You are on page 1of 26

LAPORAN

PRAKTIKUM SIMULASI INDUSTRI OBAT

VALIDASI METODA ANALISIS

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL TABLET

OLEH:

KELOMPOK 2 (KELAS C)

1. Dwi FazillahZalri (2230122475) 6. MelinniaSyafitri (2230122485)

2. Feliani Marta Putri (2230122477) 7. Nur Fauziah(2230122491)

3. Fitriani Edika (2230122478) 8. Riris Friendty V (2230122496)

4. Friza Anggia Putri (2230122479) 9. Try Wulandari (2230122501)

5. Khairani Pratiwi (2230122480) 10. YuliaSatrianti (2230122506)

DOSEN PENGAMPU:

apt. OKTA FERA, M.Farm

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

PADANG
2023

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan pada Peraturan Badan POM Nomor 34 Tahun 2018, obat adalah
bahan atau panduan bahan yang digunakan dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, dan peningkatan kesehatan bagi manusia.
Untuk memastikan keberhasilan pengobatan, suatu obat harus memiliki kualitas
yang baik. Kualitas obat yang kurang baik akan menyebabkan terhambatnya
proses penyembuhan penyakit. Selain itu, kadar dari obat harus dipastikan tetap
berada pada rentang spesifikasi atau batas aman yang telah ditetapkan. Obat yang
berkualitas baik adalah obat yang berkhasiat (efficacy), aman (safety), dan
berkualitas (quality). Ketiga hal tersebut dapat tercapai dengan melakukan
pengawasan mutu selama proses produksi berlangsung. Proses pengawasan mutu
obat dilakukan dengan serangkaian pengujian kualitatif dan kuantitatif baik pada
bahan awal yang digunakan, produk antara, produk ruahan serta produk jadi dari
obat yang dihasilkan.
1.2 Tujuan
Melalui proses pembuatan makalah ini penyusun diharapkan mampu
melakukan validasi metoda analisa terhadap metode penentuan kadar parasetamol
dalam tablet.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan pustaka

Validasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), validasi adalah


pengesahan atau pengujian kebenaran atas sesuatu. istilah Validasi pertama kali
dicetuskan oleh Dr. Bernard T. Loftus, Direktur Food and Drug Administration
(FDA) Amerika Serikat pada akhir tahun 1970-an, sebagai bagian penting dari
upaya untuk meningkatkan mutu produk industri farmasi. Hal ini dilatar
belakangi adanya berbagai masalah mutu yang timbul pada saat itu yang mana
masalah-masalah tersebut tidak terdeteksi dari pengujian rutin yang dilaksanakan
oleh industri farmasi yang bersangkutan. Selanjutnya, Validasi juga diadopsi oleh
negara-negara yang tergabung dalam Pharmaceutical Inspection
Co-operation/Scheme (PIC/S), Uni Eropa (EU) dan World Health Organization
(WHO). Bahkan, Validasi merupakan aspek kritis (substantial aspect) dalam
penilaian kualitas industri farmasi yang bersangkutan.

Validasi diartikan sebagai suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai
bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau
mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa
mencapai hasil yang diinginkan.

Dari definisi-definisi tersebut tersebut di atas membawa pengertian, bahwa :

 Validasi adalah suatu tindakan pembuktian, artinya validasi merupakan suatu


pekerjaan “dokumentasi”.

 Tata cara atau metode pembuktian tersebut harus dengan “cara yang sesuai”,
artinya proses pembuktian tersebut ada tata cara atau metodenya, sesuai
dengan prosedur yang tercantum dalam CPOB.

 Obyek” pembuktian adalah tiap-tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem,


perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan
pengawasan mutu (ruang lingkup).

 Sasaran/target dari pelaksanaan validasi ini adalah bahwa seluruh obyek


pengujian tersebut akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan secara
terus menerus (konsisten).

1. Jenis-jenis Validasi
1. Kualifikasi Mesin, Peralatan dan Sarana Penunjang, terdiri dari :
2. Validasi Metode Analisa
3. Validasi Proses Produksi,
4. Validasi Proses Pengemasan
5. Validasi Pembersihan (Cleaning Validation)

2. Validasi metode analisis


Metode analisis diklasifikasikan dalam 3 kategori,yaitu:
a. Kategori I
Metode analisis yang digunakan untuk penetapan kadar komponen
utamadalam bahan baku obat dan sediaan obat jadi atau bahan aktif
lainnya sepertipengawet
b. Kategori II
Metode analisis yang digunakan untuk penetapan cemaran dalam bahan
bakuobat atau hasil degradasinya dalam sediaan obat jadi.
c. Kategori III
Metode analisis yang digunakan untuk penetapan kinerja dan kualitas
sediaanjadi, seperti uji disolusi dan uji pelepasan obat.

Validasi metode analisis dilakukan idealnya pada semua metode analisis yang
digunakan untuk pemeriksaan. Metode analisis ini diaplikasikan baik pada metode
analisis untuk produk jadi, bahan baku dan produk antara. Metode analisis ini juga
diaplikasikan pada pemeriksaan mikrobiologi.  

3. Parameter Validasi Metode Analisis

Terdapat parameter-parameter dalam validasi metode analisis (VMA) baik


dari versi USP (united States Pharmacopeia) dan ICH (International Conference on
Harmonization), berikut perbedaanya :
Parameter-parameter validasi metode analisis (VMA) adalah parameter uji yaitu:

1. Spesifitas
Spesifitas merupakan kemampuan untuk mengukur analit yang dituju
secara tepat dengan adanya komponen – komponen lain dalam matriks sampel
seperti ketidakmurnian, produk degradasi, dan komponen matrik. Spesifisitas
ditunjukkan dengan adanya perbedaan nyata antara resolusi antara dua puncak
yang berdampingan dan kemurnian tiap puncak dalam kromatogram.Untuk
instrument HPLC adalah Rs:1,2-1,5. Untuk instrument spektofotometer
UV/VIS adalah jarak antara dua puncak yang berdampingan dengan
resolution factor (Rf) > 2,5.
2. Presisi atau Ketelitian
Presisi adalah ukuran kedekatan hasil analisis diperoleh dari
serangkaian pengukuran ulangan dari ukuran yang sama. Hal ini
mencerminkan keselahan acak yang terjadi dalam sebuah metode.Nilainya
ditunjukkan dengan simpangan baku relatif (Relative Standar Deviation) atau
RSD dari sejumlah sampel yang berbeda signigikan secara statistic. Terdapat
tiga kategori dalam pengujian nilai presisi, yaitu:
 Keterulangan, nilai ini ditentukan dengan menggunakan minimum 9
penentuan dalam rentang penggunaan metode analisis (misalnya 3
konsentrasi/3 replikasi)
 Presisi antara, merupakan perbedaam antar analis dengan sumbern reagen
dan hari yang berbeda
 Reprodusibilitas, didapatkan dengan menggunakan beberapa laboratorium
untuk validasi metode analisis. Ini dilakukan dengan tujuan mengetahui
lingkungan yang berbeda terhadap kinerja metode analisis.

Pengujian presisi pada saat awal validasi metode seringkali hanya


menggunakan parameter yang pertama, yaitu keterulangan dan presisi antara.
Reprodusibilitas biasanya dilakukan ketika akan melakukan uji banding antar
laboratorium.

Persyaratan RSD sebagai berikut ini:

3. Akurasi atau Ketepatan


Akurasi atau ketepatan merupakan kemampuan suatu metode analisa
untuk memperoleh nilai yang sebenarnya (ketepatan pengukuran).Akurasi
merupakan ketelitian metode analisis atau kedekatan antara nilai terukur
dengan nilai yang diterima baik nilai konvensi, nilai sebenarnya, atau nilai
rujukan.Akurasi merupakan tingkat keyakinan hasil pengujian dengan hasil
sebenarnya. Akurasi harus dilakukan pada range spesifik pada prosedur
pengujian.
Akurasi diukur sebagai banyaknya analit yang diperoleh kembali pada
suatu pengukuran dengan melakukan spiking pada suatu sampel.Untuk
pengujian senyawa obat, akurasi diperbolehkan dengan membandingkan hasil
pengukuran dengan bahan rujukan standar.

Terdapat lima metode dalam penentuan akurasi dari metode analisis


yaitu:
 Menggunakan metode analisis untuk penentuan kadar analit dalam bahan
baku aktif yang telah diketahui kadar kemurniannya
 Bahan baku aktif atau cemaran dalam jumlah yang diketahui. Jumlah
diketahui ditambahkan dalam plasebo. Cara ini untuk penerapan kadar
baku aktif/cemaran dalam produk obat
 Verifikasi akutas metode dapat dilakukan dengan penambahan standar
adisi dalam jumlah tertentu pada produk obat yang telah diketahui
kadarnya. Ini dilakukan bila plasebo tidak dapat diperoleh.
 Menambahkan cemran dalam jumlah tertentu yang telah diketahui ke
dalam produk obat. Metode analis ini digunakan untuk penerapan kadar
cemaran dalam bahan baku aktif dan produk obat
 Membandingkan dua metode analisis untuk mengetahui ekivalensinya. Ini
dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang diperoleh dari metode
analisis yang divalidasi terhadapa hasil yang diperoleh dari metode analis
yang valid. Metode analisis ini digunakan untuk penetapan kadar bahan
baku aktif dalam bahan baku aktif, produk obat dan penetapan kadar
cemaran.
4. Linieritas
Linieritas menunjukkan kemampuan suatu metode analisis untuk
memperoleh hasil pengujian yang sesuai dengan konsentrasi analit yang
terdapat pada sampel pada kisaran konsentrasi tertentu.Rentang dapat
dilakukan dengan cara membuat kurva kalibrasi dari beberapa set larutan
standart yang telah diketahui konsentrasinya (Ermer dan Miller, 2005).
Linieritas dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada
konsentrasi yang berbeda – beda. Data yang diperoleh selanjutnya diproses
dengan metode kuadrat terkecil, untuk selanjutnya dapat
ditentukan nilai kemiringan (slope), intersep, dan koefisien korelasinya.
Linieritas dapat dilihat melalui kurva kalibrasi yang menunjukkan
hubungan antara respon dengan konsentrasi analit pada beberapa seri larutan
baku. Dari kurva kalibrasi ini kemudian akan ditemukan regresi linearnya
yang berupa persamaan y=bx+a, dimana x adalah konsentrasi, y adalah
respon, a adalah intersep y yang sebenarnya dan b adalah slope yang
sebenarnya. Tujuan dari dibuatnya regresi ini adalah untuk menentukan
estimasi terbaik untuk slope dan intersep y sehingga akan
mengurangi residual error, yaitu perbedaan nilai hasil percobaan dengan nilai
yang diprediksi melalui persamaan regresi linear
5. Kisaran
Kisaran adalah konsentrasi terendah dan tertinggi yang mana suatu
metode analisis menunjukkan akurasi, presisi dan linearitas yang
mencukupi.Kisaran konsentrasi yang diuji tergantung pada jenis metodenya.
Kisaran diukur menggunakan baku dengan kisaran 25. 50, 75, 100, 125 dan
150% dari konsentrasi analit yang diharapkan.Kisaran konsentrasi adalah
kisaran dimana linearitas dilakukan.
6. Batas Deteksi / Limit Of Detection (LOD)
Batas deteksi adalah kuantitas terkecil dari analit yang dapat dideteksi
dan tidak perlu sampai ditentukan nilainya secara kuantitatif. Pendekatan
instrumental dan non instrumental dapat digunakan, seperti :
 Evaluasi visual
Evaluasi ini digunakan untuk metode analisis non instumental, tapi dapat
juga untuk metode analisis instumental. Batas deteksi ditentukan dengan
melakukan analisis terhadap sampel yang diketahui konsentrasinya dan
menetapkan kadar terendah yang dapat dideteksi dengan baik.
 Singan to noise ratio, rasio signal dengan noise
Pendekatan ini diterapkan pada metode analisi yang memberikan baseline
noise. Penentuan signal to noise dilakukan dengan membandingkan
pengukuran signal sampel yang diketahui mengandung analit dalam
konsentrasi rendah dan blanko, kemudian dapat ditetapkan konsentrasi
minimum analit yang dapat dideteksi dengan baik. Rasio signal to noise
sama dengan 3 atau 2 : 1 umumnya dianggap dapat diterima untuk
memperkirakan batas deteksi.
 Standar Deviasi dari respon terhadap slope (tingkat kemiringan)
 Standar Deviasi dari blanko
Mengukur beberapa respon dari larutan blanko dan hitung simpangan
baku dari respon.
 Kurva kalibrasi
Kurva kalibrasi dibuat dengan contoh yang mempunyai rentang di sekitar
batas deteksi. Residu simpangan baku (residual standard deviation) atau
simpangan baku dari y-intercepts dari garis regresi adalah σ (simpangan
baku)

LOD merupakan batas uji yang secara spesifik menyatakan apakah


analit di atas atau di bawah nilai tertentu.Rasio noise dengan signal untuk
LOD harus 1 banding 3.

7. Batas Kuantifikasi (Limit Of Quantitation) / LOQ


Batas kuantifikasi adalah konsentrasi terendah dimana instument dapat
mendeteksi dan mengkuantifikasi.Batas kuantifikasi merupakan jumlah
konsentrasi analit paling kecil yang masih dapat diukur dengan akurat (tepat)
dan presisi (teliti) yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang
digunakan. Perbandingan noise terhadap signal adalah 1 : 10. Pendekatan
LOQ adalah prosedur instrumental dan non instrumental yang didasarkan
pada:
 Evaluasi visual
Ini digunakan untuk metode analisis non instumental, akan tetapi juga
dapat digunkan untuk metode analisis instumental. Batas Kuantifikasi
ditentukan dengan melakukan analisis terhadap sampel yang diketahui
konsentrasinya dan menetapkan kadar terendah analit yanf dapat
ditentukan secara kuantitatif dengan akurasi dan preseisi yang dapat
diterima

 Signal to noise ratio, perbandingan noise dengan signal


Pendekatan ini hanya dapat digunakan pada metode analisis yang
memberikan baseline noise. Penentuan rasio signal terhadap noise
dilakukan dengan membandingkan signal yang diukur dari sampel yang
mempunyai konsentrasi analit yang rendah dan blankonya, kemudian
ditentukan konsentrasi terendah analit yang dapat ditetapkan secara
kuantitatif dengan baik, umumnya pada rasio signal terhadap noise 10:1.
 Standar Deviasi dari respon dengan slope (kemiringan)
 Standar Deviasi dari blanko
Mengukur beberapa respon dari larutan blanko dan hirung simpangan
baku dari respon.
 Kurva Kalibrasi
Kurva kalibrasi dibuat dengan contoh yang mempunyai rentang di sekitar
batas deteksi. Residu simpangan baku (residual standard deviation) atau
simpangan baku dari y-intercepts dari garis regresi adalah adalah σ
(simpangan baku).

8. Kekasaran (Ruggedness)
Kekasaran merupakan tingkat reprodusibilitas hasil yang diperoleh
dibawah kondisi yang bermacam-macam.Ini ditunjukkan sebagai %
RSD.Kondisi-kondisi ini meliputi laboratorium, analisis, alat, reagen, dan
waktu percobaan yang berbeda.

9. Ketahanan (Robustness) /Ketegaran


Ketahanan merupakan kapsitas suatu metode analisi untuk tidak
terpengaruh oleh variasi-variasi kecil dalam parameter metode analisis.
Contoh variasi-variasi kecil dalam pengujian dengan HPLC antara lain : pH
fase gerak, suhu, tekanan, stabilitas, konsentrasi buffer, flow rate, suhu kolom
dan lain-lain.

10. Kesesuaian Sistem


Dalam USP parameter-parameternya untuk mennetukan kesesuaian sistem
antara lain:
 Jumlah lempeng teori (N)
 Tailing factor
 Kapasitas
 Nilai RSD tinggi puncak
 Luas puncak dari serangkaian injeksi

Elemen-elemen Data yang dibutuhkan untuk Uji Validasi baik USP


maupun ICH keduanya menerangkan bahwa tidak selamanya parameter untuk
mengevaluasivalidasi metode perlu diuji. USP membagi metode-metode analisis
ke dalam kategori yang terpisah, yaitu :
1. Penentuan kuantitatif komponen-komponen utama atau bahan aktif.
2. Penentuan pengotor (impurities) atau produk-produk hasil degradasi.
3. Penentuan karakteristik-karakteristik kinerja
4. Pengujian identifikasi

6. Analisia Kuantitatif

a. Pengertian Analisis Kimia Kuantitatif


Analisis kimia kuantitatif adalah suatu rangkaian pekerjaan analisis kimia
yang bertujuan untuk mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa dalam
suatu sampel yang kita analisis. Atau pengertian analisis kimia kuantitatif
yaitu suatu pekerjaan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kadar
senyawa dalam sampel, bisa berupa satuan dalam mol atau bisa juga
persentase dalam gram.
Analisa kuantitatif menggunakan instrument
1. Volumetri
Analisis Volumetri adalah analisis kuantitatif dengan mengukur volume
dimana zat yang diselidiki (sampel) direaksikan dengan larutan baku
(standar) yang konsensentrasinya telah diketahui secara teliti dan
reaksinya berlangsung secara kuantitatif. Larutan baku tiap liternya berisi
sejumlah berat ekivalen senyawa baku sedangkan berat atau kadar sampel
yang diselidiki dihitung dari volume larutan dan kesetaraan kimianya,
kesetaraan kimia dapat diketahui dari persamaan reaksinya.
Berdasarkan Reaksi kimia dibagi atas 4 jenis :
 Reaksi Asam basa (Netralisasi). Penetapan kadar ini berdasarkan
pada perpindahan proton dari zat yang bersifat asam atau basa baik
dalam lingkungan air ataupun lingkungan bebas air (Titrasi bebas
air)
 Reaksi oksidasi-reduksi (redoks). Dasar yang digunakan adalah
perpindahan elektron. Yang termasuk dalam tirasi ini adalah :
iodo/iodimetri, bromo/bromatometri, iodatometri,
permanganometri, serimetri.
 Reaksi pengendapan (presipitasi). Penetapan kadar berdasarkan
pada terjadinya endapan yang sukar larut. Contohnya adalah
argentometri
 Reaksi pembentukan kompleks, dasar yang digunakan adalah
terjadinya reaksi antara zat pengompleks organik dengan ion
logam dengan menghasilkan senyawa kompleks yang mantap
metode ini disebut juga kompleksometri.

2. Gravimetri
Analisis gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif yang
berdasarkan pada pengukuran massa atau berat. Tahap awal analisis
gravimetri adalah pemisahan komponen yang ingin diketahui dari
komponen-komponen lain yang terdapat dalam suatu sampel kemudian
dilakukan pengendapan. Pengukuran dalam metode gravimetri adalah
dengan penimbangan, banyaknya komponen yang dianalisis ditentukan
dari hubungan antara berat sampel yang hendak dianalisis, massa atom
relatif, massa molekul relatif dan berat endapan hasil reaksi.

3. Spektrofotometri
Pengertian spektrofotometri adalah metode pengukuran kuantitatif yang
didasarkan pada pengukuran absorbsi atau penyerapan radiasi gelombong
elektromagnetik tertentu. Spektrofotometer merupakan gabungan dari
istilah spektrometer dan fotometer. Spektrometer adalah alat yang
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu,
sedangkan fotometer adalah alat yang dapat mengukur intensitas cahaya
yang diserap atau ditransmisikan. Kedua fungsi alat ini digabungkan
dalam satu instrumen yang disebut dengan spektrofotometer yaitu
instrumen yang digunakan untuk mengukur energi relatif yang diserap
atau diteruskan. Energi dapat berasal dari cahaya pada panjang gelombang
tertentu. Dalam pengukurannya banyaknya cahaya yang diserap dapat
ditentukkan melalui hukum Lambert-Beer. Hukum Beer: “Absorbansi
radiasi monokromatik berbanding lurus dengan konsentrasi suatu zat
dalam larutan.”

4. KCKT/HPLC
KCKT adalah suatu metoda analisa kuantitatif dan kualitatif dengan
memisahkan suatu senyawa menggunakan fase gerak berupa cairan yang
dialirkan dengan tekanan tinggi melalui kolom sebagai fase diamnya.
Prinsip dasar dari KCKT yakni memisahkan setiap komponen dalam
sample untuk selanjutnya diidentifikasi (kualitatif) dan dihitung berapa
konsentrasi dari masing-masing komponen tersebut (kuantitatif).

7. Analisa Kualitatif
Analisis Kualitatif merupakan metode analisis kimia yang digunakan
untuk mengenali atau mengidentifikasi suatu unsur atau senyawa kimia
(anion atau kation) yang terdapat dalam sebuah sampel berdasarkan sifat
kimia dan fisikanya. Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji,
yaitu reaksi kering dan reaksibasah. Reaksi kering dapat digunakan pada
zat padatdan reaksi basah untuk zat dalam larutan. Kebanyakan reaksi
kering yang diuraikan digunakan untuk analisis semimikro dengan hanya
modifikasi kecil.
a. Reaksi Kering
Beberapa logam mempunyai warna nyala yang spesifik sehingga dapat
dilakukan uji warna nyala sebagai salah satu cara identifikasi kation
dengan reaksi kering. Untuk uji reaksi kering metode yang sering
dilakukan adalah:
 Reaksi nyala dengan kawat nikrom: Sedikit zat dilarutkan
kedalam HCL P. Diatas kaca arloji kemudian dicelupkan
kedalamnya, kawat nikrom yang bermata kecil yang telah
bersih kemudian dibakar diatas nyala oksidasi.
 Reaksi nyala beilstein: Kawat tembaga yang telah bersih
dipijarkan diatas nyala oksida sampai nyala hijau hilang.
Apabila ada halogen maka nyala yang terjadi berwarna hijau.
 Reaksi nyala untuk borat: Dengan cawan porselin sedikit zat
padat ditambahkan asam sulfat pekat dan beberapa tetes
methanol, kemudian dinyalakan ditempat gelap. Apabila ada
borat akan timbul warna hijau.
b. Reaksi basah merupakan jenis identifikasi zat secara kualitatif yang
sering digunakan pada umumnya Senyawa NO3 hanya membentuk
cincin coklat jika direaksikan dengan senyawa Fero sulfatdan H2SO4.
Lain halnya dengan senyawa borat yang jika ditambahkan metanol
kemudian dipanaskan dengan nyala api,maka menghasilkan uap atau
asap berwarna hijau.
Analisis kualitatif berdasarkan sifat kimia melibatkan beberapa reaksi
dimana hukum kesetimbangan massa sangat berguna untuk
menentukan ke arah mana reaksi berjalan. Contoh Reaksi redoks,
reaksi asam-basa, kompleks, dan reaksi pengendapan.Sedangkan
analisis berdasarkan sifat fisikanya dapat diamati langsung secara
organoleptis, seperti bau, warna, terbentuknya gelembung gas atau pun
endapan yangmerupakan informasi awal yang berguna untuk analisis
selanjutnya.
c. Reaksi Pengendapan
Kenaikan suhu umumnya dapat memperbesar kelarutan endapan
kecuali pada beberapa endapan, seperti kalsium sulfat, berlaku
sebaliknya. Perbedaan kelarutan karena suhu ini dapat digunakan
sebagai dasar pemisahan kation. Misalnya, pemisahan kation Ag,
Hg(I), dan Pb dapatdilakukan dengan mengendapkan ketiganya
sebagai garam klorida, kemudian memisahkan Pb dari Ag dan Hg(I)
dengan memberikan air panas.Kenaikan suhuakan memperbesar
kelarutan Pb sehingga endapan tersebut larut sedangkan kedua kation
lainnya tidak.
d. Reaksi Asam-Basa
Asam secara sederhana didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan
dalam air mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen.,
sedangkan basa mengalami disosiasi dengan pembentukan ion
hidroksil. Asam atau pun basa yang mengalami disosiasi sempurna
merupakan asam atau basa kuat, misalnya HCI, HNO3, NaOH dan
KOH. Sebaliknya bila asam atau basa hanya terdisosiasi sebagian
maka disebut asam atau basa lemah, misalnya asam asetat, H₂S dan
amonium hidroksida. Dalamanalisa kualitatif HS digunakan untuk
mengendapkan sejumlah kation menjadigaram sulfidanya.
e. Reaksi Redoks
Banyak reaksi oksidasi dan reduksi yang digunakan untuk analisa
kualitatif, baik sebagai pengoksidasi atau pun pereduksi. Contoh
penggunaan Reaksi redoks dalamanalisis kualitatif.
f. Reaksi Pembentukan Kompleks
Dalam pelaksanaan analisis kualitatif anorganik banyak digunakan
reaksi-reaksi yangmelibatkan pembentukan ion kompleks. Suatu ion
atau molekul kompleks terdiri dari satu atom pusat dan sejumlah ligan
yang terikat dengan atom pusat tersebut.

2.2 Paracetamol

Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
102,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat kering. Pemeriannya berupa serbuk hablur,
putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit. Kelarutan paracetamol larut dalam air
mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N, mudah larut dalam etanol. Wadah dan
penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya. Simpan pada suhu
ruang, terlindung dari kelembapan dan panas.

Identifikasi:
 Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan dalam kalium bromida P
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti
pada Parasetamol BPFI.
 Waktu retensi puncak utama kromatogram. Larutan uji sesuai dengan Larutan
baku seperti diperoleh pada Penetapan kadar.

Parasetamol merupakan salah satu obat analgetik - antipiretik yang juga memiliki
aktivitas yang mampu menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif dan relatif
aman dengan penggunaan dosis terap. Efek analgesik parasetamol sama dengan
salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang, serta
dapat menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga berdasarkan efek
sentral seperti salisilat. Parasetamol tidak digunakan untuk antireumatik karena efek
anti-inflamasinya sangat lemah. Mekanisme kerjanya menghambat biosintesis PG
yang lemah. Efek iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada kedua obat
ini, demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa. Mula kerjanya
cepat dan lama kerjanya 5 jam atau kurang.

Penggunaan paracetamol dalam dosis yang berlebihan dan dalam jangka waktu
yang lama dapat mengakibatkan kerusakan hati. Efek samping paracetamol jika
dibanding fenasetin lainnya lebih ringan khususnya tidak nefrotoksis, tidak
menimbulkan euforia dan ketergantungan psikis.

Resorpsi Paracetamol dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rektal lebih
lambat. Parasetamol di diabsorpsi cepat dan sempurna melulai saluran cerna.
konsentrasi paling tinggi dalam plasma di capai dalam waktu ½ jam dan masa paruh
plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebrar di seluruh tubuh Parasetamol 25% terikat
oleh plasma protein, dan di metabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian
parasetamol di konjugasi (80%) dengan asam glukoronat dari sebagian kecil lainnya
dengan aam sulfat. Selain itu obat ini juga dapat mengalami hidroksilasi. Hasil dari
metabolit hidroksilasi ini dapat menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis
eritrosit. Parsetamol ini di eksresi melalui ginjal, dan sebagian kecil sebagai
parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.

Dewasa Nyeri atau demam: Oral, rektal: 325-650 mg setiap 4-6 jam atau 1000 mg 3-4
kali / hari; tidak melebihi 4 g / hari

Paracetamol Tablet, mengandung Parasetamol C8H9NO2, tidak kurang dari 90,0%


dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Baku pembanding Parasetamol BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam


wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.

Identifikasi

a. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
b. Triturat sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang 50 mg parasetamol
dengan 50 mL metanol P, saring: filtrat memenuhi uji Identifikasi secara
kromatografi lapis tipis , gunakan fase gerak campuran diklorometan P-
metanol P (4:1).
Disolusi

Media disolusi: 900 mL Dapar fosfat pH 5,8.


Alat tipe 2: 50 rpm.
Waktu: 30 menit.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C8H9NO2 yang terlarut dengan
mengukur serapan alikot, jika perlu encerkan dengan Media disolusi dan serapan
larutan baku Parasetamol BPFI dalam media yang sama pada panjang gelombang
serapan maksimum lebih kurang 243 nm.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80% (Q)
C8H9NO2 dari jumlah yang tertera pada etiket.
Untuk tablet kunyah

Media disolusi: 900 mL


Dapar fosfat pH 5,8.
Alat tipe 2: 75 rpm.
Waktu: 45 menit.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C8H9NO2 yang terlarut dengan
mengukur serapan alikot, jika perlu encerkan dengan Media disolusi dan serapan
larutan baku Parasetamol BPFI dalam media yang sama pada panjang gelombang
serapan maksimum lebih kurang 243 nm.
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak kurang dari 75% (Q)
C8H9NO2 dari jumlah yang tertera pada etiket.

Keseragaman sediaan Memenuhi syarat.

4-Aminofenol Memenuhi syarat. Lakukan penetapan seperti tertera pada 4-


Aminofenol dalam Sediaan Parasetamol .

Penetapan kadar

a. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang
tertera pada Kromatografi .
b. Fase gerak Buat campuran air-metanol P (3:1), saring dan awaudarakan. Jika
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti yang tertera
pada Kromatografi .
c. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Parasetamol BPFI, larutkan dalam
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per mL.
d. Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan tidak kurang dari 20 tablet.
Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang 100 mg
parasetamol, masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL, tambahkan lebih
kurang 100 mL Fase gerak, kocok selama 10 menit menggunakan pengocok
mekanik, sonikasi selama 5 menit. Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
Kadar larutan lebih kurang 0,5 mg per mL.
e. Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan encerkan dengan Fase gerak
hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per mL. Saring larutan melalui penyaring
dengan porositas 0,5 m atau lebih halus, buang 10 mL filtrat pertama.
Gunakan larutan jernih sebagai Larutan uji.
f. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan
detektor 243 nm dan kolom 3,9 mm × 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir
lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
rekam kromatogram seperti yang tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak
kurang dari 1000 lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 2 dan
simpangan baku rrelatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%
g. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 10
µL) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg,
parasetamol, C8H9NO2 dalam serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:

( ( 100
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan baku;
CS adalah kadar Parasetamol BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
adalah kadar parasetamol dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah
yang tertera pada etiket.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat dan pada suhu ruang
terkendali.

Penandaan Jika pada etiket tertera tablet kunyah, kunyah sebelum ditelan.
III. PROSEDUR KERJA

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL TABLET

3.1 Alat dan Bahan

 Alat : Spektrofotometri UV, timbangan Analitik, spatel, kertas perkamen


labu ukur.

 Bahan : parasetamol BPFI, Tablet parasetamol, aqua dest

 Referensi : FI Ed. IV

3.2 Pengumpulan data dan informasi (FI Ed IV)

 Tablet parasetamol mengandung parasetamol (C8H9NO2) tidak kurang dari


90,0 % dan tidak boleh lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket.

 Serapan panjang gelombang maksimum parasetamol menurut FI Ed IV 243


nm

3.3 Prosedur Kerja

1. Pembuatan deret larutan standar parasetamol BPFI


 Buatlah larutan induk 100 ppm dengan menimbang seksama 25 mg
parasetamol BPFI, kemudian masukkan dalam labu ukur 250 ml,
tambahkan 2 ml etanol 95 % dan 8 ml aquadest, gocok sampai
parasetamol BPFI semuanya larut, setelah larut, tambahkan aquadest
tambah tanda batas, kocok homogen.

 Buatlah deretan larutan standar parasetamol BPFI dengan konsentrasi


(4, 6,8,10,12) ppm dengan cara memipet larutan induk 100 ppm
masing-masing sebanyak 4 ml, 6 ml, 8 ml, 10 ml, dan 12 ml, kemudian
masukkan masing masing ke dalam labu ukur 100 ml, tambahkan
aquadest sampai tanda batas.

 Ambillah salah satu konsentrasi untuk ditentukan serapan panjang


gelombang maksimumnya.

 Kemudian ukur absorban pada masing-masing larutan standar tersebut


pada serapan panjang gelombang maksimum tersebut.

 Hitunglah persamaan regresi liniernya y= a+bx

2. Penetapan kadar parasetamol pada tablet parasetamol

 Ambil 20 tablet parasetamol kemudian masukkan ke dalam lumpang,


gerus homogen, kemudian timbang 100 mg serbuk parasetamol dengan
seksama lalu larutkan dalam labu ukur 250 ml, tambahkan 5 ml etanol
96% dan 10 ml aquadest, gocok sampai serbuk parasetamol serbuk larut
sempurna, lalu tambahkan air sampai tanda batas, kocok hingga
homogen.

 Pipet 1 ml larutan tersebut masukkan ke dalam labu ukur 100 ml


tambahkan dengan air sampai tanda batas, kocok homogen.

 Ukur absorban sampel tersebut pada panjang gelombang maksimum


parasetamol.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data dan Perhitungan


1. Data Kurvakalibrasi Paracetamol

Konsentrasi Absorban
(ppm)

4 0,245
2. Perhitungan
kadar 6 0,370 parasetamol
tablet :
8 0,496
No Obat A (Sampel 1 2 & Konsentrasi Kadar (mg) % kadar Rata-rata
10
3) 0,624
(µg/ml) % kadar

12 0,747

1 Paracetamol 0,340 5,513 538,89 107,778 106,527

0,337 5,465 534,150 106,830

0,331 5,37 524,864 104,973


a = -0,0068

b = 0,629

r = 0,9998

bobot rata-rata = 0,5865mg

 Sampel 1

Konsentrasi (C)

y = a + bx

0,340 = -0,0068 + 0,0629x

Y = 0,3468/0,0629

X = 5,513μg/mL

Kadar

Konsentrasi x V x Faktor pengenceran


Kadar ¿
bobot sampel

¿5,513 x 250 mlx 100 ml/1,5 m


¿ = 918.833,3 μg = 918.83 mg
0,1

= 0,5865 g/1 g x 918,83 = 538,89 mg

Persentase

%sampel = 538,89 mg/500 mg x 100% = 107,778 %

 Sampel 2

Konsentrasi (C)

y = a + bx

0,337 = -0,0068 + 0,0629x

x = 0,3438/0,0629

X = 5,465μg/mL
Kadar

Konsentrasi x V x Faktor pengenceran


Kadar ¿
bobot sampel

¿5 , 465 x 250 mlx 100 ml /1,5 m


¿ = 910.742 μg = 910,742 mg
0,1

= 0,5865 g/1 g x 910,742 = 534,150 mg

Persentase

%sampel = 534,150 mg/500 mg x 100% = 106,83 %

 Sampel 3

Konsentrasi (C)

y = a + bx

0,331 = -0,0068 + 0,0629x

Y = 0,3378/0,0629

X = 5,37μg/mL

Kadar

Konsentrasi x V x Faktor pengenceran


Kadar ¿
bobot sampel

¿5 , 37 x 250 mlx 100 ml/1,5 m


¿ = 894.910,5 μg = 894,91 mg
0,1

= 0,5865 g/1 g x 894,91 mg = 524,864 mg

Persentase

%sampel = 524,864 mg/500 mg x 100% = 104,973 %

3. Penetapan Kadar Tablet Paracetamol

Batch A sampel % Kadar rata-rata SD Akurasi


1 0,501 102,87 105,37 2,714238 99%
0,507 109,14
0,532 104,09
2 0,34 107,778 106,527 1,165007 97%
0,337 106,83
0,331 104,973
3 0,298 104,29 106,3 2,436997 99%
0,313 109,77
0,3 104,98
4 0,162 97,48 97,47 0,469491 99%
0,163 98,05
0,161 96,9
4. Parameter Validasi Setiap Batch

Batch Paramete Persyarata Hasil Keterangan


r n Memenuh Tidak
i
1 akurasi 98-102% 99 v -
kadar 98-101,0% 105,37 - v
2 akurasi 98-102% 97 v -
kadar 98-101,0% 106,527 - v
3 akurasi 98-102% 99 v -
kadar 98-101,0% 106,3 - V
4 akurasi 98-102% 99 v -
kadar 98-101,0% 97,47 - v

4.2 Pembahasan

Praktikum kali ini adalah pentapan kadar paracetamol menggunakan


Spektrofotometer UV-Vis. Spektrofotometer UV-Vis merupakan suatu alat ukur
untuk menganalisa unsur-unsur berkadar rendah secara kuantitatif dan kualitatif.
Penentuan secara kualitatif berdasarkan puncak-puncak yang dihasilkan pada
spektrum suatu unsur tertentu pada panjang gelombang tertentu, sedangkan
penentuan secara kuantitatif berdasarkan nilai absorbansi yang dihasilkan dari
spektrum senyawa kompleks unsur yang dianalisa dengan pengompleks yang sesuai
(Noviarty, et al,. 2013). Pada spektrofotometer UV-VIS memanfaatkan sinar dengan
panjang gelombang 180-380 nm untuk daerah UV dan 380-780 nm untuk daerah
visible atau sinar tampak, sedangkan untuk sumber radiasi untuk spektrofotometer
UVVIS adalah lampu hidrogen atau deuterium dan lampu filamen (Warono, et al.,
2013).

Sampel atau zat yang diukur dengan spektrofotometer UV-VIS harus dalam
bentuk larutan. Analit yang dapat diukur dengan spektrofotometer Visible (sinar
tampak) adalah analit berwarna atau yang dapat dibuat berwarna. Analit berwarna
adalah analit yang memiliki sifat menyerap cahaya secara alami. Analit yang dibuat
berwarna adalah analit yang tidak berwarna sehingga harus direaksikan dengan zat
tertentu untuk membentuk senyawa yang menyerap cahaya pada panjang gelombang
tertentu. Pembentukan warna untuk zat atau senyawa yang tidak berwarna dapat
dilakukan dengan pembentukan kompleks atau dengan cara oksidasi sehingga analit
menjadi berwarna (Warono, et al., 2013).

Hasil penetapan kadar terhadap paracetamol menggunakan Spektrofotometer


UVVis adalah 106,227%. Berdasarkan Farmakope indonesia edisi ke VI bahwa kadar
paracetamol tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%, dapat dilihat kadar
paracetamol pada tablet uji tersebut tidak memenuhi rentang yang ditetapkan. Ini bisa
terjadi karena kesalahan selama proses produksi. Baik itu pemilihan bahan baku,
penimbangan, maupun proses pembuatan. Hasil yang tidak sesuai ini bisa juga karena
ketidak telitian praktikan pada analisa penetapan kadar. Penetapan kadar paracetamol
tablet untuk beberapa batch tidak memenuhi beberapa parameter validasi. Tidak
sesuai dengan rentang yang ditetapkan.
V. PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Hasil penetapan kadar terhadap paracetamol menggunakan Spektrofotometer


UVVis adalah 106,227%.

5.2 SARAN

Disarankan untuk praktikan bekerja lebih teliti, cermat dan disiplin.


DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia. 2018. Cara
Pemuatan Obat yang Baik (CPOB). Jakarta.

Depkes RI. 1995. Farmakope indonesia, Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.

SNI ISO/IEC 17025:2017, “Persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian


dan kalibrasi”.

Zaman, N. N. and Sopyan, I. 2020. Tablet Manufacturing Process Method and Defect
Of Tablets.Majalah Farmasetika, 5(2). 82–93

You might also like