Professional Documents
Culture Documents
KLPK 3 Penerapan Terapi Komplementer
KLPK 3 Penerapan Terapi Komplementer
Disusun Oleh
Kelompok 3
Mujurniati Endang
PRODI S1 KEPERAWATAN
TA 2022/2023
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas Rahmat dan karun
ia-nya , akhirnya tugas ”Penerapan Terapi Komplementer Pada Dewasa Dan Lansia” yang pe
makalah buat dapat diselesaikan. Dan kelompok juga berterima kasih kepada pihak yang me
mbantu dalam proses penyusunan makalah ini , yaitu dosen dan para teman.
Semoga makalah yang pemakalah buat ini bermanfaat bagi teman-teman sekalian. Did
alam pembuatan makalah ini masih banyak sekali terdapat kekurangan-kekurangan, disinika
mi sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca terutama para dosen.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………………………
A. Latar Belakang…………………………………………………………………..
B.Tujuan……………………………………………………………………………
C.Manfaat………………………………………………………………………….
A.Terapi Komplementer………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia (Lansia) merupakan kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade dan merupakan kenyataan
yang tidak dapat dihindari (Notoatmodjo, 2012). Secara umum dikatakan lanjut usia apabila
usia yang mencapai 60 tahun ke atas, hal ini berdasarkan Undang Undang Nomor 13 Tahun
1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (Kemenkes RI, 2016).
Populasi dunia saat ini berada pada era penduduk menua (ageing population) dengan
jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas melebihi 7 persen populasi. Seiring dengan
pertumbuhan tersebut, jumlah penduduk lanjut usia (lansia) semakin lama juga semakin
meningkat dan berkontribusi cukup tinggi terhadap pertumbuhan penduduk secara
keseluruhan. Populasi lansia mencapai 962 juta orang pada tahun 2017, lebih dari dua kali
lipat dibandingkan tahun 1980 yaitu hanya 382 juta lansia di seluruh dunia. Angka ini
diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2050 yang prediksinya akan mencapai sekitar
2,1 miliar lansia di seluruh dunia (BPS, 2018).
Persentase lansia di Indonesia juga semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun
2018, terdapat 9,27 persen atau sekitar 24,49 juta lansia dari seluruh penduduk. Angka ini
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya terdapat 8,97 persen (sekitar 23,4
juta) lansia di Indonesia. BPS memproyeksikan pada tahun 2045 Indonesia akan memiliki
sekitar 63,31 juta lansia atau hampir mencapai 20 persen populasi. Bahkan, proyeksi PBB
juga menyebutkan bahwa persentase lansia Indonesia akan mencapai 25 persen pada tahun
2050 atau sekitar 74 juta lansia (BPS, 2018).
Proses yang dialami lansia merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia dimana tubuh akan mencapai titik perkembangan yang maksimal dan mulai
menurun dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang ada di di dalam tubuh. Kemudian,
tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara perlahan - lahan yang disebut juga
dengan proses penuaan. Proses penuaan merupakan suatu proses yang secara perlahan- lahan
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya (Maryam, S. 2011). Perubahan yang terjadi yaitu pada
aspek fisik atau fisiologi, psikologi, dan social (Miller, 2012).
Di Sumatera Barat, hipertensi termasuk kedalam 5 penyakit terbanyak yang diderita oleh
masyarakat. Sedangkan di kota Padang sebagai ibu kota provinsi, hipertensi mendapat urutan
ke 3 dari 10 penyebab kematian terbanyak. Selain itu, kunjungan hipertensi pada tahun 2013
merupakan kunjungan tertinggi di wilayah kerja puskesmas se kota Padang dengan angka
41768 kasus diikuti dengan Diabetes Melitus sebanyak 11769 kasus dan Rematik 11010
kasus (Susanti, 2015). Sementara untuk daerah Nanggalo, didapatkan data bahwa penyakit
hipertensi merupakan penyakit terbanyak yang diderita lansia, diikuti oleh asam urat dan
rematik.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan
darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan
pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke)
bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak penderita
hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat (Kemenkes
RI, 2014).
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Pernyataan ini diperkuat
oleh data dari WHO (2014) yang menyebutkan bahwa tercatat satu milyar orang di dunia
menderita hipertensi dan diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari
seluruh total kematian yang disebabkan oleh penyakit hipertensi. Pada kebanyakan kasus,
hipertensi baru terdeteksi saat dilakukannya pemeriksaan fisik karena alasan penyakit tertentu
karena gejala yang dialami dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama
dengan gejala penyakit lainnya sehingga hipertensi sering disebut sebagai silent killer
(Infodatin, 2014).
Kondisi ini perlu menjadi perlu menjadi perhatian bagi tenaga kesehatan khususnya
perawat dalam menangani masalah hipertensi pada lansia. Terapi non farmakologis
merupakan pilihan yan penting bagi lansia kerena dinilai lebih aman dibandingkan dengan
medikasi atau terapi farmakologis. Jenis terapi ini meliputi diet, exercise, pengedalian stress
serta 7 pemberian terapi komplementer (Upoyo, 2018). Adapun terapi komplementer yang
dapat diberikan adalah terapi relaksasi yang dibagi menjadi dua jenis, yaitu relaksasi yang
menekankan pada fisik, seperti yoga, relaksasi otot progresif, latihan pernafasan. Dan
relaksasi yang menekankan pada mental/psikis seperti autogenic suggestion, imagery,
relaxating self talk dan meditasi.
Terapi komplementer dalam sistem keperawatan pada dasarnya bertujuan untuk mencapai
keselarasan, keseimbangan dan kesejahteraan dalam diri seseorang. Salah satu terapi
komplementer yang direkomendasikan oleh NCCAM (National Center of Complementary
and Alternative Medicine) adalah Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT). SEFT
merupakan salah satu terapi relaksasi yang bisa dijadikan alternatif untuk menangani
hipertensi. Miller (2012) menjelaskan bahwa terapi relaksasi memberikan efek sama dengan
obat antihipertensi dalam menurunkan tekanan darah.
Prosesnya ini dimulai dwengan membuat otot-otot polos pembuluh darah arteri dan
vena menjadi rileks bersama otot-otot lain dalam tubuh. Efek dari relaksasi otot-otot ini
menyebabkan kadar neropinefrin dalam darah menurun. Otot-otot yang rileks ini akan
menyebarkan stimullus ke hipotalamus sehingga jiwa dan organ dalam manusia merasakan
ketenangan dan kenyamanan. Keadaan ini akan menekan sistem saraf simpatik sehingga
produksi hormon epinefrin dan norepinefrin dalam darah menurun. Penurunan kadar
norepinefrin dan epinefrin dalam darah menyebabkan kerja jantung dalam darahpun akan
menurun sehingga tekanan darah ikut menurun (Miller, 2012)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat
1. Bagi Pendidikan Keperawatan
a. Sebagai masukan bagi perkembangan pengetahuan dalam hal perawatan
komprehensif dan menambah pengalaman mahasiswa dalam merawat lansia
dengan masalah hipertensi dengan cara menerapkan terapi Spritual Emosional
Freedom Technique (SEFT) pada lansia.
b. Sebagai masukan bagi perkembangan pengetahuan dalam hal perawatan
komprehensif dan menambah pengalaman mahasiswa dalam merawat lansia
dengan masalah hipertensi dengan cara menerapkan terapi Spritual Emosional
Freedom Technique (SEFT) pada lansia.
c. Hasil laporan ilmiah akhir ini dapat menjadi sumber literatur dan bahan
referensi bagi mahasiswa yang ingin meneliti penerapan asuhan keperawatan
pada lansia dengan masalah hipertensi dengan cara menerapkan terapi
Spritual Emosional Freedom Technique (SEFT) dengan pengembangan
variable lain.
TINJAUAN TEORI
A. TERAPI KOMPLEMENTER
2. Senam Asma
Serum asma merupakan salah satu pilihan olah raga yang tepat bagi penderita
asma. Karena senam asma bermanfaat untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan
juga meningkatkan kemampuan benapas.
Selain serum asma, masih ada beberapa pilihan ohhraga lain, di antaranya
berenang dan jalan santai (jogging). Namun perlu diperhatikan pula faktor pemicu
asma, jika asma muncul karena udara dingin, hindari berenang di kolam dengan suhu
rendah atau melakukan jogging di pegunungan.
Di Indonesia, telah dikembangkan latihan untuk penderita asma yang dikenal
sebagai Senam Asma Indonesia. Seram ini terdiri dari beberapa tahapan latihan seperti
halnya olah raga yang lain, yai pemanasan, latihan inti A. latihan inti B, aerobik dan
pendinginan. Adapun tujuan senam ini adalah untuk melatih cara bemapas yang benar,
melenturkan dan memperkuat otot pernapasan. melatih ekspektorasi yang efektif,
meningkatkan sirkulasi, mempertahankan asma terkontrol serta meningkatkan kualitas
hidup.
Seram asmu tidak boleh dikkukan sembarangan. Ada syarat-syarat bagi
mereka yang akan melakukan senam asma, yaitu: tidak dalam serangan asma, sesak
dan batuk, tidak dalam serangan jantung, dan tidak dalam keadaan stamina menurun
akibat flu atau kurang tidur dan baru sembuh
3. Akupuntur
Merupakan terapi dengan menusukkan janam kettik-titik tubuh tertentu.
Mengatur energi (chi) yang berhubungan dengan organ internal dalam
menyeimbangkan yin dan yang dalam tubuh Dalam terapi akupuntur, asma dibagi
menjadi dua jenis, yau asma dingin dan asma panas. Asma dingin ini disebabkan oleh
faktor eksternal, seperti suhu udara yang dingin serta angin berlebih yang
menyebabkan gangguan pada paru-paru. Sehingga, terapinya dilaksanakan dengan
membuang angin dingin dan menghangatkan paru-paru. Sedangkan, asma panas lebih
disebabkan oleh produksi lendir yang mengumpul di paru-paru dan membuatnya
menjadi lebih lembab, sehingga timbul sumbatan yang mengganggu jalan pernafasan.
Asma panas ini biasanya dipengaruhi oleh gaya hidup dan pola makan, sehingga
dalam terapi, jarum-jarum difokuskan pada titik-titik tubuh yang dapat mengontrol
nafsu makan dan menyeimbangkan energi dalam tubuh
Perbedaan antara asma dingin dan asma panus terdapat pada warna wajah
Penderita asma panas di mata akupunturis wajahnya kemerahan seperti orang
marah.Anak-anak dan bayi penderita asmu juga bisa diterapi dengan akupuntur. Titik-
tik akupuntur untuk mereka sama dengan titik akupuntur pada orang dewasa. Tentu
caranya berbeda dengan orang dewasa. Malah, terapi akupuntur sejak dini itu lebih
baik dan lebih cepat sembuhnya.
4. Akupresur
Menggunakan pemijatan benda tumpul dan keras atau dengan jari sebagai
pengganti janum Prinsip sanu dengan akupunktur.
5. Terapi Herba
Penggasan herba untuk menyembuhkan penyakit.
a. Astragala membranacious
b. Glycyrrhiza glabra (akar kayu manis)
c. Tanacetum parthenium
6. Terapi Nutrisi
Pemilihan nutrisi atau zat makanan untuk membantu penyembuhan.
a. Vitamin C →menaikkan imunitas, sebagai antioksidan dan antiradang Vitamin C
adalah antioksidan kuat yang melapisi bronkus dan bronkhiolus dan minum 3 gelas
jus jeruk akan cukup jumlah yang diperkikan vitamin C untuk penderita asma. Misal
brokoli, pepaya, stroberi, buah biru, dan paprika merah. wortel, sawi kubis,
tout, ubi jalar.
b. Vitamin E→ sebagai antiokidan dan memperlambat degenarasi Misal sawi, bayam
c. Selenium meningkatkan fagostik sel darah putih, menghambat produksi prostaglandin
7. Terapi Aroma
Minyak atsiri untuk melegakan pernapasan, merelaksasi, dan melebarkan
saluran pernapasan Untuk penderita kronik :
a. Masing-masing 5 tetes Ravensara aromatica, Thyme, madu Mertyle, Chamomile
Roma, dengan10 ml ekstrak Echinacea dan 15 ml. air, digosokkan pada leher disekitar
tenggorokan atau di dada.
Bawang putih memiliki khasiat yang sangat banyak, kandungan allicin pada
bawang putih dapat mencegah aterosklerosis, antikoagulan (menghancurkan
penggumpulan darah), menurunkan kolesterol tinggi, dan menambah sistem
kekebalan tubuh (Susilo dan Wulandari, 2011). Menurut Kuswardani (2016),
bawang putih mengandung senyawa kimiayang sangat bermanfaat bagi manusia,
yaitu mengandung allicin, allin, adenosin, dialil-disulfida, skordanin, alistatin.
Kandungan bawang putih yang berkhasiat sebagai antihipertensi yakni allisin
dan alil-metil-sulfida.
3. Senam Hipertensi
Senam Hipertensi merupakan aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur
dan terorganisasi bagi penderita hipertensi (Tina et al., 2019). Dengan melakukan
senam hipertensi kebutuhan oksigen dalam sel akan meningkat untuk proses
pembentukan energi, sehingga terjadi peningkatan denyut jantung, sehingga curah
jantung dan isi sekuncup bertambah. Dengan demikian tekanan darah akan
meningkat. Setelah berisitirahat pembuluh darah akan berdilatasi atau meregang,
dan aliran darah akan turun sementara waktu, sekitar 30-120 menit kemuidan
akan kembali pada tekanan darah sebelum senam. Jika melakukan senam
hipertensi secara rutin dan terus-menerus,maka penurunantekanan darah
akanberlangsung lebih lama dan pembuluh darah akan lebih elastis
(Hermawan & Rosyid, 2017)
Menurut penelitian Hermawan dan Rosyid (2017) di Panti Wredha
Darma Bhakti Kelurahan Pajang Surakarta dimana tekanan darah sebelum
pemberian intervensi sebagian besar adalah pre-hipertensi (39%), tekanan
darah sesudah pemberian intervensi senam hipertensi sebagian besar
adalah normal (56%), dan terdapat pengaruh senam hipertensi terhadap
tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Panti Wredha Darma
Bhakti Kelurahan Pajang Surakarta (p-value= 0,001) (Hernawan & Rosvid
2017).
Cara melakukan tapping dengan mengetuk ringan pada titik-titik tertentu (The
Major Energy Meridians) pada tubuh, dengan dua ujung jari sambil terus melakukan
Tune-In. Ketukan yang dilakukan lebih dari satu kali akan memberikan dampak, sehin
gga membebaskan emosi atau rasa sakit yang kita rasakan, mengedarkan energi tubuh
kembali normal dan seimbang (Zainuddin,2012). Titik tapping ada 9 yaitu titik atas ke
pala, titik permulaan alis mata, di atas tulang di samping mata, di bawah kelopak mata,
di bawah hidung, di antara dagu dan bagian bawah bibir, di ujung tempat bertemunya
tulang dada, collar bone, di bawah ketiak, dan di bawah puting susu. Setelah 9 titik di
atas selesai dilanjutkan pada The 9 Gamut Prosedure. Khusus untuk titik terakhir, gam
ut point. Sambil melakukan tapping titik tersebut melakukan “The 9 Gamut Prosedur
e”. Adapun 9 gerakan itu adalah mata ditutup, mata dibuka, menggerakkan mata deng
an kuat ke arah kanan bawah, menggerakkan mata ke kiri bawah, bola mata diputar se
arah jarum jam, bola mata diputar berlawanan arah jarum jam, bergumam selama 3 de
tik, berhitung 1,2,3,4,5..., bergumam lagi 3 detik.
A. Kesimpulan
Terapi komplementer merupakan pengobatan non-konvensional yang bukan berasal
dari negara yang bersangkutan. Terapi komplementer adalah cara menanggulangi penyakit
yang dilakukan sebagai pendukung pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan
pilihan lain di luar pengobatan medis yang konvensional.
Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem - sistem tubuh,
terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh dapat menyembuhkan dirinya
sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita sebenarnya mempunyai kemampuan untuk
menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan kita mau mendengarkannya dan memberikan respon
dengan asupan nutrisi yang baik lengkap
Peran perawat yang dapat dilakukan dalam terapi komplementer dalam komunitas
adalah sebagai pemberi asuahan keperawatan, sebagai peneliti, pendidik. advokasi, dan
edukator. Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan
oleh Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional
adalah akupuntur, terapi hiperbarik, herbal medik.
B. Saran
Dengan tersusunnya makalah ini semoga bisa bermanfaat bagi pembaca maupun
penulis. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan, karena penulis sadar bahwa
penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna dan kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Perry. Potter. 2009. Fundamentals of Nursing Buku 2 Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
Asih, S. W. (2018). Pengaruh Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Wisma Seruni Upt Pslu Jember. The Indonesian
Journal of Health Science, September 2018.
Aprilia. 2015.Pengaruh Rebusan air daun salam (Syzigium Polyanthum (Wight) Walp.)
Ainurrafiq, A., Risnah, R., & Ulfa Azhar, M. (2019). Terapi Non Farmakologi dalam
Pengendalian Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi: Systematic Review. MPPKI
(Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia): The Indonesian Journal of Health
Promotion, 2(3), 192- 199.
Astutik, D., Indarwati, R., & M.Has, E. M. (2019). Loneliness and Psychological Well-being
of Elderly in Community. Indonesian Journal of Community Health Nursing, 34.