You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang      

Kehidupan yang semakin maju membuat banyak penyakit yang mudah masuk
ketubuh manusia, karena beberapa factor diantaranya makanan yang serba instan dan
mengandung banyak bahan pengawet, polusi udara, limbah, dan masih banyak lagi. Tidak
seperti zaman dahulu dimana semua serba alami.Di Amerika Serikat keluhan diare
menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasienpada ruang praktek dokter, sementara
di beberapa rumah sakit di Indonesia data menunjukkan diare akut karena infeksi
(gastroenteritis) terdapat pada peringkat pertama sampai dengan keempat pasien yang datang
berobat ke rumah sakit.Oleh karena itu peran bidan sangat dibutuhkan dalam mengatasi
masalah yang dihadapi pasien dengan memberikan penyuluhan untuk meningkatkan
pengetahuan pasien, menjaga kebersihan lingkungan, bidan  juga berkolaborasi dengan
dokter dalam memberi terapi dan juga memberikan beberapa informasi yang penting.

Bukan hanya diare, banyak pula dizaman sekarang anak mengalami obstipasi, dimana
obstipasi ini kebalikan dari diare yang biasa orang sebut dengannama sembelit. Faktornya
juga sama, dan karena kurang nya memakan makanan yang berserat sehingga obstipasi
terjadi.Kurangnya pengetahuan tentang menjaga kesehatan membuat banyak  pasien
mengeluhkan tentang kesakitan yang dialami. Disini peran tenaga kesehatan sangat
diperlukan untuk meminimalisir angka penyakit diIndonesia.Obstipasi ada yang ringan dan
ada yang berat. Konstipasi yang berat atau cukup hebat disebut juga dengan obstipasi.
Apabila seseorang menganggap remeh obstipasi ini dapat menyebabkan kanker usus yang
berakibat fatal bagi penderitanya. Jika tidak segera ditanggulangi, akan menyebabkan
terjadinya infeksi pada saluran pencernaan. Dan jika sudah akut, kemungkinan besar sulit
diobati.

1
1.2.   Rumusan Masalah      

2.1 Apakah definisi dari diare?


2.2 Apa saja tanda dan asuhan yang diberikan pada bayi atau anak yang diare?
2.3 Apakah definisi dari obstipasi?
2.4 Apa saja tanda dan asuhan yang diberikan pada bayi atau anak yang obstipasi?

1.3.   Tujuan      

2.1 Mengetahui definisi dari diare.


2.2 Mengetahui tanda dan asuhan yang diberikan pada bayi atau anak yang diare.
2.3 Mengetahui definisi dari obstipasi.
2.4 Mengetahui tanda dan asuhan yang diberikan pada bayi atau anak yang obstipasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.     DIARE

2.1.1.      Definisi      

Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair buang air besar yang tidak
normal dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya. Bayi
dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan
diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar.

2.1.2    Tanda Klinis

a.      Cengeng, dan gelisah

b.      Suhu meningkat

c.      Nafsu makan menurun

d.     Tinja cair lendir kadang-kadang ada darahnya. Lama-lama tinja berwarna hijau

dan asam.

e.       Anus lecet

f.      Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi volume darah berkurang

nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan darah turun, kesadaran

menurun, dan diakhiri dengan syok.

g.      Berat badan turun

h.      Turgor kulit menurun

i.       Mata dan ubun-ubun cekung

j.       Selaput dan mulut serta kulit menjadi kering

3
2.1.3.      Etiologi

Infeksi terbagi ke dalam 2 yaitu:

1. Enteral yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama terjadinya diare yang meliputi:

a.Infeksi bakteri : Vibrio, Ecoli, Salmonela, Shigella Canpylobacter, Yersinia,


Aeromonas, dsb.

b.Infeksi firus Enterovirus (virus ECHO) Coxsaekre. poliomyelitis, adenovirus,


rotavirus, astrovirus, dsb.

c.       Infeksi parasit cacing (ascarisirichiuris, oxyuris, strongylodies), protozoa


(Entamoeba Histoeliyeticha, giardialamblia, trichomonas hominas), jamur (candida albicans)

2. Parental yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan. Misalnya:

a.      Karbohidrat : disakarida (Intoleransi laktosa,maltosa dan sukrosa).


Monosakarida (intoleransi glukosa dan galaktosa). Pada anak dan bayi yang paling berbahaya
adalah  intoleransilaktosa

b.      Lemak

c.      Protein

d.       Makanan, misalnya basi, beracun, alergi.

e.      psikologis,misalnya rasa takut dan cemas.

2.1.4.      Patogenesis

Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare adalah:

a.Gangguan Ostimotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap
oleh tubuh akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akn merangsang usus untuk mengeluarkan isi dari usus sehingga timbul diare.

4
b. Gangguan Sekresi Akibat rangsangan tertentu, misalnya oleh toksin pada dinding
usus yang akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan kedalam
rongga usus, sehingga akan terjadi peningkatan-peningkatan isi dari rongga usus yang akan
merangsang pengeluaran isi dari rongga usus sehingga timbul diare.

c. Gangguan molititas usus Hiperperistatik akan menyebabkan berkurangnya


kesempatan bagi usus untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan timbul diare.
Tetapi apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan dari  peristaltic usus akan
dapat menyebabkan pertumbuhan pertumbuhan bakteri yang berlebihan didalam rongga
ususs sehingga akan menyebabkan diare juga.

2.1.5.      Patogenesis Diare Akut

a.       Maksudnya jasad renik yang masih hidup kedalam usus halus setelah berhasil melewati
rintangan asam lambung

b.      Jasad renik tersebut akan berkembang biak (multiplikasi) didalam usus halus

c.       Dari jasad renik tersebut akan keluar toksin (toksin diaregenik)

d.      Akibat toksin tersebut akan terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare

2.1.6.      Komplikasi

a.       Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, yang dibagi menjadi :   

1) Dehidrasi ringan apabila <5% BB   

2) Dehidrasi sedang apabila <5% BB-10% BB   

3) Dehidrasi berat apabila <10%-15% BB

b.      Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah, apabila penurunan volume
darah mencapai 15% BB-25% akan menyebabkan penurunan tekanan darah. c.      
Hipokalemia dengan gejala yang muncul adalah meterismus, hipotoni otot, lemah,
braddikardia, perubahan pada pemeriksaan EKG

5
d.      Hipoglikemia

e.       Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim lactosa

f.       Kejang

g.      Malnutris energi protein karena selain diare dan muntah, biasanya penderita mengalami
kelaparan .

2.1.7.      Penatalaksanaan

Prinsip perawatan diare adalah:

a.       Pemberian cairan(rehidrasi awal dan rumar)

b.      Diatetik (pemberian makanan)

c.       Obat-obatan     

  Jumlah cairan yang diberikan agar tidak mengalami dehidrasi adalah 100ml/kg
BB/hari sebanyak 1x setiap 2 jam dan diberikan 50% dalam 4 jam pertama. Jika usia anak
<2tahun, setiap kali diare diberikan ½ gelas, 2-6th diberikan 1 gelas, anak besar diberikan 2
gelas(400 cc) .Pada dehidrasi ringan dan diarenya 4x sehari maka diberikan cairan 25-
100ml/kg BB dalam sehari atau setiap 2x. Oralit diberikan pada kasus dehidrasi ringan-berat
lebih kurang 100ml/kgBB/4-6 jam.

Beberapa cara membuat cairan :

1.      Larutan Gula Garam: Gula pasir 1 sendok teh munjung, garam dapur halus ½ sendok
teh, dilarutkan dalam 1 gelas air masak/air teh hangat.

2.      Air tajin

- Cara Tradisional: 3 L air + 100gr atau 6 sendok makan munjung beras, dimasak selama 45-
60 menit setelah masak  air tajin (2L + 5gr garam)

- Cara Biasa: 2L air + tepung beras 100gr+5 gr garam dimasak hingga mendidih dan akan

didapat air tajin. Selain itu, bayi tetap diberikan ASI.

6
Contoh askeb pada bayi diare

Data subjektif: Usia bayi 12 bulan, bayi rewel dan gelisah, defekasi 3 kali sehari dengan
konsistensi feses cair

Data Objektif:

1.      Gelisah

2.      Nafsu makan dan minum menurun

3.      Mukosa mulut kering

4.      Turgor kulit menurun

5.      Mata sedikit cekung

6.      Anus lecet dan agak tampak kemerahan Pengkajian: Bayi usia 12 bulan dengan diare
(dehidrasi ringan)

Perencanaan:

1.      Beri cairan (oralit/larutan gula garam, air tajin, kuah sayur, air)

2.      Ajari ibu cara membuat Larutan gula garam, air tajin, oralit

3.      Anjurkan untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi bayi

4.      Tetap menjaga kebersihan kulit bayi yang mengalami iritasi terutama daerah anus dan
genetalia, jaga agar tetap kering

5.      Ajari cara membersihkan genetalia yang benar

7
2.2.    OBSTIPASI

2.2.1     Definisi     

  Necel (Desember 2007) Obstipasi berasal dari bahasa Latin, Ob berarti in the way =
perjalanan, Stipare berarti to compress = menekan. Secara istilah obstipasi adalah bentuk
konstipasi parah biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya
obstruksi usus). Secara umum, Obstipasi adalah pengeluaran mekoniun tidak terjadi pada 24
jam pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan pada faeces yang
menyangkut konsistensi faeces dan frekuensi berhajat.

Gejala antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip dimana terdapat kesukaran
mengeluarkan feses (defekasi). Namun obstipasi dibedakan dari konstipasi berdasarkan
penyebabnya. konstipasi disebabkan selain dari obstruksi intestinal sedangkan obstipasi
karena adanya obstruksi intestinal. Ada beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar yang
normal. Pada bayi baru lahir biasanya buang air besar 2-3 kali sehari tergantung jenis susu
yang dikonsumsi akan tetapi masih mungkin normal bila buang air besar 36-48 jam sekali
asal konsistensi tinja normal.

2.2.2    Etiologi

Obstipasi disebabkan juga karena sebagai berikut :

a.      Obstipasi akibat obstruksi dari intralumen usus meliputi akibat adanya kanker dalam
dinding usus

b.      Obstipasi akibat obstruksi dari ekstralumen usus, biasanya akibat penekanan usus oleh
massa intraabdomen misalnya adanya tumor dalam abdomen yang menekan rectum. c.      
Penyaluran makanan yang kurang baik, misalnya masukan makanan bayi muda kurang
mengandung air / gula, sedangkan pada bayi usia lebih tua biasanya karena makanan yang
kurang mengandung polisakarida atau serat.

d.      Kemungkinan adanya gangguan pada usus seperti pada penyakit Hirschpung yang
berarti usus tidak melakukan gerakan peristaltik.

e.       Sering menahan terselit karena nyeri pada saat buang air besar

8
2.2. 3.      Tanda dan Gejala

1.      Sering menangis

2.      Susah tidur

3.      Gelisah

4.      Perut kembun

5.      Kadang-kadang muntah

6.      Abdomen distensi

7.      Anoreksia

2.2 .4.    Pembagian

Obstipasi ada 2 macam, yaitu :

a. Obstipasi obstruksi total


Memiliki ciri tidak keluarnya feses atau flatus dan pada pemeriksaan colok dubur
didapatkan rectum yang kosong, kecuali jika obstruksi terdapat pada rectum.
b. Obstipasi obstruksi parsial
Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama beberapa hari tetapi
kemudian dapat mengeluarkan feses disertai gas. Keadaan obstruksi parsial kurang
darurat daripada obstruksi total.

2.2.5.      Komplikasi

a.      Perdarahan

b.      Ulcerasi

c.      Obstruksi Parsial

d.      Diare intermitteni

e.       Distensi kolon menghilang sensasi ragangan rectum yang mengawali proses defekasi

9
2.2.6.      Manajemen

Terapi Penilaian pada saat melakukan manajemen kebidanan:

a.      Penilaian asupan makanan dan cairan

b.      Penilaian dari kebiasaan usus(kebiasaan pola makan)

c.       Penilaian penampakan stress emosional pada anak, yang dapat mempengaruhi pola
defekasi bayi

2.2.7.      Penatalaksanaan

a.       Mencari penyebab

b.      Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan memperhatikan gizi,
tambahan cairan dan kondisi psikis

c.       Pengosongan rectum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk
menegakkan kembali kebiasaan defekasi. Pengosongan rectum biasa dengan disimpaksi
digital, enema minyak zaitun, laksative

d.      Usahakan diet pada ibu dan bayi yang cukup mengandung makanan yang banyak serat,
buah-buahan dan sayur-sayuran.

e.       Pemberian laktasi hanya merupakan tindakan pariatif yaitu hanya bila diperlukan saja.

f.       Peningkatan intake cairan

g.      Bila diduga terdapat penyakit hirscprung dapat dilakukan tes tekanan usus.

h.      Bayi kurang dari dua bulan yang menerima susu formula atau ASI yang memadai bisa
diberi 1 sendok teh sirup jagung ringan pada botol  pagi dan malam hari

i.        Apel atau jus prem efektif bagi bayi antara 2 bulan dan 4 bulan

j.        Bayi antara 4 bulan dan 1 tahun dapat sembuh dengan sereal serat tinggi atau jus
aprikot,buah prem kering atau prem.

k.      Anak usia lebih dari 1 tahun sebaiknya diberi makan serat tinggi seperti buah-buahan,
kacang polong, sereal, keripik graham,buncis dan bayam.

10
Contoh askeb pada bayi dengan obstipasi:

Data subjektif:

Usia bayi 24 bulan, bayi gelisah, sudah 3 hari tidak BAB, bayi meminum susu formula yang
mengandung protein tinggi.

Data Objektif:

1.      Perut tampak agak sedikit membengkak

2.      Keadaan umum anak baik

Pengkajian:

Bayi usia 24 bulan dengan obstipasi ringan

Perencanaan:

1.      Anjurkan ibu untuk meningkatkan asupan cairan dan serat pada anaknya dengan
mengkonsumsi buah-buahanatau sayur-sayuran

2.      Anjurkan mengurangi minum susu formula dengan protein tinggi atau mengganti susu
formula dengan kadar protein yang lebih rendah

3.      Beri suplemen serat

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan 

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :


1.      Diare adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer
dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam 24 jam. Diare pada neonatus dan balita banyak
disebabkan oleh faktor makanan. Maka untuk penangannya para ibu harus lebih
waspada dalam memberikan makanan atau ASI.
2.      Obstipasi adalah pengeluaran mekoniun tidak terjadi pada 24 jam pertama sesudah
kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan pada faeces yang menyangkut konsistensi
faeces dan frekuensi berhajat.untuk mengatasi masalah ini sebaiknya berikanlah
makanan yang banyak mengandung serat.

3.2. Saran  

Untuk mengatasi hal-hal yang tidak diinginkan pada neonatus dan bayi maka penulis
menyarankan agar lebih memperhatikan lagi pada bayinya baik dari segi makanan, istirahat
dan lain sebagainya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Deslidel dkk. 2011. Buku Ajar Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta: EGC
Dewi,Vivian Nanny Lia. 2010.
Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya. Sudarti dan Endang
Khoirunnisa. 2010.
Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika. 2010

13

You might also like