You are on page 1of 19

PERBAIKAN

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA LANSIA DENGAN MASALAH


MUSKULOSKLETAL :

(ARTHRITIS REUMATOID)

KELOMPOK 3 :

Tria Betania Fira Gusri Amelia


Putri Subma Nuryati Yohana
Jami’atul Husni Nadila Putri
Ratih Alkhair Nanda Annisa
Sonia Nadila Mujurniati
Putri Sakinah Hania Aulia
Aditya Maulana Shovia Octa
Nurfadillah Endang
Tri Wili Novia Ramadhan .H

Dosen pengampu : Ns. Nurleny, M. Kep

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MERCUBAKTIJAYA PADANG

2023/2024
LAMPIRAN 1

 Pembagian tugas askep sebelum perbaikan

NO NAMA TUGAS

1 Tria betania Membuat bab 3

2 Jami’atul husni Membuat bab 1

3 Ratih alkhair Askep bab 2 sampai perumusan diagnosa

4 Putri subma Lanjutan askep dan editor

5 Putri sakinah Membuat ppt sampai perumusan diagnosa

6 Nanda annisa Melanjutkan ppt

7 Endang Mencarikan beberapa materi

8 Nuryati yohana Membantu mencarikan beberapa materi

9 Sonia nadila PJ Leptop saat presentasi

10 Mujurniati Mencarikan beberapa materi


Lampiran 2

 Pembagian tugas setelah perbaikan

N NAMA TUGAS
O

1 Jami’atul husni Perbaikan pengkajian komunitas dari data inti


komunitas sampai rekreasi

2 Rahmi safarita Perbaikan analisa data keperawatan komunitas

3 Nur fadilah Perbaikan perumusan diagnosa keperawatan


komunitas

4 Nanda annisa

5 Putri sakinah

6 Aditya maulana

7 Endang

8 Hania aulia
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT karena atas berkat karunia-Nya hingga makalah
ini dapat di susun insya Allah dengan baik.

Kami tim penyususn membuat makalah ini sebagai tugas ini lebih khusus lagi dengan
tujuan untuk memperbanyak ilmu pengetahuan kami.

Dalam makalah yang kami susun ini membahas mengenai “ASUHAN KEPERAWATAN
KOMUNITAS PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN MUSKULOSKLETAL : ARTHRITIS
REUMATOID)” Dalam pembahasan ini, kami berupaya menguraikannya dengan jelas tentang
tujuan kami. Dan jika ditemukan kesalahan dalam penyusunan makalah ini, kami mengharapkan
adanya saran dan kritik dari pihak manapun demi terwujudnya makalah yang baik.

Atas kerjasamanya dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih.

Padang, 18 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................

Daftar Isi ............................................................................................................................

BAB I : PERMASALAHAN TERKAIT DENGAN KASUS

GANGGUAN MUSKULOSKLETAL PADA LANSIA.................................................

BAB II : ASUHAN KEPEARWATAN TEORITIS KOMUNITAS ............................

BAB III : PROGRAM KESEHATAN.............................................................................

BAB IV : PENUTP
KESIMPULAN .................................................................................................................
SARAN ..............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I

PERMASALAHAN TERKAIT DENGAN KASUS

GANGGUAN MUSKULOSKLETAL PADA LANSIA

A. KONSEP LANSIA

Lansia memiliki Usia Harapan Hidup (UHH) yang cukup tinggi. UHH meningkat karena
ada salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan lansia. Pada tahun 2014 UHH
menujukkan peningkatan yang awalnya70,6 tahun menjadi 72 tahun. UHH meningkat sejalan
dengan terjadinya perubahan struktur usia penduduk usia lanjut yang usianya bertambah
(Kementrian PPN/Bappenas,2013).
Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari
fase kehidupannya. Kelompok yang di kategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang di
sebut proses penuaan atau Anging Process. Seseorang di katakana lansia ialah apabila berusia 60
tahun ke atas atau lebih, karena faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik
secara, sosial, jasmani, dan rohani (Nugroho, 2012).

B. GANGGUAN MUSKULOSKLETAL PADA LANSIA


Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran misalnya kemunduran pada fisik.
Semakin lanjut usia seseorang, maka kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga
dapat mengakibatkan kemunduran pada peranperan sosialnya. Hal ini mengakibatkan timbulnya
gangguan dalam hal yang mencukupi dalam kebutuhan hidupnya, sehingga memerlukan bantuan
orang lain.
Perubahan normal akibat penuaan ini paling jelas terlihat pada sistem muskuloskeletal berupa
penurunan otot secara keseluruhan pada usia 80 tahun mencapai 30% sampai 50%. Penurunan
sistem muskuloskeletal adalah gangguan kronis pada otot, tendon, dan saraf yang di sebabkan
oleh pengguna tenaga secara berulang, Gerakan secara cepat, beban yang tinggi, tekanan, postur
tubuh yang janggal, dan rendahnya temperatur sehingga menyebabkan rasa nyeri serta rasa tidak
nyaman pada otot. Perubahan patologis pada sistem muskuloskeletal seperti rheumatorid
atritis,dan osteoporosis yang sering terjadi pada lansia dan mengakibatkan gangguan pada
aktivitas (Uda, ermina. 2016).
Berdasarkan data WHO, salah satu gangguan paling umum yang terjadi pada populasi lansia
adalah gangguan usculoskeletal. WHO mengidentifikasikan empat kondisi gangguan
usculoskeletal pada lansia yaitu:
 osteoarthritis (OA),
 rheumatoid arthritis (RA),
 osteoporosis dan
 back pain (WHO, 2003; Lucky, 2017).
Penyakit tulang yang umum dijumpai pada lanjut usia adalah rheumatoid arthritis.
Rheumatoid arthritis merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik atau penyakit autoimun
dimana rheumatoid artritisini memiliki karakteristik terjadinya kerusakan pada tulang sendi,
ankilosis dan deformitas. Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan
penyambung difus yang diperantarai oleh imunitas (Ningsih & Lukman, 2013).
Lansia yang menderita rheumatoid arthritis umumnya mengeluh nyeri dan kaku pada
pagi hari. Nyeri yang dirasakan lansia dengan rheumatoid arthritis dimulai dari adanya faktor
pencetus, yaitu berupa autoimun atau infeksi, dilanjutkan dengan adanya poliferasi makrofag dan
fibroblas sinovial. Limfosit menginfiltrasi daerah perivaskular dan terjadi proliverasi sel-sel
endotel, yang mengakibatkan terjadinya neovaskularisasi. Pembuluh darah pada sendi yang
terlibat mengalami oklusi oleh bekuan-bekuan kecil atau sel-sel inflamasi.

C. GANGGUAN MUSKULOSKLETAL PADA LANSIA : ARTHRITIS


REUMATOID (REMATIK)

 KONSEP DASAR ARTHRITIS REUMATOID:


1) DEFENISI:
Rheumatoid arthritis merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik atau penyakit
autoimun dimana rheumatoid arthritis ini memiliki karakteristik terjadinya kerusakan pada tulang
sendi, ankilosis dan deformitas. Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan
penyambung difus yang diperantarai oleh imunitas (Ningsih & Lukman, 2013).
Rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit rematik dengan ditandai adanya kerusakan
sendi progresif, keterbatasan fungsional, dan manifestasi sistemik, beberapa penderita
rheumatoid arthritis mempunyai manifestasi yang lebih progresif sehingga memiliki prognosis
(fungsional dan harapan hidup) yang buruk (Kalim, 2019).
2) Patofisiologi rheumatoid arthritis :
Kerusakan sendi yang dialami oleh penderita rheumatoid arthritis dimulai dari adanya
faktor pencetus, yaitu berupa autoimun atau infeksi, dilanjutkan dengan adanya poliferasi
makrofag dan fibroblas sinovial. Limfosit menginfiltrasi daerah perivaskular dan terjadi
proliverasi sel-sel endotel, yang mengakibatkan terjadinya neovaskularisasi. Pembuluh darah
pada sendi yang terlibat mengalami oklusi oleh bekuan-bekuan kecil atau sel-sel inflamasi.
3) Manifestasi klinis:
a) Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun, dan
demam. Terkadang dapat terjadi kelelahan yang hebat
b) Poliaritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan,
namum biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalang distal, hampir semua
sendi diartrodial dapat terangsang
c) Kekakuan di pagi hari selama lebih dari satu jam, dapat bersifat
generalisataterutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan
kekukuan sendi pada osteoartratis, yang biasanya hanya berlangsung selama
beberapa menit dan selalu kurang dari satu jam
d) Artritis erosif, merupakan ciri khas artritis reumatoid pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan dapat
dilihat pada radiogram.
Artritis reumatoid merupakan penyakit sistemik dengan gejala ekstraartikuler yang
multiple. Gejala yang paling sering ditemukan adalah demam, penurunan berat badan, keadaan
mudah lelah, anemia, pembesaran kelenjar limfe dan fanomena Raynaud (vasospasme yang
ditimbulkan oleh cuaca dingin dan stress sehingga jari-jari menjadi pucat atau sianosis) (Brunner
& Suddarth, 2002).
4) Klasifikasi arthritis rheumatoid:
Buffer (2010) dalam Wahyuni (2016) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4
tipe, yaitu:
a) Rheumatoid arthritis classic Pada tipe ini, paling sedikit dalam waktu enam
minggu harus terdapat enam kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus-menerus.
b) Rheumatoid arthritis deficit Pada tipe ini, paling sedikit dalam waktu enam
minggu terdapat empat kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung
terus-menerus.
c) Rheumatoid arthritis probable Pada tipe ini, paling sedikit dalam waktu enam
minggu terdapat tiga kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus-
menerus.
d) Rheumatoid arthritis possible Pada tipe ini, paling sedikit dalam waktu tiga bulan
terdapat dua kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus-
menerus.

5) Faktor yang mempengaruhi rheumatoid arthritis :


a) Faktor yang mempengaruhi rheumatoid arthritis adalah
- faktor genetik,
- jenis kelamin, usia,
- obesitas,
- infeksi,
- dan lingkungan.
- Salah satu yang berperan penting dalam terjadinya rheumatoid arthritis adalah
faktor genetik. Faktor genetik memiliki angka kepekaan dan ekspresi penyakit
sebesar 60%.
b) Factor resiko :
- Berusia lebih dari 40 tahun.
- Kegemukan dan penyakit metabolic
- Cedera sensitif yang berulang.
- Kepadatan tulang yang berkurang.
- Mangalami beban sendi yang terlalu berat.

6) . Dampak rheumatoid arthritis:


Yang paling ditakuti dari penyakit rheumatoid arthritis adalah akan menimbulkan
kecacatan baik ringan seperti kerusakan sendi maupun berat seperti kelumpuhan. Hal ini
mungkin akan menyebabkan berkurangnya kualitas hidup seseorang yang berakibat terbatasnya
aktivitas dan terjadinya depresi (Smart, 2010). Dampak dari rematik juga menimbulkan
kegagalan organ bahkan kematian atau mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan
mudah lelah, perubahan citra diri, serta resiko tinggi akan terjadinya cidera (Kisworo, 2008).
7) Penatalaksanaan rheumatoid arthritis :
Tujuan utama dari penatalaksanaan atau program pengobatan ialah
- untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri dan peradangan,
- mempertahankan bahkan mengoptimalkan fungsi sendi dan memaksimalkan
kemampuan pasien,
- serta mencegah dan memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi.
Penatalaksanaan yang dirancang untuk mencapai tujuan tersebut ialah pendidikan
kesehatan, istirahat yang adekuat, latihan fisik secara rutin dan berkala, pemberian gizi seimbang
serta obat analgesik atau antiinflamasi nonsteroid (Ningsih & Lukman, 2013).
Pemberian pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga maupun orang yang sering
berinteraksi dengan pasien merupakan tahap awal dalam penatalaksanaan rheumatoid arthritis.
Pendidikan kesehatan yang harus dijelaskan secara terperinci adalah pengertian, patofisiologis,
penyebab dan prognosis, semua komponen program penatalaksanaan termasuk obat-obatan yang
kompleks, serta sumber bantuan untuk mengatasi keluhan dari rheumatoid arthtritis itu sendiri.
Rheumatoid arthtritis sulit untuk disembuhkan, oleh karenanya pengobatan yang
diberikan hendaknya dilaksanakan secara rutin, berkala, dan dimulai sejak dini. Pendidikan
kesehatan kepada pasien tentang penyakitnya dapat membantu proses penyembuhan. Dukungan
dari keluarga dan orang-orang terdekat juga mampu untuk meningkatkan mental serta psikologis
pasien (Ningsih & Lukman, 2013).
BAB II
ASKEP TEORITIS
1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap
masyarakat untuk dikaji dan dianalisa sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh
masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada
fisiologis, psikologis, social ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap
pengkajian ada lima kegiatan yaitu: pengumpulan data, pengolahan data, analisa data, perumusan
atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masalah.

Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi:


a) Data Inti, meliputi riwayat atau sejarah perkembangan komunitas, data demografi
Wilayah (apakah di wilayah komunitas yang di kaji terdapat bagunan bersejarah, atau
sejarah terbentuknya kwilayah tersebut, jabarkan dengan jelas), vital statistic
(menjelaskan angka kejadian masalah kesehatan dikomunitas), status kesehatan
komunitas lansia dengan gangguan muskuloskletal rematik.
b) Data lingkungan fisik, : sumber air diwilayah komunitas seperti PDAM atau air sumur
tanah,bagaimana kualitas air apakah terdapat pembuangan limbah pabrik kesungai atau
saluran air sekitas rumah di wilayah komunitas, pembuangan sampah di wilayah
komunitas (kebiasaan membuang sampah kesungai dan atau membakar sampah tanpa
pemilahan sampah yang baik), keadaan udara (kualitas udara di wilayah atau lingkungan
komunitas lansia dengan rematik apakah terdapat pabrik yang mengakibatkan polusi
yang mengganggu pernafasan atau tidak,), atau dekat jalan raya( kebisingan) ,
c) Pelayanan kesehatan dan sosial, meliputi: pelayanan kesehatan di dekat atau sekitar
komunitas lansia dengan rematik atau pelayanan kesehatan terdekat dari wilayah
komunitas, fasilitas social (pasar, toko, dan swalayan).
d) Ekonomi, meliputi: jenis pekerjaan yang dimiliki sebakian besar penduduk di wilayah
komunitas tersebut, jumlah pekerja dibawah umur. ibu rumah tangga dan lanjut usia
diwilayah komunitas tersebut.
e) Keamanan dan transportasi : apakah ada pos penjagaan atau pos satpam, apakah ada kator
polisi di seskitar wilayah komunitas . transportasi apa yang sering atau yang umum
digunakan oleh sebagian besar masyaraat diwilayah komunitas seperti angkutan umum,
bis, kereta api, ojek , atau kendaraan pribadi .
f) Politik dan keamanan, meliputi: dalam satu wilayah komunitas contoh nya dalah satu
kelurahan ada berapa banyak RT , berapa RW atau wilayah komunitas dipimpin oleh
siapa apakah ketua adat, datauk atau orang yang berpengaruh di wilayah tersebut dalam
pengambilan keputusan , atau lain nya
g) Sistem komunikasi, meliputi sarana untuk komunikasi yang digunakan oleh masyarakat
diwilayah komunitas tersebut, jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas,
cara penyebaran informasi. (telepon, surat menyurat, pengumuman melalui TOA masjid
dan sebagainya)
h) Pendidikan, meliputi: tingkat pendidikan komunitas, fasilitas pendidikan yang tersedia,
dan jenis bahasa yang digunakan di lingkungan komunitas.
i) Rekreasi, meliputi: kebiasaan rekreasi dan fasilitas tempat rekreasi di lingkungan
komunitas seperti lapangan lepas untuk anak anak bermain bersama. Lapangan hijau
untuk para lansia berjalan santai dan berolah raga dan sebagainya

2. Analisa Data

.
3. Prioritas Masalah

4. Perumusan Diagnosa Keperawatan

5. Intervensi Keperawatan seuai SDKI,SLKI,SIKI


No SDKI SLKI SIKI
1 Defisit Status kesehatan komunitas Edukasi Kesehatan
Kesehatan
Kriteria Hasil : Observasi:
Komunitas
- Ketersediaan  Identifikasi kesiapan dan
program promosi kemampuan menerima
kesehatan informasi
Meningkat  Identifikasi faktor-faktor
- Partisispasi dalam yang dapat meningkatan
program dan
kesehatan
komunitas Terapeutik
Meningkat  menurunkan motivasi
- Kepatuhan perilaku hidup bersih dan
terhadap standar sehat
kesehatan  Sediakan materi dan
lingkungan media pendidikan
Meningkat
- Angka mortalitas kesehatan
Menurun  Jadwalkan pendidikan
- Angka morbiditas kesehatan sesuai
Menurun kesepakatan B Berikan
kesempatan untuk
bertanya
Edukasi:
 Jelaskan faktor risiko
yang dapat
mempengaruhi kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
 Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
2 Pemeliharaan Pemeliharaan kesehatan Pengembangan kesehatan
Kesehatan Tidak masyarakat
Kriteria Hasil :
Efektif
Observasi
- Menunjukkan
perilaku adaptif  Identifikasi masalah atau isu
meningkat kesehatan dan prioritasnya
- Menunujukan  Identifikasi potensi atau asset
perilaku sehat dalam masyarakat terkait isu
meningkat yang dihadapi
- Kemampuan  Identifikasi kekuatan dan
menjalankan patner dalam pengembangan
perilaku sehat Kesehatan
menjngkat  Identifikasi pemimpin tokoh
dalam masyarakat
Terapeutik:
 Berikan kesempatan kepada
setiap anggota Masyarakat
untuk berpartisipasi sesuai
asset yang dimiliki
 Libatkan anggota masyarakat
untuk meningkatkan
kesadaran terhadap isu dan
masalah kesehatan yang
dihadapi
 Libatkan masyarakat dalam
musyawarah untuk
mendefinisikan isu kesehatan
dan mengembangkan rencana
kerja
 Libatkan masyarakat dalam
proses perencanaan dan
implementasi serta revisinya
 Libatkan anhgota masyarakat
dalam mengembangkan
jaringan kesehatan
 Pertahankan komunikasi
yang terbuka dengan anggota
masyarakat dan pihak-pihak
yang terlibat
 Perkuat komunikasi anatara
individu dan kelompok untuk
bermusyawarah terkait daya

6. Implementasi Keperawatan
Merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan komunitas yang telah disusun.
Prinsip dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, yaitu:
a) Berdasarkan respon masyarakat.
b) Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia di masyarakat
c) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara diri sendiri serta lingkungannya.
d) Bekerja sama dengan profesi lain.
e) Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan masyarakat dan pencegahan penyakit.
f) Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat.
g) Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan implementasi
keperawatan.
7. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan kerasian tindakan keperawatan. Keberhasilan proses
dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses
tersebut.
Sesuai dengan rencana tindakan yang diberikan, tahap penilaian yang dilakukan untuk melihat
keberhasilannya. Bila tidak belum berhasil maka perlu disusun rencana yang sesuai
(Mubarak,2012)
Evaluasi yang diharapkan :
- Komunitas dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit rematik
- Komunitas dapat mengambil keputusan untuk merawat individu untuk merawat
penyakit rematik
- Komunitas dapat melakukan perawatan yang tepat dalam tindakan
- Komunitas dapat memoditifikasi lingkungan yang dapat menunjang kesembuhan
dan pencegahan
BAB III

PROGRAM KESEHATAN

Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan
semakin memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak proporsional serta
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi
merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan
proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh .
Banyak penyakit yang terjadi pada lansia dipengaruhi oleh proses penuaan, usia, status
pekerjaan, makanan dan aktivitas fisik adalah penyakit hipertensi, diabetes mellitus,
kardiovaskuler dan penyakit Rematik. Salah satu golongan penyakit rematik yang sering
menyertai usia lanjut yang menimbulkangangguan muskuloskeletal terutama adalah
osteoartritis . Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya
usia manusia. Salah satu penyakit yang berhubungan dengan nyeri pada persendian dan tulang
yang biasa dikeluhkan lansia akibat nyeri yang dirasakan sangat mengganggu aktivitas adalah
Rematik

Rematik atau rheumatoid arthritis adalah salah satu jenis peradangan kronis yang


menyerang sendi. Namun, tak hanya itu, pada kasus tertentu, rematik juga bisa menyerang
bagian tubuh lainnya, seperti kulit, mata, paru-paru, jantung, hingga pembuluh darah. Sebagai
salah satu gangguan autoimun, rematik bisa terjadi saat sistem imunitas tak sengaja menyerang
jaringan yang terdapat pada tubuh. Rematik biasanya menyerang lapisan sendi, sehingga
menyebabkan bengkak pada bagian tertentu pada tubuh yang berdampak pada pengeroposan
tulang dan pengapuran sendi. Nah, meski bisa terjadi pada siapa saja dari berbagai kelompok
usia, banyak anggapan yang menyebutkan bahwa rematik lebih rentan terjadi pada lansia.
Berikut adalah beberapa tanda dan gejala yang mungkin muncul pada penderita rematik:

1. Sendi membengkak dan terasa hangat.


2. Sendi kaku yang biasanya akan semakin terasa parah pada pagi hari atau saat tak
digerakkan.
3. Kelelahan, demam, dan lansia kehilangan nafsu makan.

Mengatasi rematik pada lansia

Meski lansia lebih rentan mengalami rematik, bukan berarti Anda semakin kesulitan
mengatasi kondisi ini. Ada beberapa jenis pengobatan yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi
kondisi ini.

1. Obat-obatan

Salah satu metode pengobatan yang bisa Anda coba untuk mengatasi rematik pada lansia
adalah penggunaan obat rematik, seperti berikut:

a. NSAIDs, untuk meredakan rasa sakit dan peradangan.


b. Steroid, untuk meredakan peradangan dan memperlambat kerusakan pada sendi.
c. Disease-modifying antirheumatic drugs (DMARDs), untuk memperlambat
progres dari penyakit rematik dan menyelamatkan sendi dari kerusakan permanen.

2. Terapi fisik

Metode lain yang bisa Anda jalani untuk mengatasi rematik pada lansia adalah
terapi fisik. Sesuai saran dokter, bersama ahli terapi fisik, lansia bisa menjalani
penanganan untuk rematik dengan menjalani terapi ini. Biasanya, terapi untuk rematik
bertujuan membantu pasien untuk mempertahankan kelenturan sendi. Selain itu, ahli
terapi juga bisa membantu pasien melakukan aktivitas sehari-hari dengan cara yang lain
jika memang kondisi sudah tidak memungkinkan untuk mempertahankan kelenturan pada
persendian. Terapi seperti ini tentu lebih aman untuk lansia dibandingkan dengan
penggunaan obat-obatan dengan risiko interaksi dan efek sampingnya.

3. Operasi

Pada kondisi yang tergolong parah, penanganan yang tepat untuk mengatasi
rematik adalah dengan menjalani operasi. Terlebih jika penggunaan obat-obatan atau
terapi fisik tetap tidak mampu memperlambat proses kerusakan sendi. Biasanya, pada
saat itu, dokter akan menyarankan Anda menjalani operasi untuk memperbaiki sendi
yang rusak. Operasi untuk rematik dapat membantu mengembalikan fungsi sendi yang
telah rusak. Selain itu, operasi juga dapat membantu mengurangi rasa sakit dan
meningkatkan fungsinya. Namun, Anda perlu mempertimbangkan risiko operasi yang
mungkin terjadi, misalnya pendarahan, infeksi, dan munculnya rasa sakit.

Meningkatkan kualitas hidup lansia penderita rematik

Menurut Center of Disease Control and Prevention (CDC), ada beberapa cara yang bisa lansia
lakukan untuk membantu meningkatkan kualitas hidup meski mengalami rematik, di antaranya
adalah sebagai berikut.

1. Rutin berolahraga
Kebiasaan rutin berolahraga memang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan
lansia, termasuk meningkatkan kualitas hidup. Setidaknya, lansia perlu berolahraga
sebanyak 150 menit dalam satu minggu. Jenis olahraga untuk lansia sangat beragam dan
tergantung pada kemampuannya. Selain membantu meningkatkan kualitas hidup pada
lansia yang mengalami rematik, rutin berolahraga juga dapat mengurangi risiko
mengalami berbagai penyakit kronis lain, seperti penyakit jantung, depresi, dan kencing
manis.

2. Menjaga berat badan ideal

Memiliki berat badan berlebih memang bukan hal yang menguntungkan. Hal ini
juga berlaku pada lansia, sehingga penting untuk bisa mempertahankan berat badan tetap
ideal. Apalagi, obesitas dapat memperparah kondisi rematik pada lansia. Anda bisa
melakukannya dengan menjaga pola makan sehat lansia, mengatur porsi makan lansia,
dan melakukan gaya hidup sehat lain untuk lansia. Dengan begitu, selain menjaga
kesehatan, Anda juga bisa menjaga berat badan tetap ideal.
3. Berhenti merokok

Jangan berpikir bahwa tidak ada lansia yang merokok, karena masih banyak orang
dengan usia senja yang masih bersikukuh mempertahankan kebiasaan tak sehatnya ini.
Padahal, kebiasaan merokok dapat menjadi penyebab bertambah buruknya kondisi
kesehatan Anda secara menyeluruh. Apalagi jika Anda memiliki masalah kesehatan
tertentu. Tak hanya itu, kebiasaan merokok juga dapat mempersulit Anda untuk tetap
aktif secara fisik, misalnya berolahraga. Masalahnya, rutin berolahraga memiliki peranan
penting dalam penanganan rematik pada lansia. Untuk itu, segeralah berhenti merokok
sebelum terlambat.

4. Mempelajari cara penanganan penyakit secara mandiri

Anda akan lebih mudah mengelola dan menangani rematik jika telah mengenalnya
dengan baik. Artinya, Anda perlu memahami terlebih dahulu mengenai penyakit ini. Lalu, Anda
juga perlu mengetahui bagaimana cara mengontrol gejala yang muncul. Tak lupa, penting untuk
memahami bagaimana penyakit ini memengaruhi hidup Anda. Dengan memahami hal-hal
tersebut, akan lebih mudah bagi Anda mengelola dan mengontrol rematik pada lansia secara
mandiri. Selain itu, Anda juga bisa menghindari hal-hal yang seharusnya tak dilakukan saat
mengalami kondisi ini sehingga lansia tetap sehat dan bugar.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/43335456/Askep_Keperawatan_Komunitas
http://repository.unissula.ac.id/9924/5/BAB%20I.pdf
http://eprints.umpo.ac.id/6121/2/BAB%201.pdf
https://jurnal.aiska-university.ac.id/index.php/gemassika/article/download/
629/307#:~:text=WHO%20mengidentifikasikan%20empat%20kondisi%20gangguan,2003%3B
%20Lucky%2C%202017).
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/620/3/BAB%20II.pdf
https://www.bing.com/images/sear artikel Kesehatan Tentang Penyakit Rematik Pada Lansia.
https://www.slideshare.net/082163646064/asuhan-keperawatan-komunitas-kelompok-khusus-
lansia

You might also like