You are on page 1of 10

Tugas Indivdu MK: Ideologi dan Ketahanan Nasional

Regionalisme,
Nasionalisme, dan
Ketahanan Nasional
(Resume)

Ichlasul Amal & Armaidy Armawi


Penyunting

1. REGIONALISME, NASIONALISME DAN KETAHANAN NASIONAL:


SATU TINJAUAN DARI SEGI STRATEGI HANKAM

Demokratisasi

Demokratisasi sebagai satu gelombang yang berawal dari runtuhnya tembok


berlin, yang kemudian segera diikuti dengan perpinndahan system politik di Negara-
negara Eropa timur. Gelombang demokratisasi ini semakin memperoleh
momentumnya karena didorong oleh Negara – Negara barat terutama Amerika
Serikat. Bagi Negara-negara berkembang hal itu dirasakan minimal sebagai intrusi
terhadap masalah dalam negeri dari satu Negara berdaulat, bahkan lebih jauh lagi
dirasakan sebagai adanya upaya dari luar untuk menggoyang pemerintah yang mereka
anggap tidakdemokratik.

Untuk mendukung upaya itu, maka bendera yang lebih sering dikibarkan
berupa hak azasi manusia, dengan tujuan agar memperoleh kredibilitas sebagai
tindakan moral. Isu HAM sangat menonjol namun hanya merupakan dari
kecenderungan yang sebenarnya yaitu demokrasi. Pihak barat berpendapat bahwa
praktek emokrasi adalah tunggal sesuai yang mereka kerjakan, sehingga
menempatkan banyak Negara berkembang dalam kategori tidak demokratik. Apaun
dampak yang akan dirasakan baik pada skala regional Asia Tenggara ataupun secara
Tugas Indivdu MK: Ideologi dan Ketahanan Nasional

rasional demokrasi cenderung dikatakan sebagai “tantangan” yang dapat


menimbulkan resiko pembangunan.

Globalisasi

Dengan munculnya fenomena ini dunia seakan akan tanpa batas,sehingga


Negara bukanlah dalam arti tapak geografi tertentu, namun telah berunah menjadi
kepentingan. Karena itu Negara diukur dari kepentingannya, sedangkan cakupan
kepentingan Negara menentukan skala besarnya pengaruh suatu Negara tanpa harus
melihat besarnya tapak geografi yang dimiliki. Jika Negara yang diwakili oleh
proyeksi kepentingannya seakan akan menjadi maya, maka perusahaan-perusahaan
multinasional pun seolah-olah menjadi maya. Sebagai akibat setiap pengusaha
nasional ataupun regional tidak hanya harus mampu bersaing dalam pasar
internasional saja akan tetapi juga harus mampu menghadapi persaingan asing dalam
pasar domestik. Dampak dari gelombang demokratisasi dan globalisasi bukan bersifat
fisik saja, namun ia dapat berada dimana mana. Sebagai akibatnya maka garis
pertahanan yang sesuai dengan konsep klasik tidak mungkin diterapkan lagi untuk
mengahadapi masalah-masalah tersebut.

Radikalisme

Fenomena ini dilandasi oleh wawasan dan pendirian yang sangat sempit. Ia
bisa muncul di bidang social-politik maupun social-budaya. Apaun bentuk dan
wahana yang digunakan radikalisme, fenomena ini mempunyai potensi sebgai
penyebab terjadinya destabilitas national maupun regional. Faktor pendorong
kemunculannya selalu lebih luas dari penampilannya. Radikalisme tidak dapat
dikatakan sebagai ancaman melainkan tantangan yang berpotensi untuk menimbulkan
resiko pembangunan.

Ambisi Negara-Negara Besar

Fenomena terakhir adalah ambisi Negara-negara besar untuk mempertahankan


pengaruhnya di Negara-negara berkembang dengan tujuan ekonomi. Dalam
bentuknya yang paling ekstrim tujuan itu berupa dominasi ekonomi yang bias
membawa dampak langsung merosotnya bargaining power politik dari Negara
berkembang yang bersangkutan. Akibat paling buruk dalam fenomena ini adalah jika
amnisi tersebut disertai dengan demonstrasi kekuatan militer. Karena itu konsepsi
ketahanan nasional dan ketahanan regional akan semakin relevan.

Orientasi Kebijaksanaan Nasional Di Kawasan Pasifik

Tidak ada kebijaksanaan maupun strategi yang tidak diwarnai oleh


kepentingan ekonomi. Ekonomi kadang-kadang dikatakan seakan akan menjadi
komando dan oleh karena itu permainnan geopolitik berubah menjadi geoekonomi.
Tiap kebijaksanaan dan strategi nasional semakin sarat dengan pertimbangan
Tugas Indivdu MK: Ideologi dan Ketahanan Nasional

internasional. Karena itu terciptanya keamanan dan perdamaian kawasan pasifik


menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan kepentingan kita dalam menjamin
stabilitas nasional serta kelancaran pembnagunan nasional. Pembentukan ARF atas
prakarsa asean sungguh merupakan satu langkah yang sangat strategis dan oleh
karenanya forum itu akan terus dikembangkan untuk dapat menampung kepentingan
bersama dalam mewujudkan stabilitas kawasan dengan harapan pada ujungnya akan
membuahkan kemakmuran.

Kawasan Regional Asia Tenggara

Stabilitas subkawasan asia tenggara sangat vital bagi stabilitas keamanan


nasional Indonesia, kareana dari segi kedekatan geografis berbagai dampak negative
dapat dengan cepat merembet kedalam Negara kita. Karena itu secara strategis
ditempatkan pemeliharaan stabilitas Asia tenggara ini pada prioritas yang tinggi yang
hanya dapat dikalahkan oleh pemeliharaan stabilitas dalam negeri. Selainitu kawasan
Asia Tenggara yang stabil merupakan wahana untuk menjangkau kawasan yang lebih
luas lagi. Regionalisasi bidang keamanan pada hakikatnya merupakan satu jenis
kemitraan dimana setiap partner didalamnya memiliki peran dan tanggung jawab yang
sama terhadap pemeliharaan stabilitas kawasan. Selain hal ini merupakan manifestasi
dari kepentingan bersama, ia juga menggambarkan bahwa dewasa ini tidak ada satu
Negara pun yang tidak membutuhkan bantuan pihak lain. Dengan demikian kerangka
berpikir regional ataupun regionalisme menjadi suatu kebutuhan untuk menunjang
kepentingan nasional terutama kepentingan pembangunan.

Sistem Penangkalan

Menyadari akan semakin halusnya tantangan yang akan dihadapi dalam


bentuk empat kekuatan perubahan yaitu demokratisasi, globalisasi, radikalsme, serta
ambisi Negara-negara besar yang telah membuat garis pertahanan menjadi berciri
maya maka bentuk system penangkalan yang harud diterapkan juga berciri sama yaitu
berupa ketahanan nasional dan ketahanan regional. Dengan demikian sesungguhnya
di dalam dunia yang seakan akan tanpa batas ini nasionlisme, regionslisme, dan
ketahanan nasional telah teruntai menjadi satu rangkaian yang secara subjektif
diabdikan kepada kepentingan nasional, khususnya kepentingan pembangunan.

Nasionalisme

Nasionalisme merupakan salah satu unsur dalam pembianaan kebangsaan atau


nation-building. Dalam proses pembinaan kebangsaan semua anggota masyarakat
bangsa dibentuk agar berwawasan kebangsaan serta berpola tatalaku secara khas yang
mencreminkan budaya maupun ideologi. Rasa kebangsaan merupakan perekat paling
dasar dari setiap anggota masyarakat bangsa yang karena sejarah dan budayanya
memiliki dorongan untuk menjadi satu dan bersatu tanpa pamrih di dalam satu wadah
Negara bangsa. Berabgai pengaruh luar secara potensial dapat mencairkan keinginan
Tugas Indivdu MK: Ideologi dan Ketahanan Nasional

menjadi satu untuk bersatu ataupun dapat pula secara potensial menimbulkan
keiniginan untuk bersatu tetap kuat namun disertai dengan rasa pamrih tertentu.

2. REGIONALISME, NASIONALISME, DAN KETAHANAN NASIONAL

Ada dua pengertian regionalisme yaitu artian positif dan yang negatif. Dalam
hubungannya dengan ketahanan nasional akan dipusatkan pada artian yang negative
yaitu itilah lain dari separatisme. Ancaman regionalisme negative ini terhadap suatu
Negara nasional memang tidak dapat dipandang ringan, baik pada suatu Negara
nasional baru maupun yang tua. Dapat dipahami bahwa dalam menghadapi ancaman
langsung terhadap eksistensinya itu cepat atau lambat pemerintah akan menggunakan
aksi militer baik dalam skala terbatasa maupun skala penuh. Tidak da Negara
manapun yang akan berdiam diri terhadap regionalisme ini. Walaupun aksi militer
dapat menyelesaikan secara taktis manifestasi berjaangka pendek dari regionalisme
namun tidak dapat menyelesaikannya secara mendasar. Penyelesaiannya secara
mendasar memerlukan rangkaian kebijaksanaan politik, ekonomi, social dan budaya,
sehingga masyarakat yang menjadi tumpuan regionalisme tersebut merasa nyaman
hidup dalam Negara nasional.

Akar Masalah Regionalisme

Masalah dasar yang terkandung dalam upaya menangkal serta menanggulangi


masalah regionalisme yang sedang dibicarakan sekarang ini adalah cara bagaimana
tatanan kenegaraan nasional di atas komunitas tradisional yang sudah ada. Walaupun
konsep Negara nasional mempraanggapkan adanya dukungan rakyat terhadap Negara
nasional yang mungkin didirikannya sendiri, namun dalam kenyataan dukungan
rakyat terhadap negara nasional tersebut tidak dapat dianggap sebagai sesuatu yang
given. Rakyat tidak demikian saja memberikan legitimasi terhadap kekuasaan
pemerintah pusat. Negara nasional bukan merupakan satu-satunya sasaran loyalitas
masyarakat. Walau Negara nasional telah ada dan berfungsi rakyat masih tetap masih
memelihara kesetiannya terhadap komunitas politik pranasional yang tersebar di
seluruh daerah. Tidak jarang di daerah-daerah tertentu komunitas pranasional ini agar
dapat berfungsi.

Nasionalisme dan Negara Nasional di Asia dan Afrika

Ditinjau dari segi terbentuknya Negara nasional, pertengahan kedua abad ke-
20 ini merupakan kurun yang menarik. Dalam kurun waktu setengah abad, secara
beruntun dalam dua gelombang telah terbentuk puluhan negara nasional baru di benua
Asia, di Afrika, di kawasan Eropa Timur serta di wilayah yang amat luas antara benua
Eropa dan Asia. Seluruh negara nasional ini menyandang misi besar, sebagai sarana
dan wahana untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi rakyatnya.
Sedangkan mengoperasikan negara nasional pada dasarnya merupakan suatu kiprah
Tugas Indivdu MK: Ideologi dan Ketahanan Nasional

manajemen pemerintahan yang harus mampu megalokasikan sumber daya nasional


yang serba terbatas pada demikian banyak golongan dalam masyarakat.

Dalam hubungannya dengan regionalisme, kelihatannya ada dua varian


naasionalisme ini. Varian pertama adalah varian yang cenderung pada tatanan yang
sentralistik, dan varian kedua cenderung pada tatanan yang desentralistik. Pada
umumnya dapat dikatakakan bahwa suatu pemerintahan pusat yang tidak pasti
terhadap loyalitas daerah tersebut terhadap negara nasional, akan cenderung terhadap
varian yang sentralistik. Selain itu, kredibilitas merupakan suatu hal yang dinamis,
yaitu dapat berubah menjadi baik dan juga dapat menjadi buruk. Dengan kata lain,
hubungan pribadi yang erat antara para pemimpin akan banyak mempengaruhi dalam
menciptakan suasana saling percaya di kalangan elite.

Regionalisme, Nasionalisme dan Ketahanan Nasional

Konsep ketahanan nasional timbul dalam kurun pasca kemerdekaan sebagai


suatu paradigma dari suatu negara nasional yang mampu mempertahankan
eksistensinya terhadap segala bentuk ancaman baik dari dalam negeri maupun dari
renungan dari luar negeri. Konsep ini timbul dari renungan terhadap sejarah nasional
Republik Indonesia yang ternyata tidak bebas dari berbagai masalah suatu negara
nasional baru. Secara umum dapat dikatakan bahwa nasionalisme yang menjadi raison
d’etre pembentukan negara masih tetap kuat. Ditinjau dari naluri manusiawi ini dapat
dikatakan bahwa eksistensi negara nasional maupun nasionalisme akan lebih baik jika
naluri kemanusiaan dari warganya mendapatkan perhatian, baik pemerintahan pusat
maupun pemerintah daerah. Dengan konsesus nasional kita untuk tetap berpegang
teguh pada Pancasila dan UUD 45, nasionalisme dan negara nasional mempunyai
legitimasi konstusional yang kokoh. Yang masih harus dikerjakan adalah
menjabarkan dan menidaklanjutinya secara manusiawi sehingga seluruh rakyat
merasa nyaman hidup di bawah lindungan-Nya.

3. NASIONALISME KONTEMPORER DAN RELEVANSI BAGI


INDONESIA

Nasionalisme menyerupai dewa romawi Janus yang bermuka dua. Di satu


pihak ia mengikat sebagian umat manusia dengan tali solidaritas atau bahkan cinta-
kasih yang baru. Perkembangan nasionalisme di panggung dunia terutama sejak
berakhirnya Perang Dingin lebih menonjolkan muka nasionalisme yang lebih
mengerikan sebagai pemisah yang sanggup membubarkan negara-negara
multinasional yang sudah lama berdiri dan nampak kokoh bahkan menyebabkan
kematian ratusan ribu korban. Perkembangan lain yang agak positif adalah
populernya konsep multiculturalism di neagara barat seperti Amerika Serikat,
Kanada, dan Australia. Kalau dulu keragaman budaya dan ras sering dianggap sebagai
sesuatu yang negatif yang harus diatasi secepat mungkin sekarang keragaman tersebut
Tugas Indivdu MK: Ideologi dan Ketahanan Nasional

lebih dipandang sebagai suatu kekayaan dan yang ditargetkan adalah integrasi atas
dasar saling menghormat antara kelompok etnis.

Negara-Civil Society-Nasionalisme
Dalam sejarah Barat perkembangan negara tidak bersamaan dengan pertumbuhan
civil society munculnya sistem hukum seperti Magna Charta dan civil society, dan lain
sebagainya. Pertumbuhan negara-nasion dalam abad ke 19 bersamaan dengan perkembangan
demokrasi, parlementarianisme dan konstitusionalisme, kesemuanya memantapkan
pembangunan civil-society. Gerakan nasional yang bertujuan untuk merealisasikan negara-
nasiona secara implicit mencakup prinsip-prinsip civil society. Dengan demikian pergerakan
nasional berjuang merealisasikan ideology nasionalisme sebagagai proses modernisasi kultur
politik Indonesia selaras dengan perubahan social serta konstelasi internasional.

Nasionalisme dan Proses Pembentukan Nation-State Republik Indonesia

Selama ini, yang secara formal yang diakui sebagai awal hari kebangkitan nasional di
Indonesia adalah terbentuknya Boedi Oetomo tanggal 20 Mei 1908. Namun perlu kita ingat
bahwa Boedi Oetomo masih bertumpuh pada konsep bangsa Jawa, dan secara sadar menjaga
jarak dengan mereka yang bukan pendukung kebudayaan Jawa. Setelah perang dunia
pertama, yaitu setelah Ratu Belanda Wihelmina mencederai November Belofte yakni janji
khidmatnya sebagai seorang Ratu untuk mengadakan reformasi pemerintahan di Hindia
Belanda. Pencederaan janji tersebut telah menimbulkan radikalisme kalangan kaum terpelajar
di Indonesia, bahkan dari aliran yang paling lunak sekalipun.

NASIONALISME DAN TANTANGAN GLOBAL MASA KINI

M'ohtar Mas'oed

Beberapa Pengertian

Nasionalisme merupakan program penciptaan citizenship. Konsepsi tentang bangsa dan


komitmen kebangsaan dipilah dalam dua pengertian: kebangsaan dalam pcnger- tian politik (political
nation), dan dalam pengertian kultural (cultural nation)(Smith, 1971:193-198). Dalam konsep politi-
ral nation, kebangsaan bersifat voluntaristik. Komitmen pada kebangsaan ditenhikan oleh kehendak
oleh individu. Pada aras struktural atau kebijakan, nasionalisme di pahami sebagai suatu bentuk
perpolitikan, suatu strategi politik. Dalam pengertian kedua ini, nasionalisme merupa kan bagian dari
fenomena politik. Karena politik adalah tentang kekuasaan dan kekuasaan selalu berkaitan dengan
persoalan pengendalian negara, maka nasionalisme selalu berceriaan dengan perkara memperoleh dan
menggunakan kekuasaan negara. Dengan kata lain, nasionalisme didefinisikan sebagai gerakan politik
yang berusaha memperoleh dan menerapkan kekuasaan negara dan memberi pembenaran terhadap

Kesenjangan
Tugas Indivdu MK: Ideologi dan Ketahanan Nasional

Dalam konteks transnasionlisme, namun menghadapi tantangan besar berujud kesenjangan


antara, di satu pihak wilayah formal wewenang politik yang mereka nyatakan sebagai milik mereka
dengan, di pihak lain, kenyataan Praktik dan struktur negara dan sistem ekonomi pada aras nasional,
regional maupun global. Kesenjangan antara ideal bahwa negara-negara nasional menentukan sendin
masa depannya dengan kenyataan bahwaekonomi dunia, berbagai organisasi dan lembaga
internasional, regional dan global, dan hukum internasional jam praktek mampu membentuk dan
mengendalai pilih-pilihan yang tersedia bagi negara negara ini. Kesenjangan itu bisa dilihat dalam
beberapa dimensi berikut: ekonomi dunia, organisasi internasional, dan hukum internasional.

Dalam dimensi ekonomi dunia, kesenjangan yang timpang adalah antara wewenang formal
negara dengan sistem produksi, distribusi dan pertukaran yang membatasi kekuasaan atau ruang
lingkup wewenang poli-nasional. Persoalan ini memuat beberapa dimensi. Pertama, dua bidang pokok
proses globalisasi, nasionalisasi produksi dan h'ansaksi finansial, ternyata banyak diorganisasikan
oleh MNC (korporasi multi-nasional) secara global.

Dalam hal organisasi internasional, kesenjangan itu timbul akibat semakin banyaknya rezim
dan organisasi intemasional yang dibentuk unhik mengelola berbagai bidang kegiatan transnasional
(seperti perdagangan, moneter, lingkungan hidup, perburuhan) dan berbagai masalah kebijakan
kolektif. Dalam hal mi ada beberapa hal yang menarik.

Pertama,perkembangan organisasi internasional dan transnasional telah menimbulkan banyak


perubahan dalam strukhir pembuatan keputusan dalam politik dunia. Paling tidak sejak 1980-an
muncul berbagai bentuk baru perpolitikan multinasional dan proses pembuatan keputusan kolektif
yang melibatkan peran berbagai aktor, seperti pemerintah nasional, bisnis maupun organisasi non-
pemcrintah nirlaba (ornop

Tiga Macam Reaksi

Program nasionalis yang muncul menanggapi tantangan global ihi bisa diklasifikasikan ke
dalam posisi berikut:

Pertama, zero-sum nationalism, yaitu posisi dari mereka yang mgm agar pemerintah
mengutamakan kepentingan nasional, walaupun itu bisa menimbulkan kerugian pada ekonomi negara
lain. Kedua adalah posisi laissez-faire cosmopolitan- ism, yang menegaskan bahwa pemerintah harus
mjnggir dari karena ekonomi, nasional maupun internasional. Dan ketiga adalah positive economic
nationalism yang menyarankan agar setiap negara memikul tanggungjawab meningkatkan secara
optimal kemampuan anggota masyarakatnya sehingga mencapai kehidupan yang produktif, tetapi
bersamaan dengan itu bekerjasama dengan negara-negara lain untuk menjamin agar peningkatan itu
tidak merugikan bangsa-bangsa Iain. Dalam kalimat Robert Reich: Sambii mengerjakan kebunnya
Tugas Indivdu MK: Ideologi dan Ketahanan Nasional

sendiri agar menghasilkan panen yang bagus, setiap orang juga punya tanggung jawab kedua untuk
membuat agar kebun-kebun lain juga menikmati panen yang sama bagusnya (Reich, 1991:311 -

312).

Perdebatan ekonomi-politik dalam masyarakat politik Indonesia umumnya berkisar pada dua
posisi pertama. Para pendukung posisi zero-sum nationalists selalu khawatir bahwa bergabung dalam
ekonomi global akan menyebabkan ekonomi Indonesia tergantung pada /kemauan-baik' politik dan
komersial mitra ekonominya. Berhubung dengan pembagian kerja internasional yang digalak- an oleh
ekonomi neo-liberal masakini, apakah mitra itu isa diandalkan sebagai pemasok barang dan jasa di
kala indonesia memerlukannya? Sebaliknya, posisi laissez-faire cosmopolitanists justru
menggalakkan globalisme. Argumennya, antara lain, adalah bahwa tidak penting siapa yang memiliki
asset kita, karena dalam ekonomi global setiap actor bisa memanfaatkan kapital, sumberdaya dan
fasilitas produksi yang di wilayah geografis dimanapun di dunia. Ekonomi nasional tidak harus
swasembada dalam semua barang dan jasa, karena mitra dagang kita akan memasok kita dengan
produk, komponen atau apapun yang

di perlukan. Dengan kata lain, kalau kita bisa beli, kita perlu membuat sendiri. Paling tidak yang
kelihatan permukaan, banyak kebijakan pemerintah lebih cenderung mendukung posisi kaum globalis
ini.

Kebangkitan Faham Voluntaris?

Dominasi posisi globalis di berbagai wacana ekonomipilitik nampaknya telah melahirkan


sikap yang voluntaris dalam hal nasionalisme. Bagi sekelompok kecil yang terlihat dan memimpikan
keuntungan dari proses globalisasi itu, kewarganegaraan adalah persoalan pilih subyektif seseorang.
Karena sudah tidak menguntungkan menjadi warganegara Indonesia, seseorang bisa pindah dan
berganti kewarganegaraan ke negara lain. Nasionalis bukan lagi merupakan persoalan komitmen
kultural mendalam, tetapi sekedar pragmatisme politik dan Dnomi. Namun, benarkah demikian?
Mengembangkan 'Positive Nationalism' Seperti telah dismggung di atas, peningkatan intensitas
globalisasi menurut jalan kapitalis itu punya potensi besar untuk memperburuk ketimpangan sosial
ekonomi.

Dalam keadaan yang memburuk dan serba tidak pasti seperti itu bisa diduga bahwa orang
akan kembali mencari pegangan ke paham nasionalisme. Mengapa ke nasionalisme? .Pertama, karena
nasionalisme bisa memberikan iden- titas yang lebih teguh dan lebih bermakna daripada ikatan-ikatan
sosial seperti kelas dan asosiasi kepentingan materiil lain. Tidak seperti yang banyak diteorikan dalam
ilmu sosial yang konservatif, nasionalisme bukanlah patologi dari jaman modern; nasionalisme
mungkin justru bisa mengajukan jawaban terhadap berbagai penyakit modernisme, seperti alienasi,
kecemasan, phobia, perasaan sebagai orang yang tak berguna dan berbagai gangguan kejiwaan lain
Tugas Indivdu MK: Ideologi dan Ketahanan Nasional

(Tamir, 1966:433).

Kedua, karena setting atau konteks kelembagaan nasionalis itulah yang paling dikenal oleh
sebagian besar manusia. Walaupun ada beberapa setting lain yang bisa membantu manusia mencapai
tujuan hidupnya yang paling dominan dalam wacana umum masa kini adalah pasar dan negara-
bangsa. Beberapa konteks kelembagaan lain ihi masih memerlukan upaya pengenalan. Dengan kata
lain, nasionalisme adalah doktrin yang paling siap sebagai alternatif pasar. rendah, berdiri sama tinggi'
dengan bangsa lain.

PENDIDIKAN DAN KETAHANAN NA-

SIGNAL PADA ABAD XXI

Ketahanan Nasional

Aspek survival tentu saja paling penting dalam pendidikan dan.ketahanan nasional. Sesudah
hal itu tercapai, baru timbul soal survival yang bagaunana, dengan perkataan lain mutu bertahan
hidup. Dalam hal ini terlihat strategi mencari makan dan strategi makan. Dalam aspek kedua,
sekuritas budaya dapat terganggu oleh penetrasi dan mvasi diam-diam unsur budaya asing yang tidak
serasi, bahkan bertentangan atau tidak sempat disesuaikan dengan unsur-unsur nasional. Budaya yang
tidak kuat atau pendukungnya yang belum homogen akan mudah mengalami gangguan homeostatis,
keluar dari rel filsaf at bangsa. Globalisasi dan universalisasi gaya hidup dan sikap hidup mudah
mengacau pada gilirannya batas-batas real dan abstrak negara-negara, serta mengikis patriotisma.

Pengaruh yang diperoleh dari luar tidak hanya pengaruh ekonomi dan seni, melainkan juga
pengaruh gaya hidup negara-negara dominan, kosmopolitanisma, gagasan moral, politik dan militer,
serta ekologis dan agama. Acap- kali kita mencampuradukkan faktor-faktor Barat dan
menganggapnya sinonim dengan urban, teknologis, agama, filsafat ekonomi dan sosial, desakan
militer dan politis, pikiran-pikiran pengemas program TV dan isi media cetak. Salah mengidentifikasi
sebab dapat merumbulkan kekeliruan tindakan unhik menetralisasmya.

Bahaya terhadap ketahanan nasional tidak lagi hanya berapa serangan militer dari luar seperti
kolonialisma dan imperialisma zaman dulu. Penguasaan sumber-sumber daya internasional tidak
dilakukan langsung, melainkan dengan bantuan dari dalam negeri. Yang paling berbahaya dalam
persenjataan global sekarang adalah masih adanya senjata nuklear dalam tangan beberapa negara
besar dan sebuah negara kecil. Banyak senjata konvensional yang dibuat juga akan mengganggu
sekuritas masyarakat dan perdamaian pada berbagai peringkat.
Tugas Indivdu MK: Ideologi dan Ketahanan Nasional

You might also like