Professional Documents
Culture Documents
Humnatul Haniyah-Wm - 120102
Humnatul Haniyah-Wm - 120102
SKRIPSI
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Humnatul Haniyah
NIM 11170163000029
JAKARTA
1444 H/ 2022 M
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
iii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
iv
ABSTRAK
Fenomena kuantum yang diajarkan disekolah menengah memiliki potensi yang besar
untuk mendorong peserta didik dalam memahami teknologi modern. Namun,
pembahasan didalamnya tentang radiasi benda hitam, efek fotolistrik, efek Compton,
dan gelombang de Broglie masih sulit bagi peserta didik untuk memahami makna
fisisnya. Kami melakukan pengembangan modul berbasis multirepresentasi yang
bertujuan untuk memudahkan peserta didik memahami setiap fenomena kuantum
secara eksplisit. Multirepresentasi adalah cara menjelaskan suatu konsep dengan
format yang beragam yaitu verbal, gambar, grafik, dan matematis. Cara ini
memungkinkan peserta didik menghasilkan pemahaman yang menyeluruh pada materi
fenomena kuantum. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian 4-D yaitu
Define (Pendefinisian), Design (Perencanaan), Develop (Pengembangan) dan
Disseminate (Penyebaran) akan tetapi dibatasi sampai pada tahap Develop
(Pengembangan). Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas XII IPA 3 SMA
Darussalam dan XII MIA 2 MA Al-Amiriyyah. Instrumen yang digunakan berupa tes
(kognitif) dan non tes (angket). Instrumen diberikan kepada 20 peserta didik dan angket
diberikan kepada 9 ahli (bahasa, materi, dan media pembelajaran), 20 peserta didik (uji
coba lapangan), dan 2 guru mata pelajaran fisika. Modul yang dihasilkan dinilai layak
atau valid oleh 9 ahli (bahasa, materi, dan media pembelajaran), efektif dalam
meningkatkan kemampuan multirepresentasi peserta didik dengan nilai N-gain sebesar
35% dengan tafsiran menunjukkan tidak efektif. Modul berbasis Multirepresentasi
dinyatakan praktis menurut peserta didik dengan persentase sebesar 71,25%, dan
dinyatakan praktis oleh guru dengan persentase sebesar 86%
v
ABSTRACT
HUMNATUL HANIYAH (11170163000029), Development of Multi-
Representation-Based Module on Quantum Phenomenon Material for SMA/MA
Class XII. Thesis of Physics Education Study Program, Faculty of Tarbiyah and
Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2022.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
1. Abah dan umi selaku orang tua seumur hidup saya. Terimakasih karena terus
mendukung terkhusus dalam segi finansial, karena tanpa beliau berdua, mahasiswa
lebih dari 4 tahun ini tidak akan mungkin mampu melanjutkan studinya.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany burhanuddin Umar Lubis, M. A, selaku rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Sururin, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Iwan Permana Suwarna, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Tadris Fisika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Taufik Al Farizi, M. PFis., Dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan waktu, saran, dan juga arahan selama perkuliahan.
6. Ibu Fathiah Alatas, M.Si., Dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan
waktu, arahan, dan saran dalam membimbing selama penyusunan skripsi ini.
vii
7. Seluruh dosen, staff, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya program studi tadris fisika yang telah memberikan ilmu, pengetahuan,
pemahaman, dan pelayanan selama proses perkuliahan.
8. Bapak Ahmad Fauzan, S.Pd.I., S.Pd. selaku Kepala Sekolah MA Al-Amiriyyah,
dan bapak Afan Sucipto, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMA Darussalam.
9. Bapak Gede Jawi Pintara, S.Pd, dan Ibu Naning S.Pd selaku guru bidang studi
fisika yang telah memberikan dukungan, waktu, dan kesediaannya kepada peneliti
selama penelitian berlangsung.
10. Peserta didik XII MIA 2 dan XII MIPA 3 yang telah membantu kelancaran
penelitian disekolah.
11. Keluargakuuu, bani Hisyam, dan bani Syafaat kalian semua istimewa.
Terimakasih terus menyemangati dan menguatkan. Tempat berkeluh kesah dan
bersenda gurau, bersyukur aku memiliki kalian.
12. Semua teman teman kuliah di Pendidikan Fisika, adik tingkat, kakak tingkat,
terimakasihhhhh atas semuanya.
13. Seluruh kader PMII Rayon P.IPA I Love You soo Much guys. Terimakasihhhh
selalu hangat menyambut kehadiranku di Ciputat, tempatku berproses jatuh
bangun di organisasi, ya paling berasa ketika disini. Hehe.
14. Semua pihak di dunia nyata maupun maya (sosmed) yang tak dapat kusebut satu
persatu, karena tanpa kalian aku tak akan sampai pada titik ini.
Penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.
Sehingga, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
demi kesempurnaan penulisan selanjutnya. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih,
semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii
ABSTRAK .............................................................................................................v
BAB I : PENDAHULUAN.....................................................................................1
ix
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ......................................................................33
C. Kerangka Berpikir ...........................................................................................36
D. Pertanyaan Penelitian .....................................................................................37
A. Kesimpulan ..................................................................................................109
B. Saran ............................................................................................................109
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Langkah-langkah tahap Define dan tujuannya ............................................ 39
Tabel 3.2 Langkah-langkah tahap Design dan tujuannya ........................................... 40
Tabel 3.3 Desain Uji Coba .......................................................................................... 42
Tabel 3.4 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 43
Tabel 3.5 Kisi-kisi pedoman wawancara .................................................................... 45
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Angket Penelitian Pendahuluan .................................................. 46
Tabel 3.7 Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Ahli Materi ................................................. 47
Tabel 3.8 Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Ahli Media.................................................. 48
Tabel 3.9 Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Ahli Bahasa ................................................ 49
Tabel 3.10 Kisi-Kisi Instrumen Angket Respon Peserta Didik .................................. 51
Tabel 3.11 Kisi-Kisi Instrumen Angket Respon Guru ................................................ 53
Tabel 3.12 Kisi-Kisi Instrumen Tes ............................................................................ 55
Tabel 3.13 Kriteria rating scale .................................................................................. 58
Tabel 3.14 Persentase dan Kriteria Kelayakan Modul Berbasis Multirepresentasi .... 59
Tabel 3.15 Kriteria Kepraktisan Modul Berbasis Multirepresentasi .......................... 59
Tabel 3.16 Klasifikasi N-gain ..................................................................................... 60
Tabel 3.17 Kriteria Penilaian Ahli atau Validator ...................................................... 62
Tabel 3.18 Kriteria Tingkat Kevalidan Soal ............................................................... 63
Tabel 4.1 Hasil Studi Literatur ................................................................................... 65
Tabel 4.2 Hasil Rancangan Awal Modul Sesuai Sintaks Multirepresentasi ............. 74
Tabel 4.3 Tampilan Umum Modul ............................................................................ 77
Tabel 4.4 Hasil Validasi Ahli Materi ......................................................................... 82
xi
Tabel 4.5 Saran dan Komentar Validator Ahli Materi ................................................ 83
Tabel 4.6 Hasil Validasi Ahli Media........................................................................... 85
Tabel 4.7 Saran dan Komentar Validator Ahli Media ................................................ 86
Tabel 4.8 Hasil Validasi Ahli Bahasa ......................................................................... 87
Tabel 4.9 Saran dan Komentar Validator Ahli Bahasa ............................................... 88
Tabel 4.10 Hasil Penilaian Instrumen Tes .................................................................. 89
Tabel 4.11 Saran dan Komentar Instrumen Tes .......................................................... 89
Tabel 4.12 Perbaikan Modul Berdasarkan Ahli Materi .............................................. 92
Tabel 4.13 Perbaikan Modul Berdasarkan Ahli Media ............................................... 96
Tabel 4.14 Perbaikan Modul Berdasarkan Ahli Bahasa ............................................. 97
Tabel 4.15 Hasil Angket Respon Peserta Didik Pada Uji Coba Kepraktisan
Penggunaan Produk ..................................................................................................... 98
Tabel 4.16 Hasil Angket Respon Guru Pada Uji Coba Kepraktisan Penggunaan
Produk ......................................................................................................................... 99
Tabel 4.17 Hasil Pemusatan dan Penyebaran Data Pre-Test dan Post-Test Pada Uji
Lapangan ................................................................................................................... 100
Tabel 4.18 Hasil N-Gain Pada Uji Lapangan............................................................ 100
Tabel 4.19 Tafsiran Efektivitas Gain ........................................................................ 100
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Fungsi Multirepresentasi ......................................................................... 19
Gambar 2.2 Grafik pergeseran Wien .......................................................................... 27
Gambar 2.3 Diagram hamburan Compton ................................................................. 31
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir .................................................................................. 37
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
Lampiran C.3 Lembar Uji Referensi ......................................................................... 216
Lampiran C.4 Lembar Daftar Riwayat Hidup........................................................... 232
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abad ke-21 ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangatlah
pesat sehingga menuntut adanya peningkatan kualitas dari sisi sumber daya manusia.1
Langkah awal terciptanya peningkatan kualitas manusia yaitu dibutuhkannya
pendidikan yang sesuai. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting karena tanpa
pendidikan manusia akan sulit berkembang, dan kualitas pendidikan sering dijadikan
tolak ukur keberhasilan perkembangan suatu negara.2 Menurut TIMMS (Trends in
International Mathematics and Science Study) yang menunjukkan bahwa peserta didik
Indonesia berada di peringkat 44 dari 49 negara untuk bidang matematika dan sains,
hal ini menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah.3
Fisika adalah salah satu pelajaran sekolah yang dianggap sulit disekolah, 4 padahal ilmu
pengetahuan dan teknologi yang ada saat ini tidak bisa lepas dari peran ilmu fisika.
Salah satu cabang ilmu fisika yang berjasa dalam kehidupan teknologi modern adalah
dari temuan fisika kuantum.5 Fisika Kuantum adalah ilmu yang mempelajari segala
sesuatu mengenai benda-benda berukuran mikroskopik (berkisar ukuran atom atau
lebih kecil lagi), massif dan nonmasif, sekaligus berlaku ganda (dualisme) yakni
berlaku seperti gelombang dan juga partikel. Pada fenomenanya, fisika kuantum ini
1
Mazetha Ramadayanty, dkk. Pengembangan E-Modul Fisika berbasis Multiple Representation
untuk melatihkan keterampilan pemecahan masalah siswa. Jurnal Kumparan Fisika, Vol 4 no.1, April
2021. h. 17
2
Sitti Fatimah S. Sirate dan Risky Ramadhana. Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis
Keterampilan Literasi. Volume VI, Nomor 2, Juli - Desember 2017. h. 317.
3
http://sitisriyatun.gurusiana.id
4
Angell, C, O. Guttersrud, & E. K. Henriksen, 2007. Multiple Representation As A Framework For
A Modelling Approach to Physics Education.
5
Abdurrahman, Liliasari, A. Rusli, dan Bruce Waldrip. Implementasi Pembelajaran Berbasis Multi
Representasi Untuk Peningkatan Penguasaan Konsep Fisika Kuantum. Cakrawala Pendidikan, Februari
2011, Th. XXX, No. 1. h. 30-31.
1
jarang ditemukan di kehidupan sehari-hari karena sifatnya yang sangat mikroskop dan
abstrak.67 Di Indonesia materi fenomena kuantum mulai diperkenalkan disekolah untuk
SMA/MA dikelas XII. Namun pada kenyataannya kebanyakan proses pembelajaran ini
dihiraukan oleh peserta didik karena menganggap fisika kuantum adalah topik yang
sangat mikroskopik, tidak teramati langsung oleh indera dan juga membutuhkan
pemahaman matematika tingkat tinggi.8
Berdasarkan hasil wawancara (pada lampiran A) yang dilakukan pada guru fisika di
SMA Darussalam dan MA Al-Amiriyyah, guru mengalami kesulitan dalam
menjelaskan materi fenomena kuantum karena bersifat abstrak sehingga perlu di
visualisasikan dan juga materi yang asing bagi peserta didik karena baru dipelajari di
jenjang SLTA. Ketika peserta didik mempelajari fisika, peserta didik dituntut untuk
menguasai representasi-representasi berbeda seperti simulasi, grafik,
konseptual/keterangan lisan, rumus, serta gambar atau diagram secara bersamaan.9
Representasi adalah suatu konfigurasi (bentuk atau susunan) yang dapat
menggambarkan, mewakili atau melambangkan sesuatu dalam suatu cara. Representasi
juga merupakan sesuatu yang mewakili, menggambarkan atau meyimbolkan obyek
atau proses.10 Multirepresentasi berarti mempresentasi ulang konsep yang sama dengan
format yang berbeda, termasuk verbal, gambar, grafik dan matematik.11Keterbatasan
media pembelajaran dan waktu dalam membahas materi ini juga masuk kedalam
kendala pembelajaran, karena materi ini berada pada semester genap yang mana
6
Antomi Saregar. Pembelajaran pengantar fisika kuantum dengan memanfaatkan media PHET
Simulation dan LKM melalui pendekatan saintifik: dampak pada minat dan penguasaan konsep
mahasiswa. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 05 (1) , 2016., h.53-60.
7
Rustam E Siregar,. FISIKA KUANTUM. (Bandung: FMIPA UNPAD, 2018)., h. 1
8
Hobson, A. “Teaching Quantum Theory in the Introductory Course”. The Physics Teacher, 1996.
h. 202-210. Diakses pada https://aapt.scitation.org/doi/10.1119/1.2344407 hari Kamis, 30 Juni 2022
pukul 16.57 WIB.
9
Mazetha Ramadayanty, dkk, Opcit. h. 18
10
Ibid., h.18
11
Vaughan Prain dan Bruce Waldrip.(2007). A Study of Teachers’ Perspectives about Using
Multimodal Representations of Concepts to Enchance Science Learning. (Canadian Journal of Science,
Mathematics and Technology Education), 8(1), h. 5-24
2
banyak waktu tersita untuk persiapan ujian-ujian kelas akhir yang akan ditempuh
peserta didik kelas XII.12Dan juga pada penelitian pendahuluan (pada lampiran A) yang
dilakukan kepada peserta didik bahwa buku sumber belajar yang digunakan dalam
pembelajaran fisika disekolah kurang membantu dalam pemahaman karena masih
didominasi dengan penjelasan verbal, sehingga kurangnya variasi bentuk yang lain
dalam penyajian materinya.
12
A.Hidayat dkk. Pengembangan buku elektronik interaktif pada materi fisika kuantum kelas XII
SMA. Jurnal Pendidikan Fisika Vol. V. No. 2. September 2017. h. 88-89.
13
Winda Muzdalifah, dkk. Penerapan Pembelajaran Fisika Berbasis Multirepresentasi Untuk
Meningkatkan Kemampuan Representasi Peserta Didik Kelas X MIPA2 SMA Babussalam Pekanbaru.
Jurnal Geliga Sains 6(2), 67-74, 2018. h. 68
14
Loviza, 2011. Penggunaan Pendekatan Multi Representasi pada Pembelajaran Konsep Gerak untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Memperkecil Kuantitas Mis konsepsi Peserta Didik SMP. Tesis
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
15
Patrick B Kohl and Noah D Finkelstein. Patter of multiple representation use by experts and
novices during physics problem solving. Physical Review Special Topics-Physics Education Research
4. 2008. h. 1
16
Winda Muzdalifah, Opcit. h. 68
3
Solusi untuk peningkatan kemampuan multirepresentasi yaitu dengan modul
pembelajaran berbasis multirepresentasi yang memuat materi secara utuh, sistematis
dan juga didukung penjelasan secara visual untuk materi yang abstrak dengan cara yang
sederhana menyesuaikan tingkat berpikir peserta didik.17Modul pembelajaran fisika
yang disajikan melalui multirepresentasi, didalamnya akan memuat representasi
verbal, matematis, gambar, dan grafik.18Berdasarkan penelitian sebelumnya
pembuatan modul berbasis multirepresentasi pada materi gerak lurus mendapatkan
respon sangat baik dari peserta didik19. Begitu pula modul berbasis multirepresentasi
layak digunakan sebagai bahan ajar pembelajaran fisika yang mampu meningkatkan
pemahaman konsep dan hasil belajar peserta didik20. Dan juga modul fisika berbasis
multiple representasi sangat praktis digunakan dalam pembelajaran fisika di SMA21.
17
Mutmainnah Finnajah, dkk. Pengembangan Modul fisika SMA berbasis multirepresentasi guna
meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar peserta didik kelas XII IIS sma negeri 1 Prembun
Tahun ajaran 2015/2016. Radiasi Jurnal Pendidikan Fisika. Vol 08 No. 1, April 2016. h. 23
18
Wachidah P dan I Ketut Mahardika. Kegrafikaan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis
Multirepresentasi. Seminar Nasional Fisika Dan Pembelajaraanya 2015. h. 2
19
Bemie Eka Saputra, dkk. Pengembangan e-modul fisika berbasis multirepresentasi pada materi
gerak lurus. EduFisika Jurnal Pendidikan Fisika Vol 5 Nomor 1, Juni 2020, h. 39.
20
Mutmainnah Finnajah, dkk. Op.Cit., h. 6
21
I K Mahardika , dkk. Practicality of physics module based on contextual learning accompanied by
multiple representations in physics learning on senior high school. Journal of Physics: Conference
Series. 2020. h. 1
22
Departemen Pendidikan Nasional 2008
23
A.Hidayat dkk. Opcit. h. 88
4
“Pengembangan Modul Berbasis Multirepresentasi Pada Materi Fisika Kuantum
SMA/MA Kelas XII”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka identifikasi masalah dari
penelitian ini ialah :
1. Guru kesulitan ketika menjelaskan terutama dalam materi yang bersifat abstrak
karena harus berdasarkan tinjauan mikroskopis dan juga memvisualisasikan materi
tersebut dan juga materi yang asing bagi peserta didik karena baru dipelajari di
jenjang SLTA.
2. Kurangnya kemampuan peserta didik menguasai representasi-representasi berbeda
seperti simulasi, grafik, konseptual/keterangan lisan, rumus, serta gambar atau
diagram secara bersamaan
3. Keterbatasan media pembelajaran bahwa buku sumber belajar yang digunakan
dalam pembelajaran fisika disekolah kurang membantu dalam pemahaman karena
masih didominasi dengan penjelasan verbal, sehingga kurangnya variasi bentuk
yang lain dalam penyajian materinya.
C. Batasan Masalah
Agar ruang lingkup penelitian ini lebih terarah, maka dilakukan pembatasan masalah
yaitu sebagai berikut:
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah :
5
1. Bagaimana kelayakan modul berbasis multirepresentasi pada materi Fenomena
Kuantum SMA/MA Kelas XII?
2. Bagaimana kepraktisan modul berbasis multirepresentasi pada materi Fenomena
Kuantum SMA/MA Kelas XII?
3. Bagaimana keefektifan modul berbasis multirepresentasi pada materi Fenomena
Kuantum SMA/MA Kelas XII?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
6
BAB II
A. Deskripsi Teoritik
1. Modul Pembelajaran
a. Pengertian Modul
Menurut Daryanto salah satu bahan ajar yang dibuat secara utuh dan didalamnya
dikemas secara sistematis dan juga menarik, sehingga peserta didik dapat memiliki
ketertarikan untuk mempelajarinya disebut modul. Didalam modul minimal terdapat
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, dan evaluasi.24 Selain itu menurut
Darmiyatun (dalam Sitti) modul yaitu bahan ajar yang dibuat secara sistematis
berdasarkan kurikulum yang berlaku dan juga dikemas kedalam bentuk satuan
pembelajaran terkecil yang dapat dipelajari dalam waktu tertentu secara mandiri agar
peserta didik dapat menguasai kompetensi yang diajarkan. 25
24
Daryanto, Menyusun Modul, (Yogyakarta: Gava Media, 2013), h. 9
25
Sitti Fatimah dan Risky Ramadhana. Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Ketrampilan
Literasi. Vol VI Nomor 2, Juli-Desember 2017. H. 319
26
Departemen Pendidikan Nasional 2008
7
dicapai secara jelas, penyediaan materi, alat yang diperlukan, serta alat untuk penilaian,
mengukur keberhasilan peserta didik dalam penyelesaian pembelajaran. 27
Berdasarkan pengertian dari para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa modul yaitu
bahan ajar yang disusun secara sistematis, menarik, dan jelas berdasarkan kurikulum
yang berlaku sehingga peserta didik dapat memahami dengan mudah. Dan juga dapat
dipelajari oleh peserta didik dengan atau tanpa bantuan dari guru pembimbing.
Berdasarkan Depdiknas karakteristik modul yang baik dan menarik terbagi atas
beberapa hal, yaitu : 28
1) Bersifat instruksional mandiri, yaitu modul memuat tujuan yang jelas, materi yang
lebih spesifik, menyediakan contoh dan gambar ilustrasi yang mendukung
penjelasan materi, soal-soal evaluasi, materi kontekstual, bahasa yang sederhana
dan mudah dipahami, rangkuman materi, instrumen penilaian, instrumen untuk
mengukur penguasaan materi, umpan balik atas penilaian serta pengayaan dan
referensi, sehingga seorang peserta didik mampu belajar secara mandiri melalui
modul tanpa bergantung pada guru atau pembimbing lainnya.
2) Bersifat mandiri, yaitu modul dikemas menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga
peserta didik dapat mempelajari secara lengkap dan tuntas.
3) Bersifat berdiri sendiri, karena didalamnya memuat bahasa yang mudah dipahami
dan gambar ilustrasi sebagai pennjelas materi, maka semestinya modul tidak
bergantung dengan media lain dalam penggunaannya. Akan tetapi jika ingin
dilengkapi media lain juga tidak menjadi masalah.
4) Menyesuaikan perkembangan zaman, yaitu modul disesuaikan dengan
perkembangan informasi dan teknologi yang berlaku saat ini, dan bersifat fleksibel.
27
https://kbbi.kemdikbud.go.id/ diakses pada 2 Agustus 2021 pukul 21.00 wib.
28
Depdiknas. 2008
8
5) Mudah digunakan, yaitu penggunaan bahasa yang mudah dipahami peserta didik
dengan penggunaan istilah yang populer dan sederhana, juga disesuaikan dengan
jenjang pendidikan peserta didik yang menggunakan.
b. Fungsi Modul
Modul pembelajaran dapat disusun karena adanya fungsi yang mendasarinya. Berikut
bebeapa fungsi dari modul yakni sebagai berikut : 29
1) Bahan ajar mandiri, yaitu dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dengan
belajar mandiri tanpa adanya pembimbing.
2) Pengganti fungsi guru, yaitu modul harus memuat materi pembelajaran dengan baik
dan mudah dipahami dan sesuai dengan usia dan tingkat pengetahuan peserta didik.
3) Sebagai alat evaluasi, yaitu peserta didik dituntut mampu mengukur sendiri tingkat
penguasaannya terhadap materi yang telah dipelajari.
4) Sebagai bahan rujukan bagi peserta didik, yaitu karena modul juga berisi materi
yang dipelajari peserta didik, maka modul juga dapat berfungsi sebagai bahan
rujukan dalam belajar.
Selain terdapat fungsi, modul juga memiliki tujuan pembuatan yang jelas, sehingga
pembuatan bisa lebih terarah dan sistematis. Berikut adalah tujuan adanya pembuatan
modul, sebagai berikut:30
1) Sebagai upaya agar peserta didik dapat belajar secara mandiri, baik dengan
bimbingan orang lain atau tidak.
2) Agar pembelajaran berorientasi pada peserta didik berjalan sebagaimana semestinya
29
Andi prastowo. Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif, (Yogyakarta: Divapress, 2015), h.
107-108
30
Andi prastowo., Ibid., h.109
9
3) Untuk menyalurkan tingkat intelegensi peserta didik, peserta didik yang memiliki
intelegensi yang tinggi akan dapat menyelesaikan modul dengan cepat, sedangkat
yang memiliki intelegensi kurang diharapkan mampu mengulang kembali materi
pembelajaran melalui modul.
4) Agar peserta didik dapat mengukur tingkat pemahaman materi secara mandiri.
d. Unsur-unsur modul
Agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan pembimbing, modul
sekurangnya berisi tentang petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, isi materi
atau content, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja yang berupa lembar
kerja, evaluasi, dan juga feedback terhadap hasil evaluasi. 31
e. Karakteristik modul
Untuk dapat membedakan modul dengan bahan ajar lainnya, modul memiliki beberapa
karakteristik, yakni sebagai berikut: 32
1) Self Instruction, dengan demikian memungkinkan bagi seorang peserta didik untuk
dapat belajar dengan mandiri. Untuk memenuhi Self Instruction , maka didalam
modul harus berisi :
a) Tujuan pembelajaran yang jelas, sesuai dengan standar kompetensi inti dan
kompetensi dasar.
b) Terdapat materi pembelajaran yang dimuat dengan kegiatan yang spesifik, sehingga
memudahkan dipelajari dengan tuntas.
c) Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan uraian materi
pembelajaran.
31
I Ketut Mahardika, REPRESENTASI MEKANIKA DALAM PEMBAHASAN sebuah teori dan hasil
penelitian pengembangan bahan ajar mekanika, (Jember: UPT Penerbitan UNEJ, 2012), h. 26
32
Daryanto, Op.Cit., h. 9-11
10
d) Terdapat soal-soal latihan, tugas yang memungkinkan mengukur penguasaan
peserta didik.
e) Kontekstual, yaitu materi sesuai dengan suasana, tugas atau koteks kegiatan dan
lingkungan peserta didik.
f) Bahasa yang digunakan sederhana dan komunikatif.
g) Memuat rangkuman materi pembelajaran.
h) Terdapat instrumen penelitian yang memungkinkan peserta didik melakukan
penilaian mandiri.
i) Terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik, sehingga peserta didik
mengetahui tingkat penguasaan materi.
j) Memuat informasi referensi, rujukan yang mendukung materi pembelajaran
dimaksud.
1) Self Contained , modul berisi seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan.
Sehingga peserta didik dapat mempelajari secara tuntas, karena materi belajar
dikemas kedalam satu kesatuan yang utuh.
2) Stand Alone (Berdiri sendiri), yaitu modul tidak digunakan bersama-sama dengan
bahan ajar atau media lain.
3) Adaptif, yaitu modul memiliki daya adaptif tinggi terhadap perkembangan ilmu dan
teknologi serta fleksibel digunakan di berbagai perangkat keras.
4) User Friendly (mudah digunakan pengguna), yaitu setiap instruksi dan paparan
informasi yang ditampilkan dapat membantu dan mempermudah pemakainya, serta
menggunakan istilah umum yang digunakan.
f. Prosedur penyusunan modul
1. Analisis kebutuhan modul
Menurut Depdiknas dalam penyusunan modul terdapat beberapa langkah yang harus
dipahami. Langkah yang pertama yaitu kegiatan menganalisis kompetensi atau tujuan
untuk menentukan jumlah dan judul modul yang dibutuhkan untuk mencapai suatu
11
kompetensi. Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut : 33
33
Depdiknas. 2008
34
Depdiknas.2008
12
Dalam kegiatan penyusunan draft modul hendaknya menghasilkan draft modul yang
sekurangnya mencakup :35
a) Judul modul, yaitu menggambarkan materi yang akan dijelaskan dalam modul.
b) Kompetensi atau sub kompetensi yang akan dicapai setelah menyelesaikan
pembelajaran dengan modul.
c) Tujuan, yaitu berisi tujuan akhir dan spesifik yang akan dicapai oleh peserta didik
setelah mempelajari modul.
d) Materi yang berisi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari dan
dikuasai peserta didik.
e) Prosedur atau langkah-langkah mempelajari modul.
f) Soal-soal, latihan dan atau tugas yang harus diselesaikan peserta didik.
g) Evaluasi dan penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan peserta didik dalam
menguasai modul.
h) Kunci jawaban soal, latihan ataupun tugas yang terdapat dalam modul.
3. Uji Coba
Uji coba draft modul yaitu suatu kegiatan penggunaan modul pada peserta didik
terbatas untuk mengetahui keterlaksanaan dan manfaat modul dalam pembelajaran
sebelum modul tersebut digunakan secara umum. Dalam tahap uji coba ini terbagi atas
dua tahap, yaitu tahap I pada kelompok kecil berjumlah 2-4 orang peserta didik, dan
uji coba tahap II yaitu uji coba kelompok besar dengan jumlah peserta didik 20-30
orang. Langkah-langkah dalam melakukan uji coba draft yaitu sebagai berikut : 36
a) Menyiapkan dan menggandakan draft modul yang akan diuji coba sebanyak jumlah
peserta sesuai dengan tahap yang dilakukan.
b) Menyusun instrumen pendukung uji coba.
35
Depdiknas. 2008
36
Depdiknas.2008
13
c) Mendistribusikan draft modul dan instrumen pendukug uji coba kepada peserta uji
coba.
d) Menginformasikan kepada peserta uji coba mengenai tujuan uji coba dan kegiatan
yang harus dilakukan oleh peserta uji coba.
e) Mengumpulkan kembali draft modul dan instrumen uji coba.
f) Memproses dan menyimpulkan hasil pengumpulan draft berdasarkan masukan
melalui instrumen uji coba.
4. Validasi
Proses penyempurnaan modul setelah memperoleh masukan dari kegiatan uji coba dan
validasi termasuk tahap revisi. Tahap ini bertujuan untuk melakukan finalisasi atau
37
Depdiknas.2008
14
penyempurnaan akhir yang komprehensif, sehingga modul siap diproduksi sesuai
dengan masukan yang diperoleh dari kegiatan sebelumnya. Dalam melakukan
penyempurnaan modul harus mencakup aspek-aspek penting penyusunan modul,
yaitu: 38
38
Depdiknas.2008
39
E.Mulyasa. Implementasi kurikulum 2004 panduan pembelajaran KBK, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 152
40
E. Mulyasa. Op.Cit., h. 152
15
2) Sulit menentukan proses penjadwalan dan kelulusan, serta membutuhkan
manajemen penndidikan yang berbeda dari pembelajaran konvensional, karena tiap-
tiap peserta didik menyelesaikan modul dalam waktu yang berbeda sesuai
kemampuan masing-masing.
3) Dukungan pembelajaran berupa sumber belajar, pada umumnya cukup mahal
karena tiap-tiap peserta didik harus mencari sendiri.
Multirepresentasi terbagi atas dua suku kata, yaitu multi dan representasi. Multi
menurut KBBI adalah Bentuk terikat banyak; lebih dari satu; lebih dari dua. Sedangkan
Representasi adalah kata yang berasal dari bahasa Inggris, Representation , yang
bermakna perwakilan, gambaran atau penggambaran. Menurut KBBI representasi
bermakna perbuatan mewakili, keadaan diwakili atau perwakilan. Sehingga secara
sederhana dapat diartikan bahwa representasi adalah gambaran mengenai suatu hal
yang terdapat dalam kehidupan yang digambarkan melalui suatu media. 41
41
KBBI. 2021
16
kucing.42 Menurut Goldin (dalam Mahardika) suatu konfigurasi (bentuk suatu susunan)
yang dapat mewakili, menggambarkan, atau melambangkan sesuatu dalam suatu cara
disebut representasi. Representasi juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang mewakili,
43
menggambarkan atau menyimpulkan objek dan atau proses. Menurut David
Rosengrant dkk. (dalam Irwandi) mengatakan bahwa representasi adalah sesuatu yang
dapat disimbolkan atau simbol pada suatu obyek ataupun proses. Dalam fisika
representasi bisa berupa kata, gambar, diagram, grafik, simulasi komputer, persamaan
matematika dan lain sebagainya. Apabila multi dan representasi digabungkan maka
dapat bermakna suatu kegiatan peyajian ulang suatu konsep yang sama dalam beberapa
bentuk yang berbeda baik secara deskriptif (verbal, tabel, grafik), eksperimental,
maupun matematik, figuratif (pictorial, analogi, dan metafora), kinestetik, visual dan
atau mode-mode aksional-operasional. 44
42
Udasmoro, Wening. Gerak Kuasa : Politik Wacana, Identitas, dan Ruang/ Waktu dalam Bingkai
Kajian Budaya dan Media. (Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia, 2020), h. 62
43
Mahardika, I Ketut. REPRESENTASI MEKANIKA DALAM PEMBAHASAN Sebuah Teori dan
Hasil Penelitian Pengembangan Bahan Ajar Mekanika. (Jember. UPT Penerbitan UNEJ., 2012), h. 38
44
Vaughan Prain dan Bruce Waldrip.(2006). An Exploratory Study of Teachers’ and Students’ Use
of Multi-modal Representations of Concepts in Primary Science. (International Journal of Science
Education), Vol 28 No.15 (1843-1845)
45
Vaughan Prain dan Bruce Waldrip., Ibid., h. 1844
46
Yuliana, Haratua TMS, dan Haratua. (2017) Kemampuan Multirepresentasi Siswa Smp Dalam
Menyelesaikan Soal Pesawat Sederhana. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa. Vol 6, No.
8 (1-9)
17
b. Fungsi Multirepresentasi
47
Shaaron Ainsworth. (1999). The functions of multiple representations. Computers and Educations,
32(2-3), 131-152.
18
sesungguhnya dengan keadaan menurut teori. Kemudian diturunkan ke persamaan-
persamaan matematika.
3) Membangun pemahaman dengan lebih mendalam suatu konsep, Contohnya dalam
memahami konsep usaha dan energi, siswa perlu mengerti kejadian yang disajikan
secara verbal kemudian diinterpretasikan dengan menggambarkan mirip dengan
keadaan sesungguhnya. Setelah itu, diiterpretasikan ke dalam bentuk diagram benda
bebas, selanjutnya dibuat diagram vektor. Pembuatan diagram vektor inilah yang
akhirnya akan digunakan untuk mencari persamaan-persamaan matematika yang
hasilnya akan membuat pembelajar memiliki pemahaman yang lebih mendalam. 48
Untuk lebih dapat dipahami, berikut adalah Gambar 2.1 mengenai fungsi
multirepresentasi.49
Fungsi
Multirepresentasi
Membatasi Membangun
Fungsi pelengkap
interpretasi pemahaman
Melengkapi Abstraksi/
Melengkapi proses Melalui kebiasaan Perluasan Perhubungan
informasi pemindahan
Melalui sifat
Tugas Yang berbeda Pengulangan
bawaan
Strategi Reifikasi
48
Fitria, Tomo, dan Haratua. Penggunaan Model Problem Based Learning Dengan Multirepresentasi
Pada Usaha Dan Energi Di Sma. h. 3-4. www. Jurnal.untan.ac.id diakses pada 28 Agustus 2021 pukul
16.30 wib.
49
Shaaron Ainsworth. OpCit. h, 134.
19
c. Kemampuan Multirepresentasi fisika
50
Binar, K. Prahani, dkk. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model Ikuiri Terbimbing
Untuk Melatihkan Kemampuan Multirepresentasi Siswa Sma. Pendidikan Sains Pascasarjana
Universitas Negeri Surabaya Vol 4. No.2, Mei 2015. h. 505
51
Irwandi. Multirepresentasi Sebagai Alternatif Pembelajaran Dalam Fisika. Jurnal al-Biruni 3 Vol
1, h. 2
20
Ketika seseorang mempelajari konsep-konsep sains yang rumit, menghubungkan
dengan berbagai bentuk representasi seperti diagram, grafik dan persamaan dapat
membawa manfaat. Sayangnya, ada bukti yang cukup untuk menunjukkan bahwa
peserta didik sering gagal menggunakan manfaat tersebut dan dalam kasus-kasus
tertentu kombinasi yang tidak tepat dari multirepresentasi benar-benar menghambat
proses belajar. Multirepresentasi merupakan cara yang sangat berguna tetapi seperti
semua alat yang sangat berguna mereka memerlukan penanganan yang hati-hati agar
peserta didik dapat menggunakannya dengan sebaik mungkin. 52
i. Representasi memberi peluang kepada guru untuk dapat menilai pemikiran siswa,
ii. Representasi memberi peluang guru untuk menggunakan teknik pedagogik yang
baru,
iii. Representasi memudahkan guru untuk menjembatani antara pemecahan masalah
konvensional dan pemecahan masalah modern.
52
Shaaron Ainsworth. OpCit. h, 134.
53
Andrew Izsak dan Miriam G. Sherin. Exploring the Use of New Representations as a Resource for
Teacher Learning. School Science and Mathematics. h. 21.
54
Eugenia Etkina, dkk. Scientific Abilities and their assessment. . American Journal of Education
Research Vol 4 No 1-4. 2016. h. 3
21
1) Mampu memformulasikan informasi dari representasi dengan benar. Pada
kemampuan ini, peserta didik diharapkan dapat membuat suatu representasi dari
informasi-informasi yang telah diperoleh pada materi.
2) Mampu menyusun representasi baru dari representasi sebelumya. Peserta didik
diharapkan dapat membuat representasi yang berbeda dari representasi sebelumnya
mengenai materi.
3) Mampu mengevaluasi perbedaan representasi secara konsisten dan
memodifikasinya jika perlu. Pada kemampuan ini, peserta didik membuat beberapa
representasi mengenai materi yang telah direpresentasikan oleh guru. Tentunya
beberapa representasi yang dibuat berbeda satu sama lainnya dan berkesesuaian
antara setiap representasi pada materi yang sama.
4) Mampu menggunakan representasi untuk pemecahan masalah. Dalam
menyelesaikan soal-soal mengenai materi hendaknya peserta didik menggunakan
beberapa representasi. Representasi yang digunakan peserta didik beragam dan
berkesesuaian antara satu sama lainnya.
f. Format Multirepresentasi
Berikut adalah format representasi yang dapat dimunculkan dalam pembelajaran fisika:
55
1) Deskripsi verbal, yaitu format yang dapat digunakan untuk memberikan definisi dari
suatu konsep, apabila dalam penyajian permasalahan fisika dalam bentuk kalimat-
kalimat bahasa, contoh “Sebuah buku dengan berat W diletakkan diatas meja. Buku
diberikan gaya luar/ gaya tekan sebesar F sejajar dengan arah vektor gaya berat,
sehingga besarnya gaya normal yang bekerja pada buku merupakan hasil
penjumlahan gaya (F) dengan gaya berat (W)”.
55
M.Yusup. 2009. Multirepresentasi Dalam Pembelajaran Fisika. h.2-3.
www.repository.unsri.ac.id. Diakses pada Kamis 26 Mei 2022 Pukul 14.33 WIB.
22
2) Gambar atau diagram, yaitu untuk menggambarkan atau memvisualisasikan suatu
konsep agar dapat dipahami lebih jelas. Dalam hal ini diagram juga sering
digunakan, yakni seperti diagram benda bebas, diagram gerak, diagram garis medan,
diagram rangkaian listrik, diagram sinar, diagram muka gelombang, diagram
keadaan energi.
3) Grafik, yakni suatu konsep dapat pula direpresentasikan dalam bentuk grafik.
Kemampuan dalam membaca dan membuat grafik juga sangat penting untuk
dikuasai. Contoh grafik yang sering digunakan dalam representasi konsep fisika
seperti grafik balok energi, grafik balok momentum, grafik pergeseran Wien, dll.
4) Matematik, yaitu untuk menyelesaikan persoalan tipe kuantitatif. Dalam
penggunaan representasi matematik ini banyak ditentukan keberhasilannya apabila
memiliki kemampuan representasi kualitatif yang baik, sehingga peserta didik
sebenarnya tidak seharusnya menghafalkan semua rumus-rumus.
I:Identify key concept, yaitu mengidentifikasi konsep kunci (key concept) atau ide
utama dari topik yang akan dipelajari. Hal ini sebagai landasan dalam mengkonstruksi
dan mengkreasi mode atau format representasi yang digunakan guru dan peserta didik
di ruang kelas.
F: Focus on form and functions, yaitu guru atau dosen memfokuskan pada mode atau
format dan fungsi representasi yang bervariasi sesuai dengan ide utama dari topik yang
dipelajari. Misalnya, representasi grafik untuk menyajikan data dan menginterpretasi
hasil analisis data, simulasi lepasnya elektron dari permukaan sebuah logam yang
disinari oleh cahaya dengan frekuensi tertentu dalam peristiwa efek fotolistrik dapat
23
menjelaskan peristiwa mikroskopik yang fenomenanya tidak bisa diamati secara
langsung, dan lain-lain.
S: Sequence: sejumlah representasi fenomena fisis dapat disajikan atau dikreasi secara
sekuensi atau berurutan sesuai dengan karakteristik atau ide utama yang menjadi pusat
perhatian dan konsepsi awal peserta didik. Jika konsepnya abstrak, pembelajaran dapat
dimulai dengan visualisasi atau simulasi konsep untuk memacu daya imaginasi dan
daya tarik peserta didik. Peserta didik akan mengalami kesulitan adaptasi psikologis
jika guru langsung menyajikan konsep yang sangat abstrak menggunakan persamaan
matematika, karena hal ini akan menimbulkan sejumlah sikap bertahan peserta didik
berupa sulitnya belajar fisika. Sekuensi yang logis menentukan ketertarikan peserta
didik mempelajari topik fisika dan meningkatkan persepsi positif pada topik fisika yang
dipelajari dan mempermudah penguasaan konsep.
O: On going assessment: Sangat penting untuk mereview pekerjaan peserta didik yang
menggunakan dan mengkreasi sendiri format representasi, guru dapat melakukan
serangkaian asesmen baik formatif, diagnostik, sumatif, maupun sejumlah asesmen
alternatif, termasuk self- assessment sangat berguna untuk menggali alasan dan
kompetensi peserta didik dalam merepresentasikan secara bervariasi konsep fisika
yang sama.56
3. Fenomena Kuantum
56
Abdurrahman, Liliasari, A. Rusli, dan Bruce Waldrip. Implementasi Pembelajaran Berbasis Multi
Representasi Untuk Peningkatan Penguasaan Konsep Fisika Kuantum. Cakrawala Pendidikan, Februari
2011, Th. XXX, No. 1. h. 36
24
penjelasannya. Begitu pula pada teori cahaya sebagai gelombang, teori gelombang
elektromagnetik, emisi gelombang elektromagnetik. Akan tetapi pada akhir abad 19
teori-teori klasik tidak dapat digunakan untuk memberi penjelasan yang tepat untuk
beberapa fenomena-fenomena interaksi radiasi suatu materi. Contoh fenomena yang
tidak dapat dijelaskan dengan fisika klasik adalah Spektrum radiasi benda hitam, efek
fotolistrik, spektrum atom hidrogen, dan lain lain. Sehingga pada seperempat pertama
diabad 20 mulai berkembanglah ilmu fisika baru dengan berbagai pengembangan
teorinya, salah satunya teori kuantum.57
Max Planck dan Einstein menjadi pelopor dari gagasan quanta berdasarkan
fenomena radiasi benda hitam yang pertama kali dikaji oleh Kirchhoff pada tahun
1860. Dengan menggunakan hukum kedua termodinamika, Kirchhoff membuktikan
bahwa setiap benda yang berada dalam kesetimbangan termal dengan radiasi daya
pancarnya berbanding lurus dengan daya serapnya. Teorema Kirchoff ini secara
matematis yaitu
𝑅𝑓 = 𝐽(𝑓, 𝑇)
57
Rustam E Siregar, Fisika Kuantum Teori dan Aplikasi, (Bandung,UNPAD PRESS: 2010) h. 1
58
Raymond A. Serway, dkk. Modern Physics Third Edition. (USA: Thomson Learning Inc., 2005)
h. 68
25
𝑅𝑓 yaitu daya pancaran persatuan luas persatuan frekuensi dari suatu benda panas,
𝐽(𝑓, 𝑇) adalah fungsi universal (sama untuk seluruh benda) yang hanya bergantung
pada frekuensi cahaya dan temperatur absolut benda. Hal ini menunjukkan bahwa daya
yang di pancarkan persatuan luas persatuan frekuensi dari suatu benda hanya
bergantung pada suhu dan frekuensi cahaya dari benda hitam, dan tidak bergantung
pada karakteristik lainnya seperti volume, bentuk, dan komposisi material.59
∆𝑄
𝑃= = 𝑒𝜎𝑇 4
∆𝑡
Yang mana P adalah intensitas radiasi per satuan luas, 𝜎 adalah tetapan Stefan-
Boltzmann yaitu 𝜎 = 5,67 × 10−8 W/m2 k4 , dan T adalah suhu mutlak benda. Hasil
ini adalah juga diturunkan atas dasar termodinamika klasik oleh Ludwig Boltzmann
sekitar lima tahun kemudian, dan rumus diatas sekarang disebut hukum Stefan-
Boltzmann. 60
Perhatikan bahwa daya per satuan luas yang dipancarkan oleh benda hitam hanya
bergantung pada suhu dan tidak pada karakteristik lain dari objek, seperti warna atau
bahannya itu terdiri. Perhatikan juga, yang menujukkan tingkat energi yang
dipancarkan oleh objek. Misalnya, meningkatkan suhu absolut suatu objek, misalnya,
59
Raymond A. Serway, dkk., Ibid., h. 69
60
Raymond A. Serway, dkk., Ibid., h. 70
26
bintang; meningkatkan aliran energi keluar dari objek dengan faktor objek berada di
suhu ruangan akan menggandakan laju di mana ia memancarkan energi sebagai akibat
dari kenaikan suhu. Dengan demikian, hukum Stefan-Boltzmann memiliki efek yang
sangat besar pada pembentukan keseimbangan termal pada fisik suatu sistem. 61
Menurut hukum Stefan Boltzman jika suhu meningkat dari 2000 K ke 4000 K atau
terjadi kenaikan 2 kali lipat, maka total intensitas radiasi kalor meningkat menjad 16
kali. Berdasarkan gambar 2.2. menunjukkan kurva antara intensitas radiasi persatuan
Panjang gelombang yang dipancarkan oleh suatu benda hitam terhadap Panjang
gelombangnya. Pada tiga suhu mutlak. Total intensitas radiasi yang dipancarkan sama
dengan luas dibawah grafik. 63
61
Raymond A. Serway, dkk .,Ibid., h. 71
62
Raymond A. Serway, dkk .,Ibid., h. 71
63
Stephen T Thornton dan Rex Andrew. 2013. Modern Physics for Scientists and Engineers, Fourth
Edition. USA. Cengage Learning. h. 97
27
Sumber: Myrightspot.com
Gambar 2.2. Grafik pergeseran Wien
Pada Gambar 2.2 terlihat bahwa luas dibawah kurva untuk T = 4000 K jauh lebih
besar daripada luas dibawah kurva untuk T = 3000 K. Pada Tahun 1893 ilmuan
bernama Wilhem Wien mengusulkan suatu bentuk umum dari hukum distribusi benda
hitam. Beliau menemukan hubungan secara empiris antara panjang gelombang radiasi
yang dipancarkan benda hitam dan suhu benda. Dalam hasilnya, Wien menjelaskan
sebagai berikut :
1) Pada suhu yang berbeda-beda panjang gelombang radiasi pada saat intensitas
maksimum bergeser ke panjang gelombang yang semain kecil.
2) Panjang gelombang radiasi saat intensitasnya maksimum berbanding terbalik
dengan suhu mutlak benda. Secara matematis dapat dituliskan dengan :
𝜆𝑚 × 𝑇 = 𝐶
64
Stephen T Thornton dan Rex Andrew., Ibid., h.96
28
c. Hukum Rayleigh Jeans
Ilmuan bernama Lord Rayleigh dan Sir James H Jeans menggunakan teori kinetik
gas untuk menjelaskan radiasi benda hitam. Menurut fisika klasik, energi rata-rata
1
setiap derajat kebebasan pada suhu T adalah 2 𝑘𝑇. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
besar 𝜆 maka intensitas akan semakin kecil dan jika 𝜆 mendekati tak hingga, maka
intensitas akan mendekati nol. Hal ini ternyata tidak sesuai data empiris atau
percobaan. 65
d. Teori Planck
Teori yang dihasilkan dari Max Planck yaitu mengenai energi radiasi suatu benda
hitam, bahwa energi radiasi yang dihasilkan oleh getaran molekul-molekul bermuatan
listrik merupakan kelipatan bilangan bulat positif dari ℎ𝑓, yaitu :
𝐸 = 𝑛ℎ𝑓
65
Stephen T Thornton dan Rex Andrew., Ibid., h.98
66
Paul A Tipler dan Ralph A. Llewellyn. 2008. Modern Physics Fifth Edition. New York. W.H.
Freeman and Company. h. 124
29
dipancarkan atau diserap oleh molekul-molekul bernilai sama dengan hf. Sehingga
dapat dinyatakan bahwa beda energi antara dua tingkat energi yang berdekatan adalah
hf. Molekul akan memancarkan atau menyerap energi hanya ketika molekul mengubah
tingkat energinya. Jika tetap tinggal dalam satu tingkat energi tertentu maka tidak ada
energi yang diserap atau dipancarkan oleh molekul. Hukum radiasi planck dapat
dinyatakan dengan
8𝜋ℎ𝑐𝜆−5
𝑢(𝜆, 𝑇) =
ℎ𝑐
−1
𝑒 𝜆𝑘𝑇
Dengan ℎ = 6,6 × 10−34 𝐽𝑠, c =3,0 × 108 𝑚/𝑠 merupakan cepat rambat cahaya,
𝑘 = 1,38 × 10−23 𝐽/𝐾 yaitu tetapan Boltzmann, dan T yaitu suhu mutlak benda
hitam.67
2. Dualisme Cahaya
a. Efek Fotolistrik
b. Produksi Sinar X
67
Stephen T Thornton dan Rex Andrew, Ibid., h. 125
68
Stephen T Thornton dan Rex Andrew. Ibid., h. 102
30
pembentukan sinar X terjadi kebalikan dari efekfotolistrik yaitu aliran elektron-
elektron yang menumbuk permukaan logam sehingga dapat menghasilkan foton-foton
sinar X. Sinar X dihasilkan ketika elektron-elektron bergerak dengan kecepatan tinggi
yang diperoleh karena beda potensial tinggi menumbuk suatu permukaan logam.
Ilmuan yang menemukan sinar X pertama kali yaitu Wilhelm K. Rontgen (1845-1923).
69
c. Efek Compton
Penelitian mengenai sinar X ternyata tidak berhenti begitu saja, ahli fisika asal
Amerika Serikat, Arthur H. Compton menemukan suatu gejala baru. Yaitu adanya
perubahan panjang gelombang sebelum dan sesudah sinar X dihamburkan. Compton
menjelaskan bahwa yang terjadi yaitu tumbukan antara kuantum cahaya dan elektron
bebas. Jika foton menumbuk elektron, maka sebagian besar energi foton diberikan
kepada elektron hal ini mengakibatkan elektron memiliki energi kinetik. Kemudian
energi foton setelah tumbukan akan berkurang. Berdasarkan teori klasik pengurangan
energi tidak akan diikuti dengan perubahan frekuensi atau panjang gelombang.
Sedangkan berdasarkan teori kuantum perubahan energi berarti perubahan energi yang
juga perubahan panjang gelombang. 70
69
Kenneth Krane. 1992. Fisika Modern. Depok. UI Press. h. 98
70
Kenneth Krane., Ibid,. h. 99
31
Gambar 2.3. Diagram hamburan Compton
ℎ
𝜆′ − 𝜆 = (1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃)
𝑚0 𝑐
71
Raymond A. Serway, dkk. Ibid., h. 92
72
Raymond A. Serway, dkk. Ibid., h. 96
32
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
1. Bemie Eka Saputra, Haerul Pathoni, Dwi Agus Kurniawan (Dalam Edu Fisika
Jurnal Pendidikan Fisika Volume 5 Nomor 1, Juni 2020) Yang Berjudul
“Pengembangan E-Modul Fisika Berbasis Multirepresentasi Pada Materi Gerak
Lurus”. Hasil penelitian ini yaitu menunjukkan kategori sangat baik dari tiap-tiap
validatornya. kelayakan dari validator ahli materi sebesar 86,67% . Hasil
kelayakan dari validator ahli media sebesar 87%. Hasil persepsi peserta didik
terhadap modul elektronik 3D pageflipp profesional berbasis multirepresentasi
menunjukkan sebanyak 16 orang siswa merespon sangat baik dan sebanyak 14
orang siswa merespon baik
2. Penelitia Mazetha Ramadayanty, Sutarno, Eko Risdianto (Dalam Jurnal Kumparan
Fisika, Vol. 4 No. 1, April 2021, Hal. 17-24) Yang Berjudul “Pengembangan E-
Modul Fisika Berbasis Multiple Reprsentation Untuk Melatihkan Keterampilan
Pemecahan Masalah Siswa”. Hasil dari penelitian ini yaitu berdasarkan hasil
validasi ahli bahwa e-modul yang dikembangkan sudah “layak” untuk digunakan.
Diperoleh persentase skor rata-rata pada aspek media adalah 78% dengan kategori
valid, aspek isi sebesar 76% dengan kategori valid, aspek penyajian sebesar 81%
dengan kategori sangat valid dan aspek bahasa sebesar 76% dengan kategori valid
dengan nilai rata-rata keseluruhan sebesar 78% dengan kategori valid. Karakteristik
e-modul antara lain: isi e-modul berbasis multiple representation, representasi yang
digunakan ditunjukkan untuk menstimulus keterampilan pemecahan masalah siswa
dan kegiatan pendahuluan pembelajaran serta soal pada e-modul melatihkan
keterampilan pemecahan masalah siswa
3. Penelitian I K Mahardika , R E Delftana, I G Rasagama, Suprianto, A N Rasyid and
I W Sugiartana (dalam International Conference on Mathematics and Science
Education 2019 (ICMScE 2019)) yang berjudul “Practicality of physics module
based on contextual learning accompanied by multiple representations in physics
33
learning on senior high school”. Hasil penelitian ini yaitu Berdasarkan hasil analisis
data validitas logika dan validitas empiris, modul dapat dikatakan sangat valid
dengan persentase masing-masing 86,88% dan 89,96%. Berdasarkan pengamatan
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan modul ini, dapat diketahui bahwa
modul ini sangat praktis dengan persentase rata-rata 80,46%. Berdasarkan
tanggapan siswa setelah menggunakan modul, modul fisika berbasis pembelajaran
kontekstual yang disertai dengan multiple Representasi sangat praktis digunakan
dalam pembelajaran fisika di SMA dengan diketahui persentase rata-rata 95,22%.
4. Penelitian Alia Rizki Fatiah (Skripsi 2020) Yang Berjudul “Pengembangan Modul
Elektronik Berbasis Multi Representasi Pada Materi Pokok Usaha Dan Energi
Untuk Siswa SMA”. Hasil penelitiannya yaitu Berdasarkan hasil validasi ahli
(expert review) yaitu masuk kategori valid pada semua aspek. Aspek isi didapatkan
persentase 95%, pada aspek kebahasaan didapatkan persentase 92%, dan pada aspek
desain didapatkan persentase 100%. Kepraktisan modul elektronik dilihat dari skor
rata-rata angket pada tahap one-to-one evaluation dan small group evaluation. Dari
tahap one-to-one evaluation didapatkan rata-rata skor penilaian sebesar 93,25%
dengan kategori sangat praktis. Dari tahap small group evaluation didapatkan rata-
rata skor penilaian sebesar 84,78% dengan kategori sangat praktis.
5. Penelitian Chieka Mariskha Auliya Umbara (skripsi 2021) yang berjudul
“Menyusunan E-Modul Berbasis Multirepresentasi Pada Materi Hukum
Newton”. Hasi dari penelitian ini yaitu hasil analisis validasi menunjukan e-modul
yang disusun terkualifikasi layak pada aspek muatan konten, media dan
multirepresentasi. Pada tahap uji coba terbatas didapatkan respon yang positif dan
hasil yang menunjukan tingkat keterbacaan e-modul yang "tinggi” dengan hasil
tingkat keterbacaan 88,65% yang artinya e-modul dapat digunakan secara mandiri.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dihasilkan sebuah e-modul berbasis
multirepresentasi pada materi Hukum Newton dengan ulasan yang cukup baik dari
ahli dan peserta didik.
34
6. Pelitian dari Abdurrahman, Liliasari, A. Rusli, dan Bruce Waldrip (2011) dengan
judul “Implementasi Pembelajaran Berbasis Multi Representasi Untuk Peningkatan
Penguasaan Konsep Fisika Kuantum”. Hasilnya menunjukkan bahwa instruksi
berbasis multi-representasi memiliki berpengaruh signifikan terhadap penguasaan
konsep fisika kuantum siswa guru. Hasil wawancara semi terstruktur sebagai bagian
kualitatif dari penelitian ini menunjukkan: bahwa pada kelompok eksperimen siswa
menggunakan representasi yang bervariasi mode dalam proses pembelajaran dan
mampu menggunakan yang paling tepat satu untuk memecahkan masalah konsep
fisika kuantum yang diberikan.
35
C. Kerangka Berpikir
Abad ke-21 ini perkembangan IPTEK terjadi sangat pesat sehingga memerlukan
adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pendidikan menjadi salah satu
langkah awal peningkatan kualitas manusia. Salah satu mata pelajaran disekolah yang
dianggap sulit yakni fisika padahal kehidupan teknologi modern diabad ini tidak lepas
dari jasanya, salah satu yang paling berpengaruh yakni konsep fenomena kuantum.
Fenomena kuantum pada kenyataannya jarang ditemukan secara langsung karena
bersifat mikroskopis dan abstrak. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berkesimpulan
bahwa dalam memahami materi fenomena kuantum ini sulit dijelaskan oleh guru
karena butuh visualisasi dan representasi materi yang beragam untuk lebih
memahamkan peserta didik, begitupun peserta didik juga sulit memahami karena
materi ini baru dipelajari di kelas XII sehingga membutuhkan pemahaman yang lebih
dan juga buku pembelajaran yang kurang memahamkan karena terlalu didominasi
penjelasan verbal dan matematis saja.
36
Adapun kerangka berpikir dapat dipahami berdasarkan Gambar 2.4 berikut:
Sulitnya peserta didik memahami konsep fenomena kuantum dan juga buku
pembelajaran yang kurang memahamkan karena terlalu didominasi penjelasan
verbal dan matematis saja.
Modul yang layak, praktis dan efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep
fenomena kuantum dan meningkatkan kemampuan multirepresentasi untuk
menyelesaikan masalah-masalah fisika kuantum pada peserta didik.
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir
D. Pertanyaan Penelitian
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode pengembangan (Research and
Development) untuk mengembangkan modul berbasisi multirepresentasi pada materi
fenomena kuantum fisika SMA/MA kelas XII. Sedangkan model penelitan yang
digunakan yaitu model penelitian dan pengembangan 4D (four-D model) yang
dikembangkan oleh S. Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel pada
tahun 1974 yang direduksi menjadi 3D.73 Adapun model ini meliputi tahap
pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop) dan
tahap ujicoba (disseminate)74. Akan tetapi tahap disseminate tidak dilakukan, karena
terbatasnya waktu dan kondisi yang kurang memungkinkan untuk dilaksanakan,
sehingga penelitian ini hanya sebatas menguji kelayakan modul yaitu terdapat pada
tahap pengembangan (develop). Model pengembangan 4-D dapat dijadikan sebagai
sumber ide dan prosedur pengembangan untuk mengembangkan bahan ajar
pembelajaran.75 Sehingga dalam hal ini peneliti memilih model pengembangan 4-D
karena selain berdasarkan penjelasan diatas terdapat beberapa keunggulan lain, yaitu
terdapat uraian tahap yang detail, sistematis, mudah dipahami dan juga terdapat
tahapan dalam pengembangannya dilakukan penilaian oleh para ahli.
B. Prosedur penelitian
1. Tahap Pendefinisian (Define)
Tujuan pada tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat
pengembangan melalui analisis. Pada tahap ini peneliti melakukan studi pendahuluan
yang berupa studi literatur dan studi lapangan. Literatur yang diteliti yaitu dokumen
73
Mazetha Ramadayanty, dkk. Pengembangan E-Modul Fisika berbasis Multiple Representation
untuk melatihkan keterampilan pemecahan masalah siswa. Jurnal Kumparan Fisika, Vol 4 no.1, April
2021. h. 19.
74
S. Thiagarajan, dkk. 1974, Instructional Development for Training Teacher of Exceptional
Children. Indiana :Indiana University. h. 5
75
S. Thiagarajan, dkk., Op.Cit. h. 5
38
kurikulum 2013 revisi, skripsi, jurnal, dan buku-buku pendukung lainnya. Sedangkan
studi lapangan peneliti melakukan observasi kepada peserta didik menggunakan angket
studi pendahuluan dan kepada guru dengan wawancara terkait pembelajaran dan
penggunaan bahan ajar. Secara garis besar pada tahap ini disebut juga tahap studi
pendahuluan yang mana tahap ini dijabarkan meliputi 5 langkah pokok yang dijelaskan
pada Tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1 Langkah-langkah tahap define dan tujuannya
Langkah-langkah Tujuan
39
hasil analisis konsep dan analisis tugas.
76
76
S. Thiagarajan, dkk., Ibid., h. 6
40
meliputi aktifitas pembelajaran yang
terstruktur. 77
77
S. Thiagarajan, dkk., Ibid., h. 7
78
S. Thiagarajan, dkk., Ibid,. h. 8
41
didik. Setelah melakukan uji coba hasil yang didapati yaitu berupa modul yang telah
direvisi. Untuk lebih detailnya dapat dilihat di Tabel 3.3 berikut ini
Uji validasi ahli Ahli materi, ahli media, Angket uji ahli
dan ahli bahasa.
79
Edi Riadi, Metode Statistika Parametrik & Non Parametrik, (Tangerang: Pustaka Mandiri, 2014),
h. 29
42
digunakan adalah angket pendahuluan, wawancara, dan teknik dokumentasi. Berikut
rincian pengumpulan data pada Tabel 3.4.
43
Kelas XII MIPA Hasil angket respon Rubrik penilaian Lembar angket
3 SMA peserta didik respon peserta didik respon peserta
Darussalam dan setelah didik
Kelas XII MIA 2 menggunakan
MA Al- modul berbasis
Amiriyyah multirepresentasi
Kelas XII MIPA Hasil belajar Tes awal (pretest) Butir soal essai
3 SMA peserta didik
Darussalam dan sebelum diberikan
Kelas XII MIA 2 perlakuan
MA Al-
Amiriyyah
Kelas XII MIPA Hasil belajar Tes akhir (posttest) Butir soal essai
3 SMA peserta didik
Darussalam dan setelah proses
Kelas XII MIA 2 pembelajaran
MA Al- dengan modul
Amiriyyah berbasis
multirepresentasi
F. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa instrumen
tes yaitu berupa pretest dan posttest dan non-tes yang berupa wawancara, angket
pendahuluan, dan angket respon. Hal ini bertujuan untuk mengetahui informasi
kelayakan, kepraktisan dan keefektifan dari produk yang telah dikembangkan.
Beberapa instrumen yang digunakan yakni sebagai berikut.
44
1. Pedoman Wawancara
Menurut Eisterberg dalam Sugiono wawancara yaitu bertemunya dua orang yang
akan melakukan pertukaran informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga
menghasilkan suatu konstruksi makna mengenai suatu topik tertentu. Wawancara
dilakukan untuk menemukan permasalahan yang terjadi di lapangan yang harus
diteliti.80 Pedoman wawancara digunakan sebagai acuan untuk melakukan wawancara
kepada guru mata pelajaran Fisika kelas XII. Kisi-kisi pedoman wawancara yakni pada
Tabel 3.5 di bawah ini.
Tabel 3.5 Kisi-kisi Pedoman Wawancara
Komponen Indikator Nomor Jumlah
pertanyaan pertanyaan
Pembelajaran mata 2, 3, 4, 5, 6, 7, 7
pelajaran fisika materi 10
fisika kuantum
Kegiatan Kemampuan 8, 9 2
pembelajaran multirepresentasi
Jumlah 15
Angket penelitian pendahuluan adalah suatu angket yang berisi pertanyaan kepada
peserta didik untuk mengetahui secara intensif mengenai latar belakang kondisi
80
Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta CV. h. 114
45
sekarang di sekolah ketika pelaksanaan pembelajaran fisika.81 Berikut adalah kisi-kisi
angket penelitian pendahuluan pada Tabel 3.6 di bawah ini
Desain Kemampuan 8, 6
pembelajaran multirepresentasi 9,10,11,12,13
Jumlah 16
81
Cholid narbuko dan Abu Ahmadi. 2004. Metodologi Penelitian . Jakarta: PT. Bumi Aksara. h. 46
46
uji ahli, yaitu Tabel 3.7 untuk ahli materi, Tabel 3.8 untuk ahli media, dan Tabel 3.9
untuk ahli bahasa di bawah ini.
Tabel 3.7 Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Ahli Materi
Komponen Indikator Nomor Jumlah
pernyataan pernyataan
82
)* : Direktorat Pembinaan SMA. Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Panduan praktis
penyusunan e-Modul tahun 2017
83
)** : Gkitzia V., Salta K. and Tzougraki C., Development and application of suitable criteria for
the evaluation of chemical representations in school textbooks, Chemistry Education Research and
Practice. (2011).
47
Keterkaitan, dan ketersediaan 15, 16,17,18, 19
aspek multirepresentasi**
84
)* : Dwi Rahdiyanta. Teknik Penyusunan Modul .
85
)** : Iztok Devetak and Janez Vogrinc. 2013. The Criteria for Evaluating the Quality of the
Science Textbooks.
48
Pemanfaatan Kemudahan menggunakan 20, 21, 22* 6
modul
Kemenarikan tampilan dan daya 23, 24, 25*
Tarik
Jumlah 25
86
)* : Iztok Devetak and Janez Vogrinc. 2013. The Criteria for Evaluating the Quality of the Science
Textbooks.
49
Dialogis dan Kemampuan memotivasi 8 2
interaktif peserta didik untuk
merespon**87
Mendorong berpikir kritis pada 9
peserta didik**
Kesesuaian Ketepatan tata bahasa** 10,11 3
dengan kaidah Ketepatan ejaan ** 12
bahasa
Indonesia
Keruntutan Keutuhan makna dalam 13 2
dan bab/sub bab/ Alinea/ kalimat**
keterpaduan Keruntutan dan keterpaduan 14
alur berpikir antar bab / paragraf**
Penggunaan Konsistensi penggunaan 15 2
istilah, simbol istilah**
atau lambang Konsistensi penggunaan 16
simbol atau lambang*
Jumlah 16
Angket respon guru dan peserta didik digunakan untuk mengetahui kepraktisan
modul dengan melihat respon peserta didik dan guru mengenai modul yang
dikembangkan oleh peneliti. Berikut adalah kisi-kisi instrumen angket respon peserta
didik pada Tabel 3.10 dan angket respon guru pada Tabel 3.11 di bawah ini.
87
)**: BNSP. 2014. Penilaian Buku Teks Siswa Untuk Peminatan Fisika SMA/MA
50
Tabel 3.10 Kisi-Kisi Instrumen Angket Respon Peserta Didik
Komponen Indikator Nomor Jumlah
pernyataan pernyataan
88
)*: BNSP. 2014. Penilaian Buku Teks Siswa Untuk Peminatan Fisika SMA / MA.
89
)**: Iztok Devetak and Janez Vogrinc. 2013. The Criteria for Evaluating the Quality of the Science
Textbooks.
51
khususnya materi fisika
kuantum.**
Modul berbasis 8
multirepresentasi membuat
lebih bersemangat dalam
belajar fisika khususnya
materi fisika kuantum.**
Modul berbasis 9
multirepresentasi membuat
proses pembelajaran tidak
membosankan**
Materi Pemaparan materi Modul 10 3
berbasis multirepresentasi
berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.**
Penyajian materi dalam Modul 11
berbasis multirepresentasi
mudah dipahami**
90
)*** : Dyah Sakinah I. P. 2020. Pengembangan Modul STEM Terintegrasi Kearifan Lokal untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Gelombang Bunyi.
52
Bahasa yang digunakan 14
sederhana dan mudah
dipahami***
Jumlah 14
91
)* : BNSP. 2014. Penilaian Buku Teks Siswa Untuk Peminatan Fisika SMA / MA.
92
)**: Iztok Devetak and Janez Vogrinc. 2013. The Criteria for Evaluating the Quality of the Science
Textbooks.
53
Ukuran dan jenis huruf teks 6
menarik untuk dibaca
Modul berbasis 7
multirepresentasi memiliki
tataletak yang dapat membantu
pembaca memahami isi
modul**
Materi Penyampaian materi dengan 8 3
Modul berbasis
multirepresentasi berkaitan
dengan kehidupan sehari-
hari**
Penyajian materi dalam Modul 9
berbasis multirepresentasi
mudah dipahami**
Bahasa Kalimat dan paragraf yang 10 2
digunakan jelas dan mudah
dipahami***93
Bahasa yang digunakan 11
sederhana dan mudah
dipahami***
Jumlah 11
93
)***: Dyah Sakinah I. P. 2020. Pengembangan Modul STEM Terintegrasi Kearifan Lokal untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Gelombang Bunyi.
54
5. Tes (Pretest dan Posttest)
Instrumen tes dari hasil belajar kognitif berupa soal Pretest dan Posttest yang
digunakan untuk memperoleh data hasil belajar dari peserta didik dalam pembelajaran
materi Fenomena Kuantum. Soal Pretest dan Posttest dilakukan untuk mengetahui
tingkat keefektifan modul yang dikembangkan. Hasil dari pretest dan posttest tersebut
kemudian dihitung perbandingan nilainya menggunakan rumus N-gain. Gain
menunjukan adanya peningkatan kemampuan multirepresentasi pada peserta didik
setelah mengikuti pembelajaran menggunakan modul yang dikembangkan. Berikut
adalah kisi-kisi instrumen tes pada Tabel 3.12 dibawah ini.
55
kehidupan perbandingan suhu
sehari-hari dan panjang
gelombang dan
menggambarkan
grafik yang sesuai
dengan hasil
perhitungan.
Efek C4 Disajikan sebuah 3 Uraian
fotolistrik grafik. Peserta
didik mampu
menghitung dan
mengidentifikasi
indikator pada
grafik.
Efek C4 Disajikan sebuah 4 Uraian
fotolistrik grafik. Peserta
didik mampu
mengidentifikasi
informasi dari
grafik energi
kinetik maksimum
elektron
Efek C4 Disajikan sebuah 5 Uraian
Compton kasus pada foton.
Peserta didik
mampu
menghitung terkait
efek Compton
56
G. Uji Coba Produk
Uji coba produk akan dilaksanakan pada tahap uji coba pengembangan setelah
modul divalidasi oleh para ahli. Uji coba dilaksanakan untuk mengetahui hasil
penerapan modul dalam pembelajaran dikelas, meliputi pengukuran keefektifan dalam
meningkatkan kemampuan multirepresentasi peserta didik dan uji kepraktisan yang
didapati dari angket respon guru dan peserta didik.
Penelitian pengembangan yang dilakukan harus melalui 3 tahap yaitu tahap uji
validitas, uji efektivitas dan juga uji praktibilitas. Teknik analisis data dalam penelitian
ini menggunakan analisis secara kuantitatif dan kualitatif. Data yang diperoleh dari
penelitian pendahuluan akan diolah secara kualitatif, sedangkan data yang diperoleh
melalui angket dengan pertanyaan menggunakan rating scale yang akan diubah
menjadi data kuantitatif. Berikut adalah Teknik analisis yang digunakan apabila
dijabarkan sebagai berikut:
2. Analisis Data Angket Validasi, dan Angket Respon Peserta Didik dan Guru
Data yang dihasilkan dari angket validasi para ahli, angket respon guru, dan angket
respon peserta didik akan dipaparkan dengan menggunakan rating scale (skala
bertingkat). Data skala bertingkat yang merupakan angka akan ditafsirkan dalam bentuk
57
penjelasan kualitatif. Berikut beberapa kriteria penilaian untuk skala bertingkat pada
Tabel 3.13.
3 Baik (B)
Persentase jawaban dari tiap-tiap item pertanyaan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus94 :
94
Sri Hayati, Agus Setyo Budi, dan Erfan Handok. Pengembangan Media Pembelajaran Flipbook
Fisika Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik. In: Seminar Nasional Fisika II. Universitas
Negeri Jakarta; 2015.h. 51.
95
Mazetha Ramadayanty, Sutarno, Eko Risdianto. Pengembangan E-Modul Fisika Berbasis Multiple
Reprsentation Untuk Melatihkan Keterampilan Pemecahan Masalah Siswa. Jurnal Kumparan Fisika,
Vol. 4 No. 1, April 2021. h.19
58
Tabel 3.14 Persentase dan Kriteria Kelayakan Modul Berbasis Multirepresentasi
Uji kepraktisan yaitu untuk mengetahui seberapa praktisnya modul yang digunakan.
Nilai uji kepraktisan didapatkan dari hasil angket respon peserta didik dan guru setelah
menggunakan modul. Kriteria dari pemberian nilai kepraktisan pada modul seperti
yang tertera pada Tabel 3.15 berikut96.
Persentase Kriteria
96
Achmad Lutfi Nita Bintiningtiyas, “Pengembangan Permainan Varmintz Chemistry Sebagai
Media Pembelajaran Pada Materi Sistem Periodik Unsur,” Unesa Journal of Chemical Education, 5.2
(2016), h. 304.
59
c. Analisis Uji Efektivitas
Uji efektivitas disini peneliti melihat dari seberapa banyak peserta didik yang
mendapatkan hasil posttest ≥ hasil pretest setelah belajar menggunakan modul berbasis
multirepresentasi, sehingga peningkatan kemampuan multirepresentasi peserta didik
dapat diketahui dari uji normal gain. Uji normal gain adalah suatu ukuran kasar atau
perkiraan mengenai keefektifan suatu treatment atau perlakukan dalam pembelajaran
dalam mendorong pada pemahaman konsep. Perhitungan uji Normal Gain (N-gain)
adalah selisih antara nilai posstest dan pretest, secara matematis N-gain dapat
dirumuskan sebagai berikut97:
Berdasarkan rumus diatas maka N-gain adalah ukuran yang menunjukkan seberapa
banyak yang dipelajari peserta didik dibagi dengan seberapa banyak yang dapat peserta
didik pelajari. 98 Kemudian hasil perhitungan dengan rumus di atas kemudian nilai gain
di ubah dalam bentuk persen untuk mengetahui kategori tafsiran efektivitas N-Gain.
Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.16 di bawah ini. 99
40 - 50 Kurang Efektif
97
Richard R. Hake, “Analyzing Change/Gain Scores,” dalam Edukimia, 1.1 (2019), h. 1.
98
Yudi Guntara. 2020. Normalized Gain: Ukuran Keefektifan Treatment.
https://www.researchgate.net/publication. h. 1. Diakses pada 4 Juli 2022 Pukul 20.16 WIB
99
Muh. Nawir, dkk. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and
Explaining terhadap Hasil Belajar Metematika Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 18 Lau Kabupaten
Maros. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 2, Nomor 2, Desember 2019. h. 104
60
56 – 75 Cukup Efektif
>76 Efektif
Validitas bermakna sejauh mana keakuratan suatu tes atau skala dalam menjalankan
fungsi pengukurannya. Pengukuran memiliki validitas tinggi apabila menghasilkan
data yang secara akurat memberikan gambaran mengenai variabel yang diukur sesuai
dengan tujuannya.101 Dalam melakukan validitas pada instrumen soal yaitu
berdasarkan hasil validasi oleh ahli kemudian diolah dengan menggunakan Aiken’s V.
Aiken’s V merupakan salah satu statistik untuk menunjukkan validitas isi suatu item
test yang diusulkan oleh Aiken (1985). Aiken’s V diformulasikan untuk menghitung
content validity coefficient yang didasarkan pada hasil penilaian dari ahli sebanyak n.
penilaian dilakukan dengan memberi angka antara 1 (sangat tidak mewakili atau sangat
tidak relevan) sampai dengan 5 (sangat mewakili atau sangat relevan ) 102. Berikut
adalah kriteria penilaian validator soal pada Tabel 3.17.
100
Yudi Guntara, OpCit. h. 1.
101
Saifuddin Azwar. 2019. Reliabilitas dan Validitas edisi 4 cet 10. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
h.8
102
Saifuddin Azwar. Ibid,. h.112-113
61
Tabel 3.17 Kriteria Penilaian Ahli atau Validator
4 Valid (V)
∑𝑠
𝑉=
[𝑛(𝑐 − 1)]
Keterangan :
V = Indeks V
𝑠 = 𝑟 − 𝑙0
𝑙0 = Angka penilaian validitas yang terendah (dalam hal ini yaitu 1)
𝑐 = Angka penilaian validitas yang tertinggi (dalam hal ini yaitu 5)
𝑟 = Angka yang diberikan ahli atau validator
𝑛 = Jumlah ahli atau validator atau rater
103
Lewis R. Aiken. 1985. Three Coefficients for Analyzing The Reability And Validity of Ratings.
Educational and Psychological Measurement, 45(1), h. 133-135
62
Tabel 3.18 Kriteria Tingkat Kevalidan Soal
Rentang skor indeks (V) Tingkat Kevalidan Soal
≤ 0,4 Rendah
≥ 0,8 Tinggi
63
BAB IV
Define (Pendefinisian) yang dilakukan oleh peneliti yakni studi literatur dengan
mengumpulkan informasi yang berasal dari referensi jurnal, skripsi, dan karya tulis
ilmiah lain yang relevan dengan tema penelitian pengembangan yang diambil.
Sedangkan studi lapangan dilakukan dengan observasi awal pada SMA dan MA yang
ada di Kecamatan Tegalsari Banyuwangi.
Analisis awal akhir yakni analisis yang dilakukan untuk mengetahui seberapa
dibutuhkannya pengembangan modul berbasis multirepresentasi. Pada tahap ini
muncul fakta-fakta dan beberapa alternatif yang bisa digunakan sebagai penyelesaian
104
S. Thiagarajan, dkk. 1974, Instructional Development for Training Teacher of Exceptional
Children. Indiana :Indiana University. h. 5
64
yang mana dapat memudahkan untuk menentukan langkah awal dalam
mengembangkan media pembelajaran yang sesuai. Sedangkan dalam studi literatur
peneliti mengambil 5 sumber referensi yang berkaitan dengan penelitian ini. Berikut
beberapa studi literatur yang telah dilakukan peneliti yang dapat dilihat pada Tabel 4.1
berikut ini.
65
3. Bemie Eka Saputra, Haerul Pengembangan media bahan ajar
Pathoni, Dwi Agus Kurniawan. elektronik 3D Pageflipp yang
Tahun 2020. berbasis representasi visual layak
digunakan dalam pembelajaran
Edufisika: Jurnal Pendidikan dengan nilai validitas menunjukkan
Fisika 21 butir. Persepsi peserta didik
terhadap modul elektronik 3D
pageflipp profesional Fisika SMA
Kelas X materi GLB dan GLBB
berbasis multirepresentasi di SMA
N 11 Muaro Jambi menunjukkan
hasil respon siswa menunjukkan
sebanyak 16 orang siswa merespon
sangat baik penggunaan media
sedangkan sebanyak 14 orang siswa
merespon baik media pembelajaran
yang digunakan.
66
artinya e-modul dapat digunakan
secara mandiri.
Analisis peserta didik yakni analisis yang dilakukan kepada peserta didik yang
sudah menjalani pembelajaran bersama guru. Hal ini dilakukan agar desain modul
sesuai dengan karakteristik peserta didik. Beberapa karakteristiknya yang dimaksud
disini yaitu seperti kemampuan akademik, perkembangan kognitif, motivasi dan
keterampilan individu yang berkaitan dengan topik pembelajaran, media, format dan
bahasa.105 Peserta didik kelas XII rata-rata memiliki usia 17-18 tahun. Berdasarkan
teori perkembangan Piaget bahwa anak dengan umur 17-18 tahun sudah memiliki
kemampuan untuk menalar lebih logis, menarik kesimpulan dari informasi yang ia
dapatkan dan juga anak mampu memahami beragam hal yang tidak hanya dalam
105
S. Thiagarajan, dkk., Op.Cit. h. 5
67
bentuk hitam dan putih akan tetapi juga warna lain juga.106 Maksutnya disini peserta
didik mampu memahami beragam format representasi untuk memahami suatu konsep.
Sehingga modul berbasis multirepresentasi menjadi bahan ajar yang sesuai dengan
perkembangan kognitif, keterampilan memahami beragam bentuk pada tiap-tiap
konsep materi. Berdasarkan hasil studi pendahuluan berupa wawancara kepada guru
bahwa materi fenomena kuantum ini dianggap abstrak dan bersifat mikroskopis pada
materi kelas XII. Dan juga berdasarkan hasil angket pendahuluan yang diberikan
kepada peserta didik menunjukkan bahwa buku-buku pegangan peserta didik
didominasi oleh representasi verbal atau terlalu banyak kalimat-kalimat penjelasan
yang tidak didukung dengan format lain seperti gambar dan grafik, sehingga peserta
didik kesulitan dalam memahami konsep fisika. Selain itu dengan kondisi dan situasi
peserta didik yang bertempat tinggal di pesantren, maka dibutuhkan penunjang dari
sumber belajar yang berbentuk buku cetak. Sehingga modul berbasis multirepresentasi
yang tak hanya menyajikan format verbal dan matematis akan tetapi juga didukung
dengan format gambar dan grafik mampu memberikan pemahaman secara menyeluruh
dan mendalam mengenai materi fenomena kuantum.
c. Analisis Tugas
106
Inhelder, Barbel dan Jean Piaget. The Growth of Logical Thinking From Childhood to
Adolescence: An Essay on The Construction of Formal Operational Structures. Vol 22. Psychology
Press. 1958.
68
dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan informasi KI dan KD diatas maka diketahui
bahwa kemampuan pemahaman secara menyeluruh mengenai konsep fenomena
kuantum menjadi target yang harus dipenuhi peserta didik tidak hanya mampu
menghitung secara matematis akan tetapi juga pemahaman konsep secara deskripsi
verbal, gambar, dan grafik. Sesuai dengan taksonomi Bloom ranah kogitif pada tingkat
analisis salah satu kemampuan yang dimiliki yaitu mampu menguraikan informasi
kedalam beberapa bentuk atau bagian yang lain.107 Maka dari itu sangat diperlukan
penelitian dengan pengembangan modul berbasis multirepresentasi agar penjelasan
secara kualitatif mengenai konsep fenomena kuantum dapat dikuasai secara utuh oleh
peserta didik.
d. Analisis Konsep
Analisis konsep ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi konsep pokok yang
akan diajarkan dan menjabarkannya dengan bentuk hirarki konsep, dengan cara
mengidentifikasi dan menyusun secara sistematis bagian-bagian utama materi.108 Pada
kegiatan analisis konsep ini peneliti melakukan identifikasi, perincian, dan penyusunan
secara sistematis sesuai dengan materi. Berikut adalah hirarki atau peta konsep yang
akan diajarkan kepada peserta didik.
107
Lorin W. Aderson, dkk. 2014. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan
Asesmen Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom diterjemahkan oleh Agung Peihantoro. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. h. 100.
108
S. Thiagarajan, dkk., Op.Cit. h. 5
69
FENOMENA KUANTUM
Menjelaskan fenomena
konsep
Menuju pada
konsep
Menuju pada
penemuan
Menghasilkan
Heisenberg
70
e. Analisis Tujuan Pembelajaran
71
2. Hasil Design (Perencanaan)
Tahap berikutnya pada model 4-D yakni perencanaan (Design). Dalam tahapan
perencanaan ini terdapat empat langkah yang harus terpenuhi, yaitu Constructing
Criterion-Referenced Test (Penyusunan Test Acuan Patokan), Media Selection
(Pemilihan Media), Format Selection (Pemilihan Format) dan Initial Design
(Rancangan Awal).109
Penyusunan tes acuan ini didasarkan pada hasil analisis tujuan pembelajaran dan
analisis peserta didik. Dari hal ini disusun kisi-kisi tes hasil belajar. Tes disesuaikan
dengan kemampuan kognitif peserta didik. Dalam penyusunan tes acuan patokan yang
akan dijadikan penilaian pada penelitian ini yaitu berupa soal essai yang berjumlah
lima soal yang telah divalidasi. Tes dilakukan dua kali yakni sebelum dan setelah
melakukan pembelajaran dengan modul berbasis multirepresentasi.
Pemilihan media disesuaikan dengan hasil analisis konsep yang telah dilakukan dan
disesuaikan dengan analisis karakteristik peserta didik yang dilakukan pada tahap
pendefinisian. Pada tahap pendefinisian (define) pada langkah analisis karakteristik
peserta didik dibutuhkan bahan ajar cetak yang menunjang kemampuan
multirepresentasi peserta didik dalam pembelajaran. Pada langkah analisis konsep,
materi fenomena kuantum merupakan materi yang disajikan dalam modul ini dengan
beberapa alasan berdasarkan latar belakang, maka pengembangan bahan ajar modul
berbasis multirepresentasi merupakan salah satu solusi untuk masalah yang dianalisis
pada tahap pendefinisian. Media yang dipilih adalah media modul cetak yang dibuat
menggunakan software Microsoft Word 2013 dan picsart.
109
S. Thiagarajan, dkk., Op.Cit. h. 6
72
c. Format Selection (Pemilihan Format)
73
Tabel 4.2 Hasil Rancangan Awal Modul Sesuai Sintaks Multirepresentasi
Konten Modul Tampilan Penjelasan
Yang dibasiskan
pada
multirepresentasi
Identify key concept Mengidentifikasi
konsep kunci (key
concept) atau ide
utama dari topik
yang akan dipelajari
74
Sequence Sejumlah
representasi
fenomena fisis dapat
disajikan atau
dikreasi secara
sekuensi atau
berurutan sesuai
dengan karakteristik
atau ide utama yang
menjadi pusat
perhatian.
75
Format • Representasi
Multirepresentasi Gambar
• Representasi
Grafik
• Representasi
matematik
• Representasi
vebal
76
Tabel 4.3 Tampilan Umum Modul
No. Tampilan Komponen
1. Cover
77
2. Kompetensi dasar dan
Indikator Pencapaian
Kompetensi
3 Peta konsep
4. Petunjuk penggunaan
modul
78
5. Kegiatan Pembelajaran
1 dan 2
7. Tujuan Kompetensi
Permasalahan awal
(Tahukah kamu?)
79
8. Rangkuman
80
12. Refleksi Diri
13. Seranai
81
15. Daftar Pustaka
Validasi uji ahli dibedakan atas tiga kategori. Yaitu ahli materi, ahli media dan ahli
bahasa. Berikut adalah hasil validasi uji ahli sebagai berikut.
Validasi ahli materi dilakukan oleh lima ahli, yakni empat berasal dari dosen FITK
UIN Jakarta yakni bapak Anugrah Azhar, M.Si, bapak Ahmad Suryadi, M.Pd., dan Ibu
Fuji Hernawati Kusumah, M.Si. dan satu dari guru fisika kelas XII SMA Darussalam
Blokagung Banyuwangi yakni bapak Gede Jawi Pintara, S.Pd. berikut adalah hasil
validasi oleh validator ahli materi pada Tabel 4.4 di bawah.
82
3. Isi Materi 178 208 85,5 Sangat
Layak
83
1. Menambah gambar yang lebih
menarik guna menarik minat siswa
untuk membaca modul
Ahmad Suryadi, M.Pd. Saran
1. Jika ini adalah modul untuk siswa
sebaiknya bagian penggunaan
modul untuk guru tidak usah
ditampilkan.
2. Gambar yang memungkinkan
dibuat sendiri lebih baik dibuat.
Komentar
84
grafik dari buku teks atau dari
manapun.
Validasi ahli media dilakukan oleh tiga orang ahli media yang terdiri dari dua dosen
FITK UIN Jakarta, yakni bapak Dzikri Rahmat Romadhon, M.Pfis dan bapak Reza
Ruhbani Amarulloh, M.Pd, dan satu orang dosen UHAMKA yakni ibu Dr. Isti Tri
Hartini, M.Pd. Hasil dari validasi ahli media yaitu sebagai berikut, pada Tabel 4.6
dibawah ini.
85
Tabel 4.7 Saran dan Komentar Validator Ahli Media
Validator Saran dan Komentar
Validasi ahli bahasa dilakukan oleh dua ahli, yaitu dua dosen yang berasal dari FITK
UIN Jakarta ibu Dr. Elvi Susanti, M.Pd. Serta satu dosen yang berasal dari Institut
86
Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta yaitu pak Syihaabul Hudaa, M.Pd.
Berikut adalah hasil validasi oleh validator ahli bahasa pada Tabel 4.8 di bawah
5. Kesesuaian 20 24 83 Sangat
dengan kaidah Layak
bahasa Indonesia
6. Keruntutan dan 16 16 100 Sangat
keterpaduan alur Layak
berpikir
7. Penggunaan 16 16 100 Sangat
istilah, simbol Layak
atau lambang
Rata-Rata 96,2 Sangat
Layak
87
Berdasarkan Tabel 4.8 tersebut, beberapa komponen instrumen modul mendapatkan
hasil persentase tinggi, sedangkan kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia menjadi
komponen instrumen modul yang mendapatkan hasil persentase yang lebih kecil. Hasil
perhitungan secara keseluran bernilai 96,2% dengan keterangan modul berbasis
multirepresentasi sangat layak untuk digunakan. Validator ahli bahasa juga
memberikan beberapa saran dan juga komentar, berikut adalah saran dan komentar dari
validator ahli media pada Tabel 4.9 dibawah ini.
Tabel 4.9 Saran dan Komentar Validator Ahli Bahasa
Validator Saran dan Komentar
88
4) Hasil Validasi Instrumen Tes
Berikut adalah Tabel 4.10 yang menjelaskan hasil dari validasi instrumen tes;
1 22 30 0,535714 Sedang
2 24 30 0,607143 Sedang
3 26 30 0,678571 Sedang
4 24 30 0,607143 Sedang
5 25 30 0,642857 Sedang
Validator juga memberikan beberapa saran dan juga komentar. Tabel 4.11 berikut ini
berisikan saran dan komentar dari validator.
Tabel 4.11 Saran dan Komentar Instrumen Tes
Validator Instrumen Tes Saran dan Komentar
89
jika dipangkatkan 4 menjadi 2,
seharusnya grafik bintang Z 2 kali lipat
lebih luas daripada grafik matahari.
3. Kurang sesuai dengan aspek multiple
representasi yaitu mempresentasikan
kembali konsep yang sama melalui
berbagai bentuk. Bedakan pengertian
gambar dengan grafik Representasi
yang disajikan pada jawaban hanya
matematis saja.
4. Kurang sesuai dengan aspek multiple
representasi yang dikerjakan siswa di
soal tersebut hanya menafsirkan grafik.
Alasan Jawaban tidak sesuai dengan
pertanyaan.
5. Kurang sesuai dengan aspek multiple
representasi, selain representasi
matematis seharusnya siswa juga
dituntut menunjukan representasi lain.
Ahmad Suryadi, M.Pd. 1. Harusnya multirepresentasi (verbal-
verbal hanya satu representasi)
Iwan Permana Suwarna, M.Pd. 1. Penjelasan dari fenomena x yang terjadi
adalah…
2. Identifikasi nomor 4?
Dzikri Rahmat Romadhon, 1. Cek titik lebur stainless stell. Ambil
M.PFis. fenomena suhu bintang.
2. Diparafrase lagi soal nomer 3
Dr.Tri Isti Hartini, M.Pd. 1. Brdakan representasi gambar dan grafik
90
Fuji Hernawati Kusumah, M.Si. 1. Kasus yang digunakan dalam soal
memang betul konsepnya adalah
radiasi, tapi bukan radiasi benda hitam.
Api memang memancarkan radiasi
panas, namun api bukan merupakan
contoh atau tidak dianggap sebagai
benda hitam.
2. Secara konsep sudah valid. Namun,
perlu diperbaiki kunci jawaban secara
matematisnya. Tuliskan lengkap rumus
yang digunakan atau asal rumus yang
digunakan, sebaiknya tidak
menggunakan rumus instan yang
langsung membandingkan panjang
gelombang dengan suhunya.
3. Periksa kembali grafik dan kunci
jawaban, sepertinya ada kesalahan,
tidak sinkron.
91
Setelah mendapatkan saran dan komentar dari para validator, langkah berikutnya yakni perbaikan modul yang
dilakukan oleh peneliti berdasarkan hasil saran dan komentar dari validator, validator disini yakni ahli materi, ahli media,
ahli bahasa dan ahli instrumen tes. Hasil perbaikan yang telah dilakukan oleh peneliti yaitu seperti yang terlihat pada
tabel 4.12 sampai tabel 4.14 berikut ini.
a) Perbaikan Modul Berdasarkan Ahli Materi
Beberapa perbaikan telah dilakukan setelah mendapatkan arahan dan saran dari validator ahli materi. Tabel 4.12 berikut
adalah hasil tampilan modul sebelum dan sesudah revisi.
92
Besaran dicetak miring,
satuan tegak
93
Soal terlalu sedikit, dapat
diperbanyak dalam bentuk
soal-soal konsep.
94
Biasakan cantumkan sumber
asal ketika mengambil
gambar atau grafik dari buku
teks atau dari manapun.
95
b) Perbaikan Modul Berdasarkan Ahli Media
Beberapa perbaikan telah dilakukan setelah mendapatkan arahan dan saran dari validator ahli media. Tabel 4.13 Berikut
adalah hasil tampilan modul sebelum dan sesudah revisi.
Tabel 4.13 Perbaikan Modul Berdasarkan Ahli Media
96
c) Perbaikan Modul Berdasarkan Ahli Bahasa
Beberapa perbaikan telah dilakukan setelah mendapatkan arahan dan saran dari validator ahli bahasa. Tabel 4.14 Berikut
adalah hasil tampilan modul sebelum dan sesudah revisi.
Tabel 4.14 Perbaikan Modul Berdasarkan Ahli Bahasa
97
b. Hasil Uji Kepraktisan Produk
Kepraktisan modul berbasis multirepresentasi pada tahap uji coba dilihat berdasarkan
hasil angket respon peserta didik yang berjumlah 20 yang telah menggunakan modul
dan juga satu guru fisika.
Hasil dari angket respon peserta didik berdasarkan indikator kepraktisan modul
berbasis multirepresentasi yaitu dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut ini.
Tabel 4.15 Hasil Angket Respon Peserta Didik Pada Uji Coba Kepraktisan
Penggunaan Produk
No. Komponen Skor Skor Jumlah Keterangan
Maksimal Presentase
rata-rata
1. Kemudahan 164 240 68% Cukup
Penggunaan Praktis
Berdasarkan Tabel 4.15 diatas menunjukkan bahwa hasil dari keseluruhan respon
peserta didik pada tiap-tiap komponen kepraktisan yaitu rata-rata dari komponen
kepraktisan diperoleh presentase sebesar 71,25% dari 100% yang mana hal ini
menunjukkan bahwa produk berupa modul pembelajaran berbasis multirepresentasi
dinyatakan praktis menurut penilaian peserta didik pada angket respon yang telah diisi.
98
2) Hasil Penilaian Angket Guru
Hasil dari angket respon guru berdasarkan indikator kepraktisan modul berbasis
multirepresentasi yaitu dapat dilihat pada Tabel 4.16 berikut.
Tabel 4.16 Hasil Angket Respon Guru Pada Uji Coba Kepraktisan
Penggunaan Produk
No. Komponen Skor Skor Jumlah Keterangan
Maksimal Presentase
1. Kemudahan 11 12 91% Sangat
Penggunaan Praktis
Berdasarkan Tabel 4.16 diatas menunjukkan bahwa hasil dari respon guru pada tiap-
tiap komponen kepraktisan yaitu rata-rata dari komponen kepraktisan diperoleh
presentase sebesar 86% dari 100% yang mana hal ini menunjukkan bahwa produk
berupa modul pembelajaran berbasis multirepresentasi dinyatakan sangat praktis
menurut penilaian guru pada angket respon yang telah diisi.
Uji keefektifan pada produk dilakukan pada peserta didik kelas XII SMA
Darussalam dan MA Al-Amiriyah yang berjumlah 20 orang melalui nilai pre-test dan
99
post-test. Kemudian dari nilai ini dapat dihitung menggunakan N-gain. Instrumen tes
merupakan soal pengetahuan kognitif untuk mengetahui kemampuan multirepresentasi
peserta didik. Data hasil pemusatan dan penyebaran pre-test dan post-test dapat dilihat
pada Tabel 4.17 berikut ini .
Tabel 4.17 Hasil Pemusatan dan Penyebaran Data Pre-Test dan Post-Test
Pada Uji Lapangan
No. Pemusatan dan Peyebaran Data Pre-Test Post-Test
1. Nilai Terendah 2 5
2. Nilai Tertinggi 12 14
4. Median 3 6
5. Modus 3 7
6. Skor Maksimal 15 15
N-Gain Nilai
Rata-Rata 35%
100
dapat dipahami bahwa modul berbasis multirepresentasi tidak efektif digunakan karena
rendahnya peningkatan dalam penguasaan konsep yang dipelajari peserta didik setelah
menggunakan modul dibandingkan sebelumnya Selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran B.
Penelitian dan pengembangan produk telah mendapati suatu hasil yakni berupa
modul berbasis multirepresentasi pada materi fenomena kuantum yang telah teruji
validasi oleh beberapa ahli dan juga mendapatkan respon dari guru dan peserta didik.
Modul ini dibuat dan dikembangan sesuai dengan langkah-langkah penelitian dan
pengembangan 4D yang direduksi menjadi 3D, uji kelayakan atau kevalidan, uji
keefektifan dan juga uji kepraktisan.
Tahap define atau pendefinisian adalah tahap pertama dalam tahap pengembangan
4D yang direduksi menjadi 3D. Tahap define terdiri dari analisis awal akhir, analisis
peserta didik, analisis tugas, analisis konsep dan perumusan tujuan pembelajaran.
Analisis awal akhir dilakukan dengan studi literatur pada jurnal, skripsi, dan buku-buku
terkait penelitian. Tahap ini penting dilakukan untuk mengetahui seberapa
dibutuhkannya pengembangan produk yang akan dilakukan. Kemudian setelahnya
adalah analisis peserta didik, hal ini dilakukan agar desain produk pengembangan
sesuai dengan karakteristik peserta didik. Analisis ini dilakukan kepada peserta didik
yang telah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan guru. Tahap analisis ini
didapati dari penelitian pendahuluan dengan pemberian angket yang berisi pertanyaan
dan pernyataan yang harus dijawab. Didapati hasil bahwa peserta didik masih banyak
yang mengalami kesulitan dalam kemampuan menjelaskan suatu konsep dengan
representasi yang berbeda, dalam memahami grafik terkadang masih kesulitan. Selain
itu pelajaran fisika ini dianggap sulit dan juga abstrak terkhusus pada materi yang
bersifat mikroskopis pada materi kelas XII. Sedangkan buku-buku pegangan peserta
didik didominasi oleh representasi verbal atau terlalu banyak kalimat-kalimat
101
penjelasan yang tidak didukung dengan format lain seperti gambar dan grafik, sehingga
peserta didik kesulitan dalam memahami konsep fisika. Selain itu juga dilakukan
wawancara kepada guru fisika. Dari wawancara didapati hasil bahwa materi fenomena
kuantum adalah materi yang membutuhkan visualisasi dalam menjelaskannya karena
sifat benda yang dipelajari bersifat mikroskopis. Dalam hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Hobson bahwa peserta didik karena menganggap fisika kuantum
adalah topik yang sangat mikroskopik, tidak teramati langsung oleh indera dan juga
membutuhkan pemahaman matematika tingkat tinggi.110 Materi ini juga merupakan
materi baru yang sebelum-sebelumnya belum pernah dipelajari, sehingga dibutuhkan
bahan ajar tambahan yang perlu dikembangkan untuk membantu peserta didik dalam
belajar. Analisis selanjutnya yaitu analisis tugas dengan mengidentifikasi tugas-tugas
dan kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam pembelajaran. Analisis ini
dilakukan pada RPP, Kompetensi Inti, dan Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil yang didapati yaitu peserta didik harus memiliki kemampuan
menguraikan informasi kedalam beberapa bentuk atau bagian yang lain. Selanjutnya
yaitu analisis konsep dengan mengidentifikasi konsep pokok yang akan dipelajari
sehingga dalam penyusunan modul yang akan dilakukan sesuai dengan konsep pokok
dan tidak melenceng dari materi. Perumusan tujuan pembelajaran adalah langkah
terakhir dalam tahap pendefinisian. Kemudian dihasilkan indikator pencapaian yang
harus dicapai oleh peserta didik sehingga didapati dasar pijakan-pijakan untuk desain
produk yang sesuai dengan kurikulum dan materi yang diajarkan guru. Peneliti
mendapati suatu hasil dari tahap define ini yaitu dibutuhkannya media pembelajaran
tambahan sebagai penunjang pemahaman peserta didik.
Tahap design atau perencanaan adalah tahapan kedua. Penyusunan tes acuan
patokan adalah langkah awal yang dilakukan. Penyusunan tes acuan ini disesuaikan
110
A. Hobson . “Teaching Quantum Theory in the Introductory Course”. The Physics Teacher, 1996.
h. 202-210. Diakses pada https://aapt.scitation.org/doi/10.1119/1.2344407 hari Kamis, 30 Juni 2022
pukul 16.57 WIB
102
dengan kemampuan yang telah dirumuskan ditahap sebelumnya yang harus dimiliki
oleh peserta didik. Dalam hal ini tes acuan berupa soal essai yang disesuaikan dengan
aspek kemampuan multirepresentasi, yakni kemampuan dalam menerapkan beberapa
representasi dalam menjelaskan suatu konsep fisika dan permasalahan fisika, seperti
dari bentuk soal verbal dijawab dengan bentuk grafik. Selanjutnya yaitu pemilihan
media dan pemilihan format. Media yang peneliti ambil yaitu modul karena modul
dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta didik, selain itu modul ini dilengkapi
dengan format-format multirepresentasi yang bisa memudahkan peserta didik dalam
memahami hal-hal yang abstrak dengan dukungan gambar, grafik, dan simbol sebagai
pendukung pemahaman. Hal ini sejalan dengan teori pemrosesan informasi model kode
ganda menurut Slavin yakni informasi yang dikodekan secara visual maupun verbal
akan mudah diterima daripada dikodekan hanya dalam salah satu bentuk saja.111 Tahap
ini diakhiri dengan rancangan awal modul yang telah terstruktur sekaligus aktifitas
pembelajarannya.
Tahap develop atau pengembangan adalah tahap terakhir yang dilakukan dalam
penelitian. Dalam tahap ini dilakukan penilaian ahli kemudian dilanjutkan uji coba
pengembangan. Secara lebih rincinya akan dijelaskan pada penjelasan dibawah ini.
111
A.Hidayat dkk. Pengembangan buku elektronik interaktif pada materi fisika kuantum kelas XII
SMA. Jurnal Pendidikan Fisika Vol. V. No. 2. September 2017. h. 96-97
103
pengalaman sebagai ahli, dan juga uji kelayakan ini dilakukan agar produk sesuai
dengan tujuan pengembangan. 112
112
Suryanda, Ade, dkk. Validasi Ahli pada Pengembangan Buku Saku Biologi Berbasis Mind Map.
UNJ: Jakarta, 2019, h. 199
113
Denna Delawanti D, dan Arnelia D, Validasi modul pembelajaran: Materi dan Desain Tematik
berbasis PPK, Premiere Educandum : Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran, 2018, h. 209
104
mengembangkan modul pemebelajaran adalah kegrafikaan modul pembelajaran
tersebut, kegrafikaan disini salah satunya yaitu desain bagian isi yang meliputi warna
ilustrasi sesuai kenyataan (natural), dengan kombinasi yang menarik dengan kualitas
yang serasi dalam satu modul. 114
Kemudian modul yang sudah dinilai dan dikomentari maka dilakukan perbaikan
berdasarkan catatan, saran dan komentar yang telah diberikan oleh para ahli. Perbaikan
ini dilakukan agar modul pembelajaran berbasis multirepresentasi pada materi
fenomena kuantum lebih baik dan layak digunakan ketika proses belajar dan
pembelajaran.
2. Uji Kepraktisan
114
Wachidah P dan I Ketut Mahardika. Kegrafikaan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis
Multirepresentasi. Seminar Nasional Fisika Dan Pembelajaraanya 2015. h. 3-5
115
Denna Delawanti D dan Amelia D, Validasi modul pembelajaran: Materi dan Desain Tematik
berbasis PPK, Premiere Educantum: Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran. 2018. h. 209
105
Uji kepraktisan mengandung dua aspek penting yaitu mempertimbangkan
kemudahan dalam penggunaannya dan kemudahan dalam pemahamannya.116Uji ini
dilakukan dengan angket respon dari satu guru fisika dan dua puluh peserta didik.
Penilaian pada uji kepraktisan ini terdiri atas empat komponen, empat belas indikator
dan empat belas pernyataan. Komponen-komponen yang dimaksut yakni komponen
kemudahan penggunaan, kemenarikan, materi dan bahasa. Hasil angket respon guru
86% dengan kategori sangat praktis. Respon guru atas modul pembelajaran berbasis
multirepresentasi ini baik karena belum pernah ada bahan pembelajaran yang
komprehensif seperti modul pembelajaran berbasis multirepresentasi terkhusus pada
materi fenomena kuantum.
Hasil angket respon dari peserta didik untuk aspek kepraktisan ini yaitu 71,25%
dengan kategori cukup praktis. Komponen paling tinggi yakni pada indikator bahasa,
hal ini menunjukkan apabila modul berbasis multirepresentasi ini mudah dipahami
karena penggunaan bahasa yang ringan dan jelas. Sedangkan aspek terendah yaitu pada
komponen materi. Sehingga secara keseluruhan berdasarkan hasil angket respon guru
dan peserta didik terhadap modul berbasis multirepresentasi dikategorikan cukup
praktis digunakan sebagai bahan ajar dalam proses belajar dan pembelajaran. Terlihat
pada peserta didik bahwa pada materi yang baru dibutuhkannya guru dalam
pemahamannya meskipun terdapat buku ajar penunjang yang mereka miliki. Hal ini
sejalan dengan penelitian Binar bahwa respon peserta didik yang menonjol dan terekam
selama pembelajaran adalah peserta didik merasa sangat perlu bimbingan guru dalam
pembelajaran ketika mereka mengalami kesulitan yang khususnya pada materi baru
dan bersifat abstrak. 117
116
Jan Van den Akker, Design Approaches and Tools in Education and Training, Springer Science
and Bussiness Media Dordrecht, 1999. h. 10
117
Binar Kurnia Prahani , Soegimin W. W , Leny Yuanita. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Fisika Model Inkuiri Terbimbing Untuk Melatihkan Kemampuan Multi Representasi Siswa SMA.
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015. h. 512.
106
3. Uji Keefektifan
Tahap selanjutnya yakni uji keefektifan yang dilakukan pada dua puluh peserta
didik. Hasil penilaian didapati dari nilai pretest dan posttest yang diberikan pada
peserta didik. Soal-soal yang diberikan yakni berupa lima soal kognitif materi
fenomena kuantum yang telah di validasi oleh tujuh ahli. Soal yang diberikan memuat
kemampuan multirepresentasi. Yakni aspek verbal, verbal-matematis dan grafik,
grafik-matematis, grafik-verbal, verbal-matematis. Hasil kemampuan
multirepresentasi peserta didik sangat beragam pada tiap-tiap tipenya. Untuk nilai
pretest tipe representasi yang mendapati nilai tertinggi adalah tipe verbal sebesar 75%
hal ini termasuk kategori yang tinggi. Kemudian untuk tipe representasi verbal-
matematik dan grafik mendapati hasil 36% , grafik-matematis 20%, grafik-verbal 42%,
verbal-matematis 33% yang termasuk kategori rendah. Pada nilai posttest kemampuan
multirepresentasi peserta didik pada tipe verbal mendapati skor paling tinggi, yaitu
93%, peserta didik mampu menjawab dan semua informasi ditampilkan dengan jelas
dan terorganisir. Kemudian untuk tipe representasi verbal-matematis dan grafik
mendapati hasil 40% kategori rendah, hal ini karena peserta didik kurang tepat dalam
perhitungan, sehingga menyebabkan kesalahan dalam pembuatan grafiknya.
Selanjunya tipe representasi grafik-matematis 31% dengan kategori rendah, peserta
didik kesulitan dalam memahami informasi pada grafik yang kemudian informasi
tersebut harus dimasukkan kedalam rumus, hal ini merupakan kemampuan yang jarang
diajarkan ketika pembelajaran, sehingga ketika terdapat soal berupa grafik peserta
didik kebingungan dalam menjawab secara matematis. Tipe representasi berikutnya
yaitu grafik-verbal sebesar 58% dengan kategori sedang, hal ini karena jawaban dari
peserta didik sudah mewakili informasi yang dibutuhkan akan tetapi kurang lengkap
dalam menyimpulkan informasi dari grafik yang didapatkannya. Selanjutnya tipe
representasi verbal-matematis 33% yang termasuk kategori rendah, peserta didik
kebanyakan tidak menjawab, hal ini dikarenakan perhitungan dengan rumus yang asing
dan diperlukan kemampuan tingkat tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian (Hartono,
107
2010) dalam Gilang bahwa kesulitan yang dialami peserta didik dalam pembelajaran
fisika modern karena konsep-konsepnya tampak seolah-olah bertetangan dengan
pengalaman sehari-hari dan didominasi konsep abstrak sehingga pembiasaan dan
pengenalan harus terus ditekankan.118
118
Gilang Ramadhan. Analisis Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (High Order Thingking Skills)
menggunakan Instrumen Two Tier Multiple Choice Materi Konsep dan Fenomena Kuantum Siswa SMA
Di Kabupaten Cilacap. Unnes Physics Educational Journal 7(3). 2018. h. 89
119
Gita Wati, dkk. Pengaruh Pendekatan Multirepresentasi Terhadap Kemampuan Kognitif Peserta
Didik Pada Materi Momentum Dan Impuls. Diakses pada jurnal.untan.ac.id pada 15 Juli 2022 Pukul
16.13 WIB
108
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan dari
penelitian pengembangan yang dilakukan sebagai berikut :
Setelah dilakukannya penelitian ini, terdapat saran yang dituliskan peneliti untuk
pengembangan lebih lanjut, yakni sebagai berikut:
109
3. Modul pembelajaran berbasis multirepresentasi pada materi fenomena kuantum
dapat dikembangkan menjadi sumber belajar berbasis online atau digital sehingga
dapat memudahkan untuk pembelajaran kapanpun dan dimanapun.
4. Soal pretest dan posttest untuk mengukur kemampuan multirepresentasi pada materi
fenomena kuantum bagi peserta didik dapat diperbaiki segala kekurangannya
sehingga bisa lebih efektif untuk mengasah kemampuan multirepresentasi pada
peserta didik.
110
DAFTAR PUSTAKA
Aiken, Lewis R.. 1985. Three Coefficients for Analyzing The Reability And
Validity of Ratings. Educational and Psychological Measurement, 45(1)
Azwar, Saifuddin. 2019. Reliabilitas dan Validitas edisi 4 cet 10. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
BNSP. 2014. Penilaian Buku Teks Siswa Untuk Peminatan Fisika SMA/MA.
Devetak, Iztok and Janez Vogrinc. 2013. The Criteria for Evaluating the Quality
of the Science Textbooks.
111
Eka, Bemie Saputra, dkk. Pengembangan e-modul fisika berbasis
multirepresentasi pada materi gerak lurus. EduFisika Jurnal Pendidikan Fisika Vol 5
Nomor 1, Juni 2020.
Fitria, Tomo, dan Haratua. Penggunaan Model Problem Based Learning Dengan
Multirepresentasi Pada Usaha Dan Energi Di Sma. h. 3-4. www. Jurnal.untan.ac.id
diakses pada 28 Agustus 2021 pukul 16.30 wib.
Gkitzia V., Salta K. and Tzougraki C., Development and application of suitable
criteria for the evaluation of chemical representations in school textbooks, Chemistry
Education Research and Practice. (2011).
Hake, Richard R., 2019 “Analyzing Change/Gain Scores,” dalam Edukimia, 1.1
Hayati, Sri, Agus Setyo Budi, dan Erfan Handok. 2015. Pengembangan Media
Pembelajaran Flipbook Fisika Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik. In:
Seminar Nasional Fisika Ii. Universitas Negeri Jakarta.
112
Inhelder, Barbel dan Jean Piaget. The Growth of Logical Thinking From
Childhood to Adolescence: An Essay on The Construction of Formal Operational
Structures. Vol 22. Psychology Press. 1958.
Izsak, Andrew dan Miriam G. Sherin. Exploring the Use of New Representations
as a Resource for Teacher Learning. School Science and Mathematics.
113
Muzdalifah, Winda, dkk. Penerapan Pembelajaran Fisika Berbasis
Multirepresentasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Peserta Didik Kelas
X MIPA2 SMA Babussalam Pekanbaru. Jurnal Geliga Sains 6(2), 67-74, 2018
Narbuko, Cholid dan Abu Ahmadi. 2004. Metodologi Penelitian . Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Riadi, Edi Metode Statistika Parametrik & Non Parametrik, Tangerang: Pustaka
Mandiri, 2014.
114
Saregar, Antomi. Pembelajaran pengantar fisika kuantum dengan memanfaatkan
media PHET Simulation dan LKM melalui pendekatan saintifik: dampak pada minat
dan penguasaan konsep mahasiswa. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 05 (1)
, 2016.
Serway, Raymond A., dkk. 2005 Modern Physics Third Edition. USA: Thomson
Learning Inc.
Siregar, Rustam E, 2010. Fisika Kuantum Teori dan Aplikasi, Bandung: UNPAD
PRESS
Suryanda, Ade, dkk. 2019. Validasi Ahli pada Pengembangan Buku Saku Biologi
Berbasis Mind Map, Biodik: Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi.
Tipler, Paul A dan Ralph A. Llewellyn. 2008. Modern Physics Fifth Edition. New
York. W.H. Freeman and Company.
Thornton, Stephen T dan Rex Andrew. 2013. Modern Physics for Scientists and
Engineers, Fourth Edition. USA. Cengage Learning.
Udasmoro, Wening. 2020. Gerak Kuasa : Politik Wacana, Identitas, dan Ruang/
Waktu dalam Bingkai Kajian Budaya dan Media. Jakarta : Kepustakaan Populer
Gramedia.
Van, Jan den Akker, Design Approaches and Tools in Education and Training,
Springer Science and Bussiness Media Dordrecht, 1999.
115
Yusup. M. 2009. Multirepresentasi Dalam Pembelajaran Fisika. h.2-3.
www.repository.unsri.ac.id. Diakses pada Kamis 26 Mei 2022 Pukul 14.33 WIB.
116
LAMPIRAN A
117
Lampiran A.1 Lembar Wawancara Guru
LEMBAR WAWANCARA
WAWANCARA GURU
Nama :
Sekolah :
Alamat sekolah :
6. Apakah bapak/ibu selalu menggunakan dan berpedoman pada buku ajar setiap
mengajar?
118
8. Apakah buku ajar yang dipakai disekolah tempat bapak/ibu mengajar tersedia
aspek-aspek pendukung pemahaman seperti gambar,simbolik, grafik, dan
matematik?
10. Bagaimana pendapat ibu/bapak tentang kesulitan peserta didik pada materi
fenomena kuantum?
13. Bagaimana pendapat ibu/bapak apakah peserta didik anda membutuhkan bahan
ajar pendamping selain buku ajar?
NIP:
119
HASIL WAWANCARA GURU
No Pertanyaan Jawaban
120
7. Apakah semua peserta didik memiliki Iya.
buku ajar tersebut?
13. Bagaimana pendapat ibu/bapak Iya, karena waktu belajar tatap muka yang
apakah peserta didik anda singkat, sehingga untuk pemahaman materi
121
membutuhkan bahan ajar membutuhkan banyak sumber untuk
pendamping selain buku belajar belajar.
peserta didik?
122
HASIL WAWANCARA GURU
Sekolah : MA Al-Amiriyyah
No Pertanyaan Jawaban
123
7. Apakah semua peserta didik memiliki LKS : Memiliki semua
buku ajar tersebut?
Buku Paket : Tidak semua memiliki
124
13. Bagaimana pendapat ibu/bapak Iya, karena dapat dipelajari dengan
apakah siswa anda membutuhkan tanpa guru, sehingga bisa pula
bahan ajar pendamping selain buku digunakan sebagai tambahan sumber
belajar peserta didik? belajar dirumah.
125
Lampiran A.2 Angket Peserta Didik
Nama :
Kelas :
Sekolah :
Pilihlah jawaban dari beberapa alternatif jawaban yang telah disediakan dengan
memberi tanda silang pada salah satu alternatif jawaban sesuai dengan
pengalaman selama kegiatan pembelajaran.
126
6. Apakah didalam buku teks belajar fisika yang anda miliki sekarang sudah
menyediakan simbol sebagai pendukung pemahaman ?
a. Ya b. Tidak c. Kadang-Kadang
7. Apakah didalam buku teks belajar fisika yang anda miliki sekarang sudah
menyediakan rumus-rumus sebagai pendukung pemahaman?
a. Ya b. Tidak c. Kadang-Kadang
8. Saya dapat mengubah informasi yang berbentuk verbal atau kalimat menjadi
gambar atau grafik.
a. Ya b. Tidak c. Kadang-Kadang
9. Saya dapat mengubah informasi yang berbentuk verbal atau kalimat menjadi
angka matematis.
a. Ya b. Tidak c. Kadang-Kadang
10. Saya dapat menerjemahkan informasi yang berbentuk gambar atau grafik
menjadi susunan kalimat verbal.
a. Ya b. Tidak c. Kadang-Kadang
11. Saya dapat mengubah informasi yang berbentuk gambar atau grafik menjadi
angka matematis.
a. Ya b. Tidak c. Kadang-Kadang
12. Saya dapat mengubah informasi yang berbentuk angka matematis menjadi
susunan kalimat.
a. Ya b. Tidak c. Kadang-Kadang
13. Saya dapat mengubah informasi yang berbentuk angka matematis menjadi
gambar atau grafik yang sesuai.
a. Ya b. Tidak c. Kadang-Kadang
14. Apakah anda tertarik belajar fisika dengan mempelajari suatu fenomena baru?
a. Ya b. Tidak c. Kadang-Kadang
15. Apakah anda menyukai materi fenomena fisika kuantum?
a. Ya b. Tidak c. Apa itu?
127
16. Apakah anda membutuhkan buku pendamping seperti modul sebagai bahan
belajar tambahan dirumah?
a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang
128
129
130
131
132
Lampiran A.3 Hasil Angket Studi Pendahuluan Peserta Didik
133
menyediakan rumus-rumus sebagai
pendukung pemahaman?
134
15. Apakah anda membutuhkan buku 15 2 3
pendamping seperti modul sebagai bahan
belajar tambahan dirumah?
Peneliti,
Humnatul Haniyah
NIM : 11170163000029
135
LAMPIRAN B
136
Lampiran B.1 Lembar Hasil Validasi Ahli Materi
137
138
139
140
141
142
143
144
Lampiran B.2 Hasil Validasi Ahli Materi
Nilai 30 merupakan nilai dalam kategori interval “baik dan sangat baik”.
145
Garis Bilangan Komponen Pembelajaran
85
0 30 50 96
Nilai 85 merupakan nilai dalam kategori interval “baik dan sangat baik”.
Nilai 178 merupakan nilai dalam kategori interval “baik dan sangat baik”.
Nilai 63 merupakan nilai dalam kategori interval “baik dan sangat baik”.
0 22 40 58 64
146
Nilai 58 merupakan nilai dalam kategori interval “baik dan sangat baik”.
147
Hasil Setiap Butir Pernyataan Komponen Materi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1. Anugrah 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2
Azhar,
M.Si.
4 Gede 3 3 4 4 4 3 3 2 3 3 4 4 3 3 4
Jawi
Pintara,
S.Pd.
3. Ahmad 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4
Suryadi,
M.Pd.
4. Fuji 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2
Hernawat
i
Kusumah
, M.Si.
Jumlah 15 15 15 15 15 14 14 12 13 14 15 15 13 13 12
148
Presentase 93,75 93,75 93,7 93,7 93,7 87, 87, 75 81, 87, 93, 93,7 81,25 81,2 75
(%) 5 5 5 5 5 25 5 75 5 5
Keterangan SL SL SL SL SL SL SL L SL SL SL SL SL SL L
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 Anugrah 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
. Azhar,
M.Si.
2 Gede 4 4 4 3 2 2 3 3 4 3 3 4 4 4 4
. Jawi
Pintara,
S.Pd.
3 Ahmad 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4
. Suryadi,
M.Pd.
4 Fuji 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 1 2 2 3 3
. Hernwati
149
Kusumah
, M.Si.
Jumlah 15 14 15 14 13 12 14 12 13 14 12 14 14 15 15
Presentase 93, 87,5 93,7 87,5 81,25 75 87, 75 81,2 87, 75 87,5 87, 93,7 93,
(%) 75 5 5 5 5 5 5 75
keterangan SL SL SL SL SL L SL L SL SL L SL SL SL SL
150
Lembar B.3 Lembar Validasi Ahli Media
151
152
INSTRUMEN PENILAIAN MODUL BERBASIS MULTIREPRESENTASI
Judul : Pengembangan Modul Berbasis Multirepresentasi Pada Materi Fenomena Kuantum SMA/MA
Kelas XII
Petunjuk pengisian :
Skor 2 : Cukup.
Instrumen Penilaian
No Pernyataan 1 2 3 4
153
6. Pusat pandang (center point) yang sesuai
Pemanfaatan
24. Menarik peserta didik dari aspek warna, gambar, dan huruf
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
154
………………………………………………………………………………………………………………………
……….
Kesimpulan :
Bapak/ Ibu diperkenankan memberikan tanda checklist (√) untuk memberikan kesimpulan pada Modul Berbasis
Multirepresentasi ini.
………….………………………………………
Ahli Media,
155
INSTRUMEN PENILAIAN MODUL BERBASIS MULTIREPRESENTASI
Petunjuk pengisian :
Skor 2 : Cukup.
Instrumen Penilaian
No Pernyataan 1 2 3 4
156
7. Meminimalisir kombinasi jenis huruf √
Pemanfaatan
24. Menarik peserta didik dari aspek warna, gambar, dan huruf √
Kurang menunjukan aspek multiple representasi, kebanyakan hanya tulisan dan satu representasi
gambar/grafik/sketsa, tidak berbeda dengan modul biasa.
Kesimpulan :
157
Bapak/ Ibu diperkenankan memberikan tanda checklist (√) untuk memberikan kesimpulan pada Modul
Berbasis Multirepresentasi ini.
………….………………………………………
Ahli Media,
158
Lampiran B. 4 Hasil Validasi Ahli Media
Nilai 195 merupakan nilai dalam kategori interval “baik dan sangat baik”.
Nilai 62 merupakan nilai dalam kategori interval “baik dan sangat baik”
159
Hasil Setiap Butir Pernyataan Komponen Media
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1. Dr. Tri 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Isti
4 Dzikri 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4
Rahmat
R.
MPFis.
3. Reza 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
Ruhbani
A. MPd.
Jumlah 11 10 11 10 10 9 11 9 11 11 10 10 11 10 11
Presentase 91,6 83,3 91,6 83,3 83,3 75 91, 75 91, 91, 83, 83,3 91,6 83,3 91,6
(%) 6 6 6 3
Keterangan SL SL SL SL SL L SL L SL SL SL SL SL SL SL
160
N Nama Skor butir pernyataan
o
Pemanfaatan
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1. Dr. Tri 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
Isti
2. Dzikri 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4
Rahmat
R,MPFis.
3. Reza 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2
Ruhbani
A, MPd.
Jumlah 10 10 10 10 11 11 11 10 9 10
Presentase 83,3 83,3 83,3 83,3 91,6 91,6 91,6 83,3 75 83,3
(%)
keterangan SL SL SL SL SL SL SL SL L SL
161
Lampiran B.5 Lembar Validasi Bahasa
Petunjuk pengisian :
Skor 2 : Cukup.
Instrumen Penilaian
No Pernyataan 1 2 3 4
Lugas
4. Keefiktifan kalimat v
5. Kebakuan kalimat v
162
Komunikatif
Secara umum penggunaan bahasa Indonesia Humnatul cukup baik. Namun perlu diperhatikan lagi soal
pemakaian ejaan, terutama kata”di”, baik sebagai kata depan, maupun kata berimbuhan.
Kesimpulan :
Bapak/ Ibu diperkenankan memberikan tanda checklist (√) untuk memberikan kesimpulan pada Modul
Berbasis Multirepresentasi ini.
163
Jakarta, 15 April 2022
Ahli Bahasa,
164
INSTRUMEN PENILAIAN MODUL BERBASIS MULTIREPRESENTASI
Petunjuk pengisian :
Skor 2 : Cukup.
Instrumen Penilaian
No Pernyataan 1 2 3 4
Lugas
4. Keefektifan kalimat √
5. Kebakuan kalimat √
165
Komunikatif
Perhatikan kembali kaidah penulisan tanda baca, kata baku, konjungsi, dan tata bahasa lainnya. Silakan
mengacu ke dalam kaidah KBBI dan PUEBI.
Kesimpulan :
Bapak/ Ibu diperkenankan memberikan tanda checklist (√) untuk memberikan kesimpulan pada Modul
Berbasis Multirepresentasi ini.
166
Jakarta, 28-03-2022
Ahli Bahasa,
167
Lampiran B. 6 Hasil Validasi Ahli Bahasa
5. Kesesuaian 20 24 83 Sangat
dengan kaidah Layak
bahasa Indonesia
6. Keruntutan dan 16 16 100 Sangat
keterpaduan alur Layak
berpikir
7. Penggunaan 16 16 100 Sangat
istilah, simbol Layak
atau lambang
Rata-Rata 96,2 Sangat
Layak
168
Nilai 16 merupakan nilai dalam kategori interval “sangat baik”.
169
Nilai 20 merupakan dalam kategori interval “sangat baik dan baik”
170
Hasil Setiap Butir Pernyataan Komponen Bahasa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1. Dr. Elvi 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
Susanti,
M.Pd.
4 Syihaabul 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4
Hudaa,
M.Pd.
Jumlah 8 8 7 7 8 8 8 8 8 8 6 6 8 8 8 8
Presentase 100 100 87,5 87,5 100 100 100 10 10 10 75 75 100 100 100 100
(%) 0 0 0
Keterangan SL SL SL SL SL SL SL SL SL SL L L SL SL SL SL
171
Lampiran B.7 Lembar Hasil Validasi Instrumen Tes
Petunjuk pengisian :
1. Isilah nama dan asal instansi Bapak/Ibu pada tempat yang telah disediakan.
2. Periksa dan analisis setiap butir soal berdasarkan kriteria atau aspek yang terdapat pada format
terlampir.
3. Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan
4. Beri alasan atau masukan pendapat pada kolom komentar dari tiap-tiap butir soalnya.
5. Berikan pendapat Bapak/Ibu dengan jujur dan sebenarnya
Kriteria Penilaian :
1 2 3 4 5
172
seharusnya grafik bintang Z 2 kali
lipat lebih luas daripada grafik
matahari.
………………………………………
173
174
175
176
177
178
179
Lampiran B.8 Hasil Perhitungan Aiken’s V
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7
180
Lampiran B.9 Hasil Kemampuan Multirepresentasi Peserta didik
Pretest
Tipe representasi No. Jumlah peserta didik yang memperoleh Skor yang diperoleh Kemampuan Kategori
soal peserta didik/skor multirepresentasi
0 1 2 3 ideal
181
Posttest
Tipe representasi No. Jumlah peserta didik yang memperoleh Skor yang diperoleh Kemampuan kategori
soal peserta didik/skor multirepresentas
0 1 2 3 ideal i
182
Lampiran B.10 Hasil Efektivitas Kemampuan Multirepresentasi Peserta Didik
Pretest posttest
183
17. P17 XII MA Al- Amiriyyah 12 14 2 0,66 Sedang
184
Lampiran B.11 Lembar Angket Respon Peserta Didik
185
186
187
188
B.12 Hasil Angket Respon Peserta Didik
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
189
P10 XII MIPA SMA 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3
3 Darussalam
total 59 50 58 60 70 58 55 58 60 58 54 49 61 61
190
Presentase (%) 73,8 62,5 72,5 75 87,5 72,5 68,8 72,5 75 72,5 67,5 61,3 76,3 76,3
kriteria CP CP CP CP SP CP CP CP CP CP CP CP CP CP
191
192
B.14 Hasil Angket Respon Guru
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Guru 1 SMA 3 4 4 3 4 2 3 4 3 3 4
Darussalam
Total 3 4 4 3 4 2 3 4 3 3 4
193
Lampiran B.15 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
A. Kompetensi Inti
KI-1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
194
pengembangan dar i yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri
serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi Dasar
D. Uraian Materi
195
1. Fakta
• Warna api yang berbeda-beda pada saat kompor gas dinyalakan.
• Warna besi ketika dipanaskan, semakin lama dibakar pada suatu titik
maka warnanya akan terus berubah.
• Ketika meletakkan kardus yang diberi lubang diruang terbuka yang
kemudian terkena sinar matahari maka isi kardus terlihat berwarna hitam
apabila dilihat dari lubang.
• Panel surya sebagai energi terbarukan dengan menghasilkan listrik dari
sinar matahari.
• Sinar X sangat berguna untuk banyak bidang, seperti rontgen pada
bidang kesehatan, metal detector pada bidang keamanan, membentuk
bibit yang berkualitas dalam bidang pertanian, dan penghilang bakteri
jahat untuk makanan kaleng dalam bidang industri.
2. Konsep
• Radiasi benda hitam
• Konsep foton
• Dualisme gelombang partikel
3. Prinsip
• Hukum Stefan-Blotzmann
• Hukum pergeseran Wien
• Hukum Rayleigh-Jeans
• Teori Planck tentang radiasi benda hitam
• Efek Fotolistrik
• Produksi sinar X
• Efek Compton
• Prinsip ketidakpastian Heisenberg
G. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Pertemuan 1 (2 x 45 menit)
196
Tahapan No Langkah-Langkah Pembelajaran Waktu
.
Guru Peserta Didik
3. Menanyakan Menjawab
kehadiran peserta siapa saja yang
didik. hadir dan tidak
hadir beserta
alasannya.
197
pelajaran yang akan menyampaikan
dipelajari. tentang manfaat
mempelajari
pelajaran yang
akan dipelajari.
198
informasi yang telah telah diperoleh
diperoleh dari dari referensi
referensi sumber sumber.
2. Pertemuan 2 (2 x 45 menit)
Tahapan No Langkah-Langkah Pembelajaran Waktu
.
Guru Peserta Didik
199
Pembuka Orientasi 1. Mengajak peserta Dipimpin oleh 15
an didik untuk berdoa ketua kelas menit
bersama. untuk berdoa.
3. Menanyakan Menjawab
kehadiran peserta siapa saja yang
didik. hadir dan tidak
hadir beserta
alasannya.
200
tan materi efek foto
saintifik) listrik, produksi sinar
X, efek Compton,
dualisme gelombang
partikel dan prinsip
ketidakpastian
Heisenberg
201
informasi yang telah
diperoleh
202
sinar X dalam
kehidupan sehari-hari.
203
Lampiran B.16 Kisi-Kisi Instrumen Tes
1. Radiasi Verbal - verbal Disajikan Laila melakukan pengamatan Suhu permukaan lebih tinggi Skor 0 (missing): jika tidak
benda sebuah kasus. luar angkasa menggunakan dimiliki oleh bintang A, hal ini ada representasi yang
hitam Peserta didik teleskop. Dalam karena warna biru pada bintang A dibentuk peserta didik atau
mampu pengamatannya, Laila menunjukkan warna pijar suatu jawaban kosong.
menjelaskan melihat dua buah bintang benda panas terhadap suhuunya.
fenomena ilmiah dengan warna cahaya yang Secara literatur spektrum warna Skor 1 (inadequate): Jika
yang terjadi berbeda. Bintang A berwarna biru dapat ditaksir suhunya menunjukkan beberapa
pada api kompor biru dan bintang B berwarna kisaran 8000K. sedangkan warna informasi penting tidak
orange. Berdasarkan merah-orange berkisar 2000K. ditampilkan pada
informasi ini manakan representasi yang dibuat
bintang yang memiliki suhu peserta didik atau
permukaan yang lebih mengandung kekeliruan
tinggi? Jelaskan alasannya. yang besar.
Skor 2 (need
improvement): Jika
representasi yang dibentuk
peserta didik sudah
mewakili sebagian besar
atau seluruh informasi
204
yang disajikan namun
masih kurang jelas.
2. Hukum Verbal-matematis Disajikan Suhu permukaan matahari Diket : Skor 0 (missing): jika tidak
Pergeseran dan grafik perbandingan yaitu sebesar 5800K dan ada representasi yang
Wien dua buah panjang gelombang saat Tm = 5800K dibentuk peserta didik atau
bintang. Peserta intensitas maksimum adalah 𝜆𝑏 = 5 𝑛𝑚 = 0,5Å = 0,5 × jawaban kosong.
didik mampu 6 nm. Saat yang sama suhu 10−10 𝑚
menghitung permukaan bintang Z dengan 𝜆𝑚 = 6 𝑛𝑚 = 0,6Å = 0,6 × Skor 1 (inadequate): Jika
suhu sebuah puncak panjang gelombang 5 10−10 𝑚 menunjukkan beberapa
bintang dengan nm adalah… Gambarkan Tb? informasi penting tidak
perbandingan grafik dari kedua bintang ini 𝜆𝑚 𝑇𝑏 ditampilkan pada
= 𝑇𝑚
𝜆𝑏 representasi yang dibuat
suhu dan sesuai grafik hukum 0,6×10−10 𝑚 𝑇𝑏
panjang pergeseran Wien… = peserta didik atau
0,5×10−10 𝑚 5800𝐾
gelombang. 0,6×10−10 𝑚×5800𝐾 mengandung kekeliruan
𝑇𝑏 = yang besar.
0,5×10−10 𝑚
205
peserta didik sudah
mewakili sebagian besar
atau seluruh informasi
yang disajikan namun
masih kurang jelas.
3. Efek Grafik - matematis Disajikan Perhatikan grafik hubungan Diket : Skor 0 (missing): jika tidak
fotolistrik sebuah grafik. Energi kinetik maksimum 𝐸𝑘 = 6,4 × 10−19 𝐽 ada representasi yang
Peserta didik fotoelektron terhadap 𝑊0 = −2,56 × 10−19 𝐽 dibentuk peserta didik atau
mampu frekuensi sinar yang ℎ = 6,63 × 10−34 𝐽𝑠 jawaban kosong.
menghitung dan digunakan pada efek ditanya : 𝑓?
mengidentifikasi fotolistrik berikut : Skor 1 (inadequate): Jika
𝐸𝐾 = ℎ𝑓1 − 𝑊0
indikator pada 𝐸𝐾𝑚𝑎𝑘𝑠 −𝑊0 menunjukkan beberapa
𝑓1 = informasi penting tidak
ℎ
grafik.
6,4×10−19 𝐽−(−2,56×10−19 𝐽) ditampilkan pada
𝑓1 = 6,63 ×10−34 𝐽𝑠
15
representasi yang dibuat
𝑓1 = 1,35 × 10 𝐻𝑧
peserta didik atau
206
mengandung kekeliruan
yang besar.
Skor 2 (need
improvement): Jika
representasi yang dibentuk
peserta didik sudah
mewakili sebagian besar
Berapa nilai 𝑓1 yang tertera
atau seluruh informasi
pada grafik diatas…
yang disajikan namun
masih kurang jelas.
4. Efek Grafik- Verbal Disajikan Perhatikan gambar grafik Frekuensi ambang terbesar Skor 0 (missing): jika tidak
fotolistrik sebuah grafik. energi kinetik maksimum terdapat pada logam nomor 5. ada representasi yang
Peserta didik elektron yang disebabkan Frekuensi ambang pada tiap-tiap dibentuk peserta didik atau
dari logam 1, 2, 3, 4, dan 5 logam berbeda bergantung pada
mampu jawaban kosong.
yang disinari cahaya : sifat dan karakteristik logam
mengidentifikasi tersebut.
informasi dari Skor 1 (inadequate): Jika
grafik energi menunjukkan beberapa
kinetik informasi penting tidak
207
maksimum ditampilkan pada
elektron representasi yang dibuat
peserta didik atau
mengandung kekeliruan
yang besar.
Skor 2 (need
improvement): Jika
Berdasarkan grafik diatas, representasi yang dibentuk
frekuensi ambang terbesar peserta didik sudah
terdapat pada logam mewakili sebagian besar
nomor… berikan atau seluruh informasi
alasannya… yang disajikan namun
masih kurang jelas.
5. Efek Verbal- Matematis Disajikan Sebuah foton sinar X Diket : Skor 0 (missing): jika tidak
Compton sebuah kasus memiliki panjang ada representasi yang
pada foton. gelombang 0,050 nm 𝜆 = 0,050 𝑛𝑚 = 0,050 × dibentuk peserta didik atau
kehilangan 0,04 bagian dari 10−9 𝑚
Peserta didik jawaban kosong.
energi awalnya dalam suatu
mampu
208
menyelesaikan hamburan Compton. Berapa Energi yang hilang ∆𝐸 = 0,04 𝐸 Skor 1 (inadequate): Jika
masalah terkait sudut simpang foton menunjukkan beberapa
efek compton terhadap arah semula? Ditanya : 𝜃? informasi penting tidak
Jawab : ditampilkan pada
representasi yang dibuat
∆𝐸 = 𝐸 − 𝐸 ′ peserta didik atau
𝐸 ′ = 𝐸 − 0,04 𝐸 mengandung kekeliruan
𝐸 ′ = 0,96𝐸 yang besar.
ℎ𝑐 ℎ𝑐
=𝐸×
𝜆′ 𝜆 Skor 2 (need
′ 𝜆
𝜆 =𝐸 improvement): Jika
0,050×10−9 𝑚 representasi yang dibentuk
𝜆′ = = 0,052 ×
0,94 peserta didik sudah
10−9 𝑚 mewakili sebagian besar
ℎ
𝜆′ − 𝜆 = 𝑚 𝑐 (1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃) atau seluruh informasi
0
yang disajikan namun
(0,052 × 10−9 𝑚) − (0,050 ×
masih kurang jelas.
10−9 𝑚) = 0,24 × 10−11 𝑚 (1 −
cos 𝜃) Skor 3 (adequate) berarti
−9
0,002 × 10 𝑚 = 0,24 × semua informasi penting
−11
10 𝑚 (1 − cos 𝜃) ditampilkan pada
0,002×10−9 𝑚 representasi yang dibentuk,
= (1 − cos 𝜃)
0,24×10−11 𝑚
terorganisir dan jelas.
0,008 × 102 𝑚 = 1 − cos 𝜃
209
0,8 = 1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃
𝜃 = 78,46°
210
LAMPIRAN C
Lampiran Persuratan
211
Lampiran C.1 Lembar Surat Permohonan Izin Penelitian
212
213
Lampiran C.2 Lembar Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian
214
215
Lampiran C.3 Lembar Uji Referensi
Paraf
No. Referensi
Pembimbing
BAB I
1. Mazetha Ramadayanty, dkk. Pengembangan E-Modul Fisika berbasis Multiple
Representation untuk melatihkan keterampilan pemecahan masalah siswa. Jurnal
Kumparan Fisika, Vol 4 no.1, April 2021. h. 17
2. Sitti Fatimah S. Sirate dan Risky Ramadhana. Pengembangan Modul Pembelajaran
Berbasis Keterampilan Literasi. Volume VI, Nomor 2, Juli - Desember 2017. h. 317.
3. http://sitisriyatun.gurusiana.id
216
5. Abdurrahman, Liliasari, A. Rusli, dan Bruce Waldrip. Implementasi Pembelajaran Berbasis
Multi Representasi Untuk Peningkatan Penguasaan Konsep Fisika Kuantum. Cakrawala
Pendidikan, Februari 2011, Th. XXX, No. 1. h. 30-31.
6. Antomi Saregar. Pembelajaran pengantar fisika kuantum dengan memanfaatkan media
PHET Simulation dan LKM melalui pendekatan saintifik: dampak pada minat dan
penguasaan konsep mahasiswa. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 05 (1) , 2016.,
h.53-60.
7. Rustam E Siregar,. FISIKA KUANTUM. (Bandung: FMIPA UNPAD, 2018)., h. 1
8. A. Hobson. “Teaching Quantum Theory in the Introductory Course”. The Physics Teacher,
1996. h. 202-210. Diakses pada https://aapt.scitation.org/doi/10.1119/1.2344407 hari
Kamis, 30 Juni 2022 pukul 16.57 WIB.
9. Mazetha Ramadayanty, dkk. Pengembangan E-Modul Fisika berbasis Multiple
Representation untuk melatihkan keterampilan pemecahan masalah siswa. Jurnal
Kumparan Fisika, Vol 4 no.1, April 2021. h. 18
10. Mazetha Ramadayanty, dkk. Pengembangan E-Modul Fisika berbasis Multiple
Representation untuk melatihkan keterampilan pemecahan masalah siswa. Jurnal
Kumparan Fisika, Vol 4 no.1, April 2021. h. 19
11. Vaughan Prain dan Bruce Waldrip.(2007). A Study of Teachers’ Perspectives about Using
Multimodal Representations of Concepts to Enchance Science Learning. (Canadian
Journal of Science, Mathematics and Technology Education), 8(1), h. 5-24
12. A.Hidayat dkk. Pengembangan buku elektronik interaktif pada materi fisika kuantum kelas
XII SMA. Jurnal Pendidikan Fisika Vol. V. No. 2. September 2017. h. 88-89.
217
13. Winda Muzdalifah, dkk. Penerapan Pembelajaran Fisika Berbasis Multirepresentasi Untuk
Meningkatkan Kemampuan Representasi Peserta Didik Kelas X MIPA2 SMA Babussalam
Pekanbaru. Jurnal Geliga Sains 6(2), 67-74, 2018. h. 68
14. Loriza, 2011. Penggunaan Pendekatan Multi Representasi pada Pembelajaran Konsep Gerak
untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Memperkecil Kuantitas Mis konsepsi Peserta
Didik SMP. Tesis Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia,
Bandung
15. Patrick B Kohl and Noah D Finkelstein. Patter of multiple representation use by experts
and novices during physics problem solving. Physical Review Special Topics-Physics
Education Research 4. 2008. h. 1
16. Winda Muzdalifah, dkk. Penerapan Pembelajaran Fisika Berbasis Multirepresentasi Untuk
Meningkatkan Kemampuan Representasi Peserta Didik Kelas X MIPA2 SMA Babussalam
Pekanbaru. Jurnal Geliga Sains 6(2), 67-74, 2018. h. 68
17. Mutmainnah Finnajah, dkk. Pengembangan Modul fisika SMA berbasis multirepresentasi
guna meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar peserta didik kelas XII IIS sma
negeri 1 Prembun Tahun ajaran 2015/2016. Radiasi Jurnal Pendidikan Fisika. Vol 08 No.
1, April 2016. h. 23
18. Wachidah P dan I Ketut Mahardika. Kegrafikaan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis
Multirepresentasi. Seminar Nasional Fisika Dan Pembelajaraanya 2015. h. 2
19. Bemie Eka Saputra, dkk. Pengembangan e-modul fisika berbasis multirepresentasi pada
materi gerak lurus. EduFisika Jurnal Pendidikan Fisika Vol 5 Nomor 1, Juni 2020, h. 39.
218
20. Mutmainnah Finnajah, dkk. Pengembangan Modul fisika SMA berbasis multirepresentasi
guna meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar peserta didik kelas XII IIS sma
negeri 1 Prembun Tahun ajaran 2015/2016. Radiasi Jurnal Pendidikan Fisika. Vol 08 No.
1, April 2016. h. 23
21. I K Mahardika , dkk. Practicality of physics module based on contextual learning
accompanied by multiple representations in physics learning on senior high school. Journal
of Physics: Conference Series. 2020. h. 1
22. Depdiknas. 2008
23. A.Hidayat dkk. Pengembangan buku elektronik interaktif pada materi fisika kuantum kelas
XII SMA. Jurnal Pendidikan Fisika Vol. V. No. 2. September 2017. h. 88.
BAB II
24. Daryanto, Menyusun Modul, (Yogyakarta: Gava Media, 2013), h. 9
25. Sitti Fatimah dan Risky Ramadhana. Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis
Ketrampilan Literasi. Vol VI Nomor 2, Juli-Desember 2017. H. 319
219
27. https://kbbi.kemdikbud.go.id/ diakses pada 2 Agustus 2021 pukul 21.00 wib.
28. Depdiknas.2008
29. Andi prastowo. Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif, (Yogyakarta: Divapress,
2015), h. 107-108
30. Andi prastowo. Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif, (Yogyakarta: Divapress,
2015), h. 107-109
220
35. Depdiknas. 2008
39. E.Mulyasa. Implementasi kurikulum 2004 panduan pembelajaran KBK, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 152
40. E.Mulyasa. Implementasi kurikulum 2004 panduan pembelajaran KBK, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 152
42. Udasmoro, Wening. Gerak Kuasa : Politik Wacana, Identitas, dan Ruang/ Waktu dalam
Bingkai Kajian Budaya dan Media. (Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia, 2020), h. 62
221
43. Mahardika, I Ketut. REPRESENTASI MEKANIKA DALAM PEMBAHASAN Sebuah Teori
dan Hasil Penelitian Pengembangan Bahan Ajar Mekanika. (Jember. UPT Penerbitan
UNEJ., 2012), h. 38
44. Vaughan Prain dan Bruce Waldrip.(2006). An Exploratory Study of Teachers’ and
Students’ Use of Multi-modal Representations of Concepts in Primary Science.
(International Journal of Science Education), Vol 28 No.15 (1843-1845)
45. Vaughan Prain dan Bruce Waldrip.(2006). An Exploratory Study of Teachers’ and
Students’ Use of Multi-modal Representations of Concepts in Primary Science.
(International Journal of Science Education), Vol 28 No.15 (1844)
46. Yuliana, Haratua TMS, dan Haratua. (2017) Kemampuan Multirepresentasi Siswa Smp
Dalam Menyelesaikan Soal Pesawat Sederhana. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Khatulistiwa. Vol 6, No. 8 (1-9)
47. Shaaron Ainsworth. (1999). The functions of multiple representations. Computers and
Educations, 32(2-3), 131-152
48. Fitria, Tomo, dan Haratua. Penggunaan Model Problem Based Learning Dengan
Multirepresentasi Pada Usaha Dan Energi Di Sma. h. 3-4. www. Jurnal.untan.ac.id
diakses pada 28 Agustus 2021 pukul 16.30 wib
49. Shaaron Ainsworth. (1999). The functions of multiple representations. Computers and
Educations, 32(2-3), 134
50. Binar, K. Prahani, dkk. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model Ikuiri
Terbimbing Untuk Melatihkan Kemampuan Multirepresentasi Siswa Sma. Pendidikan
Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol 4. No.2, Mei 2015. h. 505
222
51. Irwandi. Multirepresentasi Sebagai Alternatif Pembelajaran Dalam Fisika. Jurnal al-Biruni
3 Vol 1, h. 2
52. Shaaron Ainsworth. (1999). The functions of multiple representations. Computers and
Educations, 32(2-3), 134
53. Andrew Izsak dan Miriam G. Sherin. Exploring the Use of New Representations as a
Resource for Teacher Learning. School Science and Mathematics. h. 21
54. Eugenia Etkina, dkk. Scientific Abilities and their assessment. . American Journal of
Education Research Vol 4 No 1-4. 2016. h. 3
56. Abdurrahman, Liliasari, A. Rusli, dan Bruce Waldrip. Implementasi Pembelajaran Berbasis
Multi Representasi Untuk Peningkatan Penguasaan Konsep Fisika Kuantum. Cakrawala
Pendidikan, Februari 2011, Th. XXX, No. 1. h. 36
57. Rustam E Siregar, Fisika Kuantum Teori dan Aplikasi, (Bandung,UNPAD PRESS: 2010)
h. 1
58. Raymond A. Serway, dkk. Modern Physics Third Edition. (USA: Thomson Learning Inc.,
2005) h. 68
59. Raymond A. Serway, dkk. Modern Physics Third Edition. (USA: Thomson Learning Inc.,
2005) h. 69
60. Raymond A. Serway, dkk. Modern Physics Third Edition. (USA: Thomson Learning Inc.,
2005) h. 70
223
61. Raymond A. Serway, dkk. Modern Physics Third Edition. (USA: Thomson Learning Inc.,
2005) h. 71
62. Raymond A. Serway, dkk. Modern Physics Third Edition. (USA: Thomson Learning Inc.,
2005) h. 71
63. Stephen T Thornton dan Rex Andrew. 2013. Modern Physics for Scientists and Engineers,
Fourth Edition. USA. Cengage Learning. h. 97
64. Stephen T Thornton dan Rex Andrew. 2013. Modern Physics for Scientists and Engineers,
Fourth Edition. USA. Cengage Learning. h. 96
65. Stephen T Thornton dan Rex Andrew. 2013. Modern Physics for Scientists and Engineers,
Fourth Edition. USA. Cengage Learning. h. 98
66. Paul A Tipler dan Ralph A. Llewellyn. 2008. Modern Physics Fifth Edition. New York.
W.H. Freeman and Company. h. 124
67. Stephen T Thornton dan Rex Andrew. 2013. Modern Physics for Scientists and Engineers,
Fourth Edition. USA. Cengage Learning. h. 125
68. Stephen T Thornton dan Rex Andrew. 2013. Modern Physics for Scientists and Engineers,
Fourth Edition. USA. Cengage Learning. h. 102
224
70. Kenneth Krane. 1992. Fisika Modern. Depok. UI Press. h. 99
71. Raymond A. Serway, dkk. Modern Physics Third Edition. (USA: Thomson Learning Inc.,
2005) h. 92
72. Raymond A. Serway, dkk. Modern Physics Third Edition. (USA: Thomson Learning Inc.,
2005) h. 96
BAB III
73. Mazetha Ramadayanty, dkk. Pengembangan E-Modul Fisika berbasis Multiple
Representation untuk melatihkan keterampilan pemecahan masalah siswa. Jurnal
Kumparan Fisika, Vol 4 no.1, April 2021. h. 19
74. S. Thiagarajan, dkk. 1974, Instructional Development for Training Teacher of Exceptional
Children. Indiana :Indiana University. h. 5
75. S. Thiagarajan, dkk. 1974, Instructional Development for Training Teacher of Exceptional
Children. Indiana :Indiana University. h. 5
76. S. Thiagarajan, dkk. 1974, Instructional Development for Training Teacher of Exceptional
Children. Indiana :Indiana University. h. 6
77. S. Thiagarajan, dkk. 1974, Instructional Development for Training Teacher of Exceptional
Children. Indiana :Indiana University. h. 7
225
78. S. Thiagarajan, dkk. 1974, Instructional Development for Training Teacher of Exceptional
Children. Indiana :Indiana University. h. 8
79. Edi Riadi, Metode Statistika Parametrik & Non Parametrik, (Tangerang: Pustaka Mandiri,
2014), h. 29
80. Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta CV. h. 114
81. Cholid narbuko dan Abu Ahmadi. 2004. Metodologi Penelitian . Jakarta: PT. Bumi
Aksara. h. 46
82. Direktorat Pembinaan SMA. Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Panduan praktis
penyusunan e-Modul tahun 2017
83. Gkitzia V., Salta K. and Tzougraki C., Development and application of suitable criteria for
the evaluation of chemical representations in school textbooks, Chemistry Education
Research and Practice. (2011).
84. Dwi Rahdiyanta. Teknik Penyusunan Modul
85. Iztok Devetak and Janez Vogrinc. 2013. The Criteria for Evaluating the Quality of the
Science Textbooks.
226
86. Iztok Devetak and Janez Vogrinc. 2013. The Criteria for Evaluating the Quality of the
Science Textbooks.
87. BNSP. 2014. Penilaian Buku Teks Siswa Untuk Peminatan Fisika SMA/MA
88. BNSP. 2014. Penilaian Buku Teks Siswa Untuk Peminatan Fisika SMA / MA
89. Iztok Devetak and Janez Vogrinc. 2013. The Criteria for Evaluating the Quality of the
Science Textbooks.
90. Dyah Sakinah I. P. 2020. Pengembangan Modul STEM Terintegrasi Kearifan Lokal untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Gelombang Bunyi.
91. BNSP. 2014. Penilaian Buku Teks Siswa Untuk Peminatan Fisika SMA / MA.
92. Iztok Devetak and Janez Vogrinc. 2013. The Criteria for Evaluating the Quality of the
Science Textbooks.
93. Dyah Sakinah I. P. 2020. Pengembangan Modul STEM Terintegrasi Kearifan Lokal untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Gelombang Bunyi.
94. Sri Hayati, Agus Setyo Budi, dan Erfan Handok. Pengembangan Media Pembelajaran
Flipbook Fisika Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik. In: Seminar Nasional
Fisika II. Universitas Negeri Jakarta; 2015.h. 51.
227
95. Mazetha Ramadayanty, Sutarno, Eko Risdianto. Pengembangan E-Modul Fisika Berbasis
Multiple Reprsentation Untuk Melatihkan Keterampilan Pemecahan Masalah Siswa. Jurnal
Kumparan Fisika, Vol. 4 No. 1, April 2021. h.19
99. Muh. Nawir, dkk. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and
Explaining terhadap Hasil Belajar Metematika Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 18 Lau
Kabupaten Maros. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 2, Nomor 2, Desember
2019.
100. Yudi Guntara. 2020. Normalized Gain: Ukuran Keefektifan Treatment.
https://www.researchgate.net/publication. h. 1. Diakses pada 4 Juli 2022 Pukul 20.16 WIB
101. Saifuddin Azwar. 2019. Reliabilitas dan Validitas edisi 4 cet 10. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar. h.8
102. Saifuddin Azwar. 2019. Reliabilitas dan Validitas edisi 4 cet 10. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar. h.112-113
103. Lewis R. Aiken. 1985. Three Coefficients for Analyzing The Reability And Validity of
Ratings. Educational and Psychological Measurement, 45(1), h. 133-135
BAB IV
228
104. S. Thiagarajan, dkk. 1974, Instructional Development for Training Teacher of Exceptional
Children. Indiana :Indiana University. h. 5
105. S. Thiagarajan, dkk. 1974, Instructional Development for Training Teacher of Exceptional
Children. Indiana :Indiana University. h. 5
106. Inhelder, Barbel dan Jean Piaget. The Growth of Logical Thinking From Childhood to
Adolescence: An Essay on The Construction of Formal Operational Structures. Vol 22.
Psychology Press. 1958.
107. Lorin W. Aderson, dkk. 2014. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan
Asesmen Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom diterjemahkan oleh Agung Peihantoro.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. h. 100.
108. S. Thiagarajan, dkk. 1974, Instructional Development for Training Teacher of Exceptional
Children. Indiana :Indiana University. h. 5
109. S. Thiagarajan, dkk. 1974, Instructional Development for Training Teacher of Exceptional
Children. Indiana :Indiana University. h. 6
110. A. Hobson . “Teaching Quantum Theory in the Introductory Course”. The Physics Teacher,
1996. h. 202-210. Diakses pada https://aapt.scitation.org/doi/10.1119/1.2344407 hari Kamis,
30 Juni 2022 pukul 16.57 WIB
111. A.Hidayat dkk. Pengembangan buku elektronik interaktif pada materi fisika kuantum kelas
XII SMA. Jurnal Pendidikan Fisika Vol. V. No. 2. September 2017. h. 96-97
229
112. Ade, Suryanda, dkk. Validasi Ahli pada Pengembangan Buku Saku Biologi Berbasis Mind
Map. UNJ: Jakarta, 2019, h. 199
113. Denna Delawanti D, dan Arnelia D, Validasi modul pembelajaran: Materi dan Desain
Tematik berbasis PPK, Premiere Educandum : Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran,
2018, h. 209
114. Wachidah P dan I Ketut Mahardika. Kegrafikaan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis
Multirepresentasi. Seminar Nasional Fisika Dan Pembelajaraanya 2015. h. 3-5
115. Denna Delawanti D dan Amelia D, Validasi modul pembelajaran: Materi dan Desain
Tematik berbasis PPK, Premiere Educantum: Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran.
2018. h. 209
116. Jan Van den Akker, Design Approaches and Tools in Education and Training, Springer
Science and Bussiness Media Dordrecht, 1999. h. 10
230
Ciputat, 15 Juli 2022
Yang Mengesahkan,Pembimbing
231
Lampiran C.4 Lembar Daftar Riwayat Hidup
Hallo.. Aku Humnatul Haniyah. Putri ke-5 dari Abah Ahmad Hisyam Syafaat dan Umi
Mahmudah Salim. Tempat tanggal lahirku Banyuwangi, 12 Februari 1999,
alhamdulillah sehat dan normal sampai detik ini. Riwayat pendidikanku, untuk
pendidikan formal TK sd SMP Darussalam Blokagung Banyuwangi, MA Darul Huda
Mayak Ponorogo dan sekarang kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk
pendidikan non formal aku pernah di Madrasah Diniyyah al-Amiriyyah Blokagung,
Madrasah Diniyyah Darul Huda Mayak, dan 2 Minggu di English course krisna Pare.
Semoga kebaikan, keberkahan dan kemudahan selalu mengiringi kita semuaaa. ;)
232