Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 2
Kelompok 2
Regionalisme,
Nasionalisme, dan
Ketahanan Nasional
(Resume)
Demokratisasi
Untuk mendukung upaya itu, maka bendera yang lebih sering dikibarkan
berupa hak azasi manusia, dengan tujuan agar memperoleh kredibilitas sebagai
tindakan moral. Isu HAM sangat menonjol namun hanya merupakan dari
kecenderungan yang sebenarnya yaitu demokrasi. Pihak barat berpendapat bahwa
praktek emokrasi adalah tunggal sesuai yang mereka kerjakan, sehingga
menempatkan banyak Negara berkembang dalam kategori tidak demokratik. Apaun
dampak yang akan dirasakan baik pada skala regional Asia Tenggara ataupun secara
Tugas Indivdu MK: Ideologi dan Ketahanan Nasional
Globalisasi
Radikalisme
Fenomena ini dilandasi oleh wawasan dan pendirian yang sangat sempit. Ia
bisa muncul di bidang social-politik maupun social-budaya. Apaun bentuk dan
wahana yang digunakan radikalisme, fenomena ini mempunyai potensi sebgai
penyebab terjadinya destabilitas national maupun regional. Faktor pendorong
kemunculannya selalu lebih luas dari penampilannya. Radikalisme tidak dapat
dikatakan sebagai ancaman melainkan tantangan yang berpotensi untuk menimbulkan
resiko pembangunan.
Sistem Penangkalan
Nasionalisme
menjadi satu untuk bersatu ataupun dapat pula secara potensial menimbulkan
keiniginan untuk bersatu tetap kuat namun disertai dengan rasa pamrih tertentu.
Ada dua pengertian regionalisme yaitu artian positif dan yang negatif. Dalam
hubungannya dengan ketahanan nasional akan dipusatkan pada artian yang negative
yaitu itilah lain dari separatisme. Ancaman regionalisme negative ini terhadap suatu
Negara nasional memang tidak dapat dipandang ringan, baik pada suatu Negara
nasional baru maupun yang tua. Dapat dipahami bahwa dalam menghadapi ancaman
langsung terhadap eksistensinya itu cepat atau lambat pemerintah akan menggunakan
aksi militer baik dalam skala terbatasa maupun skala penuh. Tidak da Negara
manapun yang akan berdiam diri terhadap regionalisme ini. Walaupun aksi militer
dapat menyelesaikan secara taktis manifestasi berjaangka pendek dari regionalisme
namun tidak dapat menyelesaikannya secara mendasar. Penyelesaiannya secara
mendasar memerlukan rangkaian kebijaksanaan politik, ekonomi, social dan budaya,
sehingga masyarakat yang menjadi tumpuan regionalisme tersebut merasa nyaman
hidup dalam Negara nasional.
Ditinjau dari segi terbentuknya Negara nasional, pertengahan kedua abad ke-
20 ini merupakan kurun yang menarik. Dalam kurun waktu setengah abad, secara
beruntun dalam dua gelombang telah terbentuk puluhan negara nasional baru di benua
Asia, di Afrika, di kawasan Eropa Timur serta di wilayah yang amat luas antara benua
Eropa dan Asia. Seluruh negara nasional ini menyandang misi besar, sebagai sarana
dan wahana untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi rakyatnya.
Sedangkan mengoperasikan negara nasional pada dasarnya merupakan suatu kiprah
Tugas Indivdu MK: Ideologi dan Ketahanan Nasional
lebih dipandang sebagai suatu kekayaan dan yang ditargetkan adalah integrasi atas
dasar saling menghormat antara kelompok etnis.
Negara-Civil Society-Nasionalisme
Dalam sejarah Barat perkembangan negara tidak bersamaan dengan pertumbuhan
civil society munculnya sistem hukum seperti Magna Charta dan civil society, dan lain
sebagainya. Pertumbuhan negara-nasion dalam abad ke 19 bersamaan dengan perkembangan
demokrasi, parlementarianisme dan konstitusionalisme, kesemuanya memantapkan
pembangunan civil-society. Gerakan nasional yang bertujuan untuk merealisasikan negara-
nasiona secara implicit mencakup prinsip-prinsip civil society. Dengan demikian pergerakan
nasional berjuang merealisasikan ideology nasionalisme sebagagai proses modernisasi kultur
politik Indonesia selaras dengan perubahan social serta konstelasi internasional.
Selama ini, yang secara formal yang diakui sebagai awal hari kebangkitan nasional di
Indonesia adalah terbentuknya Boedi Oetomo tanggal 20 Mei 1908. Namun perlu kita ingat
bahwa Boedi Oetomo masih bertumpuh pada konsep bangsa Jawa, dan secara sadar menjaga
jarak dengan mereka yang bukan pendukung kebudayaan Jawa. Setelah perang dunia
pertama, yaitu setelah Ratu Belanda Wihelmina mencederai November Belofte yakni janji
khidmatnya sebagai seorang Ratu untuk mengadakan reformasi pemerintahan di Hindia
Belanda. Pencederaan janji tersebut telah menimbulkan radikalisme kalangan kaum terpelajar
di Indonesia, bahkan dari aliran yang paling lunak sekalipun.
M'ohtar Mas'oed
Beberapa Pengertian
Kesenjangan
Tugas Indivdu MK: Ideologi dan Ketahanan Nasional
Dalam dimensi ekonomi dunia, kesenjangan yang timpang adalah antara wewenang formal
negara dengan sistem produksi, distribusi dan pertukaran yang membatasi kekuasaan atau ruang
lingkup wewenang poli-nasional. Persoalan ini memuat beberapa dimensi. Pertama, dua bidang pokok
proses globalisasi, nasionalisasi produksi dan h'ansaksi finansial, ternyata banyak diorganisasikan
oleh MNC (korporasi multi-nasional) secara global.
Dalam hal organisasi internasional, kesenjangan itu timbul akibat semakin banyaknya rezim
dan organisasi intemasional yang dibentuk unhik mengelola berbagai bidang kegiatan transnasional
(seperti perdagangan, moneter, lingkungan hidup, perburuhan) dan berbagai masalah kebijakan
kolektif. Dalam hal mi ada beberapa hal yang menarik.
Program nasionalis yang muncul menanggapi tantangan global ihi bisa diklasifikasikan ke
dalam posisi berikut:
Pertama, zero-sum nationalism, yaitu posisi dari mereka yang mgm agar pemerintah
mengutamakan kepentingan nasional, walaupun itu bisa menimbulkan kerugian pada ekonomi negara
lain. Kedua adalah posisi laissez-faire cosmopolitan- ism, yang menegaskan bahwa pemerintah harus
mjnggir dari karena ekonomi, nasional maupun internasional. Dan ketiga adalah positive economic
nationalism yang menyarankan agar setiap negara memikul tanggungjawab meningkatkan secara
optimal kemampuan anggota masyarakatnya sehingga mencapai kehidupan yang produktif, tetapi
bersamaan dengan itu bekerjasama dengan negara-negara lain untuk menjamin agar peningkatan itu
tidak merugikan bangsa-bangsa Iain. Dalam kalimat Robert Reich: Sambii mengerjakan kebunnya
Tugas Indivdu MK: Ideologi dan Ketahanan Nasional
sendiri agar menghasilkan panen yang bagus, setiap orang juga punya tanggung jawab kedua untuk
membuat agar kebun-kebun lain juga menikmati panen yang sama bagusnya (Reich, 1991:311 -
312).
Perdebatan ekonomi-politik dalam masyarakat politik Indonesia umumnya berkisar pada dua
posisi pertama. Para pendukung posisi zero-sum nationalists selalu khawatir bahwa bergabung dalam
ekonomi global akan menyebabkan ekonomi Indonesia tergantung pada /kemauan-baik' politik dan
komersial mitra ekonominya. Berhubung dengan pembagian kerja internasional yang digalak- an oleh
ekonomi neo-liberal masakini, apakah mitra itu isa diandalkan sebagai pemasok barang dan jasa di
kala indonesia memerlukannya? Sebaliknya, posisi laissez-faire cosmopolitanists justru
menggalakkan globalisme. Argumennya, antara lain, adalah bahwa tidak penting siapa yang memiliki
asset kita, karena dalam ekonomi global setiap actor bisa memanfaatkan kapital, sumberdaya dan
fasilitas produksi yang di wilayah geografis dimanapun di dunia. Ekonomi nasional tidak harus
swasembada dalam semua barang dan jasa, karena mitra dagang kita akan memasok kita dengan
produk, komponen atau apapun yang
di perlukan. Dengan kata lain, kalau kita bisa beli, kita perlu membuat sendiri. Paling tidak yang
kelihatan permukaan, banyak kebijakan pemerintah lebih cenderung mendukung posisi kaum globalis
ini.
Dalam keadaan yang memburuk dan serba tidak pasti seperti itu bisa diduga bahwa orang
akan kembali mencari pegangan ke paham nasionalisme. Mengapa ke nasionalisme? .Pertama, karena
nasionalisme bisa memberikan iden- titas yang lebih teguh dan lebih bermakna daripada ikatan-ikatan
sosial seperti kelas dan asosiasi kepentingan materiil lain. Tidak seperti yang banyak diteorikan dalam
ilmu sosial yang konservatif, nasionalisme bukanlah patologi dari jaman modern; nasionalisme
mungkin justru bisa mengajukan jawaban terhadap berbagai penyakit modernisme, seperti alienasi,
kecemasan, phobia, perasaan sebagai orang yang tak berguna dan berbagai gangguan kejiwaan lain
Tugas Indivdu MK: Ideologi dan Ketahanan Nasional
(Tamir, 1966:433).
Kedua, karena setting atau konteks kelembagaan nasionalis itulah yang paling dikenal oleh
sebagian besar manusia. Walaupun ada beberapa setting lain yang bisa membantu manusia mencapai
tujuan hidupnya yang paling dominan dalam wacana umum masa kini adalah pasar dan negara-
bangsa. Beberapa konteks kelembagaan lain ihi masih memerlukan upaya pengenalan. Dengan kata
lain, nasionalisme adalah doktrin yang paling siap sebagai alternatif pasar. rendah, berdiri sama tinggi'
dengan bangsa lain.
Ketahanan Nasional
Aspek survival tentu saja paling penting dalam pendidikan dan.ketahanan nasional. Sesudah
hal itu tercapai, baru timbul soal survival yang bagaunana, dengan perkataan lain mutu bertahan
hidup. Dalam hal ini terlihat strategi mencari makan dan strategi makan. Dalam aspek kedua,
sekuritas budaya dapat terganggu oleh penetrasi dan mvasi diam-diam unsur budaya asing yang tidak
serasi, bahkan bertentangan atau tidak sempat disesuaikan dengan unsur-unsur nasional. Budaya yang
tidak kuat atau pendukungnya yang belum homogen akan mudah mengalami gangguan homeostatis,
keluar dari rel filsaf at bangsa. Globalisasi dan universalisasi gaya hidup dan sikap hidup mudah
mengacau pada gilirannya batas-batas real dan abstrak negara-negara, serta mengikis patriotisma.
Pengaruh yang diperoleh dari luar tidak hanya pengaruh ekonomi dan seni, melainkan juga
pengaruh gaya hidup negara-negara dominan, kosmopolitanisma, gagasan moral, politik dan militer,
serta ekologis dan agama. Acap- kali kita mencampuradukkan faktor-faktor Barat dan
menganggapnya sinonim dengan urban, teknologis, agama, filsafat ekonomi dan sosial, desakan
militer dan politis, pikiran-pikiran pengemas program TV dan isi media cetak. Salah mengidentifikasi
sebab dapat merumbulkan kekeliruan tindakan unhik menetralisasmya.
Bahaya terhadap ketahanan nasional tidak lagi hanya berapa serangan militer dari luar seperti
kolonialisma dan imperialisma zaman dulu. Penguasaan sumber-sumber daya internasional tidak
dilakukan langsung, melainkan dengan bantuan dari dalam negeri. Yang paling berbahaya dalam
persenjataan global sekarang adalah masih adanya senjata nuklear dalam tangan beberapa negara
besar dan sebuah negara kecil. Banyak senjata konvensional yang dibuat juga akan mengganggu
sekuritas masyarakat dan perdamaian pada berbagai peringkat.
Tugas Indivdu MK: Ideologi dan Ketahanan Nasional