You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dari penghujung 2010 hingga pertengahan 2011, pemerintah beberapa negara Timur Tengah harus

menghadapi serangkaian protes yang diorganisir oleh para aktivis muda. Gerakan protes ini, yang kemudian dikenal

sebagai "Musim Semi Arab", dimulai di provinsi Sidi Bouzid di Tunisia ketika pengunjuk rasa menuntut

penggulingan rezim Zine al-Abidine Ben Ali karena ekonomi Tunisia yang buruk, korupsi dan pengangguran yang

tinggi. Operasi mereka didasari oleh upaya bunuh diri seorang pendagang bernama Mohamed Bouazizi. Bouazizi

membakar diri ketika polisi menyita buah dan sayuran, yang merupakan satu-satunya sumber pendapatannya.

Bouazizi meninggal di rumah sakit pada 4 Januari 2011 akibat luka parah dari aksi pembakaran dirinya. Bouaziz

segera menjadi simbol perlawanan rakyat terhadap pemerintahan Ben Ali. Pembakaran Bouaziz memicu protes di

Tunisia, di mana beberapa pengunjuk rasa tewas dalam bentrokan dengan tentara pada awal 2011. Untuk memantau

protes, Ben Ali menguasai semua media konvensional, baik itu surat kabar, radio atau televisi, bahkan meneror

jurnalis yang meliput protes. Internet dipantau dengan sangat ketat, Website atau blog yang dianggap berbahaya akan

langsung diblokir. Dailymotion dan YouTube juga dilarang. Namun media social Facebook dan Twitter tidak diblokir.

Dari situlah pergerakan dimulai dan mendapat dukungan dari berbagai kalangan masyarakat Tunisia bagi para aktivis

prodemokrasi yang bekerja di luar negeri. Tidak cukup kuat untuk menahan protes dan kerusuhan terus-menerus. Ben

Ali kemudian kabur ke Jeddah, Arab Saudi. Pelarian Ben Ali menandai berakhirnya rezim yang dibangunnya 24 tahun

sebelumnya. Berakhirnya era kekuasaan Ben Ali menyebar dan menjadi berita hangat di seluruh Arab, bahkan dunia.

Perlawanan rakyat Tunisia yang berhasil menumbangkan rezim diktator Ben Ali menjadi inspirasi bagi rakyat negara

Arab lainnya untuk membangun kekuatan gerakan massa melawan kediktatoran dengan kekuatan tak terbatas yang

membatasi kebebasan rakyat dan menciptakan celah. antara elit mewah (penguasa) dan orang miskin. Dari situ,

gejolak revolusi, Musim Semi Arab, dimulai di Timur Tengah

Revolusi Musim Semi Arab sangat dipengaruhi oleh warga negara yang secara aktif melancarkan gerakan

politik dan mengembangkan media sosial yang memungkinkan penyebaran pidato tentang revolusi. Pengaruh jejaring

sosial Facebook dan Twitter terhadap revolusi politik di Timur Tengah melahirkan istilah baru dalam revolusi politik,

yaitu revolusi Facebook dan revolusi Twitter.Orang Tunisia menggunakan Facebook dan Twitter untuk mengunduh

konten Internet.,teks, gambar, video dan klip audio, dan untuk menyebarkan fenomena ini di dunia maya. Facebook

dan Twitter juga menjadi salah satu media sosial yang paling populer menyiarkan aksi pengunjuk rasa para pemuda di

Timur Tengah untuk menggulingkan pemerintah. Diposting dengan cara yang mudah dibagikan, dan fitur Facebook
memudahkan pengumpulan informasi saat dalam aksi unjuk rasa. Dukungan utama datang dari Union G'en'erale des

Travailleurs Tunisiens (UGTT), yang bergabung dengan demonstrasi pro-reformasi dan menyerukan pemogokan.

Partai lain seperti Asosiasi Pengacara Tunisia juga didukung, sehingga gerakan rakyat mendapatkan pendukung baru

setiap hari. Warga Tunisia dari semua penjuru daerah turun ke jalan dan mengorganisir mereka sendiri melalui

internet, ponsel, dan sarana komunikasi lainnya. Dalam konteks ini, penggunaan media sosial semakin meningkatkan

dampak globalisasi yang juga memudahkan penyebaran informasi dan pengetahuan social baik dalam Gerakan yang

bersifat positif dan negatif. Oleh karena itu tidak heran jika fenomena media sosial telah menciptakan suasana baru

dalam arus informasi kepada masyarakat luas dan berdampak sangat besar bagi mereka yang berkuasa. Fenomena

media sosial yang unik dan tidak biasa di Timur Tengah berdampak besar, menciptakan riak dan aksi massa yang

besar dan cukup kuat untuk menggulingkan sebuah rezim. Bagaimanapun, tindakan adalah bagian darinya Kegiatan

ini pada akhirnya merupakan bagian dari proses demokrasi - demokratisasi Timur Tengah.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

1) Dalam kasus revolusi Musim Semi Arab, apakah hanya terdapat social space, atau ruang offline digunakan

untuk membangun gerakan sosial dan opini publik?

2) Apakah ruang publik yang dikemukakan oleh Habermas sama dengan ruang virtual yang terdapat dalam

media?

3) Bagaimana ruang maya(virtual space) memiliki kekuatan besar untuk menggerakkan massa dalam peran

menyukseskan revolusi

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1) Mengetahui besarnya pengaruh media sosial Facebook dan Twitter dalam Revolusi Musim Semi Arab

2) mengetahui gerakan sosial (social movement) di Timur Tengah

3) Mengetahui bagaimana memanfaatkan ruang publik untuk melakukan tindakan-tindakan yang bernilai sosial

dan politik.

1.4 HASIL PENELITIAN

Manfaat menulis Revolusi Facebook dan Twitter Arab Musim Semi adalah untuk memperluas dan

mengembangkan pengetahuan tentang sejarah peradaban di Timur Tengah, khususnya di Tunisia. Selain itu, artikel

ini memberikan informasi yang jelas tentang penyebab masalah di kawasan Timur Tengah, khususnya revolusi
jejaring sosial Facebook dan Twitter di Tunisia, di mana seorang presiden berusia 24 tahun diusir; mempengaruhi

negara-negara tetangganya dengan cara yang dijuluki Musim Semi Arab.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.2 KERANGKA TEORI

1. Gerakan sosial

Menurut Turner dan Killian, gerakan sosial, yang dijelaskan Syafiruddin Jurdi dalam

bukunya Sociologi Nusantara, adalah “aksi kolektif dengan beberapa kesinambungan untuk

mempromosikan atau menentang perubahan dalam masyarakat atau organisasi yang menjadi

bagiannya” adalah Aksi kolektif. Mempromosikan atau mencegah perubahan dalam masyarakat atau

dalam organisasi yang tergabung di dalamnya.31 Singkatnya, dapat disimpulkan bahwa gerakan sosial

terkait dengan aktivitas organisasi atau kelompok masyarakat sipil untuk mendukung dan melawan

perubahan sosial.

Perubahan politik dan modernisasi masyarakat mendorong munculnya gerakan-gerakan sosial

dengan berbagai tema dan agenda perjuangan. Gerakan sosial yang masih sangat kita kenal ini

merupakan peristiwa yang terjadi lima tahun lalu di Timur Tengah. Gerakan sosial yang

mempromosikan demokratisasi tumbuh dan berkembang di negara-negara Timur Tengah. Dimulai

dengan jatuhnya Presiden Tunisia Ben Ali dan kemudian Mesir, Hosni Mubarok jatuh setelah 30 tahun

berkuasa. Gerakan sosial serupa ternyata terus beredar, seperti virus mematikan yang menjangkiti

Yaman, Bahrain, dan Yordania hingga kematian presiden Libya Moammar Gaddafi.

Ada beberapa aspek organisasi bisnis sosial yang penting untuk memahami struktur

organisasi. Menurut John Lofland, kerangka gerakan sosial mencakup enam aspek penting, yaitu:

Aspek Kepercayaan, aspek ini melibatkan makna sebagai sesuatu yang dirasakan, menggunakan

asumsi-asumsi tersebut sebagai kekuatan pendorong untuk menantang realitas yang meliputi doktrin,

ideologi, pandangan hidup, keinginan, bingkai pemikiran dan pemahaman.


1. Organisasi gerakan sosial, merupakan cara yang efektif untuk mencapai tujuan. Keberadaan

organisasi merupakan cara untuk membuat orang-orang yang memiliki keyakinan yang sama mau

melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.

2. Asal muasal gerakan sosial. Gerakan sosial yang paling cepat tumbuh dan berkembang lahir dari

tradisi, budaya, dan memiliki sistem kepercayaan dan doktrin yang dipegang teguh oleh para

pelaku gerakan setidaknya satu ideologi yang menjadi motivasi dan motivasi mereka.

DiaKeikutsertaan. Setiap gerakan sosial membutuhkan partisipasi dalam gerakan tersebut. Ketika

banyak orang tidak senang dan kecewa dengan perlakuan tidak adil, kesenjangan sosial dan

ekonomi, kebijakan diskriminatif, atau penghancuran keyakinan individu, mereka mencari

tindakan yang berarti untuk mengubah kondisi dan keadaan yang mereka hadapi, sehingga

terwujud dalam sebuah gerakan. , baik secara individu maupun kolektif.

3. strategi. Semua gerakan sosial memiliki tujuan bisnis jangka pendek, menengah dan panjang.

4. Pengaruh gerak, (efek). Gerakan sosial yang memiliki agenda jelas pasti akan menarik atau

merekrut banyak anggota. Efek dari organisasi ini adalah perubahan cara pandang bagi pihak-

pihak yang dinilai kompeten untuk menjawab tuntutan para pelaku gerakan sosial. Jika agenda

yang diperjuangkan mempengaruhi kepentingan umum masyarakat, maka jumlah penganutnya

akan bertambah sehingga pengaruhnya dapat terlihat di kalangan warga.

2. Teori ruang publik

Jürgen Habermas adalah seorang filsuf sekolah Frankfurt yang terkenal, seorang sosiolog Jerman

dari tradisi teori kritis dan pragmatisme Amerika. Ia lahir pada tanggal 18 Juni 1929 di Düsseldorf, Rhine-

Westphalia Utara, Jerman. Jürgen Habermas dikenal dengan karyanya dalam konsep ruang publik sejak

buku pertamanya, The Structural Transformation of The Public Sphere. Habermas mengusulkan sistem

demokrasi di mana lingkungan sosial bebas dari sensor dan dominasi.

Habermas mencatat bahwa ruang publik muncul pada abad ke-17 hingga ke-18 dan ke-19,

ketika kaum borjuasi membentuk forum diskusi di pub, kafe, klub, dan pesta makan malam. Ruang publik

yang dirancang kaum borjuis pada mulanya tidak hanya soal ekonomi, tetapi juga soal literal, terkait
dengan literatur yang diterbitkan dalam buku dan surat kabar. Namun seiring berjalannya waktu, muncul

berbagai jenis media dengan alat yang lebih canggih. Media penyiaran dan komunikasi seperti surat kabar

harian, radio, televisi dan internet menjadi lebih efektif. Kondisi seperti itu membuat perbedaan yang

signifikan dalam pengembangan ruang publik Habermas. Media massa seperti televisi, radio, surat kabar,

majalah, internet, dan jejaring sosial melibatkan pemahaman ruang publik. Liberty, Fraternity, Equality

(kebebasan, solidaritas, persamaan). Mengikuti pemikiran Jürgen Habermas tentang ruang publik,

Habermas menyatakan bahwa konsep ruang publik melekat dalam tiga cita-cita normatifnya:

1. Ruang publik adalah pertemuan sosial dimana setiap orang dianggap sama dan tidak memiliki

status.

Setiap orang memiliki minat, tetapi yang menghubungkan orang yang mereka temui di depan

umum adalah rangkaian pemikiran umum yang dicirikan oleh "ketidakpedulian". Artinya,

kebenaran suatu argumentasi yang muncul di depan umum harus didasarkan pada kepentingan

umum, bukan pada kepentingan tertentu/tertentu.

2. Ruang publik bersifat inklusif. yaitu semua anggota yang dapat menggunakan akalnya

1.2 PEMBAHASAN

1) Pengaruh Media Sosial terhadap Revolusi Kawasan Timur Tengah

Perkembangan jejaring sosial yang cepat di Timur Tengah berdampak besar pada kehidupan

masyarakatnya. Dari segi informasi dan komunikasi, penduduk daerah sangat terbantu dengan

hadirnya Facebook dan Twitter sebagai alternatif sarana media komunikasi utama. Informasi yang

tersebar, baik dalam cakupan nasional, regional, maupun global, dapat dengan mudah diakses oleh

masyarakat Timur Tengah. Sebelumnya hanya media, demonstrasi, dan jajak pendapat yang dapat

digunakan sebagai pengukur opini publik. Namun, hari ini tanda tangan pernyataan keprihatinan atau

pita solidaritas hitam diganti dengan grafiti, mural, dan slogan online yang sama efektifnya. Hal Ini

menunjukkan kesadaran umum akan manfaat media baru dalam gerakan sosial di Tunisia

Internet dapat mengatasi beberapa masalah ekonomi dan memperluas kesempatan untuk diskusi

politik, penyebaran informasi, dan interaksi kelompok, sehingga dapat dikatakan bahwa internet

dapat mengurangi ketidakadilan sosial dalam kehidupan politik.Di Tunisia, remaja mendominasi
pengguna jejaring sosial. Pengguna Facebook di Tunisia beragam dalam usia, mulai dari 18 hingga

24 tahun. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa melalui media sosial, masyarakat di Timur

Tengah, terutama di Tunisia, Mesir, dan Libya, dapat bergabung dalam upaya perlawanan terhadap

penumbangan rezim yang berkuasa di negara masing-masing Melalui media sosial, masyarakat di

Tunisia, Mesir, dan Libya membentuk ruang publik baru untuk menghindari kontrol pemerintah yang

represif terhadap ungkapan ketidakpuasan dan kritik, sehingga mereka dapat berkonsolidasi untuk

melakukan gerakan perubahan melalui media sosial, dimulai dari dukungan, inisiasi aksi, dan

berlanjut pada aksi nyata.

2). twitter & facebook sebagai ruang publik

Konsep-konsep Habermas mengenai public sphere atau ruang publik dalam teori kritis

menjadi relevan dalam menganalisis media sosial seperti twitter & facebook sebagai ruang publik

dalam revolusi politik Tunisia. Pemikiran Habermas dalam teori kritis dapat menjelaskan dengan

jelas tentang ruang publik yang muncul dari penggunaan media sosial selama revolusi politik di

Tunisia. Ruang publik yang diciptakan oleh media sosial memfasilitasi interaksi sosial dan gerakan

sosial (social movement) bagi masyarakat Tunisia. Pemikiran Habermas sangat penting dalam

membangun teori kritis mengenai public sphere atau ruang publik Habermas menganggap ruang

publik atau public sphere sebagai kebutuhan yang diperlukan. Habermas melihat bahwa ruang publik

merupakan benih tumbuhnya otonomi dan kebebasan bagi masyarakat.

Dari analisis penggunaan media sosial dalam proses revolusi politik di Tunisia, dapat disimpulkan

bahwa munculnya ruang publik telah memobilisasi masyarakat untuk memperjuangkan otonomi dan

kebebasan dalam kehidupan bernegara di Tunisia. Menurut Habermas,public sphere atau ruang

publik merupakan wilayah di mana orang mengekspresikan kepentingan dan kebutuhannya kepada

negara. . Oleh karena itu, kelompok masyarakat yang terpinggirkan di Tunisia memanfaatkan ruang

publik ini untuk mengekspresikan kepentingan dan kebutuhannya. Dalam revolusi politik di Tunisia,

penggunaan jejaring sosial membangkitkan empati kolektif, yang menunjukkan bahwa media ini

memainkan peran penting dalam memobilisasi masyarakat Tunisia. Melalui tindakan komunikatif

seperti musyawarah, argumentasi, empati, dan perdebatan, penggunaan media sosial mempengaruhi

dimensi kognitif dari aksi sosial individu dan masyarakat. Dalam konteks gerakan sosial pada masa
Revolusi Tunisia, pemikiran Habermas menekankan pentingnya empati masyarakat Tunisia terhadap

kematian Bouazizi dan memprotes Rezim Ben Ali serta permasalahan sosial lainnya. Jejaring sosial

seperti Facebook dan Twitter memainkan peran penting dalam revolusi politik di Tunisia Masyarakat

Tunisia menggunakan kedua situs ini untuk membentuk massa melalui internet Selain sebagai alat

untuk berkomunikasi dan mendapatkan informasi pribadi, Facebook dan Twitter juga dimanfaatkan

sebagai sarana untuk memperluas jaringan pergerakan politik secara massif.

a) Twitter

Beberapa individu di twitter memiliki pengaruh yang signifikan seperti tokoh masyarakat, selebritas,

media internasional, dan lain-lain, sehingga pesan-pesan yang disiarkan dapat diterima secara luas

dan dengan cepat menyebar. Ketika beberapa pengguna membicarakan topik Tunisia, "Tunisia"

menjadi trending topic dan dapat dilihat oleh semua pengguna. Fitur Tweet dan Twitter memudahkan

pengguna menyebarkan informasi dengan mudah. Banyak kejadian yang ditemukan dan langsung

diketahui oleh banyak pengguna Twitter hampir secara real time saat kejadian tersebut terjadi. Ini

memungkinkan tweet-tweet protes di Tunisia menyebar dengan cepat dan memicu revolusi. Saat

revolusi berlangsung di Tunisia, masyarakat Tunisia aktif di media sosial, terutama di twitter. Tweet-

tweet mereka berisi tentang masalah yang terkait dengan kejadian saat revolusi berlangsung, dan

menjadi viral di media sosial.

b) Facebook

Fitur-fitur di dalam jejaring sosial Facebook membantu keberhasilan revolusi. Ketika masuk ke

halaman Beranda, pengguna dapat melakukan beberapa hal, seperti memperbarui status, membaca

semua berita yang masuk, termasuk mengunggah foto, postingan status teman-teman Facebook, dan

lain-lain. Namun, dalam proses revolusi, Facebook berperan dalam menyebarkan informasi,

mengumpulkan massa, dan sejenisnya.

Keberadaan internet telah memicu perkembangan konsep mengenai ruang publik. Dengan

adanya internet,Interaksi yang membahas permasalahan public yang sebelumnya hanya terjadi di

ruang fisik dan media cetak kini juga terjadi di lingkungan virtual melalui perantaraan komputer.

Dalam perubahan yang demikian, ruang publik tidak lagi terbatas pada ruang fisik tetapi juga

mencangkup ruang virtual.Beberapa ahli menganggap ruang publik virtual sebagai ruang publik ideal
yang menjamin terciptanya demokrasi. Walau demikian, tidak selamanya ruang virtual (virtual

space) bisa dianggap sebagai ruang publik (public sphere) virtual sebagaimana dimaksudkan oleh

Habermas. Menurut Nasrullah (2012:38), hal ini karena internet bisa dikatakan hanya merupakan

medium yang digunakan untuk diskusi atau debat politik, pertukaran ide atau gagasan, sampai

membangun wacana sebagai jawaban atas realitas politik. Akan tetapi, fungsi ini sama juga dengan

penggunaan internet sebagai sarana virtual semata.

Dengan demikian, pertanyaan yang muncul adalah bagaimana idealnya ruang publik virtual yang

selaras dengan konsep ruang publik yang ditawarkan oleh Habermas? Menjawab pertanyaan itu,

Papacharissi (2002:11) secara tegas menegaskan: “A virtual spaces enhances discussion. A virtual

sphere enhances demcracy”. Atau dengan kata lain, ruang virtual mendorong atau mewujudkan

diskusi, sedangkan ruang publik virtual mewujudkan atau mendorong demokrasi. Dalam kehidupan

sehari-hari, perbedaan itu bisa terwujud dalam kebiasaan masyarakat pengguna situs jejaring sosial

Facebook. Namun, ruang virtual tidak selalu bisa dianggap sebagai ruang publik virtual dalam

pengertian konsep Habermas. . Menurut Nasrullah (2012:38), hal ini disebabkan oleh fakta bahwa

internet hanya berfungsi sebagai media untuk diskusi atau debat politik, pertukaran ide atau gagasan,

serta membangun wacana sebagai respons terhadap realitas politik. Namun, fungsi ini sama dengan

penggunaan internet sebagai sarana virtual belaka. Dalam hal ini, muncul pertanyaan, bagaimana

menciptakan ruang publik virtual yang ideal menurut konsep Habermas? Papacharissi (2002:11)

dengan tegas menyatakan bahwa "ruang virtual meningkatkan diskusi. Ruang publik virtual

meningkatkan demokrasi". Dengan kata lain, ruang virtual mendorong atau mewujudkan diskusi,

sedangkan ruang publik virtual mewujudkan atau mendorong demokrasi. Perbedaan ini dapat

ditemukan dalam kebiasaan penggunaan situs jejaring sosial Facebook oleh masyarakat dalam

kehidupan sehari-hari.Kehadiran dinding atau penghalang sebagai tempat bagi pengguna untuk

menyuarakan pemikiran dan ide-ide mereka, tidak dapat dilihat sebagai upaya mereka untuk

memulai atau terlibat dalam diskusi kritis seperti yang mereka lakukan sebagaimana terjadi dalam

ruang public.Meskipun ada kolom yang tak terbatas di "dinding" tersebut untuk dikomentari oleh

pengguna lain, interaksi yang terjadi di sana adalah respons yang biasa, seperti yang terjadi ketika

mereka berkomunikasi secara langsung Menurut Nasrullah, hal itulah yang disebut sebagai virtual
space. Sementara virtual sphere lebih relevan terwujud melalui kelompok diskusi dan forum politik

sebagai respons terhadap realitas politik yang ada.

3) Pergerakan Demonstrasi (social movement) di Timur Tengah

Gerakan demonstrasi yang menuntut pengunduran rezim otoriter di berbagai negara Timur

Tengah adalah fenomena menarik yang patut diobservasi. Dalam waktu kurang dari dua bulan,

generasi muda Timur Tengah berhasil memperjuangkan perubahan politik yang signifikan melalui

aktivisme transnasional. Bagian ini akan mengulas bagaimana aktivisme transnasional menjadi salah

satu faktor penting dalam proses perubahan politik di Timur Tengah. Dalam konteks reformasi di

Timur Tengah, pelaku transnasional adalah individu dan kelompok individu, terutama para pemuda.

Namun, aktivisme transnasional bukan penyebab langsung revolusi di Timur Tengah, melainkan

dampak dan hasil politik dari ketidakpuasan rakyat terhadap rezim yang berkuasa. Aktivisme

transnasional berperan penting dalam perubahan politik. Pada titik ini, peran media sosial sebagai

alat penyebaran wacana revolusi menjadi signifikan. Menurut Ninok Leksono, mengikuti analisis

David Kirkpatrick dan David Sanger dalam The New York Times, jejaring sosial telah memperluas

aliran informasi antar-aktivis prodemokrasi di Tunisia dan Mesir. Ketika para demonstran Mesir

menghadapi aparat keamanan, mereka telah mendapat nasihat atau anjuran dari rekan mereka di

negara lain, yaitu pendemo di Tunisia (Leksono, 2011). Sebagai contoh, para demonstran dianjurkan

untuk menaruh bahan-bahan seperti jeruk, cuka, atau bawang di bawah scarf sebagai upaya

menangkal gas air mata. Untuk keperluan yang sama, mereka juga disarankan untuk membawa

Artinya, berdasarkan ungkapan Habermas (2010), Artinya, meminjam istilah Habermas

(2010),gerakan massa dapat dibaca sebagai perwujudan dari ruang publik yang bertransformasi

secara politis dan memberikan ruang-ruang politik bagimasyarakat. Transformasi politik ruang

publik inilah yang membuka kemungkinanadanya proses demokratisasi di Timur Tengah

BAB III

STUDY KASUS

1. Gerakan Aksi Bela Islam 212


Gerakan aksi bela Islam III adalah merupakan gerakan aksi lanjutan pada tahun sebelumnya, atas
dasar bentuk protes masyarakat untuk menuntut dipenjarakannya gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja
Purnama pada waktu itu. Karena kasus terkaitnya yaitu penistaan terhadap agama yang dilakukan secara
spontan pada acara pertemuan dengan para warga di kepulauan seribu pada tanggal 27 September 2016.Aksi
demontrasi dalam pembelaan umat Islam yang banyak dikenal dengan sebutan aksi 212, Hal ini merupakan
suatu aksi terkaitnya suatu unjuk rasa yang besar dalam bentuk ibadah sholat Jumat yang terjadi di
monas.Sejumlah ormas Islam yang didukung oleh beberapa organisasi yang terlibat seperti mahasiswa Islam
melakukan demonstrasi besar-besaran yang terjadinya kerusuhan hanya untuk menuntut gubernur DKI
Jakarta pada saat itu yang dipimpin oleh Basuki Tjahaja Purnama yang dikenal dengan sebutan Ahok.Beliau
yang telah dianggap melakukan penistaan/penghinaan terhadap kaum muslim atas pernyataannya didepan
warga kepulauan seribu pada bulan September 2016, dengan mengutip salah satu ayat suci Al-Quran yaitu
surah Al-Maidah ayat 15.
Penghinaan agama ini yang menjadi salah satu awal dampak terhadap mobilisasi massa dilakukan oleh
GNPF-MUI ( Gerakan Nasional Pengawal Fatwa – Majelis Ulama Indonesia ) sebagai penyelenggara atas
aksi bela Islam tersebut.Sosial media ( Facebook ) menjadi titik awal dari terbitnya sebuah berita terkait
penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama, pemberitaan tersebut tersebar melalui akun
sosial media Buni Yani pada tanggal 6 Oktober 2016, Aksi 212 ini seakan-akan menciptakan kepemimpinan
baru dan sebagai salah satu aksi yang membangkitkan keagamaan muslim.Dalam aksi bela Islam 212 ini
sejumlah masyarakat, organisasi Islam dan mahasiswa Islam ikut menunjukkan rasa jiwa keagamaan mereka
untuk melakukan demonstrasi, hingga sejumlah aksi 212 ini mencapai 7,5 juta orang, Reuni aksi 212 yang
dilakukan di masjid At-Tin, jakarta timur pada Jumat ( 02.12.2022 ) yang dihadiri oleh Habib Rizieq
Shihab, beliau mengatakan datang ke acara tersebut dengan secara dipaksa.pada kasus ini sangat jelas bahwa
media social menjadi tempat berdirinya aksi gerakan social yang menggulingkan rezim. Hal ini sama dengan
kasus arab spring yang dimana massa terbentuk dengan adanya virtual space dan ruang public

2. Aksi Demontrasi Mahasiswa Trisakti

Para Mahasiswa Universitas Trisakti menuntut atas rasa tanggung jawabnya pemerintah terhadap apa yang

terjadi dalam krisis perekonomian di Indonesia pada awal tahun 1998 yang terus berpengaruh krisis finansial
Asia 1997-1999.Moeldoko pemimpin staff dalam kepresidenan menyatakan bahwa tragedi Trisakti pada tahun

1998 merupakan salah satu pelanggaran HAM yang seharusnya dituntaskan melewati beberapa tahap

mekanisme no yudisial. Dalam tragedi kasus ini banyak korban penembakan demonstrasi mahasiswa yang

menewaskan Hendriawan Sie, Hafidin Royan, Heri Hertanto, Elang Mulia Lesmana. Kasus dalam

penembakan tragedi Trisakti terjadi pada 12 mei 1998.

Pada angkatan 1998 yang terjadi dalam Universitas Trisakti menjadi proses demokrasi di Indonesia,

gerakan para mahasiswa ini telah melakukan hal terbaik sehingga berhasil menurunkan kekuasaan terhadap

Soeharto yang telah menjabat sebagai presiden selama 32 tahun. Para pemuda dan mahasiswa ikut terlibat

dalam memperjuangkan membangun orde baru pada tahun 1965 sampai 1966.Para pemuda dan mahasiswa

ikut terlibat dalam memperjuangkan membangun orde baru pada tahun 1965 – 1966. Pembentuk gerakan ini

yang banyak dikenal dengan julukan angkatan 66, yang menjadi titik awal bangkitnya gerakan para

mahasiswa secara nasional.Sebelum adanya gerakan tersebut, para Mahasiswa hanya bersifat kedaerahan.

Para tokoh-tokoh besar Mahasiswa pada saat itu menjadi bagian dari terciptanya sebuah kekuasaan orde baru.

Seperti Yusuf Wanandi, Sofyan Wanandi, Cosmas Batubara, Akbar Tanjung dan masih banyak yang

lainnya.Pada angkatan 66 ini berhasil mengangkat sebuah isu komunis sebagai bahaya dalam negara. Gerakan

ini juga berhasil membangun sebuah kepercayaan terhadap masyarakat untuk terus membela mahasiswa

melakukan penentangan terhadap adanya komunis yang dipimpin oleh PKI ( Partai Komunis Indonesia )

setelah selesainya masa orde lama. Para tokoh-tokoh aktivis angkatan 66 mendapatkan sebuah hadiah jabatan

dengan banyaknya duduk di kursi DPR/MPR serta menjadi dalam kabinet kepemerintahan orde baru.

3. Kasus Bunuh Diri Novia Widyasari

Novia Widyasari ditemukan oleh warga dalam keadaan tidak bernyawa Kamis 2 Desember 2021 di salah satu TPU di

daerah dusun Sugihan, tempat ayahnya dimakamkan. Di lokasi tersebut ditemukan sebuah botol yang berisi cairan

racun sianida, diduga oleh warga botol tersebut diminum oleh Novia Widyasari.Bertuliskan pada akun Twitter

@belawsz menyebarluaskan berita tentang terkait kasus alasan bunuh diri, salah satu kerabat dari Novia Widyasari
mengungkapkan bahwa bunuh diri tersebut bukan tidak alasan , melainkan korban depresi karena akibat perbuatan

sang kekasihnya yang telah melecehkan korban dan meminta agar korban menggugurkan kandungan dalam janinnya.

Korban telah melaporkan kasus ini kepada penegak hukum namun tidak adanya kepedulian atas keluarga dan

pelaku menjadi penyebab atas dasarnya korban melakukan tindakan secara bunuh diri.Sontak tweet tersebut menjadi

viral atas dasarnya ungkapan yang selama ini korban rasakan, berbagai macam media sosial diguncangkan dengan

adanya berita mengenai kasus bunuh diri tersebut.Peranan dalam gerakan sosial dan media ikut meramaikan untuk

menuntut keadilan atas kasusnya Novia, Dalam kasus ini sang kekasih melakukan persetujuan atas dilakukannya

aborsi sebanyak dua kali dengan pasal 348 ayat 1 KUHP atau pasal 348 ayat 1 junto pasal 56 ayat 2 KUHP.Kasus

peristiwa bunuh diri tersebut dikarenakan meminum racun sianida, Novia Widyasari Mahasiswi berusia 23 tahun ini

ditemukan sudah tidak bernyawa, polisi mengungkapkan bahwa korban meminum racun tersebut disamping

pemakaman ayahnya sendiri kecamatan Suko, Kabupaten Mojokerto Jawa Timur.Sang kekasih Randy Bagus Hari

Sasongko berusia 21 tahun telah menjalin hubungan dengan si korban sejak 19 November 2019. Karena terlalu sering

melakukan sebuah hubungan intim, Novia Widyasari hamil secara diluar pernikahan, dan mereka telah melakukan

pengguguran sebanyak dua kali dalam kehamilan tersebut.

BAB IV

KESIMPULAN

Tulisan ini telah mendeskripsikan serta menjelaskan bagaimana media social sangat berpengaruh dalam peristiwa arab

spring serta keterlibatanya terhadap gerakan social masyarakat timur tengah dalam menggulingkan rezim yang

terkhususkan pada daerah Tunisia ,mesir,Libya. Gerakan Komunitas Timur Tengah, yang menyerukan perubahan

struktur pemerintahan yang tidak layak di kawasan itu, Keberhasilan gerakan sosial dalam mengatasi rezim otoriter

juga didukung oleh latar belakang sosial, politik, dan ekonomi yang serupa di negara-negara Timur Tengah seperti

Tunisia, Mesir, dan Libya. Ketidakpuasan terhadap sistem politik yang korup dan tidak adil menyebabkan revolusi

yang terjadi di Timur Tengah. Penggunaan media dalam revolusi yang terjadi memang menarik. Satu-satunya cara

lain bagi peradaban Timur Tengah untuk mendapatkan pendukung baik di dalam negeri maupun luar negeri adalah

melalui media sosial. Ruang virtual dianggap sebagai area yang aman di mana orang dapat berkumpul dan

merencanakan tindakan yang berdampak lebih besar pada ruang lingkup dan susunan Timur Tengah, khususnya protes
jalanan. Revolusi Tunisia memiliki dampak yang mengalir deras pada bangsa-bangsa di kawasan karena kemiripan

sifat dan kenyamanan nasib di bawah rezim otoriter. Hal ini menyebabkan datangnya kepentingan asing yang ingin

mereformasi sistem politik Timur Tengah dan menjadikannya lebih demokratis. Akibatnya, revolusi di kawasan ini

kadang disebut sebagai demokratisasi Timur Tengah.

You might also like