Professional Documents
Culture Documents
Metodologi 4
Metodologi 4
NIM/KELAS : 200606502001/A
A. Kajian teori
1. Pengertian
Kualitas memiliki beberapa definisi dan menurut Gaspersz (1997:5) pengertian kualitas
secara konvensional karakteristik langsung dari suatu produk, seperti performansi (performance),
keandalan (reliability), mudah dalam penggunaan (easy to use), estetika (esthetics) dan
sebagainya. Sedangkan definisi strategik dari kualitas adalah segala sesuatu yang mampu
memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers).
Menurut Armand V. Feigenbaum (1991:7) kualitas adalah kepuasan pelanggan
sepenuhnya (full customer satisfaction). Suatu produk dikatakan berkualitas apabila dapat
member kepuasan sepenuhnya kepada konsumen yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan
konsumen atas suatu produk. Sedangkan menurut Goestch dan Davis (dalam Tjiptono,2002:51)
kualitas merupakan “suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia,
proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”.
Konsep kualitas pelayanan dapat dipahami pula melalui “consumer behavior” (perilaku
konsumen) yaitu suatu prilaku yang dimainkan oleh konsumen dalam mencari, membeli,
menggunakan dan mengevaluasi suatu produk pelayanan yang diharapkan dapat memuaskan
kebutuhannya (Schiffman-Kanuk,1997:7). Keputusan-keputusan konsumen untuk mengkonsumsi
atau tidak mengkonsumsi suatu barang atau jasa dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain
adalah persepsinya terhadap kualitas pelayanan. Pernyataan ini menunjukkan adanya interaksi
yang kuat antara “kepuasan konsumen” dengan “kualitas pelayanan”.
Kualitas pada dasarnya terkait dengan pelayanan yang terbaik, yaitu suatu sikap atau cara
karyawan dalam melayani pelanggan atau masyarakat secara memuaskan. Menurut Triguno
(1997:78) pelayanan terbaik yaitu “melayani setiap saat, secara cepat dan memuaskan, berlaku
sopan, ramah dan menolong serta professional dan mampu. Menurut Wykof (dalam
Tjiptono,2002:58) mengartikan kualitas jasa atau layanan, yaitu “tingkat keunggulan yang
diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan
pelanggan”. Ini berarti, bila jasa atau layanan yang diterima (perceived service) sesuai dengan
yang diharapkan, maka kualitas jasa atau layanan dipersepsikan baik dan memuaskan, sebaiknya
bila jasa atau layanan yang diterima lebih rendah dari yang diharapkan, maka kualitas jasa atau
layanan akan dipersepsikan buruk.
Pelanggan mendefinisikan kualitas dengan berbagai cara. Kualitas didefinisikan sebagai
memenuhi atau melebihi harapan pelanggan (Wibowo, 2012:137). Menurut Sinambela (2006:6)
kualitas memiliki definisi konvensional dan strategis. Kualitas dalam definisi strategis adalah
segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan. Pada dasarnya
kualitas terbagi menjadi dua, yaitu kualitas produk dan kualitas jasa. Perbedaan secara tegas
antara produk dan jasa seringkali sulit untuk didefinisikan. Hal ini dikarenakan pembelian suatu
produk seringkali disertai dengan pembelian jasa. Meskipun demikian, jasa dapat didefinisikan
yaitu menurut Kotler dalam Tjiptono (2001), jasa merupakan aktivitas, manfaat, atau kepuasan
yang ditawarkan untuk dijual.
Selain itu definisi jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh
suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik)
dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Rangkuti (2003) menyatakan bahwa jasa
merupakan pemberian suatu kinerja atau tindakan tak kasat mata dari satu pihak kepada pihak
lain.
Berdasarkan pengertian kualitas dan jasa yang ada maka dapat pula didefinisikan bahwa
kualitas jasa berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan
penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Menurut Rangkuti (2003) kualitas jasa
didefinisikan sebagai penyampaian jasa yang akan melebihi tingkat kepentingan pelanggan.
Zeithaml, Berry, dan Parasuraman dalam Tjiptono (2002:70), mengidentifikasikan lima dimensi
pokok yang berkaitan dengan kualitas jasa, antara lain :
1. Bukti Fisik (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan pegawai, sarana komunikasi.
2. Keandalan (realiability), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan
dengan segera, akurat dan memuaskan.
3. Daya Tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan
dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
4. Jaminan (assurance), yaitu yang mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat
dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya resik, atau keragu-raguan.
5. Empati (emphaty), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik,
dan perhatian pribadi.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah kualitas pelayanan merupakan suatu kondisi dimana
tercipta hubungan yang dinamis antara pengguna maupun pemberi baik jasa, manusia, proses dan
lainnya sehingga memiliki nilai yang lebih, dan berkaitan erat dengan kemampuan, daya tanggap.
ketepatan waktu, kenyamanan, jaminan dan sarana prasarana yang tersedia.
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan
masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara,
karena jawaban yang diberikan baru didasrkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada
fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan
sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.
Berdasarkan definisi hipotesis di atas, maka hipotesis penelitian adalah:
1. Pelayanan publik di kantor lurah tamalanrea kurang berkualitas
2. Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan publik di kantor
lurah tamalanrea.