Diafragma, Diafragma merupakan elemen struktural pada jembatan


gelagar prategang yang berfungsi sebagai pengaku antar balok.

f. Deck slab, adalah sebuah elemen struktur horizontal yang mempunyai


fungsi untuk menyalurkan beban mati dan beban hidup menuju rangka
pendukung vertikal dari suatu sistem struktur. Elemen-elemen
horizontal tersebut dapat dibuat bekerja dalam satu arah ataupun
bekerja dua arah yang saling tegak lurus.

C. Studi Kelayakan

Menurut Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun


2017 disimpulkan bahwa studi kelayakan adalah kegiatan menganalisa,
mengkaji, dan meneliti berbagai aspek tertentu suatu gagasan usaha
atau proyek yang akan dilaksanankan atau telah dilaksankan, sehingga
memberi gambaran layak atau tidak layak suatu gagasan usaha proyek
apabila ditinjau dari mamfaat yang dihasilkan dari proyek atau gagasan
usaha tersebut baik dari sudut financial benefit maupun social benefit.
Dalam penelitian ini penulis melakukan studi kelayakan dari segi aspek
teknis dan ekonomi.

D. Karakteristik Jalan

Karakteristik utama jalan yang mempengaruhi kapasitas dan kinerja


jalan ada lima yaitu geometrik jalan, komposisi arus lalu lintas dan
pemisah arah, pengaturan lalu lintas, aktivitas samping jalan dan perilaku
pengemudi.

1. Geometrik Jalan
Geometrik jalan yang mempengaruhi terhadap kapasitas dan kinerja
jalan yaitu jalan yang menentukan perbedaan pembebanan lalu lintas,
lebar jalur lalu lintas yang dapat mempengaruhi nilai kecepatan arus
bebas dan kapasitas, kareb dan bahu jalan yang berdampak pada
hambatan samping di sisi jalan, media yang mempengaruhi pada arah
pergerakan lalu lintas dan nilai alinemen jalan tertentu yang didapat
menurunkan kecepatan arus bebas, kendati begitu alinemen jalan yang
terdapat di jalan perotaan dianggap bertopografi datar maka pengaruh
alinemen jalan ini diabaikan.

2. Komposisi lalu lintas


Komposisi lalu lintas merupakan niali arus lalu lintas mencerminkan
komposisi (unsur) lalu lintas dengan menyatakan arus dalam satuan
kendaraan ringan per jam (PKJI 2014). Semua arus lalu lintas (per arah
dan total) diubah menjadi satuan kendaraan ringan per jam dengan
menggunakan ekivalen kendaraan ringan (ekr) yang diturunkan secara
empiris untuk tipe kendaraan yang dikategorikan.
Jika arus dan kapasitas dinyatakan dalam satuan kendaraan ringan
(skr), maka kecepatan kendaraan ringan dan kapasitas (skr/jam) tidak
dipengaruhi oleh komposisi arus lalu lintas.

3. Aktivitas samping jalan


Kinerja arus lalu lintas di daerah komersial menjadi berkurang, karena
disebabkan oleh berbagai faktor yang terjadi pada sisi jalan. Salah satu
faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah aktifitas pada sisi jalan
atau hambatan samping berupa kendaraan keluar masuk, penyebrang
jalan dan kendaraan lambat.
4. Tingkat Pelayanan (Level of Service)
Tingkat pelayanan (Level of Service) merupakan tingkat kualitas arus
lalu lintas yang sesungguhnya terjadi. Tingkat ini dinilai oleh pengemudi
atau penumpang berdasarkan tingkat kemudahan dena kenyamanan
pengemudi didasarkan kebebasan memilih kecepatan dan kebebasan
bergerak (manuver).
Enam tingkat pelayanan dibatasi untuk setiap tipe dari fasilitas lalu
lintas yang akan digunakan dalam prosedur analisis yang disimbolkan
dengan huruf A sampai dengan F, dimana tingkat pelayanan A
menunjukkan yang terbaik dan tingkat pelayanan F menunjukkan tingkat
pelayanan teburuk. Tingkat pelayanan pada persimpangan berhubungan
dengan kondisi tundaan.
Menurut peraturan Menteri perhubungan No.96 Tahun 2015 tentang
tingkat pelayanan pada perimpangan, diklasifikasikan sebagai berikut.

1. Tingkat pelayanan A, dengan kondisi tundaan kurang dari 5 detik


sampai 15 detik per kendaraan

2. Tingkat pelayanan B, dengan kondisi tundaan lebih dari 5 detik


sampai 15 detik per kendaraan

3. Tingkat pelayanan C, dengan kondisi tundaan antara lebih dari 15


detik sampai 25 detik per kendaraan

4. Tingkat pelayanan D, dengan kondisi tundaan lebih dari 25 detik


sampai 40 detik per kendaraan

5. Tingkat pelayanan E, dengan kondisi tundaan lebih dari 40 detik


sampai 60 detik per kendaraan
6. Tingkat pelayanan F, dengan kondisi tundaan lebih dari 60 detik per
kendaraan.

E. Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

LHR adalah volume lalu lintas rata-rata harian yang ditetapkan


dari survey perhitungan lalu lintas selama beberapa hari dibagi jumlah
harinya tersebut, dinyatakan dalam skr/hari (PKJI, 2014). Dalam hal ini
satuan dari LHR berubah dari sebelumnya yang mengacu pada MKJI
Tahun 1997 yaitu skr/jam (satuan mobil penumpang per jam) menjadi
skr/hari (satuan kendaraan ringan per hari). Data LHR diambil pada jam-
jam tertentu yang disurvey, misalnya pada jam sibuk pagi dan jam sibuk
sore. Data LHR ini dipakai sebagai evaluasi ataupun perencanaan untuk
desain lalu lintas.

Untuk memproyeksikan lalu lintas harian rata-rata pada tahun


yang ditinjau digunakan persamaan 3.13 sebagai berikut.

LHRn = LHRo (1+i)n

Keterangan:

LHRn : Lalu lintas harian rata-rata tahun yang ditinjau

LHRo : Lalu lintas harian rata-rata pada saat sekarang

i : Angka pertumbuhan lalu lintas (%)

n : Jangka waktu tinjauan (tahun)

F. Lalu Lintas
Karakteristik volume arus lalu lintas didefinisikan jumlah kendaraan
yang melewati satu titik pada jalur gerak untuk satu satuan waktu, dan
arena itu biasanya diukur dengan unit satuan kendaraan per satuan
waktu. Volume dapat diekspresikan dengan persamaan berikut :
q kendaraan = n/T...............................................................................
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder, dimana data sekunder
adalah jenis data yang dikumpulkan melalui sumber primer oleh
penelitian sebelumnya dan tersedia bagi peneliti untuk digunakan
pada penelitiannya sendiri. untuk menganalisis kinerja lalulintas pada
flyover maka digunakan data sekunder dimana data-data akan diambil
dari berbagai jurnal dan website yang berakaitan.
Menurut Arikunto (2013), Data sekunder adalah data yang diperoleh
dari dokumen dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS, dan
lain-lain), foto-foto, film, rekaman video, benda-benda dan lain-lain
yang dapat memperkaya data primer dapat memperkaya data primer.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian mengambil salah satu Flyover di DIY, yaitu


Flyover Jombor yang berada tepat didaerah Jombor yang dibawah
flyover juga terdapat Underpass, tepatnya dikawasan Jalan Magelang
Mlati Sleman Yogyakarta, kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.

C. Fokus Penelitian

Identifikasi masalah adalah satu proses penellitian yang boleh


dikatakan paling penting diantara proses lain. Masalah penelitian akan
menentukan kualitas dari penelitian, bahkan juga menentukan apakah
sebuah kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak. Masalah penelitian
secara umum bisa temukan lewat studi literatur, lewat pengamatan
lapangan, atau dari hasil wawancara. Pada penelitian ini masalah yang
akan diidentifikasi yaitu bagaimana kinerja jalan dan perekonomian
warga sebelum dan sesudah pembangunan Flyover Jombor, pada
simpang 4 jombor.

D. Metode Analisis
Metode analisis simpang yang dikembangkan adalah dengan
mendasarkan diri pada maksud dan tujuan dari penelitian ini. Konsep
dasar pemikiran dalam mengembangkan metode analisis ini adalah
sebagai berikut.

a. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan penelitian


evaluasi kinerja disimpang bundaran Jombor ini adalah persiapan
kerja, terutama dalam memperoleh data, baik yang dilakukan dengan
cara survei lapangan maupun data kepustakaan.
b. Data primer dilakukan dalam rangka mengindentifikasi kondisi fisik
geometrik simpang bundaran Jombor, kondisi pergerakan arus lalu
lintas dan kondisi hambatan serta pejalan kaki pada simpang
bundaran tersebut. Sedangkan data sekunder berisi tentang data
jumlah penduduk dari instansi terkait.
c. Pengembangan analisis dilakukan dengan melaksanakan analisa laju
pertumbuhan perekonomian daerah.

E. Tahapan Pelakasanaan Penelitian

Berdasarkan pada ruang lingkup dari penelitian, maka disusun suatu


metode penelitian deskriptif sehingga dapat mencapai maksud dan tujuan
penelitian. Menurut Ali (2015), metode deskriptif merupakan salah satu dari
jenis-jenis metode penelitian yang dimana penelitian deskriptif bertujuan
untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala
yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-
praktek yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi dan
menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah
yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana
dan keputusan pada waktu yang akan datang.
Untuk memenuhi target waktu yang diisyaratkan maka kegiatan dalam
penelitian ini secara umum dapat dijelaskan ke dalam tahapan pelaksanaan
penelitian yang terdiri dari tahap persiapan, tahap pengumpulan data, tahap
analisis, dan tahap finalisasi.

F. Tahapan Persiapan

Tahapan ini ditujukan untuk menyelesaikan masalah administrasi dan


menyiapkan pelaksanaan penelitian sebagai berikut.

1. Pemantapan metode penelitian, menetapkan metode dan analisis


yang akan digunakan dalam studi ini karena akan mempengaruhi kebutuhan
data, penyediaan waktu analisis, dan kualitas hasil penelitian secara
keseluruhan.

2. Studi literatur, untuk memaksimalkan kemungkinan penggunaan data


dan model yang pernah dikembangkan dilokasi penelitian untuk memperkaya
bahasan dari penelitian yang dilakukan.

G. Tahap Pengumpulan Data

Pelaksanaan ditujukan untuk memperoleh data sekunder yang


dibutuhkan dalam kegiatan analisis dalam penelitian ini. Pada tahapan ini
dilakukan pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari sumber yang
terkait.

1. Kebutuhan data

Kebutuhan data sekunder menurut penghimpunan teori-teori, ketetapan


ataupun peraturan-peraturan yang menunjang dalam penelitian ini. yaitu data
kondisi lalu lintas, volume lalu lintas, serta pengukuran data geometrik
Flyover.

3. Metode pengumpulan data

Survei sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data dari instansi


terkait untuk meminta sejumlah dokumentasi data dari institusi atau bagian
yang bertanggungjawab dalam hal pengelolaan sistem transportasi dan
sejumlah instansi lain yang dapat menyediakan data yang berkaitan dengan
pelaksanaan penelitian. Akurasi dari data sekunder yang ada kadang-
kadang masih belum meyakinkan dan belum dapat menggambarkan kondisi
yang ada saat ini.

H. Tahap Analisis
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

You might also like