You are on page 1of 29

BAB I

PENDAHULUAN

B. Maksud percobaan

Adapun maksud dilakukan percobaan ini yaitu :

1. Agar mahasiswa mampu melakukan uji sensitifitas antimikroba terhadap

antibiotik dengan metode kirby bawer

2. Agar mahasiswa mampu menentukan mikroba uji termasuk sensitif atau

resisten terhadap antibiotik yang diujikan

C. Tujuan percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :

1. Untuk menentukan uji sensitifitas antimikroba terhadap antibiotik dengan

metode Kirby bawer

2. Untuk menentukan mikroba uji termasuk sensitif atau resisten terhadap

antibiotik yang diujikan

D. Prinsip percobaan

Adapun prinsip dari percobaan ini yaitu kertas cakram dicelupkan pada

antimikroba uji kemudian diletakkan pada media yang telah diinokulasi

dengan mikroba uji kemudian diinkubasi dengan suhu 37°C selama 1x 24

jam
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori umum

Mikrobiologi adalah cabang ilmu biologi yang membahas dan mengkaji

mikroorganisme. Terdapat ilmu dasar lain yang mendukung dalam mengkaji

mikrobiologi, termasuk kimia, fisika dan biokimia. Mikrobiologi sering

disebut sebagai ilmu praktis biokimia. Ruang lingkup penelitian dalam

mikrobiologi meliputi pemahaman tentang sejarah penemuan mikroba

berbagai mikroba di alam, struktur dan fungsi sel mikroba metabolisme

umum mikroba, faktor lingkungan dan pertumbuhan mikroba serta penerapan

mikrobiologi pada keduanya (Harahap, dkk, 2021).

Uji sensitifitas antibiotik merupakan tes yang digunakan untuk menguji

kepekaan suatu bakteri terhadap suatu antibiotik. Uji sensitivitas bertujuan

untuk mengetahui efektivitas dari suatu antibiotik (Khusuma, dkk, 2019).

Antibiotik adalah suatu obat yang digunakan untuk membunuh atau

menghambat/menginhibisi pertumbuhan bakteri. Jadi, secara definisi

antibiotik hanya digunakan pada bakteri (Ihsan, 2022).

Cara kerja antibiotik sama halnya dengan membunuh hama pestisida

dalam menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme. Perbedaannya

ada pada sasarannya yaitu bakteri titik antibiotik berbeda dengan desinfektan

dalam hal cara kerja. Cara kerja desinfektan membunuh bakteri adalah

menciptakan lingkungan tidak wajar bagi kehidupan bakteri, sedangkan cara


kerja antibiotik adalah menghentikan proses metabolisme bakteri (Utami,

2012).

Berdasarkan mekanisme kerja dalam organisme, antibiotik dibedakan

menjadi 5, sebagai berikut (Utami, 2012):

1. Antibiotik penghambat reaksi kimia dinding sel

Obat antibiotik yang termasuk ke dalam golongan ini antara lain:

penisilin, sefalospirin, vankomisin, ristoatin, dan sikloserin.

2. Antibiotik penghambat reaksi kimia asam nukleat sel mikroba

Yang termasuk ke dalam golongan penghambat sintesis asam nukleat sel

mikroba adalah rifampisin dan asam nalidiksat.

3. Antibiotik penghambat reaksi kimia protein

Obat antibiotik yang termasuk ke dalam golongan penghambat sintesis

protein adalah aminoglikosid, mikrolid, lincomycin, tetrasiklin, dan

kloramfenikol.

4. Antibiotik penghambat fungsi membran sel

Contoh antibiotik fungsi membran sel antara lain lonimycin dan

valinomycin. Lonimycin bekerja meningkatkan kadar kalsium pada sel

bagian dalam sehingga mengganggu keseimbangan pertukaran cairan dan

menyebabkan kebocoran sel.

5. Antibiotik penghambat metabolisme sel mikroba

Obat antibiotik yang termasuk dalam golongan ini adalah sulfat dan

sulfonamid, teimotophirin, dan asam p - aminosalisilat.


Zona hambat adalah daerah jernih di sekeliling sumur dari media

pertumbuhan bakteri uji yang tidak ditumbuhi bakteri titik lebar diameter setengah

hambatan diukur dengan mistar dalam satuan sentimeter (Putri,dkk, 2016).

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya zona hambat berupa

kemampuan difusi bahan antimikroba ke dalam media dan interaksinya dengan

mikroba yang diuji, jumlah mikroba yang diujikan, kecepatan tumbuhan mikroba

uji dan tingkat sensitivitas mikroba terhadap bahan antimikroba mikroba suatu

bahan uji disebut penghambat kuat jika memiliki zona hambat lebih besar dari 11

mm, menghambat kuat jika memiliki zona hambat 6 - 11 mm, sedangkan bila

zona hambat lebih kecil dari 6 mm adalah penghambat lemah atau rendah

(Muzafri & Ryan, 2022).

Kategori zona hambat dapat diketahui pada tabel 1 ( Surjowardojo, dkk,

2015):

Tabel 1. Kategori Diameter Zona Hambat

Diameter Kekuatan daya hambat

≥ 5 mm Lemah

6-10 mm Sedang

11-20 mm Kuat

≥ 21 mm Sangat kuat

Resisten adalah suatu sikap yang menunjukkan kemampuan untuk bertahan,

bersama lawan, menentang, atau upaya oposisi pada umumnya. Sebelum

membahas resisten antibiotik, sebaiknya kita membahas sedikit tentang resistensi


antimikroba, di mana resistensi antimikroba merupakan suatu kondisi seorang di

mana pemakaian obat-obatan antimikroba (jamur, bakteri, parasit, dan virus) pada

dosis pengobatan biasa tidak mampu mengobati infeksi yang disebabkan oleh

mikroba tersebut ( Muntasir, ddk, 2022).

Gen resistance merupakan gen yang bertanggung jawab terhadap resistensi

antibiotik ampisilin (Gen bla), tetrasiklin (Gen tet), kloramfenikol (Gen cat) dan

Asam Nalidiksat (Gen gyrA) (Martini, 2020).

Bakteri dapat menjadi sensitif atau resisten terhadap antibakterial tertentu.

Jika suatu bakteri sensitif terhadap suatu obat, maka organisme itu akan dihambat

atau dimusnahkan titik jika suatu bakteri resisten terhadap suatu antibakterial,

maka organisme itu akan terus bertumbuh meskipun telah dilakukan pemberian

obat antibakterial (Kee & Evelyn, 1996).

Banyak teori yang menjelaskan tentang mekanisme terjadinya bentuk

resistensi didapat pada mikroba patogen, seperti uraian ini (Darmadi, 2008) :

1. Terbentuknya enzim seperti belaktamase yang dihasilkan oleh mikroba

patogen, bersifat merusak obat agar tidak efektif

2. Terjadinya perubahan permeabilitas dinding sel mikroba patogen sehingga

tidak dapat ditembus oleh obat.

3. Terjadinya perubahan struktur inheren di dalam sel patogen sebagai target

obat.

4. Terjadinya perubahan jalur metabolisme (metabolic pathway) di dalam sel

mikroba patogen dengan tujuan menghindari jalur yang biasa dihambat oleh

obat
5. Terbentuknya produk enzim baru yang bersifat membantu dan mengamankan

proses metabolisme mikroba patogen terhadap pengaruh obat.

Berdasarkan aktivitas spektrum, antibiotik dikelompokkan menjadi dua

kelompok yaitu (Puspotini, 2019) :

a. Antibiotik spektrum luas (biod spectrum) iyalah kelompok antibiotik yang zat

aktifnya sensitif atau semua jenis bakteri golongan gram positif maupun gram

negatif, contoh: titrasiklin dan derivatnya, kloramfenikol, ampisilin,

sefalospirin, dan cerbapenem.

b. Antibiotik spektrum sempit (norrow spectrum) iyalah kelompok antibiotik

yang zat aktifnya sensitif hanya untuk satu jenis atau beberapa jenis bakteri

saja, gram positif saja atau gram negatif, contoh: penisilin, streptomisin,

neomisin, basitromisin.

Berdasarkan toksisitasnya, antibiotik dibagi menjadi dua kelompok yaitu

(Posporini, 2019) :

1. Bakteriostatik, yaitu kelompok antibiotik yang memiliki efek menghambat

pertumbuhan bakteri, contoh: kloramfenikol, Eritromisin, Klindamisin,

Sulfonamid, Trimotropin, Tetrasiklin. Obat antibiotik golongan bakteriostatik

membutuhkan bantuan dari pertahanan hostnya dan dapat terjadi relaps jika

pemakaiannya dihentikan.

2. Bakteriosidal, yaitu kelompok antibiotik yang efeknya adalah membunuh

pertumbuhan bakteri, contoh: Aminoglikosida, Betalaktan, Vinkomisin,

Quinolon, Rifampisin, Metronidazol. Pada kondisi gangguan sistem imun.


Bakteri gram positif yaitu memiliki struktur dinding sel yang tebal (15-80

µm) dan berlapis tunggal dengan komposisi dinding sel terdiri atas lipid,

peptidoglikan. Kandungan lipid pada bakteri gram positif antara lain 1-4 % .

Dinding sel terdiri dari lapisan tunggal peptidoglikan yang mencapai lebih dari

50% berat kering bakteri. bakteri gram positif rentan terhadap gangguan fisik

(Wahjuni dkk, 2022).

Bakteri gram negatif yaitu memiliki struktur dinding sel berlapis 3 dengan

ketebalan 10 – 15 µm. Komposisi dinding sel terdiri atas lipid dan peptidoglikan

yang berada dalam lapisan dengan jumlah sekitar 10% berat kering. Kandungan

lipid pada bakteri gram negatif cukup tinggi yaitu 11-22% . Bakteri ini umumnya

kurang rentan terhadap penisilin dan gangguan fisik. Selain itu, dinding sel

bakteri gram negatif lebih tipis dari bakteri gram positif (Wahjuni, dkk, 2022).

Contoh bakteri gram positif: Staphylococcus aureus, Nesseria gonorrhoae,

Escherichia coli (Sudariah, dkk, 2021).


B. Urain Bahan

1. Alkohol (Dirjen POM, 1979 : Hal. 65)

Nama Resmi : AETHANOLUM

Nama Lain : Etanol

RM/BM : C2H6O / 46,07 g/mol

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tak berwarna; jernih, mudah

menguap dan mudah bergerak; bauh

khas, rasa panas, mudah terbakar

dengan memberikan nyala biru yang

tidak berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam

kloroform p. dan dalam eter p

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat,

terlindungi dari cahaya; ditempat


sejuk, jauh darin nyala api

Kegunaan : Zat tambahan

2. Aquadest (Dirjen POM, 1979)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama Lain : Air suling

RM/BM : H2O / 18,02 g/mol

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak

berbau; tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut

3. Natrium Clorida (Dirjen POM, 1979 : Hal . 403)

Nama Resmi : NATRII CHLORIDUM

Nama Lain : Natrium klorida

RM/BM : NaCl / 58,44 g/mol


Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur heksohedral tidak berwarna

atau serbuk hablur putih; tidak

berbau; rasa asin.

Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7

bagian air mendidih dan dalam lebih

kurang 10 bagian gliserol p; sukar

larut dalam etanol (95%) p.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai sumber ion klorida dan air

natrium
C. Urain Media

1. Nutrient Agar (Wahyuni & Indie, 2010)

Eksteak Beef : 10 g

Pepton : 10 g

Nall :5g

Agar :5g

Aquadest : 1000 ml
D. Urain Sampel

1. Sunlight

Natrium Alkis : 15 %

Sulfonat : 15 %

Natrium Lauril Eter Sulfat : 15 %

Air : 17 liter

Pewarna Hijau : Secukupnya

2. Sabun Lux

Water

Myristic acid

Lauric acid

Patossium hydoxide

Patossium chioride

Palmitic acid
Distearate

Cocomide popyl betaine

E. Uraian Bakteri

1. Escherichia coli

a. Klasifikasi (Supomo, dkk, 2011)

kingdom : Bacteria

Divisi : Protoubacteria

Class : Gaminaprotobicteria

Ordo : Entrobacteriales

Famili : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia coli

b. Morfologi (Soedano,2007)

Escherichia coli Enterohemoriagik 9 (EHEC) merupakan kuman

berbentuk batang pendek gemuk, berukuran sekitar 2,4 µ x 0,4 -0,7 µ,


bersifat Gram-negatif, bergerak aktif, tidak berkapsul dan tidak

membentuk spora.

c. Patogenesis

Ada 4 kelas Escherichia coli yang bersifat enterovirulen.

Keempat kelas tersebut adalah Escherichia coli enteropatogenik

(EPEC), Escherichia coli enterotoksikgenik (ETEC), Escherichia

coli enteroinvasif (EIEC), dan Escherichia coli enteronomogik.

2. Propionibacterium acne

a. Klasifikasi (Anuzar, dkk, 2017)

kingdom : Bacteria

Divisi : Actiriobacteria

Kelas : Actinobacteriade

Bangsa : Actinomycetales

Suka : Propionibacteriacecae

Merga : Propionibacterium

Jenis : Propionibacterium acne

b. Morfologi (Anuzar, dkk, 2017)

Bakteri Propionibacterium acne adalah bentuk batang tak teratur

yang terlihat pada pewarnaa Gram-positif. Bakteri ini dapat tumbuh

diudara dan tidak menghasilkan endospora. Bakteri ini dapat

berbentuk filamen bercabang atau campuran antar bentuk

batang/filamen dengan bentuk koloid.


c. Patogenesis (Anuzar, dkk, 2017)

Peran Propionibacterium acne pada patogenesis acne adalah

memecah trigliseruda salah satu komponen sebelum, menjadi asam

lemak bebas hingga terjadi kolorisasi Propionibacterium acne yang

memicu inflamasi.

3. Staphylococcus epidermidis

a. Klasifikasi (Hugh & Ellos, 1968)

Domain : Bacteria

Phylum : Baciliota

Kelas : Bacin

Ordo : Bacilales

Famili : Staphyloccaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus epidermidis

b. Morfologi (Wulan, dkk, 2019)

Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu spesies dari

genus bacteri Staphylococcus yang paling sering ditemui dalam

kepentingan klinis. Bakteri ini adalah bakteri Gram-positif dan

termasuk Staphylococcus dengan kooagulasi negatif.

c. Patogenesis (Nugrahani, dkk, 2020)


Bakteri Staphylococcus epidermidis penyebab jerawat dapat

menghidrolisis lemak yang memerah asam lemak bebas dari lipid

kulit sehingga menyebabkan perangan.

F. Uraian Obat

1. Ciprofloxacin (Dirjen POM, 2014)

Nama Resmi : SIPROFLOKSASIN

HIDROKLORIDA

Nama Lain : Ciprofloxacin hydrochioride

RM/BM : C17H18FN3 HCL.H2O / 385,82 g/mol

Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk kristal berwarna kuning pucat,

sedikit higroskopik. Ini mengandung


jumlah air yang bervariasi (Alison,

2014).

Kelarutan : Larut dalam air; sangat sedikit larut

dalam alkohol dehidrasi; praktis tidak

larut dalam etil asetat; sedikit larut

dalam metil alkohol (Alison, 2014).

Penyimpanan : Dalam wadah kedap udara . lindungi

dari cahaya.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

B. Pembahasan

Uji sensitivitas bakteri merupakan metode untuk menentukan tingkat

kerentaran bakteri terhadap zat bakteri dan untuk mengetahui senyawa

murni yang memiliki aktivitas antibakteri.

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk melakukan uji

sensitivitas antimikroba terhadap antibiotik dengan metode Kirby Bawer

dan untuk menentukan mikroba uji termasuk sensitif atau resisten terhadap

antibiotik yang diujikan.


Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu autoklaf botol

semprot, bunsen, cawan petri, erlenmeyer, gelas ukur, jangka sorong,

korek api, labu ukur, lap halus, lap halus, pinset, paper disk, rak tabung,

spoit 1 mL, spoit 10 mL, tabung reaksi dan vial.

Adapun bahan yang digunakan yaitu aquades, alkohol, ciprofloxacin,

handscoon, kapas steril, Nutrient Agar, sabun Lux, sunlight, dan adapun

bakteri yang di gunakan ialah Escherichia coli, Propionibacterium acne,

dan Staphylococcus epidermis.

Adapun cara kerja dalam percobaan ini yaitu, disiapkan alat dan

bahan, dimasukkan medium NA sebanyak 10 mL ke dalam vial steril, di

garis cawan petri menjadi 4 bagian, diambil suspensi biakan bakteri

sebanyak 20 µm /1 ose dan dimasukkan ke dalam vial steril yang berisi

medium NA kemudian dituang ke dalam cawan petri steril, di homogen

kan dan biarkan memadat, dimasukkan paper disk yang telah dimasukkan

ke dalam suspensi antibiotik di permukaan medium NA yang telah

memadat dalam cawan petri, diinkubasi cawan petri dalam inkubator 37°C

selama 1 x 24 jam, diamati dan diukur diameter zona hambatnya.

Adapun hasil yang didapatkan yaitu pada bakteri Escherichia coli

didapatkan zona hambat pada sampel Ciprofloksacin sebesar 30,83 mm,

pada sampan sunlight sebesar 16,36 mm, pada sampel Lux sebesar 9,06

mm, pada kontrol tidak terdapat zona hambat. Pada bakteri

Propionibacterium acne, tidak terdapat zona hambat. Di semua sampel


digunakan dan pada bakteri Staphylococcus epidermis tidak terdapat zona

hambat di semua sampel yang digunakan.

Adapun faktor kesalahan dari percobaan ini yaitu terlalu lama

dibiarkan media yang akan digunakan sehingga media memadat sebelum

dimasukkan ke cawan petri.

Adapun manfaat percobaan uji sensitivitas dalam bidang Farmasi

yaitu untuk mendapatkan agen antimikroba yang tepat untuk pengobatan

penyakit infeksi tertentu.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan ini yaitu:

1. Uji sensitifitas antimikroba pada percobaan ini menggunakan metode

Kirby Bawer ya itu dicelupkan kertas cakram pada antibiotik kemudian

diletakkan pada media yang telah diinokulasi dengan mikroba uji

kemudian diinkubasi dengan suhu 37°C selama 1 x 24 jam.

2. Pada bakteri Escherichia coli yang diujikan dia termasuk sensitif karena

memiliki zona hambat pada bakteri propionibacterium acne yang


diujikan dia termasuk resisten terhadap antimikroba karena tidak

memiliki zona hambat pada bakteri Staphylococcus epidermidis yang

diujikan dia resisten terhadap antimikroba karena tidak memiliki zona

hambat.

B. Saran

1. Asisten

Diharapkan agar kakak asisten dapat membimbing kami dengan baik

agar semua proses dengan praktikum dapat kami pahami dengan baik.

2. Laboratorium

Diharapkan baik alat, bahan dan keperluan lainnya pada laboratorium

agar dilengkapi.

3. Praktikan

Diharapkan pada praktikan agar bisa lebih tenang pada saat

melakukan proses praktikum sehingga proses praktikum bisa berjalan

dengan lancar dan aman


DAFTAR PUSTAKA

Anuzar, Chania., dkk. 2017. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Cabe

Rawit (Capsicun Frostescens L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri

Penyebab Jerawat Propionibacterium acne secara invitro. Jurnal

Prosiding Farmasi. Vol 3 (2)

Arisma. 2009. Keracunan Makanan : Buku Ajar Ilmu Gizi. EGC : Jakarta

Alison, Brayfied. 2014. Martindale : The Complete Drug Reference 38 th Editing

Volume A. Pharmacutical Press: London

Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial. Salemba Medika: Jakarta


Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Kemenkes Republik

Indonesia : Jakarta

Dirjen POM. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Kemenkes Republik

Indonesia : Jakarta

Harahap., dkk. 2021. Dasar-Dasar Mikrobiologi dan Penerapannya. Widina

Bhakti Persada : Bandung

Helght, R & Elis M.A 1968. The Neotype Strain For Staphylococcus Epidermidis

(Winslow and Winslow 1980) Evans 1916 International. Jurnal Of

Systemic and Evautionary Microbiology. Vol 18 (3)

Ihsan, Sunandar. 2022. Analisis Rasionalitas Antibiotik di Fasilitas Pelayanan

Kesehatan. Deepublish. EGC : Jakarta

Kee, Joyce L & Everlyn R. H. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses

Keperawatan. EGC : Jakarta

Khuslimia, Ari., dkk. 2019. Teknik Difusi Menggunakan Kertas Saring Media

Tampung Antibiotik dengan Escherichia coli sebagai Bakteri Uji.

Jurnal Kesehatan Prima. Vol 12 (2)

Muntasi., dkk. 2012. Antibiotik dan Resistensi Antibiotik. Rezmedia : Yogyakarta

Murtana, Matalia Sri. 2020. Mera Escherichia coli. Media Sains Indonesia:

Bandung
Muzafri, AL & Ryan Proyogi. 2020. Khasiat Ekstrak Andaliman dan

Pengaruhnya pada Pertumbuhan Mikroba. Global Aksara Press:

Surabaya

Nugrahani, Arsa., dkk. 2020. Aktivitas Antibakteri Etanol Daun Kapas (Gasspium

Bartadense L.) terhadap Staphylococcus epidermidis dan

Propionibacterium acne. Jurnal Farmasi Udaya. Vol 9 (1)

Phisporinii, Ratih. 2019. Antibiotik kedokteran Gigi. UB Press : Malang

Putri, Vita A. D., dkk. 2016. Uji Data Hambat Jamur Endafit Rimpang Lengkuas

(Alpinia Golongan L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia

coli dan Staphylococcus aureus. Jurnal E. Biomedik. Vol 4 (2)

Soedarto. 2017. Sinopsis Kedokteran Tropis. Airlangga University Press:

Surabaya

Soleha, Tri. 2015. Uji Kepekaan Terhadap Antibiotik. Juka Unilat. Vol 5 (9)

Sudsriah., dkk. 2021. Mikrobiologi. Guepedia : Bogor

Supomo., dkk. 2021. Khasiat Tumbuhan Akar Kuning Berbasis Bukti. Nas Media

Pustaka: Yogyakarta

Surjawardojo, Puguh., dkk. 2015. Daya Hambat Dekok Kulit Apel Manalagi

(Malus Syvestis Mill). Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus Aureus

& Pseudomonas Sp. Penyebab mastilis pada Sapi Peras. Jurnal Ternal

Tropika. Vol 16 (2)


Utama, Propti. 2012. Antibiotik Alami untuk Mengamati Aneka Penyakit. PT

Agremedia Pustaka : Jakarta Selatan

Wahjuni, Sri., dkk. 2022. Kulit Daun Lidah Buaya (Aloe Vera ) Mengandung

Favonoid sebagai Antibakteri terhadap Bakteri Staphylococcus

aureus dan Escherichia coli. PT Global Eksklusif Teknologi padang

Wahyuni & Indrie Randhani. 2021. Mikrobiologi dan Parasitologi . CV Pena

Persida : Banyumar

Walansa., dkk. 2019. Isolasi Bakteri Endofit dari Tanaman Bangli (Zingiber

Cassumunar Roxe) dan Uji Aktivitas terhadap Bakteri Penyebab Kulit

Staphylococcus epidermidis. Bioteknologi. Vol 2 (2)

LAMPIRAN

1. Foto Pengamatan

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN


LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
Ket : Bakteri Escherichia coli Ket: Bakteri Propionibacterium acne
sebelum diinkubasi sebelum diinkubasi

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN


LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket: Bakteri Staphylococcus Ket: Hasil bakteri Escherichia coli


epidermidis sebelum diinkubasi setelah diinkubasi

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN


LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
Ket: Hasil bakteri Ket: Hasil bakteri Staphylococcus
Propionibacterium acne setelah epidermidis setelah diinkubasi
diinkubasi

2. Perhitungan

1. Escherichia coli

a. Sampel Sunlight
Vertikel : 23,3 – 6,7 : 16,6

Horizontal : 22,5 – 6,7 : 15,8

Diagonal : 23,4 – 6,7 : 16,7

Kertas Cakram : 6,7

16,6 + 15,8 + 16,7 : 49,1

49,1 : 3 : 16,36

b. Sampel Ciprofloxacin

Vertikel : 37,7 – 6,7 : 29,8

Horizontal : 37,0 – 6,7 : 30,3

Diagonal : 39,1 – 6,7 : 32,4

Kertas Cakram : 6,7

29,8 + 30,3 + 32,4 : 92,5

92,5 : 9 : 30,83

c. Sampel Lux

Vertikel : 16,2 – 6,7 : 9,5

Horizontal : 16,5 – 6,7 : 9,8

Diagonal : 14,6 – 6,7 : 7,9

Kertas Cakram : 6,7

9,5 + 9,8 + 7,9 : 27,2

27,2 : 3 : 9,06
3. Skema Kerja
Disiapkan alat dan bahan

Dimasukka NA sebanyak 10 mL ke dalam vial

Digaris dicawan petri dan dibagi 4 bagian

Diambil suspensi biakan sebanyak 1 ose dan dimasukkan ke vial yang berisi
NA kemudian dituang ke cawan petri steril, dihomogenkan

Dibiarkan memadat medium NA. Paper disk yang telah dimasukkan ke


suspensi diambil dan diletakkan di permukaan NA yang telah memadat
cawan petri

Dimasukkan cawan petri diiunkubasi selama 1 x 24 jam

Diukur dan diamati diameter zona hambat

You might also like