You are on page 1of 6

KONSEP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN ABAD KE-21

Oleh,
Dwi Wanda Septiyanti
Universitas Swadaya Gunung Djati

1. Belajar Abad-21
Pendidikan memiliki tujuan dalam menciptakan generasi yang cerdas dan berkarakter.
Dengan adanya perkembangan zaman saat ini yang memberikan dampak di berbagai bidang
terutama dalam bidang pendidikan yang dipengaruhi oleh adanya perkembangan teknologi
yang disebut abad 21. Abad 21 berpusat dengan adanya perubahan pada revolusi industri 4.0
yang dikenal dengan “industrial age” dan “knowledge age”. Dalam Industrial age dan
knowledge age ini semua hal yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan hidup setiap
individu harus didasari dengan pengetahuan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi dalam segala bidang kehidupan. Saat ini, nilai mutu pendidikan di Indonesia
tergolong rendah dibandingkan dengan negara-negara lain sehingga pendidikan di Indonesia
harus segera diperbaiki agar mampu menciptakan generasi yang unggul dalam berbagai
bidang dan mampu bersaing dengan bangsa lain. Dengan adanya kemajuan teknologi pada
abad 21 ini mulai menerapkan teknologi dalam dunia pendidikan yang menjadikan
pembelajaran lebih efisien seperti pemanfaatan teknologi untuk pembelajaran jarak jauh yang
digunakan pada saat masa pandemi berlangsung. Oleh karena itu teknologi saat ini
memberikan dampak yang besar bagi pembelajaran abad ke-21.
Belajar merupakan sebuah proses yang bersifat internal bagi setiap individu sebagai
hasil transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal di lingkungan individu
yang bersangkutan (Gagne,1977). Pembelajaran adalah sebuah proses transfer ilmu yang
dilakukan oleh pendidik dan peserta didik melalui sebuah interaksi pada suatu lingkungan
formal maupun informal. Pada abad ke-21 ini, pembelajaran memiliki konsep belajar yang
disesuaikan dengan perkembangan zaman. Pembelajarn yang dilakukan pada abad 21 ini
merubah pendekatan pembelajaran dari teacher centered menjadi student centered yang
menuntut siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dan memberikan peserta didik dalam
keterampilan berpikir antara lain berpikir kritis, memecahkan masalah, metakognisi,
berkomunikasi, berkolaborasi, berinovasi, kreatif, dan literasi. Hal ini sesuai dengan tuntutan
masa depan dimana peserta didik harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar. 
Pada pembelajaran abad ke-21, kegiatan literasi merupakan bagian terpenting dalam
proses pembelajaran yang merubah sistem dan model pembelajaran menjadi pendidikan yang
berorientasi pada masa depan (future-oriented). Dengan melakukan kegiatan literasi, peserta
didik akan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal dengan merubah metode
pembelajaran dari LOTS (Low Order Thinking Skills) menjadi HOTS (Higher Order
Thinking Skills). Dalam metode pembelajaran LOTS merupakan kemampuan berfikir siswa
yang berfokus pada mengingat sedangkan HOTS merupakan kemampuan berfikir tingkat
tinggi yang mendorong siswa untuk berpikir kritis. Peran guru dalam pembelajaran abad ke-
21 yaitu sebagai pendorong dan fasilitator,guru akan menjadi contoh pembelajar (learner
model), guru harus mengikuti perkembangan ilmu terakhir sehingga dalam seluruh proses
pembelajaran ini guru dan siswa akan belajar bersama namun guru mempunyai tugas untuk
mengarahkan dan mengelola kelas.
2. Konsep Pembelajaran Abad-21
Menurut Frydenberg & Andone dalam (Wijayat, Sudjumat, 2016) menjelaskan bahwa
dalam menghadapi pembelajaran di abad ke-21 ini setiap orang harus memiliki kemampuan
dalam berpikir kritis, memiliki pengetahuan dan kemampuan literasi digital, dan menguasai
teknologi. Pembelajaran abad ke-21 ini memiliki empat prinsip pokok diantaranya
(Syahputra,2018):
a) Instruction should be student centered.
Pada prinsip ini peserta didik dijadikan sebagai subjek pembelajaran secara aktif
untuk mengembangkan minat dan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Prinsip ini
menuntut peserta didik tidak hanya mendengarkan dan menghafalkan materi tetapi peserta
didik menjadi pusat pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir, pengetahuan
dan keterampilan.
b) Education should be collaborative.
Prinsip ini mengharuskan siswa untuk mampu berkolaborasi dengan orang lain yang
memiliki latar budaya, agama dan nilai-nilai yang berbeda. Prinsip ini memiliki tujuan agar
peserta didik mampu bekerja sama dengan baik dengan orang lain, memiliki rasa tanggung
jawab terhadap dirinya dan orang lain, menghargai orang lain yang memiliki pandangan atau
pemikiran yang berbeda, serta memiliki rasa empati sesuai dengan tempatnya. 
c) Learning should have context.
Dalam kegiatan pembelajaran pendidik harus mengembangkan metode pembelajaran
yang berhubungan dengan dunia nyata. Prinsip ini memiliki tujuan agar peserta didik mampu
menemukan makna, nilai, dan keyakinan terhadap sesuatu yang telah mereka pelajari
sebelumnya dan mampu mengimplementasikannya ke dunia nyata.
d) Schools should be integrated with society.
Sebagai upaya dalam mempersiapkan peserta didik dalam memiliki rasa tanggung
jawab dan peduli terhadap lingkungan sekitar, sehingga sekolah dan tenaga pendidik harus
memberikan fasilitas atau menyediakan program untuk peserta didik agar terlibat dengan
lingkungan sosial. Prinsip ini bertujuan melatih peserta didik dalam kepekaan empati dan
kepedulian serta jiwa sosial terhadap lingkungan sekitarnya.
Pembelajaran Abad ke-21 berpusat pada siswa yang mengutamakan pada kegiatan
yang melatih siswa dalam keterampilan atau kecakapan berpikir dan belajar. Kecakapan yang
harus dimiliki siswa pada pembelajaran abad ke-21 ini antara lain kecakapan memecahkan
masalah, berpikir kritis, kolaborasi dan kecakapan berkomunikasi yang dikenal dengan “The
4C skills” atau Konsep 4C.
1) Critical Thinking (Keterampilan Berpikir Kritis).
Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot
pendapat pribadi dan pendapat orang lain . Berpikir kritis secara esensial adalah proses aktif
dimana seseorang memikirkan berbagai hal secara mendalam, mengajukan pertanyaan untuk
diri sendiri, menemukan informasi yang relevan untuk diri sendiri daripada menerima
berbagai hal dari orang lain. Dalam konsep ini peserta didik belajar memecahkan masalah
yang ada dan mampu menjelaskan, menganalisis dan menciptakan solusi bagi individu
maupun masyarakat. Peran peserta didik dalam penerapan pembelajaran abad 21 adalah;
belajar secara kolaboratif, belajar berbasis masalah, memiliki kemampuan high order
thinking, serta belajar mengajukan pertanyaan.
2) Creativity and Innovation (Daya Cipta dan Inovasi)
Anak-anak yang memiliki kreativitas tinggi mampu berpikir dan melihat suatu
masalah dari berbagai sisi atau perspektif. Hasilnya, mereka akan berpikiran lebih terbuka
dalam menyelesaikan masalah. Pada konsep ini peserta didik akan diajak untuk bisa
membiasakan diri dalam melakukan dan menjelaskan setiap ide yang dipikirkannya. Ide ini
akan dipresentasikan kepada teman kelas secara terbuka sehingga nantinya akan
menimbulkan reaksi dari teman kelas. Aktivitas ini bisa menjadikan sudut pandang peserta
didik menjadi luas dan terbuka dengan setiap pandangan yang ada. 
3) Collaboration (Kerjasama)
Collaboration adalah aktivitas bekerja sama dengan seseorang atau beberapa orang
dalam satu kelompok untuk mencapai tujuan yang ditetapkan bersama. Aktivitas ini penting
diterapkan dalam proses pembelajaran agar anak mampu dan siap untuk bekerja sama dengan
siapa saja dalam kehidupannya mendatang. Saat berkolaborasi bersama orang lain, anak akan
terlatih untuk mengembangkan solusi terbaik yang bisa diterima oleh semua orang dalam
kelompoknya. Konsep kerjasama akan mengajak peserta didik untuk belajar membuat
kelompok, menyesuaikan dan kepemimpinan. Manfaat lain dari kerjasama ini untuk melatih
peserta didik agar bisa bertanggung jawab, mudah beradaptasi dengan lingkungan,
masyarakat, dan bisa menentukan target yang tinggi untuk kelompok dan individu.
4) Communication (Komunikasi)
Communication dimaknai sebagai kemampuan anak dalam menyampaikan ide dan
pikirannya secara cepat, jelas, dan efektif. Keterampilan ini terdiri dari sejumlah sub-skill,
seperti kemampuan berbahasa yang tepat sasaran, kemampuan memahami konteks, serta
kemampuan membaca pendengar (audience) untuk memastikan pesannya tersampaikan.
Dalam hal ini peserta didik diminta untuk bisa menguasai, mengatur, dan membangun
komunikasi yang baik dan benar baik secara tulisan, lisan, maupun multimedia. Peserta didik
diberi waktu untuk mengelola hal tersebut dan menggunakan kemampuan komunikasi untuk
berhubungan seperti menyampaikan gagasan, berdiskusi hingga memecahkan masalah yang
ada. 
Perubahan yang terjadi saat ini menuntut pembelajaran di sekolah harus mengikuti
perkembangan teknologi saat ini. Pada pembelajaran abad ke-21 ini guru bukan satu-satunya
sumber belajar bagi siswa, siswa dapat memperoleh informasi atau pelajaran melalui internet
dan media pembelajaran lainnya. Pencapaian dalam abad-21 harus dilakukan dengan
meningkatkan kualitas pembelajaran dan peran pendidik dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang lebih baik. Sehingga pendidik harus memiliki keterampilan dalam
menyampaikan materi dengan memanfaatkan teknologi dan membuat inovasi dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu dalam pembelajaran abad ke-21 ini siswa bebas
mengembangkan potensi yang mereka miliki dengan menerima bantuan dan bimbingan dari
guru untuk mencapai Indonesia yang menciptakan sumber daya manusia yang mampu untuk
bersaing dan memiliki keterampilan dalam bekerja atau saat ini dikenal dengan “Merdeka
Belajar”.
3. Relevansi trilogi pendidikan dengan konsep pembelajaran abad-21
Penerapan pendidikan pada abad ke-21 ini menciptakan berbagai perubahan-
perubahan yang memberikan kebebasan berpikir serta kebebasan berinovasi pada peserta
didik. Apabila peserta didik mampu berinovasi maka akan memberikan dampak positif bagi
pendidikan abad ke-21 di Indonesia.
Salah satu tokoh pendidikan yang terkenal di Indonesia yaitu Ki Hadjar Dewantara
yang dikenal juga sebagai bapak pendidikan nasional. Ki Hadjar Dewantara memiliki tekad
yang kuat untuk meluaskan semagat kependidikan kepada generasi muda. Menurutnya,
pendidikan itu memberikan dorongan yang kuat bagi perkembangan peserta didik, yaitu
pendidikan mengajarkan untuk mecapai suatu perubahan dan bermanfaat bagi lingkungan
masyarakat.
Seorang pendidik diharapkan mampu memberikan pengajaran dengan mengutamakan
kebutuhan peserta didik dalam pembelajaran. Pendidik juga harus mampu mengembangkan
metode yang sesuai dengan sistem pengajaran dengan memegang semboyan atau Trilogi
pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hadjar Dewantara. Trilogi tersebut ialah ing ngarsa sung
tuladha (dimuka memberi contoh), ing madya mangun karsa (di tengah membangun cita-
cita), tut wuri handayani (mengikuti dan mendukungnya). 
Relevansi trilogi pendidikan yang sesuai dengan pembelajaran abad ke-21 ini bisa
dikaitkan dengan prinsip pembelajaran abad ke-21 yang difokuskan dengan pengembangan
pendidikan karakter yang diterapkan pada Merdeka Belajar. Pada konsep Instruction should
be student centered dirasa sangat relevan dengan trilogi Ing madya mangun karso yang
berarti guru sebagai pendorong bagi siswa. Karena pada konsep pembelajaran tersebut siswa
dijadikan sebagai subjek pembelajaran aktif guna mengembangkan minat dan bakat mereka.
Peran guru disini harus menjadi seorang sahabat bagi muridnya yang mampu mendukung dan
mendampingi siswa untuk menggapai cita-cita. 
Prinsip Schools should be integrated with society relevan dengan ing ngarso sung
tulodo yang dimana guru berperan sebagai panutan bagi siswa. Dapat dikaitkan dengan
konsep Communication dan collaboration yang mengajak peserta didik untuk bisa berbaur
dengan masyarakat sekitar dengan guru memberikan contoh atau memfasilitasi melakukan
kegiatan-kegiatan yang terjun secara langsung ke masyarakat sehingga mampu
menumbuhkan rasa empati pada siswa dan toleransi.
Pada konsep selanjutnya yaitu Education should be collaborative yang mengharuskan
siswa untuk mampu berkolaborasi dengan orang lain yang memiliki latar budaya, agama dan
nilai-nilai yang berbeda. Prinsip ini memiliki tujuan agar peserta didik mampu bekerja sama
dengan baik dengan orang lain, memiliki rasa tanggung jawab terhadap dirinya dan orang
lain, menghargai orang lain yang memiliki pandangan atau pemikiran yang berbeda, serta
memiliki rasa empati sesuai dengan tempatnya. Oleh karena itu, konsep ini relevan dengan
Tut wuri handayani yang memiliki makna guru sebagai pemberi motivasi. Guru memberikan
ruang dan kebebasan pada siswa berkembang sesuai bakat dan keinginannya. Kurikulum
pendidikan formal belum mampu memberikan ruang kebebasan berekspresi dan berekplorasi
sehingga pada pembelajaran abad ke-21 ini lebih memberikan kesepatan kepada peserta didik
dalam mengembangkan diri.Hal tersebut sesuai dengan konsep Creativity and Innovation.
Demikian relevansi antara konsep pembelajaran abad ke-21 dengan trilogi
pendidikan, jika keduanya diimplementasikan dengan baik maka akan berpengaruh baik pula
kepada guru maupun siswa, serta berdampak positif terhadap pendidikan abad ke-21 di
Indonesia.
4. Kesimpulan
Pada pembelajaran abad ke-21, kegiatan literasi merupakan bagian terpenting dalam
proses pembelajaran yang merubah sistem dan model pembelajaran menjadi pendidikan yang
berorientasi pada masa depan (future-oriented). Perubahan yang terjadi saat ini menuntut
pembelajaran di sekolah harus mengikuti perkembangan teknologi saat ini. Pada
pembelajaran abad ke-21 ini guru bukan satu-satunya sumber belajar bagi siswa, siswa dapat
memperoleh informasi atau pelajaran melalui internet dan media pembelajaran lainnya.
Pencapaian dalam abad-21 harus dilakukan dengan meningkatkan kualitas pembelajaran dan
peran pendidik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang lebih baik. Sehingga
pendidik harus memiliki keterampilan dalam menyampaikan materi dengan memanfaatkan
teknologi dan membuat inovasi dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Ainia, D. K. (2020). “Merdeka Belajar Dalam Pandangan Ki Hadjar Dewantara Dan


Relevansinya Bagi Pengembangan Pendidikan Karakter.” Jurnal Filsafat Indonesia, 3(3),
95–101.

Assembly, G. (1900). PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI


4C(COMMUNICATION, COLLABORATION, CRITICAL THINKING
DANCREATIVE THINKING) UNTUKMENYONGSONG ERA. 66(3), 37–39.

Digital, I., & Conference, C. (2021). Pentingnya Keterampilan Belajar di Abad 21 sebagai
Tuntutan dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia. 12(1), 187–193.

Putri, T. A., & Nasution, M. I. S. (2020). Implementasi Trilogi Pendidikan Ki Hajar


Dewantara Pada Smk Tamansiswa Di Kota Tebing Tinggi. Puteri Hijau : Jurnal
Pendidikan Sejarah, 5(1), 84. https://doi.org/10.24114/ph.v5i1.18277

Rahayu, R., Iskandar, S., & Abidin, Y. (2022). Inovasi Pembelajaran Abad 21 dan
Penerapannya di Indonesia. Jurnal Basicedu, 6(2), 2099–2104.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i2.2082

Sudarisman, S. (2015). MEMAHAMI HAKIKAT DAN KARAKTERISTIK


PEMBELAJARAN BIOLOGI DALAM UPAYA MENJAWAB TANTANGAN ABAD
21 SERTA OPTIMALISASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013. Journal Florea,
2(1), 29–35. http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JF/article/view/403

You might also like