You are on page 1of 13

MAKALAH

ASPEK HUKUM DALAM

PEMBANGUNAN KONTRUKSI

Dosen Pemgampu : Yulieanty Sarah Mapaliey, ST., MT

Nama Kelompok :
1. CAROLUS BOROMEUS DITA (220213059)
2. ANGELYNA MELYNDA (220213077)

Kelas : F

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TORAJA

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-nya,
serta nikmat sehatnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah “ASPEK HUKUM
DALAM PEMBANGUNAN KONTRUKSI” ini dengan baik dan tepat waktu, guna
memenuhi tugas ASPEK HUKUM PEMBANGUNAN

Dalam penyusunan tugas ini tentunya hambatan selalu mengiring namun atas
bantuan, dorongan dan bimbingan dari orang tua, dosen pembimbing dan teman –
teman yang tidak dapat saya sebutkan satu per-satu akhirnya semua hambatan dalam
penyusunan tugas makalah ini dapat teratasi.

Makalah ini saya susun dengan tujuan sebagai informasi serta untuk menambah
wawasan. Semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi saya ataupun para pembaca
dan tidak lupa saya mohon maaf apabila dalam penyusunan tugas ini terdapat kesalahan
baik dalam kosa kata ataupun isi dari keselurahan tugas ini. Saya sebagai penulis sadar
bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat
saya harapkan demi kebaikan saya kedepannya.
DAFTAR ISI
BAB 1................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Tujuan......................................................................................................................4
1.3 Perumusan Masalah.................................................................................................4
BAB 2................................................................................................................................5
ISI MATERI......................................................................................................................5
2.1 Aspek Hukum Dalam Pembangunan Kontruksi......................................................5
2.2 Jasa Konstruksi Secara Umum................................................................................5
2.3 Perizinan Bagi Penyedia Jasa Konstruksi................................................................5
2.4 Pengikatan Suatu Pekerjaan Konstruksi..................................................................6
2.5 Kontrak Kerja Konstruksi........................................................................................6
2.6 Peran Masyarakat dan Jasa Konstruksi....................................................................7
2.7 Peran Pemerintah.....................................................................................................7
2.8 Gugatan Masyarakat................................................................................................8
2.9 Sanksi.......................................................................................................................8
BAB 3................................................................................................................................9
PENUTUP.........................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................9
3.2 Saran........................................................................................................................9
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses Kegiatan yang dilakukan oleh manusia bertolak pada salah satu prasarana
penunjang dalam hal komponen fisik bangunan untuk dapat mengerjakan serta
mengembangkan berbagai usahanya. Hingga saat ini kita dapat melihat bahwa
pembangunan disegala bidang sedang giat-giatnya dilaksanakan baik proyek fisik
berupa gedung, rumah, dsb maupun berupa nonfisik berupa fasilitas-fasilitas umum.
Dari pelaksanaan proyek tersebut banyak tujuan yang dapat dicapai, namun harus kita
akui juga, bahwa ada banyak proyek-proyek yang tidak berhasil bahkan gagal sama
sekali. Kegagalan suatu proyek dapat dilihat dengan adanya proyek-proyek yang
terlambat penyelesaiannya baik ditinjau dari segi waktu, biaya, dan mutu hasil
pengerjaan, atau dalam hal lain dikarenakan tidak berfungsinya suatu bangunan
sebagaimana awalnya perencanaannya (baik karena perubahan lingkungan, orang-orang
yang terlibat, dsb), dan juga buruknya bangunan yang rusak dalam waktu yang relatif
singkat (tidak mencapai umur rencana) setelah proyek selesai dikerjakan, hal ini
tentunya memberi dampak pada pemborosan dana pembangunan.

Proses pelaksanaan suatu proyek perlu melihat pada bagaimana suatu proyek
pembangunan tersebut dapat dikerjakan secara efektif dan efisien dalam pencapaian
suatu kebutuhan. Pengerjaan secara efektif dimaksudkan bahwa perlu adanya
pengaktifan semaksimal mungkin sumber daya yang ada (bahan, peralatan, material,
dan pekerja), dan efisien dimaksudkan untuk meminimalkan segala biaya yang
diperlukan untuk suatu proyek.

1.2 Tujuan
Makalah ini saya buat bertujuan untuk memenuhi tugas kuliah. Disamping itu
makalah ini saya buat untuk mengetahui lebih dalam lagi akan aspek hukum dalam
pembangunan konstruksi.
1.3 Perumusan Masalah
 Aspek hukum dalam pembangunan konstrusi
 Pengertian jasa konstruksi
 Aspek hukum yang sering terjadi secara luas
BAB 2

ISI

Bidang jasa kontruksi merupakan bidang yang utama dalam melaksanakan


pembangunan disetiap Negara. Jasa kontruksi adalah layanan jasa kontruksi
perencanaan pekerjaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan
konstruksi, dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi. Para pihak
dalam suatu pekerjaan konstruksi terdiri dari pengguna jasa dan penyedia jasa.
Pengguna jasa dan penyedia jasa dapat merupakan orang perseorangan atau badan usaha
baik yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan berbentuk badan hukum.
Penyedia jasa konstruksi yang merupakan perseorangan hanya dapat melaksanakan
pekerjaan konstruksi yang berisiko kecil, yang berteknologi sederhana, dan yang
berbiaya kecil.

Globalisasi perdagangan bebas telah mengkaitkan, bahwa setiap kegiatan yang


menjadi komoditi transaksi dalam perdagangan antar individu, antar regional dan antar
negara harus menggunakan standar mutu, baik standar mutu produk, standar sistem,
standar proses maupun standar keselamatan, standar kesehatan, standar keamanan,
standar lingkungan dan lain-lainnya. Yang harus diatur dan ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan nasional yang mengacu pada standar internasional yang ada.
Komoditi produk yang diperdagangkan harus mencapai standar mutu yang telah
disepakati bersama oleh semua pihak dan masyarakat dunia. Barang siapa yang tidak
mampu memenuhi standar mutu tersebut tidak akan mampu bersaing, bahkan tidak akan
dibeli orang.

Untuk mencapai mutu produk jasa konsultan yang mampu memuaskan


pelanggan, maka setiap badan usaha konsultan dituntut untuk memiliki kemampuan
kompetitif yang berdasarkan pada paradigma sebagai berikut

1. Pencapaian tingkat harapan pelanggan yang menyangkut kinerja (performance)


konsultan,
2. Peningkatan efisiensi dalam pesaingan (competitifness) diantara para konsultan,
3. Manajemen badan usaha konsultan yang harus bersifat progresif fleksibel,
4. Berorientasi pada kemampuan kompetisi (competitifness oriented), bukan profit
oriented.

2.1 Aspek Hukum Dalam Pembangunan Kontruksi


Jasa konstruksi mempunyai peranan penting dan strategis dalam pencapaian
berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya tujuan pembangunan nasional, di mana
pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang
merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Untuk itu, dirasakan perlu pengaturan secara rinci dan jelas mengenai jasa konstruksi,
yang kemudian dituangkan dalam di dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999
tentang Jasa Konstruksi (UU Jasa Konstruksi).

Beberapa aspek hukum yang sering menimbulkan dampak hukum yang cukup luas
antara lain:

 Penghentian sementara pekerjaan (suspension of work)


 Pengakhiran perjanjian/pemutusan kontrak
 Ganti rugi keterlambatan (liquidated damages)
 Penyelesaian perselisihan (settlement of dispute)
 Keadaan memaksa (force majeure)
 Hukum yang berlaku (governing law)
 Bahasa kontrak (contract language)

Pada pelaksanaan Jasa Konstruksi harus memperhatikan beberapa aspek hukum:

Keperdataan: menyangkut tentang sahnya suatu perjanjian yang berkaitan dengan


kontrak pekerjaan jasa konstruksi, yang memenuhi legalitas perusahaan, perizinan,
sertifikasi dan harus merupakan kelengkapan hukum para pihak dalam perjanjian.
Administrasi Negara: menyangkut tantanan administrasi yang harus dilakukan dalam
memenuhi proses pelaksanaan kontrak dan peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang konstruksi.

Ketenagakerjaan: menyangkut tentang aturan ketenagakerjaaan terhadap para pekerja


pelaksana jasa konstruksi.

Pidana: menyangkut tentang tidak adanya sesuatu unsur pekerjaan yang menyangkut
ranah pidana.

2.2 Jasa Konstruksi Secara Umum


Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan
konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi
pengawasan pekerjaan konstruksi. Para pihak dalam suatu pekerjaan konstruksi terdiri
dari pengguna jasa dan penyedia jasa. Pengguna jasa dan penyedia jasa dapat
merupakan orang perseorangan atau badan usaha baik yang berbentuk badan hukum
maupun yang bukan berbentuk badan hukum. Penyedia jasa konstruksi yang merupakan
perseorangan hanya dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi yang berisiko kecil, yang
berteknologi sederhana, dan yang berbiaya kecil. Sedangkan pekerjaan konstruksi yang
berisiko besar dan/atau yang berteknologi tinggi dan/atau yang berbiaya besar hanya
dapat dilakukan oleh badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas atau badan usaha
asing yang dipersamakan.

2.3 Perizinan Bagi Penyedia Jasa Konstruksi


Penyedia jasa konstruksi yang berbentuk badan usaha harus (i) memenuhi
ketentuan perizinan usaha di bidang jasa konstruksi dan (ii) memiliki sertifikat,
klasifikasi, dan kualifikasi perusahaan jasa konstruksi. Standar klasifikasi dan
kualifikasi keahlian kerja adalah pengakuan tingkat keahlian kerja setiap badan usaha
baik nasional maupun asing yang bekerja di bidang usaha jasa konstruksi. Pengakuan
tersebut diperoleh melalui ujian yang dilakukan oleh badan/lembaga yang bertugas
untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut. Proses untuk mendapatkan pengakuan
tersebut dilakukan melalui kegiatan registrasi, yang meliputi klasifikasi, kualifikasi, dan
sertifikasi. Dengan demikian, hanya badan usaha yang memiliki sertifikat tersebut yang
diizinkan untuk bekerja di bidang usaha jasa konstruksi.
Berkenaan dengan izin usaha jasa konstruksi, telah diatur lebih lanjut dalam Pasal 14
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa
Konstruksi (PP 28/2000) jo. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2010 tentang
Perubahan atas PP 28/2000 (PP 4/2010) dan Keputusan Menteri Permukiman dan
Prasarana Wilayah Nomor 369/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha
Jasa Konstruksi Nasional.

2.4 Pengikatan Suatu Pekerjaan Konstruksi


Pengikatan dalam hubungan kerja jasa konstruksi dilakukan berdasarkan prinsip
persaingan yang sehat melalui pemilihan penyedia jasa dengan cara pelelangan umum
atau terbatas, dan dalam keadaan tertentu, penetapan penyedia jasa dapat dilakukan
dengan cara pemilihan langsung atau penunjukkan langsung. Pemilihan penyedia jasa
harus mempertimbangkan kesesuaian bidang, keseimbangan antara kemampuan dan
beban kerja, serta kinerja penyedia jasa. Badan-badan usaha yang dimilki oleh satu atau
kelompok orang yang sama atau berada pada kepengurusan yang sama tidak boleh
mengikuti pelelangan untuk satu pekerjaan konstruksi secara bersamaan. Berkenaan
dengan tata cara pemilihan penyedia jasa ini, telah diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (PP
29/2000) jo. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010 tentang Perubahan atas PP
29/2000.

2.5 Kontrak Kerja Konstruksi


Pengaturan hubungan kerja konstruksi antara pengguna jasa dan penyedia jasa
harus dituangkan dalam kontrak kerja konstruksi. Suatu kontrak kerja konstruksi dibuat
dalam bahasa Indonesia dan dalam hal kontrak kerja konstruksi dengan pihak asing,
maka dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Suatu kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus mencakup uraian mengenai


(i) para pihak; (ii) rumusan pekerjaan; (iii) masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan;
(iv) tenaga ahli; (v) hak dan kewajiban para pihak; (vi) tata cara pembayaran; (vii)
cidera janji; (viii) penyelesaian perselisihan; (ix) pemutusan kontrak kerja konstruksi;
(x) keadaan memaksa (forcemajeure); (xi) kegagalan bangunan; (xii) perlindungan
pekerja; (xiii) aspek lingkungan. Sehubungan dengan kontrak kerja konstruksi untuk
pekerjaan perencanaan, harus memuat ketentuan tentang hak atas kekayaan intelektual.

Uraian mengenai rumusan pekerjaan meliputi lingkup kerja, nilai pekerjaan, dan batasan
waktu pelaksanaan. Rincian lingkup kerja ini meliputi (a) volume pekerjaan, yakni
besaran pekerjaan yang harus dilaksanakan; (b) persyaratan administrasi, yakni prosedur
yang harus dipenuhi oleh para pihak dalam mengadakan interaksi; (c) persyaratan
teknik, yakni ketentuan keteknikan yang wajib dipenuhi oleh penyedia jasa; (d)
pertanggungan atau jaminan yang merupakan bentuk perlindungan antara lain untuk
pelaksanaan pekerjaan, penerimaan uang muka, kecelakaan bagi tenaga kerja dan
masyarakat; (e) laporan hasil pekerjaan konstruksi, yakni hasil kemajuan pekerjaan
yang dituangkan dalam bentuk dokumen tertulis. Sedangkan, nilai pekerjaan yakni
mencakup jumlah besaran biaya yang akan diterima oleh penyedia jasa untuk
pelaksanaan keseluruhan lingkup pekerjaan. Batasan waktu pelaksanaan adalah jangka
waktu untuk menyelesaikan keseluruhan lingkup pekerjaan termasuk masa
pemeliharaan.

2.6 Peran Masyarakat dan Jasa Konstruksi


Masyarakat juga memiliki peran dalam suatu penyelenggaraan pekerjaan jasa
konstruksi, diantaranya untuk (i) melakukan pengawasan untuk mewujudkan tertib
pelaksanaan jasa konstruksi; (ii) memperoleh penggantian yang layak atas kerugian
yang dialami secara langsung sebagai akibat penyelenggaraan konstruksi; (iii) menjaga
ketertiban dan memenuhi ketentuan yang berlaku di bidang pelaksanaan jasa konstruksi;
(iv) turut mencegah terjadinya pekerjaan konstruksi yang membahayakan kepentingan
umum.

Masyarakat jasa konstruksi merupakan bagian dari masyarakat yang mempunyai


kepentingan dan/atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha dan pekerjaan jasa
konstruksi. Masyarakat jasa konstruksi ini diselenggarakan melalui suatu forum jasa
konstruksi yang dilakukan oleh suatu lembaga yang independen dan mandiri. Forum ini
bersifat mandiri dan memiliki serta menjunjung tinggi kode etik profesi. Peran
masyarakat jasa konstruksi ini diatur lebih lanjut dalam PP 4/2010.
2.7 Peran Pemerintah
Pemerintah juga memiliki peran dalam penyelenggaraan suatu jasa konstruksi,
yaitu melakukan pembinaan jasa konstruksi dalam bentuk pengaturan, pemberdayaan,
dan pengawasan. Pengaturan yang dimaksud dilakukan dengan menerbitkan peraturan
perundang-undangan dan standar-standar teknis. Sedangkan pemberdayaan dilakukan
terhadap usaha jasa konstruksi dan masyarakat untuk menumbuhkembangkan kesadaran
akan hak, kewajiban, dan perannya dalam pelaksanaan jasa konstruksi. Selanjutnya,
mengenai pengawasan, dilakukan terhadap penyelenggaraan pekerjaan konstruksi untuk
menjamin terwujudnya ketertiban jasa konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Pembinaan ini dapat dilakukan bersama-sama dengan
masyarakat jasa konstruksi. Pembinaan jasa konstruksi ini diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa
Konstruksi.

2.8 Gugatan Masyarakat


Dalam suatu penyelenggaraan usaha jasa konstruksi, terdapat kemungkinan
bahwa masyarakat mengalami kerugian sebagai akibat dari penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi tersebut. Karena itulah, masyarakat memiliki hak mengajukan gugatan
perwakilan. Yang dimaksud dengan hak mengajukan gugatan perwakilan adalah hak
kelompok kecil masyarakat untuk bertindak mewakili masyarakat dalam jumlah besar
yang dirugikan atas dasar kesamaan permasalahan, faktor hukum dan ketentuan yang
ditimbulkan karena kerugian atau gangguan sebagai akibat dari kegiatan
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.

2.9 Sanksi
Sanksi administratif yang dapat dikenakan atas pelanggaran UU Jasa Konstruksi
adalah berupa :

(i) peringatan tertulis;

(ii) penghentian sementara pekerjaan konstruksi;

(iii) pembatasan kegiatan usaha dan/atau profesi;


(iv) larangan sementara penggunaan hasil pekerjaan konstruksi (khusus bagi
pengguna jasa);

(v) pembekuan izin usaha dan/atau profesi; dan

(vi) pencabutan izin usaha dan/atau profesi. Selain sanksi administratif tersebut,
penyelenggara pekerjaan konstruksi dapat dikenakan denda paling banyak
sebesar 10% (sepuluh per seratus) dari nilai kontrak atau pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari banyaknya pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Jasa konstruksi
merupakan bidang yang utama Dalam melaksanakan pembangunan di setiap negara,
pekerjaan konstruksi terdiri dari pengguna jasa dan penyedia jasa entah itu jasa
perseorangan maupun badan usaha baik berbentuk badan hukum maupun yang bukan
berbentuk badan hukum. Aspek hukum dalam pembangunan konstruksi mempunyai
peranan penting sebagai sarana guna menunjang perwujudan tujuan pembangunan
nasional yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Jasa konstruksi secara secara melakukan pelayanan pekerjaan
konstruksi dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi lalu perizinan
bagi penyedia jasa konstruksi yang berbentuk badan usaha harus memiliki berbagai
macam ketentuan sehingga mendapat pengakuan. Data pemilihan penyedia jasa ini telah
diatur dalam peraturan pemerintah nomor 29 tahun 2000 tentang penyelenggaraan jasa
konstruksi lalu Peraturan Pemerintah Nomor 59 tahun 2010 tentang perubahan atas PP
29/2000. Selain itu peran masyarakat dan jasa konstruksi memiliki peran untuk
menyelenggarakan pekerjaan konstruksi melakukan pengawasan dan memperoleh
penggantian serta Menjaga ketertiban untuk memenuhi ketentuan yang berlaku, kita
juga dapat mengetahui tentang peranan pemerintah gugatan masyarakat serta sanksi
yang dikenakan ketika melakukan pelanggaran undang-undang jasa konstruksi.

3.2 Saran
Dalam mengenal dunia jasa konstuksi terutama dalam bidang pengadaan barang
dan jasa sebagai mahasiswa tentunya penulis sangat mengharapkan adanya studi
lapangan baik pada suatu institusi, lembaga maupun proyek guna memperdalam
pengetahuan dan siap bila nantinya terjun dalam dunia jasa konstruksi.

You might also like