You are on page 1of 20

BEHIND THE MASK

Diterbitkan untuk kalangan terbatas


Ditulis Ulang Oleh : Rigen Adirald
Jl. Tanah Mas RT. 002 RW. 001 Kel. Tanah Mas
Sampit Kalimantan Tengah

Ilustrasi sampul oleh: Rigen Adirald


Cetakan pertama, Mei 2023
Tebal : 17 halaman
Isi : Dasar-Dasar Bermain Drama

Hak Cipta dilindungi undang-undang


No. 19 Tahun 2002, pasal 72, ayat (2)
“Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, mengedarkan
atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang
hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
DAFTAR ISI
D A F T A R I S I __________________________________________________ 1
I. PENDAHULUAN _________________________________________________ 2
II. NASKAH _______________________________________________________ 2
2.1. Dialog __________________________________________________________ 2
2.2. Tema ___________________________________________________________ 2
2.3. Tokoh __________________________________________________________ 2
2.4. Plot ____________________________________________________________ 3
2.4.1. Pemaparan (eksposisi) _________________________________________ 3
2.4.2. Komplikasi awal atau konflik awal _______________________________ 3
2.4.3. Klimaks dan krisis _____________________________________________ 3
2.4.4. Penyelesaian (denouement) ____________________________________ 3
III. LATIHAN DASAR ________________________________________________ 3
3.1. BLOCKING _______________________________________________________ 3
3.2. MEDITASI _______________________________________________________ 5
3.3. KONSENTRASI ___________________________________________________ 5
3.4. PERNAPASAN ____________________________________________________ 6
3.5. VOKAL __________________________________________________________ 7
3.6. ARTIKULASI _____________________________________________________ 8
3.7. INTONASI _______________________________________________________ 8
3.8. WARNA SUARA __________________________________________________ 9
3.9. GESTIKULASI ____________________________________________________ 10
3.10. OLAH TUBUH _________________________________________________ 10
3.11. GERAK DAN VOKAL ____________________________________________ 13
3.12. PENGGUNAAN PANCA INDERA ___________________________________ 13
3.13. KARAKTERISASI _______________________________________________ 14
3.14. OBSERVASI ___________________________________________________ 15
3.15. ILUSI ________________________________________________________ 15
3.16. IMAJINASI ____________________________________________________ 15
3.17. EMOSI _______________________________________________________ 16
3.18. PENGHAYATAN _______________________________________________ 16
IV. KOMPOSISI PENTAS ____________________________________________ 17

1
I. PENDAHULUAN

Drama adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas
pentas dengan media percakapan (dialog), gerak dan tingkah laku. Naskah
merupakan hal utama dalam bermain drama (modern) karena ia merupakan
panduan bagi para pemeran (aktor) di atas pentas. Selain naskah, ada unsur-unsur
lain yang sangat menentukan yaitu dekorasi (setting), musik, lighting, make
up,kostum,nyanyian, tarian, dan unsur penunjang lainnya.

II. NASKAH

Naskah di sini diartikan sebagai bentuk tertulis dari suatu drama. Sebuah naskah
walaupun telah dimainkan berkali-kali, dalam bentuk yang berbeda-beda, naskah
tersebut tidak akan berubah mutunya. Sebaliknya sebuah atau beberapa drama
yang dipentaskan berdasarkan naskah yang sama dapat berbeda mutunya. Hal ini
tergantung pada penggarapan dan situasi, kondisi, serta tempat di mana dimainkan
naskah tersebut. Selain dialog, sebuah naskah yang baik harus memiliki tema, tokoh
dan plot atau rangka cerita.

2.1. Dialog
Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama para tokoh harus berbicara dan apa
yang diutarakan mesti sesuai dengan perannya, dengan tingkat kecerdasannya,
pendidikannya, dsb. Dialog berfungsi untuk mengemukakan persoalan, menjelaskan
perihal tokoh, menggerakkan plot maju, dan membukakan fakta.

2.2. Tema
Tema adalah rumusan inti sari cerita yang dipergunakan dalam menentukan arah
dan tujuan cerita. Dari tema inilah kemudian ditentukan tokoh-tokohnya.

2.3. Tokoh
Dalam cerita drama tokoh merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi
penggerak cerita. Oleh karena itu seorang tokoh haruslah memiliki karakter, agar
dapat berfungsi sebagai penggerak cerita yang baik. Disamping itu, dalam naskah
akan ditentukan dimensi-dimensi sang tokoh. Biasanya ada 3 dimensi yang
ditentukan yaitu:

Dimensi sosiologi (ciri-ciri badani) antara lain: usia, jenis kelamin, keadaan tubuh
dan ciri-ciri muka. Dimensi sosiologi (latar belakang) kemasyarakatan misalnya
status sosial, pendidikan, pekerjaan, peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi,
pandangan hidup, agama, hobby, dan sebagainya.

Dimensi psikologis (latar belakang kejiwaan) misalnya temperamen, mentalitas,


sifat, sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam bidang tertentu,
kecakapan, dan lain sebagainya. Apabila kita mengabaikan salah satu saja dari
ketiga dimensi diatas, maka tokoh yang akan kita perankan akan menjadi tokoh yang
kaku, timpang, bahkan cenderung menjadi tokoh yang mati.

2
2.4. Plot
Plot adalah alur atau kerangka cerita. Plot merupakan suatu keseluruhan
peristiwa didalam naskah. Secara garis besar, plot drama dapat dibagi menjadi
beberapa bagian yaitu:

2.4.1. Pemaparan (eksposisi)


Bagian pertama dari suatu pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi.
Pada bagian ini diceritakan mengenai tempat, waktu dan segala situasi dari para
pelakunya. Kepada penonton disajikan sketsa cerita sehingga penonton dapat
meraba dari mana cerita ini dimulai. Jadi eksposisi berfungsi sebagai pengantar
cerita. Pada umumnya bagian ini disajikan dalam bentuk sinopsis.

2.4.2. Komplikasi awal atau konflik awal


Kalau pada bagian pertama tadi situasi cerita masih dalam keadaan seimbang
maka pada bagian ini mulai timbul suatu perselisihan atau komplikasi. Konflik
merupakan kekuatan penggerak drama.

2.4.3. Klimaks dan krisis


Klimaks dibangun melewati krisis demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam
adegan. Konflik adalah satu komplikasi yang bergerak dalam suatu klimaks.

2.4.4. Penyelesaian (denouement)


Drama terdiri dari sekian adegan yang di dalamnya terdapat krisis-krisis yang
memunculkan beberapa klimaks. Satu klimaks terbesar dibagian akhir selanjutnya
diikuti adegan penyelesaian.

III. LATIHAN DASAR

Dalam bermain drama ada yang disebut dengan akting. Akting adalah pelafalan
dialog (yang tertulis di dalam naskah) disertai dengan gerak atau gesture.

Seorang aktor dikatakan baik apabila ia sanggup membawakan dialog sesuai


dengan karakter tokoh yang diperankannya. Dialog itu bisa terdengar (volume baik),
jelas (artikulasi baik), dimengerti (lafal benar), dan aktor bisa menghayati sesuai
dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah. Seorang aktor yang
baik akan mampu membawakan dialog tersebut dengan gerak yang pas (tidak
berlebihan atau dibuat-buat). Ia bergerak dengan leluasa (blocking baik) tidak ragu
ragu (meyakinkan), dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan), dan
juga bisa menghayati sesuai dengan tuntutan peran yang ditentukan dalam naskah.

3.1. BLOCKING
Blocking adalah kedudukan aktor pada saat di atas pentas. Dalam permainan
drama, blocking yang baik sangat diperlukan, oleh karena itu pada waktu bermain
kita harus selalu mengontrol tubuh kita agar tidak merusak blocking. Blocking
tersebut harus seimbang, utuh, bervariasi dan memiliki titik pusat perhatian serta
wajar.Jelas, tidak ragu ragu, meyakinkan. Kesemuanya itu mempunyai pengertian
bahwa gerak yang dilakukan jangan setengah setengah dan jangan sampai
berlebihan. Kalau ragu ragu terkesan kaku sedangkan kalau berlebihan terkesan
over acting.

3
Beberapa prinsip dasar dalam mengolah blocking di antaranya:

1. Dimengerti (jelas)
Apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum gerak
dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan
kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb.

Blocking harus memiliki motivasi yang jelas berarti gerak-gerak anggota tubuh
maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan peran dalam naskah.

2. Seimbang
Seimbang berarti kedudukan pemain, termasuk juga benda-benda yang ada
diatas panggung (setting) tidak mengelompokkan di satu tempat, sehingga
mengakibatkan adanya kesan berat sebelah. Jadi semua bagian panggung harus
terwakili oleh pemain atau benda-benda yang ada di panggung. Penjelasan lebih
lanjut mengenai keseimbangan panggung ini akan disampaikan pada bagian
mengenai "Komposisi Pentas".

3. Utuh
Utuh berarti blocking yang ditampilkan hendaknya merupakan suatu kesatuan.
Semua penempatan dan gerak yang harus dilakukan harus saling menunjang dan
tidak saling menutupi.

4. Bervariasi
Bervariasi artinya bahwa kedudukan pemain tidak disuatu tempat saja, melainkan
membentuk komposisi-komposisi baru sehingga penonton tidak jenuh.

Keadaan seorang pemain jangan sama dengan kedudukan pemain lainnya.


Misalnya sama-sama berdiri, sama-sama jongkok, menghadap ke arah yang sama,
dsb. Kecuali kalau memang dikehendaki oleh naskah.

5. Memiliki titik pusat


Memiliki titik pusat artinya setiap penampilan harus memiliki titik pusat perhatian.
Hal ini penting artinya untuk memperkuat peranan lakon dan mempermudah
penonton untuk melihat dimana sebenarnya titik pusat dari adegan yang sedang
berlangsung. Antara pemain juga jangan saling mengacau sehingga akan
mengaburkan dimana sebenarnya letak titik perhatian.

6. Wajar
Wajar artinya setiap penempatan pemain ataupun benda-benda haruslah tampak
wajar, tidak dibuat-buat. Disamping itu setiap penempatan juga harus memiliki
motivasi dan harus beralasan. Dalam drama kontemporer kadang-kadang naskah
tidak menuntut blocking yang sempurna, bahkan kadang-kadang juga sutradara atau
naskah itu sendiri sama sekali meninggalkan prinsip-prinsip blocking. Ada juga
naskah yang menuntut adanya gerak-gerak yang seragam diantara para pemainnya.

4
3.2. MEDITASI
Secara umum arti meditasi adalah mencoba untuk menenangkan pikiran. Dalam
teater dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk menenangkan dan mengosongkan
pikiran dengan tujuan untuk memperoleh kestabilan diri.

Tujuan Meditasi :

a. Mengosongkan Pikiran.
Kita mencoba mengosongkan pikiran kita, dengan jalan membuang segala
sesuatu yang ada dalam pikiran kita, tentang berbagai masalah baik itu masalah
keluarga, sekolah, pribadi dan sebagainya. Kita singkirkan semua itu dari otak kita
agar pikiran kita bebas dari segala beban dan ikatan.

b. Meditasi sebagai jembatan.


Disini alam latihan kita sebut sebagai alam "semu", karena segala sesuatu yang
kita kerjakan dalam latihan adalah semu, tidak pernah kita kerjakan dalam kehidupan
sehari-hari. Jadi setiap gerak kita akan berbeda dengan kelakuan kita sehari-hari.
Untuk itulah saya kita memerlukan suatu jembatan yang akan membawa kita dari
alam kehidupan kita sehari-hari ke alam latihan.

Cara Meditasi:

1. Posisi tubuh tidak terikat, dalam arti tidak dipaksakan. Tetapi yang biasa
dilakukan adalah dengan duduk bersila, badan usahakan tegak. Cara ini
dimaksudkan untuk memberi bidang/ruangan pada rongga tubuh sebelah dalam.
2. Atur pernapasan dengan baik, hirup udara pelan-pelan dan keluarkan juga
dengan perlahan. Rasakan seluruh gerak peredaran udara yang masuk dan
keluar dalam tubuh kita.
3. Kosongkan pikiran kita, kemudian rasakan suasana yang ada disekeliling kita
dengan segala perasaan. Kita akan merasakan suasana yang hening, tenang,
bisu, diam tak bergerak. Kita menyuruh syaraf kita untuk lelap, kemudian kita siap
untuk berkonsentrasi.
Catatan :

Pada suatu saat mungkin kita kehilangan rangsangan untuk berlatih, seolah-olah
timbul kelesuan dalam dan ucapan. Hal ini sering terjadi akibat diri

terlalu lelah atau terlalu banyak pikiran. Jika hal ini tidak diatasi dan kita paksakan
untuk berlatih, maka akan sia-sia belaka. mengatasi adalah dengan

MEDITASI. Meditasi juga perlu dilakukan bila kita akan bermain di panggung,
agar kita dapat mengkonsentrasikan diri kita dengan peran yang hendak kita
bawakan.

3.3. KONSENTRASI
Konsentrasi secara umum berarti "pemusatan". Dalam teater kita mengartikannya
dengan pemusatan pikiran terhadap alam latihan atau peran-peran yang akan kita
bawakan agar kita tidak terganggu dengan pikiran-pikiran lain, sehingga kita dapat
menjiwai segala sesuatu yang kita kerjakan.

5
Cara konsentrasi :

Kita harus melakukan dahulu meditasi. Kita kosongkan dulu pikiran kita, dengan
cara-cara yang sudah ditentukan. Kita kerjakan sesempurna mungkin agar pikiran
kita benar-benar kosong dan siap berkonsentrasi.

Setelah pikiran kita kosong, mulailah memasuki otak kita dengan satu unsur
pikiran. Rasakan bahwa saat ini sedang latihan, kita memasuki alam semu yang
tidak kita dapati dalam kehidupan sehari-hari. Jangan memikirkan yang lain, selain
bahwa kita saat ini sedang latihan teater.

*Catatan : Pada saat kita akan membawakan suatu peran, misalnya sebagai ayah,
nenek, gadis pemalu dan sebagainya, baik itu dalam latihan atau pementasan,
konsentrasikan pada hal tersebut. Jangan sekali-kali memikirkan yang lain.

3.4. PERNAPASAN
Seorang artis panggung, baik itu dramawan ataupun penyanyi, maka untuk
memperoleh suara yang baik ia memerlukan pernapasan yang baik pula. Oleh
karena itu ia harus melatih pernapasan/alat-alat pernapasannya serta
mempergunakannya secara tepat agar dapat diperoleh hasil yang maksimum, baik
dalam latihan ataupun dalam pementasan.

Ada empat macam pernapasan yang biasa dipergunakan:

1. Pernapasan dada
Pada pernapasan dada kita menyerap udara kemudian kita masukkan ke rongga
dada sehingga dada kita membusung. Di kalangan orang orang teater pernapasan
dada biasanya tidak dipergunakan karena disamping daya tampung atau kapasitas
dada untuk udara sangat sedikit, juga dapat mengganggu gerak/akting sang aktor,
karena bahu menjadi kaku.

2. Pernapasan perut
Dinamakan pernapasan perut jika udara yang kita hisap kita masukkan ke dalam
perut sehingga perut kita menggelembung. Pernapasan perut dipergunakan oleh
sebagian dramawan, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya
lebih banyak dibandingkan dada.

3. Pernapasan lengkap
Pada pernapasan lengkap kita mempergunakan dada dan perut untuk
menyimpan udara, sehingga udara yang kita serap sangat banyak (maksimum).
Pernapasan lengkap dipergunakan oleh sebagian artis panggung yang biasanya
tidak terlalu mengutamakan akting, tetapi mengutamakan vokal.

4. Pernapasan diafragma
Diafragma adalah bagian tubuh kita yang terletak diantara rongga dada dan perut.
Sedangkan yang dimaksud dengan Pernapasan diafragma adalah ketika sang aktor
itu mengambil udara sebanyak-banyaknya kemudian disimpan di diafragma dan
rasakan bahwa diafragma itu benar-benar mengembang. Hal ini dapat kita rasakan

6
dengan mengembangnya perut, pinggang, bahkan bagian belakang tubuh di sebelah
atas pinggul kita juga turut mengembang.

Akhir-akhir ini, banyak orang teater yang mempergunakan pernapasan diafragma,


karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak
dibandingkan dengan pernapasan perut.

Latihan latihan pernapasan :

Pertama kita menyerap udara sebanyak mungkin. Kemudian masukkan ke dalam


dada, kemudian turunkan ke perut, sampai di situ napas kita tahan. Dalam keadaan
demikian tubuh kita gerakkan turun sampai batas maksimum bawah. Setelah sampai
di bawah, lalu naik lagi ke posisi semula, barulah napas kita keluarkan kembali.

Cara kedua adalah menarik napas dan mengeluarkannya kembali dengan cepat.

Cara berikutnya adalah menarik napas dalam dalam, kemudian keluarkan lewat
mulut dengan mendesis, menggumam, ataupun cara cara lain. Di sini kita sudah
mulai menyinggung vokal.

*Catatan: Bila sudah menentukan pernapasan apa yang akan kita pakai,
disarankan agar janganlah beralih ke bentuk pernapasan yang lain.

3.5. VOKAL
Untuk menjadi seorang pemain drama yang baik, maka dia harus mempunyai
dasar vokal yang baik pula. "Baik" dalam pengertian:

- dapat terdengar (dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang paling


belakang),
- jelas (artikulasi/pengucapan yang tepat),
- tersampaikan misi (pesan) dari dialog yang diucapkan, dan
- tidak monoton.

Untuk mempunyai vokal yang baik ini, maka perlu dilakukan latihan latihan vokal.
Banyak cara, yang dilakukan untuk melatih vokal, antara lain:

1) Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menghentakan suara "wah
…" dengan energi suara. Lakukan ini berulang kali.
2) Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menggumam "mmm …
mmm …" (suara keluar lewat hidung).
3) Sama dengan latihan kedua, hanya keluarkan dengan suara mendesis,"ssss …
… ."
4) Hirup udara banyak-banyak, kemudian keluarkan vokal "aaaaa … … ." sampai
batas napas yang terakhir. Nada suara jangan berubah.
5) Sama dengan latihan di atas, hanya nada (tinggi rendah suara) diubah-ubah
naik turun (dalam satu tarikan napas).
6) Keluarkan vokal "a … ..a … …" secara terputus-putus.
7) Keluarkan suara vokal "a i u e o", "ai ao au ae ", "oa oi oe ou", "iao iau iae aie
aio aiu oui oua uei uia ......" dan sebagainya.
8) Berteriaklah sekuat kuatnya sampai ke tingkat histeris.

7
9) Bersuara, berbicara, berteriak sambil berjalan, jongkok, bergulung gulung,
berlari, berputar putar dan berbagai variasi lainnnya.

* Catatan :

Apabila suara kita menjadi serangkaian latihan tadi, janganlah takut. Hal ini biasa
terjadi apabila kita baru pertama kali melakukan. Sebabnya adalah karena lendir
lendir di tenggorokan terkikis, bila kita bersuara keras. Tetapi bila kita sudah terbiasa,
tenggorokan kita sudah agak longgar dan selaput suara (larink) sudah menjadi
elastis. Maka suara yang serak tersebut akan menghilang dengan sendirinya. Dan
ingat, janganlah alat alat suara untuk, sebab apabila dipaksakan akan dapat
merusak alat alat suara kita. Berlatihlah dalam batas-batas yang wajar.

Latihan ini biasanya dilakukan di alam terbuka. misalnya di gunung, di tepi sungai,
di dekat air terjun dan sebagainya. Disana kita mencoba mengalahkan suara suara
disekitar kita, disamping untuk menghayati karunia Tuhan.

3.6. ARTIKULASI
Artikulasi yang dimaksud adalah pengucapan kata melalui mulut agar terdengar
dengan baik dan benar serta jelas, sehingga telinga pendengar/penonton dapat
mengerti pada kata-kata yang diucapkan. Pada pengertian artikulasi ini dapat
ditemukan beberapa sebab yang mengakibatkan terjadinya artikulasi yang
kurang/tidak benar, yaitu:

1. Cacat artikulasi alami: cacat artikulasi ini dialami oleh orang yang berbicara gagap
atau orang yang sulit mengucapkan salah satu konsonan, misalnya "r", dan
sebagainya.
2. Artikulasi jelek; ini bukan disebabkan karena cacat artikulasi, melainkan terjadi
sewaktu-waktu. Hal ini sering terjadi pada pengucapan naskah/dialog. Misalnya:
Kehormatan menjadi kormatan, menyambung menjadi mengambung, dan
sebagainya.

Artikulasi jelek disebabkan belum terbiasa pada dialog, pengucapan terlalu cepat,
gugup, dan sebagainya. Sedangkan artikulasi menjadi tak tentu: hal ini terjadi karena
pengucapan kata/dialog terlalu cepat, seolah olah kata demi kata berdempetan tanpa
adanya jarak sama sekali.

Untuk mendapatkan artikulasi yang baik, maka kita harus melakukan latihan:

1. Mengucapkan alfabet dengan benar, perhatikan bentuk mulut pada setiap


pengucapan. Ucapkan setiap huruf dengan nada-nada tinggi, rendah, sengau,
kecil, besar, dsb. Juga ucapkanlah dengan berbisik.
2. Variasikan dengan pengucapan lambat, cepat, naik, turun, dsb.
3. Membaca kalimat dengan berbagai variasi seperti di atas. Perhatikan juga
bentuk mulut.

3.7. INTONASI
Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak menggunakan intonasi,
maka akan terasa monoton, datar dan membosankan. Yang dimaksud intonasi di sini

8
adalah tekanan-tekanan yang diberikan pada kata, bagian kata atau dialog. Dalam
tatanan intonasi, terdapat tiga macam, yaitu:

 Tekanan Dinamik (keras lemah)


Ucapkanlah dialog pada naskah dengan melakukan penekanan-penekanan pada
setiap kata yang memerlukan penekanan. Misalnya saya pada kalimat "Saya
membeli pensil ini" Perhatikan bahwa setiap tekanan memiliki arti yang berbeda.
Misal:

- SAYA membeli pensil ini. (Saya, bukan orang lain)


- Saya MEMBELI pensil ini. (Membeli, bukan, menjual)
- Saya membeli PENSIL ini. (Pensil, bukan buku tulis)
- Tekanan Nada (tinggi rendah)

Cobalah mengucapkan kalimat/dialog dengan memakai nada/aksen, artinya tidak


mengucapkan seperti biasanya. Yang dimaksud di sini adalah
membaca/mengucapkan dialog dengan Suara yang naik turun dan berubah-ubah.
Jadi yang dimaksud dengan tekanan nada ialah tekanan tentang tinggi rendahnya
suatu kata.

 Tekanan Tempo
Tekanan tempo adalah memperlambat atau mempercepat pengucapan. Tekanan
ini sering dipergunakan untuk lebih mempertegas apa yang kita maksudkan. Untuk
latihannya cobalah membaca naskah dengan tempo yang berbeda-beda. Lambat
atau cepat silih berganti.

3.8. WARNA SUARA


Hampir setiap orang memiliki warna suara yang berbeda. Demikian pula usia
sangat mempengaruhi warna suara. Misalnya saja seorang kakek, akan berbeda

warna suaranya dengan seorang anak muda. Seorang ibu akan berbeda warna
suaranya dengan anak gadisnya. Apalagi antara laki laki dengan perempuan, akan
sangat jelas perbedaan warna suaranya. Jadi jelaslah bahwa untuk membawakan
suatu dialog dengan baik, maka selain harus memperhatikan artikulasi, gestikulasi
dan intonasi, harus memperhatikan juga warna suara. Sebagai latihan dapat dicoba
mengubah-ubah warna suara dengan menirukan warna suara seorang tua,
pengemis, anak kecil, dan lain sebagainya.

Untuk latihan cobalah membaca naskah berikut ini dengan menggunakan dasar
dasar vokal seperti di atas.

(Kang Dul masuk tergopoh gopoh)

Kang Dul: Aduh Mas … .e … ..e … ..itu, Mas … . Anu … . Mas … .a … .a … .ada
mahasiswa bawa mobil, pakaiannya bagus. Saya takut, Mas, mungkin dia orang
kota, Mas. Bambang: Goblog ! Kenapa Takut ? Kenapa tidak kau kumpulkan saja
orang-orangmu untuk mengusirnya ?

9
Pak Slamet: (kepada Bambang) Kau lebih-lebih Goblog ! Kau membohongi saya !
Kau tadi lapor apa ?! Sudah tidak ada orang kota yang masuk ke daerah kita, hei !
(sambil mencengkeram Bambang).

- Bambang: Sungguh, Pak, sudah lama tidak ada orang kota yang masuk.
- Pak Slamet: (membentak sambil mendorong) Diam Kamu !
- (kepada Kang Dul) Di mana dia sekarang ?
- Kang Dul: Di sana Pak, nongkrong di kantin sambil main laptop.

Selain mengenai dasar dasar vokal di atas, dalam sebuah dialog diperlukan juga
adanya suatu penghayatan. Mengenai penghayatan ini akan diterangkan dalam
bagian tersendiri.

3.9. GESTIKULASI
Gestikulasi adalah suatu cara untuk memenggal kata dan memberi tekanan pada
kata atau kalimat pada sebuah dialog. Jadi seperti halnya artikulasi, gestikulasi pun
merupakan bagian dari dialog, hanya saja fungsinya yang berbeda. Gestikulasi tidak
disebut pemenggalan kalimat karena dalam dialog satu kata dengan satu kalimat
kadang kadang memiliki arti yang sama. Misalnya kata "Pergi !!!!" dengan kalimat
"Angkat kaki dari sini !!!". Juga dalam drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang
berbentuk "Lalu ?" , "Kenapa ?" atau "Tidak !" dan sebagainya. Karena itu diperlukan
suatu ketrampilan dalam memenggal kata pada sebuah dialog. Gestikulasi harus
dilakukan, sebab kata kata yang pertama dengan kata berikutnya dalam sebuah
dialog dapat memiliki maksud yang berbeda. Misalnya: "Tuan kelewatan. Pergi!".
Antara "Tuan kelewatan" dan "Pergi" harus dilakukan pemenggalan karena antara
keduanya memiliki maksud yang berbeda. Hal ini dilakukan agar lebih lancar dalam
memberikan tekanan pada kata. Misalnya "Tuan kelewatan"....... (mendapat
tekanan), "Pergi … ." (mendapat tekanan).

3.10. OLAH TUBUH


Sebelum kita melangkah lebih jauh untuk mempelajari seluk beluk gerak, maka
terlebih dahulu kita harus mengenal tentang olah tubuh. Olah tubuh (bisa juga
dikatakan senam), sangat perlu dilakukan sebelum kita mengadakan latihan atau
pementasan. Dengan berolah tubuh kita akan, mendapat keadaan atau kondisi tubuh
yang maksimal. Selain itu olah tubuh juga mempunyai tujuan melatih atau
melemaskan otot otot kita supaya elastis, lentur, luwes dan supaya tidak ada bagian
bagian tubuh kita yang kaku selama latihan-latihan nanti.

Pelaksanaan olah tubuh:

Pertama sekali mari kita perhatikan dan rasakan dengan segenap panca indera
yang kita punyai. Dengan memakai rasa kita perhatikan seluruh tubuh kita, mulai dari
ujung rambut sampai ujung kaki.

Sekarang mari kita menggerakkan tubuh kita.

1. Jatuhkan kepala ke depan. Kemudian jatuhkan ke belakang, ke kiri, ke kanan.


Ingat kepala/leher dalam keadaan lemas, seperti orang mengantuk.

10
2. Putar kepala pelan pelan dan rasakan lekukan lekukan di leher, mulai dari muka.
kemudian ke kiri, ke belakang dan ke kanan. Begitu seterusnya dan lakukan
berkali kali. Ingat, pelan pelan dan rasakan !
3. Putar bahu ke arah depan berkali kali, juga ke arah belakang. Pertama satu-
persatu terlebih dahulu, baru kemudian bahu kiri dan kanan diputar serentak.
4. Putar bahu kanan ke arah depan, sedangkan bahu kiri diputar ke arah belakang.
Demikian pula sebaliknya.
5. Rentangkan tangan kemudian putar pergelangan tangan, putar batas siku, putar
tangan keseluruhan. Lakukan berkali kali, pertama tangan kanan dahulu,
kemudian tangan kiri, baru bersama sama.
6. Putar pinggang ke kiri, depan, kanan, belakang. Juga sebaliknya.
7. Ambil posisi berdiri yang sempurna, lalu angkat kaki kanan dengan tumpuan
pada kaki kiri. Jaga jangan sampai jatuh. Kemudian putar pergelangan kaki
kanan, putar lutut kanan, putar seluruh kaki kanan. Kerjakan juga pada kaki kiri
sesuai dengan cara di atas.
8. Sebagai pembuka dan penutup olah tubuh ini, lakukan lari lari di tempat dan
meloncat loncat.

Macam Macam Gerak :

Setiap orang memerlukan gerak dalam hidupnya. Banyak gerak yang dapat
dilakukan manusia. Dalam latihan dasar teater, kita juga harus mengenal dengan
baik bermacam macam gerak Latihan latihan mengenai gerak ini harus diperhatikan
secara khusus oleh seseorang yang berkecimpung dalam bidang teater.

Pada dasarnya gerak dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

 Gerak teaterikal
Gerak teaterikal adalah gerak yang dipakai dalam teater, yaitu gerak yang lahir
dari keinginan bergerak yang sesuai dengan apa yang dituntut dalam naskah. Jadi
gerak teaterikal hanya tercipta pada waktu memainkan naskah drama.

 Gerak non teaterikal


Gerak non teaterikal adalah gerak kita dalam kehidupan sehari hari. Gerak yang
dipakai dalam teater (gerak teaterikal) ada bermacam macam, secara garis besar
dapat kita bagi menjadi dua, yaitu gerak halus dan gerak kasar.

 Gerak Halus
Gerak halus adalah gerak pada raut muka kita atau perubahan mimik, atau yang
lebih dikenal lagi dengan ekspresi. Gerak ini timbul karena pengaruh dari
dalam/emosi, misalnya marah, sedih, gembira, dan sebagainya.

 Gerak Kasar
Gerak kasar adalah gerak dari seluruh/sebagian anggota tubuh kita. Gerak ini
timbul karena adanya pengaruh baik dari luar maupun dari dalam.

11
Gerak kasar masih dapat dibagi menjadi empat bagian. yaitu:

1. Business, adalah gerak gerak kecil yang kita lakukan tanpa penuh kesadaran Gerak
ini kita lakukan secara spontan, tanpa terpikirkan (refleks). Misalnya : Sewaktu kita
sedang mendengar alunan musik, secara tak sadar kita menggerak gerakkan tangan
atau kaki mengikuti irama musik. Sewaktu kita sedang belajar/membaca, kaki kita
digigit nyamuk. Secara refleks tangan kita akan memukul kaki yang tergigit nyamuk
tanpa kehilangan konsentrasi kita pada belajar.
2. Gestures, adalah gerak gerak besar yang kita lakukan. Gerak ini adalah gerak yang
kita lakukan secara sadar. Gerak yang terjadi setelah mendapat perintah dari diri/otak
kita Untuk melakukan sesuatu, misalnya saja menulis, mengambil gelas, jongkok,
dsb.
3. Movement, adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang satu ke tempat yang
lain. Gerak ini tidak hanya terbatas pada berjalan saja, tetapi dapat juga berupa
berlari, bergulung gulung, melompat, dsb.
4. Guide, adalah cara berjalan. Cara berjalan disini bisa bermacam-macam. Cara
berjalan orang tua akan berbeda dengan cara berjalan seorang anak kecil, berbeda
pula dengan cara berjalan orang yang sedang mabuk, dsb.

Setiap gerakan yang kita lakukan harus mempunyai arti, motif dan dasar. Hal ini
harus benar-benar diperhatikan dan harus diyakini benar-benar oleh seorang pemain
apa maksud dan maknanya ia melakukan gerakan yang demikian itu. Dalam latihan
gerak, kita mengenal latihan "gerak-gerak dasar". Latihan mengenai gerak-gerak
dasar ini kita bagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Gerak dasar bawah: posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini kita hanya
boleh bergerak sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak sampai pada batas
kepala kita.
b. Gerak dasar tengah: posisi kita saat ini dalam keadaan setengah berdiri. Di sini
kita diperbolehkan bergerak mulai dari bawah sampai diatas kepala.
c. Gerak dasar atas: di sini kita boleh bergerak sebebas-bebasnya tanpa ada
batas. Dalam melakukan gerak-gerak dasar diatas kita dituntut untuk
berimprovisasi / menciptakan gerak-gerak yang bebas, indah dan artistik.

Latihan-latihan gerak yang lain:

1. Latihan cermin.
Dua orang berdiri berhadap-hadapan satu sama lain. Salah seorang lalu
membuat gerakan dan yang lain menirukannya, persis seperti apa yang dilakukan
temannya, seolah-olah sedang berdiri didepan cermin. Latihan ini dilakukan
bergantian.

2. Latihan gerak dan tatap mata


Sama dengan latihan cermin, hanya waktu berhadapan mata kedua orang tadi
saling tatap, seolah kedua pasang mata sudah saling mengerti apa yang akan
digerakkan nanti.

3. Latihan melenturkan tubuh


Seseorang berdiri dalam keadaan lemas. Kemudian seorang lagi membantu
mengangkat tangan temannya. Setelah sampai atas dijatuhkan. Dapat juga sebelum
dijatuhkan lengan / tangan tersebut diputar-putar terlebih dahulu.

12
4. Latihan gerak bersama
Suatu kelompok yang terdiri dari beberapa orang melakukan gerakan yang sama
seperti dilakukan oleh pemimpin kelompok tersebut, yang berdiri didepan mereka.

5. Latihan gerak mengalir


Suatu kelompok yang terdiri beberapa orang saling bergandengan tangan,
membentuk lingkaran. Kemudian salah seorang mulai melakukan gerakan
(menggerakkan tangan atau tubuh) dan yang lain mengikuti gerakan tangan orang
yang menggandeng tangannya. Selama melakukan gerakan, tangan kita jangan
sampai terlepas dari tangan teman kita. Latihan ini dilakukan dengan memejamkan
mata dan konsentrasi, sehingga akan terbentuk gerakan yang artistik.

3.11. GERAK DAN VOKAL


Setelah kita berlatih tentang vokal dan gerak secara terpisah, maka sekarang kita
mencoba untuk memadukan antara vokal dan gerak. Banyak bentuk-bentuk latihan
yang dapat dilakukan, antara lain mengucapkan kalimat yang panjang sambil berlari-
lari, melompat, jongkok, bergulung-gulung, atau juga bisa dengan memutar-mutar
kepala, memutar-mutar tubuh, dan sebagainya. Latihan ini berguna sekali bagi kita
pada waktu acting. Tujuannya adalah agar vokal dan gerak kita selalu serasi, agar
tidak terlalu banyak berpengaruh pada vokal.

3.12. PENGGUNAAN PANCA INDERA


Manusia yang normal dikaruniai Tuhan dengan lima panca indera secara utuh.
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menggunakan panca indera kita tersebut,
baik secara bersama-sama ataupun sendiri-sendiri. Dalam teater kita juga harus
menggunakan indera kita dengan baik agar dapat memainkan suatu peran dengan
baik pula. Supaya alat-alat indera kita dapat bekerja semaksimal mungkin, tentu saja
harus dilatih. Hal ini sangat perlu dalam teater untuk membantu kita dalam
membentuk ekspresi. Bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain:

 Mata
Duduk bersila sambil menatap suatu titik di dinding. Konsentrasi hanya pada titik
tersebut. Usahakan menatap titik tersebut tanpa berkedip, selama mungkin.

 Telinga
Duduk bersila, pejamkan mata. Sementara itu seseorang mengetuk-ngetuk
sesuatu pada beberapa macam benda, dimana setiap benda memiliki nada / suara
yang berlainan. Hitunglah berapa kali ketukan pada benda yang sudah ditentukan.

Duduklah di tepi jalan yang ramai, sambil memejamkan mata. Cobalah untuk
mengenali suara apa saja yang masuk ke telinga, misalnya suara truk, bus, sepeda
motor, suara tawa seseorang diatas sepeda motor, suara sepatu diatas trotoar,dsb.

 Hidung
Duduk di tepi jalan sambil memejamkan mata, kemudian cobalah untuk
mengenali bau apa yang ada disekitar kita. Misalnya bau keringat orang yang lewat

13
didepan kita, bau parfum, asap knalpot, asap rokok, atau tanah yang baru disiram
hujan, dsb.

Ciumlah tangan, kaki, pakaian, dan jika bisa seluruh tubuh kita, rasakan dan
hayati benar-benar bagaimana baunya.

 Kulit
Rabalah tangan, kaki, kepala dan seluruh tubuh kita, juga pakaian kita. Rasakan
dan kenalilah tubuh kita itu, cari perbedaan antara setiap tubuh.

Rabalah dinding, lantai, meja, atau benda-benda lain. Perhatikanlah bagaimana


rasanya, dingin atau panas. Juga sifatnya halus atau kasar dan coba juga mengenali
bentuknya. Lakukan latihan ini dengan mata terpejam.

 Lidah
Rabalah dengan lidah bagaimana bentuk mulut kita, bagaimana bentuk gigi,
langit-langit, bibir, dan sebagainya.

Rasakan dengan menjilat, bagaimana rasa dari sebuah kancing baju, sapu
tangan, batang pensil, tangan yang berkeringat,dsb.

3.13. KARAKTERISASI
Karakterisasi adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari
tokoh yang diperankan. Tokoh-tokoh dalam drama, adalah orang-orang yang
berkarakter. Jadi seorang pemain drama yang baik harus bisa menampilkan karakter
dari tokoh yang diperankannya dengan tepat. Dengan demikian penampilannya akan
menjadi sempurna karena ia tidak hanya menjadi figur dari seorang tokoh saja,
melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut.

Agar kita dapat memainkan tokoh yang berkarakter seperti yang dituntut naskah,
maka kita harus terlebih dahulu mengenal watak dari tokoh tersebut. Suatu misal,
kita dapat peran menjadi seorang pengemis. Nah, kita harus mengenal secara
lengkap bagaimana sifat-sifatnya, tingkah lakunya, dsb. Apakah dia seorang yang
licik, pemberani, atau pengecut, alim, ataukah hanya sekedar kelakuan yang dibuat-
buat.

Demikianlah, kita menyadari bahwa untuk memerankan suatu tokoh, kita tidak
hanya memerankan jabatannya, tetapi juga wataknya. Misalnya: Tokoh (A) …
jabatan (lurah) … watak (licik, pura-pura, pengecut). Tokoh (B) … jabatan (jongos) …
watak (baik hati, ramah, jujur, mengalah).

Untuk melatih karakteristik dapat dipakai cara sebagai berikut:

Dengan menirukan gerak-gerak dasar yang biasa dilakukan oleh pengemis,


kakek, anak kecil, pemabuk, orang buta, dsb. (yang dimaksud Dengan gerak-gerak
dasar disini adalah ciri-ciri khas).

Dua orang atau lebih, berdiri dan berkonsentrasi, kemudian salah satu memberi
perintah kepada temannya untuk bertindak / berlaku sebagai tokoh dari apa yang
diceritakan. Untuk membantu memberi suasana, dapat memakai musik pengiring.

14
Untuk memperdalam mengenai karakteristik, maka agaknya perlu juga kita
mempelajari observasi, ilusi, imajinasi dan emosi. Untuk itu marilah kita kenali satu
persatu.

3.14. OBSERVASI
Observasi adalah suatu metode untuk mempelajari / mengamati seorang tokoh.
Bagaimana tingkah lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya, pergaulan nya, cara
bicaranya, dsb. Setelah kita mengenal segala sesuatu tentang tokoh tersebut, kita
akan mengetahui wujud dari tokoh itu. Setelah itu baru kita menirukannya. Dengan
demikian kita akan menjadi tokoh yang kita ingini.

3.15. ILUSI
Ilusi adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah
terjadi, baik yang dialami sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu dapat berupa
pengalaman, hasil observasi, mimpi, apa yang dilihat, dirasakan, ataupun angan-
angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dan lain sebagainya.

Cara-cara melatihnya antara lain:

- Menyampaikan data-data tentang suatu kecelakaan, kebakaran, dsb.


- Bercerita tentang perjalanan keliling pulau Jawa, ketika dimarahi guru, dsb.
- Menyampaikan pendapat tentang lingkungan hidup, sopan santun di kampung, dsb.
- Menyampaikan keinginan untuk menjadi raja, polisi, dewa, burung, artis, dsb.
- Berangan-angan bahwa kelak akan terjadi perang antar planet, dsb.

3.16. IMAJINASI
Imajinasi adalah suatu cara untuk menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi
seolah-olah ada. Kalau ilusi obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya
benda atau sesuatu yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu
menggantungkan diri pada benda-benda yang konkrit. Juga diatas pentas,
penonton akan melihat bahwa apa yang ditampilkan tampak benar-benar terjadi
walaupun sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar dialami sang pelaku.

Kemampuan untuk berimajinasi benar-benar diuji bilamana kita sedang


memainkan sebuah pantonim.

Sebagai contoh, dalam naskah OBSESI, terjadi dialog antara pemimpin koor
dengan roh suci. Roh suci disini hanya terdengar suaranya, tetapi pemain harus
menganggap bahwa roh suci benar-benar ada. Dalam contoh lain dapat kita lihat
pada sebuah naskah yang didalamnya terdapat sebuah dialog, sebagai berikut: "Hei
letnan, coba perhatikan perempuan berkacamata gelap didepan toko itu. Perhatikan
topi dantas hitam yang dipakainya. Rasa-rasanya aku pernah melihat tas dan topi itu
dipakai Nyonya Lisa beberapa saat sebelum terjadi pembunuhan". Yang dibicarakan
tokoh diatas sebenarnya hanya khayalan saja. Perempuan berkaca mata gelap,
bertopi, dan bertas hitam tidak terlihat atau tidak tampak dalam pentas.

15
Telah disebutkan bahwa obyek imajinasi adalah benda atau sesuatu yang
dibendakan, termasuk disini segala sifat dan keadaannya. Sebagai latihan dapat
dipakai cara-cara sebagai berikut:

Sebutkan sebanyak mungkin benda-benda yang terlintas di otak kita. Jangan


sampai menyebutkan sebuah benda lebih dari satu kali.

Sebutkan sebuah benda yang tidak ada disekitar kita kemudian bayangkan dan
sebutkan bentuk benda itu, ukurannya, sifatnya, keadaannya, warna, dsb.

Menganggap atau memperlakukan sebuah benda lain dari yang sebenarnya.


Contohnya, menganggap sebuah batu adalah suatu barang yang sangat lucu, baik
itu bentuknya, letaknya, dsb. Sehingga dengan memandang batu tersebut kita jadi
tertawa terpingkal-pingkal.

Menganggap sesuatu benda memiliki sifat yang berbeda-beda. Misalnya sebuah


pensil rasanya menjadi asin, pahit, manis kemudian berubah menjadi benda yang
panas, dingin, kasar, dsb.

3.17. EMOSI
Emosi dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa
perasaan sedih, marah, benci, bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain
harus dapat mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk
memberikan warna bagi tokoh yang diperankan dan untuk menunjang karakter tokoh

tersebut. Emosi juga sangat mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku, roman
muka (ekspresi), pengucapan dialog, pernapasan, niat. Niat disini timbul setelah
emosi itu terjadi, misalnya setelah marah maka timbul niat untuk memukul, dsb.

3.18. PENGHAYATAN
Penghayatan adalah mengamati serta mempelajari isi dari naskah untuk
diterapkan pada tubuh kita. Misalnya pada waktu kita berperan sebagai Pak Usman
yang berprofesi sebagai polisi, maka saat itu kita tidak lagi berperan sebagai diri kita
sendiri melainkan menjadi Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi. Hal inilah
yang harus kita terapkan dengan baik jika kita akan memainkan sebuah naskah
drama.

Cara-cara yang dipergunakan dalam penghayatan adalah :

Pelajari naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui apa yang


dikehendaki oleh naskah, problema apa yang ditonjolkan, serta apa titik tolak dan inti
dari naskah.

Melakukan gerak serta dialog yang terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah
mendapat gambaran tentang akting dari tokoh yang akan kita perankan. Sebagai
latihan cobalah membaca sebuah naskah / dialog dengan diiringi musik sebagai
pembantu pemberi suasana. Hayati dulu musiknya baru mulailah membaca.

16
IV. KOMPOSISI PENTAS

Komposisi pentas adalah pembagian pentas menurut bagian-bagian yang


tertentu. Komposisi pentas ini dibuat untuk membantu blocking, dimana setiap
bagian pentas mempunyai arti tersendiri.

Kadar kekuatan pentas dapat dilihat pada urutan penempatannya. Bagian depan
lebih kuat daripada bagian belakang. Bagian kanan lebih kuat daripada bagian kiri.
Oleh karena itu jangan menempatkan diri atau benda yang kadar kekuatannya tinggi
pada bagian yang kuat. Carilah tempat-tempat yang sesuai agar blocking kelihatan
seimbang. Walaupun demikian harus tetap dalam batas-batas yang wajar, jangan
terlalu dibuat-buat.

Tongue Twister
1. Buaya, biawak, buaian
2. Dudung, ambilkan dandang di dinding dong, dung!
3. Jangan coba-coba cium cucu-cucuku kalau cuma mau cium cucu-cucuku cuma-cuma.
4. Partai-partai perempuan berpertemuan di dekat perempatan Prembun.
5. Rika tarik-tarik rok Rina dan Rina tarik-tarik rok Rika.
6. Rok Rika robek-robek dan rusak dan Rok Rina rusak-rusak dan robek.
7. Santapan kita setiap jam setengah satu siang satu soto sapi sama seratus tusuk sate
sapi pula.
8. Saya sebal sama situ sebab situ suka senyum-senyum sama suami saya sehingga
suami saya suka senyum-senyum sendiri saja.
9. Sempat-sempatnya semut-semut itu saling senyum-senyum dan salam-salaman
sama semut-semut yang mau senyum-senyum dan salam-salaman sama semut-
semut itu.
10. Tiba-tiba, Si Botak batuk-batuk di atas batu bata.
11. Toko-toko di kota kita tutup ketika kita tetap buka toko kita.
12. Kakaktua kakak kakekku kenal kakaktua kakak kakekmu
13. Anjing bawa paku, Anjing bawa paku, Anjing bawa paku,
14. Satu ribu, dua biru, tiga ribu, empat biru, lima ribu, enam biru,tujuh ribu, delapan biru,
sembilan ribu, sepuluh biru, … (terus sebanyak-banyaknya).
15. Keledai makan kedelai di kedai.
16. Ular lari lurus.
17. Kuku kaki kakak kakak ku kayak kuku kaki kakek kakekku
18. Kutuku butuh tubuhku, tapi tubuhku tak butuh kutuku.
19. Engkau ulung guling ulang ulas suling.
20. Kuku kaki kakek koki kakakku agak kaku.
21. Saya suka sama suami situ sebab suami situ suka senyumsenyum sama saya.
22. Pelopor tua pula bakal lapar apabila lupa bawa buah pala.
23. Katak tergeletak di dalam kotak.
24. kucing kuningku kencing di kunci-kunciku
25. Bang Anang, lagi ngapain Bang Ngarbi berangkat ke Nganjuk, ngomel-ngomel ngkali!
26. kuaci, kacang, kecoa, kuaci, kacang, kecoa, …
27. Kuku kaki koki kakak kakekku kok kaku-kaku, kak?
28. Engkau ulung guling ulang ulas suling
29. Satu sate tujuh tusuk, satu sate tujuh tusuk, satu sate tujuh tusuk.

17

You might also like