Professional Documents
Culture Documents
C2a022005 - Irsyad Muhammad - Tugas Terstruktur Ekonomi Publik
C2a022005 - Irsyad Muhammad - Tugas Terstruktur Ekonomi Publik
EKONOMI PUBLIK
“Peran Pemerintah Indonesia Dalam Menjaga, Membangun dan
Menggerakkan Perekonomian Baiki Dibidng Produksi, Konsumsi dan
Didtribusi Sebelum dan Saat Pendemik Covid 19”
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. KAMIO, S.E.
Oleh :
IRSYAD MUHAMMAD
NIM :
C2A022005
1
daerah, demografi, dan kondisi sosial ekonomi masyarakatnya. Di samping itu,
kebijakan APBD dapat disinergikan untuk mendorong percepatan pemulihan
ekonomi di daerah.
Di samping itu, masyarakat dan pelaku usaha termasuk UMKM juga
mempunyai peran yang strategis dalam mempercepat pemulihan ekonomi
Indonesia. Pemerintah memberikan kemudahan/stimulus fiskal dan moneter,
seyogyanya disambut dengan positif oleh pelaku usaha dengan menggerakkan
usahanya secara baik.
2
Pemerintah berusaha menggerakkan dunia usaha melalui pemberian
insentif/stimulus kepada UMKM dan korporasi. Untuk UMKM, pemerintah
antara lain memberikan penundaaan angsuran dan subsidi bunga kredit perbankan,
subsidi bunga melalui Kredit Usaha Rakyat dan Ultra Mikro, penjaminan modal
kerja sampai Rp10 miliar dan pemberian insentif pajak misalnya Pajak
Penghasilan (PPh Pasal 21) Ditanggung Pemerintah. Untuk korporasi, Pemerintah
memberikan insentif pajak antara lain bebas PPh Pasal 22 impor, pengurangan
angsuran PPh Pasal 25 dan pengembalian pendahuluan PPN; menempatkan dana
Pemerintah di perbankan untuk restrukturisasi debitur. Pemerintah juga
memberikan penjaminan modal kerja untuk korporasi yang strategis, prioritas atau
padat karya.
Dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi nasional, Bank Indonesia
menjaga stabilisasi nilai tukar Rupiah, menurunkan suku bunga, melakukan
pembelian Surat Berharga Negara, dan stabilitas makroekonomi dan sistem
keuangan. Tujuan penurunan suku bunga adalah meningkatkan likuiditas
keuangan untuk mendorong aktivitas dunia usaha.
Kebijakan pemerintah seperti hilirisasi, ISI, pengaturan
ekspor/impor, pengendalian penetapan BI rate dan kurs valas, serta asumsi
dasar makroekonomi dapat memiliki dampak yang signifikan pada
perekonomian Indonesia. Namun, efektivitas kebijakan ini tergantung pada
berbagai faktor seperti implementasi yang baik, koordinasi antara berbagai
lembaga terkait, dan kebijakan yang tepat sesuai dengan kondisi ekonomi saat ini.
Kebijakan hilirisasi, misalnya, dapat membantu meningkatkan nilai
tambah dari produk dalam negeri dan mengurangi ketergantungan terhadap impor.
Namun, keberhasilan kebijakan ini memerlukan dukungan infrastruktur yang
memadai, akses ke teknologi dan pengetahuan, serta dukungan keuangan yang
memadai.
Kebijakan ISI (Import Substitution Industrialization) juga dapat
meningkatkan produksi dalam negeri dan mengurangi impor. Namun, kebijakan
ini juga memiliki risiko dalam bentuk proteksionisme dan menghambat
persaingan yang sehat.
Pengaturan ekspor/impor, terutama dalam bentuk regulasi dan insentif,
dapat membantu mengatur pasokan dan permintaan di pasar domestik dan
3
internasional. Namun, kebijakan ini perlu dilakukan dengan hati-hati agar tidak
mengganggu perdagangan bebas dan menghambat pertumbuhan ekonomi.
Kebijakan moneter seperti pengendalian penetapan BI rate dan kurs valas
dapat mempengaruhi tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Namun, kebijakan
ini juga perlu dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari dampak negatif pada
stabilitas keuangan dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Sedangkan, asumsi dasar makroekonomi merupakan landasan penting
dalam perencanaan kebijakan ekonomi. Asumsi yang realistis dan akurat dapat
membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan yang tepat dan mendorong
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Secara keseluruhan, kebijakan pemerintah Indonesia dalam menjaga,
membangun, dan menggerakkan perekonomian sebelum dan selama pandemi
Covid-19 telah cukup efektif dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
mengurangi kesenjangan pendapatan. Namun, masih ada banyak hal yang dapat
ditingkatkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan
distribusi pendapatan yang lebih merata, seperti meningkatkan investasi,
menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi ketergantungan pada impor.