Professional Documents
Culture Documents
4965 12854 1 SM
4965 12854 1 SM
Abstrak
Persimpangan adalah bagian dari ruas jalan dimana arus dari berbagai arah atau jurusan bertemu. Itulah
sebabnya di persimpangan terjadi konflik antara arus dari jurusan yang berlawanan dan saling memotong,
sehingga mengakibatkan terjadinya kemacetan di sepanjang lengan simpang. Oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian pada simpang dengan tujuan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, terutama yang berkaitan
dengan kondisi operasional simpang. Penelitian ini dilakukan pada simpang tiga tak bersinyal di jl. Kol Yos
Sudarso, jl. Pulau Sumatera, jl. Kol Yos Sudarso di kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli. Penelitian pada
simpang tiga tak bersinyal ini dilakukan selama 3 hari, yaitu rabu 9 september 2020, kamis 10 september 2020,
sabtu 12 september 2020. Selama 3 hari tersebut dilakukan pengumpulan data lalu lintas yang dilakukan dalam
3 priode yaitu pada pagi (07.00 – 09.00), siang (11.00 – 13.00), dan sore (16.00 – 18.00). Pengambilan data
lalu lintas dilakukan dengan mencatat jumlah kendaraan yang melewati simpang tiap 15 menit selama 2 jam.
Dari hasil pengumpulan data diperoleh data primer berupa arus lalu lintas pada jam puncak, geometrik ruas
jalan dan persimpangan, kecepatan sesaat, dan hambatan samping. Data sekunder berupa data jumlah
penduduk. Analisis dilakukan berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Berdasarkan
perhitungan kinerja simpang untuk kondisi simpang tak bersinyal pada keadaan eksisting, didapat waktu sibuk
pada simpang tiga tak bersinyal diambil pada hari dan jam puncak yaitu pada hari kamis 10 september 2020
jam 16.00 – 18.00. Hasil perhitungan didapat jumlah arus total 7404 smp/jam, nilai kapasitas (C) pada lengan
B = 2949 smp/jam dan derajat kejenuhan (DS) = 1,32. Lengan D = 4761 smp/jam dan derajat kejenuhan (DS)
= 0,98, Lengan C = 3058 smp/jam dan derajat kejenuhan (DS) = 0,89 Untuk meningkatkan kondisi operasional
dari simpang dapat dilakukan beberapa alternative penanganan yaitu pelebaran jalan, pemasangan lampu lalu
lintas pada setiap jaringan jalan di persimpangan tersebut,serta adanya rencana perubahan geometrik pada
persimpangan tersebut.
lingkup Sumatera Utara, hal ini tentunya akan Sementara bangunan pelengkap jalan adalah
menjadi peluang kota medan untuk semakin bangunan yang melekat dan tidak dapat dipisahkan
mengembangkan dan memperbaiki fasiltas dari badan jalan itu sendiri, seperti jembatan,
infrastruktur guna mendukung dan melengkapi ponton, lintas atas (overpass), lintas bawah
kebutuhan masyarakat pengguna baik dari dalam (underpass), tempat parkir, gorong-gorong, tembok
kota Medan maupun dari luar kota Medan baik penahan lahan atau tebing, saluran air dan
yang berkepentingan bisnis maupun berwisata di pelengkapan yang meliputi rambu-rambu dan
kota Medan. marka jalan, pagar pengaman lalau lintas, pagar
Pengembangan pusat-pusat kegiatan yang daerah milik jalan serta lampu lalu lintas.
menimbulkan bangkitan atau tarikan lalu lintas Jalan mempunyai suatu sistem jaringan yang
yang besar akan memberikan tekanan yang cukup mengikat dan menghubungkan pusat-pusat
berarti pada prasarana jalan yang ada untuk pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam
melayani dan menampung beban lalu lintas pengaruh pelayanannya dalam hubungan hierarki.
tambahan yang ditimbulkan akibat adanya Menurut perananan pelayanan jasa distribusi,
pengembangan moda transportasi. Dalam upaya terdapat 2 macam jaringan jalan yaitu sistem
meminimalkan permasalahan lalu lintas, maka jaringan jalan primer dan sistem jalan sekunder.
suatu hal yang harus dilakukan adalah melakukan Pada dasarnya di Indonesia terdapat tiga klasifikasi
analisis dampak lalu lintas pada Pengembangan (hirarki) utama jalan, yaitu:
beberapa pusat kegiatan, khususnya yang • Hirarki menurut fungsi/peranan jalan (Arteri,
diperkirakan memberikan dampak penting terhadap Kolektor, Lokal)
sistem jaringan jalan yang ada di sekitar lokasi • Hirarki menurut kelas jalan (I, IIA, IIB, III)
pembangunan. Dalam perkembangannya, kegiatan • Hirarki menurut administrasi/wewenang
Pengembangan di Kawasan Kota Medan pembinaan (Nasional, Propinsi,
dihadapkan pada berbagai masalah, baik masalah Kabupaten/Kotamadya)
sosial, ekonomi maupun Transportasi.
Permasalahan terkait transportasi salah satunya 2.1.1 Pembinaan Jalan
adalah semakin tingginya penggunaan angkutan Pengelompokkan jalan menurut
pribadi sehingga menambah beban lalu lintas di status/wewenang pembinaannya dibagi menjadi
jalan. jalan Nasional, jalan Propinsi, jalan
kabupaten/kotamadya, jalan desa dan jalan
II. Tinjauan Pustaka khusus.Pembina jalan nasional dilaksanakan oleh
Menteri PU atau pejabat yang ditunjuk,jalan
2.1 Pengertian Jalan Propinsi dilaksanakan oleh kabupaten adalah
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang pemda tingkat II kabupaten atau instansi yang
meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan ditunjuk, jalan kotamadya dilaksanakan oleh pemda
pelengkap dan perlengkapannya yang Tk II kotamadya atau instansi yang ditunjuk, jalan
diperuntukkan bagi lalu linas, yang berada desa dilaksanakan oleh Pemerintah Desa/kelurahan
dipermukaan tanah, di permukaan air, kecuali dan jalan khusus pelaksananya adalah Pejabat atau
jalan lori, jalan kerata api, dan jalan kabel. orang yang ditunjuk
Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan Sistim jaringan primer dan jalan arteri
bagi lalu lintas umum sedangkan jalan khusus sekunder oleh Menteri P.U, atas menteri
adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan perhubungan , secara berkala dan sistim jaringan
usaha, perseorangan atau kelompok masyarakat jalan sekunder, kecuali jalan arteri sekunder , oleh
untuk kepentingan sendiri. Penyelenggaraan jalan Gubernur/kepala daerah Tk I atas usul
adalah kegiatan yang meluputi pengaturan, bupati/walikota madya, sesuai petunjuk menteri
pembinaan, pembangunan dan pengawasan jalan. P.U dan menteri perhubungan.
Pengaturan jalan adalah kegiatan perumusan Pada pelaksanaannya pembinaan jalan disusun
kebijakan perencanaan, penyususnan rencana mencangkup usaha-usaha memelihara/merawat
umum, dan penyusunan peraturan perundangan- serta memperbaiki kerusakan-kerusakan terhadap
undangan jalan. seluruh ruas jalan yang ada dalam kondisi mantap
Pembinaan jalan adalah kegiatan penyusunan agar tetap ada dalam kondisi mantap. Pengertian ini
pedoman dan standart teknis, pelayanan, mencakup penanganan permukaan aspal dan
pemberdayaan sumber daya manusia, serta drainase,maka pemeliharaan perlu ditingkatkan
penelitian dan pengembangan jalan. Pembangunan dengan ketajaman yang memadai, pemeliharaan
jalan adalah kegiatan pemrograman dan jalan menyangkut pemeliharaan rutin dan
penganngaran, perencanaan teknis, pelaksanaan pemeliharaan berkala (routine and periodic
konstruksi serta pengoperasiaon dan pemeliharaan maintenances). Pemeliharaan jalan yang memadai
jalan. Pengawasan jalan adalah kegiatan yang dapat memperpanjang umum pelanyan jalan yang
dilakukan untuk mewujutkan tertib pengaturan, mantap.
pembinaan dan pembangunan jalan.
e) Jalan kolektor Sekunder kendaraan dalam arus lalu lintas, beberapa jenis
Jalan kolektor sekunder menghubungkan persimpangan, yaitu :
sekunder dengan kawasan sekunder kedua • Persimpangan sebidang (at-grade
atau kawasan sekunder kedua dengan junctions) dimana dua ruas jalan yang
perumahan atau kawasan sekunder ketiga dan saling bertemu pada elevasi yang sama
seterusnya dengan perumahan, dengan (sebidang).
persyaratannya sebagai berikut : • Persimpangan tidak sebidang (grade-
• kecepatan rencana minimum 20 km/jam separated junctions) dimana pertemuan
• lebar jalan minimum 9 meter dua ruas jalan yang satu diatas dan
f) Jalan Lokal Sekunder dibawah atau sebaliknya.
Jalan lokal sekunder adalah menghubungkan 2.4.1 Pembagian Bentuk Persimpangan
satu dengan lainnya dikawasan sekunder Buku "Standar Perencanaan Geometrik untuk
dengan angkutan setempat dengan jarak Jalan Perkotaan" (Direktorat Jenderal Bina Marga,
pendek dan kecepatan rendah, dengan Maret 1992) mencantumkan panduan umum untuk
persyaratannya sebagai berikut : perencanaan simpang sebidang. Informasi lain yang
• kecepatan rencna minimal 10 km/jam berhubungan terutama tentang marka jalan terdapat
• lebar badan jalan minimal 6.5 meter pada buku "Produk Standar untuk Jalan Perkotaan"
• lebar jalan tidak diperuntukkan bagi (Direktorat Jenderal Bina Marga, Pebruari 1987).
kendaraan beroda tiga atau lebih, minimal Dokumen ini mencantumkan parameter
3,5 meter perencanaan untuk kelas simpang yang berbeda,
tetapi tidak menentukan suatu tipe simpang. Karena
2.2 Karakteristik Jalan itu sejumlah tipe simpang ditunjukkan pada
2.2.1. Tipe Jalan Gambar 1.
Bebagai tipe jalan akan menunjukan kinerja Semua tipe simpang dianggap mempunyai
yang berbeda pada pembebanan lalu lintas tertentu, kereb dan trotoar yang sesuai, dan ditempatkan
tipe jalan ditunjukan dengan potongan melintang pada daerah perkotaan dengan hambatan samping
jalan yang ditunjukan oleh jumlah lajur dan arah sedang. Semua gerakan membelok dianggap
pada setiap segmen jalan (MKJI, 1997). Tipe jalan diperbolehkan. Metode perhitungan rinci dalam
untuk jalan perkotaan yang digunakan dalam MKJI manual ini juga memungkinkan analisa jalan satu-
1997 di bagi menjadi 4 bagian antara lain : arah.
1. Jalan dua jalur dua arah tak terbagi (2/2 UD) Pengaturan "hak jalan" dianggap berlaku
2. Jalan empat lajur dua arah untuk semua pendekat yaitu tidak ada pengaturan
a. Tak terbagi ( yaitu tanpa median) (4/2 UD) tanda "beri jalan " dan "berhenti". Apabila
b. Terbagi (yaitu dengan median) (4/2 UD) pengaturan yang terakhir tidak ada, metode
3. Jalan enam lajur dua arah terbagi (6/2 D), perhitungan kapasitas dengan pengaturan hak jalan
dan yang diterangkan dalam manual ini dapat
4. Jalan satu arah (1-3/1) dipergunakan.
penelitian dan pengamatan ini dilakukan pada saat 4.2 Pengolahan Data
survey pencacahan volume lalu lintas berlangsung.
Pelaksaannya dilakukan dengan menempatkan Tabel 2. Kapasitas persimpangan Jl kol yos sudarso -
dua orang surveyor yang mencatat kejadian- Jl pulau sumatera USG-II
Faktor penyesuaian kapasitas F
kejadian yang menimbulkan hambatan samping Kapasitas
Lebar Median
atau aktivitas pinggir jalan yang mengganggu dasar
pendekat jalan
Ukuran hambatan
Belok kiri
Belok Rasio Kapasitas
pergerakan kendaraan diruas jalan seperti pejalan Pilihan
CO
an rata- utama
kota samping
FLT
kanan minor/Tot C
smp/jam FCS FRSU FRT al FMI smp/jam
kaki, kendaraan yang keluar dan masuk lokasi rata FW FM
parkir badan jalan, kendaraan umum yang Tbl. B-2:1 Gbr. B-3:1 Tbl. B-4:1 Tbl. B-5:1 Tbl B-6:1 Gbr B-7:1 Gbr B-8:1 Gbr B-9:1
memperlambat laju kendaraannya atau menaikkan 20 21 22 23 24 25 26 27 28
B 2700 1,3 1,05 1 0,94 0 0,82 1,04 2949
dan menurunkan penumpang di badan jalan, dan D 2700 1,3 1,05 1 0,94 1,32 0 1,04 4761
mengamankan kendaraan keluar dari lokasi parkir C 2700 1,3 1,05 1 0,94 1,52 0,56 1,04 3058
oleh petugas parkir akan menghentikan laju
pergerakan kendaraan di ruas jalan untuk
memberikan kesempatan pada kendaraan parkir Tabel 3. Perilaku lalu lintas USG-II
tersebut keluar dari lokasi parkir. Arus lalu
Derajat
Tundaan
Tundaan
lalu lintas
Tundaan tundaan
Tundaan Peluang
lintas Q lalu lintas lalu lintas geomtrik
Kejadian-kejadian yang menyebabkan smp/jam
kejenuhan
simpang
jalan
utama
jalan minor simpang
simpang antrian Sasaran
di atas, juga dilakukan pengambilan data B 3887 1,32 1,64 1,77 -4,15 4 5,64 149−72 DS>0,8
dokumentasi atau pemotretan momen-momen D 4665 0,98 31,05 15,29 43,18 4 35,05 76−39 DS>0,8
penting yang dibutuhkan pada ruas jalan dan C 2718 0,89 -8,10 -14,43 60,32 4 -4,10 63−32 DS=0,8