You are on page 1of 20

MAKALAH

Penerapan Terapi Komplementer Pada Dewasa Dan Lansia

Disusun Oleh

Kelompok 3

Tria Betania Jami’atul Husni

Putri Subma Putri Sakinah

Mujurniati Endang

Sonia Nadila Nanda Annisa Pratiwi

Ratih Alkhair Nur fadillah

Fira Gusri Amelia Sovia Octa Arinda

Triwilly Novia Nadila Putri

Ramadhan Harfasyah Batami Nuryati Yohan Turnip

Aditya Maulana Hania Aulia

Dosen Pengampu :Ns.Nurlenny M.kep

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

PRODI S1 KEPERAWATAN

TA 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas Rahmat dan karun
ia-nya , akhirnya tugas ”Penerapan Terapi Komplementer Pada Dewasa Dan Lansia” yang pe
makalah buat dapat diselesaikan. Dan kelompok juga berterima kasih kepada pihak yang me
mbantu dalam proses penyusunan makalah ini , yaitu dosen dan para teman.

Semoga makalah yang pemakalah buat ini bermanfaat bagi teman-teman sekalian. Did
alam pembuatan makalah ini masih banyak sekali terdapat kekurangan-kekurangan, disinika
mi sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca terutama para dosen.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………….

BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………………………

A. Latar Belakang…………………………………………………………………..

B.Tujuan……………………………………………………………………………

C.Manfaat………………………………………………………………………….

BAB II :Tinjauan Teori………………………………………………………………….

A.Terapi Komplementer………………………………………………………….

B.Penerapan Terapi Komplementer Pada Dewasa Dengan masalah Asma…

C. Penerapan Terapi Komplementer Pada Lansia Dengan Masalah Hipertensi

BAB III : PENUTUP ……………………………………………………………………


A.Kesimpulan………………………………………………………………………
B.Saran……………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut usia (Lansia) merupakan kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade dan merupakan kenyataan
yang tidak dapat dihindari (Notoatmodjo, 2012). Secara umum dikatakan lanjut usia apabila
usia yang mencapai 60 tahun ke atas, hal ini berdasarkan Undang Undang Nomor 13 Tahun
1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (Kemenkes RI, 2016).

Populasi dunia saat ini berada pada era penduduk menua (ageing population) dengan
jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas melebihi 7 persen populasi. Seiring dengan
pertumbuhan tersebut, jumlah penduduk lanjut usia (lansia) semakin lama juga semakin
meningkat dan berkontribusi cukup tinggi terhadap pertumbuhan penduduk secara
keseluruhan. Populasi lansia mencapai 962 juta orang pada tahun 2017, lebih dari dua kali
lipat dibandingkan tahun 1980 yaitu hanya 382 juta lansia di seluruh dunia. Angka ini
diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2050 yang prediksinya akan mencapai sekitar
2,1 miliar lansia di seluruh dunia (BPS, 2018).

Persentase lansia di Indonesia juga semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun
2018, terdapat 9,27 persen atau sekitar 24,49 juta lansia dari seluruh penduduk. Angka ini
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya terdapat 8,97 persen (sekitar 23,4
juta) lansia di Indonesia. BPS memproyeksikan pada tahun 2045 Indonesia akan memiliki
sekitar 63,31 juta lansia atau hampir mencapai 20 persen populasi. Bahkan, proyeksi PBB
juga menyebutkan bahwa persentase lansia Indonesia akan mencapai 25 persen pada tahun
2050 atau sekitar 74 juta lansia (BPS, 2018).

Proses yang dialami lansia merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia dimana tubuh akan mencapai titik perkembangan yang maksimal dan mulai
menurun dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang ada di di dalam tubuh. Kemudian,
tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara perlahan - lahan yang disebut juga
dengan proses penuaan. Proses penuaan merupakan suatu proses yang secara perlahan- lahan
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya (Maryam, S. 2011). Perubahan yang terjadi yaitu pada
aspek fisik atau fisiologi, psikologi, dan social (Miller, 2012).
Di Sumatera Barat, hipertensi termasuk kedalam 5 penyakit terbanyak yang diderita oleh
masyarakat. Sedangkan di kota Padang sebagai ibu kota provinsi, hipertensi mendapat urutan
ke 3 dari 10 penyebab kematian terbanyak. Selain itu, kunjungan hipertensi pada tahun 2013
merupakan kunjungan tertinggi di wilayah kerja puskesmas se kota Padang dengan angka
41768 kasus diikuti dengan Diabetes Melitus sebanyak 11769 kasus dan Rematik 11010
kasus (Susanti, 2015). Sementara untuk daerah Nanggalo, didapatkan data bahwa penyakit
hipertensi merupakan penyakit terbanyak yang diderita lansia, diikuti oleh asam urat dan
rematik.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan
darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan
pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke)
bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak penderita
hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat (Kemenkes
RI, 2014).

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Pernyataan ini diperkuat
oleh data dari WHO (2014) yang menyebutkan bahwa tercatat satu milyar orang di dunia
menderita hipertensi dan diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari
seluruh total kematian yang disebabkan oleh penyakit hipertensi. Pada kebanyakan kasus,
hipertensi baru terdeteksi saat dilakukannya pemeriksaan fisik karena alasan penyakit tertentu
karena gejala yang dialami dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama
dengan gejala penyakit lainnya sehingga hipertensi sering disebut sebagai silent killer
(Infodatin, 2014).

Kondisi ini perlu menjadi perlu menjadi perhatian bagi tenaga kesehatan khususnya
perawat dalam menangani masalah hipertensi pada lansia. Terapi non farmakologis
merupakan pilihan yan penting bagi lansia kerena dinilai lebih aman dibandingkan dengan
medikasi atau terapi farmakologis. Jenis terapi ini meliputi diet, exercise, pengedalian stress
serta 7 pemberian terapi komplementer (Upoyo, 2018). Adapun terapi komplementer yang
dapat diberikan adalah terapi relaksasi yang dibagi menjadi dua jenis, yaitu relaksasi yang
menekankan pada fisik, seperti yoga, relaksasi otot progresif, latihan pernafasan. Dan
relaksasi yang menekankan pada mental/psikis seperti autogenic suggestion, imagery,
relaxating self talk dan meditasi.

Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan diharapkan mampu memberikan asuhan


keperawatan secara mandiri dalam konteks nonfarmakologis. Pendekatan nonfarmakologis
merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi farmakologis. Termasuk
ke dalam penanganan nonfarmakologis adalah dengan memberikan terapi komplementer
pada pasien (Smeltzer, 2004, dalam Ahsanul, 2015).

Terapi komplementer dalam sistem keperawatan pada dasarnya bertujuan untuk mencapai
keselarasan, keseimbangan dan kesejahteraan dalam diri seseorang. Salah satu terapi
komplementer yang direkomendasikan oleh NCCAM (National Center of Complementary
and Alternative Medicine) adalah Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT). SEFT
merupakan salah satu terapi relaksasi yang bisa dijadikan alternatif untuk menangani
hipertensi. Miller (2012) menjelaskan bahwa terapi relaksasi memberikan efek sama dengan
obat antihipertensi dalam menurunkan tekanan darah.

Prosesnya ini dimulai dwengan membuat otot-otot polos pembuluh darah arteri dan
vena menjadi rileks bersama otot-otot lain dalam tubuh. Efek dari relaksasi otot-otot ini
menyebabkan kadar neropinefrin dalam darah menurun. Otot-otot yang rileks ini akan
menyebarkan stimullus ke hipotalamus sehingga jiwa dan organ dalam manusia merasakan
ketenangan dan kenyamanan. Keadaan ini akan menekan sistem saraf simpatik sehingga
produksi hormon epinefrin dan norepinefrin dalam darah menurun. Penurunan kadar
norepinefrin dan epinefrin dalam darah menyebabkan kerja jantung dalam darahpun akan
menurun sehingga tekanan darah ikut menurun (Miller, 2012)
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan gambaran asuhan keperawatan yang komprehensif terhadap lansia Ny. Y


dengan hipertensi dan mampu menerapkan terapi Memberikan gambaran asuhan keperawatan
yang komprehensif terhadap Spritual Emosional Freedom Technique (SEFT) pada lansia Ny.

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan hasil pengkajian dengan masalah hipertensi


b. Menjelaskan diagnosa keperawatan dengan masalah hipertensi
c. Menjelaskan intervensi keperawatan dengan
d. Menjelaskan implementasi tindakan keperawatan dengan masalah hipertensi
e. Menjelaskan evaluasi terhadap implementasi dengan masalah hipertensi
f. Menjelaskan analisa kasus dengan masalah hipertensi

C. Manfaat
1. Bagi Pendidikan Keperawatan
a. Sebagai masukan bagi perkembangan pengetahuan dalam hal perawatan
komprehensif dan menambah pengalaman mahasiswa dalam merawat lansia
dengan masalah hipertensi dengan cara menerapkan terapi Spritual Emosional
Freedom Technique (SEFT) pada lansia.
b. Sebagai masukan bagi perkembangan pengetahuan dalam hal perawatan
komprehensif dan menambah pengalaman mahasiswa dalam merawat lansia
dengan masalah hipertensi dengan cara menerapkan terapi Spritual Emosional
Freedom Technique (SEFT) pada lansia.
c. Hasil laporan ilmiah akhir ini dapat menjadi sumber literatur dan bahan
referensi bagi mahasiswa yang ingin meneliti penerapan asuhan keperawatan
pada lansia dengan masalah hipertensi dengan cara menerapkan terapi
Spritual Emosional Freedom Technique (SEFT) dengan pengembangan
variable lain.

2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan/Keperawatan


a. Hasil laporan ilmiah ini dapat menjadi salah satu bahan masukan bagi puskesmas
dengan membuat suatu pembuatan kebijakan standar asuhan keperawatan terhadap
lansia dengan masalah hipertensi dengan cara menerapkan terapi Spritual Emosional
Freedom Technique (SEFT).
b. Hasil laporan ilmiah ini dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam
pembuatan kebijakan di Puskesmas untuk meningkatkan 13 pelayanan keperawatan
yang bersifat promotif dan preventif tentang penyuluhan dan penerapan terapi Spritual
Emosional Freedom Technique (SEFT) sehingga dapat meningkatkan minat dan
partisipasi lansia dalam kegiatan tersebut.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. TERAPI KOMPLEMENTER

1. Pengertian Terapi Komplementer


Menurut WHO (Work! Health Organization), pengobatan komplementer
adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang
bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan
komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang
dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan
diturunkan secara turun-temurun pada suatu negara. Tapi di Philipina misalnya, jamu
Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer. Terapi
komplementer (complementary therapies) adalah semua terapi yang digunakan
sebagai tambahan untuk terapi konvensional yang direkomendasikan oleh
penyelenggaraan pelayanan kesehatan individu (Perry, Potter, 2009).
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan
sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan
pilihan lain di har pengobatan medis yang konvensional.
2. Tujuan Terapi Komplementer
Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem -sistem
tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh dapat
menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh mempunyai
kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri dengan asupan nutrisi yang baik
kengkap serta perawatan yang tepat.

B. Penerapan Terapi Komplementer Pada Dewasa Dengan masalah Asma

Kemajuan di bidang farmakologi dan terapi dalam pengobatan maupun pencegahan


asma, mampu mengurangi angka insidensi. Obat yang digunakan dalam penatalaksanaan
asma adalah jenis bronkodilator dan turunan steroid. Semakin maju obat yang ditemukan
seiring dengan bertambahnya biaya dan obat harus dikonsumsi setiap kali terjadi serangan.
Hal ini merupakan kendala untuk penerapan pengobatan mutakhir terhadap asma. Kemudian
timbul paradigma baru dalam bidang farmakologi dan terapi untuk kembali ke alam, selain
itu juga dikembangkannya latihan-latihan olah napas sederhana yang bertujuan
mengembalikan fungsi normal tubuh secara alami. Terapi komplementer untuk asma
bronchial diantaranya yaitu

1. Latihan pernapasan menggunakan metode Buteyko


Latihan olah napas biasanya merupakan bagian dari suatu kesatuan gerakan
tertentu yang sangat dipengaruhi oleh budaya yang berkembang di negara asalnya.
Salah satu metode olh napas yang dikembangkan di Rusia oleh Konstantin Buteyko
adalah latihan pemapasan dengan metode Buteyko. Metode Buteyko adalah
serangkaian latihan pernapasan yang sederhana dengan prinsip secara mekanisnya
berbeda dengan metode pernapasan yang lain. Namun secara umum memiliki tujuan
yang sama yaitu memperbaiki pemapasan diafragma. Metode ini memiliki ciri khusus
yang lebih memfokuskan pada menurunkan frekuensi pemapasan. Penderita asma
akan mengalami hiperventilasi yang menyebabkan rendahnya kadar CO2 yang akan
dikuti dengan pergeseran efek Bohr dan akibatnya oksigenasi akan semakin
berkurang. Frekuensi napas yang optimal dengan penurunan frekuensi pernapasan
membawa kadar CO2 pada kadar normal, sehingga oksigenasi akan optimal Metode
Buteyko mengajarkan pasien untuk menormalkan pernapasan mereka dengan
membiasakan menghirup dan menghembus nupas melalui hidung, tidur dengan
posisi miring ke kiri dan mencegah tidur terlentang karena dapat menyebabkan
hiperventilasi Sesi latihan yang dilakukan adalah dengan menghembus napas normal
kemudian merahan napas sampai pertama kali merasa tidak nyaman.
Teknik pernapasan Buteyko merupakan salah satu teknik olah rupas yang
bertujuan untuk menurunkan ventilasi alveolar terhadap hiperventilasi paru penderita
asma (GINA, 2005). Teknik pernapasan Buteyko juga membantu menyeimbangkan
kadar karbondioksida dalam darah sehingga oksigenasi yang lancar akan menurunkan
kejadian hipoksia, hiperventilasi dan apnea saat tidur pada penderita asma (Murphy,
2005). Pemberian latihan teknik pernapasan Buteyko secara teratur akan memperbaiki
buruknya sistem pernapasan pada penderita asma sehingga akan menurunkan gejala
asma sekaligus akan menurunkan frekuensi serangan pada asma. (Kolb dalam
Dalimunthe, 2010). Teknik pernapasan buteyko memiliki beberapa teknik:
a. Nose clearing exercise (latihan pembersihan hidung)
1) Teknik ini untuk memulai dan melatih membusakan dengan pernapasan
hidung menghembuskan napas hanya melalui hidung
2) Menghitung denyut nadi selama satu menit
3) Setelah melakukan tenk pemapasan buteyko kemudian denyutan nadi sama
atau lebih rendah mengindikasikan bahwa yang melakukan teknik tersebut
dalam keadaan relaks.
b. Relaxed breathing (merelaksasikan hidung)
Bemapas yang tenang serta perlahan melalui hdung dan melakukan
pernapasan perut yang memiliki peran memperbaiki pernapasan diafragma, juga
mempengaruhi sensasi dari dispnea dan kebutuhan penggunaan bronkodikator.
Mampu menurunkan jumlah hiperinflasi atau jebakan udara dalam paru pada pasien
asma
c. Control pause (mengontrol jeda napas)
Bemapas secara intensif dapat membantu mengembalikanirama pernapasan
yang tidak normal dengan cara yag sama juga untuk menghentikan aritmia jantung
agar kembali normal
d. Extende pause (memanjangkan jeda napas)
Akan mengalami penurunan saturasi oksigen yang kemudian mencapai
saturasi maksimum ketika pertama kali mengambil napas
e. Reduce breathing (menurunkan aliran napas)

Salah satu cara menstabilkan kadar CO: dalam paru

2. Senam Asma
Serum asma merupakan salah satu pilihan olah raga yang tepat bagi penderita
asma. Karena senam asma bermanfaat untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan
juga meningkatkan kemampuan benapas.
Selain serum asma, masih ada beberapa pilihan ohhraga lain, di antaranya
berenang dan jalan santai (jogging). Namun perlu diperhatikan pula faktor pemicu
asma, jika asma muncul karena udara dingin, hindari berenang di kolam dengan suhu
rendah atau melakukan jogging di pegunungan.
Di Indonesia, telah dikembangkan latihan untuk penderita asma yang dikenal
sebagai Senam Asma Indonesia. Seram ini terdiri dari beberapa tahapan latihan seperti
halnya olah raga yang lain, yai pemanasan, latihan inti A. latihan inti B, aerobik dan
pendinginan. Adapun tujuan senam ini adalah untuk melatih cara bemapas yang benar,
melenturkan dan memperkuat otot pernapasan. melatih ekspektorasi yang efektif,
meningkatkan sirkulasi, mempertahankan asma terkontrol serta meningkatkan kualitas
hidup.
Seram asmu tidak boleh dikkukan sembarangan. Ada syarat-syarat bagi
mereka yang akan melakukan senam asma, yaitu: tidak dalam serangan asma, sesak
dan batuk, tidak dalam serangan jantung, dan tidak dalam keadaan stamina menurun
akibat flu atau kurang tidur dan baru sembuh

3. Akupuntur
Merupakan terapi dengan menusukkan janam kettik-titik tubuh tertentu.
Mengatur energi (chi) yang berhubungan dengan organ internal dalam
menyeimbangkan yin dan yang dalam tubuh Dalam terapi akupuntur, asma dibagi
menjadi dua jenis, yau asma dingin dan asma panas. Asma dingin ini disebabkan oleh
faktor eksternal, seperti suhu udara yang dingin serta angin berlebih yang
menyebabkan gangguan pada paru-paru. Sehingga, terapinya dilaksanakan dengan
membuang angin dingin dan menghangatkan paru-paru. Sedangkan, asma panas lebih
disebabkan oleh produksi lendir yang mengumpul di paru-paru dan membuatnya
menjadi lebih lembab, sehingga timbul sumbatan yang mengganggu jalan pernafasan.
Asma panas ini biasanya dipengaruhi oleh gaya hidup dan pola makan, sehingga
dalam terapi, jarum-jarum difokuskan pada titik-titik tubuh yang dapat mengontrol
nafsu makan dan menyeimbangkan energi dalam tubuh
Perbedaan antara asma dingin dan asma panus terdapat pada warna wajah
Penderita asma panas di mata akupunturis wajahnya kemerahan seperti orang
marah.Anak-anak dan bayi penderita asmu juga bisa diterapi dengan akupuntur. Titik-
tik akupuntur untuk mereka sama dengan titik akupuntur pada orang dewasa. Tentu
caranya berbeda dengan orang dewasa. Malah, terapi akupuntur sejak dini itu lebih
baik dan lebih cepat sembuhnya.
4. Akupresur
Menggunakan pemijatan benda tumpul dan keras atau dengan jari sebagai
pengganti janum Prinsip sanu dengan akupunktur.
5. Terapi Herba
Penggasan herba untuk menyembuhkan penyakit.
a. Astragala membranacious
b. Glycyrrhiza glabra (akar kayu manis)
c. Tanacetum parthenium
6. Terapi Nutrisi
Pemilihan nutrisi atau zat makanan untuk membantu penyembuhan.
a. Vitamin C →menaikkan imunitas, sebagai antioksidan dan antiradang Vitamin C
adalah antioksidan kuat yang melapisi bronkus dan bronkhiolus dan minum 3 gelas
jus jeruk akan cukup jumlah yang diperkikan vitamin C untuk penderita asma. Misal
brokoli, pepaya, stroberi, buah biru, dan paprika merah. wortel, sawi kubis,
tout, ubi jalar.
b. Vitamin E→ sebagai antiokidan dan memperlambat degenarasi Misal sawi, bayam
c. Selenium meningkatkan fagostik sel darah putih, menghambat produksi prostaglandin
7. Terapi Aroma
Minyak atsiri untuk melegakan pernapasan, merelaksasi, dan melebarkan
saluran pernapasan Untuk penderita kronik :
a. Masing-masing 5 tetes Ravensara aromatica, Thyme, madu Mertyle, Chamomile
Roma, dengan10 ml ekstrak Echinacea dan 15 ml. air, digosokkan pada leher disekitar
tenggorokan atau di dada.

C. Penerapan Terapi Komplementer Pada Lansia Dengan Masalah Hipertensi

1. Terapi Rebusan Daun Salam


Daun salam (Sygium polyanthum) merupakan tanaman yang umum
digunakan sebagai bumbu masakan Indonesia. Nama ilmiah daun salam juga bisa
digunakan sebagai bumbu pengobatan tradisional Indonesia, daun salam, atau daun
salam Indonesia. Sygium polyanthum (Nurcahyati, 2014). Daun salam (Sygium
polyanthum) adalah jenis obat herbal yang digunakan untuk berbagai penyakit,
termasuk pengobatan tekanan darah tinggi. (Diabetes) dan menurunkan tekanan
darah tinggi (Nisa, 2013).
Berdasarkan penelitian Yunus (2015), daun salam mengandung senyawa
flavonoid, yang mana flavonoid mengandung quarcertin memberikan pengaruh
sebagai vasolidator, antipletelet, dan antipoliferativedan menurunkan tekanan
darah, hasil dari oksidasi dan perbaikan terhadap organ tubuh yang sudah rusak
akibat dari hipertensi. Menurut Savitri (2016), kandungan mineral yang ada pada daun
salam membuat peredaran darah menjadi lebih lancar dan mengurangi tekanan
darah tinggi daun salam juga mengandung minyak esensial eugenol dan metal
kavikol, serta etanol yang berperan aktif sebagai anti jamur dan bakteri. Kandungan
kimiawi dari daun salam terdiri dari berbagai senyawa kimia, seperti Saponin,
Triterpen, Flavonoid, Tannin, Alkaloid minyak Atsiri (Seskuiterpen, lakton, dan
Fenol)
2. Terapi Konsumsi Bawang Putih

Bawang putih memiliki khasiat yang sangat banyak, kandungan allicin pada
bawang putih dapat mencegah aterosklerosis, antikoagulan (menghancurkan
penggumpulan darah), menurunkan kolesterol tinggi, dan menambah sistem
kekebalan tubuh (Susilo dan Wulandari, 2011). Menurut Kuswardani (2016),
bawang putih mengandung senyawa kimiayang sangat bermanfaat bagi manusia,
yaitu mengandung allicin, allin, adenosin, dialil-disulfida, skordanin, alistatin.
Kandungan bawang putih yang berkhasiat sebagai antihipertensi yakni allisin
dan alil-metil-sulfida.

Pemberian Bawang Putih Tunggal (Allium Sativum) dapat menurunkan


tekanan darah pada penderita. Kandungan alami dari Bawang putih yang
mengandung senyawa kimia yang sangat penting, salah satunya termasuk
volatile oil (0,1-0,36 %) yang mengandung sulfur, termasuk didalamnya adalah
allicin, ajoene dan vinyl thinnes yang dihasilkan secara non enzimatik dari allicin
yang dapat mengencerkan darah dan berperan dalam mengatur tekanan darah
sehingga dapat memperlancar peredaran darah (Kuswardani, 2016)

3. Senam Hipertensi
Senam Hipertensi merupakan aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur
dan terorganisasi bagi penderita hipertensi (Tina et al., 2019). Dengan melakukan
senam hipertensi kebutuhan oksigen dalam sel akan meningkat untuk proses
pembentukan energi, sehingga terjadi peningkatan denyut jantung, sehingga curah
jantung dan isi sekuncup bertambah. Dengan demikian tekanan darah akan
meningkat. Setelah berisitirahat pembuluh darah akan berdilatasi atau meregang,
dan aliran darah akan turun sementara waktu, sekitar 30-120 menit kemuidan
akan kembali pada tekanan darah sebelum senam. Jika melakukan senam
hipertensi secara rutin dan terus-menerus,maka penurunantekanan darah
akanberlangsung lebih lama dan pembuluh darah akan lebih elastis
(Hermawan & Rosyid, 2017)
Menurut penelitian Hermawan dan Rosyid (2017) di Panti Wredha
Darma Bhakti Kelurahan Pajang Surakarta dimana tekanan darah sebelum
pemberian intervensi sebagian besar adalah pre-hipertensi (39%), tekanan
darah sesudah pemberian intervensi senam hipertensi sebagian besar
adalah normal (56%), dan terdapat pengaruh senam hipertensi terhadap
tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Panti Wredha Darma
Bhakti Kelurahan Pajang Surakarta (p-value= 0,001) (Hernawan & Rosvid
2017).

4. Terapi Spiritual Emotional FreedomTechnique (SEFT)


Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) adalah gabungan dari s
istem energi tubuh (energy medicine) dan spiritualitas (Zainuddin, 2012). Cara melak
ukan SEFT adalah dengan melakukan ketukan ringan (tapping) pada 18 titik meridian
tubuh dan menstimulasi meridian tubuh pada 12 jalur utama. Tujuan melakukan tappi
ng adalah menyamakan energi tubuh dan membuat tubuh menjadi relaks. Cara kerja S
EFT adalah hampir mirip terapi akupuntur atau akupresur, emotional freedom techniq
ue (EFT), ditambah konsep spiritual atau doa.Melakukan tapping pada 18 titik meridi
an disertai mengucapkan kalimat doa, dapat memberikan efek relaksasi, dengan memi
cu kelenjar pituitari mengeluarkan hormon endorphin yang memberi efek ketenangan,
yang akan menginaktivasi sistem saraf simpatis, akan membantu menurunkan tekanan
darah. Sistem saraf simpatis yang diaktifasi, akan mempengaruhi sistem kardiovaskul
er dalam menekan kerja kelenjer adrenal, yang berdampak mengurangi sekresi hormo
n yang mempengaruhi kerja kardiovaskuler. Sekresi hormon epinefrin, kortisol dan ste
roid lainnya (renin, angiotensin) dan sekresi aldosteron dan ADH yang berkurang dap
at menurunkan tekanan darah.
Manfaat yang didapatkan jika melakukan SEFT menurut Zainuddin (2012) ad
alah membantu menyelesaikan masalah fisik atau emosi, meningkatkan kinerja dan pr
estasi, mendatangkan keberhasilan, mendapatkan yang kita inginkan, mencapai kesuk
sesan, mendapatkan kebahagiaan, menimbulkan ketenangan. SEFT dapat dilakukan se
kitar 35 menit. Cara melakukan SEFT untuk menurunkan tekanan darah yang diadops
i dari Zainuddin (2012) dengan 3 step, yaitu the set-up, the tune-in dan the tapping.
1. The set-up
Tujuan dilakukan the set-up adalah untuk menguatkan peredaran energi tu
buh dengan pasti dan menetralisir "perlawanan psikologis”. The set up dila
kukan dengan mengucapkan kalimat dengan penuh rasa hikmat, dilakukan
3 kali, “Ya Tuhan meskipun saya tekanan darahnya tinggi, saya ikhlas, say
a pasrahkan kepada-Mu sepenuhnya.” Dilakukan sambil menekan dada di
bagian" Sore Spot"(di sekitar dada atas) atau memukul ringan menggunaka
n dua ujung jari di "Karate Chop". Selanjutnya mengucapkan kalimat di at
as.
2. The tune-in
Cara melakukan the tune-in adalah memusatkan pikiran ke lokasi rasa saki
t yang dialami, sambal berdoa: “Saya rela, saya pasrahkan tekanan darah s
aya tinggi, ya Tuhan!” Tune-in dilakukan bersama dengan Tapping.
3. Tapping
Tujuan tapping adalah untuk membebaskan emosi negatif atau rasa sakit fi
sik (Zainuddin,2012). Kalimat yang diucapkan: “Ya Tuhan, meskipun saya
hipertensi, saya rela, saya pasrahkan kepada-Mu hipertensi saya!”

Cara melakukan tapping dengan mengetuk ringan pada titik-titik tertentu (The
Major Energy Meridians) pada tubuh, dengan dua ujung jari sambil terus melakukan
Tune-In. Ketukan yang dilakukan lebih dari satu kali akan memberikan dampak, sehin
gga membebaskan emosi atau rasa sakit yang kita rasakan, mengedarkan energi tubuh
kembali normal dan seimbang (Zainuddin,2012). Titik tapping ada 9 yaitu titik atas ke
pala, titik permulaan alis mata, di atas tulang di samping mata, di bawah kelopak mata,
di bawah hidung, di antara dagu dan bagian bawah bibir, di ujung tempat bertemunya
tulang dada, collar bone, di bawah ketiak, dan di bawah puting susu. Setelah 9 titik di
atas selesai dilanjutkan pada The 9 Gamut Prosedure. Khusus untuk titik terakhir, gam
ut point. Sambil melakukan tapping titik tersebut melakukan “The 9 Gamut Prosedur
e”. Adapun 9 gerakan itu adalah mata ditutup, mata dibuka, menggerakkan mata deng
an kuat ke arah kanan bawah, menggerakkan mata ke kiri bawah, bola mata diputar se
arah jarum jam, bola mata diputar berlawanan arah jarum jam, bergumam selama 3 de
tik, berhitung 1,2,3,4,5..., bergumam lagi 3 detik.

5. Terapi Genggam Jari dan Nafas Dalam


Terapi genggam jari adalah bagian dari teknik Jin Shin Jyutsu, yang
sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh siapa saja karena berkaitan dengan
jari dan pernapasan.Terapi hipnosis lima jari merupakan terapi relaksasi yang
banyak digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan individu karena
dapat menimbulkan efek relaksasi yang tinggi sehingga angka kecemasan
responden bisa menurun. Terapi hipnosis lima jari adalah salah satu metode
self hipnosis yang dapat menimbulkan efek relaksasi yang tinggi, sehingga
mampu mengurangi ketegangan dan stress dari pikiran seseorang
sehingga terbentuklah keseimbangan antara pikiran, tubuh dan jiwa(Lidiana et
al., 2021).Teknik ini menggunakan sentuhan manual menggunakan nafas untuk
meningkatkan ketenangan dan merilekskan tubuh. Perasaan santai ini dapat
mengurangi ketegangan otot, memungkinkan anda untuk menghilangkan stress.
Mengurangi stress akan merangsang kerja saraf parasimpatis dengan
mengurangi katekolamin dan kortisol,
sehinggameningkatkandehydroepiandrosterone(DHEA)dan dopamin, sehingga
mengakibatkan penurunan denyut jantung (HR) dan laju pernapasan (RR).
Menurunkan detak jantung dan detak jantung anda mengurangi beban kerja
pada jantung anda dan pada akhirnya menurunkan tekanan darah anda
(Handoyo et al., 2022).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di DINKES Kabupaten
Sukoharjo didapatkan prevalensi penderita hipertensi tertinggi berada di
Mojolaban yaitu sekitar 21,576 lansia menderita hipertensi, dan di kecamatan
mojolaban penderita hipertensi terbanyak di kelurahan kragilan yaitu sebanyak
754 lansia penderita hipertensi, saat penulis mewawancarai sebanyak 2 orang
mereka mengatakan dalam mengatasi tekanan darah tinggi biasanya memeriksakan
ke dokter untuk memperoleh obat dan untuk pengobatan non farmakologis
biasanya hanya mengkonsumsi jus seledri dan mentimun dibandingkan dengan
melakukan terapi relaksasi dan olahraga secara rutin.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi komplementer merupakan pengobatan non-konvensional yang bukan berasal
dari negara yang bersangkutan. Terapi komplementer adalah cara menanggulangi penyakit
yang dilakukan sebagai pendukung pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan
pilihan lain di luar pengobatan medis yang konvensional.
Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem - sistem tubuh,
terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh dapat menyembuhkan dirinya
sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita sebenarnya mempunyai kemampuan untuk
menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan kita mau mendengarkannya dan memberikan respon
dengan asupan nutrisi yang baik lengkap
Peran perawat yang dapat dilakukan dalam terapi komplementer dalam komunitas
adalah sebagai pemberi asuahan keperawatan, sebagai peneliti, pendidik. advokasi, dan
edukator. Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan
oleh Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional
adalah akupuntur, terapi hiperbarik, herbal medik.
B. Saran
Dengan tersusunnya makalah ini semoga bisa bermanfaat bagi pembaca maupun
penulis. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan, karena penulis sadar bahwa
penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna dan kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Perry. Potter. 2009. Fundamentals of Nursing Buku 2 Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika

Asih, S. W. (2018). Pengaruh Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan Tekanan Darah

Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Wisma Seruni Upt Pslu Jember. The Indonesian
Journal of Health Science, September 2018.

Aprilia. 2015.Pengaruh Rebusan air daun salam (Syzigium Polyanthum (Wight) Walp.)

terhadap tekanan darah

A. (2019). PengaruhPemberian Rebusan Daun Salam (Syzygium Polyanthum)

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi Di Desa Plosowahyu Kecamatan


Lamongan Kabupaten Lamongan

.Dafriani, P. (2016).Pengaruh Rebusan Daun Salam (Syzigium Polyanthum Wight Walp)


Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi di Sungai Bungkal, Kerinci 2016. Jurnal
Kesehatan Medika Saintika, Vol. 7, No. 2, Hal. 25-27, Desember 2016.

Ainurrafiq, A., Risnah, R., & Ulfa Azhar, M. (2019). Terapi Non Farmakologi dalam
Pengendalian Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi: Systematic Review. MPPKI
(Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia): The Indonesian Journal of Health
Promotion, 2(3), 192- 199.

Astutik, D., Indarwati, R., & M.Has, E. M. (2019). Loneliness and Psychological Well-being
of Elderly in Community. Indonesian Journal of Community Health Nursing, 34.

You might also like