Professional Documents
Culture Documents
Makalah Ilmu Tafsir Kelompok 11 Tafsir Berdasarkan Metode
Makalah Ilmu Tafsir Kelompok 11 Tafsir Berdasarkan Metode
Oleh : Kelompok 11
KELAS B
PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2021/2022
0
KATA PENGANTAR
Puji penulis ucapkan kepada Allah SWT. Karena atas limpahan rahmat,
karunia, serta izin dan kehendak-nya makalah sederhana ini dapat kami selesaikan
tepat pada waktunya. Sholawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada
junjungan alam yakni nabi Muhammad SAW. Beserta keluarganya dan para
sahabatnya serta tidak lupa kepada kita semua selaku umatnya hingga akhir zaman.
Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ilmu Tafsir. Adapun judul yang kami bahas dalam makalah sederhana ini yaitu
“Makalah Tafsir Berdasarkan Metode”.
Dalam menulis makalah ini kami menemui berbagai hambatan disebabkan
karena terbatasnya ilmu pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu sudah
sepantasnya kami berterima kasih kepada dosen pembimbing kami yakni Bapak
Zainal Arifin. Drs, M.A yang telah memberikan limpahan ilmu yang berguna kepada
kami. Kami menyadari akan kemampuan yang masih terbatas.
Dalam pembuatan makalah ini kami telah berusaha semaksimal mungkin, tapi
kami yakin dan percaya didalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan serta
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan adanya saran dan kritik
yang membangun supaya lebih maju dimasa yang akan datang. Kami berharap supaya
makalah ini dapat bermanfaat terhadap penulis sendiri juga kepada orang yang
membacanya. Atas perhatian dan kesempatan untuk membuat makalah ini kami
ucapkan terimakasih.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….2
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….3
A. Latar Belakang Masalah……………………..……………………………………..3
B. Rumusan Masalah……………….………………………………………………….3
C. Tujuan ……………………………………………………………………………...3
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………..4
A. Pengertian tafsir…………………………………………………………………….4
B. Macam-macam tafsir berdasarkan metode…………………………………...……6
C. Sejarah perkembangan tafsir………………………………………………………11
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………16
A. Kesimpulan……………………………………………………………………..…16
B. Saran………………………………………………………………………………16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….17
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MASALAH
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TAFSIR
َِت َ ت يْ سِْ ريًا تَ تّ َتْيَ ت يَْ تتَ سِ تََ ت لٍ ا لسّ سِْي نٰ تَ سِ ياْ تَ ّ س
ِ تَا ت يْ ت
“Tidaklah orang-orang kafir itu datang padamu (membawa) sesuatu yang ganjil,
melainkan kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan paling baik penjelasannya
(ahsana tafsira)”.2
Sedangkan tafsir menurut istilah para Ulama memberikan rumusan yang
berbeda-beda karena perbedaan dalam titik pusat perhatiannya, namun dalam segi
arah dan tujuannya sama. Adapun definisi tafsir adalah sebagai berikut :
1
M. Ali Hasan dan Rif‟at Syauqi Nawawi, Pengantar Ilmu Tafsir (Jakarta: Bulan Bintang,
1988), 139.
2
Soenarjo, Al-Qur‟an Tarjamah (Semarang: Al-Anwar, 1993), 564.
4
a. Menurut Syaikh Thohir Al-Jazairy, dalam At-Taujih :
Tafsir pada hakikatnya ialah menerangkan (maksud) lafadz yang sukar dipahami oleh
pendengar dengan uraian yang lebih memperjelas maksud baginya, baik dengan
mengemukakan sinonimnya atau kata yang mendekati sinonim itu, atau dengan
mengemukakan (uraian) yang mempunyai petunjuk kepadanya melalui suatu jalan
dalalah.3 Titik perhatian dalam rumusan tersebut ialah lafadz yang sulit difahami,
yang terdapat dalam rangkaian ayat al-Qur‟an.
b. Menurut Az-Zarkasy :
Tafsir ialah ilmu (pembahasan) yang mengkaji tentang pemahaman kitabullah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw menerangkan makna-maknanya,
mengeluarkan hukum-hukum yang dikandungnya serta ilmu-ilmu (hikmah) yang ada
di dalamnya. Titik perhatian rumusan Az-Zarkasy tersebut ialah kitabullah (al-Qur’an)
yang diturunkan kepada Nabi yang di dalamnya terdiri dari sejumlah ayat yang
mengandung hukum-hukum dan ilmu Allah untuk manusia.
3
M. Ali Hasan dan Rif‟at Syauqi Nawawi, Pengantar Ilmu Tafsir (Jakarta: Bulan Bintang, 1988), 140.
5
nasikh-nya, am’nya, muthlaq-nya, mujmal-nya, mufassar-nya (mufashshal-nya),
halalnya, haramnya,.4
Kata “metode” berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang berarti cara atau
jalan.5 Di dalam bahasa Inggris kata ini ditulis “method” dan bangsa Arab
menerjemahkannya dengan “tharîqah” dan “manhaj”. Di dalam pemakaian bahasa
Indonesia kata tersebut mengandung arti : “cara yang teratur dan terpikir baik-baik
untuk mencapai maksud sedangkan dalam ilmu pengetahuan mengandung arti :
“cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan”.6
A. Metode Ijmali
Metode tafsir ijmali yaitu menafsirkan al-Qur’an dengan cara singkat dan
global tanpa uraian panjang lebar. ”Metode Ijmali [global] menjelaskan ayat-ayat
Qur’an secara ringkas tapi mencakup dengan bahasa yang populer, mudah dimengerti,
dan enak dibaca. Sistimatika penulisannya mengikuti susunan ayat-ayat di dalam
mushaf. Penyajiannya, tidak terlalu jauh dari gaya bahasa al-Qur’an. Dengan
demikian, ciri-ciri dan jenis tafsir Ijmali mengikuti urut-urutan ayat demi ayat
menurut tertib mushaf, seperti halnya tafsir tahlili.7
4
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Al-Qur‟an & Tafsir
(Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2009), 159.
5
Fuad Hassan dan Koentjaraningrat. 1977. Beberapa Asas Metodologi Ilmiah, dalam Koentjaraningrat
[ed], Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramadeia. hlm. 16.
6
Tim Penyusun. 1988. Kamus Bahasa Indonesia, cet. Ke-I, Jakarta: Balai Pustaka. hlm. 580-581.
7
Nashruddin Baidan. Ibid. hlm. 13.
6
- Kelemahan dari metode ijmali antara lain: Menjadikan petunjuk al-Qur’an
bersifat parsial, Tidak ada ruangan untuk mengemukakan analisis yang memadai
Kitab tafsir yang tergolong dalam metode ijmali (global) antara lain : Kitab
Tafsir Al-Qur’an al-Karim karangan Muhammad Farid Wajdi, al-Tafsir al-Wasith
terbitan Majma’ al-Buhuts al-Islamiyyat, dan Tafsir al-Jalalain, serta Taj alTafasir
karangan Muhammad ‘Utsman al-Mirghani.
- Kelebihan metode tahlili yaitu : Ruang lingkup yang luas, Memuat berbagai ide
- Kelemahan metode tahlili diantaranya: Menjadikan petunjuk al-Qur’an parsial,
Melahirkan penafsir subyektif, Masuk pemikiran israiliat
8
Abd al-Hayy Al-Farmawi. 1977. Mathba’at alHidharat al-‘Arabiyah.cet., ke-2., hlm. 24. M.
Quraish Shihab. 1986. Tafsir al-Qur’an dengan Metode Maudhu’i, di dalam Bustami A. Gani
Beberapa Aspek Ilmiah tentang al-Qur’an, Jakarta, Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an. cet. ke-I,
hlm. 37.
9
Muhammad Baqir al-Sadr. 1990. Pendekatan Tematik terhadap Tafsir al-Qur’an, Ulumul Qur'an,
Jurnal Ilmu dan Kebudayaan, No.4, Vol.1, 1990/1410H, hlm. 28.
7
- Ciri-ciri metode tahlili
Pola penafsiran yang diterapkan para penafsir yang menggunakan metode
tahlili terlihat jelas bahwa mereka berusaha menjelaskan makna yang terkandung di
dalam ayat-ayat Al-Qur’an secara komprehenshif dan menyeluruh, baik yang
berbentuk al-ma’tsur, maupun al-ra’y. Sebagaimana dalam penafsiran tersebut, Al-
Qur’an ditafsirkan ayat demi ayat dan surat demi surat secara berurutan, serta tak
ketinggalan menerangkan asbab al-nuzu ldari ayat-ayat yang ditafsirkan. Penafsiran
yang mengikuti metode ini dapat mengambil bentuk ma’tsur (riwayat) atau ra’y
(pemikiran).
Diantara kitab tahlili yang mengambil bentuk ma’tsur (riwayat) adalah :
a. Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil al-Qur’an al-Karim, karangan Ibn Jarir al-Thabari
(w.310 H) dan terkenal dengan Tafsir al-Thabari.
b. Ma’alim al-Tanzil, karangan al-Baghawi (w. 516 H)
c. Tafsir al-Qur’an al-Azhim, karangan Ibn Katsir
d. Al- Durr al-Mantsur fi al-Tafsir bi al-Ma’tsur, karangan al-Suyuthi (w. 911 H)
Adapun tafsir tahlili yang mengambil bentuk ra’y banyak sekali, antara lain :
a. Tafsir al-Khazin, karangan al-Khazin (w. 741 H)
b. Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, karangan al-Baydhawi (w. 691 H)
c. Al-Kasysyaf, karangan al-Zamakhsyari (w. 538 H)
d. Arais al-Bayan fi Haqaiq al-Qur’an, karangan al-Syirazi (w. 606 H)
8
yang pada lahirnya terlihat bertentangan, dan [c] membandingkan berbagai pendapat
ulama tafsir dalam menafsirkan al-Qur’an.10
- Kelemahan metode muqarrin : Penafsiran dengan memakai metode ini tidak dapat
diberikan kepada pemula yang baru mempelajari tafsir, karena pembahasan yang
dikemukakan di dalamnya terlalu luas dan kadang - kadang ekstrim, Metode ini
kurang dapat diandalkan untuk menjawab permasalahan sosial yang tumbuh di tengah
masyarakat, karena metode ini lebih mengutamakan perbandingan dari pada
pemecahan masalah, Metode ini terkesan lebih banyak menelusuri penafsiran-
penafsiran yang pernah dilakukan oleh para ulama daripada mengemukakan
penafsiran - penafsiran baru
10
Nashruddin Baidan. Ibid. hlm. 65.
11
Sejarah Perkembangan Tafsir al-Qur‟an, 100-102.
9
dengannya, seperti asbab al-nuzul, kosakata, dan sebagainya. Semua dijelaskan
dengan rinci dan tuntas, serta didukung oleh dalil-dalil atau fakta-fakta yang dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah, baik argumen yang berasal dari al-Qur’an,
hadis, maupun pemikiran rasional. Jadi, dalam metode ini, tafsir al-Qur’an tidak
dilakukan ayat demi ayat. Ia mencoba mengkaji al-Qur’an dengan mengambil sebuah
tema khusus dari berbagai macam tema doktrinal, sosial, dan kosmologis yang
dibahas oleh al-Qur’an. Misalnya ia mengkaji dan membahas dotrin Tauhid di dalam
al-Qur’an, konsep nubuwwah di dalam al-Qur’an, pendekatan alQur’an terhadap
ekonomi, dan sebagainya.12
Menurut M. Quraish Shihab, bahwa tidak ada metode tafsir yang terbaik sebab
masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri, kekurangan dan kelebihan serta
tergantung kebutuhan mufassir. Kalau kita ingin menuntaskan topik maka jawabannya
12
al-Farmawi, hlm. 52., dalam Nashruddin Baidan. Ibid. hlm. 151.
13
http://lukmankudus94.blogspot.com/2013/12/tafsir-maudhu’i-tematik.html
14
Nashruddin Baidan. Ibid. hlm. 165-168
10
ada pada metode tafsir maudhu’i, namun bila kita ingin menerapkan kandungan suatu
ayat dalam berbagai seginya maka jawabannya ada pada metode tahlili.
Ali Hasan al-Aridl, mengatakan bahwa urgensi metode maudhu’i dalam era
sekarang ini yaitu: [1] Metode maudhu’i berarti menghimpun ayat-ayat al-Qur’an
yang tersebar pada bagian surat dalam al-Qur’an yang berbicara tentang suatu tema.[2]
Dengan menghimpun ayat-ayat tersebut seorang pengkaji dapat menemukan segi
relevansi dan hubungan antara ayat-ayat itu. [3] Dengan metode maudhu’i seorang
pengkaji mampu memberikan suatu pemikiran dan jawaban yang utuh dan tuntas
tentang suatu tema dengan cara mengetahui, menghubungkan dan menganalisis secara
komprehensif terhadap semua ayat yang berbicara tentang tema tersebut. [4] Dengan
metode ini seorang pengkaji mampu menolak dan menghindarkan diri dari
kesamaran-kesamaran dan kontradiksi-kontradiksi yang ditemukan dalam ayat. [5]
Metode maudhu’i sesuai dengan perkembangan zaman modern dimana terjadi
diferensiasi pada tiap-tiap persoalan dan masing-masing masalah tersebut perlu
penyelesaian secara tuntas dan utuh seperti sebuah sistematika buku yang membahas
suatu tema tertentu.15
15
Ali Hasan al-Aridl. Tarikh Ilm al-Tafsir. hlm.92-95, dalam Muqowin, Metode Tafsir, Makalah
Seminar al-Qur’an, Program Pasca Sarjana [S-2] IAIN Sunan Kalijaga, 18 Desember 1997, Yogyakarta,
hlm. 22-23.
11
sufi sebagai reaksi dari kecendrungan berbagai pihak terhadap materi, atau sebagai
kompensasi terhadap kelemahan yang dirasakan. Keenam, bermula pada masa
Muhammad Abduh, corak-corak tersebut mulai berkurang dan perhatian mulai tertuju
kepada corak sastra budaya kemasyarakatan, yakni satu corak tafsir yang menjelaskan
petunjuk ayat-ayat al-Qur‟an yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat,
serta usaha-usaha untuk menanggulangi penyakit-penyakit atau masalah-masalah
mereka berdasarkan petunjuk ayat-ayat, dengan mengemukakan petunjuk-petunjuk
tersebut dalam bahasa yang mudah dimengerti.
Tidak diragukan lagi bahwa sejarah tafsir al-Qur‟an berlangsung melalui
berbagai tahap dan kurun waktu yang panjang sehingga mencapai bentuknya yang
kita saksikan sekarang ini berupa tulisan berjilid-jilid banyaknya, baik yang tercetak
maupun yang masih berupa tulisan tangan. Pertumbuhan tafsir al-Qur‟an dimulai
sejak dini, yaitu sejak zaman hidupnya Rasulullah Saw., orang pertama yang
menguraikan Kitabullah al-Qur‟an dan menjelaskan kepada umatnya wahyu yang
diturunkan Allah Swt. ke dalam hatinya.
16
Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an (Jakarta: Penerbit Pustaka Firdaus,
1999), 383.
12
abad hijrah, yaitu ketika sudah banyak pemeluk agama Islam yang bukan dari bangsa
Arab dan ketika bahasa Arab dipengaruhi bahasa ajam, barulah para ulama merasa
perlu untuk membukukan tafsir agar dapat diketahui maknanya oleh mereka yang
tidak mempunyai saliqah bahasa Arab lagi. Pada permulaan zaman Abbasiyah,
barulah ulama-ulama mengumpulkan hadits-hadits tafsir yang diterima dari sahabat
dan tabi‟in. Adapun tafsir-tafsir yang terkenal zaman itu adalah :Tafsir As-Suddy
(127 H), Tafsir Ibn Jurraij (150 H), Tafsir Muqatil (150 H), Tafsir Muhammad ibn
Ishaq, Tafsir Ibnu Uyainah, Tafsir Waki‟ ibn Al-Jarrah.
13
6. Tafsir dalam abad ketujuh
Di antara kitab-kitab tafsir yang lahir dalam abad ketujuh dan kedelapan yang sampai
sekarang masih terkenal ialah Tafsir Mafatih al-Ghaib (At-Tafsir al-Kabir), yang
disusun oleh Fakhruddin ar-Razy yang terkenal dengan nama al-Fakhr ar-Razy (605
H). Selain itu juga lahir pula tafsir Anwar at-Tanzil susunan Al-Baidhawy (685 H),
tafsir ini menerangkan i‟rab, qira‟at dan balaghah yang dikandung oleh lafadz dan
ayat-ayat al-Qur‟an.
14
lain di antaranya Tafsir alQur‟an al-Karim susunan Abd al-Hallim Hasan dan Zain al-
Arifin Abbas, Tafsir al-Furqan susunan Ahmad Hasan, Tafsir al-Qur‟an susunan H.
Zainuddin Hamidy dan Fakhruddin Hs dan Tafsir an-Nur karya Teungku Muhammad
Hasbi AsyShiddiqiy
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
M. Ali Hasan dan Rif‟at Syauqi Nawawi, Pengantar Ilmu Tafsir (Jakarta: Bulan
Bintang, 1988), 139-140
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Al-Qur‟an &
Tafsir (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2009), 159.
Fuad Hassan dan Koentjaraningrat. 1977. Beberapa Asas Metodologi Ilmiah, dalam
Koentjaraningrat [ed], Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramadeia.
hlm. 16.
17