You are on page 1of 55

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. KIE (Komunikasi Informasi Edukasi)

a. Pengertian

KIE dalam program kesehatan ditujukan untuk meningkatkan

kepedulian dan mengubah sikap untuk menghasilkan sebuah

perubahan perilaku yang spesifik. KIE berarti berbagi informasi dan

ide melalui cara-cara yang dapat diterima oleh komunitas, dan

menggunakan saluran, metode maupun pesan yang tepat. Hal ini lebih

luas dari pengembangan materi pendidikan kesehatan karena meliputi

proses komunikasi dan membangun jaringan komunikasi (Effendy,

2009).

KIE harus melibatkan partisipasi aktif dari target audiens dan

menggunakan merode maupun teknik yang familiar bagi audiens. KIE

merupakan alat yang penting dalam promosi kesehatan untuk

menciptakan lingkungan yang mendukung dan peguatan aksi-aksi

komunitas serta berperan penting dalam perubahan perilaku.

1) Komunikasi

Komunikasi adalah tentang pertukaran informasi, berbagi ide

dan pengetahuan. Hal ini berupa proses dua arah dimana

informasi, pemikiran, ide, perasaan atau opini disampaikan/

7
8

dibagikan melalui kata-kata, tindakan maupun isyarat untuk

mencapai pemahaman bersama. Komunikasi yang baik berarti

bahwa para pihak terlibat secara aktif. Hal ini akan menolong

mereka untuk mengalami cara baru mengerjakan atau memikirkan

sesuatu, dan hal ini kadang-kadang disebut pembelajaran

partisipatif. (Effendy, 2009).

Efektifitas komunikasi tergantung dari :

a) Sumbernya (sikap, pengetahuan, kemampuan berkomunikasi,

kesesuaian dengan sistem sosial dan budaya)

b) Pesannya (jelas, sederhana, spesifik, factual, tepat, relevan,

sesuai konteks waktunya)

c) Saluran yang digunakan/ alat (tepat, relevan, dapat diakses

dan terjangkau harganya)

d) Penerima (sikap, persepsi, kemampua, komunikasi,

pengetahuan, sistem sosial dan budaya)

Menurut Notoatmodjo (2010) terdapat beberapa model yang

membantu menerangkan proses komunikasi diantaranya :

a) Model SMCR : komunikasi terjadi jika ada pengirim

(sender), pesan yang dikirim (message), alat atau saluran

pengirim pesan (channel), dan penerima pesan (receiver).

Penerima pesan harus menginterpretasikan pesan secara

benar untuk memahaminya. Model ini mengasumsikan

bahwa tujuan komunikasi adalah untuk mempengaruhi


9

perubahan dalam hal pengetahuan, sikap atau perilaku dari

penerima pesan. Kelemahan utama dari model ini adalah

tidak nampaknya dialog diantara pengirim dan penerima.

b) Model Konvergen : tidak seperti model SMCR, model ini

menunjukkan bahwa komunikasi melibatkan dialog dan

pertukaran informasi, serta ide untuk mencapai pemahaman

bersama. Hal ini meliputi ide bahwa indivdu adalah

partisipan yang secara aktif membawa pengalamannya

kedalam proses komunikasi, yang terjadi secara terus

menerus dan terdiri dari berbagai aktifitas seperti

mendengarkan, refleksi, mengekspresikan ide, perasaan dan

perilaku. Secara teoritis semakin banyak terjadi komunikasi

maka semakin bertambah pemahaman.

Terdapat dua tipe utama komunikasi yaitu komunikasi

interpersonal dan komunikasi massa :

a) Komunikasi interpersonal, kadang-kadang disebut juga

komunikasi tatap muka, merupakan salah satu metode

komunikasi yang paling efektif. Komunikasi interpersonal

dapat dilakukan antara perseorangan maupun dengan

kelompok kecil untuk bertukar informasi, mengembangkan

dialog dan membantu mereka membuat keputusan sendiri.


10

b) Komunikasi massa biasanya melibatkan audiens yang lebih

luas dan menggunakan media massa untuk menjangkau

jumlah massa yang banyak dalam satu kesempatan.

2) Informasi

Informasi adalah keterangan, gagasan maupun kenyataan-

kenyataan yang perlu diketahui oleh masyarakat (BKKBN, 1993).

Sedangkan menurut DEPKES (1990) informasi adalah pesan yang

disampaikan.

Informasi merupakan fungsi penting untuk membantu

mengurangi rasa cemas seseorang. Menurut Notoatmodjo (2010)

bahwa semakin banyak informasi dapat mempengaruhi atau

menambah pengetahuan seseorang dan dengan pengetahuan

menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang akan

berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

3) Edukasi

Pendidikan adalah proses perubahan perilaku kearah yang

positif. Menurut Effendy (2009), pendidikan kesehatan merupakan

salah satu kompetensi yang dituntut dari tenaga kesehatan, karena

merupakan salah satu peranan yang harus dilaksanankan dalam

setiap memberikan pelayanan kesehatan, baik itu terhadap

individu, keluarga, kelompok ataupun masyarakat. Menurut

Setiawati (2008), edukasi adalah serangkaian upaya yang

ditujukan untuk mempengaruhi orang lain mulai dari individu,


11

kelompok, keluarga dan masyarakat agar terlaksananya perilaku

hidup sehat.

b. Tujuan KIE

Tujuan dilaksanakannya KIE adalah untuk mendorong terjadinya

proses perubahan perilaku kearah yang positif, peningkatan

pengetahuan, sikap dan praktik masyarakat (klien) secara wajar

sehingga masyarakat melaksanakannya secara mantap sebagai

perilaku yang sehat dan bertanggung jawab.

c. Faktor faktor yang mempengaruhi KIE

Menurut Effendy (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi KIE

secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1) Faktor Penunjang

Faktor yang dapat menunjang kelancaran proses KIE antara

lain adalah pengetahuan dan keterampilan dari komunikator/

pelaksana (tenaga kesehatan). Jika seorang komunikator atau

memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup dalam proses

KIE, tentunya akan membawa hasil yang lebih baik

2) Faktor Penghambat

Komunikator tidak menguasai isi pesan yang disampaikan,

kurang pengalaman, pengetahuan dan keterampilan serta

penampilan kurang meyakinkan.

Pesan yang disampaikan kurang jelas karena suara terlalu

kecil atau terlalu cepat sehingga sulit ditangkap oleh penerima,


12

atau menyampaikannya dengan menggunakan bahasa asing yang

tidak dimengerti.

Media yang digunakan tidak sesuai dengan topik

permasalahan yang disampaikan. Pengetahuan komunikan terlalu

rendah sehingga sulit mencerna pesan yang disampaikan.

Lingkungan tempat KIE berlangsung terlalu bising sehingga pesan

yang disampaikan tidak jelas.

d. Prinsip-prinsip KIE

Prinsip yang harus diperhatikan dalam KIE (Wiryanto, 2014) :

1) Memperlakukan klien dengan sopan, baik dan ramah

2) Memahami, menghargai dan menerima keadaan calon pengantin

(status pendidikan, status pekerjaan) sebagaimana adanya

3) Memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan mudah

dipahami

4) Menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh

dari kehidupan sehari-hari

5) Menyesuaikan isi penyuluhan dengan keadaan dan resiko yang

dimiliki calon pengantin

e. Media

Media atau alat bantu adalah alat yang digunakan oleh petugas

dalam menyampaikan bahan materi atau pesan kesehatan

(Notoatmodjo, 2012). Pada garis besarnya hanya ada tiga macam alat

bantu atau media yaitu:


13

1) Media cetak

a) Booklet : untuk menyampaikan pesan dalam bentuk pesan

tulisan maupun gambar, biasanya sasarannya masyarakat yang

bisa membaca.

b) Leaflet : penyampaian pesan melalui lembar yang dilipat

biasanya berisi gambar atau tulisan atau biasanya kedua-

duanya.

c) Flyer (selebaran) : seperti leaflet tetapi tidak berbentuk lipatan.

d) Flip chart (lembar balik) : informasi kesehatan yang berbentuk

lembar balik dan berbentuk buku. Biasanya berisi gambar

dibaliknya berisi pesan kalimat berisi informasi berkaitan

dengan gambar tersebut.

e) Rubik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah,

mengenai hal yang berkaitan dengan hal kesehatan.

f) Poster : berbentuk media cetak berisi pesan-pesan kesehatan

biasanya ditempel di tembok-tembok tempat umum dan

kendaraan umum.

g) Foto : yang mengungkapkan masalah informasi kesehatan.

2) Media elektronik

a) Televisi : dalam bentuk ceramah di TV, sinetron, sandiwara,

dan vorum diskusi tanya jawab dan lain sebagainya.

b) Radio :bisa dalam bentuk ceramah radio, sport radio,

obrolan tanya jawab dan lain sebagainya.


14

c) Video Compact Disc (VCD).

d) Slide : slide juga dapat digunakan sebagai sarana

informasi.

e) Film strip juga bisa digunakan menyampaikan pesan

kesehatan.

3) Media papan (bill board)

Papan yang dipasang di tempat-tempat umum dan dapat dipakai

dan diisi pesan-pesan kesehatan (Nursalam, 2008).

2. Kesehatan Reproduksi

a. Pengertian Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi yang ditetapkan dalam Konferensi

Internasional Kependudukan dan Pembangunan (International

Conference on Population and Development/ ICPD) adalah

kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh bukan hanya tidak

adanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam segala hal yang

berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta proses-

prosesnya (Poltekkes Depkes Jakarta, 2010; Nugroho Setiyawan,

2012; Kementerian Kesehatan RI, 2018)

b. Hak Reproduksi dan Seksual

1) Kebebasan, hak dan tanggungjawab yang sama dalam

memutuskan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak,

dan jarak kelahiran


15

2) Menjamin keselamatan dan keamanan calon pengantin

3) Mendapatkan informasi yang lengkap tentang kesehatan

reproduksi dan seksual, meliputi penyakit menular seksual dan

pencegahannya

4) Memperoleh informasi dan pelayanan KB yang aman, efektif,

terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan tanpa paksaan.

5) Pihak perempuan berhak mendapat pelayanan kesehatan yang

dibutuhkan yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam

menjalani kehamilan, persalinan dan nifas serta memperoleh bayi

yang sehat. (Poltekkes Depkes Jakarta, 2010; Kementerian

Kesehatan RI, 2018)

c. Organ Reproduksi dan Proses Kehamilan

1) Organ Reproduksi

a) Organ Reproduksi Perempuan

(1) Ovarium (Indung Telur)

Organ yang terletak di kiri dan kanan rahim diujung

saluran telur (fimbrae/umbai-umbai) dan terletak di rongga

pinggul, indung telur berfungsi mengeluarkan sel telur

(ovum), sebulan sekali indung telur kiri dan kanan secara

bergilir mengeluarkan sel telur. Sel telur adalah sel yang

dihasilkan oleh indung telur yang dapat dibuahi oleh

sperma sehingga terjadi konsepsi (pembuahan). Bila tidak


16

dibuahi, sel telur akan ikut keluar bersama darah saat

menstruasi.

(2) Tuba fallopii (saluran telur)

Saluran dikiri dan kanan rahim yang berfungsi untuk

mengantar ovum dari indung telur menuju rahim.

(3) Fimbrae (umbai-umbai)

Berfungsi untuk menangkap sel telur yang dikeluarkan

indung telur

(4) Uterus (rahim)

Merupakan tempat janin berkembang, bentuknya seperti

buah pir dan berat normalnya antara 30-50 gram. Pada saat

tidak hamil, besar rahim kurang lebih sebesar telur ayam

kampung, dindingnya terdiri dari :

(a) Lapisan parametrium merupakan lapisan paling luar

dan yang berhubungan dengan rongga perut.

(b) Lapisan miometrium merupakan lapisan yang

berfungsi mendorong bayi keluar pada proses

persalinan (kontraksi)

(c) Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim

tempat menempelnya sel telur yang sudah dibuahi.

Lapisan ini terdiri dari lapisan kelenjar yang berisi

pembuluh darah.
17

(5) Serviks (leher rahim)

Bagian rahim yang berbatasan dengan vagina. Pada saat

persalinan tiba, leher rahim membuka sehingga bayi dapat

keluar.

(6) Vagina (liang senggama)

Merupakan sebuah saluran berbentuk silinder dengan

diameter depan ±6,5 cm dan dinding belakang ±9 cm yang

bersifat elastic dengan berlipat-lipat. Fungsinya sebagai

tempat penis berada saat berhubungan seksual, tempat

keluarnya menstruasi dan bayi.

(7) Klitoris (kelentit)

Merupakan organ kecil yang paling peka rangsangan

dibandingkan dengan bagian-bagian alat kelamin

perempuan yang lain. Klitoris banyak mengandung

pembuluh darah dan syaraf.

(8) Labia (bibir kemaluan)

Terdiri dari dua bibir, yaitu bibir besar (labia mayora) dan

bibir kecil (labia minor)

(9) Perineum

Merupakan jaringan diantara vagina dan anus, yang

memisahkan rongga panggul atas dengan rongga panggul

bawah. Perineum berperan penting dalam berkemih, buang


18

air besar, hubungan seksual, dan melahirkan.(Kementerian

Kesehatan RI, 2018)

b) Organ Reproduksi Laki-Laki

(1) Testis (buah zakar)

Berjumlah dua buah untuk memproduksi sperma setiap

hari dengan bantuan testosteron. Testis berada dalam

skrotum, diluar rongga panggul karena pembentukan

sperma membutuhkan suhu yang lebih rendah dari pada

suhu badan (36,7oC). Sperma merupakan sel yang

berbentuk seperti berudu (kecebong) hasil dari testis yang

dikeluarkan saat ejakulasi bersama cairan mani dan bila

bertemu dengan sel telur yang matang akan terjadi

pembuahan.

(2) Skrotum (kantung buah zakar)

Kantong kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan

berlipat-lipat. Skrotum adalah tempat bergantungnya

testis. Skrotum mengandung otot polos yang mengatur

jarak testis ke dinding perut dengan maksud mengatur

suhu testis agar relatif tetap.

(3) Vas deferens (saluran sperma)

Saluran yang menyalurkan sperma dari testis-epididimis

menuju ke uretra/ saluran kencing pars prostatika. Vas

deferens panjangnya ±4,5 cm dengan diameter ±2,5 mm.


19

Saluran ini muara dari epididimis yaitu saluran-saluran

yang lebih kecil dari vas deferens. Bentuknya berkelok-

kelok dan membentuk bangunan seperti topi.

(4) Prostat, vesikula seminalis dan beberapa kelenjar lainnya

Kelenjar-kelenjer yang menghasilkan cairan mani (semen)

yang berguna untuk memberikan makanan pada sperma.

(5) Penis

Berfungsi sebagai alat untuk berhubungan seksual dan

segaia saluran pengeluaran sperma dan air seni. Pada

keadaan biasa, ukuran penis kecil. Ketika terangsang

secara seksual, darah banyak dipompa kepenis sehingga

berubah menjadi tegang dan besar disebut sebagai ereksi.

Bagian glans merupakan bagian depan atau kepala penis.

Glans banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf.

Kulit yang menutupi glans disebut foreskin (preputium).

Pada laki-laki sunat dilakukan dengan cara membuang

kulit preputium. Secara medis sunat dianjurkan karena

memudahkan pembersihan penis sehingga mengurangi

kemungkinan terkena infeksi, radang dan kanker

(Kementerian Kesehatan RI, 2018).

2) Proses Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi International dalam

(Prawirohardjo, 2010) Kehamilan adalah suatu proses penyatuan


20

dari spermatozoa dan ovum yang selanjutnya akan terjadi nidasi.

Kehamilan merupakan waktu transisi, yakni suatu masa antara

kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam

kandungan dan kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir

(Varney, 2007).

a) Penyebab terjadinya kehamilan

Menurut (Manuaba, 2007) peristiwa terjadinya kehamilan

diantaranya yaitu:

(1) Ovulasi

Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang

dipengaruhi oleh sistem hormonal. Dengan pengaruh

FSH, folikel primer mengalami perubahan menjadi folikel

de graaf yang menuju ke permukaan ovum disertai

pembentukan cairan folikel. Selama pertumbuhan

menjadi folikel de graaf, ovarium mengeluarkan hormon

estrogen yang dapat mempengaruhi gerak dari tuba yang

makin mendekati ovarium, gerak sel rambut lumen tuba

makin tinggi, sehingga peristaltik tuba makin aktif, yang

mengalir menuju uterus.

Dengan pengaruh LH yang semakin besar dan fluktusi

yang mendadak, terjadi proses pelepasan ovum yang

disebut ovulasi. Ovum yang dilepaskkan akan ditangkap

oleh fimbrae, dan ovum yang ditangkap terus berjalan


21

mengikuti tuba menuju uterus dalam bentuk pematangan

yang siap untuk dibuahi.

(2) Konsepsi

Merupakan pertemuan antara inti ovum dengan inti

spermatozoa yang nantinya akan membentuk zigot.

(3) Nidasi atau Implantasi

Setelah terbentuknya zigot yang dalam beberapa jam

telah mampu membelah dirinya menjadi dua dan

seterusnya serta berjalan terus menuju uterus, hasil

pembelahan sel memenuhi seluruh ruangan dalam ovum,

maka terjadilah proses penanaman blastula yang

dinamakan nidari atau implantasi yang berlangsung pada

hari ke 6 sampai 7 setelah konsepsi

(4) Pembentukan Plasenta

Terjadinya nidasi mendorong sel blastula mengadakan

diferensisi, sel yang dekat dengan ruangan eksoselom

membentuk kantong kuning telur sedangkan sel lain

membentuk ruangan amnion, sedangkan plat embrio

terbentuk diantara dua ruangan amnion dan kantong

kuning telur tersebut. Ruangan amnion dengan cepat

mendekat korion sehingga jaringan yang terdapat diantara

amnion dan embrio padat dan berkembang menjadi

talipusat.
22

Vili korealis menghancurkan desidua sampai

pembuluh darah vena mulai pada hari ke 10 sampai 11

setelah konsepsi sedangkan arteri pada hari ke 14 sampai

15. Bagian desidua yang tidak dihancurkan akan

membentuk plasenta 15 – 20 kotiledon maternal, pada

janin plasenta akan dibagi menjadi 200 kotiledon fetus

dan setiap kotiledon fetus terus bercabang dan

mengambang ditengah aliran darah yang nantinya

berfungsi untuk memberikan nutrisi dan pertumbuhan.

Gambar 2.1 Proses Kehamilan


Sumber : (Kementerian Kesehatan RI, 2018 dan 2015)
23

d. Persiapan Organ Reproduksi

1) Persiapan fisik

Prosedur pemeriksaan pada calon pengantin antara lain:

a) Pemeriksaan tanda-tanda vital : suhu, nadi, frekuensi nafas,

tekanan darah

b) Pemeriksaan status gizi

(1) Berat badan

(2) Tinggi badan

(3) Lingkar lengan atas (LiLA)

(4) Tanda-tanda Anemia

(5) Pemeriksaan darah rutin : Hb, golongan darah dan rhesus

(6) Pemeriksaan urin rutin

(7) Pemeriksaan lain atas indikasi seperti : gula darah, IMS,

HIV, malaria, thalassemia, hepatitis B, TORCH

(toksoplasmosis, rubella, cytomegalovirus dan herpes

simpleks),dan lain-lain (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

2) Persiapan gizi

Status gizi catin perempuan perlu diketahui dalam rangka

persiapan kehamilan.

a) Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran Indek Massa

Tubuh (IMT). Untuk catin perempuan ditambah dengan

pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA)


24

b) IMT merupakan proporsi standar berat badan (BB) terhadap

tinggi badan (TB). Jika seseorang termasuk kategori :

(1) IMT < 17,0 : keadaan orang tersebut disebut

sangat kurus dengan kekurangan berat badan tingkat berat

atau KEK tingkat berat

(2) IMT 17,0 – 18,5 : keadaan orang tersebut disebut

sangat kurus dengan kekurangan berat badan tingkat

ringan atau KEK tingkat ringan.

c) Pengukuran LiLA bertujuan untuk mengetahui adanya risiko

KEK. Ambang batas LiLA pada WUS dengan KEK di

Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LiLA kurang dari 23,5 cm

(bagian merah pita LiLA), artinya catin perempuan mengalami

KEK.

Cara menghitung IMT

BB( kg)
IMT =
TB ( m ) ²

Keterangan :

BB = Berat Badan (kg)

TB = Tinggi Badan (m)

Tabel 2.1 Klasifikasi Nilai IMT


Status Gizi Kategori IMT
Sangat kurus Kekurangan BB tingkat <17,0
berat
Kurus Kekurangan BB tingkat 17 - <18,5
ringan
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan >25,0 – 27,0
Obesitas Kelebihan BB tingkat berat >27,0
Sumber : Kemenkes RI, 2018
25

Sebelum memasuki jenjang pernikahan, catin perlu melakukan

persiapan gizi antara lain :

a) Setiap pasangan catin dianjurkan mengonsumsi makanan

bergizi seimbang. Apabila IMT dibawah normal,

mengindikasikan bahwa catin kurus sehingga perlu

meningkatkan asupan gizi dari makanan. Sebaliknya nilai IMT

menunjukkan angka diatas normal, mengindikasikan bahwa

catin mengalami kegemukan atau obesitas, sebaiknya

mengurangi makanan sumber lemak dan karbohidrat.

b) Catin yang obesitas, batasi konsumsi pangan cepat saji (fast

food) karena makanan ini tinggi garam dan lemak serta rendah

serat. Sebaiknya asupan gula, garam dan lemak sehari tidak

lebih dari 4 sendok makan gula, 1 sendok teh garam, dan 5

sendok makan lemak/minyak.

c) Setiap catin perempuan dianjurkan mengonsumsi tablet

tambah darah (TTD) yang mengandung zat besi dan asam folat

seminggu sekali

d) Bagi catin perempuan yang mengalami KEK dan Anemia

maka perlu ditentukan penyebabnya dan ditatalaksana sesuai

dengan penyebab tersebut

e) Untuk mendapat masukan gizi yang seimbang kedalam tubuh

catin perlu mengonsumsi lima kelompok pangan yang

beraneka ragam setiap hari atau setiap kali makan. Kelima


26

kelompok pangan tersebut adalah makanan pokok, lauk pauk,

sayuran, buah-buahan, dan minuman.

Proporsinya dalam setiap makan dapat digambarkan dalam ISI

PIRINGKU yaitu:

(1) Sepertiga piring berisi makanan pokok

(2) Sepertiga piring berisi sayuran

(3) Sepertiga piring berisi lauk pauk dan buah-buahan dalam

porsi yang sama

f) Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga agar

tubuh tetap sehat :

(1) Biasakan minum air putih 8 gelas per hari

(2) Hindari minum teh atau kopi setelah makan

(3) Batasi mengonsumsi garam, gula dan lemak/minyak

Berikut adalah 4 pilar gizi seimbang yang dapat dijadikan


pedoman untuk gaya hidup sehat

Gambar 2.2 4 Pilar Gizi Seimbang (Kemenkes RI, 2018)


27

g) Tatalaksana mengatasi obesitas

Prinsip dasar penatalaksanaan obesitas yang dianjurkan WHO

adalah diet rendah energy seimbang dengan pengurangan

energy 500 – 1000 kkal dari kebutuhn sehari dengan cara :

(1) Mengurangi konsumsi bahan makanan sumber karbohidrat

kompleks seperti nasi, roti, jagung, kentang dan sereal

(2) Mengutamakan konsumsi bahan makanan sumber protein

rendah lemak, seperti ikan, putih telur, ayam tanpa kulit,

tempe tahu dan kacang-kacangan yang diolah

(3) Menghindari konsumsi bahan makanan sumber

karbohidrat sederhana seperti gula pasir, gula merah, sirup,

kue yang manis dan gurih, madu, selai, dodol, coklat,

permen, minuman ringan, dan lain-lain.

3) Imunisasi Tetanus

a) Imunisasi Td untuk WUS (wanita usia subur) termasuk ibu

hamil dan catin, merupakan imunisasi lanjuutan yang terdiri

dari imunisasi terhadap penyakit tetanus dan difteri

b) Catin perempuan perlu mendapat imunisasi tetanus agar

memiliki kekebalan sehingga bila hamil dan melahirkan, ibu

dan bayi akan terlindungi dari penyakit tetanus

c) Tiap WUS (15-49 tahun) diharapkan sudah mendapat 5 kali

imunisasi tetanus lengkap (T5)


28

d) Sebelum imunisasi, dilakukan penentuan status imunisasi

tetanus (status T) melalui skrining. Jika status T belum

lengkap, maka catin perempuan harus melengkapinya di

Puskesmas.

e) Pemberian imunisasi tetanus tidak perlu diberikan, apabila

status T sudah mencapai T5, yang harus dibuktikan dengan

catatan yang tercantum antara lain pada kartu imunisasi, buku

kesehatan ibu dan anak, buku rapor kesehatanku, kohort

dan/atau rekam medis catin yang bersangkutan.

Tabel 2.2 Status Imunisasi pada Catin


Status Imunisasi Interval Minimal Masa Perlindungan
Pemberian
T1 - -
T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun
T5 1 tahun setelah T4 >25 tahun
Sumber : Kemenkes RI, 2018

Imunisasi tetanus pada catin perempuan penting untuk mencegah

dan melindungi dari penyakit tetanus baik bagi diri sendiri

maupun bayi yang akan dilahirkan kelak.

4) Menjaga kesehatan organ reproduksi

Tabel 2.3 Cara Merawat Organ Reproduksi


Laki – Laki dan Perempuan Laki – Laki
Perempuan
1) Pakaian dalam diganti 1) Bersihkan organ 1) Menjaga kebersihan
minimal 2 kali sehari. reproduksi dari organ kelamin.
2) Menggunakan depan ke belakang 2) Diajurkan sunat
pakaian dalam yang dengan untuk menjaga
menyerap keringat menggunakan air kebersihan kulup
dan cairan. bersih dan (kulit luar yang
3) Bersihkan organ dikeringkan. menutupi kepala
kelamin sampai 2) Sebaiknya tidak penis).
bersih dan kering. menggunakan cairan 3) Jika ada keluhan
4) Menggunakan celana pembilas vagina pada organ kelamin
yang tidak ketat. karena dapat dan daerah sekitar
29

5) Membersihkan organ membunuh bakteri kelamin segera


kelamin setelah BAK baik dalam vagina memeriksakan diri
dan BAB. dan memicu ke petugas
tumbuhnya jamur. kesehatan.
3) Pilihlah pembalut
berkualitas yang
lembut dan
mempunyai daya
serap tinggi. Jangan
memakai pembalut
dalam waktu lama.
Saat menstruasi,
ganti pembalut
sesering mungkin.
4) Jika sering
keputihan, berbau,
berwarna, dan terasa
gatal, serta keluhan
organ reproduksi
lainnya segera
memeriksakan diri
ke petugas
kesehatan.
Sumber : Kemenkes RI, 2017

e. Penyakit Menular Seksual (PMS)

1) Infeksi Menular Seksual (IMS)

a) Pengertian

Infeksi Menular Seksual adalah penyakit infeksi yang

ditularkan melalui hubungan seksual

b) Gejala

(1) Adanya duh tubuh atau cairan yang keluar dari alat

kelamin (vagina, penis) atau cairan dari anus, yang berbeda

dari biasanya

(2) Rasa perih atau nyeri atau panas pada saat kencing atau

setelah kencing, atau menjadi sering kencing

(3) Ada luka terbuka atau basah disekitar kelamin atau sekitar

mulut. Luka ini bisa terasa nyeri bisa juga tidak


30

(4) Ada semacam jaringan yang tumbuh seperti jengger ayam

atau kutil disekitar kelamin

(5) Terjadi pembengkakan pada lipatan paha

(6) Pada laki-laki, terdapat bengkak dan nyeri pada kantung

pelir atau kantung zakar

(7) Sakit perut dibagian bawah yang kambuhan, tetapi tidak

berhubungan dengan haid atau menstruasi

(8) Keluar darah setelah berhubungan seksual

(9) Demam

c) Jenis-Jenis Penyakit Menular Seksual

(1) Gonore (Kencing Nanah)

(a) Gejala

i. Pada laki-laki: keluarnya cairan dari alat kelamin,

bernanah, kental, berwarna putih kekuningan

ii. Pada perempuan : seringkali tanpa gejala, bila

da berupa cairan dari alat kelamin berwarna putih

atau kuning. Cairan terutama akan banyak terlihat

didaerah mulut rahim melalui pemeriksaan dalam

oleh tenaga kesehatan

(b) Komplikasi

i. Pada laki-laki menyebabkan kemandulan

ii. Pada perempuan menyebabkan mandul dan

kehamilan diluar rahim atau ektopik


31

iii. Pada bayi baru lahir dari perempuan dengan

gonore menyebabkan konjungtivitis gonore yaitu

berupa kemerahan pada salah satu atau kedua mata

dengan adanya cairan yang keluar dari mata

dengan nanah dan mengakibatkan kebutaan.

(2) Sifilis (Raja Singa)

(a) Gejala

i. Luka atau koreng, biasanya berjumlah satu,

berbentuk bulat atau lonjong, dasar bersih dan bila

diraba terasa kenyal sampai keras, tidak ada rasa

nyeri bila ditekan.

ii. Kelenjar getah bening dilipat paha bagian dalam

membesar, kenyal juga tidak nyeri bila ditekan

(b) Komplikasi

Perempuan penderita sifilis dapat mengalami

keguguran, melahirkan bayi cacat atau lahir dalam

keadaan sudah mati

(3) Herpes Genitalis

(a) Gejala

i. Herpes genetali pertama : timbul bintil

– lentingan – luka – berkelompok, diatas dasar

kemerahan, sangat nyeri, pembesaran kelenjar lipat


32

paha, kenyal dan disertai gejala yang menyeluruh

dan saling berhubungan (sistematik)

ii. Herpes genital kambuhan : timbul bila

ada faktor stress pikiran, hubungan seksual

berlebihan, kelelahan dan lain-lain. Umumnya luka

atau lesi tidak sebanyak dan seberat gejala pertama.

(b) Komplikasi

Dapat menjadi pintu masuk infeksi lain dan bersifat

kambuhan seumur hidup

(4) Klamidia

(a) Gejala

i. Pada laki-laki: keluarnya cairan dari alat kelamin,

bernanah, encer kadang kental, berwarna putih

kekuningan, dapat disertai peradangan pada kulit

alat kelamin

ii. Pada perempuan : keluarnya cairan dari alat

kelamin, bernanah encer, berwarna putih atau

kuning, leher rahim mudah berdarah

(b) Komplikasi

i. Pada laki-laki menyebabkan kemandulan

ii. Pada perempuan menyebabkan kehamilan diluar

kandungan atau ektopik dan kemandulan


33

iii. Pada bayi baru lahir dari perempuan dengan

klamidia menyebabkan konjungitivitas kalmidiosis

yaitu berupa sembab, kemerahan pada salah satu

atau kedua mata dengan adanya cairan yang keluar

dari mata dengan nanah yang tidak terlalu banyak

dan dapat menimbulkan kebutaan.

(5) Kondilomata Akuminata (Jengger Ayam)

(a) Gejala

Bintil-bintil berbentuk seperti kutil terutama pada

daerah yang lembab. Bersifat kambuhan seumur hidup

(b) Komplikasi

i. Dapat membesar dan tumbuh menjadi satu

ii. Pada laki-laki dapat menimbulkan kanker penis

iii. Pada wanita dapat menimbulkan kanker mulut

rahim

d) Pencegahan terinfeksi IMS

(1) Jaga kebersihan alat kelamin

(2) Tidak berhubungan seksual

(3) Menggunakan kondom

(4) Setia pada pasangan

(5) Menghindari faktor pencetus

(6) Bila ada gejala, segera periksa kefasilitas pelayanan

kesehatan dan minum obat sesuai anjuran


34

e) Tindakan jika terinfeksi IMS

(1) Jangan mengobati sendiri

(2) Segera periksakan kefasilitas pelayanan kesehatan

(3) Minum obat teratur dan sampai tuntas sesuai petunjuk

dokter

(4) Jangan berhubungan seksual sampai IMS sembuh

(5) Minta pasangan segera memeriksakan diri kefasilitas

pelayanan kesehatan untuk mencegah dan mengetahui

adanya penularan(Kementerian Kesehatan RI, 2018)

f) IMS : Gerbang menuju HIV/AIDS

Tidak semua IMS dapat diobati. HIV/AIDS, hepatitis B &

C, herpes genetalis dan kondiloma akuminata (Jengger ayam)

termasuk jenis-jenis IMS yang tidak dapat disembuhkan.

HIV adalah yang paling berbahaya karena selain tidak

dapat disembuhkan, HIV merusak kekebalan tubuh manusia

untuk melawan penyakit apapun. Akibatnya, orang dengan

HIV rentan tertular penyakti, walaupun dengan penyakit

mengakibatkan kematian. HIV akan lebih mudah menular

pada penderita IMS

Hepatitis merupakan peradangan hati yang dapat merusak

hingga hati tidak dapat berfungsi dengn baik. Hepatitis B dapat

dicegah dengan imunisasi, tetapi vaksin hepatitis C hingga kini

belum ada.
35

Herpes Genitalis sering kambuh dan sangat nyeri jika

sedang kambuh. Pada herpes, yang dapat diobati hanya gejala

luarnya saja, tetapi bibit penyakitnya akan tetap hidup dalam

tubuh penderita selamanya.

Kondilomata Akuminata / Jengger Ayam pada laki-laki

dapat menyebabkan kanker penis sedangkan pada perempuan

seringkali menyebabkan kanker rahim (Kementerian

Kesehatan RI, 2018).

2) HIV/AIDS

a) Pengertian

HIV (human immunodeficiency virus) merupakan kuman

atau virus penyebab AIDS

AIDS (acquired immune deficiency syndrome) adalah

kumpulan gejala atau penyakit akibat menurunnya kekebalan

tubuh yang didapat dari infeksi HIV

Infeksi HIV ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh

manusia. Beberapa cara yang berisiko menularkan HIV

diantaranya :

(1) Hubungan seksual tidak aman. Pada saat berhubungan

seksual tanpa kondom, HIV dapat menular dari darah

orang yang terinfeksi, cairan mani/sperma atau cairan

vagina langsung kealiran darah pasangannya, atau memalui


36

selaput lender yang berada dibagian dalam vagina, penis

atau dubur

(2) HIV dapar menular melalui transfusi darah yang

mengandung HIV atau melalui alat tindakan medis lain

yang tercemar HIV

(3) Penggunaan jarum suntik bersama atau bergantian pada

pecandu narkoba suntik berisiko tertular HIV

(4) HIV menular dari ibu ke bayi pada saat kehamilan,

persalinan dan ketika menyusui (penularan HIV dari ibu ke

anak)

b) HIV tidak menular melalui

(1) Makan atau minum bersama, memakai peralatan makan

atau minum mereka

(2) Bersentuhan, berjabat tangan, berpelukan

(3) Hidup serumah, menggunakan toilet bersama, berenang

bersama

(4) Berganti pakaian, handuk, saputangan

(5) Hubungan sosial lainnya

(6) Gigitan serangga

c) Gejala

(1) Setelah seseorang terinfeksi HIV, dia terlihat biasa saja

seperti halnya orang lain karena tidak menunjukkan gejala

klinis. Tetapi orang tersebut bisa menularkan virus HIV


37

melalui penularan cairan tubuh (darah, cairan sperma,

cairan vagina, ASI). Hal ini bisa terjadi selama 5 – 10

tahun

(2) Setelah itu orang tersebut mulai menunjukkan kumpulan

gejala akibat meurunnya sistem kekebalan tubuh setelah

terinfeksi HIV

d) Pencegahan

(1) Tidak berhubungan seksual

(2) Saling setia

(3) Gunakan kondom

(4) Hindari penggunaan narkoba suntik

(5) Penggunaan alat-alat yang steril

(6) Pencegahan penularan HIV dari ibu ke Anak (PPIA)

(a) Apabila salah satu atau kedua pasangan mempunyai

faktor resiko maka lakukan tes HIV

(b) Jika salah satu atau kedua pasangan mengidap HIV,

minum obat ARV sesuai anjuran secara teratur seumur

hidup

(c) Pasangan ODHA harus minum obat ARV dan selalu

menggunakan kondom setiap berhubungan seksual

(d) Jika pasangan ODHA ingin memilihi anak,

konsultasikan dengan tenaga kesehatan untuk


38

merencanakan waktu yang tepat untuk hamil sesuai

dengan rencana status kesehatan pasangan

(e) Lakukan tes HIV pada saat pemeriksaan kehamilan

trimester 1, berikan ARV Profilaksis pada bayi dari ibu

HIV (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

3) Infeksi Saluran Reproduksi (ISR)

a) Pengertian Infeksi Saluran Reproduksi

Infeksi Saluran Reproduksi adalah masuk dan

berkembangbiaknya kuman penyebab infeksi kedalam saluran

reproduksi.

b) Jenis-Jenis Infeksi Saluran Reproduksi

(1) Kandidiasis Vaginalis

(a) Gejala

i. Gatal pada kelamin, kemerahan dan peradangan

pada bibir vagina dan liang vagina, disertai

bengkak atau luka sobekan kecil

ii. Keluarnya cairan yang banyak serta bergumpal dari

vagina, kadang-kadang dapat kental, berwarna

putih seperti susu kental atau kekuningan dan

berbau asam.

(b) Komplikasi

Lecet pada kulit disekitar kelamin


39

(c) Pencegahan

i. Jaga kebersihan alat kelamin

ii. Pakaian dalam tetap bersih dan kering

(2) Vaginosis Bakterial

(a) Gejala

Vagina berbau amis terutama setelah berhubungan

seksual, keluarnya cairan dari vagina namun tidak

terlalu banyak, berwarna putih keabu-abuan, melekat

pada dinding vagina, tidak ada tanda-tanda peradangan.

(b) Kompilasi

Menyebabkan penyakit radang panggul dan pada ibu

hamil dapat menyebabkan ketuban pecah dini,

kelahiran prematur, bayi berat badan lahir rendah.

(c) Pencegahan

i. Jaga kebersihan alat kelamin

ii. Tidak berhubungan seksual

iii. Menggunakan kondom

iv. Setia pada pasangan

(3) Trikomonis

(a) Gejala

Keluarnya cairan yang banyak dari vagina, bernanah,

kadang-kadang berbusa, peradangan pada vagina,


40

berbau seperti ikan busuk, dapat disertai rasa gatal pada

alat kelamin.

(b) Komplikasi

Pada ibu hamil dapat menyebabkan kelahiran

premature dan bayi berat badan lahir rendah

(c) Pencegahan

i. Jaga kebersihan alat kelamin

ii. Tidak berhubungan seksual

iii. Menggunakan kondom

iv. Setia pada pasangan

f. Informasi tentang Kehamilan

1) Masa Subur

Masa subur adalah saat ovarium melepas sel telur (ovum)

yang sudah siap dibuahi ke dalam saluran indung telur (tuba

fallopi). Masa subur adalah periode dalam siklus menstruasi

dimana konsepsi atau fertilisasi (pembuahan) paling mungkin

terjadi, karena pada periode tersebut terdapat sel telur yang

matang dan siap dibuahi (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Masa subur dapat diketahui dengan cara menghitung ovulasi/


masa subur pada wanita, yaitu :
a) Apabila siklus menstruasi berlangsung selama 28 hari, maka

rata-rata masa subur wanita mulai terjadi pada hari ke 10

sampai 17 setelah hari pertama menstruasi


41

b) Apabila siklus menstruasi berlangsung tidak teratur, maka

sebaiknya mencatatnya beberapa bulan untuk mengetahui

rata-ratanya, setidaknya 8 bulan jika mungkin. Cara

menghitung masa subur :

(1) Kurangi 18 hari dari siklus terpendek. Ini merupakan hari

pertama memasuki masa subur. Misalnya, siklus

terpendek adalah 25 hari, maka hari pertama masa subur

adalah hari ke-7 setelah hari pertama menstruasi.

(2) Kurangi 11 hari dari siklus terpanjang. Ini adalah hari

terakhir masa subur. Misal, siklus terpanjang adalah 29

hari, maka hari terakhir masa subur adalah hari ke-18

setelah hari pertama menstruasi.

Tanda-tanda masa subur :

a) Perubahan lendir serviks

Pada masa subur, cairan ini bertekstur lengket dan kental.

Perubahan terjadi menjelang masa subur, yaitu dengan

meningkatnya jumlah cairan dan perubahan tekstur menjadi

berwarna bening dan lebih cair.

b) Dorongan seksual meningkat

Hormone estrogen dan progesterone akan meningkat dalam

masa subur sehingga meningkatkan hasrat seksual.


42

c) Temperatur tubuh meningkat dan payudara lebih lunak

Meningkatnya hormon progesterone ketika masa subur akan

memicu kenaikan suhu tubuh (±0,5oC) dan menyebabkan

payudara menjadi lunak.

2) Menunda Kehamilan dengan Kontrasepsi yang Tepat

Bagi pasangan yang belum ingin segera memiliki anak atau

istri berusia kurang dari 20 tahun, dapat menunda kehamilan

dengan menggunakan salah satu metode KB yang sesuai.

Pasangan dianjurkan untuk berkonsultasi ke fasilitas pelayanan

kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Metode kontrasepsi bagi pasangan suami istri yang baru

menikah dan ingin menunda kehamilan antara lain:

a) Sistem kalender, yaitu cara menunda kehamilan dengan

mencatat kapan masa subur wanita berlangsung. Sistem

kalender ini menerapkan aturan dengan menghindari

hubungan seksual saat memasuki masa subur. Namun juga

memerlukan ketelitian dan kecermatana dalam mencatat

kapan masa subur.

b) Senggama terputus, yaitu dengan mengeluarkan penis dari

vagina saat mencapai klimaks, sehingga penis mengeluarkan

sperma diluar vagina. Namun menurut penelitian, hanya 4%

pasangan yang berhasil mencegah kehamilan dengan cara ini.


43

c) Kondom

Penggunaan kondom tidak hanya membantu mengurangi

kemungkinan terjadinya kehamilan, tapi juga efektif dalam

mengurangi resiko penularan penyakit menular seksual.

Gunakan secara hati-hati, pastikan tidak lewat dari masa

kadaluwarsa, permukaan kondom tidak robek/ bocor.

d) Kontrasepsi oral (Pil KB)

Pil KB merupana salah satu jenis kontrasepsi yang paling

umum dikenal, pil KB mengandung hormone estrogen dan

progestin sintetis (buatan). Meski kandungan hormone dalam

pil KB bisa menimbulkan beberapa efek samping, namun bila

dikonsumsi secara rutin sesuai anjuran dari dokter, maka

kontrasepsi ini memiliki efektivitas diatas 90%. Apabila

konsumsi pil KB dihentikan, kesuburannya akan kembali dan

bisa meningkatkan kehamilan (Kementerian Kesehatan RI,

2018).

3) Tanda-Tanda Kehamilan

Menurut (Kementerian Kesehatan RI, 2018; Walsh, 2008; Varney,

2007) terdapat beberapa tanda-tanda kehamilan, antara lain :

a) Tanda dan gejala praduga kehamilan menurut


(1) Berhenti haid

(2) Perubahan payudara, payudara membesar, terasa tegang,

kesemutan, teraba benjolan dan pembesaran putting

(3) Mual dan muntah


44

(4) Peningkatan frekuensi berkemih

(5) Kelelahan yang berlebihan

(6) Peningkatan suhu basal tubuh padahal tidak ada infeksi

(7) Tanda Chadwick (mukosa vagina merah gelap atau

merah kebiruan dan vulva berwarna gelap)

(8) Tanda Goodel (pelunakan serviks bersamaan dengan

pelunakan jaringan vagina, diikuti dengan peningkatan

cairan leukore)

(9) Pigmentasi kulit dan kondisi, seperti kloasma, striae pada

perut dan payudara, linea nigra, vascular spider, eritema

palmar

(10) Saliva berlebihan

b) Tanda kemungkinan kehamilan

(1) Perubahan uterus : ukuran, bentuk, dan konsistensi pada

kehamilan

(2) Pembesaran abdomen

(3) Palpasi janin

(4) Ballottement

(5) Tanda piskacek

(6) Tanda hegar

(7) Palpasi kontraksi Braxton hocks

(8) Tes kehamilan positif


45

c) Positif Kehamilan

(1) Jantung janin berdetak

(2) Palpasi gerakan janin

(3) Bukti kehamilan melalui pemeriksaan sonografi

4) Memeriksa Kehamilan

Seorang ibu sebaiknya mulai memeriksakan kehamilan seawal

mungkin, yaitu setelah terlambat haid selama 2 bulan berturut-

turut sehingga kesehatan ibu dan janin selalu dapat dipantau dan

ibu bisa memperoleh nasehat atau pengobatan bila ada keluhan

(Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Pelayanan pemeriksaan ibu hamil mencakup 10 T :

a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

b) Pengukuran tekanan darah ibu

c) Tentukan status gizi (ukuran lingkar lengan atas)

d) Pengukuran janin/pengukuran tinggi fundus uteri

e) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin

f) Penilaian status imunisasi TT

g) Tablet tambah darah

h) Tes laboratorium

i) Tatalaksanan kasus

j) Tatap muka/ Konseling tentang kehamilan


46

Menurut (Prawirohardjo, 2010) Kunjungan selama periode

Antenatal Care (ANC) dilakukan paling sedikit 4 kali selama

kehamilan yaitu:

a) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (0 – 12 minggu).

b) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (13 – 27 minggu).

c) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (28 – 40 minggu)

Standar ANC.

5) Menjaga Kehamilan

Ibu hamil dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa

selama tidak ditemukan adanya keluhan atau kelainan dan

memperhatikan istirahat yang cukup. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan ibu hamil adalah (Kementerian Kesehatan RI, 2015;

Manuaba, 2007; Sulistyawati and Nugraheny, 2010)

a) Jangan kelelahan dan mengangkat benda berat. Berbaring

selama 1 jam pada siang hari, usahakan kaki lebih tinggi dari

perut. Tidur cukup (9-10 jam). Tidur terlentang pada saat

hamil muda, ridur miring pada kehamilan lanjut

b) Berpakaian longgar yang menyerap keringat. Memakai bra

yang dapat menahan payudara serta memakai alas kaki

bertumit rendah

c) Posisi hubungan seksual perlu diatur agar tidak menekan perut

ibu.

d) Pemakaian obat harus sesuai dengan petunjuk dokter


47

e) Beraktivitas fisik dengan berjalan kaki selama 30-60 menit

tiap hari atau berolahraga ringan seperti senam hamil

dilakukan dengan hati-hati dan seksama

f) Hindari berdekatan dengan orang yang sedang sakit menular

dan orang yang merokok

g) Makan bergizi seimbang termasuk sayur dan buah 3-5 porsi

sehari

6) Kehamilan dan Persalinan Beresiko

Kehamilan dan persalinan berisiko tinggi biasanya terjadi karena

faktor 4 terlalu dan 3 terlambat (Kementerian Kesehatan RI,

2018):

a) 4 terlalu

(1) Terlalu muda usia hamil (kurang dari 20 tahun)

(2) Terlalu tua untuk hamil (lebih dari 35 tahun)

(3) Terlalu sering hamil (anak lebih dari 3)

(4) Terlalu dekat atau rapat jarak kehamilannya (kurang dari 2

tahun)

b) 3 terlambat

(1) Terlambat mengenali tanda bahaya pada kehamilan,


persalinan dan nifas, serta mengambil keputusan untuk
mencari pertolongan medis
(2) Terlambat tiba difasilitas pelayanan kesehatan
(3) Terlambat mendapat pertolongan medis yang adekuat
48

3. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2012) Pengetahuan

merupakan hasil dari tahu, hal ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan yang dimiliki terhadap objek tertentu

melalu panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan perabaan. Pengetahuan merupakan faktor yang

sangat penting dalam pembentukan perilaku atau tindakan seseorang

(overt behavior).

Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang dalam

mengenal atau mengingat kembali suatu objek, ide, prosedur,

prinsip atau teori yang pernah ditemukan dengan tanpa

memanipulasinya. Berdasarkan pengalaman dan penelitian, terbukti

bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan cenderung lebih

langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

b. Tingkatan Pengetahuan

Tingkatan pengetahuan adalah seberapa dalam seseorang dalam

menghadapi, mendalami, memperdalam perhatian. Terdapat enam

tingkatan pengetahuan:

1) Tahu (Know), yaitu pengingat akan suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya.
49

2) Memahami (Comprehension), yaitu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (Application), yaitu kemampuan menggunakan materi

yang telah dipelajari pada kondisi atau situasi sebenarnya.

4) Analisis (Analysis), yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya

satu sama lain.

5) Sintesis (Synthesis), yaitu kemampuan meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentu keseluruhan

yang baru. Atau suaru kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation), yaitu kemampuan untuk melakukan

justifikasi/ penilaian terhadap suatu materi atau objek.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

1) Faktor Internal menurut Notoatmodjo (2010)

a) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah yang

berlangsung seusia hidup. Pendidikan mempengaruhi proses

belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin

mudah dalam menerima informasi. Hal ini sejalan dengan


50

penelitian yang dilakukan oleh Putri, dkk (2010) menunjukkan

bahwa responden yang berpendidikan rendah (setingkat

SD atau bahkan tidak sekolah) memiliki tingkat

pengetahuan dan pengertian yang rendah.

Peningkatan pengetahuan dapat diperoleh melalui

pendidikan formal maupun non formal. Pengetahuan

seseorang mengenai sesuatu mengandung dua aspek yaitu

aspek positif dan negatif, kedua aspek inilah yang nantinya

dapat menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu.

b) Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau

keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Dengan adanya

pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cukup dari

seseorang, sangatlah mungkin seseorang tersebut akan

berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan.

c) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami

seseorang (Middle Brook, 1974) yang dikutip oleh Azwar

(2010), mengatakan bahwa tidak adanya suatu pengalaman

sama sekali, suatu objek psikologis cenderung akan bersikap

negatif terhadap objek tersebut. Untuk menjadi dasar

pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah

meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih


51

mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut dalam

situasi yang melibatkan emosi, penghayatan, dan pengalaman,

sehingga akan lebih mendalam dan lama membekas.

d) Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan

yang diperolehnya semakin membaik

2) Faktor Eksternal menurut Notoatmodjo (2010)

a) Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuahan primer ataupun sekunder,

keluarga dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi

dibanding dengan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal

ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informai termasuk

kebutuhan sekunder. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ekonomi

dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai

hal

b) Informasi

Informasi juga dapat diperoleh dari pendidikan formal

maupun non formal serta dapat memberikan pengaruh jangka

pendek (immediate impact), sehingga menghasilkan

perubahan atau peningkatan pengetahuan. Perkembangan

teknologi yang terus-menerus dapat menghasilkan media


52

massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat.

berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat

kabar, majalah dll mempunyai pengaruh besar terhadap

pemberntukan opini dan kepercayaan seseorang.

c) Kebudayaan / Lingkungan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan kita.

Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk selalu

menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin

berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap

seseorang.

d. Proses Adopsi Pengetahuan

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan sebelum seseorang

mengadopsi perilaku baru, terjadi proses yang berurutan (Efendi,

2009) yaitu:

1) Awareness (Timbul Kesadaran) yaitu orang tersebut menyadari

(mengetahui) stimulus terlebih dahulu.

2) Interest (Ketertarikan), yakni orang tersebut mulai tertarik kepada

stimulus.

3) Evaluation (Mempertimbangkan baik tidaknya stimulus) yaitu

sikap orang tersebut sudah lebih baik lagi.

4) Trial (Mulai mencoba) yaitu orang tersebut memutuskan untuk

mulai mencoba perilaku baru.


53

5) Adaption (Mengadaptasi) yaitu orang tersebut telah berperilaku

baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya

terhadap stimulus.

Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers

menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap

tahu diatas (Notoatmodjo, 2012)

4. Sikap

a. Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap sesuatu stimulus atau objek. Sikap merupakan

salah satu aspek psikologis individu yang sangat penting, karena sikap

merupakan kecendrungan untuk berperilaku sehingga akan banyak

mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2012).

Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2012) bahwa sikap

mempunyai 3 komponen pokok yaitu :

1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3) Kecenderungan untuk bertindak (Tend of behave)

Ketiga komponem ini secara bersama-sama membentuk sikap

yang utuh (total attitude), dimana pengetahuan, pikiran, keyakinan dan

emosi memegang peranan penting. Sikap merupakan salah satu aspek

psikologis individu yang sangat penting karena sikap merupakan


54

kecendrungan untuk berperilaku sehingga sikap akan banyak

mewarnai perilaku seseorang (Ali dan Asrori, 2011)

b. Tingkatan Sikap

Sikap terdiri atas berbagai tingkatan sebagai berikut (Notoatmodjo,

2012):

1) Menerima (receiving) yaitu menerima berarti mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan.

2) Merespon (responding) yaitu merespon berarti memberikan

jawaban jika ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang

diberikan.

3) Menghargai (valuing), pada tingkat menghargai, individu

mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah.

4) Bertanggung jawab (responsible) yaitu menerima semua resiko

terhadap sesuatu yang telah dipilih.

c. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar Z (2010), terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi

sikap, yaitu:

1) Pengalaman pribadi

Pembentukan sikap dapat didasari oleh pengalaman pribadi

apabila pengalaman pribadi tersebut meninggalkan kesan yang

kuat.
55

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain yang ada disekitar merupakan salah-satu diantara

komponen sosial yang dapat mempengaruhi sikap. Seseorang yang

dianggap penting, seseorang yang berarti khusus (Significant

others).

3) Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan memberikan corak pengalaman kepada

masyarakatnya, sehingga tanpa disadari kebudayaan telah

menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah.

4) Media massa

Media massa sebagai penyampaian informasi, membawa pesan

yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.

5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga

agama sangat menentukan system kepercayaan, sehingga konsep

tersebut dapat mempengaruhi sikap.

6) Emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi

yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk

mekanisme pertahanan ego.


56

5. Pernikahan

a. Pengertian Pernikahan

Menurut UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 1 perkawinan adalah ikatan

lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri

dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia

dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Pernikahan atau perkawinan adalah lambang disepakati suatu

perjanjian (akad) antara seorang laki-laki dan perempuan, atas dasar

hak dan kewajiban yang setara dengan kedua belah pihak (Kumalasari

& Andhyantoro, 2012).

b. Tujuan Pernikahan

Tujuan pernikahan menurut Undang-undang pernikahan No.1

tahun 1974 adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal

berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa.

c. Syarat – Syarat Pernikahan

Pasal 6

1) Perkawinan didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai

2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum berumur

21 tahun harus mendapat izin kedua orang tua.

3) Dalam hal seorang dari kedua orang tua meninggal dunia atau

dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin

yang dimaksud ayat (2) pasal ini cukup diperoleh dari orang tua
57

yang masih hidup atau dari orang tua yang mampu menyatakan

kehendaknya.

4) Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam

keadaan tidak mampu untuk menyatakan kehendaknya, maka izin

diperoleh dari wali orang yang memelihara atau keluarga yang

mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke atas

selama mereka masih hidup dan dalam keadaan menyatakan

kehendaknya.

Pasal 7

Menurut UU RI Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas UU

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

1) Perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah

mencapai umur 19 tahun (Sembilan belas) tahun

2) Dalam hal terjadi penyimpangan terhadap ketentuan umur

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), orang tua pihak pria dan/

orang tuan pihak wanita dapat meminta dispensasi kepada

Pengadilan dengan alasan sangat mendesak disertai bukti-bukti

pendukung yang cukup

3) Pemberian dispensasi oleh Pengadilan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) wajib mendengarkan pendapat kedua belah calon

mempelai yang akan melangsungkan perkawinan

4) Ketentuan-ketentuan mengenai keadaan seorang atau kedua orang

tua calon mempelai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3)


58

dan ayat (4) berlaku juga ketentuan mengenai permintaan

dispensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan tidak

mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat

(6).

6. Pengaruh Pemberian KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) Kesehatan

Reproduksi terhadap Pengetahuan dan Sikap Calon Pengantin

Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan reproduksi

adalah keadaan fisik, mental dan kesejahteraan sosial dalam kaitannya

dengan reproduksi (Khajehei, Ziyadlou and Ghanizadeh, 2013). Masih

banyak anggapan yang salah tentang kesehatan reproduksi, sehingga

persamaan persepsi dan informasi perlu diberikan agar tidak salah

perilaku dalam kesehatan reproduksi menurut Admin (2010) dalam

(Nuraisah, 2016). Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting

dalam pembentukan perilaku atau tindakan seseorang (overt behavior).

Pengetahuan terjadi secara bertahap dari tahu, memahami hingga dapat

diterapkan didalam kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo, 2014).

Sikap merupakan salah satu aspek psikologis individu yang sangat

penting, karena sikap merupakan kecenderungan untuk berperilaku

sehingga akan banyak mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo,

2014). Sikap akan terbentuk secara utuh karena adanya pengetahuan,

pikiran, keyakinan dan emosi yang memiliki peranan penting. Oleh


59

karena itu, perlu adanya KIE untuk memberikan bantuan dalam

meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap.

KIE merupakan gabungan dari tiga konsep yaitu komunikasi,

informasi dan edukasi yang memiliki keterikatan satu sama lain. BKKBN

mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses penyampaian isi pesan

dari seseorang kepada pihak lain untuk mendapatkan tanggapan,

informasi sebagai data dan fakta untuk diketahui dan dimanfaatkan oleh

siapa saja, sementara edukasi didefinisikan sebagai sesuatu kegiatan yang

mendorong terjadinya perubahan (pengetahuan, sikap, perilaku dan

keterampialn) seseorang, kelompok, dan masyarakat.

Hal ini diperkuat dengan penelitian dari (Tindaon, 2018) dengan

judul “Pengaruh Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Melalui

Media Leaflet dan Video terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja

tentang Paparan Pornografi di SMP Negeri 1 Sidamanik Kecamatan

Sidamanik Kabupaten Simalungun Tahun 2016” bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara pengetahan dan sikap siswa tentang

paparan pornografi sebelum dan sesudah diberikan leaflet dan video.

Maka dapat disimpulkan bahwa KIE kesehatan reproduksi memiliki

pengaruh terhadap pengetahuan dan sikap daripada yang tidak

mendapatkan KIE kesehatan reproduksi.


60

B. Kerangka Teori

Materi kesehatan reproduksi : Faktor –faktor yang mempengaruhi:


1. Pengertian Faktor Internal :
2. Hak reproduksi dan
seksual 1. Pendidikan
2. Minat
3. Organ reproduksi
3. Pengalaman
4. Persiapan organ 4. Usia
reproduksi
5. Penyakit Menular Seksual Faktor Eksternal :
(PMS) 1. Ekonomi
6. Informasi tentang 2. Informasi
Kehamilan 3. Kebudayaan / Lingkungan

KIE (Komunikasi, Pengetahuan


Informasi, Edukasi)
kesehatan reproduksi
Sikap

Media KIE :
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
Media cetak
1. Pengalaman pribadi
1. Leaflet 2. Pengaruh orang lain yang dianggap
2. Booklet penting
3. Rubik 3. Pengaruh kebudayaan
4. Poster 4. Media massa
5. Flyer 5. Lembaga pendidikan dan lembaga
agama
6. dll
6. Emosional
Media audio visual

Media internet

Gambar 2.3 Kerangka Teori


Sumber : Notoatmodjo dan Azwar Z (2010), Notoatmodjo (2012), Kemenkes RI (2018)
61

C. Kerangka konsep

Pengetahuan calon pengantin


KIE Kesehatan
Reproduksi dengan
media leaflet Sikap calon pengantin

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Ada pengaruh pemberian KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) kesehatan

reproduksi terhadap pengetahuan dan sikap calon pengantin di Kantor Urusan

Agama (KUA) Jatinom Kabupaten Klaten.

You might also like