You are on page 1of 9

ISSN : 2598–3814 (Online), ISSN : 1410–4520 (Cetak)

ANALISA KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL


JALAN KOL. YOS SUDARSO – JALAN PULAU
SUMATERA DI KELURAHAN MABAR,
KECAMATAN MEDAN DELI KOTA MEDAN

Marwan Lubis, Gunawan Tarigan, Anggi Suharamadhan, Hamidun Batubara


Program Studi Teknik Sipil, Fakultas teknik, Universitas Islam Sumatera Utara
marwanlubis@ymail.com; tarigangunawan19@gmail.com
anggisuharamadhan98@gmail.com; barastone1966@gmail.com

Abstrak
Persimpangan adalah bagian dari ruas jalan dimana arus dari berbagai arah atau jurusan bertemu. Itulah
sebabnya di persimpangan terjadi konflik antara arus dari jurusan yang berlawanan dan saling memotong,
sehingga mengakibatkan terjadinya kemacetan di sepanjang lengan simpang. Oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian pada simpang dengan tujuan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, terutama yang berkaitan
dengan kondisi operasional simpang. Penelitian ini dilakukan pada simpang tiga tak bersinyal di jl. Kol Yos
Sudarso, jl. Pulau Sumatera, jl. Kol Yos Sudarso di kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli. Penelitian pada
simpang tiga tak bersinyal ini dilakukan selama 3 hari, yaitu rabu 9 september 2020, kamis 10 september 2020,
sabtu 12 september 2020. Selama 3 hari tersebut dilakukan pengumpulan data lalu lintas yang dilakukan dalam
3 priode yaitu pada pagi (07.00 – 09.00), siang (11.00 – 13.00), dan sore (16.00 – 18.00). Pengambilan data
lalu lintas dilakukan dengan mencatat jumlah kendaraan yang melewati simpang tiap 15 menit selama 2 jam.
Dari hasil pengumpulan data diperoleh data primer berupa arus lalu lintas pada jam puncak, geometrik ruas
jalan dan persimpangan, kecepatan sesaat, dan hambatan samping. Data sekunder berupa data jumlah
penduduk. Analisis dilakukan berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Berdasarkan
perhitungan kinerja simpang untuk kondisi simpang tak bersinyal pada keadaan eksisting, didapat waktu sibuk
pada simpang tiga tak bersinyal diambil pada hari dan jam puncak yaitu pada hari kamis 10 september 2020
jam 16.00 – 18.00. Hasil perhitungan didapat jumlah arus total 7404 smp/jam, nilai kapasitas (C) pada lengan
B = 2949 smp/jam dan derajat kejenuhan (DS) = 1,32. Lengan D = 4761 smp/jam dan derajat kejenuhan (DS)
= 0,98, Lengan C = 3058 smp/jam dan derajat kejenuhan (DS) = 0,89 Untuk meningkatkan kondisi operasional
dari simpang dapat dilakukan beberapa alternative penanganan yaitu pelebaran jalan, pemasangan lampu lalu
lintas pada setiap jaringan jalan di persimpangan tersebut,serta adanya rencana perubahan geometrik pada
persimpangan tersebut.

Kata-Kata Kunci : Simpang, tak Bersinyal, Kendaraan, MKJI 1997i

I. Pendahuluan dimana dua jalan atau lebih bergabungatau


bersimpangan, termasuk jalan dan fasilitas tepi
Transportaasi Diartikan sebagai pemindahan jalan untuk penggerak lalu lintas didalamnya.
barang dan manusia dari tempat asal ke tempat Perkembangan kota yang sangat pesat dan
tujuan. Peroses pengangkutan merupakan gerakan diiringi dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi
dari tempat asal, dari mana kegiatan angkutan tentu akan menyebabkan timbulnya masalah dalam
dimulai, ke tempat tujuan kemana kegiatan berbagai bidang salah satunya adalah dalam bidang
pengangkutan diakhiri. Peran transportasi sangat transportasi. Suatu hal yang mutlak, tidak dapat
penting untuk saling menghubungkan daerah dihindari dan akan terus berlanjut seiring
sumber bahan baku, daerah produksi, daerah perkembangan zaman. Sistem transportasi yang
pemasaran dan daerah pemukiman sebagai tempat efektif dan efisien ditengah perkembangan kota
tinggal konsumen. Transportasi sangat penting bagi yang pesat sangatlah dibutuhkan untuk menunjang
manusia, karena memudah kan manusia pergerakan/ mobilitas masyarakat. Peningkatan
beraktivitas. aktifitas ekonomi khususnya di wilayah pusat kota
Jaringan jalan memiliki fungsi yang sangat akan berdampak terhadap peningkatan mobilitas
penting yaitu sebagai prasarana untuk masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan
memindahkan/ tranportasi orang maupun barang, dan kepentinganya.
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, sosial, Medan merupakan kota terbesar ketiga yang
budaya, dan stabilitas nasional, serta upaya terletak di bagian utara pulau Sumatra setelah
pemerataan dan penyebaran pembangunan. Jakarta dan Surabaya. Sebagai Ibukota, Medan
Persimpangan merupakan bagian yang tidak menjadi pusat dari berlangsungnya hampir segala
terpisahkan dari semua sistem jalan. Persimpangan aktivitas, baik di bidang perekonomian,
jalan dapat didefinisikan sebagai daerah umum pemerintahan, perindustrian serta sosial-budaya

203 Buletin Utama Teknik Vol. 17, No. 2, Januari 2022


ISSN : 2598–3814 (Online), ISSN : 1410–4520 (Cetak)

lingkup Sumatera Utara, hal ini tentunya akan Sementara bangunan pelengkap jalan adalah
menjadi peluang kota medan untuk semakin bangunan yang melekat dan tidak dapat dipisahkan
mengembangkan dan memperbaiki fasiltas dari badan jalan itu sendiri, seperti jembatan,
infrastruktur guna mendukung dan melengkapi ponton, lintas atas (overpass), lintas bawah
kebutuhan masyarakat pengguna baik dari dalam (underpass), tempat parkir, gorong-gorong, tembok
kota Medan maupun dari luar kota Medan baik penahan lahan atau tebing, saluran air dan
yang berkepentingan bisnis maupun berwisata di pelengkapan yang meliputi rambu-rambu dan
kota Medan. marka jalan, pagar pengaman lalau lintas, pagar
Pengembangan pusat-pusat kegiatan yang daerah milik jalan serta lampu lalu lintas.
menimbulkan bangkitan atau tarikan lalu lintas Jalan mempunyai suatu sistem jaringan yang
yang besar akan memberikan tekanan yang cukup mengikat dan menghubungkan pusat-pusat
berarti pada prasarana jalan yang ada untuk pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam
melayani dan menampung beban lalu lintas pengaruh pelayanannya dalam hubungan hierarki.
tambahan yang ditimbulkan akibat adanya Menurut perananan pelayanan jasa distribusi,
pengembangan moda transportasi. Dalam upaya terdapat 2 macam jaringan jalan yaitu sistem
meminimalkan permasalahan lalu lintas, maka jaringan jalan primer dan sistem jalan sekunder.
suatu hal yang harus dilakukan adalah melakukan Pada dasarnya di Indonesia terdapat tiga klasifikasi
analisis dampak lalu lintas pada Pengembangan (hirarki) utama jalan, yaitu:
beberapa pusat kegiatan, khususnya yang • Hirarki menurut fungsi/peranan jalan (Arteri,
diperkirakan memberikan dampak penting terhadap Kolektor, Lokal)
sistem jaringan jalan yang ada di sekitar lokasi • Hirarki menurut kelas jalan (I, IIA, IIB, III)
pembangunan. Dalam perkembangannya, kegiatan • Hirarki menurut administrasi/wewenang
Pengembangan di Kawasan Kota Medan pembinaan (Nasional, Propinsi,
dihadapkan pada berbagai masalah, baik masalah Kabupaten/Kotamadya)
sosial, ekonomi maupun Transportasi.
Permasalahan terkait transportasi salah satunya 2.1.1 Pembinaan Jalan
adalah semakin tingginya penggunaan angkutan Pengelompokkan jalan menurut
pribadi sehingga menambah beban lalu lintas di status/wewenang pembinaannya dibagi menjadi
jalan. jalan Nasional, jalan Propinsi, jalan
kabupaten/kotamadya, jalan desa dan jalan
II. Tinjauan Pustaka khusus.Pembina jalan nasional dilaksanakan oleh
Menteri PU atau pejabat yang ditunjuk,jalan
2.1 Pengertian Jalan Propinsi dilaksanakan oleh kabupaten adalah
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang pemda tingkat II kabupaten atau instansi yang
meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan ditunjuk, jalan kotamadya dilaksanakan oleh pemda
pelengkap dan perlengkapannya yang Tk II kotamadya atau instansi yang ditunjuk, jalan
diperuntukkan bagi lalu linas, yang berada desa dilaksanakan oleh Pemerintah Desa/kelurahan
dipermukaan tanah, di permukaan air, kecuali dan jalan khusus pelaksananya adalah Pejabat atau
jalan lori, jalan kerata api, dan jalan kabel. orang yang ditunjuk
Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan Sistim jaringan primer dan jalan arteri
bagi lalu lintas umum sedangkan jalan khusus sekunder oleh Menteri P.U, atas menteri
adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan perhubungan , secara berkala dan sistim jaringan
usaha, perseorangan atau kelompok masyarakat jalan sekunder, kecuali jalan arteri sekunder , oleh
untuk kepentingan sendiri. Penyelenggaraan jalan Gubernur/kepala daerah Tk I atas usul
adalah kegiatan yang meluputi pengaturan, bupati/walikota madya, sesuai petunjuk menteri
pembinaan, pembangunan dan pengawasan jalan. P.U dan menteri perhubungan.
Pengaturan jalan adalah kegiatan perumusan Pada pelaksanaannya pembinaan jalan disusun
kebijakan perencanaan, penyususnan rencana mencangkup usaha-usaha memelihara/merawat
umum, dan penyusunan peraturan perundangan- serta memperbaiki kerusakan-kerusakan terhadap
undangan jalan. seluruh ruas jalan yang ada dalam kondisi mantap
Pembinaan jalan adalah kegiatan penyusunan agar tetap ada dalam kondisi mantap. Pengertian ini
pedoman dan standart teknis, pelayanan, mencakup penanganan permukaan aspal dan
pemberdayaan sumber daya manusia, serta drainase,maka pemeliharaan perlu ditingkatkan
penelitian dan pengembangan jalan. Pembangunan dengan ketajaman yang memadai, pemeliharaan
jalan adalah kegiatan pemrograman dan jalan menyangkut pemeliharaan rutin dan
penganngaran, perencanaan teknis, pelaksanaan pemeliharaan berkala (routine and periodic
konstruksi serta pengoperasiaon dan pemeliharaan maintenances). Pemeliharaan jalan yang memadai
jalan. Pengawasan jalan adalah kegiatan yang dapat memperpanjang umum pelanyan jalan yang
dilakukan untuk mewujutkan tertib pengaturan, mantap.
pembinaan dan pembangunan jalan.

Buletin Utama Teknik Vol. 17, No. 2, Januari 2022 204


ISSN : 2598–3814 (Online), ISSN : 1410–4520 (Cetak)

Program rehabilitasi jalan, mencakup • kecepatan rencana minimal 60 Km/jam


penaganan khusus pada jalan terhadap setiap • lebar badan jalan minimal 11 meter
kerusakan spesifik dan bersifat setempat. Pada ruas • kapasitas lebih besar dari pada volume
jalan dengan kemampuan pelayanan yang mantap. lalu lintas rata-rata
Program penunjangan jalan, merupakan • lalu lintas jarak jauh tidak boleh
penanganan jangka pendek terhadap ruas-ruas jalan terganggu oleh lalu lintas ulang-alik, lalu
danm jembatan” yang berada dalam keandaan lintas lokal dan kegiatan lokal
kondisipelayanan tidak mantap, sebelum program • jalan masuk dibatasi secara efesien
peningkatandapat dilakukan, untuk menjaga agar • jalan persimpangan dengan peraturan
ruas jalandan jembatan dimaksud tetap dapat tertentu tidak mengurangi kecepatan
berfungsi melayani lalu lintas meskipun dengan rencana dan kapasitas jalan.
kemampuan pelayanan yang tidak mantap. b) Jalan Kolektor Primer
Program peningkatan merupakan usaha-usaha Jalan kolektor primer adalah Menghubungkan
meningkatkan kemampuan pelayanan ruas ruas kota jenjang kedua dengan dengan kota
jalan (termasuk jembatannya) untuk memenuhi jenjang yang kedua atau menghubungkan
tingkat pelayanan yang sesuai dengan pertumbuhan yang kedua dengan yang ketiga,yang
lalu lintas serta berada tetap dalam kemampuan melayani angkutan pengumpulan/pembagian
pelayanan mantap sesuai umum rencana yang dengan ciri-ciri perjalan jarak sedang,
ditetapkan (umumnya 5 tahun sampai dengan 10 kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan
tahun). masuk dibatasi, dengan persyaratannya
Program penggantian jembatan ,dimaksut sebagai berikut :
sebagai progrom untuk mempercepat berfungsinya
• kecepatan rencana minimal 40 km/jam
jalan, kkarena adanya sejumlah besar jembatan
• lebar badan jalan minimal 9 meter
yang ada dalam keadaan perlu diganti dan
• kapasitas sama dengan atau lebih besar
sebagian besar merupakan penyebab kurangnya
daripada volume lalu lintas rata-rata
ruas jalan.
Program pembangunan jalan baru ialah • jalan masuk dibatasi, direncanakan
pembanguan ruas-ruas jalan yang ada dalam bentuk sehingga tidak mengurangi kecepatan
alternatif, atau penyediaan prasarana jalan baru rencana dan kapasitas jalan
guna pembukaan daerah baru dalam rangka • tidak terputus walau memasuki kota.
pengembangan wilayah dan dalam usaha c) Jalan Lokal Primer
menunjang lokasi sektor-sektor sterategis . Jalan lokal primer menghubungkan kota
program-program mencakup pembangunan jenjang kesatu dengan persil atau kota jenjang
jalan baru baik yang akan dioperasikan sebagai kedua dengan persil, kota jenjang ketiga
jalan tol , maupun bukan jalan tol . pada dengan ketiga, kota jenjang ketiga dengan
pembangunan jalan baru bukan jalan tol , produk yang di bawahnya, kota jenjang ketiga dengan
pembangunan pada umumnya dilakukan dengan persil atau kota dibawah kota kota jenjang
cara pentahapan untuk mencapai produk standar ketiga sampai persil, yang melayani angkutan
teknis terbaik ataupun produk fungsional. setempat dengan ciri-ciri perjalan jarak dekat,
kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan
2.1.2 Persyaratan Jalan Menurut Peranannya masuk tidak dibatasi, dengan persyaratannya
Jalan mempunyai peranan penting terutama sebagai berikut :
yang menyangkut perwujudan perkembangan antar • kecepatan rencana minimal 20km/jam
daerah yang seimbang dan pemerataan hasil • lebar minimal 7.5 meter
bangunan serta pemantapan pertahan dan keaman • tidak terputus walau masuk desa
nasional dalam rangka mewujudkan pembangunan d) Jalan Arteri Sekunder
nasional. Jalan arteri sekunder menghubungkan
a) Jalan Arteri Primer kawasan primer dengan sekunder kesatu, atau
Jalan arteri primer adalah Jaringan jalan dengan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan
peranan pelayanan jasa distribusi untuk sekunder kesatu atau yang kesatu dengan yang
pengembangan semua wilayah ditingkat kedua, dengan persyaratannya sebagai
nasional dengan semua simpul jasa distribusi berikut:
yang kemudian berwujud kota. Jalan arteri • kecepatan rencana minimal 30 km/jam
primer menghubungkan kota jenjang kesatu • lebar badan jalan minimum 11 meter
yang terletak berdampingan atau • kapasitas sama atau lebih besar dari
menghubungkan kota jenjang kesatu dengan volume lalu lintas rata-rata
yang kedua. yang melayani perjalanan jarak • lalu lintas cepat tidak boleh terganggu
jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan oleh lalu lintas lambat
dibatasi secara efesien, dengan persyaratan • persimpangan dengan peraturan
sebagai berikut : tertentu, tidak mengurai kecepatan.

205 Buletin Utama Teknik Vol. 17, No. 2, Januari 2022


ISSN : 2598–3814 (Online), ISSN : 1410–4520 (Cetak)

e) Jalan kolektor Sekunder kendaraan dalam arus lalu lintas, beberapa jenis
Jalan kolektor sekunder menghubungkan persimpangan, yaitu :
sekunder dengan kawasan sekunder kedua • Persimpangan sebidang (at-grade
atau kawasan sekunder kedua dengan junctions) dimana dua ruas jalan yang
perumahan atau kawasan sekunder ketiga dan saling bertemu pada elevasi yang sama
seterusnya dengan perumahan, dengan (sebidang).
persyaratannya sebagai berikut : • Persimpangan tidak sebidang (grade-
• kecepatan rencana minimum 20 km/jam separated junctions) dimana pertemuan
• lebar jalan minimum 9 meter dua ruas jalan yang satu diatas dan
f) Jalan Lokal Sekunder dibawah atau sebaliknya.
Jalan lokal sekunder adalah menghubungkan 2.4.1 Pembagian Bentuk Persimpangan
satu dengan lainnya dikawasan sekunder Buku "Standar Perencanaan Geometrik untuk
dengan angkutan setempat dengan jarak Jalan Perkotaan" (Direktorat Jenderal Bina Marga,
pendek dan kecepatan rendah, dengan Maret 1992) mencantumkan panduan umum untuk
persyaratannya sebagai berikut : perencanaan simpang sebidang. Informasi lain yang
• kecepatan rencna minimal 10 km/jam berhubungan terutama tentang marka jalan terdapat
• lebar badan jalan minimal 6.5 meter pada buku "Produk Standar untuk Jalan Perkotaan"
• lebar jalan tidak diperuntukkan bagi (Direktorat Jenderal Bina Marga, Pebruari 1987).
kendaraan beroda tiga atau lebih, minimal Dokumen ini mencantumkan parameter
3,5 meter perencanaan untuk kelas simpang yang berbeda,
tetapi tidak menentukan suatu tipe simpang. Karena
2.2 Karakteristik Jalan itu sejumlah tipe simpang ditunjukkan pada
2.2.1. Tipe Jalan Gambar 1.
Bebagai tipe jalan akan menunjukan kinerja Semua tipe simpang dianggap mempunyai
yang berbeda pada pembebanan lalu lintas tertentu, kereb dan trotoar yang sesuai, dan ditempatkan
tipe jalan ditunjukan dengan potongan melintang pada daerah perkotaan dengan hambatan samping
jalan yang ditunjukan oleh jumlah lajur dan arah sedang. Semua gerakan membelok dianggap
pada setiap segmen jalan (MKJI, 1997). Tipe jalan diperbolehkan. Metode perhitungan rinci dalam
untuk jalan perkotaan yang digunakan dalam MKJI manual ini juga memungkinkan analisa jalan satu-
1997 di bagi menjadi 4 bagian antara lain : arah.
1. Jalan dua jalur dua arah tak terbagi (2/2 UD) Pengaturan "hak jalan" dianggap berlaku
2. Jalan empat lajur dua arah untuk semua pendekat yaitu tidak ada pengaturan
a. Tak terbagi ( yaitu tanpa median) (4/2 UD) tanda "beri jalan " dan "berhenti". Apabila
b. Terbagi (yaitu dengan median) (4/2 UD) pengaturan yang terakhir tidak ada, metode
3. Jalan enam lajur dua arah terbagi (6/2 D), perhitungan kapasitas dengan pengaturan hak jalan
dan yang diterangkan dalam manual ini dapat
4. Jalan satu arah (1-3/1) dipergunakan.

2.3 Pengukuran kinerja lalu lintas


Sistem transportasi tersedia untuk
menggerakan (memindahkan) orang dan barang
dari satu tempat ketempat lain secara efisien dan
aman. Efisiensi biasanya dipertimbangkan dalam
bentuk kecepatan dan biaya. Jadi bagaimanakah
seyogyanya unjuk kerja (performansi) suatu system
transportasi dievaluasi ? dan bagaimanakah
permasalahan-permasalahan dapat diidentifikasikan
untuk dilakukan pemecahannya ? dan
bagaimanakah permasalahan-permasalahan ini
ditetapakan peringkatnya (dirangking) menurut
urutan tingkat beratnya (keseriusan) permasalahan
tersebut.
2.4 Persimpangan
Persimpangan adalah simpul dalam jaringan
transportasi dimana dua atau lebih ruas jalan
bertemu, disini arus lalu lintas mengalami konflik.
Pengoperasian persimpangan sangat dipengaruhi
oleh volume total, jenis dan pergerakan belok dari Gambar 1. Ilustrasi tipe simpang tak-bersinyal
Sumber: (MKJI) Februari 1997

Buletin Utama Teknik Vol. 17, No. 2, Januari 2022 206


ISSN : 2598–3814 (Online), ISSN : 1410–4520 (Cetak)

III. Metodologi Penelitian 3.3 Tahapan Pekerjaan


Sesuai dengan maksud dan tujuan dari
3.1 Gambar Lokasi penelitian ini serta pertimbangan batasan dan ruang
Dalam penelititan ini lokasi penelitian yang lingkup penelitian, maka rencana pelaksanaan
diambil adalah simpang tiga tak bersinyal dengan penelitian akan mengikuti bagan alir.
kondisi lalu lintas yang dianggap cukup padat dan
sering terjadi gangguan lalu lintas berupa arus lalu 3.4 Tahapan Pengumpulan Data
lintas yang tidak teratur dan rawan terjadi Pengumpulan data pada penelitian ini dibagi
kecelakaan lalu lintas. Simpang tiga tak bersinyal menjadi dua tahapan sesuai
tersebut terletak di Jalan Kol Yos Sudarso dengan dengan kebutuhan data-data tersebut, secara
Jalan Pulau Sumatera. Peta lokasi penelitian dan terperinci dua tahapan tersebut meliputi :
persimpangan Rumah Potong Hewan dapat dilihat 1. Pengumpulan data sekunder
pada Gambar 2 dan 3. 2. Pengumpulan data primer

3.4.1 Pengumpulan Data Sekunder


Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan
beberapa cara di bawah ini,yaitu:
a. Pergerakan arus lalu lintas di persimpangan
Arus lalu lintas di persimpangan jalan kol yos
sudarso dengan jalan pulau sumatera terpantau
sibuk di pagi hari pada jam-jam 07.00 wib s/d
09.00 wib dan sore hari pada jam-jam 16.00 wib
s/d 18.00 wib,sehingga sering terjadi antrian
kendaraan.Dimana pada jam 07.00 wib s/d 09.00
wib waktunya orang-orang pergi kerja dan jam
16.00 wib s/d 18.00 wib waktunya orang-orang
Gambar 2. Peta Lokasi pulang kerja.
b. Manajemen lalu lintas pada kondisi eksisting
Manajemen lalu lintas pada kondisi eksisting
yaiyu upaya-upaya pemanfaatan semaksimal
mungkin sistem jaringan jalan yang ada dan bisa
menampung lalu lintas sebanyak mungkin atau
menampung pergerakan orang sebanyak mungkin
dan memeperhatikan keterbatasan lingkungan (
kapasitas lingkungan ). Memberi prioritas utama
kelompok pengguna jalan tertentu dan
menyesuaikan kebutuhan kelompok pemakai jalan
lainnya serta menjaga kecelakaan lalu lintas sekecil
mungkin.

c. Kelasifikasi berdasarkan status dan fungsi jalan


Gambar 3. Persimpangan Rumah Potong Hewan Sesuai dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006
3.2 Sketsa Simpang tentang Jalan, maka sesuai dengan
Hasil pengamatan yang dilihat di simpang kewenangan/status, maka jalan umum
tiga jalan kol yos sudarso dengan jalan pulau
dikelompokkan sebagai berikut:
sumatera terbentuklah sebuah sketsa yang terdapat
• Jalan Nasional
pada Gambar 4.
• Jalan Provinsi
• Jalan Kabupaten
• Jalan Kota
• Jalan Desa
Pengertian dari masing-masing status jalan
tersebut adalah sebagai berikut
1. Jalan Nasional
Jalan Nasional terdiri dari:
a. Jalan Arteri Primer
Gambar 4. Sketsa Simpang jalan Kol Yos Sudarso

207 Buletin Utama Teknik Vol. 17, No. 2, Januari 2022


ISSN : 2598–3814 (Online), ISSN : 1410–4520 (Cetak)

b. Jalan Kolektor Primer yang merupakan jalan umum yang menghubungkan


menghubungkan antar ibu kota provinsi kawasan dan/atau antar permukiman di dalam
c. Jalan Tol desa.
d. Jalan Strategis Nasional
Penyelenggaraan Jalan Nasional Kelas jalan diatur dalam Undang-Undang
merupakan kewenangan Kementerian Pekerjaan Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas dan
Umum dan Perumahan Rakyat, yaitu di Angkutan Jalan. Jalan dikelompokkan dalam
Direktorat Jenderal Bina Marga yang dalam beberapa kelas berdasarkan:
pelaksanaan tugas penyelenggaraan jalan a. Fungsi dan intensitas lalu lintas guna
nasional dibentuk Balai Besar Pelaksanaan kepentingan pengaturan penggunaan jalan dan
Jalan Nasional sesuai dengan wilayah kerjanya kelancaran lalu lintas angkutan jalan.
masing-masing.Sesuai dengan kewenangannya, b. Daya dukung untuk menerima muatan sumbu
maka ruas-ruas jalan nasional ditetapkan oleh terberat dan dimensi kendaraan bermotor.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat dalam bentuk Surat Keputusan (SK) Pengelompokan jalan menurut Kelas Jalan
Menteri PUPR. terdiri dari:
a. Jalan Kelas I
2. Jalan Provinsi Jalan Kelas I adalah jalan arteri dan kolektor
Penyelenggaraan Jalan Provinsi merupakan yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan
kewenangan Pemerintah Provinsi. Jalan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter,
Provinsi terdiri dari: ukuran panjang tidak melebihi 18.000
a. Jalan Kolektor Primer yang milimeter, ukuran paling tinggi 4.200
menghubungkan ibukota provinsi dengan milimeter, dan muatan sumbu terberat 10 ton.
ibukota kabupaten atau kota b. Jalan Kelas II
b. Jalan Kolektor Primer yang Jalan Kelas II adalah jalan arteri, kolektor,
menghubungkan antar ibukota kabupaten lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui
atau kota Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak
c. Jalan Strategis Provinsi melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak
d. Jalan di Daerah Khusus kota melebihi 12.000 milimeter, ukuran paling tinggi
Ruas-ruas jalan provinsi ditetapkan oleh 4.200 milimeter, dan muatan sumbu terberat 8
Gubernur dengan Surat Keputusan (SK) ton.
Gubernur. c. Jalan Kelas III
Jalan Kelas III adalah jalan arteri, kolektor,
3. Jalan Kabupaten lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui
Penyelenggaraan Jalan Kabupaten merupakan Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak
kewenangan Pemerintah Kabupaten. Jalan melebihi 2.100 meter, ukuran panjang tidak
Kabupaten terdiri dari: melebihi 9.000 milimeter, ukuran paling tinggi
a. Jalan kolektor primer yang tidak termasuk 3.500 milimeter, dan muatan sumbu terberat 8
jalan nasional dan jalan provinsi. ton.
b. Jalan lokal primer yang menghubungkan Dalam keadaan tertentu daya dukung Jalan
ibukota kabupaten dengan ibukota Kelas III dapat ditetapkan muatan sumbu
kecamatan, ibukota kabupaten dengan terberat kurang dari 8 ton.
pusat desa, antar ibukota kecamatan, d. Jalan Kelas Khusus
ibukota kecamatan dengan desa, dan antar Jalan Kelas Khusus adalah jalan arteri yang
desa. dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan
c. Jalan sekunder yang tidak termasuk jalan ukuran lebar melebihi 2.500 milimeter, ukuran
provinsi dan jalan sekunder dalam kota. panjang melebihi 18.000 milimeter, ukuran
d. Jalan strategis kabupaten. paling tinggi 4.200 milimeter, dan muatan
Ruas-ruas jalan kabupaten ditetapkan oleh sumbu terberat lebih dari 10 ton.
Bupati dengan Surat Keputusan (SK) Bupati. Penetapan kelas jalan pada setiap ruas jalan
4. Jalan Kota yang dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas
Jalan Kota adalah jalan umum pada jaringan dilakukan oleh:
jalan sekunder di dalam kota, merupakan a. Pemerintah Pusat, untuk jalan nasional
kewenangan Pemerintah Kota. Ruas-ruas jalan b. Pemerintah provinsi, untuk jalan provinsi
kota ditetapkan oleh Walikota dengan Surat c. Pemerintah Kabupaten, untuk jalan kabupaten
Keputusan (SK) Walikota d. Pemerintah kota, untuk jalan kota
5. Jalan Desa
Jalan Desa adalah jalan lingkungan primer dan 3.4.2 Pengumpulan Data Primer
jalan lokal primer yang tidak termasuk jalan Pengumpulan data primer pada penelitian
kabupaten di dalam kawasan perdesaan, dan ini dikumpulkan melalui survey-survey pada

Buletin Utama Teknik Vol. 17, No. 2, Januari 2022 208


ISSN : 2598–3814 (Online), ISSN : 1410–4520 (Cetak)

pengukuran langsung ke lapangan, jenis survey 4. Kendaraan tidak bermotor (Un


yang dilakukan dilapangan meliputi: Motorized/UM) yaitu kendaraan yang
1. Survey geometrik ruas jalan dan tidak menggunakan mesin, misalnya:
persimpangan. sepeda, becak dayung, dan lain
2. Survey Volume lalu Lintas pada jam sebagainya.
puncak. Survey pencacahan lalu lintas manual
3. Survey hambatan samping pada ruas jalan. dilakukan dengan menggunakan surveyor yang
menghitung setiap kendaraan yangt melewati
3.4.2.1 Geometrik Ruas Jalan dan Persimpangan pos-pos survey yang telah ditentukan dan
Rangkaian kegiatan survey ini adalah dicatat dalam formulir yang telah disediakan.
pengukuran langsung menggunakan alat ukur Pengisian formulir disesuaikan dengan
meteran pada geometrik ruas jalan dan klasifikasi kendaraan dengan interval waktu
persimpangan, mengidentifikasikan jumlah rambu- setiap 15 menit secara terus menerus selama 2
rambu yang ada dan prasarana lainnya sehingga jam pertama dimulai pukul 07.00 s/d 09.00,
dihasilkan suatu data yang sesuai dengan selanjutnya 2 jam dimulai pukul 11.00 s/d
kebutuhan pada saat perhitungan dan analisa data. 13.00, dan 2 jam terakhir pukul 16.00 s/d
Pengukuran yang dilakukan seperti: 18.00 setiap harinya selama 3 hari.
Surveyor ditempatkan pada masing-
1. Lebar bahu jalan. masing ruas jalan dan lengan simpang untuk
2. Lebar drainase. mencatat volume masing-masing pergerakan.
3. Pembagian jalur. Setidaknya dibutuhkan 3 surveyor pada
4. Ada atau tidaknya median dan lebarnya. simpang, Pembagian letak surveyor sebagai
Data geometrik ruas jalan dan berikut:
persimpangan di masukkan ke dalam form SIG-I a. Surveyor A1, mencatat kenderaan lurus
dan diolah ke dalam form SIG-II. dari arah Medan Jalan Kol Yos Sudarso ke
Jalan Kol Yos Sudarso km 9,5 dan
Survey Volume Lalu Lintas mencatat kenderaan belok kanan dari Jalan
Survey volume lalu lintas dilakukan secara Kol Yos Sudarso 9,5 ke Jalan Rumah
serentak pada ruas jalan dan semua simpang. Potong Hewan, jenis kendaraan Light
Pemilihan waktu survey dilakukan pada kondisi Vehicle(LV), Heavy Vehicle(HV), Motor
arus lalu lintas jam-jam sibuk seperti pagi hari yang Cycle(MC) dan Un Motorized(UM).
dimulai pada pukul 07.00 wib s/d09.00 wib, pada b. Surveyor A2, mencatat kenderaan lurus
siang hari dilakukan pada pukul 11.00 wib s/d dari arah Belawan Jalan Kol Yos Sudarso
13.00 wib, pada sore hari dilakukan pada pukul ke Jalan Kol Yos Sudarso km 9,5 dan
16.00 wib s/d 18.00 wib. Survey tidak dilakukan mencatat kendaraan belok kiri dari arah
pada saat lalu lintas dipengaruhi oleh kejadian yang Belawan Jalan Kol Yos Sudarso km 9,5 ke
tidak biasanya, seperti saat terjadinya kecelakaan Jalan Rumah Potong Hewan, jenis
lalu lintas, hari libur nasional, perbaikan jalan dan kendaraan Light Vehicle(LV), Heavy
bencana alam. Vehicle(HV), Motor Cycle(MC) dan Un
Tipe kenderaan yang di survey sesuai Motorized(UM).
kebutuhan perhitungan Manual Kapasitas Jalan c. Surveyor A3, mencatat kenderaan belok
Indonesia (MKJI) 1997 dan berdasarkan tata cara kanan dari Jalan Rumah Potong Hewan ke
pelaksanaan survey perhitungan lalu lintas cara arah Belawan Jalan Kol Yos Sudarso km
manual, No.016/T/BNKT/1990 adalah sebagai 9,5 dan mencatat kenderaan belok kiri dari
berikut: Jalan Rumah Potong Hewan ke arah
1. Kenderaan ringan (Light Vehicle/HV), Medan Jalan Kol Yos Sudarso km 9,5
meliputi: sedan, taksi, mini bus (mikrolet), jenis kendaraan Light Vehicle(LV), Heavy
serta kendaraan lainnya yang dapat Vehicle(HV), Motor Cycle(MC) dan Un
dikategorikan dangan kendaraan ringan Motorized(UM).
yang mempunyai berat kosong kurang dari
1,5 ton. Data yang sudah diperoleh sekarang baik data
2. Kendaraan berat (Heavy Vehicle/HV) sekunder maupun data primer di masukkan ke
meliputi: bus, truk 2 as, truk 3 as, dan dalam form SIG-I yaitu data volume lalu lintas,
kenderaan lain sejenisnya yang geometrik, lingkungan dan hambatan samping.
mempunyai berat kosong lebih dari 1,5 Kemudian data yang sudah diolah dimasukkan
ton. pada form SIG-II dari kend/jam ke dalam smp/jam.
3. Sepeda Motor (MC) meliputi sepeda
motor, scooter (motor listrik), dan becak 3.4.2.2 Survey Hambatan Samping
mesin. Surveyini dilakukan dengan cara
visualisasi atau pengamatan langsung pada lokasi

209 Buletin Utama Teknik Vol. 17, No. 2, Januari 2022


ISSN : 2598–3814 (Online), ISSN : 1410–4520 (Cetak)

penelitian dan pengamatan ini dilakukan pada saat 4.2 Pengolahan Data
survey pencacahan volume lalu lintas berlangsung.
Pelaksaannya dilakukan dengan menempatkan Tabel 2. Kapasitas persimpangan Jl kol yos sudarso -
dua orang surveyor yang mencatat kejadian- Jl pulau sumatera USG-II
Faktor penyesuaian kapasitas F
kejadian yang menimbulkan hambatan samping Kapasitas
Lebar Median
atau aktivitas pinggir jalan yang mengganggu dasar
pendekat jalan
Ukuran hambatan
Belok kiri
Belok Rasio Kapasitas
pergerakan kendaraan diruas jalan seperti pejalan Pilihan
CO
an rata- utama
kota samping
FLT
kanan minor/Tot C
smp/jam FCS FRSU FRT al FMI smp/jam
kaki, kendaraan yang keluar dan masuk lokasi rata FW FM
parkir badan jalan, kendaraan umum yang Tbl. B-2:1 Gbr. B-3:1 Tbl. B-4:1 Tbl. B-5:1 Tbl B-6:1 Gbr B-7:1 Gbr B-8:1 Gbr B-9:1
memperlambat laju kendaraannya atau menaikkan 20 21 22 23 24 25 26 27 28
B 2700 1,3 1,05 1 0,94 0 0,82 1,04 2949
dan menurunkan penumpang di badan jalan, dan D 2700 1,3 1,05 1 0,94 1,32 0 1,04 4761
mengamankan kendaraan keluar dari lokasi parkir C 2700 1,3 1,05 1 0,94 1,52 0,56 1,04 3058
oleh petugas parkir akan menghentikan laju
pergerakan kendaraan di ruas jalan untuk
memberikan kesempatan pada kendaraan parkir Tabel 3. Perilaku lalu lintas USG-II
tersebut keluar dari lokasi parkir. Arus lalu
Derajat
Tundaan
Tundaan
lalu lintas
Tundaan tundaan
Tundaan Peluang
lintas Q lalu lintas lalu lintas geomtrik
Kejadian-kejadian yang menyebabkan smp/jam
kejenuhan
simpang
jalan
utama
jalan minor simpang
simpang antrian Sasaran

hambatan samping selama pengamatan yang Pilihan


USG-I DS DT DMA DMI DG D QP%
dilakukan jumlah kejadiannya dicatat pada formulir Brs. 23-Kol 10 (30)/(28) Gbr. C-2:1 Gbr. C-2:2 (32)+(35) Gbr. C-3:1
yang telah disediakan. Disamping kegiatan survey 30 31 32 33 34 35 36 37 38

di atas, juga dilakukan pengambilan data B 3887 1,32 1,64 1,77 -4,15 4 5,64 149−72 DS>0,8
dokumentasi atau pemotretan momen-momen D 4665 0,98 31,05 15,29 43,18 4 35,05 76−39 DS>0,8

penting yang dibutuhkan pada ruas jalan dan C 2718 0,89 -8,10 -14,43 60,32 4 -4,10 63−32 DS=0,8

persimpangan. Kegiatan dokumnetasi ini juga


dilakukan secara bersamaan waktunya dengan 4.3 Analisa Hasil
survey pencacahan volume lalu lintas ruas jalan Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan
dan persimpangan. dan juga di tunjukkan pada formulir USG-I dan
Data yang sudah di dapat di masukkan ke dalam USG-II di dapat dianalisa kinerja simpang tak
form SIG-II. bersinyal jl pulau sumatera dan jl kol yos sudarso
sebagai berikut :
3.4.2.3 Survey Kecepatan Sesaat Lengan B kapasitas : 2949 smp/jam. Derajat
Yang dimaksud dengan kecepatan disini kejenuhan : 1,32
adalah kecepatan tempuh rata-rata kenderaan Lengan D kapasitas : 4761 smp/jam. Derajat
bermotor khususnya kenderaan bermotor sepanjang kejenuhan : 0,98
ruas jalan masing-masing jalan yang ditinjau pada Lengan C kapasitas : 3058 smp/jam. Derajat
studi ini, kecepatan perjalanan ruas jalan adalah kejenuhan : 0,89
kecepatan perjalanan yang didefenisikan sebagai Untuk nilai DS>0,8 berarti lengan tersebut
perbandingan jauh perjalanan dengan waktu sudah terlalu jenuh yang menimbulkan masalah
tempuh, sedangkan untuk kecepatan perjalanan lalulintas. Jadi perlu dilakukan penanganan pada
pada jaringan jalan adalah kecepatan gerak yang simpang untuk mengurangi kesemrawutan dan
didefenisikan sebagai perbandingan antara jauh kemacetan. Dapat dianalisa bahwa derajat
perjalanan dengan waktu tempuh dikurangi waktu kejenuhan simpang tak bersinyal dapat dikurangi
hambatan (berhenti) (GR Wells 1969). dengan menaikkan kapasitas simpangnya, dengan
cara menambah traffic light, penempatan petugas.
IV. Pengumpulan Dan Pengolahan Data Hambatan samping dapat dihilangkan dengan
pengaturan management, yaitu dengan pemasangan
4.1 Pengumpulan Data rambu larangan parkir, larangan berhenti,perubahan
kondisi geometrik dan dengan pengaturan lalu
Tabel 1. Lebar pendekatan dan tipe simpang lintas simpang dengan traffic light.
Lebar pendekatan (m) Jumlah lajur
Jumlah Gambar B-1:2 V. Kesimpulan Dan Saran
Lebar Tip e
lengan Jalan minor Jalan utamma
Pilihan pendekatan simpang
simpang
WA WC WAC WB WD WBD rata-rata WI Jalan minor Jalan utama Tbl. B-1:2 5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan evaluasi kinerja
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
simpang tak bersinyal di Jalan Kol Yos Sudarso
1 3 0 8 4 7,2 7,2 7,2 7,47 4 4 344 dan Jalan Pulau Sumatera pada kondisi sekarang
2 3 0 8 4 7,2 7,2 7,2 7,47 4 4 344 dilakukan pengamatan, perhitungan dari hasil
survey dan analisis data, maka dapat dibuat
Sumber: Hasil pengukuran lapangan kesimpulan:

Buletin Utama Teknik Vol. 17, No. 2, Januari 2022 210


ISSN : 2598–3814 (Online), ISSN : 1410–4520 (Cetak)

1. Berdasarkan perhitungan kinerja simpang 2. Penambahan rambu-rambu lalu lintas seperti


untuk kondisi simpang tak bersinyal pada lampu lalu lintas, larangan menurunkan
kondisi sekarang, didapat waktu sibuk pada penumpang,belok kiri langsung dan lain lain.
simpang tiga tak bersinyal diambil pada hari 3. Rencana adanya perubahan kondisi geometrik
dan jam puncak yaitu hari kamis 10 september pada persimpangan tersebut terutama pada
2020 jam 16.00 – 18.00 . Hasil perhitungan lengan B dan lengan D (menaikkan kapasitas
didapat jumlah arus total 7404 smp/jam, nilai simpangnya).
kapasitas (C) lengan B = 2949 smp/jam dan
derajat kejenuhan (DS) = 1,32. Lengan D =
4761 smp/jam dan derajat kejenuhan = 0,98. Daftar Pustaka
Lengan C = 3058 smp/jam dan derajat
kejenuhan = 0,89 yang akan mengakibatkan [1]. Anonimus. 1997. Manual Kapasitas Jalan
kemacetan. Ketentuan dari MKJI 1997 jika Indonesia (MKJI). Direktorat Jendral Bina
DS>0,8 berarti lengan tersebut sudah terlalu Marga Pusat Penelitian dan Pengembangan
jenuh. Untuk lengan B dan lengan D derajat Jalan.
kejenuhannya sudah melebihi 0,8 yang berarti [2]. Clarkson H. Oglesby dan R. Gary Hicks,
sudah terlalu jenuh dan dapat menimbulkan 1999, Jalan Raya. Erlangga.
masalah lalu lintas. [3]. Gunardo. 2014, Geografi Transportasi.
2. Tingginya derajad kejenuhan pada kondisi Yogyakarta ; Anggota IKAPI. Perpustakaan
eksisting. Nasional.
[4]. Ogles By. Clarkson H, R. Gary Hicks, 1996,
5.2 Saran Teknik Jalan Raya, Jakarta.
Dari hasil kesimpulan diatas maka saran yang [5]. Sukirman Sylvia. 1992, Perencanaan
dapat di sampaikan setelah melakukan penelitian Geometrik Jalan.
tentang analisis simpang tak bersinyal jl kol yos [6]. Salim Abbas, 2000, Manajemen
sudarso-jl pulau sumatera dengan menggunakan transportasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo
metode MKJI 1997 adalah sebagai berikut: Persada
1. Perlunya penambahkan traffic light disimpang [7]. Tamin O.Z., 1997, Perencanaan &
tersebut agar lalu lintas di simpan tersebut Pemodelan Transportasi Edisi Kedua.
lebih lancar dan teratur. Bandung: ITB.

211 Buletin Utama Teknik Vol. 17, No. 2, Januari 2022

You might also like