You are on page 1of 17

TUGAS PAPER

PEMERIKSAAN CT CARDIAC

Disusun untuk memenuhi tugas Praktek Kerja Nyata kuliah Teknik Radiografi DIII

DISUSUN OLEH:
METIANA MUHARDIANTI
AZIZAH ASWAR

JURUSAN DIII RADIOLOGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2019
BAB I

1. Pengertian

Computer Tomography (CT) Scanner merupakan alat diagnostik dengan teknik radiografi
yang menghasilkan gambar potongan tubuh secara melintang berdasarkan penyerapan sinar-x
pada irisan tubuh yang ditampilkan pada layar monitor tv hitam putih. Computer Tomography
(CT) biasa juga disebut Computed axial tomography (CAT), computer-assisted tomography, atau
(body section roentgenography) yang merupakan suatu proses yang menggunakan digital
processing untuk menghasilkan suatu gambaran internal tiga dimensi suatu obyek dari satu
rangkaian sinar x yang menghasilkan gambar dua dimensi. Kata " tomography" diperoleh dari
Yunani tomos ( irisan) dan graphia ( gambar). Alat ini pada umumnya digunakan dalam dunia
kedokteran sebagai alat diagnostik dan sebagai pemandu untuk interventional prosedur. Kadang-
Kadang material seperti barium atau intravenous iodinated contrast dimasukkan ke tubuh pasien
yang berguna dalam mempermudah proses scanning seperti untuk melihat isi perut atau bagian
tubuh yang sukar untuk digambarkan dengan cara scanning. Penggunaan contrast material dapat
juga membantu khususnya guna memperoleh informasi fungsional tentang jaringan/tisue pada
tubuh pasien.

2. Sistem CT Scanner

Peralatan CT Scanner terdiri atas tiga bagian yaitu sistem pemroses citra, sistem
komputer dan sistem kontrol. Sistem pemroses citra merupakan bagian yang secara langsung
berhadapan dengan obyek yang diamati (pasien). Bagian ini terdiri atas sumber sinar-x, sistem
kontrol, detektor dan akusisi data. Sinar-x merupakan radiasi yang merambat lurus, tidak
dipengaruhi oleh medan listrik dan medan magnet dan dapat mengakibatkan zat fosforesensi
dapat berpendar. Sinar-x dapat menembus zat padat dengan daya tembus yang tinggi. Untuk
mengetahui seberapa banyak sinar-x dipancarkan ke tubuh pasien, maka dalam peralatan ini juga
dilengkapi sistem kontrol yang mendapat input dari komputer. Bagian keluaran dari sistem
pemroses citra, adalah sekumpulan detektor yang dilengkapi sistem akusisi data. Detektor adalah
alat untuk mengubah besaran fisikdalam hal ini radiasi-menjadi besaran listrik. Detektor radiasi
yang sering digunakan adalah detektor ionisasi gas. Jika tabung pada detektor ini ditembus oleh
radiasi maka akan terjadi ionisasi. Hal ini akan menimbulkan arus listrik. Semakin besar
interaksi radiasi, maka arus listrik yang timbul juga semakn besar. Detektor lain yang sering
digunakan adalah detektor kristal zat padat. Susunan detektor yang dipasang tergantung pada tipe
generasi CT Scanner. Tetapi dalam hal fungsi semua detektor adalah sama yaitu
mengindentifikasi intensitas sina-x seletalh melewati obyek. Dengan membandingkan intensitas
pada sumbernya, maka atenuasi yang diakibatkan oleh propagasi pada obyek dapat ditentukan.
Dengan menggunakan sistem akusisi data maka datadata dari detektor dapat dimasukkan dalam
komputer. Sistem akusisi data terdiri atas sistem pengkondisi sinyal dan interfacae (antarmuka )
analog ke komputer. Untuk mendapatkan gambar rekonstruksi yang lebih baik, maka digunakan
metode konvolusi. Proses rekonstruksi dari konvolusi dapat dinyatakan dalam bentuk matematik
yaitu transformasi Fourier. Dengan menggunakan konvolusi dan transformasi Fourier, maka
bayangan radiologi dapat dimanipulasi dan dikoreksi sehingga dihasilkan gambar yang lebih
baik. Manfaat CT Scanner

CT Scanner memiliki kemampuan yang unik untuk memperhatikan suatu kombinasi dari
jaringan, pembuluh darah dan tulang secara bersamaan. CT Scanner dapat digunakan untuk
mendiagnose permasalahan berbeda seperti : • Adanya gumpalan darah di dalam paru-paru
(pulmonary emboli) • Pendarahan di dalam otak ( cerebral vascular accident) • Batu ginjal •
Inflamed appendix • Kanker otak, hati, pankreas, tulang, dll. • Tulang yang retak.

3. Prinsip dasar CT Scanner

Prinsip dasar CT scan mirip dengan perangkat radiografi yang sudah lebih umum dikenal.
Kedua perangkat ini sama-sama memanfaatkan intensitas radiasi terusan setelah melewati suatu
obyek untuk membentuk citra/gambar. Perbedaan antara keduanya adalah pada teknik yang
digunakan untuk memperoleh citra dan pada citra yang dihasilkan. Tidak seperti citra yang
dihasilkan dari teknik radiografi, informasi citra yang ditampilkan oleh CT scan tidak tumpang
tindih (overlap) sehingga dapat memperoleh citra yang dapat diamati tidak hanya pada bidang
tegak lurus berkas sinar (seperti pada foto rontgen), citra CT scan dapat menampilkan informasi
tampang lintang obyek yang diinspeksi. Oleh karena itu, citra ini dapat memberikan sebaran
kerapatan struktur internal obyek sehingga citra yang dihasilkan oleh CT scan lebih mudah
dianalisis daripada citra yang dihasilkan oleh teknik radiografi konvensional. CT Scanner
menggunakan penyinaran khusus yang dihubungkan dengan komputer berdaya tinggi yang
berfungsi memproses hasil scan untuk memperoleh gambaran panampang-lintang dari badan.
Pasien dibaringkan diatas suatu meja khusus yang secara perlahan - lahan dipindahkan ke dalam
cincin CT Scan. Scanner berputar mengelilingi pasien pada saat pengambilan sinar rontgen.
Waktu yang digunakan sampai seluruh proses scanning ini selesai berkisar dari 45 menit sampai
1 jam, tergantung pada jenis CT scan yang digunakan( waktu ini termasuk waktu check-in nya).
Proses scanning ini tidak menimbulkan rasa sakit

Dengan menggunakan tabung sinar-x sebagai sumber radiasi yang berkas sinarnya
dibatasi oleh kollimator, sinar x tersebut menembus tubuh dan diarahkan ke detektor.
Intensitas sinar-x yang diterima oleh detektor akan berubah sesuai dengan kepadatan
tubuh sebagai objek, dan detektor akan merubah berkas sinar-x yang diterima menjadi
arus listrik, dan kemudian diubah oleh integrator menjadi tegangan listrik analog. Tabung
sinar-x tersebut diputar dan sinarnya di proyeksikan dalam berbagai posisi, besar
tegangan listrik yang diterima diubah menjadi besaran digital oleh analog to digital
Converter (A/D C) yang kemudian dicatat oleh komputer. Selanjutnya diolah dengan
menggunakan Image Processor dan akhirnya dibentuk gambar yang ditampilkan ke layar
monitor TV. Gambar yang dihasilkan dapat dibuat ke dalam film dengan Multi Imager
atau Laser Imager.
4. Sejarah CT-SCAN

1. Generasi pertama
Perintis   :  EMI, London, 1977
X-ray      :  pencil beam
Gerakan :  translation – rotate
Detektor :  single detector
Rotasi    :  180 derajat
Waktu    :  4,5 – 5,5 menit / scan slice 
Applikasi :  head scan
Pada generasi pertama prinsip pergerakan tabung menggunakan prinsip yang
dinamakan translation-rotation. Dimana pada generasi ini hanya memiliki satu detektor
dan untuk menghasilkan satu scanning lengkap memerlukan waktu scanning 135-300s

2. Generasi kedua
X-ray      :  narrow fan beam
Gerakan :  translation – rotate
Detektor :  multi detector ( 3-60) linier array detector
Rotasi    :  180 derajat
Waktu    :  20 detik - 2 menit / scan slice
App        :  head scanner
CT scan generasi kedua masih menggunakan prinsip translation-rotation tapi yang
membedakannya dengan generasi pertama pada generasi ini digunakan detektor
berjenis series. Pada generasi ini waktu yang diperlukan untuk satu kali scanning paling
cepat sebesar 5 – 150s.

3. Generasi ketiga
X-ray      :  wide fan beam
Gerakan :  rotate – rotate
Detektor :  multi detector (10-280) curve array detector
Rotasi    :  360 derajat
Waktu    :  1,4-14 detik / scan slice
App        :  whole body scanner
Generasi ketiga ini  antara pergerakan tabung dan detektornya menggunakan
prinsip rotation. Dimana  bentuk dari detektornya setengah lingkaran. Lamanya waktu
yang dibutuhkan untuk satu kali scanning pada generasi ini paling cepat sebesar 0,4 –
10s.
Berkas sinar-X berbentuk kipas (fan beam). Menggunakan detektor array.
4. generasi keempat
X-ray      :  wide fan beam
Gerakan :  stationary-rotate system
Detektor :  multi detector (424-2400)
slip ring detector
Rotasi    :  360 derajat
Waktu    :  <10 detik / scan slice
App        :  whole body scanner
CT Scan generasi ini detektornya berbentuk seperti cincin yang dinamakan  ring.
Sehingga hanya tabungnya saja yang berputar 360 derajat dan detektornya statis
(diam). Waktu yang diperlukan untuk satu kali scanning selama 1 – 5s
Detektor tersusun melingkar berbentuk lingkaran.
5. generasi kelima (Electron Beam Technique)
Pada Electron Beam Technique tidak menggunakan tabung sinar-x, tapi menggunakan
electron gun yang memproduksi pancaran electron berkekuatan 130 KV. Pancaran
electron difokuskan oleh electro-magnetic coil menuju fokal spot pada ring tungsten.
Proses penumbukkan electron pada tungsten menghasilkan energy sinar-x.  Sinar-x akan
keluar melewati kolimator yang membentuknya menjadi pancaran fan beam.  Kemudian
sinar-x akan mengenai obyek dan hasil atenuasinya akan mengenai solid state detector
dan selanjutnya prosesnya sama dengan prinsip kerja CT Scan yang lain.  Perbedaannya
hanya pada pembangkit sinar-x nya bukan menggunakan tabung sinar-x tetapi
menggunakan electron gun.

6. generasi keenam
Akuisisi data dilakukan dengan meja bergerak sementara tabung sinar-x berputar,
sehingga gerakan tabung sinar-x membentuk pola spiral terhadap pasien ketika dilakukan
akuisisi data.
Pola spiral ini diterapkan pada konfigurasi rancangan CT generasi ketiga dan keempat.
Pengembangan dari generasi III dan IV
X-ray      :  wide fan beam
Gerakan :  stationary-rotate system
Meja bergerak dalam  terowongan gantry selama scanning (spiral CT)
Detektor :  multi detector (424-2400)
slip ring detector
Rotasi    :  360 derajat
Waktu    :  <10 detik / scan slice
App        :  whole body scanner (multi slice, 3D, 4D)

Gambaran gerakan tabung generasi keenam

7. gererasi ketujuh (Multi Array Detector CT / Multi Slice CT)


Dengan menggunakan multi array detector, maka apabila kolimator dibuka lebih lebar
maka akan dapat diperoleh data proyeksi lebih banyak dan juga diperoleh irisan yang
lebih tebal sehingga penggunaan energy sinar-x menjadi lebih efisien.

8. Generasi kedelapan
Dual Source CT (DSCT) menggunakan dua buah tabung sinar-x dan terhubung pada dua
buah detector. Masing-masing tabung sinar-x menggunakan tegangan yang berbeda.
Yang satu menggunakan tegangan tinggi (biasanya sekitar 140 KV) dan tabung yang
lainnya menggunakan tegangan rendah (sekitar 80 KV). 
Keunggulan Dual Source CT terletak pada dua unit X-ray source serta dua unit detektor
yang bekerja secara bersamaan. Pada single source scanner, satu irisan pencitraan
dihasilkan setelah perputaran alat 180 derajat. Namun pada DSCT, dengan dua rantai
penggambaran yang saling tegak lurus dapat dihasilkan informasi yang sama dalam
putaran 90 derajat.
Hal tersebut menghasilkan resolusi dua kali lipat, dua kali lebih cepat, tenaga dua kali
lipat, serta menghasilkan dosis radiasi yang lebih kecil.

B. CT Scan Cardiac (Coronary angiography)

Coronary angiography adalah suatu prosedur sinar-x (X-Ray) untuk memeriksa pembuluh


darah arteri jantung (coronary artery/artery koroner) dengan kamera khusus untuk melihat
apakah pembuluh darah koroner mengalami penyempitan atau penyumbatan. Prosedur ini ini
merupakan suatu prosedur yang penting bila dokter menduga atau mengetahui menderita
penyakit jantung koroner. Untuk dapat melihat arteri koroner diperlukan suatu zat yang
dinamakan zat kontras yang disuntikan melalui selang kecil yang disebut kateter, kemudian
dimasukan melalui arteri yang besar melaui pergelangan tangan atau selangkangan.Dokter yang
melakukan prosedur ini, dengan hanya melakukan pembiusan lokal, akan memasukkan sebuah
selang plastik penjang dan tipis ke dalam sebuah pembuluh darah arteri di lipat paha atau tangan.
Selang yang tipis dan fleksible ini disebut kateter, sehinga prosedur tersebut juga sering dikenal
sebagai Kateterisasi Jantung.
Arteri koroner adalah pembuluh darah yang berfungsi untuk mensuplai darah ke otot
jantung karena pada hasil foto dada dengan X-ray (roentgen) jantung tidak akan terliat dengan
jelas, terlihat secara samara (silhouette) dan arteri koroner tidak terlihat sama sekali.
BAB II

1. Anatomi

Keadaan normal arteri koroner berasal dari proksimal aorta berjalan mengitari jantung. Arteri
coroner kanan bersal dari bagian anterior kanan sinus aorta, berjalan ke depan untuk bergabung
dengan sulkus coroner kanan. Arteri coroner kiri berasal dari anterior kiri sinus aorta yang
kemudiian berjalan kebelakang, kemudian kedepan mengitari pulmoner.

Right coronary artery (RCA) berasal dari aorta pada sinus valsava kanan, berjalan dicelah
atrioventrikuler kanan, mensuplai arteri sinoartrial node. RCA mensuplai kedua miokardium baik
atrium maupun ventrikel kanan, sisi posterior ventrikel dan septum interventrikular kiri.

Left main coronary artery (LM) berasal dari aorta pada sinus valsava kiri, panjangnya
bervariasi dari 0-15 mm. LM umumnya terbagi dua menjadi left anterior descending coronary
artery (LAD) dan left circumflex coronary artery (LCX). LAD berjalan di celah anterior
interventrikuler dan memiliki cabang-cabang, yaitu cabang septal yang berjalan turun ke arah
septum interventrikuler yang melewati aspek anterolateral jantung. LAD dan cabang-cabangnya
mensuplai segmen anterior, anteroseptal dan anterolateral ventrikuler kiri. LCX berjalan pada
celah antrioventrikuler, disini artery ini bercabang menjadi obtuse marginal yang memperdarai
dinding bebas lateral dari ventrikel kiri.

2. Tujuan Pemeriksaan.
Terjadinya penyempitan pada arteri koroner yang disebut atherosclerosis disebabkan oleh
penimbunan cholesterol dan zat-zat (substansi) lain atau kepada pasien polysitemia pada dinding
arteri.
Proses penyempitan yang terus menerus menyebabkan suplai darah ke otot jantung menjadi
berkurang. Kondisi ini biasanya menyebabkan nyeri dada atau yang biasa disebut angina
pectoris yang dirasakan pada saat aktifitas atau stres, terkadang dapat juga terjaadi gejala sesak
napas, denyut jantung tidak teratur dan mudah lelah.

Pada saat pembuluh darah tiba-tiba tersumbat total, maka terjadilah peristiwa yang disebut
serangan jantung mendadak. Serangan Jantung (infark miokardial) adalah suatu keadaan dimana
secara tiba-tiba terjadi pembatasan atau pemutusan aliran darah ke jantung, yang menyebabkan
otot jantung (miokardium) mati karena kekurangan oksigen.

3. Indikasi pemeriksaan

Indikasi utama seluruh pemeriksaan jantung adalah pasien dengan penyakit jantung koroner
(PJK), agar keadaan lumen dan didnding arteri koroner dapat diperiksa dengan baik. Kelompok
pasien yang memiliki indikasi menjalani pemeriksaan CT cardiac adalah pasien dengan angina
atipikal dan pasien dengan hasil stress test/ treadmil test borderline atau tidak konklusif.

4. Kontra Indikasi Pemeriksaan

- Pasien yang tidak dapat kooperatif terhadap protokol pemeriksaan dan instruksi menahan
nafas.
- Gangguan ginjal, baik ginjal akut maupun penyakit ginjal kronis.
- Hemodinamik tidak stabil dan riwayat hipotensi.
- Riwayat paru reversibel, misalnya asma
- Penyakit kardiovaskular : stenosis aorta berat, hipertropik kardiomiopati, gagal jantung
dekompensata, blok atrioventrikular (AV) signifikan.

5. Persiapan sebelum pemeriksaan


- Pengisian lembar ceklis dan informed consent sebelum pemeriksaan
- Tanyakan riwayat penyakit pasien, apakah ada riwayat alergi, misalnya terhadap makanan
laut, zat kontras X-ray, obat-obatan dan alergi analgesic (penghilang rasa sakit).
- lakukan pemeriksaan darah, rekam jantung (electrocardiogram/ECG) dan foto dada
(rontgen).
- Satu hari sebelum pemeriksaan pasien harus istirahat tidak boleh melakukan pekerjaan berat
karena dapat berpengaruh pada detak jantungnya
- Satu hari sebelum Pasien tidak boleh mengkonsumsi kafein, alkohol
- Pasien puasa + 10 jam sebelum melakukan pemeriksaan
- 10 jam sebelum pemeriksaan pasien meminum obat yang telah diberikan oleh dokter, yaitu
obat bisoprolol.
- 1 jam sebelum jadwal pemeriksaan obat diminum lagi.
- Pada saat pemeriksaan dimulai satu obat diletakkan di bawah lidah, yaitu obat ISDN
(isosorbide dinitrate).

6. Prosedur pemeriksaan Calsium scorr

- Pasien diposisikan supine dengan posisi feet first.


- Dipasang alat pendeteksi jantung (EKG monitor), sehingga irama jantung dapat terlihat di
monitor CT scan.
- Beritahu pasien untuk latihan pernapasan lebih dulu agar pada saat pada saat pemeriksaan
nafas pasien dapat lebih teratur
- Setelah itu ambil protokol di komputer untuk calsium scorring
- Lalu lakukan scanning untuk calsium scorring
- Cek hasil apakah ada kadar kalsium di jantung pasien, jika ada beri tanda. Jumlah maksimum
calsium di jantung adalah ... jika melebihi dari yang ditentukan maka pemeriksaan tidak
dapat dilanjutkan, sebaliknya jika kurang maka pemeriksaan dapat dilanjutkan.
7. Prosedur pemeriksaan CT cardiac

- persiapkan injektor terlebih dahulu sebelum pemeriksaan dengan didampingi perawat dan
radiografer, gunanya untuk penyuntikkan bahan kontras
- pasien tidur terlentang diatas meja pemeriksaan, dengan posisi feet first.
- Dipasang IV line dengan abocath no 20 atau no 18 yang disambungkkan dengan injektor.
- Beritahu pasien untuk mengikuti aba-aba tarik napas.
- Gunakan protokol CTA cardiac.
- Dibuat topogram, seperti topogram pada thorak dengan aba-aba ”tarik nafas, keluarkan, tarik
nafas tahan”.
- Buat area scanning pada daerah jantung. Batas atas : aortha, batas bawah : diafragma.
- Setelah itu letakkan trigger pada arcus aorta
- Test inject dengan Nacl 20cc sebelum test bolus dengan tujuan untuk memastikan IV line
lancar atau tidak.
- Dibuat test bolus kurang lebih dibawah percabangan carina dan kontras 10cc ditambah Nacl
30cc
- Data test bolus dimasukkan ke dyneva untuk menetukan delay dan jumlah kontras media
yang digunakan (kotras media yang digunakan + 60-100 cc ditambah Nacl 50cc).
- flow rate diset 4-5cc/ detik.
- Start injeksi berbarengan dengan start scanning atau ekposure.
- Pembuatan gambar diambil dari reconstruksi 3D, cirkulation, inspace, Ca scorring.
BAB III

A. Pengolahan gambar

1. Setelah gambar direkostruksi maka akan terdapat beberapa phase yaitu phase 40%, 45%,
50%, 70%, 75%, 80%, dan 85%.
2. Block semua phase lalu buka gambar melalui comp cardiac. Disitu kita dapat mengolah
gambar hasil scanningnya.

3. Dari beberapa phase tersebut dapat kita pilih salah satunya berdasarkan di phase mana
pembuluh darah jantung yang jelas.
4. Lalu cek gambar, jika ada pembuluh darah yang tidak jelas maka kita dapat mengeditnya
dulu sebelum melanjutkan tahap selanjutnya.
5. Setelah dipilih gambar yang paling jelas maka kita dapat memberi tanda mana itu LAD,
LCX, dan RCA. Pada LAD terdapat percabangan yang diberi tanda D1 dan D2, LCX
terdapat percabangan yang diberi tanda M1 dan M2, sedangkan RCA terdapat
percabangan yang di beri tanda Postero lateral branch.
6. Setelah di beri tanda maka gambar tersebut dapat di kirim ke pacs atau ke dokter untuk
dibacakan hasilnya

B. Indikasi Pengulangan Pemeriksaan

1. Pasien tidak cooperative


2. Kontras tidak masuk ke pembuluh darah
3. Terjadi pergerakan pasien pada saat scanning

You might also like