Professional Documents
Culture Documents
Metoda Analisisi-Penetapan Kadar
Metoda Analisisi-Penetapan Kadar
OLEH:
KELOMPOK 2 (KELAS C)
DOSEN PENGAMPU:
FAKULTAS FARMASI
PADANG
2023
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan pada Peraturan Badan POM Nomor 34 Tahun 2018, obat adalah
bahan atau panduan bahan yang digunakan dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, dan peningkatan kesehatan bagi manusia.
Untuk memastikan keberhasilan pengobatan, suatu obat harus memiliki kualitas
yang baik. Kualitas obat yang kurang baik akan menyebabkan terhambatnya
proses penyembuhan penyakit. Selain itu, kadar dari obat harus dipastikan tetap
berada pada rentang spesifikasi atau batas aman yang telah ditetapkan. Obat yang
berkualitas baik adalah obat yang berkhasiat (efficacy), aman (safety), dan
berkualitas (quality). Ketiga hal tersebut dapat tercapai dengan melakukan
pengawasan mutu selama proses produksi berlangsung. Proses pengawasan mutu
obat dilakukan dengan serangkaian pengujian kualitatif dan kuantitatif baik pada
bahan awal yang digunakan, produk antara, produk ruahan serta produk jadi dari
obat yang dihasilkan.
1.2 Tujuan
Melalui proses pembuatan makalah ini penyusun diharapkan mampu
melakukan validasi metoda analisa terhadap metode penentuan kadar parasetamol
dalam tablet.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Validasi diartikan sebagai suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai
bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau
mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa
mencapai hasil yang diinginkan.
Tata cara atau metode pembuktian tersebut harus dengan cara yang sesuai,
artinya proses pembuktian tersebut ada tata cara atau metodenya, sesuai
dengan prosedur yang tercantum dalam CPOB.
1. Jenis-jenis Validasi
1. Kualifikasi Mesin, Peralatan dan Sarana Penunjang, terdiri dari :
2. Validasi Metode Analisa
3. Validasi Proses Produksi,
4. Validasi Proses Pengemasan
5. Validasi Pembersihan (Cleaning Validation)
Validasi metode analisis dilakukan idealnya pada semua metode analisis yang
digunakan untuk pemeriksaan. Metode analisis ini diaplikasikan baik pada metode
analisis untuk produk jadi, bahan baku dan produk antara. Metode analisis ini juga
diaplikasikan pada pemeriksaan mikrobiologi.
1. Spesifitas
Spesifitas merupakan kemampuan untuk mengukur analit yang dituju
secara tepat dengan adanya komponen komponen lain dalam matriks sampel
seperti ketidakmurnian, produk degradasi, dan komponen matrik. Spesifisitas
ditunjukkan dengan adanya perbedaan nyata antara resolusi antara dua puncak
yang berdampingan dan kemurnian tiap puncak dalam kromatogram.Untuk
instrument HPLC adalah Rs:1,2-1,5. Untuk instrument spektofotometer
UV/VIS adalah jarak antara dua puncak yang berdampingan dengan
resolution factor (Rf) > 2,5.
2. Presisi atau Ketelitian
Presisi adalah ukuran kedekatan hasil analisis diperoleh dari
serangkaian pengukuran ulangan dari ukuran yang sama. Hal ini
mencerminkan keselahan acak yang terjadi dalam sebuah metode.Nilainya
ditunjukkan dengan simpangan baku relatif (Relative Standar Deviation) atau
RSD dari sejumlah sampel yang berbeda signigikan secara statistic. Terdapat
tiga kategori dalam pengujian nilai presisi, yaitu:
Keterulangan, nilai ini ditentukan dengan menggunakan minimum 9
penentuan dalam rentang penggunaan metode analisis (misalnya 3
konsentrasi/3 replikasi)
Presisi antara, merupakan perbedaam antar analis dengan sumbern reagen
dan hari yang berbeda
Reprodusibilitas, didapatkan dengan menggunakan beberapa laboratorium
untuk validasi metode analisis. Ini dilakukan dengan tujuan mengetahui
lingkungan yang berbeda terhadap kinerja metode analisis.
8. Kekasaran (Ruggedness)
Kekasaran merupakan tingkat reprodusibilitas hasil yang diperoleh
dibawah kondisi yang bermacam-macam.Ini ditunjukkan sebagai %
RSD.Kondisi-kondisi ini meliputi laboratorium, analisis, alat, reagen, dan
waktu percobaan yang berbeda.
6. Analisia Kuantitatif
2. Gravimetri
Analisis gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif yang
berdasarkan pada pengukuran massa atau berat. Tahap awal analisis
gravimetri adalah pemisahan komponen yang ingin diketahui dari
komponen-komponen lain yang terdapat dalam suatu sampel kemudian
dilakukan pengendapan. Pengukuran dalam metode gravimetri adalah
dengan penimbangan, banyaknya komponen yang dianalisis ditentukan
dari hubungan antara berat sampel yang hendak dianalisis, massa atom
relatif, massa molekul relatif dan berat endapan hasil reaksi.
3. Spektrofotometri
Pengertian spektrofotometri adalah metode pengukuran kuantitatif yang
didasarkan pada pengukuran absorbsi atau penyerapan radiasi gelombong
elektromagnetik tertentu. Spektrofotometer merupakan gabungan dari
istilah spektrometer dan fotometer. Spektrometer adalah alat yang
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu,
sedangkan fotometer adalah alat yang dapat mengukur intensitas cahaya
yang diserap atau ditransmisikan. Kedua fungsi alat ini digabungkan
dalam satu instrumen yang disebut dengan spektrofotometer yaitu
instrumen yang digunakan untuk mengukur energi relatif yang diserap
atau diteruskan. Energi dapat berasal dari cahaya pada panjang gelombang
tertentu. Dalam pengukurannya banyaknya cahaya yang diserap dapat
ditentukkan melalui hukum Lambert-Beer. Hukum Beer: Absorbansi
radiasi monokromatik berbanding lurus dengan konsentrasi suatu zat
dalam larutan.
4. KCKT/HPLC
KCKT adalah suatu metoda analisa kuantitatif dan kualitatif dengan
memisahkan suatu senyawa menggunakan fase gerak berupa cairan yang
dialirkan dengan tekanan tinggi melalui kolom sebagai fase diamnya.
Prinsip dasar dari KCKT yakni memisahkan setiap komponen dalam
sample untuk selanjutnya diidentifikasi (kualitatif) dan dihitung berapa
konsentrasi dari masing-masing komponen tersebut (kuantitatif).
7. Analisa Kualitatif
Analisis Kualitatif merupakan metode analisis kimia yang digunakan
untuk mengenali atau mengidentifikasi suatu unsur atau senyawa kimia
(anion atau kation) yang terdapat dalam sebuah sampel berdasarkan sifat
kimia dan fisikanya. Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji,
yaitu reaksi kering dan reaksibasah. Reaksi kering dapat digunakan pada
zat padatdan reaksi basah untuk zat dalam larutan. Kebanyakan reaksi
kering yang diuraikan digunakan untuk analisis semimikro dengan hanya
modifikasi kecil.
a. Reaksi Kering
Beberapa logam mempunyai warna nyala yang spesifik sehingga dapat
dilakukan uji warna nyala sebagai salah satu cara identifikasi kation
dengan reaksi kering. Untuk uji reaksi kering metode yang sering
dilakukan adalah:
Reaksi nyala dengan kawat nikrom: Sedikit zat dilarutkan
kedalam HCL P. Diatas kaca arloji kemudian dicelupkan
kedalamnya, kawat nikrom yang bermata kecil yang telah
bersih kemudian dibakar diatas nyala oksidasi.
Reaksi nyala beilstein: Kawat tembaga yang telah bersih
dipijarkan diatas nyala oksida sampai nyala hijau hilang.
Apabila ada halogen maka nyala yang terjadi berwarna hijau.
Reaksi nyala untuk borat: Dengan cawan porselin sedikit zat
padat ditambahkan asam sulfat pekat dan beberapa tetes
methanol, kemudian dinyalakan ditempat gelap. Apabila ada
borat akan timbul warna hijau.
b. Reaksi basah merupakan jenis identifikasi zat secara kualitatif yang
sering digunakan pada umumnya Senyawa NO3 hanya membentuk
cincin coklat jika direaksikan dengan senyawa Fero sulfatdan H2SO4.
Lain halnya dengan senyawa borat yang jika ditambahkan metanol
kemudian dipanaskan dengan nyala api,maka menghasilkan uap atau
asap berwarna hijau.
Analisis kualitatif berdasarkan sifat kimia melibatkan beberapa reaksi
dimana hukum kesetimbangan massa sangat berguna untuk
menentukan ke arah mana reaksi berjalan. Contoh Reaksi redoks,
reaksi asam-basa, kompleks, dan reaksi pengendapan.Sedangkan
analisis berdasarkan sifat fisikanya dapat diamati langsung secara
organoleptis, seperti bau, warna, terbentuknya gelembung gas atau pun
endapan yangmerupakan informasi awal yang berguna untuk analisis
selanjutnya.
c. Reaksi Pengendapan
Kenaikan suhu umumnya dapat memperbesar kelarutan endapan
kecuali pada beberapa endapan, seperti kalsium sulfat, berlaku
sebaliknya. Perbedaan kelarutan karena suhu ini dapat digunakan
sebagai dasar pemisahan kation. Misalnya, pemisahan kation Ag,
Hg(I), dan Pb dapatdilakukan dengan mengendapkan ketiganya
sebagai garam klorida, kemudian memisahkan Pb dari Ag dan Hg(I)
dengan memberikan air panas.Kenaikan suhuakan memperbesar
kelarutan Pb sehingga endapan tersebut larut sedangkan kedua kation
lainnya tidak.
d. Reaksi Asam-Basa
Asam secara sederhana didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan
dalam air mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen.,
sedangkan basa mengalami disosiasi dengan pembentukan ion
hidroksil. Asam atau pun basa yang mengalami disosiasi sempurna
merupakan asam atau basa kuat, misalnya HCI, HNO3, NaOH dan
KOH. Sebaliknya bila asam atau basa hanya terdisosiasi sebagian
maka disebut asam atau basa lemah, misalnya asam asetat, H₂S dan
amonium hidroksida. Dalamanalisa kualitatif HS digunakan untuk
mengendapkan sejumlah kation menjadigaram sulfidanya.
e. Reaksi Redoks
Banyak reaksi oksidasi dan reduksi yang digunakan untuk analisa
kualitatif, baik sebagai pengoksidasi atau pun pereduksi. Contoh
penggunaan Reaksi redoks dalamanalisis kualitatif.
f. Reaksi Pembentukan Kompleks
Dalam pelaksanaan analisis kualitatif anorganik banyak digunakan
reaksi-reaksi yangmelibatkan pembentukan ion kompleks. Suatu ion
atau molekul kompleks terdiri dari satu atom pusat dan sejumlah ligan
yang terikat dengan atom pusat tersebut.
2.2 Paracetamol
Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
102,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat kering. Pemeriannya berupa serbuk hablur,
putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit. Kelarutan paracetamol larut dalam air
mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N, mudah larut dalam etanol. Wadah dan
penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya. Simpan pada suhu
ruang, terlindung dari kelembapan dan panas.
Identifikasi:
Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan dalam kalium bromida P
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti
pada Parasetamol BPFI.
Waktu retensi puncak utama kromatogram. Larutan uji sesuai dengan Larutan
baku seperti diperoleh pada Penetapan kadar.
Parasetamol merupakan salah satu obat analgetik - antipiretik yang juga memiliki
aktivitas yang mampu menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif dan relatif
aman dengan penggunaan dosis terap. Efek analgesik parasetamol sama dengan
salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang, serta
dapat menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga berdasarkan efek
sentral seperti salisilat. Parasetamol tidak digunakan untuk antireumatik karena efek
anti-inflamasinya sangat lemah. Mekanisme kerjanya menghambat biosintesis PG
yang lemah. Efek iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada kedua obat
ini, demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa. Mula kerjanya
cepat dan lama kerjanya 5 jam atau kurang.
Penggunaan paracetamol dalam dosis yang berlebihan dan dalam jangka waktu
yang lama dapat mengakibatkan kerusakan hati. Efek samping paracetamol jika
dibanding fenasetin lainnya lebih ringan khususnya tidak nefrotoksis, tidak
menimbulkan euforia dan ketergantungan psikis.
Resorpsi Paracetamol dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rektal lebih
lambat. Parasetamol di diabsorpsi cepat dan sempurna melulai saluran cerna.
konsentrasi paling tinggi dalam plasma di capai dalam waktu ½ jam dan masa paruh
plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebrar di seluruh tubuh Parasetamol 25% terikat
oleh plasma protein, dan di metabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian
parasetamol di konjugasi (80%) dengan asam glukoronat dari sebagian kecil lainnya
dengan aam sulfat. Selain itu obat ini juga dapat mengalami hidroksilasi. Hasil dari
metabolit hidroksilasi ini dapat menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis
eritrosit. Parsetamol ini di eksresi melalui ginjal, dan sebagian kecil sebagai
parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.
Dewasa Nyeri atau demam: Oral, rektal: 325-650 mg setiap 4-6 jam atau 1000 mg 3-4
kali / hari; tidak melebihi 4 g / hari
Identifikasi
a. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
b. Triturat sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang 50 mg parasetamol
dengan 50 mL metanol P, saring: filtrat memenuhi uji Identifikasi secara
kromatografi lapis tipis , gunakan fase gerak campuran diklorometan P-
metanol P (4:1).
Disolusi
Penetapan kadar
a. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang
tertera pada Kromatografi .
b. Fase gerak Buat campuran air-metanol P (3:1), saring dan awaudarakan. Jika
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti yang tertera
pada Kromatografi .
c. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Parasetamol BPFI, larutkan dalam
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per mL.
d. Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan tidak kurang dari 20 tablet.
Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang 100 mg
parasetamol, masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL, tambahkan lebih
kurang 100 mL Fase gerak, kocok selama 10 menit menggunakan pengocok
mekanik, sonikasi selama 5 menit. Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
Kadar larutan lebih kurang 0,5 mg per mL.
e. Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan encerkan dengan Fase gerak
hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per mL. Saring larutan melalui penyaring
dengan porositas 0,5 m atau lebih halus, buang 10 mL filtrat pertama.
Gunakan larutan jernih sebagai Larutan uji.
f. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan
detektor 243 nm dan kolom 3,9 mm × 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir
lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
rekam kromatogram seperti yang tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak
kurang dari 1000 lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 2 dan
simpangan baku rrelatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%
g. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 10
µL) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg,
parasetamol, C8H9NO2 dalam serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:
( ( 100
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan baku;
CS adalah kadar Parasetamol BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
adalah kadar parasetamol dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah
yang tertera pada etiket.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat dan pada suhu ruang
terkendali.
Penandaan Jika pada etiket tertera tablet kunyah, kunyah sebelum ditelan.
III. PROSEDUR KERJA
Referensi : FI Ed. IV
Konsentrasi Absorban
(ppm)
4 0,245
2. Perhitungan
kadar 6 0,370 parasetamol
tablet :
8 0,496
No Obat A (Sampel 1 2 & Konsentrasi Kadar (mg) % kadar Rata-rata
10
3) 0,624
(µg/ml) % kadar
12 0,747
b = 0,629
r = 0,9998
Sampel 1
Konsentrasi (C)
y = a + bx
Y = 0,3468/0,0629
X = 5,513μg/mL
Kadar
Persentase
Sampel 2
Konsentrasi (C)
y = a + bx
x = 0,3438/0,0629
X = 5,465μg/mL
Kadar
Persentase
Sampel 3
Konsentrasi (C)
y = a + bx
Y = 0,3378/0,0629
X = 5,37μg/mL
Kadar
Persentase
4.2 Pembahasan
Sampel atau zat yang diukur dengan spektrofotometer UV-VIS harus dalam
bentuk larutan. Analit yang dapat diukur dengan spektrofotometer Visible (sinar
tampak) adalah analit berwarna atau yang dapat dibuat berwarna. Analit berwarna
adalah analit yang memiliki sifat menyerap cahaya secara alami. Analit yang dibuat
berwarna adalah analit yang tidak berwarna sehingga harus direaksikan dengan zat
tertentu untuk membentuk senyawa yang menyerap cahaya pada panjang gelombang
tertentu. Pembentukan warna untuk zat atau senyawa yang tidak berwarna dapat
dilakukan dengan pembentukan kompleks atau dengan cara oksidasi sehingga analit
menjadi berwarna (Warono, et al., 2013).
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia. 2018. Cara
Pemuatan Obat yang Baik (CPOB). Jakarta.
Depkes RI. 1995. Farmakope indonesia, Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Zaman, N. N. and Sopyan, I. 2020. Tablet Manufacturing Process Method and Defect
Of Tablets.Majalah Farmasetika, 5(2). 82–93