You are on page 1of 247

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS MULTIREPRESENTASI PADA

MATERI FENOMENA KUANTUM SMA/MA KELAS XII

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Humnatul Haniyah

NIM 11170163000029

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1444 H/ 2022 M

i
LEMBAR PENGESAHAN

ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

iii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

iv
ABSTRAK

HUMNATUL HANIYAH (11170163000029), Pengembangan Modul Berbasis


Multirepresentasi pada Materi Fenomena Kuantum SMA/MA Kelas XII. Skripsi
Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2022.

Fenomena kuantum yang diajarkan disekolah menengah memiliki potensi yang besar
untuk mendorong peserta didik dalam memahami teknologi modern. Namun,
pembahasan didalamnya tentang radiasi benda hitam, efek fotolistrik, efek Compton,
dan gelombang de Broglie masih sulit bagi peserta didik untuk memahami makna
fisisnya. Kami melakukan pengembangan modul berbasis multirepresentasi yang
bertujuan untuk memudahkan peserta didik memahami setiap fenomena kuantum
secara eksplisit. Multirepresentasi adalah cara menjelaskan suatu konsep dengan
format yang beragam yaitu verbal, gambar, grafik, dan matematis. Cara ini
memungkinkan peserta didik menghasilkan pemahaman yang menyeluruh pada materi
fenomena kuantum. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian 4-D yaitu
Define (Pendefinisian), Design (Perencanaan), Develop (Pengembangan) dan
Disseminate (Penyebaran) akan tetapi dibatasi sampai pada tahap Develop
(Pengembangan). Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas XII IPA 3 SMA
Darussalam dan XII MIA 2 MA Al-Amiriyyah. Instrumen yang digunakan berupa tes
(kognitif) dan non tes (angket). Instrumen diberikan kepada 20 peserta didik dan angket
diberikan kepada 9 ahli (bahasa, materi, dan media pembelajaran), 20 peserta didik (uji
coba lapangan), dan 2 guru mata pelajaran fisika. Modul yang dihasilkan dinilai layak
atau valid oleh 9 ahli (bahasa, materi, dan media pembelajaran), efektif dalam
meningkatkan kemampuan multirepresentasi peserta didik dengan nilai N-gain sebesar
35% dengan tafsiran menunjukkan tidak efektif. Modul berbasis Multirepresentasi
dinyatakan praktis menurut peserta didik dengan persentase sebesar 71,25%, dan
dinyatakan praktis oleh guru dengan persentase sebesar 86%

Kata kunci: Modul multirepresentasi, fenomena kuantum, dan 4-D

v
ABSTRACT
HUMNATUL HANIYAH (11170163000029), Development of Multi-
Representation-Based Module on Quantum Phenomenon Material for SMA/MA
Class XII. Thesis of Physics Education Study Program, Faculty of Tarbiyah and
Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2022.

Quantum phenomena taught in secondary schools have great potential to encourage


students to understand modern technology. However, the discussion in it about black
body radiation, the photoelectric effect, the Compton effect, and de Broglie waves is
still difficult for students to understand its physical meaning. We develop a multi-
representation-based module that aims to make it easier for students to understand each
quantum phenomenon explicitly. Multirepresentation is a way of explaining a concept
in various formats, namely verbal, graphic, graphic, and mathematical. This method
allows students to produce a thorough understanding of the material quantum
phenomena. The research method used is 4-D research, namely Define, Design,
Develop and Disseminate, but is limited to the Develop stage. The subjects of this study
were students of class XII IPA 3 SMA Darussalam and XII MIA 2 MA Al-Amiriyyah.
The instrument used is a test (cognitive) and non-test (questionnaire). Instruments were
given to 20 students and questionnaires were given to 9 experts (material language,
media, and instructional design), 20 students (field trials), and 1 physics teachers. The
resulting module was deemed feasible by 9 experts (material language, media, and
instructional design), effective in increasing the multi-representation ability of students
with an N-gain value of 35% with the interpretation showing it is not effective. Multi-
representation-based modules are declared practical according to students with a
percentage of 71,25%, and are declared practical by teachers with a percentage of 86%

Keywords: Multi-representation modules, quantum phenomena, and 4-D

vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Alhamdulillahirabbil ‘aalamiin Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas


kehadirat Allah SWT yang karena seluruh rahmat, hidayah, dan ridho-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengembangan Modul
Berbasis Multirepresentasi Pada Materi Fenomena Kuantum SMA/MA Kelas XII”.
Selawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda nabi agung nabi Muhammad
SAW beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Apresiasi dan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu


mensukseskan dalam penulisan skripsi ini. Secara khusus, apresiasi dan terimakasih ini
disampaikan kepada:

1. Abah dan umi selaku orang tua seumur hidup saya. Terimakasih karena terus
mendukung terkhusus dalam segi finansial, karena tanpa beliau berdua, mahasiswa
lebih dari 4 tahun ini tidak akan mungkin mampu melanjutkan studinya.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany burhanuddin Umar Lubis, M. A, selaku rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Sururin, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Iwan Permana Suwarna, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Tadris Fisika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Taufik Al Farizi, M. PFis., Dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan waktu, saran, dan juga arahan selama perkuliahan.
6. Ibu Fathiah Alatas, M.Si., Dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan
waktu, arahan, dan saran dalam membimbing selama penyusunan skripsi ini.

vii
7. Seluruh dosen, staff, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya program studi tadris fisika yang telah memberikan ilmu, pengetahuan,
pemahaman, dan pelayanan selama proses perkuliahan.
8. Bapak Ahmad Fauzan, S.Pd.I., S.Pd. selaku Kepala Sekolah MA Al-Amiriyyah,
dan bapak Afan Sucipto, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMA Darussalam.
9. Bapak Gede Jawi Pintara, S.Pd, dan Ibu Naning S.Pd selaku guru bidang studi
fisika yang telah memberikan dukungan, waktu, dan kesediaannya kepada peneliti
selama penelitian berlangsung.
10. Peserta didik XII MIA 2 dan XII MIPA 3 yang telah membantu kelancaran
penelitian disekolah.
11. Keluargakuuu, bani Hisyam, dan bani Syafaat kalian semua istimewa.
Terimakasih terus menyemangati dan menguatkan. Tempat berkeluh kesah dan
bersenda gurau, bersyukur aku memiliki kalian.
12. Semua teman teman kuliah di Pendidikan Fisika, adik tingkat, kakak tingkat,
terimakasihhhhh atas semuanya.
13. Seluruh kader PMII Rayon P.IPA I Love You soo Much guys. Terimakasihhhh
selalu hangat menyambut kehadiranku di Ciputat, tempatku berproses jatuh
bangun di organisasi, ya paling berasa ketika disini. Hehe.
14. Semua pihak di dunia nyata maupun maya (sosmed) yang tak dapat kusebut satu
persatu, karena tanpa kalian aku tak akan sampai pada titik ini.
Penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.
Sehingga, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
demi kesempurnaan penulisan selanjutnya. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih,
semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Walhamdulillahirabbil ‘aalamin, Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Ciputat, 22 Juni 2022

Penulis

viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................... iii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ................................................... iv

ABSTRAK .............................................................................................................v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

BAB I : PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah....................................................................................1


B. Identifikasi Masalah ..........................................................................................5
C. Batasan Masalah ...............................................................................................5
D. Rumusan Masalah .............................................................................................5
E. Tujuan Penelitian ..............................................................................................6
F. Manfaat Penelitian ............................................................................................6

BAB II: KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PERTANYAAN


PENELITIAN...........................................................................................7

A. Deskripsi Teoritik ............................................................................................7


1. Modul ..........................................................................................................7
2. Representasi dan Multirepresentasi ...........................................................16
3. Fenomena Kuantum ...................................................................................24

ix
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ......................................................................33
C. Kerangka Berpikir ...........................................................................................36
D. Pertanyaan Penelitian .....................................................................................37

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN .........................................................38

A. Metode Penelitian ...........................................................................................38


B. Prosedur Penelitian .........................................................................................40
C. Desain Uji Coba ..............................................................................................42
D. Subjek Uji Coba ..............................................................................................42
E. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................................44
F. Instrumen Penelitian .......................................................................................45
G. Uji Coba Produk .............................................................................................57
H. Teknik Analisis Data .......................................................................................57

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................64

A. Hasil Penelitian Pengembangan. .....................................................................64


1. Hasil Tahap Pendefinisian (Define) ..........................................................64
2. Hasil Tahap Perancangan (Design) ...........................................................72
3. Hasil Tahap Pengembangan (Develop) .....................................................82
B. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................................101

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................109

A. Kesimpulan ..................................................................................................109
B. Saran ............................................................................................................109

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................111

x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Langkah-langkah tahap Define dan tujuannya ............................................ 39
Tabel 3.2 Langkah-langkah tahap Design dan tujuannya ........................................... 40
Tabel 3.3 Desain Uji Coba .......................................................................................... 42
Tabel 3.4 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 43
Tabel 3.5 Kisi-kisi pedoman wawancara .................................................................... 45
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Angket Penelitian Pendahuluan .................................................. 46
Tabel 3.7 Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Ahli Materi ................................................. 47
Tabel 3.8 Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Ahli Media.................................................. 48
Tabel 3.9 Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Ahli Bahasa ................................................ 49
Tabel 3.10 Kisi-Kisi Instrumen Angket Respon Peserta Didik .................................. 51
Tabel 3.11 Kisi-Kisi Instrumen Angket Respon Guru ................................................ 53
Tabel 3.12 Kisi-Kisi Instrumen Tes ............................................................................ 55
Tabel 3.13 Kriteria rating scale .................................................................................. 58
Tabel 3.14 Persentase dan Kriteria Kelayakan Modul Berbasis Multirepresentasi .... 59
Tabel 3.15 Kriteria Kepraktisan Modul Berbasis Multirepresentasi .......................... 59
Tabel 3.16 Klasifikasi N-gain ..................................................................................... 60
Tabel 3.17 Kriteria Penilaian Ahli atau Validator ...................................................... 62
Tabel 3.18 Kriteria Tingkat Kevalidan Soal ............................................................... 63
Tabel 4.1 Hasil Studi Literatur ................................................................................... 65
Tabel 4.2 Hasil Rancangan Awal Modul Sesuai Sintaks Multirepresentasi ............. 74
Tabel 4.3 Tampilan Umum Modul ............................................................................ 77
Tabel 4.4 Hasil Validasi Ahli Materi ......................................................................... 82

xi
Tabel 4.5 Saran dan Komentar Validator Ahli Materi ................................................ 83
Tabel 4.6 Hasil Validasi Ahli Media........................................................................... 85
Tabel 4.7 Saran dan Komentar Validator Ahli Media ................................................ 86
Tabel 4.8 Hasil Validasi Ahli Bahasa ......................................................................... 87
Tabel 4.9 Saran dan Komentar Validator Ahli Bahasa ............................................... 88
Tabel 4.10 Hasil Penilaian Instrumen Tes .................................................................. 89
Tabel 4.11 Saran dan Komentar Instrumen Tes .......................................................... 89
Tabel 4.12 Perbaikan Modul Berdasarkan Ahli Materi .............................................. 92
Tabel 4.13 Perbaikan Modul Berdasarkan Ahli Media ............................................... 96
Tabel 4.14 Perbaikan Modul Berdasarkan Ahli Bahasa ............................................. 97
Tabel 4.15 Hasil Angket Respon Peserta Didik Pada Uji Coba Kepraktisan
Penggunaan Produk ..................................................................................................... 98
Tabel 4.16 Hasil Angket Respon Guru Pada Uji Coba Kepraktisan Penggunaan
Produk ......................................................................................................................... 99
Tabel 4.17 Hasil Pemusatan dan Penyebaran Data Pre-Test dan Post-Test Pada Uji
Lapangan ................................................................................................................... 100
Tabel 4.18 Hasil N-Gain Pada Uji Lapangan............................................................ 100
Tabel 4.19 Tafsiran Efektivitas Gain ........................................................................ 100

xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Fungsi Multirepresentasi ......................................................................... 19
Gambar 2.2 Grafik pergeseran Wien .......................................................................... 27
Gambar 2.3 Diagram hamburan Compton ................................................................. 31
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir .................................................................................. 37

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A STUDI PENDAHULUAN ........................................................... 118


Lampiran A.1 Lembar Wawancara Guru .................................................................. 119
Lampiran A.2 Angket Peserta Didik pada Studi Pendahuluan ................................. 126
Lampiran A.3 Hasil Studi Pendahuluan Peserta Didik ............................................. 133
LAMPIRAN B PEMBUATAN MODUL .............................................................. 136
Lampiran B.1 Lembar Validasi Ahli Materi ............................................................. 137
Lampiran B. 2 Hasil Validasi Ahli Materi ................................................................ 145
Lampiran B. 3 Lembar Validasi Ahli Media ........................................................... 151
Lampiran B. 4 Hasil Validasi Ahli Media ............................................................... 159
Lampiran B. 5 Lembar Validasi Ahli Bahasa ........................................................... 162
Lampiran B. 6 Hasil Validasi Ahli Bahasa .............................................................. 168
Lampiran B. 7 Lembar Hasil Validasi Instrumen Tes .............................................. 172
Lampiran B.8 Hasil Perhitungan Aiken’s V ............................................................. 180
Lampiran B.9 Hasil Kemampuan Multirepresentasi ................................................. 181
Lampira B.10 Hasil Efektivitas Pengetahuan Kognitif ............................................. 183
Lampiran B.11 Lembar Angket Respon Peserta Didik ............................................. 185
Lampiran B.12 Hasil Angket Respon Peserta Didik................................................. 189
Lampiran B.13 Lembar Angket Respon Guru .......................................................... 191
Lampiran B.14 Hasil Angket Respon Guru .............................................................. 193
Lampiran B.15 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ..................................... 194
Lampiran B.16 Kisi-Kisi Instrumen Tes ................................................................... 204
LAMPIRAN C PERSURATAN ............................................................................ 211
Lampiran C.1 Lembar Surat Permohonan Izin Penelitian ........................................ 212
Lampiran C.2 Lembar Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian .................. 214

xiv
Lampiran C.3 Lembar Uji Referensi ......................................................................... 216
Lampiran C.4 Lembar Daftar Riwayat Hidup........................................................... 232

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abad ke-21 ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangatlah
pesat sehingga menuntut adanya peningkatan kualitas dari sisi sumber daya manusia.1
Langkah awal terciptanya peningkatan kualitas manusia yaitu dibutuhkannya
pendidikan yang sesuai. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting karena tanpa
pendidikan manusia akan sulit berkembang, dan kualitas pendidikan sering dijadikan
tolak ukur keberhasilan perkembangan suatu negara.2 Menurut TIMMS (Trends in
International Mathematics and Science Study) yang menunjukkan bahwa peserta didik
Indonesia berada di peringkat 44 dari 49 negara untuk bidang matematika dan sains,
hal ini menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah.3
Fisika adalah salah satu pelajaran sekolah yang dianggap sulit disekolah, 4 padahal ilmu
pengetahuan dan teknologi yang ada saat ini tidak bisa lepas dari peran ilmu fisika.
Salah satu cabang ilmu fisika yang berjasa dalam kehidupan teknologi modern adalah
dari temuan fisika kuantum.5 Fisika Kuantum adalah ilmu yang mempelajari segala
sesuatu mengenai benda-benda berukuran mikroskopik (berkisar ukuran atom atau
lebih kecil lagi), massif dan nonmasif, sekaligus berlaku ganda (dualisme) yakni
berlaku seperti gelombang dan juga partikel. Pada fenomenanya, fisika kuantum ini

1
Mazetha Ramadayanty, dkk. Pengembangan E-Modul Fisika berbasis Multiple Representation
untuk melatihkan keterampilan pemecahan masalah siswa. Jurnal Kumparan Fisika, Vol 4 no.1, April
2021. h. 17
2
Sitti Fatimah S. Sirate dan Risky Ramadhana. Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis
Keterampilan Literasi. Volume VI, Nomor 2, Juli - Desember 2017. h. 317.
3
http://sitisriyatun.gurusiana.id
4
Angell, C, O. Guttersrud, & E. K. Henriksen, 2007. Multiple Representation As A Framework For
A Modelling Approach to Physics Education.
5
Abdurrahman, Liliasari, A. Rusli, dan Bruce Waldrip. Implementasi Pembelajaran Berbasis Multi
Representasi Untuk Peningkatan Penguasaan Konsep Fisika Kuantum. Cakrawala Pendidikan, Februari
2011, Th. XXX, No. 1. h. 30-31.

1
jarang ditemukan di kehidupan sehari-hari karena sifatnya yang sangat mikroskop dan
abstrak.67 Di Indonesia materi fenomena kuantum mulai diperkenalkan disekolah untuk
SMA/MA dikelas XII. Namun pada kenyataannya kebanyakan proses pembelajaran ini
dihiraukan oleh peserta didik karena menganggap fisika kuantum adalah topik yang
sangat mikroskopik, tidak teramati langsung oleh indera dan juga membutuhkan
pemahaman matematika tingkat tinggi.8

Berdasarkan hasil wawancara (pada lampiran A) yang dilakukan pada guru fisika di
SMA Darussalam dan MA Al-Amiriyyah, guru mengalami kesulitan dalam
menjelaskan materi fenomena kuantum karena bersifat abstrak sehingga perlu di
visualisasikan dan juga materi yang asing bagi peserta didik karena baru dipelajari di
jenjang SLTA. Ketika peserta didik mempelajari fisika, peserta didik dituntut untuk
menguasai representasi-representasi berbeda seperti simulasi, grafik,
konseptual/keterangan lisan, rumus, serta gambar atau diagram secara bersamaan.9
Representasi adalah suatu konfigurasi (bentuk atau susunan) yang dapat
menggambarkan, mewakili atau melambangkan sesuatu dalam suatu cara. Representasi
juga merupakan sesuatu yang mewakili, menggambarkan atau meyimbolkan obyek
atau proses.10 Multirepresentasi berarti mempresentasi ulang konsep yang sama dengan
format yang berbeda, termasuk verbal, gambar, grafik dan matematik.11Keterbatasan
media pembelajaran dan waktu dalam membahas materi ini juga masuk kedalam
kendala pembelajaran, karena materi ini berada pada semester genap yang mana

6
Antomi Saregar. Pembelajaran pengantar fisika kuantum dengan memanfaatkan media PHET
Simulation dan LKM melalui pendekatan saintifik: dampak pada minat dan penguasaan konsep
mahasiswa. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 05 (1) , 2016., h.53-60.
7
Rustam E Siregar,. FISIKA KUANTUM. (Bandung: FMIPA UNPAD, 2018)., h. 1
8
Hobson, A. “Teaching Quantum Theory in the Introductory Course”. The Physics Teacher, 1996.
h. 202-210. Diakses pada https://aapt.scitation.org/doi/10.1119/1.2344407 hari Kamis, 30 Juni 2022
pukul 16.57 WIB.
9
Mazetha Ramadayanty, dkk, Opcit. h. 18
10
Ibid., h.18
11
Vaughan Prain dan Bruce Waldrip.(2007). A Study of Teachers’ Perspectives about Using
Multimodal Representations of Concepts to Enchance Science Learning. (Canadian Journal of Science,
Mathematics and Technology Education), 8(1), h. 5-24

2
banyak waktu tersita untuk persiapan ujian-ujian kelas akhir yang akan ditempuh
peserta didik kelas XII.12Dan juga pada penelitian pendahuluan (pada lampiran A) yang
dilakukan kepada peserta didik bahwa buku sumber belajar yang digunakan dalam
pembelajaran fisika disekolah kurang membantu dalam pemahaman karena masih
didominasi dengan penjelasan verbal, sehingga kurangnya variasi bentuk yang lain
dalam penyajian materinya.

Apabila tidak ada perhatian khusus yang dilakukan terhadap kemampuan


multirepresentasi ini, dikhawatirkan peserta didik menjadi kurang mampu menguasai
representasi-representasi yang berbeda, sehingga fisika selalu terkesan dengan
berhitung dengan rumus saja tanpa menguasai konsep fisika secara utuh.13 pengajaran
fisika yang hanya di fokuskan pada pemberian contoh soal dan latihan mengerjakan
soal-soal, sehingga peserta didik terjebak pada pembahasan penyelesaian soal-soal dan
tentu saja sedikit sekali mengungkapkan proses yang sebenarnya terjadi.14 Peserta didik
yang kurang dalam kemampuan multirepresentasi akan menggunakan representasi
matematik saja. Mayoritas peserta didik memandang representasi matematik dan
gambar adalah sesuatu yang berlawanan dan dominan, dan kebanyakan peserta didik
akan menggunakan salah satu diantara keduanya.15Padahal seperti yang telah diketahui
cabang ilmu fisika banyak terdapat konsep fisika yang bersifat abstrak yang
memerlukan berbagai representasi agar dapat dikomunikasikan secara lebih efektif
seperti melalui grafik atau gambar. 16

12
A.Hidayat dkk. Pengembangan buku elektronik interaktif pada materi fisika kuantum kelas XII
SMA. Jurnal Pendidikan Fisika Vol. V. No. 2. September 2017. h. 88-89.
13
Winda Muzdalifah, dkk. Penerapan Pembelajaran Fisika Berbasis Multirepresentasi Untuk
Meningkatkan Kemampuan Representasi Peserta Didik Kelas X MIPA2 SMA Babussalam Pekanbaru.
Jurnal Geliga Sains 6(2), 67-74, 2018. h. 68
14
Loviza, 2011. Penggunaan Pendekatan Multi Representasi pada Pembelajaran Konsep Gerak untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Memperkecil Kuantitas Mis konsepsi Peserta Didik SMP. Tesis
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
15
Patrick B Kohl and Noah D Finkelstein. Patter of multiple representation use by experts and
novices during physics problem solving. Physical Review Special Topics-Physics Education Research
4. 2008. h. 1
16
Winda Muzdalifah, Opcit. h. 68

3
Solusi untuk peningkatan kemampuan multirepresentasi yaitu dengan modul
pembelajaran berbasis multirepresentasi yang memuat materi secara utuh, sistematis
dan juga didukung penjelasan secara visual untuk materi yang abstrak dengan cara yang
sederhana menyesuaikan tingkat berpikir peserta didik.17Modul pembelajaran fisika
yang disajikan melalui multirepresentasi, didalamnya akan memuat representasi
verbal, matematis, gambar, dan grafik.18Berdasarkan penelitian sebelumnya
pembuatan modul berbasis multirepresentasi pada materi gerak lurus mendapatkan
respon sangat baik dari peserta didik19. Begitu pula modul berbasis multirepresentasi
layak digunakan sebagai bahan ajar pembelajaran fisika yang mampu meningkatkan
pemahaman konsep dan hasil belajar peserta didik20. Dan juga modul fisika berbasis
multiple representasi sangat praktis digunakan dalam pembelajaran fisika di SMA21.

Melihat kesuksesan dari penelitian yang sebelum-sebelumnya peneliti bermaksut


mengembangkan suatu bahan ajar berupa modul yang paling mudah untuk digunakan
karena dapat dipelajari dimana saja dan kapan saja serta dengan atau tanpa guru,
22
khususnya untuk mengasah kemampuan multirepresentasi. Materi yang akan dibahas
dalam modul yang dikembangkan yaitu tentang fenomena kuantum. Alasan mengambil
materi ini yaitu karena merupakan materi kelas XII yang mana salah satu kompetensi
dasarnya yaitu mampu menjelaskan secara kualitatif mengenai konsep fenomena
kuantum.23 Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

17
Mutmainnah Finnajah, dkk. Pengembangan Modul fisika SMA berbasis multirepresentasi guna
meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar peserta didik kelas XII IIS sma negeri 1 Prembun
Tahun ajaran 2015/2016. Radiasi Jurnal Pendidikan Fisika. Vol 08 No. 1, April 2016. h. 23
18
Wachidah P dan I Ketut Mahardika. Kegrafikaan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis
Multirepresentasi. Seminar Nasional Fisika Dan Pembelajaraanya 2015. h. 2
19
Bemie Eka Saputra, dkk. Pengembangan e-modul fisika berbasis multirepresentasi pada materi
gerak lurus. EduFisika Jurnal Pendidikan Fisika Vol 5 Nomor 1, Juni 2020, h. 39.
20
Mutmainnah Finnajah, dkk. Op.Cit., h. 6
21
I K Mahardika , dkk. Practicality of physics module based on contextual learning accompanied by
multiple representations in physics learning on senior high school. Journal of Physics: Conference
Series. 2020. h. 1
22
Departemen Pendidikan Nasional 2008
23
A.Hidayat dkk. Opcit. h. 88

4
“Pengembangan Modul Berbasis Multirepresentasi Pada Materi Fisika Kuantum
SMA/MA Kelas XII”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka identifikasi masalah dari
penelitian ini ialah :

1. Guru kesulitan ketika menjelaskan terutama dalam materi yang bersifat abstrak
karena harus berdasarkan tinjauan mikroskopis dan juga memvisualisasikan materi
tersebut dan juga materi yang asing bagi peserta didik karena baru dipelajari di
jenjang SLTA.
2. Kurangnya kemampuan peserta didik menguasai representasi-representasi berbeda
seperti simulasi, grafik, konseptual/keterangan lisan, rumus, serta gambar atau
diagram secara bersamaan
3. Keterbatasan media pembelajaran bahwa buku sumber belajar yang digunakan
dalam pembelajaran fisika disekolah kurang membantu dalam pemahaman karena
masih didominasi dengan penjelasan verbal, sehingga kurangnya variasi bentuk
yang lain dalam penyajian materinya.
C. Batasan Masalah

Agar ruang lingkup penelitian ini lebih terarah, maka dilakukan pembatasan masalah
yaitu sebagai berikut:

1. Peneliti mengembangkan komponen multirepresentasi berupa modul berbasis


multirepresentasi tentang materi fenomena kuantum.
2. Indikator multirepresentasi terdiri dari deskripsi verbal, gambar atau diagram, grafik
dan matematik.
D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah :

5
1. Bagaimana kelayakan modul berbasis multirepresentasi pada materi Fenomena
Kuantum SMA/MA Kelas XII?
2. Bagaimana kepraktisan modul berbasis multirepresentasi pada materi Fenomena
Kuantum SMA/MA Kelas XII?
3. Bagaimana keefektifan modul berbasis multirepresentasi pada materi Fenomena
Kuantum SMA/MA Kelas XII?
E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui kelayakan modul berbasis multirepresentasi pada materi Fenomena


Kuantum SMA Kelas XII.
2. Mengetahui kepraktisan modul berbasis multirepresentasi pada materi Fenomena
Kuantum SMA Kelas XII.
3. Mengetahui keefektifan modul berbasis multirepresentasi pada materi Fenomena
Kuantum SMA Kelas XII.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi pendidik, dapat memberikan alternatif guru dalam mengajar untuk
menggunakan modul pembelajaran dengan berbasis multirepresentasi.
2. Bagi peserta didik, penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan
multirepresentasi pada materi fenomena kuantum.
3. Bagi sekolah, penelitian ini dapat dijadikan evaluasi dan referensi dalam proses
kegiatan belajar mengajar yang berlangsung disekolah, dan menjadi harapan untuk
menciptakan proses kegiatan belajar dan mengajar yang lebih baik dan
menyenangkan.

6
BAB II

KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PERTANYAAN


PENELITIAN

A. Deskripsi Teoritik
1. Modul Pembelajaran
a. Pengertian Modul

Menurut Daryanto salah satu bahan ajar yang dibuat secara utuh dan didalamnya
dikemas secara sistematis dan juga menarik, sehingga peserta didik dapat memiliki
ketertarikan untuk mempelajarinya disebut modul. Didalam modul minimal terdapat
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, dan evaluasi.24 Selain itu menurut
Darmiyatun (dalam Sitti) modul yaitu bahan ajar yang dibuat secara sistematis
berdasarkan kurikulum yang berlaku dan juga dikemas kedalam bentuk satuan
pembelajaran terkecil yang dapat dipelajari dalam waktu tertentu secara mandiri agar
peserta didik dapat menguasai kompetensi yang diajarkan. 25

Modul menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dalam buku


Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar modul adalah suatu buku yang ditulis
dengan bertujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri, dengan atau tanpa
bimbingan guru. Dalam penulisan modul ini dibuat secara sistematis dan jelas sehingga
peserta didik dapat memahami dengan mudah.26 Sedangkan menurut KBBI yaitu suatu
kegiatan program belajar dan mengajar yang dapat dipelajari oleh peserta didik dengan
atau tanpa bantuan dari guru pembimbing, meliputi perencanaan tujuan yang akan

24
Daryanto, Menyusun Modul, (Yogyakarta: Gava Media, 2013), h. 9
25
Sitti Fatimah dan Risky Ramadhana. Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Ketrampilan
Literasi. Vol VI Nomor 2, Juli-Desember 2017. H. 319
26
Departemen Pendidikan Nasional 2008

7
dicapai secara jelas, penyediaan materi, alat yang diperlukan, serta alat untuk penilaian,
mengukur keberhasilan peserta didik dalam penyelesaian pembelajaran. 27

Berdasarkan pengertian dari para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa modul yaitu
bahan ajar yang disusun secara sistematis, menarik, dan jelas berdasarkan kurikulum
yang berlaku sehingga peserta didik dapat memahami dengan mudah. Dan juga dapat
dipelajari oleh peserta didik dengan atau tanpa bantuan dari guru pembimbing.
Berdasarkan Depdiknas karakteristik modul yang baik dan menarik terbagi atas
beberapa hal, yaitu : 28

1) Bersifat instruksional mandiri, yaitu modul memuat tujuan yang jelas, materi yang
lebih spesifik, menyediakan contoh dan gambar ilustrasi yang mendukung
penjelasan materi, soal-soal evaluasi, materi kontekstual, bahasa yang sederhana
dan mudah dipahami, rangkuman materi, instrumen penilaian, instrumen untuk
mengukur penguasaan materi, umpan balik atas penilaian serta pengayaan dan
referensi, sehingga seorang peserta didik mampu belajar secara mandiri melalui
modul tanpa bergantung pada guru atau pembimbing lainnya.
2) Bersifat mandiri, yaitu modul dikemas menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga
peserta didik dapat mempelajari secara lengkap dan tuntas.
3) Bersifat berdiri sendiri, karena didalamnya memuat bahasa yang mudah dipahami
dan gambar ilustrasi sebagai pennjelas materi, maka semestinya modul tidak
bergantung dengan media lain dalam penggunaannya. Akan tetapi jika ingin
dilengkapi media lain juga tidak menjadi masalah.
4) Menyesuaikan perkembangan zaman, yaitu modul disesuaikan dengan
perkembangan informasi dan teknologi yang berlaku saat ini, dan bersifat fleksibel.

27
https://kbbi.kemdikbud.go.id/ diakses pada 2 Agustus 2021 pukul 21.00 wib.
28
Depdiknas. 2008

8
5) Mudah digunakan, yaitu penggunaan bahasa yang mudah dipahami peserta didik
dengan penggunaan istilah yang populer dan sederhana, juga disesuaikan dengan
jenjang pendidikan peserta didik yang menggunakan.
b. Fungsi Modul

Modul pembelajaran dapat disusun karena adanya fungsi yang mendasarinya. Berikut
bebeapa fungsi dari modul yakni sebagai berikut : 29

1) Bahan ajar mandiri, yaitu dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dengan
belajar mandiri tanpa adanya pembimbing.
2) Pengganti fungsi guru, yaitu modul harus memuat materi pembelajaran dengan baik
dan mudah dipahami dan sesuai dengan usia dan tingkat pengetahuan peserta didik.
3) Sebagai alat evaluasi, yaitu peserta didik dituntut mampu mengukur sendiri tingkat
penguasaannya terhadap materi yang telah dipelajari.
4) Sebagai bahan rujukan bagi peserta didik, yaitu karena modul juga berisi materi
yang dipelajari peserta didik, maka modul juga dapat berfungsi sebagai bahan
rujukan dalam belajar.

c. Tujuan Pembuatan Modul

Selain terdapat fungsi, modul juga memiliki tujuan pembuatan yang jelas, sehingga
pembuatan bisa lebih terarah dan sistematis. Berikut adalah tujuan adanya pembuatan
modul, sebagai berikut:30

1) Sebagai upaya agar peserta didik dapat belajar secara mandiri, baik dengan
bimbingan orang lain atau tidak.
2) Agar pembelajaran berorientasi pada peserta didik berjalan sebagaimana semestinya

29
Andi prastowo. Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif, (Yogyakarta: Divapress, 2015), h.
107-108
30
Andi prastowo., Ibid., h.109

9
3) Untuk menyalurkan tingkat intelegensi peserta didik, peserta didik yang memiliki
intelegensi yang tinggi akan dapat menyelesaikan modul dengan cepat, sedangkat
yang memiliki intelegensi kurang diharapkan mampu mengulang kembali materi
pembelajaran melalui modul.
4) Agar peserta didik dapat mengukur tingkat pemahaman materi secara mandiri.

d. Unsur-unsur modul

Agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan pembimbing, modul
sekurangnya berisi tentang petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, isi materi
atau content, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja yang berupa lembar
kerja, evaluasi, dan juga feedback terhadap hasil evaluasi. 31

e. Karakteristik modul

Untuk dapat membedakan modul dengan bahan ajar lainnya, modul memiliki beberapa
karakteristik, yakni sebagai berikut: 32

1) Self Instruction, dengan demikian memungkinkan bagi seorang peserta didik untuk
dapat belajar dengan mandiri. Untuk memenuhi Self Instruction , maka didalam
modul harus berisi :
a) Tujuan pembelajaran yang jelas, sesuai dengan standar kompetensi inti dan
kompetensi dasar.
b) Terdapat materi pembelajaran yang dimuat dengan kegiatan yang spesifik, sehingga
memudahkan dipelajari dengan tuntas.
c) Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan uraian materi
pembelajaran.

31
I Ketut Mahardika, REPRESENTASI MEKANIKA DALAM PEMBAHASAN sebuah teori dan hasil
penelitian pengembangan bahan ajar mekanika, (Jember: UPT Penerbitan UNEJ, 2012), h. 26
32
Daryanto, Op.Cit., h. 9-11

10
d) Terdapat soal-soal latihan, tugas yang memungkinkan mengukur penguasaan
peserta didik.
e) Kontekstual, yaitu materi sesuai dengan suasana, tugas atau koteks kegiatan dan
lingkungan peserta didik.
f) Bahasa yang digunakan sederhana dan komunikatif.
g) Memuat rangkuman materi pembelajaran.
h) Terdapat instrumen penelitian yang memungkinkan peserta didik melakukan
penilaian mandiri.
i) Terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik, sehingga peserta didik
mengetahui tingkat penguasaan materi.
j) Memuat informasi referensi, rujukan yang mendukung materi pembelajaran
dimaksud.
1) Self Contained , modul berisi seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan.
Sehingga peserta didik dapat mempelajari secara tuntas, karena materi belajar
dikemas kedalam satu kesatuan yang utuh.
2) Stand Alone (Berdiri sendiri), yaitu modul tidak digunakan bersama-sama dengan
bahan ajar atau media lain.
3) Adaptif, yaitu modul memiliki daya adaptif tinggi terhadap perkembangan ilmu dan
teknologi serta fleksibel digunakan di berbagai perangkat keras.
4) User Friendly (mudah digunakan pengguna), yaitu setiap instruksi dan paparan
informasi yang ditampilkan dapat membantu dan mempermudah pemakainya, serta
menggunakan istilah umum yang digunakan.
f. Prosedur penyusunan modul
1. Analisis kebutuhan modul

Menurut Depdiknas dalam penyusunan modul terdapat beberapa langkah yang harus
dipahami. Langkah yang pertama yaitu kegiatan menganalisis kompetensi atau tujuan
untuk menentukan jumlah dan judul modul yang dibutuhkan untuk mencapai suatu

11
kompetensi. Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut : 33

a) Menetapkan kompetensi yang terdapat didalam garis-garis besar program


pembelajaran yang akan disusun dalam modul.
b) Mengidentifikasi dan menentukan ruang lingkup unit kompetensi.
c) Mengidentifikasi dan menentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang ingin
dicapai atau disyaratkan.
d) Menentukan judul modul yang akan ditulis.
e) Kegiatan analisis kebutuhan modul dilaksanakan pada periode awal pengembangan
modul.

2. Penyusunan Draft modul

Dalam prosedur ini merupakan proses penyusunan dan pengorganisasian materi


pembelajaran dari suatu kompetensi dan sub kompetensi menjadi satu kesatuan yang
sistematis. Langkah-langkah dalam penyusunan draft modul yaitu : 34

a) Menetapkan judul modul.


b) Menetapkan tujuan akhir yaitu kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik
setelah selesai mempelajari modul.
c) Menetapkan kemampuan spesifik yang menunjang tujuan akhir pembelajaran.
d) Menetapkan garis-garis besar atau outline modul
e) Mengembangkan materi pada garis-garis besar atau outline modul.
f) Memeriksa ulang draft yang telah dihasilkan.

33
Depdiknas. 2008
34
Depdiknas.2008

12
Dalam kegiatan penyusunan draft modul hendaknya menghasilkan draft modul yang
sekurangnya mencakup :35

a) Judul modul, yaitu menggambarkan materi yang akan dijelaskan dalam modul.
b) Kompetensi atau sub kompetensi yang akan dicapai setelah menyelesaikan
pembelajaran dengan modul.
c) Tujuan, yaitu berisi tujuan akhir dan spesifik yang akan dicapai oleh peserta didik
setelah mempelajari modul.
d) Materi yang berisi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari dan
dikuasai peserta didik.
e) Prosedur atau langkah-langkah mempelajari modul.
f) Soal-soal, latihan dan atau tugas yang harus diselesaikan peserta didik.
g) Evaluasi dan penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan peserta didik dalam
menguasai modul.
h) Kunci jawaban soal, latihan ataupun tugas yang terdapat dalam modul.

3. Uji Coba

Uji coba draft modul yaitu suatu kegiatan penggunaan modul pada peserta didik
terbatas untuk mengetahui keterlaksanaan dan manfaat modul dalam pembelajaran
sebelum modul tersebut digunakan secara umum. Dalam tahap uji coba ini terbagi atas
dua tahap, yaitu tahap I pada kelompok kecil berjumlah 2-4 orang peserta didik, dan
uji coba tahap II yaitu uji coba kelompok besar dengan jumlah peserta didik 20-30
orang. Langkah-langkah dalam melakukan uji coba draft yaitu sebagai berikut : 36

a) Menyiapkan dan menggandakan draft modul yang akan diuji coba sebanyak jumlah
peserta sesuai dengan tahap yang dilakukan.
b) Menyusun instrumen pendukung uji coba.

35
Depdiknas. 2008
36
Depdiknas.2008

13
c) Mendistribusikan draft modul dan instrumen pendukug uji coba kepada peserta uji
coba.
d) Menginformasikan kepada peserta uji coba mengenai tujuan uji coba dan kegiatan
yang harus dilakukan oleh peserta uji coba.
e) Mengumpulkan kembali draft modul dan instrumen uji coba.
f) Memproses dan menyimpulkan hasil pengumpulan draft berdasarkan masukan
melalui instrumen uji coba.

4. Validasi

Validasi yaitu suatu proses permintaan persetujuan atau pengesahan terhadap


kesesuaian modul dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan pengakuan kesesuaian
tersebut, dalam melakukan validasi diperlukan beberapa pihak praktisi yang ahli sesuai
dengan bidang-bidang terkait dalam modul. Dalam validasi modul terdiri atas beberapa
aspek yaitu isi materi atau substansi modul, penggunaan bahasa, serta penggunaan
metode instruksional. Langkah-langkah dalam melakukan validasi, yaitu : 37

a) Menyiapkan dan menggandakan draft modul yang akan di validasi sesuai


banyaknya validator.
b) Menyusun instrumen pendukung validasi.
c) Mendistribusikan draft modul dan instrumen validasi kepada validator.
d) Menginformasikan kepada validator tentang tujuan validasi dan kegiatan yang harus
dilakukan oleh validator.
e) Mengumpulkan kembali draft modul dan instrumen validasi.
f) Memproses dan menyimpulkan hasil pengumpulan masukan dari validator.
5. Revisi modul

Proses penyempurnaan modul setelah memperoleh masukan dari kegiatan uji coba dan
validasi termasuk tahap revisi. Tahap ini bertujuan untuk melakukan finalisasi atau

37
Depdiknas.2008

14
penyempurnaan akhir yang komprehensif, sehingga modul siap diproduksi sesuai
dengan masukan yang diperoleh dari kegiatan sebelumnya. Dalam melakukan
penyempurnaan modul harus mencakup aspek-aspek penting penyusunan modul,
yaitu: 38

1) Pengorganisasian materi pembelajaran.


2) Penggunaan metode instruksional.
3) Penggunaan bahasa
4) Pengorganisasian tata letak dan layout.
g. Keunggulan Dan Kelemahan Modul

Keunggulan dengan adanya modul yaitu :39

1) Berfokus pada kemampuan individu peserta didik


2) Adanya kontrol terhadap hasil belajar melalui penggunaan standar kompetensi
dalam setiap modul yang harus dicapai oleh peserta didik.
3) Relevasi kurikulum ditunjukkan dengan adanya tujuan dan cara pencapaiannya,
sehingga peserta didik dapat mengetahui keterkaitan antara pembelajaran dan hasil
yang akan diperoleh.
4) Modul mampu membantu peserta didik menggambarkan sesuatu yang abstrak,
misalnya dengan gambar, foto, bagan, atau skema yang lain.
5) Pada materi yang rumit dapat dijelaskan dengan cara yang sederhana, sesuai dengan
tingkat berfikir peserta didik, sehingga dapat dengan mudah dipahami.

Kelemahan atau keterbatasan modul, sebagai berikut : 40

1) Penyusunan modul yang baik membutuhkan keahlian tertentu. Sukses gagalnya


suatu modul bergantung pada penyusunnya.

38
Depdiknas.2008
39
E.Mulyasa. Implementasi kurikulum 2004 panduan pembelajaran KBK, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 152
40
E. Mulyasa. Op.Cit., h. 152

15
2) Sulit menentukan proses penjadwalan dan kelulusan, serta membutuhkan
manajemen penndidikan yang berbeda dari pembelajaran konvensional, karena tiap-
tiap peserta didik menyelesaikan modul dalam waktu yang berbeda sesuai
kemampuan masing-masing.
3) Dukungan pembelajaran berupa sumber belajar, pada umumnya cukup mahal
karena tiap-tiap peserta didik harus mencari sendiri.

2. Multirepresentasi Fenomena Fisika


a. Pengertian Multirepresentasi Fenomena Fisika

Multirepresentasi terbagi atas dua suku kata, yaitu multi dan representasi. Multi
menurut KBBI adalah Bentuk terikat banyak; lebih dari satu; lebih dari dua. Sedangkan
Representasi adalah kata yang berasal dari bahasa Inggris, Representation , yang
bermakna perwakilan, gambaran atau penggambaran. Menurut KBBI representasi
bermakna perbuatan mewakili, keadaan diwakili atau perwakilan. Sehingga secara
sederhana dapat diartikan bahwa representasi adalah gambaran mengenai suatu hal
yang terdapat dalam kehidupan yang digambarkan melalui suatu media. 41

Representation dalam Oxford English Dictionary (dalam Udasmoro: 2020)


memiliki dua pengertian yang berbeda akan tetapi berkaitan satu sama lain. Pengertian
pertama yaitu berarti tindakan untuk mendeskripsikan (to describe), menggambarkan
(to depict ), maupun menghadirkan sesuatu dalam ingatan melalui deskripsi, potret,
atau imajinasi. Contoh, gambar yang merepresentasikan sayang ayah pada anaknya
berarti gambar itu. Pengertian yang kedua yaitu upaya menyimbolkan (to symbolize),
menggantikan (to substitute), mewakili (to stand for). Contoh pada kata kucing,
menyimbolkan, menggantikan, atau mensubstitusikan, berdiri atau ada untuk
menggantikan binatang berkaki empat yang dalam kehidupan sehari-hari disebut

41
KBBI. 2021

16
kucing.42 Menurut Goldin (dalam Mahardika) suatu konfigurasi (bentuk suatu susunan)
yang dapat mewakili, menggambarkan, atau melambangkan sesuatu dalam suatu cara
disebut representasi. Representasi juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang mewakili,
43
menggambarkan atau menyimpulkan objek dan atau proses. Menurut David
Rosengrant dkk. (dalam Irwandi) mengatakan bahwa representasi adalah sesuatu yang
dapat disimbolkan atau simbol pada suatu obyek ataupun proses. Dalam fisika
representasi bisa berupa kata, gambar, diagram, grafik, simulasi komputer, persamaan
matematika dan lain sebagainya. Apabila multi dan representasi digabungkan maka
dapat bermakna suatu kegiatan peyajian ulang suatu konsep yang sama dalam beberapa
bentuk yang berbeda baik secara deskriptif (verbal, tabel, grafik), eksperimental,
maupun matematik, figuratif (pictorial, analogi, dan metafora), kinestetik, visual dan
atau mode-mode aksional-operasional. 44

Dalam fisika multirepresentasi yakni merepresentasikan proses fisika dalam banyak


cara yang berbeda-beda bisa melalui kata-kata atau verbal, gambar, diagram, grafik dan
45
persamaan matematis. Soal dalam fisika juga dapat disebut proses fisika. Yang
pertama yaitu proses pendeskripsian dengan kata-kata yang merupakan representasi
verbal, kemudian sebuah gambar atau diagram yang juga merepresentasikan proses,
dan diikuti dengan representasi fisis yang melibatkan lebih banyak deskripsi tentang
fisika bisa berupa grafik, yang terakhir yakni proses matematis berupa persamaan-
persamaan rumus yang menggunakan prinsip fisika untuk menggambarkan proses.46

42
Udasmoro, Wening. Gerak Kuasa : Politik Wacana, Identitas, dan Ruang/ Waktu dalam Bingkai
Kajian Budaya dan Media. (Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia, 2020), h. 62
43
Mahardika, I Ketut. REPRESENTASI MEKANIKA DALAM PEMBAHASAN Sebuah Teori dan
Hasil Penelitian Pengembangan Bahan Ajar Mekanika. (Jember. UPT Penerbitan UNEJ., 2012), h. 38
44
Vaughan Prain dan Bruce Waldrip.(2006). An Exploratory Study of Teachers’ and Students’ Use
of Multi-modal Representations of Concepts in Primary Science. (International Journal of Science
Education), Vol 28 No.15 (1843-1845)
45
Vaughan Prain dan Bruce Waldrip., Ibid., h. 1844
46
Yuliana, Haratua TMS, dan Haratua. (2017) Kemampuan Multirepresentasi Siswa Smp Dalam
Menyelesaikan Soal Pesawat Sederhana. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa. Vol 6, No.
8 (1-9)

17
b. Fungsi Multirepresentasi

Fungsi multirepresentasi menurut Ainsworth yaitu : 47

1) Pelengkap dalam proses kognitif , yaitu Penggunaan multirepresentasi dapat


membentuk suatu susunan yang saling melengkapi sehingga memudahkan peserta
didik dalam menarik kesimpulan dari konsep yang dipelajarinya. Contohnya
fenomena fisika biasanya dideskripsikan dalam kalimatkalimat bahasa sehari-hari
(representasi verbal). Representasi verbal kemudian diinterpretasikan ke dalam
bentuk gambar atau grafik yang memiliki kemiripan dengan keadaan yang
sesungguhnya dan kemudian diubah menjadi diagram benda bebas (representasi
fisis). Selanjutnya diagram benda bebas disederhanakan sehingga menjadi diagram
vektor. Dari diagram vektor yang tersedia, diturunkan ke persamaan-persamaan
matematika. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa representasi-representasi
semacam ini saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Jika salah satu
representasi tidak ada, maka penyajian konsep fisika dalam representasi verbal tidak
akan dapat disajikan ke dalam representasi matematis atau siswa kemungkinan
keliru dalam menyajikan konsep ke dalam representasi matematika.
2) Membantu membatasi kemungkinan kesalahan interpretasi lain, yaitu Penggunaan
multirepresentasi dapat digunakan untuk membantu pembelajar membangun
pemahaman yang lebih baik terhadap suatu konsep dibandingkan dengan
menggunakan satu representasi. Contohnya fenomena atau kejadian fisika
seringkali susah dimengerti oleh siswa karena dideskripsikan dalam penjelasan
verbal melaui teks yang dapat membuat siswa menafsirkannya berbeda-beda. Oleh
sebab itu, agar penjelasan verbal mudah dipahami maka harus dilengkapi gambar
atau grafik yang relevan dengan informasi yang dibicarakan karena dengan adanya
grafik atau gambar dapat memberikan batas-batas yang jelas antara keadaan

47
Shaaron Ainsworth. (1999). The functions of multiple representations. Computers and Educations,
32(2-3), 131-152.

18
sesungguhnya dengan keadaan menurut teori. Kemudian diturunkan ke persamaan-
persamaan matematika.
3) Membangun pemahaman dengan lebih mendalam suatu konsep, Contohnya dalam
memahami konsep usaha dan energi, siswa perlu mengerti kejadian yang disajikan
secara verbal kemudian diinterpretasikan dengan menggambarkan mirip dengan
keadaan sesungguhnya. Setelah itu, diiterpretasikan ke dalam bentuk diagram benda
bebas, selanjutnya dibuat diagram vektor. Pembuatan diagram vektor inilah yang
akhirnya akan digunakan untuk mencari persamaan-persamaan matematika yang
hasilnya akan membuat pembelajar memiliki pemahaman yang lebih mendalam. 48
Untuk lebih dapat dipahami, berikut adalah Gambar 2.1 mengenai fungsi
multirepresentasi.49

Fungsi
Multirepresentasi

Membatasi Membangun
Fungsi pelengkap
interpretasi pemahaman

Melengkapi Abstraksi/
Melengkapi proses Melalui kebiasaan Perluasan Perhubungan
informasi pemindahan

Melalui sifat
Tugas Yang berbeda Pengulangan
bawaan

Perbedaan individu Yang dibagi Ontologisasi ulang

Strategi Reifikasi

Gambar 2.1 Fungsi Multirepresentasi.

48
Fitria, Tomo, dan Haratua. Penggunaan Model Problem Based Learning Dengan Multirepresentasi
Pada Usaha Dan Energi Di Sma. h. 3-4. www. Jurnal.untan.ac.id diakses pada 28 Agustus 2021 pukul
16.30 wib.
49
Shaaron Ainsworth. OpCit. h, 134.

19
c. Kemampuan Multirepresentasi fisika

Kemampuan multirepresentasi fisika adalah kemampuan untuk menyelesaikan


masalah-masalah fisika dengan proses representasi yang bermacam-macam cara,
diantaranya secara matermatis, verbal (tulisan atau oral), dan visual (notasi, gambar
dan grafik). Kemampuan merepresentasikan proses fisika dalam beberapa representasi
dapat membantu siswa menyelesaikan masalah-masalah fisika yang dianggap sulit.50

d. Pentingnya Multirepresentasi Dalam Pembelajaran Fisika

Multirepresentasi memiliki peran penting dalam pembelajaran fisika sehingga terdapat


poin-poin yang menjadi pertimbangan bahwa multirepresentasi harus masuk kedalam
pembelajaran. Berikut beberapa alasan pentingnya multirepresentasi dalam
pembelajaran fisika: 51

1) Pembelajaran dengan multirepresentasi dapat membantu peserta didik yang


memiliki latar belakang kecerdasan yang berbeda (multiple intelligences). Karena
representasi yang dibuat berbeda-benda memberikan kesempatan belajar yang
optimal bagi setiap jenis kecerdasan.
2) Kuantitas dan konsep-konsep yang bersifat fisik seringkali dapat divisualisasikan
dan dipahami lebih baik dengan menggunakan representasi.
3) Membantu mengonstruksikan representasi lain yang lebih abstrak.
4) Penalaran kualitatif seringkali terbantu dengan menggunakan representasi kongkret.
5) Representasi matematik yang abstrak dapat digunakan untuk penalaran kualitatif
dimana representasi matematik dapat digunakan untuk mencari jawaban kuantitatif
terhadap soal.

50
Binar, K. Prahani, dkk. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model Ikuiri Terbimbing
Untuk Melatihkan Kemampuan Multirepresentasi Siswa Sma. Pendidikan Sains Pascasarjana
Universitas Negeri Surabaya Vol 4. No.2, Mei 2015. h. 505
51
Irwandi. Multirepresentasi Sebagai Alternatif Pembelajaran Dalam Fisika. Jurnal al-Biruni 3 Vol
1, h. 2

20
Ketika seseorang mempelajari konsep-konsep sains yang rumit, menghubungkan
dengan berbagai bentuk representasi seperti diagram, grafik dan persamaan dapat
membawa manfaat. Sayangnya, ada bukti yang cukup untuk menunjukkan bahwa
peserta didik sering gagal menggunakan manfaat tersebut dan dalam kasus-kasus
tertentu kombinasi yang tidak tepat dari multirepresentasi benar-benar menghambat
proses belajar. Multirepresentasi merupakan cara yang sangat berguna tetapi seperti
semua alat yang sangat berguna mereka memerlukan penanganan yang hati-hati agar
peserta didik dapat menggunakannya dengan sebaik mungkin. 52

Menurut Izsak dan Sherin bahwa pengajaran dengan melibatkan multirepresentasi


memberikan konteks yang lebih bagi siswa untuk memahami suatu konsep.
Penggunaan multirepresentasi dapat membantu guru dalam mengidentifikasi tiga
dimensi pembelajaran yang terjadi, yakni : 53

i. Representasi memberi peluang kepada guru untuk dapat menilai pemikiran siswa,
ii. Representasi memberi peluang guru untuk menggunakan teknik pedagogik yang
baru,
iii. Representasi memudahkan guru untuk menjembatani antara pemecahan masalah
konvensional dan pemecahan masalah modern.

e. Aspek Kemampuan Multirepresentasi

Beberapa kemampuan merepresentasikan suatu informasi secara multiple yang dimiliki


peserta didik. Berikut merupakan kemampuan multirepresentasi yang harus dimiliki
peserta didik: 54

52
Shaaron Ainsworth. OpCit. h, 134.
53
Andrew Izsak dan Miriam G. Sherin. Exploring the Use of New Representations as a Resource for
Teacher Learning. School Science and Mathematics. h. 21.
54
Eugenia Etkina, dkk. Scientific Abilities and their assessment. . American Journal of Education
Research Vol 4 No 1-4. 2016. h. 3

21
1) Mampu memformulasikan informasi dari representasi dengan benar. Pada
kemampuan ini, peserta didik diharapkan dapat membuat suatu representasi dari
informasi-informasi yang telah diperoleh pada materi.
2) Mampu menyusun representasi baru dari representasi sebelumya. Peserta didik
diharapkan dapat membuat representasi yang berbeda dari representasi sebelumnya
mengenai materi.
3) Mampu mengevaluasi perbedaan representasi secara konsisten dan
memodifikasinya jika perlu. Pada kemampuan ini, peserta didik membuat beberapa
representasi mengenai materi yang telah direpresentasikan oleh guru. Tentunya
beberapa representasi yang dibuat berbeda satu sama lainnya dan berkesesuaian
antara setiap representasi pada materi yang sama.
4) Mampu menggunakan representasi untuk pemecahan masalah. Dalam
menyelesaikan soal-soal mengenai materi hendaknya peserta didik menggunakan
beberapa representasi. Representasi yang digunakan peserta didik beragam dan
berkesesuaian antara satu sama lainnya.

f. Format Multirepresentasi

Berikut adalah format representasi yang dapat dimunculkan dalam pembelajaran fisika:
55

1) Deskripsi verbal, yaitu format yang dapat digunakan untuk memberikan definisi dari
suatu konsep, apabila dalam penyajian permasalahan fisika dalam bentuk kalimat-
kalimat bahasa, contoh “Sebuah buku dengan berat W diletakkan diatas meja. Buku
diberikan gaya luar/ gaya tekan sebesar F sejajar dengan arah vektor gaya berat,
sehingga besarnya gaya normal yang bekerja pada buku merupakan hasil
penjumlahan gaya (F) dengan gaya berat (W)”.

55
M.Yusup. 2009. Multirepresentasi Dalam Pembelajaran Fisika. h.2-3.
www.repository.unsri.ac.id. Diakses pada Kamis 26 Mei 2022 Pukul 14.33 WIB.

22
2) Gambar atau diagram, yaitu untuk menggambarkan atau memvisualisasikan suatu
konsep agar dapat dipahami lebih jelas. Dalam hal ini diagram juga sering
digunakan, yakni seperti diagram benda bebas, diagram gerak, diagram garis medan,
diagram rangkaian listrik, diagram sinar, diagram muka gelombang, diagram
keadaan energi.
3) Grafik, yakni suatu konsep dapat pula direpresentasikan dalam bentuk grafik.
Kemampuan dalam membaca dan membuat grafik juga sangat penting untuk
dikuasai. Contoh grafik yang sering digunakan dalam representasi konsep fisika
seperti grafik balok energi, grafik balok momentum, grafik pergeseran Wien, dll.
4) Matematik, yaitu untuk menyelesaikan persoalan tipe kuantitatif. Dalam
penggunaan representasi matematik ini banyak ditentukan keberhasilannya apabila
memiliki kemampuan representasi kualitatif yang baik, sehingga peserta didik
sebenarnya tidak seharusnya menghafalkan semua rumus-rumus.

g. If-So Framework Sebagai Desain Pembelajaran Berbasis Multirepresentasi

If-So Framework adalah salah satu desain pembelajaran yang berbasis


multirepresentasi. Desain pembelajarannya mengikuti rancangan dan pengembangan
berikut.

I:Identify key concept, yaitu mengidentifikasi konsep kunci (key concept) atau ide
utama dari topik yang akan dipelajari. Hal ini sebagai landasan dalam mengkonstruksi
dan mengkreasi mode atau format representasi yang digunakan guru dan peserta didik
di ruang kelas.

F: Focus on form and functions, yaitu guru atau dosen memfokuskan pada mode atau
format dan fungsi representasi yang bervariasi sesuai dengan ide utama dari topik yang
dipelajari. Misalnya, representasi grafik untuk menyajikan data dan menginterpretasi
hasil analisis data, simulasi lepasnya elektron dari permukaan sebuah logam yang
disinari oleh cahaya dengan frekuensi tertentu dalam peristiwa efek fotolistrik dapat

23
menjelaskan peristiwa mikroskopik yang fenomenanya tidak bisa diamati secara
langsung, dan lain-lain.

S: Sequence: sejumlah representasi fenomena fisis dapat disajikan atau dikreasi secara
sekuensi atau berurutan sesuai dengan karakteristik atau ide utama yang menjadi pusat
perhatian dan konsepsi awal peserta didik. Jika konsepnya abstrak, pembelajaran dapat
dimulai dengan visualisasi atau simulasi konsep untuk memacu daya imaginasi dan
daya tarik peserta didik. Peserta didik akan mengalami kesulitan adaptasi psikologis
jika guru langsung menyajikan konsep yang sangat abstrak menggunakan persamaan
matematika, karena hal ini akan menimbulkan sejumlah sikap bertahan peserta didik
berupa sulitnya belajar fisika. Sekuensi yang logis menentukan ketertarikan peserta
didik mempelajari topik fisika dan meningkatkan persepsi positif pada topik fisika yang
dipelajari dan mempermudah penguasaan konsep.

O: On going assessment: Sangat penting untuk mereview pekerjaan peserta didik yang
menggunakan dan mengkreasi sendiri format representasi, guru dapat melakukan
serangkaian asesmen baik formatif, diagnostik, sumatif, maupun sejumlah asesmen
alternatif, termasuk self- assessment sangat berguna untuk menggali alasan dan
kompetensi peserta didik dalam merepresentasikan secara bervariasi konsep fisika
yang sama.56

3. Fenomena Kuantum

Penjelasan mengenai gerak dinamis pada benda-benda makroskopis yang


ditemukan oleh Newton kemudian dikembangkan oleh Lagrange, Hamilton, dan
lainnya atau dapat disebut era Mekanika klasik sangatlah sempurna dalam

56
Abdurrahman, Liliasari, A. Rusli, dan Bruce Waldrip. Implementasi Pembelajaran Berbasis Multi
Representasi Untuk Peningkatan Penguasaan Konsep Fisika Kuantum. Cakrawala Pendidikan, Februari
2011, Th. XXX, No. 1. h. 36

24
penjelasannya. Begitu pula pada teori cahaya sebagai gelombang, teori gelombang
elektromagnetik, emisi gelombang elektromagnetik. Akan tetapi pada akhir abad 19
teori-teori klasik tidak dapat digunakan untuk memberi penjelasan yang tepat untuk
beberapa fenomena-fenomena interaksi radiasi suatu materi. Contoh fenomena yang
tidak dapat dijelaskan dengan fisika klasik adalah Spektrum radiasi benda hitam, efek
fotolistrik, spektrum atom hidrogen, dan lain lain. Sehingga pada seperempat pertama
diabad 20 mulai berkembanglah ilmu fisika baru dengan berbagai pengembangan
teorinya, salah satunya teori kuantum.57

1. Radiasi Benda Hitam

Benda hitam adalah benda yang permukaannya sedemikian sehingga mampu


menyerap semua radiasi yang menuju padanya dan tidak ada radiasi yang keluar dari
benda hitam ini. Berdasarkan pengamatan bahwa benda hitam yang bersuhu sama akan
memancarkan radiasi dengan spektrum yang sama. Dalam pembuatannya tidak ada
benda hitam yang benar-benar hitam sempurna, akan tetapi hanya mendekati benda
hitam.58

Max Planck dan Einstein menjadi pelopor dari gagasan quanta berdasarkan
fenomena radiasi benda hitam yang pertama kali dikaji oleh Kirchhoff pada tahun
1860. Dengan menggunakan hukum kedua termodinamika, Kirchhoff membuktikan
bahwa setiap benda yang berada dalam kesetimbangan termal dengan radiasi daya
pancarnya berbanding lurus dengan daya serapnya. Teorema Kirchoff ini secara
matematis yaitu

𝑅𝑓 = 𝐽(𝑓, 𝑇)

57
Rustam E Siregar, Fisika Kuantum Teori dan Aplikasi, (Bandung,UNPAD PRESS: 2010) h. 1
58
Raymond A. Serway, dkk. Modern Physics Third Edition. (USA: Thomson Learning Inc., 2005)
h. 68

25
𝑅𝑓 yaitu daya pancaran persatuan luas persatuan frekuensi dari suatu benda panas,
𝐽(𝑓, 𝑇) adalah fungsi universal (sama untuk seluruh benda) yang hanya bergantung
pada frekuensi cahaya dan temperatur absolut benda. Hal ini menunjukkan bahwa daya
yang di pancarkan persatuan luas persatuan frekuensi dari suatu benda hanya
bergantung pada suhu dan frekuensi cahaya dari benda hitam, dan tidak bergantung
pada karakteristik lainnya seperti volume, bentuk, dan komposisi material.59

a. Hukum Stefan Boltzmann

Stefan dan Boltzmann menjadi ilmuwan pertama yang berhasil memformulasikan


persamaan untuk intensitas total radiasi benda hitam. Pada tahun 1879 Josef Stefan
menemukan secara eksperimen bahwa “daya total persatuan luas yang dipancarkan
pada semua frekuensi oleh suatu benda hitam panas adalah sebanding dengan pangkat
4 dari suhu mutlaknya.”secara matematis dapat ditulis dengan :

∆𝑄
𝑃= = 𝑒𝜎𝑇 4
∆𝑡

Yang mana P adalah intensitas radiasi per satuan luas, 𝜎 adalah tetapan Stefan-
Boltzmann yaitu 𝜎 = 5,67 × 10−8 W/m2 k4 , dan T adalah suhu mutlak benda. Hasil
ini adalah juga diturunkan atas dasar termodinamika klasik oleh Ludwig Boltzmann
sekitar lima tahun kemudian, dan rumus diatas sekarang disebut hukum Stefan-
Boltzmann. 60

Perhatikan bahwa daya per satuan luas yang dipancarkan oleh benda hitam hanya
bergantung pada suhu dan tidak pada karakteristik lain dari objek, seperti warna atau
bahannya itu terdiri. Perhatikan juga, yang menujukkan tingkat energi yang
dipancarkan oleh objek. Misalnya, meningkatkan suhu absolut suatu objek, misalnya,

59
Raymond A. Serway, dkk., Ibid., h. 69
60
Raymond A. Serway, dkk., Ibid., h. 70

26
bintang; meningkatkan aliran energi keluar dari objek dengan faktor objek berada di
suhu ruangan akan menggandakan laju di mana ia memancarkan energi sebagai akibat
dari kenaikan suhu. Dengan demikian, hukum Stefan-Boltzmann memiliki efek yang
sangat besar pada pembentukan keseimbangan termal pada fisik suatu sistem. 61

Tiap-tiap benda memiliki kemampuan untuk meradiasikan energi dalam bentuk


gelombang elektromagnetik yang dapat disebut dengan emisivitas, yang mana dalam
rumus diatas dilambangkan dengan e. Nilai ini berkisar 0 hingga 1, yang mana semakin
hitam suatu permukaan benda maka semakin mendekati 1 nilai emisivitasnya.
Begitupun sebaliknya semakin terang atau mengkilap suatu permukaan benda maka
semakin mendekati 0 nilai emisivitasnya.62

b. Hukum Pergeseran Wien

Menurut hukum Stefan Boltzman jika suhu meningkat dari 2000 K ke 4000 K atau
terjadi kenaikan 2 kali lipat, maka total intensitas radiasi kalor meningkat menjad 16
kali. Berdasarkan gambar 2.2. menunjukkan kurva antara intensitas radiasi persatuan
Panjang gelombang yang dipancarkan oleh suatu benda hitam terhadap Panjang
gelombangnya. Pada tiga suhu mutlak. Total intensitas radiasi yang dipancarkan sama
dengan luas dibawah grafik. 63

61
Raymond A. Serway, dkk .,Ibid., h. 71
62
Raymond A. Serway, dkk .,Ibid., h. 71
63
Stephen T Thornton dan Rex Andrew. 2013. Modern Physics for Scientists and Engineers, Fourth
Edition. USA. Cengage Learning. h. 97

27
Sumber: Myrightspot.com
Gambar 2.2. Grafik pergeseran Wien

Pada Gambar 2.2 terlihat bahwa luas dibawah kurva untuk T = 4000 K jauh lebih
besar daripada luas dibawah kurva untuk T = 3000 K. Pada Tahun 1893 ilmuan
bernama Wilhem Wien mengusulkan suatu bentuk umum dari hukum distribusi benda
hitam. Beliau menemukan hubungan secara empiris antara panjang gelombang radiasi
yang dipancarkan benda hitam dan suhu benda. Dalam hasilnya, Wien menjelaskan
sebagai berikut :

1) Pada suhu yang berbeda-beda panjang gelombang radiasi pada saat intensitas
maksimum bergeser ke panjang gelombang yang semain kecil.
2) Panjang gelombang radiasi saat intensitasnya maksimum berbanding terbalik
dengan suhu mutlak benda. Secara matematis dapat dituliskan dengan :

𝜆𝑚 × 𝑇 = 𝐶

C merupakan tetapan pergeseran Wien yang bernilai 2,9 × 10−3 m.K.64

64
Stephen T Thornton dan Rex Andrew., Ibid., h.96

28
c. Hukum Rayleigh Jeans

Ilmuan bernama Lord Rayleigh dan Sir James H Jeans menggunakan teori kinetik
gas untuk menjelaskan radiasi benda hitam. Menurut fisika klasik, energi rata-rata
1
setiap derajat kebebasan pada suhu T adalah 2 𝑘𝑇. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

besar 𝜆 maka intensitas akan semakin kecil dan jika 𝜆 mendekati tak hingga, maka
intensitas akan mendekati nol. Hal ini ternyata tidak sesuai data empiris atau
percobaan. 65

d. Teori Planck

Teori yang dihasilkan dari Max Planck yaitu mengenai energi radiasi suatu benda
hitam, bahwa energi radiasi yang dihasilkan oleh getaran molekul-molekul bermuatan
listrik merupakan kelipatan bilangan bulat positif dari ℎ𝑓, yaitu :

𝐸 = 𝑛ℎ𝑓

Dengan n = 1, 2, 3, ... (bilangan asli) dan f adalah frekuensi getaran molekul-


molekul. Menurut Planck radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam tidak kontinu
seperti halnya pendapat fisikawan klasik, akan tetapi berupa paket-paket energi diskret
yang disebut foton. Besar paket energi hanya bergantung pada frekuensi
elektromagnetik 𝑓. Energi dari molekul-molekul disebut terkuantisasi dan energi yang
dimaksud yaitu tingkat energi. Tingkat energi bisa ℎ𝑓, 2ℎ𝑓, 3ℎ𝑓, … ℎ adalah tetapan
planck (ℎ = 6,6 × 10−34 𝐽𝑠). 66

Molekul-molekul memancarkan atau menyerap energi dalam satuan diskret dari


energi cahaya yang disebut kuantum (foton). Molekul-molekul melakukan hal tersebut
dengan melompat dari satu tingkat ke tingkat energi yang lain. Jumlah energi yang

65
Stephen T Thornton dan Rex Andrew., Ibid., h.98
66
Paul A Tipler dan Ralph A. Llewellyn. 2008. Modern Physics Fifth Edition. New York. W.H.
Freeman and Company. h. 124

29
dipancarkan atau diserap oleh molekul-molekul bernilai sama dengan hf. Sehingga
dapat dinyatakan bahwa beda energi antara dua tingkat energi yang berdekatan adalah
hf. Molekul akan memancarkan atau menyerap energi hanya ketika molekul mengubah
tingkat energinya. Jika tetap tinggal dalam satu tingkat energi tertentu maka tidak ada
energi yang diserap atau dipancarkan oleh molekul. Hukum radiasi planck dapat
dinyatakan dengan

8𝜋ℎ𝑐𝜆−5
𝑢(𝜆, 𝑇) =
ℎ𝑐
−1
𝑒 𝜆𝑘𝑇

Dengan ℎ = 6,6 × 10−34 𝐽𝑠, c =3,0 × 108 𝑚/𝑠 merupakan cepat rambat cahaya,
𝑘 = 1,38 × 10−23 𝐽/𝐾 yaitu tetapan Boltzmann, dan T yaitu suhu mutlak benda
hitam.67

2. Dualisme Cahaya
a. Efek Fotolistrik

Efek fotolistrik adalah peristiwa keluarnya elektron-elektron ketika suatu


permukaan logam disinari oleh radiasi elektromagnetik seperti cahaya tampak,
inframerah, dan ultraviolet dengan frekuensi tertentu, elektron yang keluar disebut juga
fotoelektron. Pertama kali diamati oleh Heinrich Hertz pada tahun 1887 yaitu suatu
percikan akan melompat dengan cepat diantara dua bola logam bermuatan listrik akan
tetapi justru ketika permukaan bola logam disinari oleh cahaya yang menyinari
permukaan bola logam mempermudah lepasnya partikel-partikel bermuatan. 68

b. Produksi Sinar X

Sebelumnya telah dipelajari mengenai efek fotolistrik yaitu peristiwa keluarnya


elektron-elektron ketika suatu permukaan logam disinari oleh foton. Sedangkan

67
Stephen T Thornton dan Rex Andrew, Ibid., h. 125
68
Stephen T Thornton dan Rex Andrew. Ibid., h. 102

30
pembentukan sinar X terjadi kebalikan dari efekfotolistrik yaitu aliran elektron-
elektron yang menumbuk permukaan logam sehingga dapat menghasilkan foton-foton
sinar X. Sinar X dihasilkan ketika elektron-elektron bergerak dengan kecepatan tinggi
yang diperoleh karena beda potensial tinggi menumbuk suatu permukaan logam.
Ilmuan yang menemukan sinar X pertama kali yaitu Wilhelm K. Rontgen (1845-1923).
69

c. Efek Compton

Penelitian mengenai sinar X ternyata tidak berhenti begitu saja, ahli fisika asal
Amerika Serikat, Arthur H. Compton menemukan suatu gejala baru. Yaitu adanya
perubahan panjang gelombang sebelum dan sesudah sinar X dihamburkan. Compton
menjelaskan bahwa yang terjadi yaitu tumbukan antara kuantum cahaya dan elektron
bebas. Jika foton menumbuk elektron, maka sebagian besar energi foton diberikan
kepada elektron hal ini mengakibatkan elektron memiliki energi kinetik. Kemudian
energi foton setelah tumbukan akan berkurang. Berdasarkan teori klasik pengurangan
energi tidak akan diikuti dengan perubahan frekuensi atau panjang gelombang.
Sedangkan berdasarkan teori kuantum perubahan energi berarti perubahan energi yang
juga perubahan panjang gelombang. 70

69
Kenneth Krane. 1992. Fisika Modern. Depok. UI Press. h. 98
70
Kenneth Krane., Ibid,. h. 99

31
Gambar 2.3. Diagram hamburan Compton

Berdasarkan Gambar 2.3. yang menunjukkan peristiwa efek compton yang


melibatkan foton yang berupa sinar X dan elektron bebas. Terlihat bahwa foton
menumbuk elektron yang diam. Kemudian sinar X terhambur dengan sudut 𝜃 dan
mengalami penurunan energi dari 𝐸 menjadi 𝐸 ′ . Disisi lain elektron bergerak dengan
arah membentuk sudut ∅ dengan arah gerak foton sebelum tumbukan. Hamburan yang
dialami sinar X inilah yang disebut efek compton. Untuk mengetahui perubahan energi
atau panjang gelombang foton setelah mengalami hamburan, bergantung pada sudut
hambur yang terjadi 𝜃


𝜆′ − 𝜆 = (1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃)
𝑚0 𝑐

dengan 𝜆 adalah panjang gelombang foton sebelum tumbukan, 𝜆′ adalah panjang


gelombang setelah tumbukan. 𝑐𝑜𝑠𝜃 adalah bernilai antara 0 hingga 1, sehingga nilai

(1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃) selalu bernilai positif. Sedangkan adalah bernilai konstan yaitu
𝑚0 𝑐

2,43 × 10−12 𝑚. Nilai ini adalah panjang gelombang compton. 71

d. Dualisme Gelombang Partikel

Perdebatan mengenai cahaya merupakan gelombang atau partikel dapat diselesaikan


dengan menyatakan bahwa cahaya memiliki sifat dualisme. Yaitu dapat bersifat
sebagai partikel (seperti pada efek fotolistrik, efek compton), dan juga sebagai
gelombang (seperti pada peristiwa difraksi, interferensi cahaya). Bersifat partikel maka
dinyatakan dengan besaran momentum p, sedangkan bersifat gelombang dinyatakan
dengan panjang gelombang 𝜆. 72.

71
Raymond A. Serway, dkk. Ibid., h. 92
72
Raymond A. Serway, dkk. Ibid., h. 96

32
B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini, sebagai berikut :

1. Bemie Eka Saputra, Haerul Pathoni, Dwi Agus Kurniawan (Dalam Edu Fisika
Jurnal Pendidikan Fisika Volume 5 Nomor 1, Juni 2020) Yang Berjudul
“Pengembangan E-Modul Fisika Berbasis Multirepresentasi Pada Materi Gerak
Lurus”. Hasil penelitian ini yaitu menunjukkan kategori sangat baik dari tiap-tiap
validatornya. kelayakan dari validator ahli materi sebesar 86,67% . Hasil
kelayakan dari validator ahli media sebesar 87%. Hasil persepsi peserta didik
terhadap modul elektronik 3D pageflipp profesional berbasis multirepresentasi
menunjukkan sebanyak 16 orang siswa merespon sangat baik dan sebanyak 14
orang siswa merespon baik
2. Penelitia Mazetha Ramadayanty, Sutarno, Eko Risdianto (Dalam Jurnal Kumparan
Fisika, Vol. 4 No. 1, April 2021, Hal. 17-24) Yang Berjudul “Pengembangan E-
Modul Fisika Berbasis Multiple Reprsentation Untuk Melatihkan Keterampilan
Pemecahan Masalah Siswa”. Hasil dari penelitian ini yaitu berdasarkan hasil
validasi ahli bahwa e-modul yang dikembangkan sudah “layak” untuk digunakan.
Diperoleh persentase skor rata-rata pada aspek media adalah 78% dengan kategori
valid, aspek isi sebesar 76% dengan kategori valid, aspek penyajian sebesar 81%
dengan kategori sangat valid dan aspek bahasa sebesar 76% dengan kategori valid
dengan nilai rata-rata keseluruhan sebesar 78% dengan kategori valid. Karakteristik
e-modul antara lain: isi e-modul berbasis multiple representation, representasi yang
digunakan ditunjukkan untuk menstimulus keterampilan pemecahan masalah siswa
dan kegiatan pendahuluan pembelajaran serta soal pada e-modul melatihkan
keterampilan pemecahan masalah siswa
3. Penelitian I K Mahardika , R E Delftana, I G Rasagama, Suprianto, A N Rasyid and
I W Sugiartana (dalam International Conference on Mathematics and Science
Education 2019 (ICMScE 2019)) yang berjudul “Practicality of physics module
based on contextual learning accompanied by multiple representations in physics

33
learning on senior high school”. Hasil penelitian ini yaitu Berdasarkan hasil analisis
data validitas logika dan validitas empiris, modul dapat dikatakan sangat valid
dengan persentase masing-masing 86,88% dan 89,96%. Berdasarkan pengamatan
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan modul ini, dapat diketahui bahwa
modul ini sangat praktis dengan persentase rata-rata 80,46%. Berdasarkan
tanggapan siswa setelah menggunakan modul, modul fisika berbasis pembelajaran
kontekstual yang disertai dengan multiple Representasi sangat praktis digunakan
dalam pembelajaran fisika di SMA dengan diketahui persentase rata-rata 95,22%.
4. Penelitian Alia Rizki Fatiah (Skripsi 2020) Yang Berjudul “Pengembangan Modul
Elektronik Berbasis Multi Representasi Pada Materi Pokok Usaha Dan Energi
Untuk Siswa SMA”. Hasil penelitiannya yaitu Berdasarkan hasil validasi ahli
(expert review) yaitu masuk kategori valid pada semua aspek. Aspek isi didapatkan
persentase 95%, pada aspek kebahasaan didapatkan persentase 92%, dan pada aspek
desain didapatkan persentase 100%. Kepraktisan modul elektronik dilihat dari skor
rata-rata angket pada tahap one-to-one evaluation dan small group evaluation. Dari
tahap one-to-one evaluation didapatkan rata-rata skor penilaian sebesar 93,25%
dengan kategori sangat praktis. Dari tahap small group evaluation didapatkan rata-
rata skor penilaian sebesar 84,78% dengan kategori sangat praktis.
5. Penelitian Chieka Mariskha Auliya Umbara (skripsi 2021) yang berjudul
“Menyusunan E-Modul Berbasis Multirepresentasi Pada Materi Hukum
Newton”. Hasi dari penelitian ini yaitu hasil analisis validasi menunjukan e-modul
yang disusun terkualifikasi layak pada aspek muatan konten, media dan
multirepresentasi. Pada tahap uji coba terbatas didapatkan respon yang positif dan
hasil yang menunjukan tingkat keterbacaan e-modul yang "tinggi” dengan hasil
tingkat keterbacaan 88,65% yang artinya e-modul dapat digunakan secara mandiri.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dihasilkan sebuah e-modul berbasis
multirepresentasi pada materi Hukum Newton dengan ulasan yang cukup baik dari
ahli dan peserta didik.

34
6. Pelitian dari Abdurrahman, Liliasari, A. Rusli, dan Bruce Waldrip (2011) dengan
judul “Implementasi Pembelajaran Berbasis Multi Representasi Untuk Peningkatan
Penguasaan Konsep Fisika Kuantum”. Hasilnya menunjukkan bahwa instruksi
berbasis multi-representasi memiliki berpengaruh signifikan terhadap penguasaan
konsep fisika kuantum siswa guru. Hasil wawancara semi terstruktur sebagai bagian
kualitatif dari penelitian ini menunjukkan: bahwa pada kelompok eksperimen siswa
menggunakan representasi yang bervariasi mode dalam proses pembelajaran dan
mampu menggunakan yang paling tepat satu untuk memecahkan masalah konsep
fisika kuantum yang diberikan.

35
C. Kerangka Berpikir

Abad ke-21 ini perkembangan IPTEK terjadi sangat pesat sehingga memerlukan
adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pendidikan menjadi salah satu
langkah awal peningkatan kualitas manusia. Salah satu mata pelajaran disekolah yang
dianggap sulit yakni fisika padahal kehidupan teknologi modern diabad ini tidak lepas
dari jasanya, salah satu yang paling berpengaruh yakni konsep fenomena kuantum.
Fenomena kuantum pada kenyataannya jarang ditemukan secara langsung karena
bersifat mikroskopis dan abstrak. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berkesimpulan
bahwa dalam memahami materi fenomena kuantum ini sulit dijelaskan oleh guru
karena butuh visualisasi dan representasi materi yang beragam untuk lebih
memahamkan peserta didik, begitupun peserta didik juga sulit memahami karena
materi ini baru dipelajari di kelas XII sehingga membutuhkan pemahaman yang lebih
dan juga buku pembelajaran yang kurang memahamkan karena terlalu didominasi
penjelasan verbal dan matematis saja.

Apabila tidak ada perhatian khusus dalam multirepresentasi dikhawatirkan peserta


didik menjadi kurang mampu menguasai representasi-representasi yang berbeda,
sehingga fisika selalu terkesan dengan berhitung dengan rumus saja tanpa menguasai
konsep fisika secara utuh. Solusi dari masalah diatas maka diperlukannya suatu modul
pembelajaran berbasis multirepresentasi yang didukung penjelasan secara visual untuk
materi yang abstrak dan didalamnya akan memuat representasi yang variatif seperti
deskripsi verbal, matematis, gambar, dan grafik. Oleh sebab itu diharapkan modul
berbasis multirepresentasi mampu menunjang pengetahuan peserta didik mengenai
materi fenomena kuantum.

36
Adapun kerangka berpikir dapat dipahami berdasarkan Gambar 2.4 berikut:

Fenomena kuantum jarang ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan kebanyak


dari fenomena-fenomena tersebut sifatnya abstrak yang sangat mikroskopis.

Guru mengalami kesulitan dalam mejelaskan konsep materi yang bersifat


abstrak karena harus berdasarkan tinjauan mikroskopis sehingga memerlukan
visualisasi pada materi tersebut.

Sulitnya peserta didik memahami konsep fenomena kuantum dan juga buku
pembelajaran yang kurang memahamkan karena terlalu didominasi penjelasan
verbal dan matematis saja.

Menyediakan modul berbasis multirepresentasi yang dapat menambah informasi


mengenai materi yang abstrak dan memudahkan peserta didik memahami
konsep materi Fenomena kuantum.

Modul yang layak, praktis dan efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep
fenomena kuantum dan meningkatkan kemampuan multirepresentasi untuk
menyelesaikan masalah-masalah fisika kuantum pada peserta didik.
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir
D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kajian teori pertanyaan penelitian dalam pengembangan ini adalah


“Apakah pengembangan modul berbasis multirepresentasi ini layak, efektif, praktis
digunakan serta dapat meningkatkan kemampuan multirepresentasi peserta didik
dalam materi fenomena kuantum?”

37
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode pengembangan (Research and
Development) untuk mengembangkan modul berbasisi multirepresentasi pada materi
fenomena kuantum fisika SMA/MA kelas XII. Sedangkan model penelitan yang
digunakan yaitu model penelitian dan pengembangan 4D (four-D model) yang
dikembangkan oleh S. Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel pada
tahun 1974 yang direduksi menjadi 3D.73 Adapun model ini meliputi tahap
pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop) dan
tahap ujicoba (disseminate)74. Akan tetapi tahap disseminate tidak dilakukan, karena
terbatasnya waktu dan kondisi yang kurang memungkinkan untuk dilaksanakan,
sehingga penelitian ini hanya sebatas menguji kelayakan modul yaitu terdapat pada
tahap pengembangan (develop). Model pengembangan 4-D dapat dijadikan sebagai
sumber ide dan prosedur pengembangan untuk mengembangkan bahan ajar
pembelajaran.75 Sehingga dalam hal ini peneliti memilih model pengembangan 4-D
karena selain berdasarkan penjelasan diatas terdapat beberapa keunggulan lain, yaitu
terdapat uraian tahap yang detail, sistematis, mudah dipahami dan juga terdapat
tahapan dalam pengembangannya dilakukan penilaian oleh para ahli.
B. Prosedur penelitian
1. Tahap Pendefinisian (Define)
Tujuan pada tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat
pengembangan melalui analisis. Pada tahap ini peneliti melakukan studi pendahuluan
yang berupa studi literatur dan studi lapangan. Literatur yang diteliti yaitu dokumen

73
Mazetha Ramadayanty, dkk. Pengembangan E-Modul Fisika berbasis Multiple Representation
untuk melatihkan keterampilan pemecahan masalah siswa. Jurnal Kumparan Fisika, Vol 4 no.1, April
2021. h. 19.
74
S. Thiagarajan, dkk. 1974, Instructional Development for Training Teacher of Exceptional
Children. Indiana :Indiana University. h. 5
75
S. Thiagarajan, dkk., Op.Cit. h. 5

38
kurikulum 2013 revisi, skripsi, jurnal, dan buku-buku pendukung lainnya. Sedangkan
studi lapangan peneliti melakukan observasi kepada peserta didik menggunakan angket
studi pendahuluan dan kepada guru dengan wawancara terkait pembelajaran dan
penggunaan bahan ajar. Secara garis besar pada tahap ini disebut juga tahap studi
pendahuluan yang mana tahap ini dijabarkan meliputi 5 langkah pokok yang dijelaskan
pada Tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1 Langkah-langkah tahap define dan tujuannya
Langkah-langkah Tujuan

Analisis awal akhir (Front-End a) Untuk mengetahui masalah awal


Analysis) yang terjadi dalam pembelajaran
dengan melakukan analisis berupa
studi literatur.
Analisis Peserta didik (Learner b) Agar desain produk
Analysis) pengembangan sesuai dengan
karakteristik peserta didik.
Analisis tugas (Task Analysis) c) Untuk mengidentifikasi tugas-
tugas utama peserta didik.
Analisis konsep (Concept Analysis) d) Untuk mengidentifikasi konsep
pokok yang akan diajarkan dan
menjabarkannya dengan bentuk
hirarki konsep dengan cara
mengidentifikasi dan menyusun
secara sistematis bagian-bagian
utama materi.
Perumusan tujuan pembelajaran Menyusun tujuan pembelajaran untuk
(Specifying Instructional menentukan indikator pencapaian yang
Objectives) akan digunakan dengan berdasarkan

39
hasil analisis konsep dan analisis tugas.
76

2. Tahap Perencanaan (Design)


Tahap ini bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran sesuai dengan masalah
yang telah ditemukan di tahap pendefinisian. Tahap ini terdiri dari empat langkah yang
akan dijelaskan pada Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2 Langkah-langkah tahap design dan tujuannya
Langkah -langkah Tujuan

Penyusunan tes acuan patokan Untuk mengukur terjadinya perubahan


(Constructing Criterion-Referenced tingkah laku pada diri peserta setelah
Test) kegiatan belajar mengajar.

Pemilihan media (Media Selection) Pemilihan media untuk penyajian


materi, dilakukan berdasarkan hasil
analisis konsep, analisis tugas,
karakteristik peserta didik dan rencana
kombinasi dengan media yang berbeda.

Pemilihan format (Format Untuk merumuskan rancangan media


Selection) pembelajaran, pemilihan strategi,
pendekatan, metode, dan sumber
pembelajaran.

Rancangan awal (Initial Design) Rancangan keseluruhan perangkat


pembelajaran yang dibuat sebelum
melakukan ujicoba, rancangan ini

76
S. Thiagarajan, dkk., Ibid., h. 6

40
meliputi aktifitas pembelajaran yang
terstruktur. 77

3. Tahap Pengembangan (Develop)


Yaitu tahap pengembangan suatu produk. Tahap ini dilakukan untuk menghasilkan
perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan atau umpan balik
dari pakar atau ahli. Penilaian ahli (Expert Appraisal) yaitu suatu aktifitas validasi
perangkat oleh para ahli diikuti dengan revisi sesuai saran ahli tersebut. Hal ini
bertujuan agar perangkat pembelajaran yang dihasilkan dapat lebih tepat, teruji, efektif
dan memiliki teknik yang berkualitas tinggi. Kemudian Uji coba pengembangan
(Developmental Testing), yaitu uji coba yang dilakukan kepada peserta didik untuk
mendapatkan masukan langsung berupa respon, reaksi, dan komentar atas perangkat
pembelajaran. Proses pengujian dapat diulang dan direvisi hingga materi dapat
dipahami secara efektif dan konsisten.78
C. Desain Uji Coba
Penelitian pengembangan ini dimaksudkan agar menghasilkan suatu modul berbasis
multirepresentasi pada materi fenomena kuantum yang sudah direvisi berdasarkan
masukan dari para ahli dan uji coba kepada peserta didik. Untuk validasi ini terbagi
atas tiga kategori, yaitu validasi ahli media, validasi ahli bahasa, dan validasi ahli
materi. Validasi oleh para ahli ini dilakukan untuk revisi produk awal. Dari hasil
validasi akan didapati hasil kevalidan dan kelayak produk yang dihasilkan sebelum
melakukan uji coba. Setelah melakukan validasi kepada para ahli, maka dilakukan uji
coba lapangan secara terbatas setelah direvisi untuk mengetahui hasil penerapan dari
alat pembelajaran yang dilakukan dikelas meliputi pengukuran hasil belajar peserta

77
S. Thiagarajan, dkk., Ibid., h. 7
78
S. Thiagarajan, dkk., Ibid,. h. 8

41
didik. Setelah melakukan uji coba hasil yang didapati yaitu berupa modul yang telah
direvisi. Untuk lebih detailnya dapat dilihat di Tabel 3.3 berikut ini

Tabel 3.3 Desain Uji Coba

Tahapan Subjek Instrumen

Uji validasi ahli Ahli materi, ahli media, Angket uji ahli
dan ahli bahasa.

Uji coba terbatas Guru fisika Angket respon guru

Peserta didik Angket respon peserta


didik dan tes (pretest
dan posttest)

D. Subjek Uji Coba


Subjek uji coba penelitian pengembangan ini yaitu di MA Al-Amiriyyah dan SMA
Darussalam Banyuwangi. Dengan sampel yang digunakan ialah peserta didik kelas XII
MIA 2 di MA Al-Amiriyyah dan XII MIPA 3 SMA Darussalam.

E. Teknik Pengumpulan Data

Sekumpulan bukti empirik yang didapatkan dari suatu penelitian, pengamatan,


observasi, wawancara, dan lain-lain yang mana hal ini diolah sedemikian rupa sehingga
dapat menghasilkan keterangan dan informasi yang bermakna untuk menjawab
rumusan masalah penelitian.79 Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang

79
Edi Riadi, Metode Statistika Parametrik & Non Parametrik, (Tangerang: Pustaka Mandiri, 2014),
h. 29

42
digunakan adalah angket pendahuluan, wawancara, dan teknik dokumentasi. Berikut
rincian pengumpulan data pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Teknik Pengumpulan Data

Sumber data Jenis data Teknik Instrumen


pengumpulan
data

Pihak sekolah Hasil wawancara Wawancara Lembar


dengan guru fisika wawancara

Kelas XII MIPA Hasil angket studi Angket Lembar angket


3 SMA pendahuluan
Darussalam peserta didik

Kelas XII MIA 2 Hasil angket studi Angket Lembar angket


MA Al- pendahuluan
Amiriyyah peserta didik

Ahli materi Hasil angket uji Rubrik penilaian Instrumen


ahli materi ahli materi penilaian ahli
materi

Ahli media Hasil angket uji Rubrik penilaian Lembar penilaian


ahli media ahli media ahli media

Ahli bahasa Hasil angket uji Rubrik penilaian Lembar penilaian


ahli bahasa ahli bahasa ahli bahasa

Pihak sekolah Hasil angket respon Rubrik penilaian Lembar angket


guru fisika respon guru fisika respon guru

43
Kelas XII MIPA Hasil angket respon Rubrik penilaian Lembar angket
3 SMA peserta didik respon peserta didik respon peserta
Darussalam dan setelah didik
Kelas XII MIA 2 menggunakan
MA Al- modul berbasis
Amiriyyah multirepresentasi

Kelas XII MIPA Hasil belajar Tes awal (pretest) Butir soal essai
3 SMA peserta didik
Darussalam dan sebelum diberikan
Kelas XII MIA 2 perlakuan
MA Al-
Amiriyyah

Kelas XII MIPA Hasil belajar Tes akhir (posttest) Butir soal essai
3 SMA peserta didik
Darussalam dan setelah proses
Kelas XII MIA 2 pembelajaran
MA Al- dengan modul
Amiriyyah berbasis
multirepresentasi

F. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa instrumen
tes yaitu berupa pretest dan posttest dan non-tes yang berupa wawancara, angket
pendahuluan, dan angket respon. Hal ini bertujuan untuk mengetahui informasi
kelayakan, kepraktisan dan keefektifan dari produk yang telah dikembangkan.
Beberapa instrumen yang digunakan yakni sebagai berikut.

44
1. Pedoman Wawancara
Menurut Eisterberg dalam Sugiono wawancara yaitu bertemunya dua orang yang
akan melakukan pertukaran informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga
menghasilkan suatu konstruksi makna mengenai suatu topik tertentu. Wawancara
dilakukan untuk menemukan permasalahan yang terjadi di lapangan yang harus
diteliti.80 Pedoman wawancara digunakan sebagai acuan untuk melakukan wawancara
kepada guru mata pelajaran Fisika kelas XII. Kisi-kisi pedoman wawancara yakni pada
Tabel 3.5 di bawah ini.
Tabel 3.5 Kisi-kisi Pedoman Wawancara
Komponen Indikator Nomor Jumlah
pertanyaan pertanyaan

Materi Penerapan kurikulum 1 1

Pembelajaran mata 2, 3, 4, 5, 6, 7, 7
pelajaran fisika materi 10
fisika kuantum
Kegiatan Kemampuan 8, 9 2
pembelajaran multirepresentasi

Media Pengembangan bahan 11, 12, 13, 14, 5


pembelajaran ajar/ modul 15

Jumlah 15

2. Angket Penelitian Pendahuluan

Angket penelitian pendahuluan adalah suatu angket yang berisi pertanyaan kepada
peserta didik untuk mengetahui secara intensif mengenai latar belakang kondisi

80
Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta CV. h. 114

45
sekarang di sekolah ketika pelaksanaan pembelajaran fisika.81 Berikut adalah kisi-kisi
angket penelitian pendahuluan pada Tabel 3.6 di bawah ini

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Angket Penelitian Pendahuluan

Komponen Indikator Nomor butir Jumlah


pertanyaan pertanyaan

Buku ajar Ketersediaan buku ajar 1,2,3 3

Ketersediaan aspek 4,5,6,7 4


multirepresentasi pada
buku ajar

Desain Kemampuan 8, 6
pembelajaran multirepresentasi 9,10,11,12,13

Materi Materi fenomena 14,15 2


kuantum

Kebutuhan Kebutuhan modul 16 1


modul sebagai tambahan
pendamping belajar

Jumlah 16

3. Angket Uji Ahli (Expert review)


Angket uji ahli adalah suatu angket yang digunakan untuk mengetahui
kelayakan modul yang dihasilkan. Angket uji ahli di validasi oleh beberapa ahli,
yaitu diantaranya ahli media, ahli materi, dan ahli bahasa. Berikut kisi-kisi angket

81
Cholid narbuko dan Abu Ahmadi. 2004. Metodologi Penelitian . Jakarta: PT. Bumi Aksara. h. 46

46
uji ahli, yaitu Tabel 3.7 untuk ahli materi, Tabel 3.8 untuk ahli media, dan Tabel 3.9
untuk ahli bahasa di bawah ini.
Tabel 3.7 Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Ahli Materi
Komponen Indikator Nomor Jumlah
pernyataan pernyataan

Bagian Kejelasan petunjuk 1 2


Pendahuluan penggunaan modul*82
Kelengkapan komponen 2
pendahuluan*
Bagian Kesesuaian IPK, materi dengan 3, 4 6
Pembelajaran KD*
Kejelasan dan kelengkapan 5, 6
materi*
Kesesuaian dengan kebutuhan 7, 8
dan motivasi peserta didik*
Bagian Isi Keluasan, keterkaitan, 9, 10, 11, 12 13
Materi kebenaran dan keruntutan
materi*
Kejelasan dan variasi informasi 13, 14
secara verbal, grafik,
matematis, dan gambar**83

82
)* : Direktorat Pembinaan SMA. Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Panduan praktis
penyusunan e-Modul tahun 2017

83
)** : Gkitzia V., Salta K. and Tzougraki C., Development and application of suitable criteria for
the evaluation of chemical representations in school textbooks, Chemistry Education Research and
Practice. (2011).

47
Keterkaitan, dan ketersediaan 15, 16,17,18, 19
aspek multirepresentasi**

Kejelasan dan kemenarikan 20, 21


contoh pada modul**

Bagian Penyajian soal* 22, 23 5


Evaluasi atau Kesulitan dan kesesuaian soal* 24, 25, 26
Penilaian
Bagian Rangkuman* 27, 28 4
Penutup Glosarium* 29
Daftar Pustaka* 30
Jumlah 30

Tabel 3.8 Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Ahli Media


Komponen Indikator Nomor Jumlah
pernyataan pernyataan

Tampilan/ Ukuran modul 1,2*84 19


fisik Desain sampul modul 3, 4, 5, 6, 7, 8*
Desain isi modul 9,10, 11, 12,
13, 14, 15, 16,
17, 18, 19**85

84
)* : Dwi Rahdiyanta. Teknik Penyusunan Modul .
85
)** : Iztok Devetak and Janez Vogrinc. 2013. The Criteria for Evaluating the Quality of the
Science Textbooks.

48
Pemanfaatan Kemudahan menggunakan 20, 21, 22* 6
modul
Kemenarikan tampilan dan daya 23, 24, 25*
Tarik
Jumlah 25

Tabel 3.9 Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Ahli Bahasa


Komponen Indikator Nomor Jumlah
pernyataan pernyataan

Kesesuaian Kesesuaian dengan 1 2


dengan perkembangan intelektual
perkembangan peserta didik*86
peserta didik Kesesuaian dengan tingkat 2
perkembangan emosional
peserta didik*
Lugas Ketepatan struktur kalimat* 3 3
Keefektifan kalimat* 4
Kebakuan istilah* 5
Komunikatif Pemahaman terhadap 6 2
informasi*
Kesesuaian ilustrasi dengan 7
substansi informasi*

86
)* : Iztok Devetak and Janez Vogrinc. 2013. The Criteria for Evaluating the Quality of the Science
Textbooks.

49
Dialogis dan Kemampuan memotivasi 8 2
interaktif peserta didik untuk
merespon**87
Mendorong berpikir kritis pada 9
peserta didik**
Kesesuaian Ketepatan tata bahasa** 10,11 3
dengan kaidah Ketepatan ejaan ** 12
bahasa
Indonesia
Keruntutan Keutuhan makna dalam 13 2
dan bab/sub bab/ Alinea/ kalimat**
keterpaduan Keruntutan dan keterpaduan 14
alur berpikir antar bab / paragraf**
Penggunaan Konsistensi penggunaan 15 2
istilah, simbol istilah**
atau lambang Konsistensi penggunaan 16
simbol atau lambang*
Jumlah 16

4. Lembar Respon Guru dan Peserta Didik

Angket respon guru dan peserta didik digunakan untuk mengetahui kepraktisan
modul dengan melihat respon peserta didik dan guru mengenai modul yang
dikembangkan oleh peneliti. Berikut adalah kisi-kisi instrumen angket respon peserta
didik pada Tabel 3.10 dan angket respon guru pada Tabel 3.11 di bawah ini.

87
)**: BNSP. 2014. Penilaian Buku Teks Siswa Untuk Peminatan Fisika SMA/MA

50
Tabel 3.10 Kisi-Kisi Instrumen Angket Respon Peserta Didik
Komponen Indikator Nomor Jumlah
pernyataan pernyataan

Kemudahan Petunjuk penggunaan modul 1 3


penggunaan mudah dipahami*88
Modul berbasis 2
multirepresentasi dapat
digunakan secara mandiri. *
Modul berbasis 3
multirepresentasi dapat
dipelajari kapan saja, dimana
saja sesuai dengan kebutuhan*
Kemenarikan Tampilan Modul berbasis 4
multirepresentasi menarik**89
Isi materi dilengkapi dengan 5
ilustrasi, gambar, dan grafik
yang sesuai materi**
Ukuran dan jenis huruf teks 6
menarik untuk di baca.**
Modul berbasis 7
multirepresentasi ini
mendukung saya menguasai
materi pelajaran fisika

88
)*: BNSP. 2014. Penilaian Buku Teks Siswa Untuk Peminatan Fisika SMA / MA.
89
)**: Iztok Devetak and Janez Vogrinc. 2013. The Criteria for Evaluating the Quality of the Science
Textbooks.

51
khususnya materi fisika
kuantum.**
Modul berbasis 8
multirepresentasi membuat
lebih bersemangat dalam
belajar fisika khususnya
materi fisika kuantum.**
Modul berbasis 9
multirepresentasi membuat
proses pembelajaran tidak
membosankan**
Materi Pemaparan materi Modul 10 3
berbasis multirepresentasi
berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.**
Penyajian materi dalam Modul 11
berbasis multirepresentasi
mudah dipahami**

Modul memuat tes evaluasi 12


untuk menguji kemampuan
peserta didik**

Bahasa Kalimat dan paragraf yang 13 2


digunakan jelas dan mudah
dipahami***90

90
)*** : Dyah Sakinah I. P. 2020. Pengembangan Modul STEM Terintegrasi Kearifan Lokal untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Gelombang Bunyi.

52
Bahasa yang digunakan 14
sederhana dan mudah
dipahami***
Jumlah 14

Tabel 3.11 Kisi-Kisi Instrumen Angket Respon Guru


Komponen Indikator Nomor Jumlah
pernyataan pernyataan

Kemudahan Petunjuk penggunaan modul 1 3


penggunaan mudah dipahami*91
Modul berbasis 2
multirepresentasi dapat
digunakan kapan saja, dimana
saja, dan sesuai dengan
kebutuhan*
Modul berbasis 3
multirepresentasi mudah
dibawa dan disimpan*
Kemenarikan Tampilan modul Modul 4
berbasis multirepresentasi
menarik**92
Isi materi dilengkapi dengan 5
ilustrasi, gambar, foto yang
sesuai materi**

91
)* : BNSP. 2014. Penilaian Buku Teks Siswa Untuk Peminatan Fisika SMA / MA.
92
)**: Iztok Devetak and Janez Vogrinc. 2013. The Criteria for Evaluating the Quality of the Science
Textbooks.

53
Ukuran dan jenis huruf teks 6
menarik untuk dibaca
Modul berbasis 7
multirepresentasi memiliki
tataletak yang dapat membantu
pembaca memahami isi
modul**
Materi Penyampaian materi dengan 8 3
Modul berbasis
multirepresentasi berkaitan
dengan kehidupan sehari-
hari**
Penyajian materi dalam Modul 9
berbasis multirepresentasi
mudah dipahami**
Bahasa Kalimat dan paragraf yang 10 2
digunakan jelas dan mudah
dipahami***93
Bahasa yang digunakan 11
sederhana dan mudah
dipahami***
Jumlah 11

93
)***: Dyah Sakinah I. P. 2020. Pengembangan Modul STEM Terintegrasi Kearifan Lokal untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Gelombang Bunyi.

54
5. Tes (Pretest dan Posttest)

Instrumen tes dari hasil belajar kognitif berupa soal Pretest dan Posttest yang
digunakan untuk memperoleh data hasil belajar dari peserta didik dalam pembelajaran
materi Fenomena Kuantum. Soal Pretest dan Posttest dilakukan untuk mengetahui
tingkat keefektifan modul yang dikembangkan. Hasil dari pretest dan posttest tersebut
kemudian dihitung perbandingan nilainya menggunakan rumus N-gain. Gain
menunjukan adanya peningkatan kemampuan multirepresentasi pada peserta didik
setelah mengikuti pembelajaran menggunakan modul yang dikembangkan. Berikut
adalah kisi-kisi instrumen tes pada Tabel 3.12 dibawah ini.

Tabel 3.12 Kisi-Kisi Instrumen Tes

Kompetensi Materi Level Indikator No Bentuk


dasar kognitif soal soal

Menjelaskan Radiasi benda C2 Disajikan sebuah 1 Uraian


secara hitam kasus. Peserta didik
kualitatif mampu
gejala
menjelaskan
kuantum yang
fenomena ilmiah
mencakup
yang terjadi.
sifat radiasi
Hukum C3 Disajikan 2 Uraian
benda hitam,
efek Pergeseran perbandingan dua

fotolistrik, Wien buah bintang.


efek Peserta didik
Compton, dan mampu
sinar X dalam menghitung suhu
sebuah bintang
dengan

55
kehidupan perbandingan suhu
sehari-hari dan panjang
gelombang dan
menggambarkan
grafik yang sesuai
dengan hasil
perhitungan.
Efek C4 Disajikan sebuah 3 Uraian
fotolistrik grafik. Peserta
didik mampu
menghitung dan
mengidentifikasi
indikator pada
grafik.
Efek C4 Disajikan sebuah 4 Uraian
fotolistrik grafik. Peserta
didik mampu
mengidentifikasi
informasi dari
grafik energi
kinetik maksimum
elektron
Efek C4 Disajikan sebuah 5 Uraian
Compton kasus pada foton.
Peserta didik
mampu
menghitung terkait
efek Compton

56
G. Uji Coba Produk

Uji coba produk akan dilaksanakan pada tahap uji coba pengembangan setelah
modul divalidasi oleh para ahli. Uji coba dilaksanakan untuk mengetahui hasil
penerapan modul dalam pembelajaran dikelas, meliputi pengukuran keefektifan dalam
meningkatkan kemampuan multirepresentasi peserta didik dan uji kepraktisan yang
didapati dari angket respon guru dan peserta didik.

H. Teknik Analisis Data

Penelitian pengembangan yang dilakukan harus melalui 3 tahap yaitu tahap uji
validitas, uji efektivitas dan juga uji praktibilitas. Teknik analisis data dalam penelitian
ini menggunakan analisis secara kuantitatif dan kualitatif. Data yang diperoleh dari
penelitian pendahuluan akan diolah secara kualitatif, sedangkan data yang diperoleh
melalui angket dengan pertanyaan menggunakan rating scale yang akan diubah
menjadi data kuantitatif. Berikut adalah Teknik analisis yang digunakan apabila
dijabarkan sebagai berikut:

1. Analisis Data Wawancara

Setelah melakukan wawancara pada guru yang dilakukan saat penelitian


pendahuluan akan disimpulkan sebagai informasi untuk mengetahui permasalahan
pada proses pembelajaran yang ada disekolah. Peneliti mengolah data dari wawancara
ini secara kualitatif.

2. Analisis Data Angket Validasi, dan Angket Respon Peserta Didik dan Guru

Data yang dihasilkan dari angket validasi para ahli, angket respon guru, dan angket
respon peserta didik akan dipaparkan dengan menggunakan rating scale (skala
bertingkat). Data skala bertingkat yang merupakan angka akan ditafsirkan dalam bentuk

57
penjelasan kualitatif. Berikut beberapa kriteria penilaian untuk skala bertingkat pada
Tabel 3.13.

Tabel 3.13 Kriteria rating scale

Skor Jawaban Peserta Didik atau Guru

4 Sangat Baik (SB)

3 Baik (B)

2 Cukup Baik (CB)

1 Kurang Baik (KB)

0 Sangat Tidak Baik (STB)

Persentase jawaban dari tiap-tiap item pertanyaan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus94 :

∑ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘


𝑃(%) = × 100%
∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

a. Analisis Uji Kelayakan

Uji kelayakan pada modul berbasis multirepresentasi berdasarkan presentase skor


validasi dari uji ahli yang mana hasilnya akan dikalkulasikan sehingga didapati
presentasenya sesuai dengan Tabel 3.14 sebagai berikut95 :

94
Sri Hayati, Agus Setyo Budi, dan Erfan Handok. Pengembangan Media Pembelajaran Flipbook
Fisika Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik. In: Seminar Nasional Fisika II. Universitas
Negeri Jakarta; 2015.h. 51.
95
Mazetha Ramadayanty, Sutarno, Eko Risdianto. Pengembangan E-Modul Fisika Berbasis Multiple
Reprsentation Untuk Melatihkan Keterampilan Pemecahan Masalah Siswa. Jurnal Kumparan Fisika,
Vol. 4 No. 1, April 2021. h.19

58
Tabel 3.14 Persentase dan Kriteria Kelayakan Modul Berbasis Multirepresentasi

Persentase Kriteria Kelayakan

80,0 – 100% Sangat Layak

68,0 – 79,9% Layak

32,0 – 67,9% Cukup Layak

16,0 – 31,0% Kurang Layak

0,00 – 15,9% Tidak Layak

b. Analisis Uji Kepraktisan

Uji kepraktisan yaitu untuk mengetahui seberapa praktisnya modul yang digunakan.
Nilai uji kepraktisan didapatkan dari hasil angket respon peserta didik dan guru setelah
menggunakan modul. Kriteria dari pemberian nilai kepraktisan pada modul seperti
yang tertera pada Tabel 3.15 berikut96.

Tabel 3.15 Kriteria Kepraktisan Modul Berbasis Multirepresentasi

Persentase Kriteria

86% − 100% Sangat Praktis

76% − 85% Praktis

60% − 75% Cukup Praktis

55% − 59% Kurang Praktis

< 54% Tidak Praktis

96
Achmad Lutfi Nita Bintiningtiyas, “Pengembangan Permainan Varmintz Chemistry Sebagai
Media Pembelajaran Pada Materi Sistem Periodik Unsur,” Unesa Journal of Chemical Education, 5.2
(2016), h. 304.

59
c. Analisis Uji Efektivitas

Uji efektivitas disini peneliti melihat dari seberapa banyak peserta didik yang
mendapatkan hasil posttest ≥ hasil pretest setelah belajar menggunakan modul berbasis
multirepresentasi, sehingga peningkatan kemampuan multirepresentasi peserta didik
dapat diketahui dari uji normal gain. Uji normal gain adalah suatu ukuran kasar atau
perkiraan mengenai keefektifan suatu treatment atau perlakukan dalam pembelajaran
dalam mendorong pada pemahaman konsep. Perhitungan uji Normal Gain (N-gain)
adalah selisih antara nilai posstest dan pretest, secara matematis N-gain dapat
dirumuskan sebagai berikut97:

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡


𝑁 − 𝑔𝑎𝑖𝑛 = × 100
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡

Berdasarkan rumus diatas maka N-gain adalah ukuran yang menunjukkan seberapa
banyak yang dipelajari peserta didik dibagi dengan seberapa banyak yang dapat peserta
didik pelajari. 98 Kemudian hasil perhitungan dengan rumus di atas kemudian nilai gain
di ubah dalam bentuk persen untuk mengetahui kategori tafsiran efektivitas N-Gain.
Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.16 di bawah ini. 99

Tabel 3.16 Kategori Tafsiran N-gain


Presentase (%) Tafsiran

< 40 Tidak Efektif

40 - 50 Kurang Efektif

97
Richard R. Hake, “Analyzing Change/Gain Scores,” dalam Edukimia, 1.1 (2019), h. 1.
98
Yudi Guntara. 2020. Normalized Gain: Ukuran Keefektifan Treatment.
https://www.researchgate.net/publication. h. 1. Diakses pada 4 Juli 2022 Pukul 20.16 WIB
99
Muh. Nawir, dkk. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and
Explaining terhadap Hasil Belajar Metematika Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 18 Lau Kabupaten
Maros. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 2, Nomor 2, Desember 2019. h. 104

60
56 – 75 Cukup Efektif

>76 Efektif

Berdasarkan klasifikasi di atas, peneliti dapat mengetahui pengaruh dari


pembelajaran dengan modul berbasis multirepresentasi. Yakni apabila nilai N-gain
semakin besar maka modul berbasis multirepresentasi efektif digunakan karena
terdapat peningkatan dalam penguasaan konsep yang dipelajari peserta didik setelah
menggunakan modul dibandingkan sebelumnya.100

d. Analisis Uji Validasi Instrumen Tes

Validitas bermakna sejauh mana keakuratan suatu tes atau skala dalam menjalankan
fungsi pengukurannya. Pengukuran memiliki validitas tinggi apabila menghasilkan
data yang secara akurat memberikan gambaran mengenai variabel yang diukur sesuai
dengan tujuannya.101 Dalam melakukan validitas pada instrumen soal yaitu
berdasarkan hasil validasi oleh ahli kemudian diolah dengan menggunakan Aiken’s V.
Aiken’s V merupakan salah satu statistik untuk menunjukkan validitas isi suatu item
test yang diusulkan oleh Aiken (1985). Aiken’s V diformulasikan untuk menghitung
content validity coefficient yang didasarkan pada hasil penilaian dari ahli sebanyak n.
penilaian dilakukan dengan memberi angka antara 1 (sangat tidak mewakili atau sangat
tidak relevan) sampai dengan 5 (sangat mewakili atau sangat relevan ) 102. Berikut
adalah kriteria penilaian validator soal pada Tabel 3.17.

100
Yudi Guntara, OpCit. h. 1.
101
Saifuddin Azwar. 2019. Reliabilitas dan Validitas edisi 4 cet 10. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
h.8
102
Saifuddin Azwar. Ibid,. h.112-113

61
Tabel 3.17 Kriteria Penilaian Ahli atau Validator

Skor Jawaban Ahli atau Validator

5 Sangat Valid (SV)

4 Valid (V)

3 Cukup Valid (CV)

2 Kurang Valid (KV)

1 Sangat Tidak Valid (STV)

Rumus yang digunakan untuk statistik Aiken’s V yaitu :

∑𝑠
𝑉=
[𝑛(𝑐 − 1)]

Keterangan :

V = Indeks V
𝑠 = 𝑟 − 𝑙0
𝑙0 = Angka penilaian validitas yang terendah (dalam hal ini yaitu 1)
𝑐 = Angka penilaian validitas yang tertinggi (dalam hal ini yaitu 5)
𝑟 = Angka yang diberikan ahli atau validator
𝑛 = Jumlah ahli atau validator atau rater

Setelah dilakukan perhitungan, maka akan menghasilkan nilai indeks V. Untuk


mengetahui kriteria valid atau diterimanya instrumen soal dapat diketahui dari Tabel
3.18 berikut 103:

103
Lewis R. Aiken. 1985. Three Coefficients for Analyzing The Reability And Validity of Ratings.
Educational and Psychological Measurement, 45(1), h. 133-135

62
Tabel 3.18 Kriteria Tingkat Kevalidan Soal
Rentang skor indeks (V) Tingkat Kevalidan Soal

≤ 0,4 Rendah

0,4 − 0,8 Sedang

≥ 0,8 Tinggi

63
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Pengembangan


Penelitian ini berfokus pada pengembangan suatu produk yaitu berupa modul
pembelajaran berbasis multirepresetasi pada materi fenomena kuantum untuk peserta
didik kelas XII SMA/MA. dalam penelitian ini mengukur beberapa aspek yakni
berdasarkan aspek kelayakan, kepraktisan dan keefektivitasan modul. Dalam penelitian
ini menggunakan model penelitian dan pengembangan 4-D yang dikembangkan oleh
S. Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel. Model penelitian dan
pengembangan 4-D ini terdiri atas 4 tahapan prosedur pengembangan, yakni Define
(Pendefinisian), Design (Perencanaan), Develop (Pengembangan) dan Dessiminate
(Penyebaran). Akan tetapi dibatasi hanya sampai Develop (pengembangan).104

B. Deskripsi Analisis Data Hasil Pengembangan


1. Hasil Define (Pendefinisian)

Define (Pendefinisian) yang dilakukan oleh peneliti yakni studi literatur dengan
mengumpulkan informasi yang berasal dari referensi jurnal, skripsi, dan karya tulis
ilmiah lain yang relevan dengan tema penelitian pengembangan yang diambil.
Sedangkan studi lapangan dilakukan dengan observasi awal pada SMA dan MA yang
ada di Kecamatan Tegalsari Banyuwangi.

a. Analisis Awal Akhir

Analisis awal akhir yakni analisis yang dilakukan untuk mengetahui seberapa
dibutuhkannya pengembangan modul berbasis multirepresentasi. Pada tahap ini
muncul fakta-fakta dan beberapa alternatif yang bisa digunakan sebagai penyelesaian

104
S. Thiagarajan, dkk. 1974, Instructional Development for Training Teacher of Exceptional
Children. Indiana :Indiana University. h. 5

64
yang mana dapat memudahkan untuk menentukan langkah awal dalam
mengembangkan media pembelajaran yang sesuai. Sedangkan dalam studi literatur
peneliti mengambil 5 sumber referensi yang berkaitan dengan penelitian ini. Berikut
beberapa studi literatur yang telah dilakukan peneliti yang dapat dilihat pada Tabel 4.1
berikut ini.

Tabel 4.1 Hasil Studi Literatur

No. Sumber Referensi Hasil Studi Literatur

1. Nathan Willig Lima, dkk. Dalam penelitian terkait buku fisika


Tahun 2020. kuantum diperoleh yaitu dalam
penjelasan buku teks mengenai
Revista Brasileira de Ensino de dualisme gelombang-partikel dalam
Física, vol. 42. buku teks tidak dijelaskan mengenai
apa itu dualisme gelombang-
partikel, akan tetapi hanya
diperkenalkan hubungan
momentum-panjang saja, tidak ada
interpretasi mengenai hal tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam
buku teks penjelasan pengetahuan
ilmiah masih sangat umum apabila
untuk pengajaran sains.

2. Mazetha Ramadayanty, e-modul fisika berbasis multiple


Sutarno, Eko Risdianto. Tahun representation untuk melatihkan
2021 keterampilan pemecahan masalah
siswa layak digunakan.
Jurnal Kumparan Fisika

65
3. Bemie Eka Saputra, Haerul Pengembangan media bahan ajar
Pathoni, Dwi Agus Kurniawan. elektronik 3D Pageflipp yang
Tahun 2020. berbasis representasi visual layak
digunakan dalam pembelajaran
Edufisika: Jurnal Pendidikan dengan nilai validitas menunjukkan
Fisika 21 butir. Persepsi peserta didik
terhadap modul elektronik 3D
pageflipp profesional Fisika SMA
Kelas X materi GLB dan GLBB
berbasis multirepresentasi di SMA
N 11 Muaro Jambi menunjukkan
hasil respon siswa menunjukkan
sebanyak 16 orang siswa merespon
sangat baik penggunaan media
sedangkan sebanyak 14 orang siswa
merespon baik media pembelajaran
yang digunakan.

4. Chieka Mariskha Auliya Hasi dari penelitian ini yaitu hasil


Umbara. Tahun 2021 analisis validasi menunjukan e-
modul yang disusun terkualifikasi
Skripsi Universitas Pendidikan layak pada aspek muatan konten,
Indonesia media dan multirepresentasi. Pada
tahap uji coba terbatas didapatkan
respon yang positif dan hasil yang
menunjukan tingkat keterbacaan e-
modul yang "tinggi” dengan hasil
tingkat keterbacaan 88,65% yang

66
artinya e-modul dapat digunakan
secara mandiri.

5. Alia Rizki Fatiah. Tahun 2020 Hasil penelitiannya yaitu


Berdasarkan hasil validasi ahli
Skripsi Universitas Sriwijaya (expert review) yaitu masuk
kategori valid pada semua aspek.
Kepraktisan modul elektronik
dilihat dari skor rata-rata angket
pada tahap one-to-one evaluation
dan small group evaluation sebesar
93,25% dengan kategori sangat
praktis.

b. Analisis Peserta Didik

Analisis peserta didik yakni analisis yang dilakukan kepada peserta didik yang
sudah menjalani pembelajaran bersama guru. Hal ini dilakukan agar desain modul
sesuai dengan karakteristik peserta didik. Beberapa karakteristiknya yang dimaksud
disini yaitu seperti kemampuan akademik, perkembangan kognitif, motivasi dan
keterampilan individu yang berkaitan dengan topik pembelajaran, media, format dan
bahasa.105 Peserta didik kelas XII rata-rata memiliki usia 17-18 tahun. Berdasarkan
teori perkembangan Piaget bahwa anak dengan umur 17-18 tahun sudah memiliki
kemampuan untuk menalar lebih logis, menarik kesimpulan dari informasi yang ia
dapatkan dan juga anak mampu memahami beragam hal yang tidak hanya dalam

105
S. Thiagarajan, dkk., Op.Cit. h. 5

67
bentuk hitam dan putih akan tetapi juga warna lain juga.106 Maksutnya disini peserta
didik mampu memahami beragam format representasi untuk memahami suatu konsep.
Sehingga modul berbasis multirepresentasi menjadi bahan ajar yang sesuai dengan
perkembangan kognitif, keterampilan memahami beragam bentuk pada tiap-tiap
konsep materi. Berdasarkan hasil studi pendahuluan berupa wawancara kepada guru
bahwa materi fenomena kuantum ini dianggap abstrak dan bersifat mikroskopis pada
materi kelas XII. Dan juga berdasarkan hasil angket pendahuluan yang diberikan
kepada peserta didik menunjukkan bahwa buku-buku pegangan peserta didik
didominasi oleh representasi verbal atau terlalu banyak kalimat-kalimat penjelasan
yang tidak didukung dengan format lain seperti gambar dan grafik, sehingga peserta
didik kesulitan dalam memahami konsep fisika. Selain itu dengan kondisi dan situasi
peserta didik yang bertempat tinggal di pesantren, maka dibutuhkan penunjang dari
sumber belajar yang berbentuk buku cetak. Sehingga modul berbasis multirepresentasi
yang tak hanya menyajikan format verbal dan matematis akan tetapi juga didukung
dengan format gambar dan grafik mampu memberikan pemahaman secara menyeluruh
dan mendalam mengenai materi fenomena kuantum.

c. Analisis Tugas

Analisis tugas bertujuan untuk mengidentifikasi tugas-tugas utama peserta didik.


Analisis tugas dilakukan berdasarkan analisis terhadap Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD) yang berkaitan dengan modul berbasis multirepresentasi yakni
materi fenomena kuantum. Setelah melakukan analisis diperoleh bahwa Kompetensi
Inti (KI) yang harus dimiliki peserta didik yaitu sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai oleh
peserta didik yaitu peserta didik mampu menjelaskan secara kualitatif gejala kuantum
yang mencakup sifat radiasi benda hitam, efek fotolistrik, sinar X, dan efek Compton,

106
Inhelder, Barbel dan Jean Piaget. The Growth of Logical Thinking From Childhood to
Adolescence: An Essay on The Construction of Formal Operational Structures. Vol 22. Psychology
Press. 1958.

68
dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan informasi KI dan KD diatas maka diketahui
bahwa kemampuan pemahaman secara menyeluruh mengenai konsep fenomena
kuantum menjadi target yang harus dipenuhi peserta didik tidak hanya mampu
menghitung secara matematis akan tetapi juga pemahaman konsep secara deskripsi
verbal, gambar, dan grafik. Sesuai dengan taksonomi Bloom ranah kogitif pada tingkat
analisis salah satu kemampuan yang dimiliki yaitu mampu menguraikan informasi
kedalam beberapa bentuk atau bagian yang lain.107 Maka dari itu sangat diperlukan
penelitian dengan pengembangan modul berbasis multirepresentasi agar penjelasan
secara kualitatif mengenai konsep fenomena kuantum dapat dikuasai secara utuh oleh
peserta didik.

d. Analisis Konsep

Analisis konsep ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi konsep pokok yang
akan diajarkan dan menjabarkannya dengan bentuk hirarki konsep, dengan cara
mengidentifikasi dan menyusun secara sistematis bagian-bagian utama materi.108 Pada
kegiatan analisis konsep ini peneliti melakukan identifikasi, perincian, dan penyusunan
secara sistematis sesuai dengan materi. Berikut adalah hirarki atau peta konsep yang
akan diajarkan kepada peserta didik.

107
Lorin W. Aderson, dkk. 2014. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan
Asesmen Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom diterjemahkan oleh Agung Peihantoro. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. h. 100.
108
S. Thiagarajan, dkk., Op.Cit. h. 5

69
FENOMENA KUANTUM

Menjelaskan fenomena

Radiasi benda hitam Efek Compton


Efek fotolistrik
Dijelaskan dalam

konsep
Menuju pada
konsep
Menuju pada

Hukum Stefan- Teori Planck


Boltzmann Hukum Hukum tentang radiasi
Pergeseran Wien Rayleigh- benda hitam
Jeans
Kuantisasi cahaya
menjadi foton
Menghasilkan istilah

Hipotesis de Dualisme Prinsip


Broglie gelombang partikel ketidakpastian
dengan
Didukung

penemuan
Menghasilkan

Heisenberg

70
e. Analisis Tujuan Pembelajaran

Menyusun tujuan pembelajaran untuk menentukan indikator pencapaian yang akan


digunakan dengan berdasarkan hasil analisis materi dan analisis kurikulum agar
mendapatkan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) sesuai bahan ajar yang
digunakan oleh guru sehingga dapat menentukan seberapa besar tujuan pembelajaran
itu tercapai. Adapun tujuan pembelajaran pada materi fenomena kuantum yaitu peserta
didik mampu menjelaskan secara kualitatif gejala kuantum yang mencakup penjelasan
mengenai radiasi benda hitam, perkembangan penemuan mengenai radiasi benda
hitam, dan fenomena radiasi benda hitam dalam kehidupan sehari-hari, dan peserta
didik mampu Menjelaskan secara kualitatif gejala kuantum yang mencakup efek
fotolistrik, sinar X, efek Compton, dan dualisme gelombang partikel, serta contoh
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Indikator Pencapaian
Kompetensi (IPK) yang ingin dihasilkan dari pengembangan modul berbasis
multirepresentasi yaitu :

1) Mengilustrasikan konsep radiasi benda hitam.


2) Menyimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi radiasi benda hitam berdasarkan
Hukum Stefan-Boltzmann.
3) Menafsirkan grafik Hukum Pergeseran Wien.
4) Mengaitkan konsep radiasi benda hitam dari masa ke masa hingga sampai pada teori
kuantum Max Planck.
5) Menggambarkan konsep efek fotolistrik beserta penerapannya pada kehidupan
sehari-hari.
6) Menggambarkan konsep produksi sinar X beserta contoh penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
7) Memecahkan permasalahan mengenai konsep efek Compton terkait panjang
gelombang sinar X.
8) Mengingat kembali mengenai materi dualisme gelombang partikel.

71
2. Hasil Design (Perencanaan)

Tahap berikutnya pada model 4-D yakni perencanaan (Design). Dalam tahapan
perencanaan ini terdapat empat langkah yang harus terpenuhi, yaitu Constructing
Criterion-Referenced Test (Penyusunan Test Acuan Patokan), Media Selection
(Pemilihan Media), Format Selection (Pemilihan Format) dan Initial Design
(Rancangan Awal).109

a. Constructing Criterion-Referenced Test (Penyusunan Test Acuan Patokan)

Penyusunan tes acuan ini didasarkan pada hasil analisis tujuan pembelajaran dan
analisis peserta didik. Dari hal ini disusun kisi-kisi tes hasil belajar. Tes disesuaikan
dengan kemampuan kognitif peserta didik. Dalam penyusunan tes acuan patokan yang
akan dijadikan penilaian pada penelitian ini yaitu berupa soal essai yang berjumlah
lima soal yang telah divalidasi. Tes dilakukan dua kali yakni sebelum dan setelah
melakukan pembelajaran dengan modul berbasis multirepresentasi.

b. Media Selection (Pemilihan Media)

Pemilihan media disesuaikan dengan hasil analisis konsep yang telah dilakukan dan
disesuaikan dengan analisis karakteristik peserta didik yang dilakukan pada tahap
pendefinisian. Pada tahap pendefinisian (define) pada langkah analisis karakteristik
peserta didik dibutuhkan bahan ajar cetak yang menunjang kemampuan
multirepresentasi peserta didik dalam pembelajaran. Pada langkah analisis konsep,
materi fenomena kuantum merupakan materi yang disajikan dalam modul ini dengan
beberapa alasan berdasarkan latar belakang, maka pengembangan bahan ajar modul
berbasis multirepresentasi merupakan salah satu solusi untuk masalah yang dianalisis
pada tahap pendefinisian. Media yang dipilih adalah media modul cetak yang dibuat
menggunakan software Microsoft Word 2013 dan picsart.

109
S. Thiagarajan, dkk., Op.Cit. h. 6

72
c. Format Selection (Pemilihan Format)

Pemilihan format (Format Selection), yaitu Pemilihan format dalam pengembangan


perangkat pembelajaran bertujuan untuk merumuskan rancangan media pembelajaran,
pemilihan strategi, pendekatan, metode, dan sumber pembelajaran. Hal ini dilakukan
untuk memudahkan dan membantu dalam proses pembelajaran. Pada tahapan ini
peneliti memilih format modul mengacu pada rambu-rambu yang telah ditentukan
dalam kurikulum 2013 revisi. Sedangkan untuk format penyajian diadaptasi dari format
kriteria penulisan modul oleh Depdiknas yang memenuhi standar kelayakan bahan ajar
menurut BNSP. Tentunya format yang dipilih juga akan mematuhi sintaks if-so
framework sebagai strategi pembelajaran multirepresentasi dan indikator
multirepresentasi pada setiap permasalahan yang ada di dalam modul.

d. Initial Design (Rancangan Awal)

Rancangan awal (Initial Design), yaitu rancangan keseluruhan perangkat


pembelajaran yang dibuat sebelum melakukan ujicoba. Pada rancangan awal ini
berfungsi untuk mengatur isi sehingga dapat membangun pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan peserta didik. Berikut adalah Tabel 4.2 dan Tabel 4.3
yang berisi hasil rancangan awal modul pembelajaran yang berbasis multirepresentasi.

73
Tabel 4.2 Hasil Rancangan Awal Modul Sesuai Sintaks Multirepresentasi
Konten Modul Tampilan Penjelasan
Yang dibasiskan
pada
multirepresentasi
Identify key concept Mengidentifikasi
konsep kunci (key
concept) atau ide
utama dari topik
yang akan dipelajari

Focus on form and Guru atau dosen


functions memfokuskan pada
mode atau format
dan fungsi
representasi yang
bervariasi sesuai
dengan ide utama
dari topik yang
dipelajari.

74
Sequence Sejumlah
representasi
fenomena fisis dapat
disajikan atau
dikreasi secara
sekuensi atau
berurutan sesuai
dengan karakteristik
atau ide utama yang
menjadi pusat
perhatian.

On going assessment Assesmen bagi


pekerjaan peserta
didik yang
menggunakan dan
mengkreasi sendiri
format representasi.

75
Format • Representasi
Multirepresentasi Gambar
• Representasi
Grafik
• Representasi
matematik
• Representasi
vebal

76
Tabel 4.3 Tampilan Umum Modul
No. Tampilan Komponen

1. Cover

77
2. Kompetensi dasar dan
Indikator Pencapaian
Kompetensi

3 Peta konsep

4. Petunjuk penggunaan
modul

78
5. Kegiatan Pembelajaran
1 dan 2

7. Tujuan Kompetensi

Permasalahan awal
(Tahukah kamu?)

79
8. Rangkuman

10. Yuk Latihan

11. Evaluasi Akhir

80
12. Refleksi Diri

13. Seranai

14. Kunci Jawaban

81
15. Daftar Pustaka

3. Hasil Develop (Pengembangan)


a. Hasil Validasi Uji Ahli (Expert Appraisal)

Validasi uji ahli dibedakan atas tiga kategori. Yaitu ahli materi, ahli media dan ahli
bahasa. Berikut adalah hasil validasi uji ahli sebagai berikut.

1) Hasil Validasi Ahli Materi

Validasi ahli materi dilakukan oleh lima ahli, yakni empat berasal dari dosen FITK
UIN Jakarta yakni bapak Anugrah Azhar, M.Si, bapak Ahmad Suryadi, M.Pd., dan Ibu
Fuji Hernawati Kusumah, M.Si. dan satu dari guru fisika kelas XII SMA Darussalam
Blokagung Banyuwangi yakni bapak Gede Jawi Pintara, S.Pd. berikut adalah hasil
validasi oleh validator ahli materi pada Tabel 4.4 di bawah.

Tabel 4.4 Hasil Validasi Ahli Materi


No. Komponen Hasil Skor Presentase Keterangan
maksimum (%)
1. Pendahuluan 30 32 93 Sangat
Layak

2. Pembelajaran 85 96 88,5 Sangat


Layak

82
3. Isi Materi 178 208 85,5 Sangat
Layak

4. Evaluasi 63 80 78,8 Sangat


Layak

5. Penutup 58 64 90,6 Sangat


Layak

Rata-Rata 87,2 Sangat


Layak

Berdasarkan Tabel 4.4 tersebut, pendahuluan merupakan komponen instrumen


modul yang mendapatkan hasil persentase lebih tinggi, sedangkan evaluasi menjadi
komponen instrumen media yang mendapatkan hasil persentase yang lebih kecil. Hasil
perhitungan secara keseluran bernilai 87,2% dengan keterangan modul berbasis
multirepresentasi sangat layak untuk digunakan. Validator ahli materi juga
memberikan beberapa saran dan juga komentar, berikut adalah saran dan komentar dari
validator ahli materi pada Tabel 4.5 di bawah ini.
Tabel 4.5 Saran dan Komentar Validator Ahli Materi
Validator Saran dan Komentar

Anugrah Azhar, M.Si. Komentar


1. Beberapa gambar memiliki
resolusi yang rendah sehingga
terlihat blur, pastikan seluruh
gambar memiliki resolusi yang
sangat tinggi.
Gede Jawi Pintara, S.Pd. Saran

83
1. Menambah gambar yang lebih
menarik guna menarik minat siswa
untuk membaca modul
Ahmad Suryadi, M.Pd. Saran
1. Jika ini adalah modul untuk siswa
sebaiknya bagian penggunaan
modul untuk guru tidak usah
ditampilkan.
2. Gambar yang memungkinkan
dibuat sendiri lebih baik dibuat.
Komentar

1. Gambarnya kurang jelas


2. Besaran dicetak miring, satuan tegak
3. Perlu diperjelas yang anda maksut
representasi matematis dan
representasi grafik.
4. Gunakan bahasa Indonesia
5. Header dibuat bold
Fuji Hernawati Kusumah, M.Si. Komentar
1. Soal terlalu sedikit, dapat
diperbanyak dalam bentuk soal-soal
konsep.
2. Gambar dan grafik ukurannya
terlalu kecil, sehingga tulisan tidak
bergitu terbaca jelas.
3. Biasakan cantumkan sumber asal
ketika mengambil gambar atau

84
grafik dari buku teks atau dari
manapun.

2) Hasil Validasi Ahli Media

Validasi ahli media dilakukan oleh tiga orang ahli media yang terdiri dari dua dosen
FITK UIN Jakarta, yakni bapak Dzikri Rahmat Romadhon, M.Pfis dan bapak Reza
Ruhbani Amarulloh, M.Pd, dan satu orang dosen UHAMKA yakni ibu Dr. Isti Tri
Hartini, M.Pd. Hasil dari validasi ahli media yaitu sebagai berikut, pada Tabel 4.6
dibawah ini.

Tabel 4.6 Hasil Validasi Ahli Media


No. Komponen Hasil Skor Presentase Keterangan
maksimum (%)
1. Tampilan/ fisik 195 228 85,5 Sangat
Layak

2. Pemanfaatan 62 72 86,1 Sangat


Layak

Rata-Rata 85,8 Sangat


Layak

Berdasarkan Tabel 4.6 tersebut, komponen pemanfaatan merupakan komponen


instrumen modul yang mendapatkan hasil persentase lebih tinggi, sedangkan untuk
tampilan fisik menjadi komponen instrumen modul yang mendapatkan hasil persentase
yang lebih kecil. Hasil perhitungan secara keseluran bernilai 85,8% dengan keterangan
modul berbasis multirepresentasi sangat layak untuk digunakan. Validator ahli media
juga memberikan beberapa saran dan juga komentar, berikut adalah saran dan
komentar dari validator ahli media pada Tabel 4.7 di bawah ini.

85
Tabel 4.7 Saran dan Komentar Validator Ahli Media
Validator Saran dan Komentar

Dzikri Rahmat Romadhon, M.PFis Saran


1. Gambar backdrop warnanya harus
lebih trasparan
Dr. Tri Isti Hartini, M.Pd. Komentar
1. Dalam memberikan warna pada
gambar kurang bervariasi
warnanya.
Reza Ruhbani Amarullah, M.Pd. Komentar
1. Bedakan antara gambar, ilustrasi,
sketsa, dan grafik.
2. Masih banyak gambar yang belum
sesuai
3. Masih banyak redaksi yang kurang
efisien dan kurang
berkesinambungan.
4. Kurang menunjukan aspek
multiple representasi, kebanyakan
hanya tulisan dan satu representasi
gambar/grafik/sketsa, tidak
berbeda dengan modul biasa.

3) Hasil Validasi Ahli Bahasa

Validasi ahli bahasa dilakukan oleh dua ahli, yaitu dua dosen yang berasal dari FITK
UIN Jakarta ibu Dr. Elvi Susanti, M.Pd. Serta satu dosen yang berasal dari Institut

86
Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta yaitu pak Syihaabul Hudaa, M.Pd.
Berikut adalah hasil validasi oleh validator ahli bahasa pada Tabel 4.8 di bawah

Tabel 4.8 Hasil Validasi Ahli Bahasa


No. Komponen Hasil Skor Presentase Keterangan
maksimum (%)
1. Kesesuaian 16 16 100 Sangat
dengan Layak
perkembangan
peserta didik
2. Lugas 22 24 91 Sangat
Layak

3. Komunikatif 16 16 100 Sangat


Layak

4. Dialogis dan 16 16 100 Sangat


Interaktif Layak

5. Kesesuaian 20 24 83 Sangat
dengan kaidah Layak
bahasa Indonesia
6. Keruntutan dan 16 16 100 Sangat
keterpaduan alur Layak
berpikir
7. Penggunaan 16 16 100 Sangat
istilah, simbol Layak
atau lambang
Rata-Rata 96,2 Sangat
Layak

87
Berdasarkan Tabel 4.8 tersebut, beberapa komponen instrumen modul mendapatkan
hasil persentase tinggi, sedangkan kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia menjadi
komponen instrumen modul yang mendapatkan hasil persentase yang lebih kecil. Hasil
perhitungan secara keseluran bernilai 96,2% dengan keterangan modul berbasis
multirepresentasi sangat layak untuk digunakan. Validator ahli bahasa juga
memberikan beberapa saran dan juga komentar, berikut adalah saran dan komentar dari
validator ahli media pada Tabel 4.9 dibawah ini.
Tabel 4.9 Saran dan Komentar Validator Ahli Bahasa
Validator Saran dan Komentar

Syihaabul Hudaa, M.Pd. Saran


1. Perhatikan kembali kaidah
penulisan tanda baca, kata baku,
konjungsi, dan tata bahasa lainnya.
Silakan mengacu ke dalam kaidah
KBBI dan PUEBI.
Dr. Elvi Susanti, M.Pd. Saran
1. Secara umum penggunaan bahasa
Indonesia Humnatul cukup baik.
Namun perlu diperhatikan lagi
soal pemakaian ejaan, terutama
kata”di”, baik sebagai kata depan,
maupun kata berimbuhan.

88
4) Hasil Validasi Instrumen Tes

Berikut adalah Tabel 4.10 yang menjelaskan hasil dari validasi instrumen tes;

Tabel 4.10 Hasil Penilaian Instrumen Tes


No. Butir Hasil Skor Maksimum V Kategori

1 22 30 0,535714 Sedang

2 24 30 0,607143 Sedang

3 26 30 0,678571 Sedang

4 24 30 0,607143 Sedang

5 25 30 0,642857 Sedang

Validator juga memberikan beberapa saran dan juga komentar. Tabel 4.11 berikut ini
berisikan saran dan komentar dari validator.
Tabel 4.11 Saran dan Komentar Instrumen Tes
Validator Instrumen Tes Saran dan Komentar

Anugrah Azhar, M.Si. -

Reza Ruhbani Amarullah, M.Pd. 1. Kurang sesuai dengan aspek multiple


representasi yaitu mempresentasikan
kembali konsep yang sama melalui
berbagai bentuk.
2. Nilai T tidak memenuhi hukum
pergeseran wien 𝑚 T = 2,9 10−3
m.K. Grafik kurang sesuai, antara suhu
6960 dengan 5800 perbandinganya 1,18

89
jika dipangkatkan 4 menjadi 2,
seharusnya grafik bintang Z 2 kali lipat
lebih luas daripada grafik matahari.
3. Kurang sesuai dengan aspek multiple
representasi yaitu mempresentasikan
kembali konsep yang sama melalui
berbagai bentuk. Bedakan pengertian
gambar dengan grafik Representasi
yang disajikan pada jawaban hanya
matematis saja.
4. Kurang sesuai dengan aspek multiple
representasi yang dikerjakan siswa di
soal tersebut hanya menafsirkan grafik.
Alasan Jawaban tidak sesuai dengan
pertanyaan.
5. Kurang sesuai dengan aspek multiple
representasi, selain representasi
matematis seharusnya siswa juga
dituntut menunjukan representasi lain.
Ahmad Suryadi, M.Pd. 1. Harusnya multirepresentasi (verbal-
verbal hanya satu representasi)
Iwan Permana Suwarna, M.Pd. 1. Penjelasan dari fenomena x yang terjadi
adalah…
2. Identifikasi nomor 4?
Dzikri Rahmat Romadhon, 1. Cek titik lebur stainless stell. Ambil
M.PFis. fenomena suhu bintang.
2. Diparafrase lagi soal nomer 3
Dr.Tri Isti Hartini, M.Pd. 1. Brdakan representasi gambar dan grafik

90
Fuji Hernawati Kusumah, M.Si. 1. Kasus yang digunakan dalam soal
memang betul konsepnya adalah
radiasi, tapi bukan radiasi benda hitam.
Api memang memancarkan radiasi
panas, namun api bukan merupakan
contoh atau tidak dianggap sebagai
benda hitam.
2. Secara konsep sudah valid. Namun,
perlu diperbaiki kunci jawaban secara
matematisnya. Tuliskan lengkap rumus
yang digunakan atau asal rumus yang
digunakan, sebaiknya tidak
menggunakan rumus instan yang
langsung membandingkan panjang
gelombang dengan suhunya.
3. Periksa kembali grafik dan kunci
jawaban, sepertinya ada kesalahan,
tidak sinkron.

91
Setelah mendapatkan saran dan komentar dari para validator, langkah berikutnya yakni perbaikan modul yang
dilakukan oleh peneliti berdasarkan hasil saran dan komentar dari validator, validator disini yakni ahli materi, ahli media,
ahli bahasa dan ahli instrumen tes. Hasil perbaikan yang telah dilakukan oleh peneliti yaitu seperti yang terlihat pada
tabel 4.12 sampai tabel 4.14 berikut ini.
a) Perbaikan Modul Berdasarkan Ahli Materi

Beberapa perbaikan telah dilakukan setelah mendapatkan arahan dan saran dari validator ahli materi. Tabel 4.12 berikut
adalah hasil tampilan modul sebelum dan sesudah revisi.

Tabel 4.12 Perbaikan Modul Berdasarkan Ahli Materi

Saran Sebelum Revisi Setelah Revisi

Jika ini adalah modul untuk


siswa sebaiknya bagian
penggunaan modul untuk
guru tidak usah ditampilkan.
Begitu pula sebaliknya

92
Besaran dicetak miring,
satuan tegak

93
Soal terlalu sedikit, dapat
diperbanyak dalam bentuk
soal-soal konsep.

94
Biasakan cantumkan sumber
asal ketika mengambil
gambar atau grafik dari buku
teks atau dari manapun.

95
b) Perbaikan Modul Berdasarkan Ahli Media
Beberapa perbaikan telah dilakukan setelah mendapatkan arahan dan saran dari validator ahli media. Tabel 4.13 Berikut
adalah hasil tampilan modul sebelum dan sesudah revisi.
Tabel 4.13 Perbaikan Modul Berdasarkan Ahli Media

Saran Sebelum Revisi Setelah Revisi

Dalam memberikan warna


pada gambar kurang
bervariasi warnanya.

96
c) Perbaikan Modul Berdasarkan Ahli Bahasa
Beberapa perbaikan telah dilakukan setelah mendapatkan arahan dan saran dari validator ahli bahasa. Tabel 4.14 Berikut
adalah hasil tampilan modul sebelum dan sesudah revisi.
Tabel 4.14 Perbaikan Modul Berdasarkan Ahli Bahasa

Saran Sebelum Revisi Setelah Revisi

Secara umum penggunaan


bahasa Indonesia Humnatul
cukup baik. Namun perlu
diperhatikan lagi soal
pemakaian ejaan, terutama
kata”di”, baik sebagai kata
depan, maupun kata
berimbuhan.

97
b. Hasil Uji Kepraktisan Produk

Kepraktisan modul berbasis multirepresentasi pada tahap uji coba dilihat berdasarkan
hasil angket respon peserta didik yang berjumlah 20 yang telah menggunakan modul
dan juga satu guru fisika.

e. Hasil Penilaian Angket Respon Peserta Didik

Hasil dari angket respon peserta didik berdasarkan indikator kepraktisan modul
berbasis multirepresentasi yaitu dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut ini.

Tabel 4.15 Hasil Angket Respon Peserta Didik Pada Uji Coba Kepraktisan
Penggunaan Produk
No. Komponen Skor Skor Jumlah Keterangan
Maksimal Presentase
rata-rata
1. Kemudahan 164 240 68% Cukup
Penggunaan Praktis

2. Kemenarikan 358 480 74% Cukup


Praktis

3. Materi 161 240 67% Cukup


Praktis

4. Bahasa 122 160 76% Praktis

Rata-Rata 71,25% Cukup


Praktis

Berdasarkan Tabel 4.15 diatas menunjukkan bahwa hasil dari keseluruhan respon
peserta didik pada tiap-tiap komponen kepraktisan yaitu rata-rata dari komponen
kepraktisan diperoleh presentase sebesar 71,25% dari 100% yang mana hal ini
menunjukkan bahwa produk berupa modul pembelajaran berbasis multirepresentasi
dinyatakan praktis menurut penilaian peserta didik pada angket respon yang telah diisi.

98
2) Hasil Penilaian Angket Guru

Hasil dari angket respon guru berdasarkan indikator kepraktisan modul berbasis
multirepresentasi yaitu dapat dilihat pada Tabel 4.16 berikut.

Tabel 4.16 Hasil Angket Respon Guru Pada Uji Coba Kepraktisan
Penggunaan Produk
No. Komponen Skor Skor Jumlah Keterangan
Maksimal Presentase
1. Kemudahan 11 12 91% Sangat
Penggunaan Praktis

2. Kemenarikan 12 16 75% Cukup


Praktis

3. Materi 7 8 88% Sangat


Praktis

4. Bahasa 7 8 88% Sangat


Praktis

Rata-Rata 86% Sangat


Praktis

Berdasarkan Tabel 4.16 diatas menunjukkan bahwa hasil dari respon guru pada tiap-
tiap komponen kepraktisan yaitu rata-rata dari komponen kepraktisan diperoleh
presentase sebesar 86% dari 100% yang mana hal ini menunjukkan bahwa produk
berupa modul pembelajaran berbasis multirepresentasi dinyatakan sangat praktis
menurut penilaian guru pada angket respon yang telah diisi.

c. Hasil Uji Coba Pengembangan (Developmental Testing)


1) Hasil Uji Keefektifan Produk

Uji keefektifan pada produk dilakukan pada peserta didik kelas XII SMA
Darussalam dan MA Al-Amiriyah yang berjumlah 20 orang melalui nilai pre-test dan

99
post-test. Kemudian dari nilai ini dapat dihitung menggunakan N-gain. Instrumen tes
merupakan soal pengetahuan kognitif untuk mengetahui kemampuan multirepresentasi
peserta didik. Data hasil pemusatan dan penyebaran pre-test dan post-test dapat dilihat
pada Tabel 4.17 berikut ini .

Tabel 4.17 Hasil Pemusatan dan Penyebaran Data Pre-Test dan Post-Test
Pada Uji Lapangan
No. Pemusatan dan Peyebaran Data Pre-Test Post-Test

1. Nilai Terendah 2 5

2. Nilai Tertinggi 12 14

3. Rata-Rata 5,95 8,7

4. Median 3 6

5. Modus 3 7

6. Skor Maksimal 15 15

Peningkatan kemampuan multirepresentasi peserta didik dapat dihitung


menggunakan rumus N-gain. Hasil dari perhitungan N-gain seperti yang terlihat pada
Tabel 4.18 berikut.

Tabel 4.18 Hasil N-Gain Pada Uji Lapangan

N-Gain Nilai

Rata-Rata 35%

Tafsiran Tidak efektif

Berdasarkan hasil data di atas pengaruh dari pembelajaran dengan modul


multirepresentasi terhadap pemahaman konsep yang dipelajari peserta didik yaitu
menghasilkan n-gain rata-rata sebesar 35% dengan tafsiran tidak efektif. Sehingga

100
dapat dipahami bahwa modul berbasis multirepresentasi tidak efektif digunakan karena
rendahnya peningkatan dalam penguasaan konsep yang dipelajari peserta didik setelah
menggunakan modul dibandingkan sebelumnya Selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran B.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian dan pengembangan produk telah mendapati suatu hasil yakni berupa
modul berbasis multirepresentasi pada materi fenomena kuantum yang telah teruji
validasi oleh beberapa ahli dan juga mendapatkan respon dari guru dan peserta didik.
Modul ini dibuat dan dikembangan sesuai dengan langkah-langkah penelitian dan
pengembangan 4D yang direduksi menjadi 3D, uji kelayakan atau kevalidan, uji
keefektifan dan juga uji kepraktisan.

Tahap define atau pendefinisian adalah tahap pertama dalam tahap pengembangan
4D yang direduksi menjadi 3D. Tahap define terdiri dari analisis awal akhir, analisis
peserta didik, analisis tugas, analisis konsep dan perumusan tujuan pembelajaran.
Analisis awal akhir dilakukan dengan studi literatur pada jurnal, skripsi, dan buku-buku
terkait penelitian. Tahap ini penting dilakukan untuk mengetahui seberapa
dibutuhkannya pengembangan produk yang akan dilakukan. Kemudian setelahnya
adalah analisis peserta didik, hal ini dilakukan agar desain produk pengembangan
sesuai dengan karakteristik peserta didik. Analisis ini dilakukan kepada peserta didik
yang telah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan guru. Tahap analisis ini
didapati dari penelitian pendahuluan dengan pemberian angket yang berisi pertanyaan
dan pernyataan yang harus dijawab. Didapati hasil bahwa peserta didik masih banyak
yang mengalami kesulitan dalam kemampuan menjelaskan suatu konsep dengan
representasi yang berbeda, dalam memahami grafik terkadang masih kesulitan. Selain
itu pelajaran fisika ini dianggap sulit dan juga abstrak terkhusus pada materi yang
bersifat mikroskopis pada materi kelas XII. Sedangkan buku-buku pegangan peserta
didik didominasi oleh representasi verbal atau terlalu banyak kalimat-kalimat

101
penjelasan yang tidak didukung dengan format lain seperti gambar dan grafik, sehingga
peserta didik kesulitan dalam memahami konsep fisika. Selain itu juga dilakukan
wawancara kepada guru fisika. Dari wawancara didapati hasil bahwa materi fenomena
kuantum adalah materi yang membutuhkan visualisasi dalam menjelaskannya karena
sifat benda yang dipelajari bersifat mikroskopis. Dalam hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Hobson bahwa peserta didik karena menganggap fisika kuantum
adalah topik yang sangat mikroskopik, tidak teramati langsung oleh indera dan juga
membutuhkan pemahaman matematika tingkat tinggi.110 Materi ini juga merupakan
materi baru yang sebelum-sebelumnya belum pernah dipelajari, sehingga dibutuhkan
bahan ajar tambahan yang perlu dikembangkan untuk membantu peserta didik dalam
belajar. Analisis selanjutnya yaitu analisis tugas dengan mengidentifikasi tugas-tugas
dan kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam pembelajaran. Analisis ini
dilakukan pada RPP, Kompetensi Inti, dan Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil yang didapati yaitu peserta didik harus memiliki kemampuan
menguraikan informasi kedalam beberapa bentuk atau bagian yang lain. Selanjutnya
yaitu analisis konsep dengan mengidentifikasi konsep pokok yang akan dipelajari
sehingga dalam penyusunan modul yang akan dilakukan sesuai dengan konsep pokok
dan tidak melenceng dari materi. Perumusan tujuan pembelajaran adalah langkah
terakhir dalam tahap pendefinisian. Kemudian dihasilkan indikator pencapaian yang
harus dicapai oleh peserta didik sehingga didapati dasar pijakan-pijakan untuk desain
produk yang sesuai dengan kurikulum dan materi yang diajarkan guru. Peneliti
mendapati suatu hasil dari tahap define ini yaitu dibutuhkannya media pembelajaran
tambahan sebagai penunjang pemahaman peserta didik.

Tahap design atau perencanaan adalah tahapan kedua. Penyusunan tes acuan
patokan adalah langkah awal yang dilakukan. Penyusunan tes acuan ini disesuaikan

110
A. Hobson . “Teaching Quantum Theory in the Introductory Course”. The Physics Teacher, 1996.
h. 202-210. Diakses pada https://aapt.scitation.org/doi/10.1119/1.2344407 hari Kamis, 30 Juni 2022
pukul 16.57 WIB

102
dengan kemampuan yang telah dirumuskan ditahap sebelumnya yang harus dimiliki
oleh peserta didik. Dalam hal ini tes acuan berupa soal essai yang disesuaikan dengan
aspek kemampuan multirepresentasi, yakni kemampuan dalam menerapkan beberapa
representasi dalam menjelaskan suatu konsep fisika dan permasalahan fisika, seperti
dari bentuk soal verbal dijawab dengan bentuk grafik. Selanjutnya yaitu pemilihan
media dan pemilihan format. Media yang peneliti ambil yaitu modul karena modul
dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta didik, selain itu modul ini dilengkapi
dengan format-format multirepresentasi yang bisa memudahkan peserta didik dalam
memahami hal-hal yang abstrak dengan dukungan gambar, grafik, dan simbol sebagai
pendukung pemahaman. Hal ini sejalan dengan teori pemrosesan informasi model kode
ganda menurut Slavin yakni informasi yang dikodekan secara visual maupun verbal
akan mudah diterima daripada dikodekan hanya dalam salah satu bentuk saja.111 Tahap
ini diakhiri dengan rancangan awal modul yang telah terstruktur sekaligus aktifitas
pembelajarannya.

Tahap develop atau pengembangan adalah tahap terakhir yang dilakukan dalam
penelitian. Dalam tahap ini dilakukan penilaian ahli kemudian dilanjutkan uji coba
pengembangan. Secara lebih rincinya akan dijelaskan pada penjelasan dibawah ini.

1. Tahap Uji Kelayakan Berdasarkan Penilaian Ahli

Uji kelayakan pada modul berbasis multirepresentasi pada materi fenomena


kuantum dilakukan untuk mengetahui kelayakan atau kevalidan dan mendapatkan
masukan sebagai perbaikan agar menghasilkan modul yang lebih baik. Uji kelayakan
dilakukan oleh 9 ahli yang terdiri dari empat ahli materi, tiga ahli media, dan dua ahli
bahasa. Hal ini sesuai dengan fungsi adanya validasi terhadap produk yang
dikembangkan yakni agar produk dapat diuji berdasarkan pemahaman teoritis dan

111
A.Hidayat dkk. Pengembangan buku elektronik interaktif pada materi fisika kuantum kelas XII
SMA. Jurnal Pendidikan Fisika Vol. V. No. 2. September 2017. h. 96-97

103
pengalaman sebagai ahli, dan juga uji kelayakan ini dilakukan agar produk sesuai
dengan tujuan pengembangan. 112

Kelayakan pada modul berbasis multirepresentasi pada materi fenomena kuantum


salah satunya berdasarkan penilaian dari empat ahli materi fisika. Validasi ahli materi
dibutuhkan sebagai penilai terhadap cakupan keluasan dan kedalam materi, serta
evaluasi yang disajikan dalam modul.113 Penilaian oleh ahli materi ini terdapat lima
komponen, empat belas indikator dan tiga puluh butir pernyataan. Penilaian secara
keseluruhan dari ahli materi yaitu 87,2% dengan kriteria sangat layak. Berdasarkan
hasil ini menunjukkan bahwa modul pembelajaran berbasis multirepresentasi
mencakup pembahasan materi fenomena kuantum dengan jelas, lengkap, sesuai dan
runtut. Akan tetapi terdapat indikator yang memiliki nilai terkecil yaitu pada komponen
evaluasi, hal ini karena terlalu sedikit soal-soal yang dimunculkan sehingga perlu
adanya penambahan.

Penilaian kelayakan modul pembelajaran berbasis multirepresentasi pada materi


fenomena kuantum selanjutnya berdasarkan tiga ahli media. yang terdiri dari dua
komponen dengan lima indikator dan dua puluh lima pernyataan. Penilaian secara
keseluruhan dari ahli yaitu sebesar 85,5% dengan kategori sangat layak. Nilai terbesar
terdapat pada indikator pemanfaatan yang mana hal ini menunjukkan bahwa modul
mudah digunakan dan memiliki daya tarik. Akan tetapi untuk secara desain modul
secara fisik memiliki nilai lebih kecil karena terdapat beberapa gambar, grafik dan
simbol yang kurang jelas, sehingga perlu adanya perbaikan dalam segi resolusi dan
kualitasnya. Sejalan dengan penelitian Wachida Agar modul pembelajaran dapat
menyenangkan bagi peserta didik, sehingga dapat menimbulkan minat dan motivasi
belajar yang tinggi, maka salah satu unsur yang harus diperhatikan dalam

112
Suryanda, Ade, dkk. Validasi Ahli pada Pengembangan Buku Saku Biologi Berbasis Mind Map.
UNJ: Jakarta, 2019, h. 199
113
Denna Delawanti D, dan Arnelia D, Validasi modul pembelajaran: Materi dan Desain Tematik
berbasis PPK, Premiere Educandum : Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran, 2018, h. 209

104
mengembangkan modul pemebelajaran adalah kegrafikaan modul pembelajaran
tersebut, kegrafikaan disini salah satunya yaitu desain bagian isi yang meliputi warna
ilustrasi sesuai kenyataan (natural), dengan kombinasi yang menarik dengan kualitas
yang serasi dalam satu modul. 114

Penilaian kelayakan modul pembelajaran berbasis multirepresentasi pada materi


fenomena kuantum berikutnya yaitu berdasarkan dua ahli bahasa. Penilaian dari ahli
bahasa terdiri atas tujuh komponen, lima belas indikator dan enam belas pernyataan.
Nilai rata-rata keseluruhan yakni 96,2% dengan kategori sangat layak. Berdasarkan
penilaian tersebut maka dapat dinyatakan bahwa modul berbasis multirepresentasi pada
materi fenomena kuantum sangat baik dan mudah untuk dipahami dalam segi
keterbacaan atau memiliki sifat komunikatif. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
penilaian kelayakan dalam segi bahasa adalah komunikatif, karena dengan komunikatif
menunjukkan bahwa bahasa dalam modul mengutamakan pada komunikasi penulis
dengan pembaca.115Untuk komponen dengan presentase paling rendah yaitu pada
kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia, yang mana adanya kurang tepatan pada
penggunaan tata bahasa dan ejaan yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.

Kemudian modul yang sudah dinilai dan dikomentari maka dilakukan perbaikan
berdasarkan catatan, saran dan komentar yang telah diberikan oleh para ahli. Perbaikan
ini dilakukan agar modul pembelajaran berbasis multirepresentasi pada materi
fenomena kuantum lebih baik dan layak digunakan ketika proses belajar dan
pembelajaran.

2. Uji Kepraktisan

114
Wachidah P dan I Ketut Mahardika. Kegrafikaan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis
Multirepresentasi. Seminar Nasional Fisika Dan Pembelajaraanya 2015. h. 3-5
115
Denna Delawanti D dan Amelia D, Validasi modul pembelajaran: Materi dan Desain Tematik
berbasis PPK, Premiere Educantum: Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran. 2018. h. 209

105
Uji kepraktisan mengandung dua aspek penting yaitu mempertimbangkan
kemudahan dalam penggunaannya dan kemudahan dalam pemahamannya.116Uji ini
dilakukan dengan angket respon dari satu guru fisika dan dua puluh peserta didik.
Penilaian pada uji kepraktisan ini terdiri atas empat komponen, empat belas indikator
dan empat belas pernyataan. Komponen-komponen yang dimaksut yakni komponen
kemudahan penggunaan, kemenarikan, materi dan bahasa. Hasil angket respon guru
86% dengan kategori sangat praktis. Respon guru atas modul pembelajaran berbasis
multirepresentasi ini baik karena belum pernah ada bahan pembelajaran yang
komprehensif seperti modul pembelajaran berbasis multirepresentasi terkhusus pada
materi fenomena kuantum.

Hasil angket respon dari peserta didik untuk aspek kepraktisan ini yaitu 71,25%
dengan kategori cukup praktis. Komponen paling tinggi yakni pada indikator bahasa,
hal ini menunjukkan apabila modul berbasis multirepresentasi ini mudah dipahami
karena penggunaan bahasa yang ringan dan jelas. Sedangkan aspek terendah yaitu pada
komponen materi. Sehingga secara keseluruhan berdasarkan hasil angket respon guru
dan peserta didik terhadap modul berbasis multirepresentasi dikategorikan cukup
praktis digunakan sebagai bahan ajar dalam proses belajar dan pembelajaran. Terlihat
pada peserta didik bahwa pada materi yang baru dibutuhkannya guru dalam
pemahamannya meskipun terdapat buku ajar penunjang yang mereka miliki. Hal ini
sejalan dengan penelitian Binar bahwa respon peserta didik yang menonjol dan terekam
selama pembelajaran adalah peserta didik merasa sangat perlu bimbingan guru dalam
pembelajaran ketika mereka mengalami kesulitan yang khususnya pada materi baru
dan bersifat abstrak. 117

116
Jan Van den Akker, Design Approaches and Tools in Education and Training, Springer Science
and Bussiness Media Dordrecht, 1999. h. 10
117
Binar Kurnia Prahani , Soegimin W. W , Leny Yuanita. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Fisika Model Inkuiri Terbimbing Untuk Melatihkan Kemampuan Multi Representasi Siswa SMA.
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015. h. 512.

106
3. Uji Keefektifan

Tahap selanjutnya yakni uji keefektifan yang dilakukan pada dua puluh peserta
didik. Hasil penilaian didapati dari nilai pretest dan posttest yang diberikan pada
peserta didik. Soal-soal yang diberikan yakni berupa lima soal kognitif materi
fenomena kuantum yang telah di validasi oleh tujuh ahli. Soal yang diberikan memuat
kemampuan multirepresentasi. Yakni aspek verbal, verbal-matematis dan grafik,
grafik-matematis, grafik-verbal, verbal-matematis. Hasil kemampuan
multirepresentasi peserta didik sangat beragam pada tiap-tiap tipenya. Untuk nilai
pretest tipe representasi yang mendapati nilai tertinggi adalah tipe verbal sebesar 75%
hal ini termasuk kategori yang tinggi. Kemudian untuk tipe representasi verbal-
matematik dan grafik mendapati hasil 36% , grafik-matematis 20%, grafik-verbal 42%,
verbal-matematis 33% yang termasuk kategori rendah. Pada nilai posttest kemampuan
multirepresentasi peserta didik pada tipe verbal mendapati skor paling tinggi, yaitu
93%, peserta didik mampu menjawab dan semua informasi ditampilkan dengan jelas
dan terorganisir. Kemudian untuk tipe representasi verbal-matematis dan grafik
mendapati hasil 40% kategori rendah, hal ini karena peserta didik kurang tepat dalam
perhitungan, sehingga menyebabkan kesalahan dalam pembuatan grafiknya.
Selanjunya tipe representasi grafik-matematis 31% dengan kategori rendah, peserta
didik kesulitan dalam memahami informasi pada grafik yang kemudian informasi
tersebut harus dimasukkan kedalam rumus, hal ini merupakan kemampuan yang jarang
diajarkan ketika pembelajaran, sehingga ketika terdapat soal berupa grafik peserta
didik kebingungan dalam menjawab secara matematis. Tipe representasi berikutnya
yaitu grafik-verbal sebesar 58% dengan kategori sedang, hal ini karena jawaban dari
peserta didik sudah mewakili informasi yang dibutuhkan akan tetapi kurang lengkap
dalam menyimpulkan informasi dari grafik yang didapatkannya. Selanjutnya tipe
representasi verbal-matematis 33% yang termasuk kategori rendah, peserta didik
kebanyakan tidak menjawab, hal ini dikarenakan perhitungan dengan rumus yang asing
dan diperlukan kemampuan tingkat tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian (Hartono,

107
2010) dalam Gilang bahwa kesulitan yang dialami peserta didik dalam pembelajaran
fisika modern karena konsep-konsepnya tampak seolah-olah bertetangan dengan
pengalaman sehari-hari dan didominasi konsep abstrak sehingga pembiasaan dan
pengenalan harus terus ditekankan.118

Peningkatan kemampuan kognitif tiap-tiap peserta didik terlihat dari perhitungan N-


gain yang menghasilkan skor rata-rata untuk keseluruhan indikator yakni sebesar 35%
dengan tafsiran yang berarti tidak efektif digunakan. Hal ini terjadi karena peserta didik
belum terbiasa memecahkan masalah dengan variasi representasi yang berbeda. Sesuai
dengan hasil angket respon peserta didik terhadap modul berbasis multirepresentasi
bahwa materi fenomena kuantum dalam modul masih sulit dipahami. Sejalan dengan
pendapat Suhandi (2012: 6) yang menyatakan bahwa ketika menggunakan satu
representasi pemahaman konsep peserta didik belum baik, maka penggunaan
representasi lainnya akan membantu memahamkan peserta didik terhadap konsep yang
bersangkutan.119

118
Gilang Ramadhan. Analisis Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (High Order Thingking Skills)
menggunakan Instrumen Two Tier Multiple Choice Materi Konsep dan Fenomena Kuantum Siswa SMA
Di Kabupaten Cilacap. Unnes Physics Educational Journal 7(3). 2018. h. 89
119
Gita Wati, dkk. Pengaruh Pendekatan Multirepresentasi Terhadap Kemampuan Kognitif Peserta
Didik Pada Materi Momentum Dan Impuls. Diakses pada jurnal.untan.ac.id pada 15 Juli 2022 Pukul
16.13 WIB

108
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan dari
penelitian pengembangan yang dilakukan sebagai berikut :

1. Modul pembelajaran berbasis multirepresentasi pada materi fenomena kuantum


dinyatakan layak. Hasil presentasi penilaian dari lima ahli materi yaitu 87,2%
dengan kategori sangat layak, tiga ahli media yaitu 85,5% dengan kategori sangat
layak, dan dua ahli bahasa yaitu 96,2% dengan kategori sagat layak.
2. Modul pembelajaran berbasis multirepresentasi pada materi fenomena kuantum
yang telah dikembangkan cukup praktis digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar. Hal ini terlihat dari hasil angket respon guru fisika dan 20 peserta didik.
Hasil respon guru adalah 86%, dan hasil respon peserta didik adalah 71,25%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa modul berbasis multirepresentasi termasuk
kategori cukup praktis.
3. Modul pembelajaran berbasis multirepresentasi pada materi fenomena kuantum
yang dikembangkan terlihat dari hasil peningkatan N-gain rata-rata keseluruhan
sebesar 35% dengan kriteria tidak efektif digunakan.
B. Saran

Setelah dilakukannya penelitian ini, terdapat saran yang dituliskan peneliti untuk
pengembangan lebih lanjut, yakni sebagai berikut:

1. Modul pembelajaran berbasis multirepresentasi pada materi fenomena kuantum


dapat dikembangkan untuk materi fisika lainnya pada penelitian selanjutnya.
2. Modul pembelajaran berbasis multirepresentasi pada materi fenomena kuantum
dapat dianalisis dan diperbaiki segala kekurangannya sehingga dapat lebih efektif
digunakan untuk belajar mengajar.

109
3. Modul pembelajaran berbasis multirepresentasi pada materi fenomena kuantum
dapat dikembangkan menjadi sumber belajar berbasis online atau digital sehingga
dapat memudahkan untuk pembelajaran kapanpun dan dimanapun.
4. Soal pretest dan posttest untuk mengukur kemampuan multirepresentasi pada materi
fenomena kuantum bagi peserta didik dapat diperbaiki segala kekurangannya
sehingga bisa lebih efektif untuk mengasah kemampuan multirepresentasi pada
peserta didik.

110
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Liliasari, A. Rusli, dan Bruce Waldrip. 2011. Implementasi


Pembelajaran Berbasis Multi Representasi Untuk Peningkatan Penguasaan Konsep
Fisika Kuantum. Cakrawala Pendidikan, Februari 2011, Th. XXX, No. 1.

Aiken, Lewis R.. 1985. Three Coefficients for Analyzing The Reability And
Validity of Ratings. Educational and Psychological Measurement, 45(1)

Ainsworth, Shaaron. (1999). The functions of multiple representations.


Computers and Educations, 32(2-3).

Andromeda , Belka,dkk. Tanpa Tahun. Analisis kemampuan Multirepresentasi


siswa pada konsep-konsep gaya di kelas X SMAN 3 Pontianak, Pendidikan Fisika
Universitas Tanjungpura Pontianak.

Azwar, Saifuddin. 2019. Reliabilitas dan Validitas edisi 4 cet 10. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.

Binar, K. Prahani, dkk. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model


Ikuiri Terbimbing Untuk Melatihkan Kemampuan Multirepresentasi Siswa Sma.
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol 4. No.2, Mei 2015.

BNSP. 2014. Penilaian Buku Teks Siswa Untuk Peminatan Fisika SMA/MA.

C, Angell Angell, C, O. Guttersrud, & E. K. Henriksen, 2007. Multiple


Representation As A Framework For A Modelling Approach to Physics Education.

Daryanto. 2013. Menyusun Modul, Yogyakarta: Gava Media.

Delawanti, Denna D, dan Arnelia D. 2018. Validasi modul pembelajaran: Materi


dan Desain Tematik berbasis PPK, Premiere Educandum : Jurnal Pendidikan Dasar
dan Pembelajaran.

Departemen Pendidikan Nasional 2008.

Direktorat Pembinaan SMA. Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Panduan


praktis penyusunan e-Modul tahun 2017.

Devetak, Iztok and Janez Vogrinc. 2013. The Criteria for Evaluating the Quality
of the Science Textbooks.

Dwi Rahdiyanta. Teknik Penyusunan Modul .

111
Eka, Bemie Saputra, dkk. Pengembangan e-modul fisika berbasis
multirepresentasi pada materi gerak lurus. EduFisika Jurnal Pendidikan Fisika Vol 5
Nomor 1, Juni 2020.

Etkina, Eugenia, dkk. Scientific Abilities and their assessment. . American


Journal of Education research Vol 4 No 1-4. 2016.

Fatimah, Sitti dan Risky Ramadhana. Pengembangan Modul Pembelajaran


Berbasis Ketrampilan Literasi. Vol VI Nomor 2, Juli-Desember 2017.

Fitria, Tomo, dan Haratua. Penggunaan Model Problem Based Learning Dengan
Multirepresentasi Pada Usaha Dan Energi Di Sma. h. 3-4. www. Jurnal.untan.ac.id
diakses pada 28 Agustus 2021 pukul 16.30 wib.

Finnajah, Mutmainnah, dkk. Pengembangan Modul fisika SMA berbasis


multirepresentasi guna meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar peserta
didik kelas XII IIS sma negeri 1 Prembun Tahun ajaran 2015/2016. Radiasi Jurnal
Pendidikan Fisika. Vol 08 No. 1, April 2016.

Gkitzia V., Salta K. and Tzougraki C., Development and application of suitable
criteria for the evaluation of chemical representations in school textbooks, Chemistry
Education Research and Practice. (2011).

Guntara, Yudi. 2020. Normalized Gain: Ukuran Keefektifan Treatment.


https://www.researchgate.net/publication. h. 1. Diakses pada 4 Juli 2022 Pukul 20.16
WIB

Hake, Richard R., 2019 “Analyzing Change/Gain Scores,” dalam Edukimia, 1.1

Hayati, Sri, Agus Setyo Budi, dan Erfan Handok. 2015. Pengembangan Media
Pembelajaran Flipbook Fisika Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik. In:
Seminar Nasional Fisika Ii. Universitas Negeri Jakarta.

Haratua TMS and Judyanto Sirait. Representations Based Physics Instruction to


Enhance Students Problem Solving. American Journal of Education Research Vol 4
No 1-4. 2016

Hidayat, A.dkk. Pengembangan buku elektronik interaktif pada materi fisika


kuantum kelas XII SMA. Jurnal Pendidikan Fisika Vol. V. No. 2. September 2017. h.
88-89.

Hobson, A. “Teaching Quantum Theory in the Introductory Course”. The Physics


Teacher, 1996.

112
Inhelder, Barbel dan Jean Piaget. The Growth of Logical Thinking From
Childhood to Adolescence: An Essay on The Construction of Formal Operational
Structures. Vol 22. Psychology Press. 1958.

Irwandi. Multirepresentasi Sebagai Alternatif Pembelajaran Dalam Fisika.


Jurnal al-Biruni 3 Vol 1,

Izsak, Andrew dan Miriam G. Sherin. Exploring the Use of New Representations
as a Resource for Teacher Learning. School Science and Mathematics.

Ketut, I Mahardika. 2012. REPRESENTASI MEKANIKA DALAM


PEMBAHASAN sebuah teori dan hasil penelitian pengembangan bahan ajar
mekanika, Jember: UPT Penerbitan UNEJ

Ketut, I Mahardika , dkk. Practicality of physics module based on contextual


learning accompanied by multiple representations in physics learning on senior high
school. Journal of Physics: Conference Series. 2020.

Kohl, Patrick B and Noah D Finkelstein. Effects of representation on student


solving physics problem: A fine-grained characterization. Physical Review Special
Topics-Physics Education Research 2. 2006.

Kohl, Patrick B and Noah D Finkelstein. Patter of multiple representation use by


experts and novices during physics problem solving. Physical Review Special Topics-
Physics Education Research 4. 2008.

Krane, Kenneth. 1992. Fisika Modern. Depok. UI Press.

Lima, Nathan Willig, dkk. Louis de Broglie’s wave-particle duality : from


textbook’s blackboxes to a chain of reference presentation. Revista Brasileira de
Ensino de Física, vol. 42, (2020)

Loriza, 2011. Penggunaan Pendekatan Multi Representasi pada Pembelajaran


Konsep Gerak untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Memperkecil Kuantitas
Mis konsepsi Peserta Didik SMP. Tesis Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung.

Lutfi, Achmad Nita Bintiningtiyas, “Pengembangan Permainan Varmintz


Chemistry Sebagai Media Pembelajaran Pada Materi Sistem Periodik Unsur,” Unesa
Journal of Chemical Education, 5.2 2016.

Mulyasa, E. 2004. Implementasi kurikulum 2004 panduan pembelajaran KBK,


Bandung: Remaja Rosdakarya.

113
Muzdalifah, Winda, dkk. Penerapan Pembelajaran Fisika Berbasis
Multirepresentasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Peserta Didik Kelas
X MIPA2 SMA Babussalam Pekanbaru. Jurnal Geliga Sains 6(2), 67-74, 2018

Narbuko, Cholid dan Abu Ahmadi. 2004. Metodologi Penelitian . Jakarta: PT.
Bumi Aksara.

Nawir, Muh. dkk. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student


Facilitator and Explaining terhadap Hasil Belajar Metematika Peserta Didik Kelas VIII
SMP Negeri 18 Lau Kabupaten Maros. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume
2, Nomor 2, Desember 2019

Prain, Vaughan dan Bruce Waldrip.(2006). An Exploratory Study of Teachers’


and Students’ Use of Multi-modal Representations of Concepts in Primary Science.
(International Journal of Science Education), Vol 28 No.15 (1843-1845)

P, Wachidah dan I Ketut Mahardika. Kegrafikaan Modul Pembelajaran Fisika


Berbasis Multirepresentasi. Seminar Nasional Fisika Dan Pembelajaraanya 2015.

Prastowo, Andi. 2015. Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif,


Yogyakarta: Divapress.

R. Richard Hake, “Analyzing Change/Gain Scores,” dalam Edukimia, 1.1


(2019).

Ramadayanty, Mazetha, Sutarno, Eko Risdianto. Pengembangan E-Modul Fisika


Berbasis Multiple Reprsentation Untuk Melatihkan Keterampilan Pemecahan Masalah
Siswa. Jurnal Kumparan Fisika, Vol. 4 No. 1, April 2021.

Ramadhan, Gilang. Analisis Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (High Order


Thingking Skills) menggunakan Instrumen Two Tier Multiple Choice Materi Konsep
dan Fenomena Kuantum Siswa SMA Di Kabupaten Cilacap. Unnes Physics
Educational Journal 7(3). 2018

Riadi, Edi Metode Statistika Parametrik & Non Parametrik, Tangerang: Pustaka
Mandiri, 2014.

Sakinah, Dyah I. P. 2020. Pengembangan Modul STEM Terintegrasi Kearifan


Lokal untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi
Gelombang Bunyi.

114
Saregar, Antomi. Pembelajaran pengantar fisika kuantum dengan memanfaatkan
media PHET Simulation dan LKM melalui pendekatan saintifik: dampak pada minat
dan penguasaan konsep mahasiswa. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 05 (1)
, 2016.

Serway, Raymond A., dkk. 2005 Modern Physics Third Edition. USA: Thomson
Learning Inc.

Siregar, Rustam E, 2010. Fisika Kuantum Teori dan Aplikasi, Bandung: UNPAD
PRESS

Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta CV.

Suryanda, Ade, dkk. 2019. Validasi Ahli pada Pengembangan Buku Saku Biologi
Berbasis Mind Map, Biodik: Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi.

Tipler, Paul A dan Ralph A. Llewellyn. 2008. Modern Physics Fifth Edition. New
York. W.H. Freeman and Company.

Thiagarajan, S., dkk. 1974, Instructional Development for Training Teacher of


Exceptional Children. Indiana :Indiana University.

Thornton, Stephen T dan Rex Andrew. 2013. Modern Physics for Scientists and
Engineers, Fourth Edition. USA. Cengage Learning.

Udasmoro, Wening. 2020. Gerak Kuasa : Politik Wacana, Identitas, dan Ruang/
Waktu dalam Bingkai Kajian Budaya dan Media. Jakarta : Kepustakaan Populer
Gramedia.

Van, Jan den Akker, Design Approaches and Tools in Education and Training,
Springer Science and Bussiness Media Dordrecht, 1999.

W. Lorin, Aderson, dkk. 2014. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran,


Pengajaran, dan Asesmen Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom diterjemahkan oleh
Agung Peihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wati, Gita. dkk. Pengaruh Pendekatan Multirepresentasi Terhadap Kemampuan


Kognitif Peserta Didik Pada Materi Momentum Dan Impuls. Diakses pada
jurnal.untan.ac.id pada 15 Juli 2022 Pukul 16.13 WIB

Yuliana, Haratua TMS, dan Haratua. (2017) Kemampuan Multirepresentasi


Siswa Smp Dalam Menyelesaikan Soal Pesawat Sederhana. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Khatulistiwa. Vol 6, No. 8 (1-9)

115
Yusup. M. 2009. Multirepresentasi Dalam Pembelajaran Fisika. h.2-3.
www.repository.unsri.ac.id. Diakses pada Kamis 26 Mei 2022 Pukul 14.33 WIB.

https://kbbi.kemdikbud.go.id/ diakses pada 2 Agustus 2021 pukul 21.00 wib.

116
LAMPIRAN A

Lampiran Studi Pendahuluan

1. Lampiran Wawancara Guru


2. Lampiran angket peserta didik
3. Lampiran hasil perhitungan
angket

117
Lampiran A.1 Lembar Wawancara Guru

LEMBAR WAWANCARA

WAWANCARA GURU

Identitas Bapak/Ibu Guru Mata Pelajaran Fisika

Nama :

Sekolah :

Alamat sekolah :

1. Kurikulum apa yang digunakan di sekolah tempat ibu/bapak mengajar?

2. Berapa jumlah jam pelajaran fisika per minggu ?

3. Apakah bapak/ibu menemukan kendala dalam penyampaian materi?

4. Apakah buku ajar yang digunakan dalam pembelajaran fisika?


a. Nama buku ajar :
b. Penerbit :
c. Penulis :
d. Tambahan :
5. Apakah bapak/ibu menemukan kendala dalam penggunaan buku ajar yang
digunakan ?

6. Apakah bapak/ibu selalu menggunakan dan berpedoman pada buku ajar setiap
mengajar?

7. Apakah semua peserta didik memiliki buku ajar tersebut?

118
8. Apakah buku ajar yang dipakai disekolah tempat bapak/ibu mengajar tersedia
aspek-aspek pendukung pemahaman seperti gambar,simbolik, grafik, dan
matematik?

9. Bagaimana pendapat ibu/bapak mengenai kemampuan representasi peserta didik


di sekolah ibu/bapak?

10. Bagaimana pendapat ibu/bapak tentang kesulitan peserta didik pada materi
fenomena kuantum?

11. Bagaimana pendapat ibu/bapak mengenai materi fenomena kuantum yang


dijadikan modul berbasis multirepresentasi ?

12. Bagaimana pendapat ibu/bapak mengenai modul berbasis multirepresentasi pada


materi fenomena kuantum dapat meningkatkan kemampuan representasi peserta
didik?

13. Bagaimana pendapat ibu/bapak apakah peserta didik anda membutuhkan bahan
ajar pendamping selain buku ajar?

14. Apakah bapak/ibu pernah membuat modul pembelajaran fisika?

15. Apakah bapak/ibu pernah membuat modul pembelajaran fisika berbasis


multirepresentasi? Jika Iya, maka kemukakan kelebihan dan kekurangan modul
yang pernah dibuat?

NIP:

119
HASIL WAWANCARA GURU

Identitas Bapak/Ibu Guru Mata Pelajaran Fisika

Nama :Gede Jawi Pintara, S.Pd.

Sekolah : SMA Darussalam

Alamat sekolah : Jl. PP. Darussalam Blokagung Tegalsari Banyuwangi.


Kodepos 68489.

No Pertanyaan Jawaban

1. Kurikulum apa yang digunakan di Kurikulum 2013 Revisi (K-13).


sekolah tempat ibu/bapak mengajar?

2. Berapa jumlah jam pelajaran fisika 4 Jam Pelajaran.


per minggu ?

3. Apakah bapak/ibu menemukan Tidak. Hanya saja harus benar-benar


kendala dalam penyampaian materi? memperhatikan media dan strategi belajar,
agar peserta didik memahami materi.

4. Apakah buku ajar yang digunakan 1. Buku Paket


dalam pembelajaran fisika? a. Nama buku ajar: Aktif dan kreatif
belajar fisika
b. Penerbit : Grafindo
c. Penulis : Ketut Kamajaya dan Wawan
Purnama
2. LKS
5. Apakah bapak/ibu menemukan Tidak.
kendala dalam penggunaan buku ajar
yang digunakan ?

6. Apakah bapak/ibu selalu Iya.


menggunakan dan berpedoman pada
buku ajar setiap mengajar?

120
7. Apakah semua peserta didik memiliki Iya.
buku ajar tersebut?

8. Apakah buku ajar yang dipakai Iya.


disekolah tempat bapak/ibu mengajar
tersedia aspek – aspek pendukung
pembelajaran seperti ketersediaan
gambar, simbolik, grafik, dan
matematik?

9. Bagaimana pendapat ibu/bapak Masih kurang dalam merepresentasikan


mengenai kemampuan pada beberapa bab. Karena tidak semua bab
multirepresentasi peserta didik di dapat dipahami dengan mudah fenomena-
sekolah ibu/bapak? fenomena yang terdapat di lingkungan
sekitar.

10. Bagaimana pendapat ibu/bapak Materi yang sangat abstrak


tentang kesulitan peserta didik pada
materi fenomena kuantum? Perhitungan yang asing bagi mereka, karena
baru mempelajarinya di SMA tanpa bekal di
SMP.

11. Bagaimana pendapat ibu/bapak Sangat bagus.


mengenai materi fenomena kuantum
yang dijadikan modul berbasis
multirepresentasi?

12. Bagaimana pendapat ibu/bapak Iya, apalagi dengan tambahan-tambahan


mengenai modul berbasis informasi seperti gambar sebagai
multirepresentasi pada materi pendukung pemahaman peserta didik.
fenomena kuantum dapat
meningkatkan kemampuan
representasi siswa?

13. Bagaimana pendapat ibu/bapak Iya, karena waktu belajar tatap muka yang
apakah peserta didik anda singkat, sehingga untuk pemahaman materi

121
membutuhkan bahan ajar membutuhkan banyak sumber untuk
pendamping selain buku belajar belajar.
peserta didik?

14. Apakah bapak/ibu pernah membuat Belum.


modul pembelajaran fisika?

15. Apakah bapak/ibu pernah membuat Belum.


modul pembelajaran fisika berbasis
multirepresentasi? Jika Iya, maka
kemukakan kelebihan dan
kekurangan modul yang pernah
dibuat?

122
HASIL WAWANCARA GURU

Identitas Bapak/Ibu Guru Mata Pelajaran Fisika

Nama : Naning Eni, S.Pd.

Sekolah : MA Al-Amiriyyah

Alamat sekolah : JL. PP. Darussalam Blokagung Tegalsari Banyuwangi,


Kodepos 68489

No Pertanyaan Jawaban

1. Kurikulum apa yang digunakan di Kurikulum 2013 Revisi (K-13).


sekolah tempat ibu/bapak mengajar?

2. Berapa jumlah jam pelajaran fisika 4 Jam Pelajaran.


per minggu ?

3. Apakah bapak/ibu menemukan Tidak.


kendala dalam penyampaian materi?

4. Apakah buku ajar yang digunakan 1. Buku Paket


dalam pembelajaran fisika? a. Nama buku ajar: Aktif dan
kreatif belajar fisika
b. Penerbit : Grafindo
c. Penulis : Ketut Kamajaya
dan Wawan Purnama
2. LKS
5. Apakah bapak/ibu menemukan Tidak. Hanya saja harus benar-benar
kendala dalam penggunaan buku ajar memperhatikan media dan strategi
yang digunakan ? belajar, agar peserta didik
memahami materi. Karena jika
hanya mengandalkan buku saja itu
kurang, karena informasi yang
diberikan kurang mencukupi.

6. Apakah bapak/ibu selalu Iya.


menggunakan dan berpedoman pada
buku ajar setiap mengajar?

123
7. Apakah semua peserta didik memiliki LKS : Memiliki semua
buku ajar tersebut?
Buku Paket : Tidak semua memiliki

8. Apakah buku ajar yang dipakai Iya.


disekolah tempat bapak/ibu mengajar
tersedia aspek – aspek pendukung
pembelajaran seperti
gambar,simbolik, grafik, dan
matematik (multirepresentasi) ?

9. Bagaimana pendapat ibu/bapak Masih kurang dalam


mengenai kemampuan merepresentasikan pada beberapa
multirepresentasi peserta didik di bab. Karena tidak semua bab dapat
sekolah ibu/bapak? dipahami dengan mudah fenomena-
fenomena yang terdapat di
lingkungan sekitar.

10. Bagaimana pendapat ibu/bapak Peserta didik kesulitan dalam


tentang kesulitan peserta didik pada memahami materi, karena
materi fenomena kuantum? pembahasannya mengenai atom
yang mana hal ini tidak dapat
diketahui secara langsung.

11. Bagaimana pendapat ibu/bapak Bagus.


mengenai materi fenomena kuantum
yang dijadikan modul berbasis
multirepresentasi?

12. Bagaimana pendapat ibu/bapak Baik, karena dapat menunjang


mengenai modul berbasis pemahaman peserta didik, dan
multirepresentasi pada materi pastinya informasi tambahan dalam
fenomena kuantum dapat modul dapat semakin memperkaya
meningkatkan kemampuan pengetahuan peserta didik.
representasi peserta didik?

124
13. Bagaimana pendapat ibu/bapak Iya, karena dapat dipelajari dengan
apakah siswa anda membutuhkan tanpa guru, sehingga bisa pula
bahan ajar pendamping selain buku digunakan sebagai tambahan sumber
belajar peserta didik? belajar dirumah.

14. Apakah bapak/ibu pernah membuat Belum.


modul pembelajaran fisika?

15. Apakah bapak/ibu pernah membuat Belum.


modul pembelajaran fisika berbasis
multirepresentasi? Jika Iya, maka
kemukakan kelebihan dan
kekurangan modul yang pernah
dibuat?

125
Lampiran A.2 Angket Peserta Didik

LEMBAR ANGKET UNTUK OBSERVASI PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA

ANGKET OBSERVASI UNTUK PESERTA DIDIK

Nama :

Kelas :

Sekolah :

Pilihlah jawaban dari beberapa alternatif jawaban yang telah disediakan dengan
memberi tanda silang pada salah satu alternatif jawaban sesuai dengan
pengalaman selama kegiatan pembelajaran.

1. Apakah anda memiliki buku ajar pada mata pelajaran fisika?


a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu.
2. Apakah buku ajar yang digunakan?
a. Buku paket atau buku Pocket b. LKS c. Keduanya
3. Apakah buku ajar yang digunakan sudah membantu pemahaman anda pada
konsep fisika?
a. Ya b. Tidak c. Kadang-Kadang
4. Apakah didalam buku teks belajar fisika yang anda miliki sekarang sudah
menyediakan gambar sebagai pendukung pemahaman ?
a. Ya b. Tidak c. Kadang-Kadang
5. Apakah didalam buku teks belajar fisika yang anda miliki sekarang sudah
menyediakan grafik sebagai pendukung pemahaman ?
a. Ya b. Tidak c. Kadang-Kadang

126
6. Apakah didalam buku teks belajar fisika yang anda miliki sekarang sudah
menyediakan simbol sebagai pendukung pemahaman ?
a. Ya b. Tidak c. Kadang-Kadang
7. Apakah didalam buku teks belajar fisika yang anda miliki sekarang sudah
menyediakan rumus-rumus sebagai pendukung pemahaman?
a. Ya b. Tidak c. Kadang-Kadang
8. Saya dapat mengubah informasi yang berbentuk verbal atau kalimat menjadi
gambar atau grafik.
a. Ya b. Tidak c. Kadang-Kadang
9. Saya dapat mengubah informasi yang berbentuk verbal atau kalimat menjadi
angka matematis.
a. Ya b. Tidak c. Kadang-Kadang
10. Saya dapat menerjemahkan informasi yang berbentuk gambar atau grafik
menjadi susunan kalimat verbal.
a. Ya b. Tidak c. Kadang-Kadang
11. Saya dapat mengubah informasi yang berbentuk gambar atau grafik menjadi
angka matematis.
a. Ya b. Tidak c. Kadang-Kadang
12. Saya dapat mengubah informasi yang berbentuk angka matematis menjadi
susunan kalimat.
a. Ya b. Tidak c. Kadang-Kadang
13. Saya dapat mengubah informasi yang berbentuk angka matematis menjadi
gambar atau grafik yang sesuai.
a. Ya b. Tidak c. Kadang-Kadang
14. Apakah anda tertarik belajar fisika dengan mempelajari suatu fenomena baru?
a. Ya b. Tidak c. Kadang-Kadang
15. Apakah anda menyukai materi fenomena fisika kuantum?
a. Ya b. Tidak c. Apa itu?

127
16. Apakah anda membutuhkan buku pendamping seperti modul sebagai bahan
belajar tambahan dirumah?
a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang

128
129
130
131
132
Lampiran A.3 Hasil Angket Studi Pendahuluan Peserta Didik

Total responden : 20 peserta didik

No. Pernyataan Ya Tidak Kadang-


kadang/ tidak
tahu/ ap aitu?

1. Apakah anda memiliki buku ajar pada mata 20 0 0


pelajaran fisika?

2. Apakah buku ajar yang digunakan sudah 3 2 15


membantu pemahaman anda pada konsep
fisika?

3. Apakah didalam buku teks belajar fisika 2 3 15


yang anda miliki sekarang sudah
menyediakan gambar sebagai pendukung
pemahaman?

4. Apakah didalam buku teks belajar fisika 5 3 11


yang anda miliki sekarang sudah
menyediakan grafik sebagai pendukung
pemahaman?

5. Apakah didalam buku teks belajar fisika 7 4 9


yang anda miliki sekarang sudah
menyediakan simbol sebagai pendukung
pemahaman?

6. Apakah didalam buku teks belajar fisika 14 0 6


yang anda miliki sekarang sudah

133
menyediakan rumus-rumus sebagai
pendukung pemahaman?

7. Saya dapat mengubah informasi yang 2 8 10


berbentuk verbal atau kalimat menjadi
gambar atau grafik.

8. Saya dapat mengubah informasi yang 2 2 16


berbentuk verbal atau kalimat menjadi
angka matematis.

9. Saya dapat menerjemahkan informasi yang 6 3 11


berbentuk gambar atau grafik menjadi
susunan kalimat verbal.

10. Saya dapat mengubah informasi yang 1 6 13


berbentuk gambar atau grafik menjadi
angka matematis.

11. Saya dapat mengubah informasi yang 7 6 7


berbentuk angka matematis menjadi
susunan kalimat.

12. Saya dapat mengubah informasi yang 5 2 13


berbentuk angka matematis menjadi
gambar atau grafik yang sesuai.

13. Apakah anda tertarik belajar fisika dengan 11 1 8


mempelajari suatu fenomena baru?

14. Apakah anda menyukai materi fenomena 3 4 13


fisika kuantum?

134
15. Apakah anda membutuhkan buku 15 2 3
pendamping seperti modul sebagai bahan
belajar tambahan dirumah?

Bahan ajar yang digunakan

No. Pernyataan Buku LKS Keduanya


Paket

1. Apakah buku ajar yang digunakan? 0 4 16

Banyuwangi, 3 Juni 2022

Peneliti,

Humnatul Haniyah

NIM : 11170163000029

135
LAMPIRAN B

Lampiran Pembuatan Modul

1. Lampiran Hasil Validasi Materi


2. Lampiran Hasil Validasi Media
3. Lampiran Hasil Validasi Bahasa
4. Lampiran Hasil Validasi Instrumen Tes
5. Lampiran Hasil Uji Lapangan
6. RPP
7. Kisi-Kisi Instrumen Tes

136
Lampiran B.1 Lembar Hasil Validasi Ahli Materi

137
138
139
140
141
142
143
144
Lampiran B.2 Hasil Validasi Ahli Materi

No. Komponen Hasil Skor Presentase Keterangan


maksimum (%)
1. Pendahuluan 30 32 93 Sangat
Layak

2. Pembelajaran 85 96 88,5 Sangat


Layak

3. Isi Materi 178 208 85,5 Sangat


Layak

4. Evaluasi 63 80 78,8 Sangat


Layak

5. Penutup 58 64 90,6 Sangat


Layak

Rata-Rata 87,2 Sangat


Layak

Garis Bilangan Komponen Pendahuluan


30
0 10 20 32

Nilai 30 merupakan nilai dalam kategori interval “baik dan sangat baik”.

145
Garis Bilangan Komponen Pembelajaran
85
0 30 50 96

Nilai 85 merupakan nilai dalam kategori interval “baik dan sangat baik”.

Garis Bilangan Komponen Isi Materi


178
0 38 108 208

Nilai 178 merupakan nilai dalam kategori interval “baik dan sangat baik”.

Garis Bilangan Komponen Evaluasi


63
0 29 46 80

Nilai 63 merupakan nilai dalam kategori interval “baik dan sangat baik”.

Garis Bilangan Komponen Penutup

0 22 40 58 64

146
Nilai 58 merupakan nilai dalam kategori interval “baik dan sangat baik”.

147
Hasil Setiap Butir Pernyataan Komponen Materi

N Nama Skor butir pernyataan


o
Pendahulua Pembelajaran Isi Materi
n

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1. Anugrah 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2
Azhar,
M.Si.

4 Gede 3 3 4 4 4 3 3 2 3 3 4 4 3 3 4
Jawi
Pintara,
S.Pd.

3. Ahmad 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4
Suryadi,
M.Pd.

4. Fuji 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2
Hernawat
i
Kusumah
, M.Si.

Jumlah 15 15 15 15 15 14 14 12 13 14 15 15 13 13 12

148
Presentase 93,75 93,75 93,7 93,7 93,7 87, 87, 75 81, 87, 93, 93,7 81,25 81,2 75
(%) 5 5 5 5 5 25 5 75 5 5

Keterangan SL SL SL SL SL SL SL L SL SL SL SL SL SL L

N Nama Skor butir pernyataan


o
Isi Materi Evaluasi Penutup

16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

1 Anugrah 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
. Azhar,
M.Si.

2 Gede 4 4 4 3 2 2 3 3 4 3 3 4 4 4 4
. Jawi
Pintara,
S.Pd.

3 Ahmad 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4
. Suryadi,
M.Pd.

4 Fuji 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 1 2 2 3 3
. Hernwati

149
Kusumah
, M.Si.

Jumlah 15 14 15 14 13 12 14 12 13 14 12 14 14 15 15

Presentase 93, 87,5 93,7 87,5 81,25 75 87, 75 81,2 87, 75 87,5 87, 93,7 93,
(%) 75 5 5 5 5 5 5 75

keterangan SL SL SL SL SL L SL L SL SL L SL SL SL SL

150
Lembar B.3 Lembar Validasi Ahli Media

151
152
INSTRUMEN PENILAIAN MODUL BERBASIS MULTIREPRESENTASI

(Untuk Ahli Media)

Nama : Dzikri Rahmat Romadhon, M.PFis

Asal Instansi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Judul : Pengembangan Modul Berbasis Multirepresentasi Pada Materi Fenomena Kuantum SMA/MA
Kelas XII

Penyusun : Humnatul Haniyah

Pembimbing : Fathiah Alatas, M.Si.

Petunjuk pengisian :

1. Lembar validasi ini diisi oleh ahli media.


2. Isilah nama dan asal instansi Bapak/Ibu pada tempat yang telah disediakan.
3. Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan.
4. Berikan pendapat Bapak/Ibu dengan jujur dan sebenarnya.
Kriteria Penilaian :

Skor 1 : Kurang Baik/ Kurang Benar/ Kurang Sesuai.

Skor 2 : Cukup.

Skor 3 : Baik/ Benar/ Jelas / Sesuai.

Skor 4 : Sangat Baik/ Sangat Benar/ Sangat Sesuai.

Instrumen Penilaian

No Pernyataan 1 2 3 4

Tampilan atau fisik

1. Pemilihan ukuran modul

2. Kesesuaian ukuran modul dengan tampilan isinya

3. Penempatan tata letak teks dan gambar pada sampul depan

4. Penggunaan dan kesesuaian warna

5. Pemilihan font huruf yang menarik dan mudah dibaca

153
6. Pusat pandang (center point) yang sesuai

7. Meminimalisir kombinasi jenis huruf

8. Ilustrasi menggambarkan isi modul

9. Tata letak yang konsisten

10. Perbedaan antar paragraf yang jelas

11. Margin yang sesuai

12. Margin antar dua halaman yang seimbang

13. Spasi yang sesuai

14. Hiasan atau ilustrasi disekitar teks tidak mengganggu

15. Penempatan judul bab, subbab, gambar, dan keterangan gambar


tidak membingungkan

16. Kesesuaian penggunaan variasi huruf (bold, italic, dll)

17. Penyajian gambar sesuai dengan keterangan

18. Penyajian gambar sesuai dengan isi materi

19. Kesinambungan antara gambar, verbal, dan rumus matematis.

Pemanfaatan

20. Mudah dalam penggunaan modul

21. Praktis dalam penggunaan modul

22. Mudah pencarian halaman dan judul modul

23. Gambar mempermudah pemahaman isi materi

24. Menarik peserta didik dari aspek warna, gambar, dan huruf

25. Kesesuaian dan kejelasan penggunaan bahasa dalam modul

Catatan/ Komentar/ Kritik/ Saran :

………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………

154
………………………………………………………………………………………………………………………
……….

Kesimpulan :

Bapak/ Ibu diperkenankan memberikan tanda checklist (√) untuk memberikan kesimpulan pada Modul Berbasis
Multirepresentasi ini.

Layak digunakan tanpa


revisi

Layak digunakan dengan


revisi sesuai saran

Tidak layak digunakan

………….………………………………………

Ahli Media,

155
INSTRUMEN PENILAIAN MODUL BERBASIS MULTIREPRESENTASI

(Untuk Ahli Media)

Nama : Reza Ruhbani Amarullah, M.Pd.

Asal Instansi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Judul : Pengembangan Modul Berbasis Multirepresentasi Pada Materi Fenomena Kuantum


SMA/MA Kelas XII

Penyusun : Humnatul Haniyah

Pembimbing : Fathiah Alatas, M.Si.

Petunjuk pengisian :

1. Lembar validasi ini diisi oleh ahli media.


2. Isilah nama dan asal instansi Bapak/Ibu pada tempat yang telah disediakan.
3. Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan.
4. Berikan pendapat Bapak/Ibu dengan jujur dan sebenarnya.
Kriteria Penilaian :

Skor 1 : Kurang Baik/ Kurang Benar/ Kurang Sesuai.

Skor 2 : Cukup.

Skor 3 : Baik/ Benar/ Jelas / Sesuai.

Skor 4 : Sangat Baik/ Sangat Benar/ Sangat Sesuai.

Instrumen Penilaian

No Pernyataan 1 2 3 4

Tampilan atau fisik

1. Pemilihan ukuran modul √

2. Kesesuaian ukuran modul dengan tampilan isinya √

3. Penempatan tata letak teks dan gambar pada sampul depan √

4. Penggunaan dan kesesuaian warna √

5. Pemilihan font huruf yang menarik dan mudah dibaca √

6. Pusat pandang (center point) yang sesuai √

156
7. Meminimalisir kombinasi jenis huruf √

8. Ilustrasi menggambarkan isi modul √

9. Tata letak yang konsisten √

10. Perbedaan antar paragraf yang jelas √

11. Margin yang sesuai √

12. Margin antar dua halaman yang seimbang √

13. Spasi yang sesuai √

14. Hiasan atau ilustrasi disekitar teks tidak mengganggu √

15. Penempatan judul bab, subbab, gambar, dan keterangan gambar √


tidak membingungkan

16. Kesesuaian penggunaan variasi huruf (bold, italic, dll) √

17. Penyajian gambar sesuai dengan keterangan √

18. Penyajian gambar sesuai dengan isi materi √

19. Kesinambungan antara gambar, verbal, dan rumus matematis. √

Pemanfaatan

20. Mudah dalam penggunaan modul √

21. Praktis dalam penggunaan modul √

22. Mudah pencarian halaman dan judul modul √

23. Gambar mempermudah pemahaman isi materi √

24. Menarik peserta didik dari aspek warna, gambar, dan huruf √

25. Kesesuaian dan kejelasan penggunaan bahasa dalam modul √

Catatan/ Komentar/ Kritik/ Saran :

Bedakan antara gambar, ilustrasi, sketsa, dan grafik.

Masih banyak gambar yang belum sesuai

Masih banyak redaksi yang kurang efisien dan kurang berkesinambungan.

Kurang menunjukan aspek multiple representasi, kebanyakan hanya tulisan dan satu representasi
gambar/grafik/sketsa, tidak berbeda dengan modul biasa.

Kesimpulan :
157
Bapak/ Ibu diperkenankan memberikan tanda checklist (√) untuk memberikan kesimpulan pada Modul
Berbasis Multirepresentasi ini.

Layak digunakan tanpa


revisi

Layak digunakan dengan √


revisi sesuai saran

Tidak layak digunakan

………….………………………………………

Ahli Media,

158
Lampiran B. 4 Hasil Validasi Ahli Media

No. Komponen Hasil Skor Presentase Keterangan


maksimum (%)
1. Tampilan/ fisik 195 228 85,5 Sangat
Layak

2. Pemanfaatan 62 72 86,1 Sangat


Layak

Rata-Rata 85,8 Sangat


Layak

Garis Bilangan Komponen Tampilan atau Fisik


195
0 63 129 228

Nilai 195 merupakan nilai dalam kategori interval “baik dan sangat baik”.

Garis Bilangan Komponen Pemanfaatan


62
0 20 40 72

Nilai 62 merupakan nilai dalam kategori interval “baik dan sangat baik”

159
Hasil Setiap Butir Pernyataan Komponen Media

N Nama Skor butir pernyataan


o
Tampilan atau fisik

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1. Dr. Tri 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Isti

4 Dzikri 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4
Rahmat
R.
MPFis.

3. Reza 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
Ruhbani
A. MPd.

Jumlah 11 10 11 10 10 9 11 9 11 11 10 10 11 10 11

Presentase 91,6 83,3 91,6 83,3 83,3 75 91, 75 91, 91, 83, 83,3 91,6 83,3 91,6
(%) 6 6 6 3

Keterangan SL SL SL SL SL L SL L SL SL SL SL SL SL SL

160
N Nama Skor butir pernyataan
o
Pemanfaatan

16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

1. Dr. Tri 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
Isti

2. Dzikri 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4
Rahmat
R,MPFis.

3. Reza 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2
Ruhbani
A, MPd.

Jumlah 10 10 10 10 11 11 11 10 9 10

Presentase 83,3 83,3 83,3 83,3 91,6 91,6 91,6 83,3 75 83,3
(%)

keterangan SL SL SL SL SL SL SL SL L SL

161
Lampiran B.5 Lembar Validasi Bahasa

INSTRUMEN PENILAIAN MODUL BERBASIS MULTIREPRESENTASI

(Untuk Ahli Bahasa)

Nama : Dr. Elvi Susanti, M.Pd.

Asal Instansi : PBSI FITK UIN Jakarta

Judul : Pengembangan Modul Berbasis Multirepresentasi pada Materi Fenomena Kuantum


SMA/MA Kelas XII

Penyusun : Humnatul Haniyah

Pembimbing : Fathiah Alatas, M.Si.

Petunjuk pengisian :

1. Lembar validasi ini diisi oleh ahli bahasa.


2. Isilah nama dan asal instansi Bapak/Ibu pada tempat yang telah disediakan.
3. Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan.
4. Berikan pendapat Bapak/Ibu dengan jujur dan sebenarnya.
Kriteria Penilaian :

Skor 1 : Kurang Baik/ Kurang Benar/ Kurang Sesuai.

Skor 2 : Cukup.

Skor 3 : Baik/ Benar/ Jelas / Sesuai.

Skor 4 : Sangat Baik/ Sangat Benar/ Sangat Sesuai.

Instrumen Penilaian

No Pernyataan 1 2 3 4

Komponen kesesuaian dengan perkembangan peserta didik

1. Kesesuaian dengan perkembangan intelektual peserta didik v

2. Kesesuaian dengan perkembangan emosional peserta didik v

Lugas

3. Kesesuaian struktur kalimat v

4. Keefiktifan kalimat v

5. Kebakuan kalimat v

162
Komunikatif

6. Informasi mudah dicerna dan dipahami v

7. Kesinambungan gambar dan materi v

Dialogis dan interaktif

8. Memotivasi peserta didik sehingga dapat memunculkan rasa ingin v


tahu atau respon

9. Mendorong peserta didik untuk berpikir v

Kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia

10. Kesesuaian pada tata bahasa (gramatikal) v

11. Penggunaan ejaan yang tepat v

12. Penggunaan tanda baca yang tepat v

Keruntutan dan keterpaduan alur berpikir

13. Pembahasan yang runtut antar-kalimat dan paragraf v

14. Pembahasan yang runtut antar subbab v

Penggunaan istilah, simbol atau lambang

15. Keajekan dalam penggunaan istilah v

16. Keajekan dalam penggunaan simbol atau lambang v

Catatan/ Komentar/ Kritik/ Saran :

Secara umum penggunaan bahasa Indonesia Humnatul cukup baik. Namun perlu diperhatikan lagi soal
pemakaian ejaan, terutama kata”di”, baik sebagai kata depan, maupun kata berimbuhan.

Kesimpulan :

Bapak/ Ibu diperkenankan memberikan tanda checklist (√) untuk memberikan kesimpulan pada Modul
Berbasis Multirepresentasi ini.

Layak digunakan tanpa


revisi

Layak digunakan dengan v


revisi sesuai saran

Tidak layak digunakan

163
Jakarta, 15 April 2022

Ahli Bahasa,

164
INSTRUMEN PENILAIAN MODUL BERBASIS MULTIREPRESENTASI

(Untuk Ahli Bahasa)

Nama : Syihaabul Hudaa, M.Pd

Asal Instansi : Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta

Judul : Pengembangan Modul Berbasis Multirepresentasi Pada Materi Fenomena Kuantum


SMA/MA Kelas XII

Penyusun : Humnatul Haniyah

Pembimbing : Fathiah Alatas, M.Si.

Petunjuk pengisian :

1. Lembar validasi ini diisi oleh ahli bahasa.


2. Isilah nama dan asal instansi Bapak/Ibu pada tempat yang telah disediakan.
3. Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan.
4. Berikan pendapat Bapak/Ibu dengan jujur dan sebenarnya.
Kriteria Penilaian :

Skor 1 : Kurang Baik/ Kurang Benar/ Kurang Sesuai.

Skor 2 : Cukup.

Skor 3 : Baik/ Benar/ Jelas / Sesuai.

Skor 4 : Sangat Baik/ Sangat Benar/ Sangat Sesuai.

Instrumen Penilaian

No Pernyataan 1 2 3 4

Komponen kesesuaian dengan perkembangan peserta didik

1. Kesesuaian dengan perkembangan intelektual peserta didik √

2. Kesesuaian dengan perkembangan emosional peserta didik √

Lugas

3. Kesesuaian struktur kalimat √

4. Keefektifan kalimat √

5. Kebakuan kalimat √

165
Komunikatif

6. Informasi mudah dicerna dan dipahami √

7. Kesinambungan gambar dan materi √

Dialogis dan interaktif

8. Memotivasi peserta didik sehingga dapat memunculkan rasa ingin √


tahu atau respon

9. Mendorong peserta didik untuk berpikir √

Kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia

10. Kesesuaian pada tata bahasa (gramatikal) √

11. Penggunaan ejaan yang tepat √

12. Penggunaan tanda baca yang tepat √

Keruntutan dan keterpaduan alur berpikir

13. Pembahasan yang runtut antar kalimat dan paragraf √

14. Pembahasan yang runtut antar subbab √

Penggunaan istilah, simbol atau lambang

15. Keajekan dalam penggunaan istilah √

16. Keajekan dalam penggunaan simbol atau lambang √

Catatan/ Komentar/ Kritik/ Saran :

Perhatikan kembali kaidah penulisan tanda baca, kata baku, konjungsi, dan tata bahasa lainnya. Silakan
mengacu ke dalam kaidah KBBI dan PUEBI.

Kesimpulan :

Bapak/ Ibu diperkenankan memberikan tanda checklist (√) untuk memberikan kesimpulan pada Modul
Berbasis Multirepresentasi ini.

Layak digunakan tanpa


revisi

Layak digunakan dengan √


revisi sesuai saran

Tidak layak digunakan

166
Jakarta, 28-03-2022

Ahli Bahasa,

167
Lampiran B. 6 Hasil Validasi Ahli Bahasa

No. Komponen Hasil Skor Presentase Keterangan


maksimum (%)
1. Kesesuaian 16 16 100 Sangat
dengan Layak
perkembangan
peserta didik
2. Lugas 22 24 91 Sangat
Layak

3. Komunikatif 16 16 100 Sangat


Layak

4. Dialogis dan 16 16 100 Sangat


Interaktif Layak

5. Kesesuaian 20 24 83 Sangat
dengan kaidah Layak
bahasa Indonesia
6. Keruntutan dan 16 16 100 Sangat
keterpaduan alur Layak
berpikir
7. Penggunaan 16 16 100 Sangat
istilah, simbol Layak
atau lambang
Rata-Rata 96,2 Sangat
Layak

Garis Bilangan Komponen Kesesuaian Dengan Perkembangan Peserta Didik


16
0 5 10

168
Nilai 16 merupakan nilai dalam kategori interval “sangat baik”.

Garis Bilangan Komponen Lugas


22
0 8 16 24

Nilai 22 merupakan dalam kategori interval “sangat baik dan baik”.

Garis Bilangan Komponen Komunikatif


16
0 5 10

Nilai 16 merupakan dalam kategori interval “sangat baik”.

Garis Bilangan Komponen Dialogis dan Interaktif


16
0 5 10

Nilai 16 merupakan dalam kategori interval “sangat baik”.

Garis Bilangan Komponen Kesesuaian Dengan Kaidah Bahasa Indonesia


20
0 8 15 24

169
Nilai 20 merupakan dalam kategori interval “sangat baik dan baik”

Garis Bilangan Komponen Keruntutan Dan Keterpaduan Alur Berpikir


16
0 5 10

Nilai 16 merupakan dalam kategori interval “sangat baik”

Garis Bilangan Komponen Penggunaan Istilah, Simbol Atau Lambang


16
0 5 10

Nilai 16 merupakan dalam kategori interval “sangat baik”

170
Hasil Setiap Butir Pernyataan Komponen Bahasa

N Nama Skor butir pernyataan


o
Kesesuaian Lugas Komunik Dialog Kesesuaian Keruntutan Penggunaa
dengan atif dan Dengan Kaidah dan n Istilah,
Perkembang interakti Bahasa Keterpadua Simbol dan
an Peserta f Indonesia n Alur Lambang
Didik Berpikir

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1. Dr. Elvi 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
Susanti,
M.Pd.

4 Syihaabul 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4
Hudaa,
M.Pd.

Jumlah 8 8 7 7 8 8 8 8 8 8 6 6 8 8 8 8

Presentase 100 100 87,5 87,5 100 100 100 10 10 10 75 75 100 100 100 100
(%) 0 0 0

Keterangan SL SL SL SL SL SL SL SL SL SL L L SL SL SL SL

171
Lampiran B.7 Lembar Hasil Validasi Instrumen Tes

LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN TES KEMAMPUAN MULTIREPRESENTASI

(Materi Fenomena Kuantum)

Nama : Reza Ruhbani Amarulloh

Asal Instansi : UIN Jakarta

Petunjuk pengisian :

1. Isilah nama dan asal instansi Bapak/Ibu pada tempat yang telah disediakan.
2. Periksa dan analisis setiap butir soal berdasarkan kriteria atau aspek yang terdapat pada format
terlampir.
3. Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan
4. Beri alasan atau masukan pendapat pada kolom komentar dari tiap-tiap butir soalnya.
5. Berikan pendapat Bapak/Ibu dengan jujur dan sebenarnya

Kriteria Penilaian :

Skor 1 : Tidak Valid/ Tidak Relevan

Skor 2 : Kurang Valid/ Kurang Relevan

Skor 3 : Cukup Valid/ Cukup Relevan

Skor 4 : Valid/ Relevan

Skor 5 : Sangat Valid / Sangat Relevan

No Skor Validitas Butir Soal Dengan Aspek Komentar


soal Multirepresentasi

1 2 3 4 5

1. √ Kurang sesuai dengan aspek


multiple representasi yaitu
mempresentasikan kembali konsep
yang sama melalui berbagai bentuk

2. √ Nilai T tidak memenuhi hukum


pergeseran wien 𝑚 T = 2,9 10−3
m.K
Grafik kurang sesuai, antara suhu
6960 dengan 5800 perbandinganya
1,18 jika dipangkatkan 4 menjadi 2,

172
seharusnya grafik bintang Z 2 kali
lipat lebih luas daripada grafik
matahari.

3. √ Kurang sesuai dengan aspek


multiple representasi yaitu
mempresentasikan kembali konsep
yang sama melalui berbagai bentuk.
Bedakan pengertian gambar dengan
grafik
Representasi yang disajikan pada
jawaban hanya matematis saja.

4. √ Kurang sesuai dengan aspek


multiple representasi yang
dikerjakan siswa di soal tersebut
hanya menafsirkan grafik.
Alasan Jawaban tidak sesuai dengan
pertanyaan.

5. √ Kurang sesuai dengan aspek


multiple representasi, selain
representasi matematis seharusnya
siswa juga dituntut menunjukan
representasi lain.

………………………………………

173
174
175
176
177
178
179
Lampiran B.8 Hasil Perhitungan Aiken’s V

No.Soal Validator ∑ AVG Selisih ∑S V Kategori

R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7

1 5 2 2 1 4 5 3 22 3.14 4 1 1 0 3 4 2 15 0.535714 Sedang

2 5 1 4 1 4 5 4 24 3.43 4 0 3 0 3 4 3 17 0.607143 Sedang

3 5 2 4 4 4 4 3 26 3.71 4 1 3 3 3 3 2 19 0.678571 Sedang

4 5 2 4 1 4 4 4 24 3.43 4 1 3 0 3 3 3 17 0.607143 Sedang

5 5 2 4 1 4 5 4 25 3.57 4 1 3 0 3 4 3 18 0.642857 Sedang

180
Lampiran B.9 Hasil Kemampuan Multirepresentasi Peserta didik

Pretest

Tipe representasi No. Jumlah peserta didik yang memperoleh Skor yang diperoleh Kemampuan Kategori
soal peserta didik/skor multirepresentasi
0 1 2 3 ideal

Verbal 1 0 7 1 12 45/60 75% Sedang

Verbal-matematis 2 5 8 7 0 22/60 36% Rendah


dan grafik

Grafik - matematis 3 13 2 5 0 12/60 20% Rendah

Grafik- Verbal 4 9 4 0 7 25/60 42% Rendah

5 10 0 10 0 20/60 33% Rendah


Verbal- Matematis
Rata-rata 41,2% Rendah

181
Posttest

Tipe representasi No. Jumlah peserta didik yang memperoleh Skor yang diperoleh Kemampuan kategori
soal peserta didik/skor multirepresentas
0 1 2 3 ideal i

Verbal 1 0 2 0 18 56/60 93% Tinggi

Verbal-matematis dan 2 5 6 9 0 24/60 40% Rendah


grafik

Grafik - matematis 3 7 5 8 0 21/60 35% Rendah

Grafik- Verbal 4 5 5 0 10 35/60 58% Sedang

5 8 3 6 3 24/60 40% Rendah


Verbal- Matematis
Rata-rata 53,2% Sedang

182
Lampiran B.10 Hasil Efektivitas Kemampuan Multirepresentasi Peserta Didik

No. Responden Kelas Sekolah Skor d = X2-X1 N-Gain Kriteria N-Gain

Pretest posttest

1. P1 XII SMA Darussalam 5 7 2 0,2 Rendah

2. P2 XII SMA Darussalam 2 6 4 0,3 Sedang

3. P3 XII SMA Darussalam 1 6 5 0,35 Sedang

4. P4 XII SMA Darussalam 2 6 4 0,3 Sedang

5. P5 XII SMA Darussalam 1 5 4 0,3 Sedang

6. P6 XII SMA Darussalam 3 7 4 0,3 Sedang

7. P7 XII SMA Darussalam 3 7 4 0,3 Sedang

8. P8 XII SMA Darussalam 7 9 2 0,25 Rendah

9. P9 XII SMA Darussalam 2 5 2 0,1 Rendah

10. P10 XII SMA Darussalam 3 5 2 0,1 Rendah

11. P11 XII SMA Darussalam 3 7 4 0,3 Sedang

12. P12 XII SMA Darussalam 5 7 2 0,2 Rendah

13. P13 XII MA Al- Amiriyyah 9 11 2 0,33 Sedang

14. P14 XII MA Al- Amiriyyah 11 12 2 0,2 Rendah

15. P15 XII MA Al- Amiriyyah 10 10 0 0 Rendah

16. P16 XII MA Al- Amiriyyah 7 11 4 0,5 Sedang

183
17. P17 XII MA Al- Amiriyyah 12 14 2 0,66 Sedang

18. P18 XII MA Al- Amiriyyah 12 14 2 0,66 Sedang

19. P19 XII MA Al- Amiriyyah 10 12 2 0,4 Sedang

20. P20 XII MA Al- Amiriyyah 11 13 2 0,5 Sedang

G-Avg 0,35 Sedang

184
Lampiran B.11 Lembar Angket Respon Peserta Didik

185
186
187
188
B.12 Hasil Angket Respon Peserta Didik

Responden Kelas Sekolah Skor Butir Pernyataan

Kemudahan kemenarikan Materi Bahasa


Penggunaan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

P1 XII MIPA SMA 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4


3 Darussalam

P2 XII MIPA SMA 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3


3 Darussalam

P3 XII MIPA SMA 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2


3 Darussalam

P4 XII MIPA SMA 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2


3 Darussalam

P5 XII MIPA SMA 3 3 3 3 4 1 3 3 3 4 3 2 3 3


3 Darussalam

P6 XII MIPA SMA 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3


3 Darussalam

P7 XII MIPA SMA 3 2 3 1 4 3 1 3 2 3 3 2 3 3


3 Darussalam

P8 XII MIPA SMA 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3


3 Darussalam

P9 XII MIPA SMA 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3


3 Darussalam

189
P10 XII MIPA SMA 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3
3 Darussalam

P11 XII MIPA SMA 3 2 3 2 3 3 2 3 2 1 2 3 4 3


3 Darussalam

P12 XII MIPA SMA 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3


3 Darussalam

P13 XII MIA 2 MA Al- 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3


Amiriyyah

P14 XII MIA 2 MA Al- 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4


Amiriyyah

P15 XII MIA 2 MA Al- 2 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3


Amiriyyah

P16 XII MIA 2 MA Al- 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3


Amiriyyah

P17 XII MIA 2 MA Al- 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4


Amiriyyah

P18 XII MIA 2 MA Al- 3 2 2 3 4 4 3 3 3 3 2 2 3 3


Amiriyyah

P19 XII MIA 2 MA Al- 3 3 3 2 4 2 3 2 3 3 2 2 3 3


Amiriyyah

P20 XII MIA 2 MA Al- 3 2 2 4 4 4 3 4 4 2 2 2 2 3


Amiriyyah

total 59 50 58 60 70 58 55 58 60 58 54 49 61 61

Skor maksimum per-Komponen 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80

190
Presentase (%) 73,8 62,5 72,5 75 87,5 72,5 68,8 72,5 75 72,5 67,5 61,3 76,3 76,3

kriteria CP CP CP CP SP CP CP CP CP CP CP CP CP CP

Lampiran B.13 Lembar Angket Respon Guru

191
192
B.14 Hasil Angket Respon Guru

Responden Sekolah Skor Butir Pernyataan

Kemudahan kemenarikan Materi Bahasa


Penggunaan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Guru 1 SMA 3 4 4 3 4 2 3 4 3 3 4
Darussalam

Total 3 4 4 3 4 2 3 4 3 3 4

Total Skor Per-Komponen 11 12 7 7

Skor maksimum per- 12 16 8 8


Komponen

Presentase (%) 91,6 75 87,5 87,5

Kriteria Sangat Praktis Cukup Praktis Sangat Praktis Sangat Praktis

193
Lampiran B.15 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Kurikulum 2013- Revisi

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas : XII MIPA 3

Materi : Fenomena Kuantum

Alokasi Waktu : 4 x 45 menit / 2 Pertemuan

A. Kompetensi Inti
KI-1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI-2: Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli


(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI-3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis dan mengevaluasi


pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada
tingkat teknis berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI-4: Menunjukkan keterampilan mengolah, menalar, menyaji, dan


mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

194
pengembangan dar i yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri
serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi Dasar

3.8 Menjelaskan secara kualitatif 1. Mengilustrasikan konsep radiasi


gejala kuantum yang mencakup benda hitam.
sifat radiasi benda hitam, efek 2. Menyimpulkan faktor-faktor yang
fotolistrik, efek Compton, dan mempengaruhi radiasi benda hitam
sinar X dalam kehidupan sehari- berdasarkan Hukum Stefan-
hari. Boltzmann.
3. Menafsirkan grafik Hukum
Pergeseran Wien.
4. Mengaitkan konsep radiasi benda
hitam dari masa ke masa hingga
sampai pada teori kuantum Max
Planck.
5. Menggambarkan konsep efek
fotolistrik beserta penerapannya pada
kehidupan sehari-hari.
6. Menggambarkan konsep produksi
sinar X beserta contoh penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari.
7. Memecahkan permasalahan mengenai
konsep efek Compton terkait panjang
gelombang sinar X.
8. Mengingat kembali mengenai materi
dualisme gelombang partikel.
C. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan ke - 1 (2 Jam pelajaran @ 45 Menit )
Melalui pendekatan pembelajaran Saintifik pada materi Fenomena kuantum
diharapkan peserta didik mampu menjelaskan secara kualitatif gejala kuantum
yang mencakup penjelasan mengenai radiasi benda hitam, perkembangan
penemuan mengenai radiasi benda hitam, dan fenomena radiasi benda hitam dalam
kehidupan sehari-hari.
Pertemuan ke - 2 ( 2 jam pelajaran @45 menit)
Melalui pedekatan pembelajaran Saintifik pada materi Fenomena kuantum
diharapkan peserta didik mampu Menjelaskan secara kualitatif gejala kuantum
yang mencakup efek fotolistrik, sinar X, efek Compton, dan dualisme gelombang
partikel, serta contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

D. Uraian Materi

195
1. Fakta
• Warna api yang berbeda-beda pada saat kompor gas dinyalakan.
• Warna besi ketika dipanaskan, semakin lama dibakar pada suatu titik
maka warnanya akan terus berubah.
• Ketika meletakkan kardus yang diberi lubang diruang terbuka yang
kemudian terkena sinar matahari maka isi kardus terlihat berwarna hitam
apabila dilihat dari lubang.
• Panel surya sebagai energi terbarukan dengan menghasilkan listrik dari
sinar matahari.
• Sinar X sangat berguna untuk banyak bidang, seperti rontgen pada
bidang kesehatan, metal detector pada bidang keamanan, membentuk
bibit yang berkualitas dalam bidang pertanian, dan penghilang bakteri
jahat untuk makanan kaleng dalam bidang industri.
2. Konsep
• Radiasi benda hitam
• Konsep foton
• Dualisme gelombang partikel
3. Prinsip
• Hukum Stefan-Blotzmann
• Hukum pergeseran Wien
• Hukum Rayleigh-Jeans
• Teori Planck tentang radiasi benda hitam
• Efek Fotolistrik
• Produksi sinar X
• Efek Compton
• Prinsip ketidakpastian Heisenberg

E. Pendekatan Dan Model/Metode Pembelajaran


Pendekatan pembelajaran : Saintifik
Metode : Ceramah, diskusi.

F. Media Dan Alat Pembelajaran


1. Modul : 1 buah
2. Whiteboard : 1 buah
3. Spidol whiteboard : 1 buah
4. Proyektor : 1 buah
5. Laptop : 1 buah

G. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Pertemuan 1 (2 x 45 menit)

196
Tahapan No Langkah-Langkah Pembelajaran Waktu
.
Guru Peserta Didik

Pembuka Orientasi 1. Mengajak peserta Dipimpin oleh 15


an didik untuk berdoa ketua kelas menit
bersama. untuk berdoa.

2. Mengkondisikan kelas Mengikuti


agar peserta didik siap arahan dari
mengikuti guru dan
pembelajaran. mempersiapkan
diri untuk
memulai
pembelajaran.

3. Menanyakan Menjawab
kehadiran peserta siapa saja yang
didik. hadir dan tidak
hadir beserta
alasannya.

Apersepsi 4. Menggali pengetahuan Mendengarkan


awal peserta didik dan menjawab
dengan mengajukan pertanyaan
pertanyaan, “pernah yang diajukan
kah kalian melihat oleh guru
warna api pada saat
kompor gas
dinyalakan? Warna
apakah yang muncul
dari tungku kompor?
Mengapa warna api
pada kompor gas
berbeda-beda? Lebih
panas mana api yang
berwarna biru atau
merah? ”

Motivasi 5. Memberikan Menyimak


gambaran tentang penjabaran
manfaat mempelajari guru ketika

197
pelajaran yang akan menyampaikan
dipelajari. tentang manfaat
mempelajari
pelajaran yang
akan dipelajari.

Inti Mengamati 6. Memberikan stimulus Menyimak 60


pada peserta didik penjabaran menit
untuk memusatkan guru.
perhatian pada topik
materi Radiasi Benda
Hitam.

7. Meminta kepada Mengamati


peserta didik untuk video yang
melihat video telah di
mengenai radiasi intruksikan
benda hitam yang oleh guru
ditunjukkan.

Menanya 8. Mendorong peserta Peserta didik


didik untuk bertanya bertanya
mengenai permasalah mengenai hal
yang disajikan yang berkaitan
berdasarkan video dengan video.

Mencoba atau 9. Menginstruksikan Mengidentifika


mengumpulk untuk mengumpulkan si masalah dan
an informasi informasi melalui mengumpulkan
buku dan referensi lain informasi yang
untuk menyelesaikan dibutuhkan
masalah yang melalui buku
berkaitan dengan dan referensi
video. lain untuk
menyelesaikan
masalah yang
berkaitan
dengan video.

Mengasosiasi 10. Mengintruksikan Tiap kelompok


atau menalar untuk menganalisis menganalisis
atau mengolah informasi yang

198
informasi yang telah telah diperoleh
diperoleh dari dari referensi
referensi sumber sumber.

Mengomunik 11. Meminta perwakilan Perwakilan


asikan kelompok untuk kelompok
memaparkan hasil memaparkan
temuan analisisnya. hasil temuan
analisisnya.

12. Memberikan refleksi Menyimak dan


dan evaluasi hasil mendengar
peserta didik. evaluasi hasil
yang telah di
paparkan.

Penutup Evaluasi 13. memberikan evaluasi Mengerjakan 15


berupa test yang sesuai test evaluasi menit
dengan indikator yang diberikan.
pencapaian
kompetensi

Kesimpulan 14. Membimbing peserta Membuat


didik dalam kesimpulan
mengambil sebuah mengenai
kesimpulan mengenai materi radiasi
materi radiasi benda benda hitam
hitam

Memberikan 15. Menyampaikan Mendengarkan


tindak lanjut. rencana pembelajaran penjelasan
pada pertemuan dengan
berikutnya. seksama.

2. Pertemuan 2 (2 x 45 menit)
Tahapan No Langkah-Langkah Pembelajaran Waktu
.
Guru Peserta Didik

199
Pembuka Orientasi 1. Mengajak peserta Dipimpin oleh 15
an didik untuk berdoa ketua kelas menit
bersama. untuk berdoa.

2. Mengkondisikan kelas Mengikuti


agar peserta didik siap arahan dari
mengikuti guru dan
pembelajaran. mempersiapkan
diri untuk
memulai
pembelajaran.

3. Menanyakan Menjawab
kehadiran peserta siapa saja yang
didik. hadir dan tidak
hadir beserta
alasannya.

Apersepsi 4. Menggali pengetahuan Mendengarkan


awal peserta didik dan menjawab
dengan mengajukan pertanyaan
pertanyaan, yang diajukan
“pernahkah kalian oleh guru
melihat alat rontgen di
RS? Untuk apa alat
rontgen itu?
Bagaimana cara kerja
rontgen?”

Motivasi 5. Memberikan Menyimak


gambaran tentang penjabaran
manfaat mempelajari guru ketika
pelajaran yang akan menyampaikan
dipelajari. Dan tentang manfaat
fenomena-fenomena mempelajari
terkait materi. pelajaran yang
akan dipelajari.

Inti Mengamati 6. Memberikan stimulus Menyimak 60


(pendeka pada peserta didik penjabaran menit
untuk memusatkan guru
perhatian pada topik

200
tan materi efek foto
saintifik) listrik, produksi sinar
X, efek Compton,
dualisme gelombang
partikel dan prinsip
ketidakpastian
Heisenberg

7. Meminta kepada Mengamati


peserta didik untuk video yang
melihat video yang telah di
ditunjukkan. tunjukkan oleh
guru

Menanya 8. Mendorong peserta Bertanya


didik untuk bertanya mengenai hal
mengenai permasalah yang berkaitan
yang disajikan dengan
berdasarkan video pemecahan
masalah yang
terdapat pada
video.

Mencoba atau 9. Menginstruksikan Mengidentifika


mengumpulk untuk mengumpulkan si masalah dan
an informasi informasi melalui informasi yang
buku dan referensi lain dibutuhkan
untuk menyelesaikan melalui buku
masalah yang dan referensi
berkaitan dengan lain untuk
video. menyelesaikan
masalah yang
berkaitan
dengan video.

Mengasosiasi 10. Mengintruksikan Tiap kelompok


atau menalar setiap kelompok untuk menganalisis
menganalisis atau dan menyusun
mengolah informasi informasi yang
dan Menyusun telah diperoleh.

201
informasi yang telah
diperoleh

Mengomunik 11. Meminta perwakilan Perwakilan


asikan peserta didik untuk kelompok
memaparkan hasil memaparkan
diskusi. hasil diskusi
kelompoknya.

12. Memberikan refleksi Menyimak dan


dan evaluasi hasil mendengar
diskusi peserta didik. evaluasi hasil
diskusi yang
telah di
paparkan.

Penutup Evaluasi 13. memberikan evaluasi Mengerjakan 15


berupa test yang sesuai test evaluasi menit
dengan indikator yang diberikan.
pencapaian
kompetensi

Kesimpulan 14. Membimbing peserta Membuat


didik dalam kesimpulan
mengambil sebuah mengenai
kesimpulan mengenai materi produksi
materi efek fotolistrik, sinar X, efek
produksi sinar X, efek Compton,
Compton, dualisme dualisme
gelombang partikel gelombang
dan prinsip partikel dan
ketidakpastian prinsip
Heisenberg. ketidakpastian
Heisenberg.

Memberikan 16. Menyampaikan Mendengarkan


tindak lanjut. rencana penugasan penjelasan
tentang penerapan dengan
efek fotolistrik, efek seksama.
compton, dan produksi

202
sinar X dalam
kehidupan sehari-hari.

203
Lampiran B.16 Kisi-Kisi Instrumen Tes

No Materi Aspek Indikator soal Soal Jawaban skor


multirepresentasi

1. Radiasi Verbal - verbal Disajikan Laila melakukan pengamatan Suhu permukaan lebih tinggi Skor 0 (missing): jika tidak
benda sebuah kasus. luar angkasa menggunakan dimiliki oleh bintang A, hal ini ada representasi yang
hitam Peserta didik teleskop. Dalam karena warna biru pada bintang A dibentuk peserta didik atau
mampu pengamatannya, Laila menunjukkan warna pijar suatu jawaban kosong.
menjelaskan melihat dua buah bintang benda panas terhadap suhuunya.
fenomena ilmiah dengan warna cahaya yang Secara literatur spektrum warna Skor 1 (inadequate): Jika
yang terjadi berbeda. Bintang A berwarna biru dapat ditaksir suhunya menunjukkan beberapa
pada api kompor biru dan bintang B berwarna kisaran 8000K. sedangkan warna informasi penting tidak
orange. Berdasarkan merah-orange berkisar 2000K. ditampilkan pada
informasi ini manakan representasi yang dibuat
bintang yang memiliki suhu peserta didik atau
permukaan yang lebih mengandung kekeliruan
tinggi? Jelaskan alasannya. yang besar.

Skor 2 (need
improvement): Jika
representasi yang dibentuk
peserta didik sudah
mewakili sebagian besar
atau seluruh informasi

204
yang disajikan namun
masih kurang jelas.

Skor 3 (adequate) berarti


semua informasi penting
ditampilkan pada
representasi yang dibentuk,
terorganisir dan jelas.

2. Hukum Verbal-matematis Disajikan Suhu permukaan matahari Diket : Skor 0 (missing): jika tidak
Pergeseran dan grafik perbandingan yaitu sebesar 5800K dan ada representasi yang
Wien dua buah panjang gelombang saat Tm = 5800K dibentuk peserta didik atau
bintang. Peserta intensitas maksimum adalah 𝜆𝑏 = 5 𝑛𝑚 = 0,5Å = 0,5 × jawaban kosong.
didik mampu 6 nm. Saat yang sama suhu 10−10 𝑚
menghitung permukaan bintang Z dengan 𝜆𝑚 = 6 𝑛𝑚 = 0,6Å = 0,6 × Skor 1 (inadequate): Jika
suhu sebuah puncak panjang gelombang 5 10−10 𝑚 menunjukkan beberapa
bintang dengan nm adalah… Gambarkan Tb? informasi penting tidak
perbandingan grafik dari kedua bintang ini 𝜆𝑚 𝑇𝑏 ditampilkan pada
= 𝑇𝑚
𝜆𝑏 representasi yang dibuat
suhu dan sesuai grafik hukum 0,6×10−10 𝑚 𝑇𝑏
panjang pergeseran Wien… = peserta didik atau
0,5×10−10 𝑚 5800𝐾
gelombang. 0,6×10−10 𝑚×5800𝐾 mengandung kekeliruan
𝑇𝑏 = yang besar.
0,5×10−10 𝑚

𝑇𝑏 = 6960 𝐾 Skor 2 (need


improvement): Jika
representasi yang dibentuk

205
peserta didik sudah
mewakili sebagian besar
atau seluruh informasi
yang disajikan namun
masih kurang jelas.

Skor 3 (adequate) berarti


semua informasi penting
ditampilkan pada
representasi yang dibentuk,
terorganisir dan jelas.

3. Efek Grafik - matematis Disajikan Perhatikan grafik hubungan Diket : Skor 0 (missing): jika tidak
fotolistrik sebuah grafik. Energi kinetik maksimum 𝐸𝑘 = 6,4 × 10−19 𝐽 ada representasi yang
Peserta didik fotoelektron terhadap 𝑊0 = −2,56 × 10−19 𝐽 dibentuk peserta didik atau
mampu frekuensi sinar yang ℎ = 6,63 × 10−34 𝐽𝑠 jawaban kosong.
menghitung dan digunakan pada efek ditanya : 𝑓?
mengidentifikasi fotolistrik berikut : Skor 1 (inadequate): Jika
𝐸𝐾 = ℎ𝑓1 − 𝑊0
indikator pada 𝐸𝐾𝑚𝑎𝑘𝑠 −𝑊0 menunjukkan beberapa
𝑓1 = informasi penting tidak

grafik.
6,4×10−19 𝐽−(−2,56×10−19 𝐽) ditampilkan pada
𝑓1 = 6,63 ×10−34 𝐽𝑠
15
representasi yang dibuat
𝑓1 = 1,35 × 10 𝐻𝑧
peserta didik atau

206
mengandung kekeliruan
yang besar.

Skor 2 (need
improvement): Jika
representasi yang dibentuk
peserta didik sudah
mewakili sebagian besar
Berapa nilai 𝑓1 yang tertera
atau seluruh informasi
pada grafik diatas…
yang disajikan namun
masih kurang jelas.

Skor 3 (adequate) berarti


semua informasi penting
ditampilkan pada
representasi yang dibentuk,
terorganisir dan jelas.

4. Efek Grafik- Verbal Disajikan Perhatikan gambar grafik Frekuensi ambang terbesar Skor 0 (missing): jika tidak
fotolistrik sebuah grafik. energi kinetik maksimum terdapat pada logam nomor 5. ada representasi yang
Peserta didik elektron yang disebabkan Frekuensi ambang pada tiap-tiap dibentuk peserta didik atau
dari logam 1, 2, 3, 4, dan 5 logam berbeda bergantung pada
mampu jawaban kosong.
yang disinari cahaya : sifat dan karakteristik logam
mengidentifikasi tersebut.
informasi dari Skor 1 (inadequate): Jika
grafik energi menunjukkan beberapa
kinetik informasi penting tidak

207
maksimum ditampilkan pada
elektron representasi yang dibuat
peserta didik atau
mengandung kekeliruan
yang besar.

Skor 2 (need
improvement): Jika
Berdasarkan grafik diatas, representasi yang dibentuk
frekuensi ambang terbesar peserta didik sudah
terdapat pada logam mewakili sebagian besar
nomor… berikan atau seluruh informasi
alasannya… yang disajikan namun
masih kurang jelas.

Skor 3 (adequate) berarti


semua informasi penting
ditampilkan pada
representasi yang dibentuk,
terorganisir dan jelas.

5. Efek Verbal- Matematis Disajikan Sebuah foton sinar X Diket : Skor 0 (missing): jika tidak
Compton sebuah kasus memiliki panjang ada representasi yang
pada foton. gelombang 0,050 nm 𝜆 = 0,050 𝑛𝑚 = 0,050 × dibentuk peserta didik atau
kehilangan 0,04 bagian dari 10−9 𝑚
Peserta didik jawaban kosong.
energi awalnya dalam suatu
mampu

208
menyelesaikan hamburan Compton. Berapa Energi yang hilang ∆𝐸 = 0,04 𝐸 Skor 1 (inadequate): Jika
masalah terkait sudut simpang foton menunjukkan beberapa
efek compton terhadap arah semula? Ditanya : 𝜃? informasi penting tidak
Jawab : ditampilkan pada
representasi yang dibuat
∆𝐸 = 𝐸 − 𝐸 ′ peserta didik atau
𝐸 ′ = 𝐸 − 0,04 𝐸 mengandung kekeliruan
𝐸 ′ = 0,96𝐸 yang besar.
ℎ𝑐 ℎ𝑐
=𝐸×
𝜆′ 𝜆 Skor 2 (need
′ 𝜆
𝜆 =𝐸 improvement): Jika
0,050×10−9 𝑚 representasi yang dibentuk
𝜆′ = = 0,052 ×
0,94 peserta didik sudah
10−9 𝑚 mewakili sebagian besar

𝜆′ − 𝜆 = 𝑚 𝑐 (1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃) atau seluruh informasi
0
yang disajikan namun
(0,052 × 10−9 𝑚) − (0,050 ×
masih kurang jelas.
10−9 𝑚) = 0,24 × 10−11 𝑚 (1 −
cos 𝜃) Skor 3 (adequate) berarti
−9
0,002 × 10 𝑚 = 0,24 × semua informasi penting
−11
10 𝑚 (1 − cos 𝜃) ditampilkan pada
0,002×10−9 𝑚 representasi yang dibentuk,
= (1 − cos 𝜃)
0,24×10−11 𝑚
terorganisir dan jelas.
0,008 × 102 𝑚 = 1 − cos 𝜃

209
0,8 = 1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃

𝑐𝑜𝑠𝜃 = 1 − 0,8 = 0,2

𝜃 = 78,46°

210
LAMPIRAN C

Lampiran Persuratan

1. Surat Permohonan Izin


Penelitian
2. Surat Keterangan Selesai
Melakukan Penelitian
3. Uji Referensi
4. Daftar Riwayat Hidup

211
Lampiran C.1 Lembar Surat Permohonan Izin Penelitian

212
213
Lampiran C.2 Lembar Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian

214
215
Lampiran C.3 Lembar Uji Referensi

Nama : Humnatul Haniyah


NIM : 11170163000029
Judul : Pengembangan Modul Berbasis Multirepresentasi Pada Materi Fenomena Kuantum SMA/MA Kelas XII

Paraf
No. Referensi
Pembimbing
BAB I
1. Mazetha Ramadayanty, dkk. Pengembangan E-Modul Fisika berbasis Multiple
Representation untuk melatihkan keterampilan pemecahan masalah siswa. Jurnal
Kumparan Fisika, Vol 4 no.1, April 2021. h. 17
2. Sitti Fatimah S. Sirate dan Risky Ramadhana. Pengembangan Modul Pembelajaran
Berbasis Keterampilan Literasi. Volume VI, Nomor 2, Juli - Desember 2017. h. 317.

3. http://sitisriyatun.gurusiana.id

4. Angell, C, O. Guttersrud, & E. K. Henriksen, 2007. Multiple Representation As A


Framework For A Modelling Approach to Physics Education.

216
5. Abdurrahman, Liliasari, A. Rusli, dan Bruce Waldrip. Implementasi Pembelajaran Berbasis
Multi Representasi Untuk Peningkatan Penguasaan Konsep Fisika Kuantum. Cakrawala
Pendidikan, Februari 2011, Th. XXX, No. 1. h. 30-31.
6. Antomi Saregar. Pembelajaran pengantar fisika kuantum dengan memanfaatkan media
PHET Simulation dan LKM melalui pendekatan saintifik: dampak pada minat dan
penguasaan konsep mahasiswa. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 05 (1) , 2016.,
h.53-60.
7. Rustam E Siregar,. FISIKA KUANTUM. (Bandung: FMIPA UNPAD, 2018)., h. 1

8. A. Hobson. “Teaching Quantum Theory in the Introductory Course”. The Physics Teacher,
1996. h. 202-210. Diakses pada https://aapt.scitation.org/doi/10.1119/1.2344407 hari
Kamis, 30 Juni 2022 pukul 16.57 WIB.
9. Mazetha Ramadayanty, dkk. Pengembangan E-Modul Fisika berbasis Multiple
Representation untuk melatihkan keterampilan pemecahan masalah siswa. Jurnal
Kumparan Fisika, Vol 4 no.1, April 2021. h. 18
10. Mazetha Ramadayanty, dkk. Pengembangan E-Modul Fisika berbasis Multiple
Representation untuk melatihkan keterampilan pemecahan masalah siswa. Jurnal
Kumparan Fisika, Vol 4 no.1, April 2021. h. 19
11. Vaughan Prain dan Bruce Waldrip.(2007). A Study of Teachers’ Perspectives about Using
Multimodal Representations of Concepts to Enchance Science Learning. (Canadian
Journal of Science, Mathematics and Technology Education), 8(1), h. 5-24
12. A.Hidayat dkk. Pengembangan buku elektronik interaktif pada materi fisika kuantum kelas
XII SMA. Jurnal Pendidikan Fisika Vol. V. No. 2. September 2017. h. 88-89.

217
13. Winda Muzdalifah, dkk. Penerapan Pembelajaran Fisika Berbasis Multirepresentasi Untuk
Meningkatkan Kemampuan Representasi Peserta Didik Kelas X MIPA2 SMA Babussalam
Pekanbaru. Jurnal Geliga Sains 6(2), 67-74, 2018. h. 68
14. Loriza, 2011. Penggunaan Pendekatan Multi Representasi pada Pembelajaran Konsep Gerak
untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Memperkecil Kuantitas Mis konsepsi Peserta
Didik SMP. Tesis Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia,
Bandung
15. Patrick B Kohl and Noah D Finkelstein. Patter of multiple representation use by experts
and novices during physics problem solving. Physical Review Special Topics-Physics
Education Research 4. 2008. h. 1
16. Winda Muzdalifah, dkk. Penerapan Pembelajaran Fisika Berbasis Multirepresentasi Untuk
Meningkatkan Kemampuan Representasi Peserta Didik Kelas X MIPA2 SMA Babussalam
Pekanbaru. Jurnal Geliga Sains 6(2), 67-74, 2018. h. 68
17. Mutmainnah Finnajah, dkk. Pengembangan Modul fisika SMA berbasis multirepresentasi
guna meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar peserta didik kelas XII IIS sma
negeri 1 Prembun Tahun ajaran 2015/2016. Radiasi Jurnal Pendidikan Fisika. Vol 08 No.
1, April 2016. h. 23
18. Wachidah P dan I Ketut Mahardika. Kegrafikaan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis
Multirepresentasi. Seminar Nasional Fisika Dan Pembelajaraanya 2015. h. 2

19. Bemie Eka Saputra, dkk. Pengembangan e-modul fisika berbasis multirepresentasi pada
materi gerak lurus. EduFisika Jurnal Pendidikan Fisika Vol 5 Nomor 1, Juni 2020, h. 39.

218
20. Mutmainnah Finnajah, dkk. Pengembangan Modul fisika SMA berbasis multirepresentasi
guna meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar peserta didik kelas XII IIS sma
negeri 1 Prembun Tahun ajaran 2015/2016. Radiasi Jurnal Pendidikan Fisika. Vol 08 No.
1, April 2016. h. 23
21. I K Mahardika , dkk. Practicality of physics module based on contextual learning
accompanied by multiple representations in physics learning on senior high school. Journal
of Physics: Conference Series. 2020. h. 1
22. Depdiknas. 2008

23. A.Hidayat dkk. Pengembangan buku elektronik interaktif pada materi fisika kuantum kelas
XII SMA. Jurnal Pendidikan Fisika Vol. V. No. 2. September 2017. h. 88.

BAB II
24. Daryanto, Menyusun Modul, (Yogyakarta: Gava Media, 2013), h. 9

25. Sitti Fatimah dan Risky Ramadhana. Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis
Ketrampilan Literasi. Vol VI Nomor 2, Juli-Desember 2017. H. 319

26. Depdiknas. 2008

219
27. https://kbbi.kemdikbud.go.id/ diakses pada 2 Agustus 2021 pukul 21.00 wib.

28. Depdiknas.2008

29. Andi prastowo. Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif, (Yogyakarta: Divapress,
2015), h. 107-108

30. Andi prastowo. Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif, (Yogyakarta: Divapress,
2015), h. 107-109

31. I Ketut Mahardika, REPRESENTASI MEKANIKA DALAM PEMBAHASAN sebuah teori


dan hasil penelitian pengembangan bahan ajar mekanika, (Jember: UPT Penerbitan UNEJ,
2012), h. 26
32. Daryanto, Menyusun Modul, (Yogyakarta: Gava Media, 2013), h. 9-11

33. Depdiknas. 2008

34. Depdiknas. 2008

220
35. Depdiknas. 2008

36. Depdiknas. 2008

37. Depdiknas. 2008

38. Depdiknas. 2008

39. E.Mulyasa. Implementasi kurikulum 2004 panduan pembelajaran KBK, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 152

40. E.Mulyasa. Implementasi kurikulum 2004 panduan pembelajaran KBK, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 152

41. KBBI. 2021

42. Udasmoro, Wening. Gerak Kuasa : Politik Wacana, Identitas, dan Ruang/ Waktu dalam
Bingkai Kajian Budaya dan Media. (Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia, 2020), h. 62

221
43. Mahardika, I Ketut. REPRESENTASI MEKANIKA DALAM PEMBAHASAN Sebuah Teori
dan Hasil Penelitian Pengembangan Bahan Ajar Mekanika. (Jember. UPT Penerbitan
UNEJ., 2012), h. 38
44. Vaughan Prain dan Bruce Waldrip.(2006). An Exploratory Study of Teachers’ and
Students’ Use of Multi-modal Representations of Concepts in Primary Science.
(International Journal of Science Education), Vol 28 No.15 (1843-1845)
45. Vaughan Prain dan Bruce Waldrip.(2006). An Exploratory Study of Teachers’ and
Students’ Use of Multi-modal Representations of Concepts in Primary Science.
(International Journal of Science Education), Vol 28 No.15 (1844)
46. Yuliana, Haratua TMS, dan Haratua. (2017) Kemampuan Multirepresentasi Siswa Smp
Dalam Menyelesaikan Soal Pesawat Sederhana. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Khatulistiwa. Vol 6, No. 8 (1-9)
47. Shaaron Ainsworth. (1999). The functions of multiple representations. Computers and
Educations, 32(2-3), 131-152

48. Fitria, Tomo, dan Haratua. Penggunaan Model Problem Based Learning Dengan
Multirepresentasi Pada Usaha Dan Energi Di Sma. h. 3-4. www. Jurnal.untan.ac.id
diakses pada 28 Agustus 2021 pukul 16.30 wib
49. Shaaron Ainsworth. (1999). The functions of multiple representations. Computers and
Educations, 32(2-3), 134

50. Binar, K. Prahani, dkk. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model Ikuiri
Terbimbing Untuk Melatihkan Kemampuan Multirepresentasi Siswa Sma. Pendidikan
Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol 4. No.2, Mei 2015. h. 505

222
51. Irwandi. Multirepresentasi Sebagai Alternatif Pembelajaran Dalam Fisika. Jurnal al-Biruni
3 Vol 1, h. 2

52. Shaaron Ainsworth. (1999). The functions of multiple representations. Computers and
Educations, 32(2-3), 134

53. Andrew Izsak dan Miriam G. Sherin. Exploring the Use of New Representations as a
Resource for Teacher Learning. School Science and Mathematics. h. 21

54. Eugenia Etkina, dkk. Scientific Abilities and their assessment. . American Journal of
Education Research Vol 4 No 1-4. 2016. h. 3

55. M.Yusup. 2009. Multirepresentasi Dalam Pembelajaran Fisika. h.2-3.


www.repository.unsri.ac.id. Diakses pada Kamis 26 Mei 2022 Pukul 14.33 WIB

56. Abdurrahman, Liliasari, A. Rusli, dan Bruce Waldrip. Implementasi Pembelajaran Berbasis
Multi Representasi Untuk Peningkatan Penguasaan Konsep Fisika Kuantum. Cakrawala
Pendidikan, Februari 2011, Th. XXX, No. 1. h. 36
57. Rustam E Siregar, Fisika Kuantum Teori dan Aplikasi, (Bandung,UNPAD PRESS: 2010)
h. 1

58. Raymond A. Serway, dkk. Modern Physics Third Edition. (USA: Thomson Learning Inc.,
2005) h. 68

59. Raymond A. Serway, dkk. Modern Physics Third Edition. (USA: Thomson Learning Inc.,
2005) h. 69

60. Raymond A. Serway, dkk. Modern Physics Third Edition. (USA: Thomson Learning Inc.,
2005) h. 70

223
61. Raymond A. Serway, dkk. Modern Physics Third Edition. (USA: Thomson Learning Inc.,
2005) h. 71

62. Raymond A. Serway, dkk. Modern Physics Third Edition. (USA: Thomson Learning Inc.,
2005) h. 71

63. Stephen T Thornton dan Rex Andrew. 2013. Modern Physics for Scientists and Engineers,
Fourth Edition. USA. Cengage Learning. h. 97

64. Stephen T Thornton dan Rex Andrew. 2013. Modern Physics for Scientists and Engineers,
Fourth Edition. USA. Cengage Learning. h. 96

65. Stephen T Thornton dan Rex Andrew. 2013. Modern Physics for Scientists and Engineers,
Fourth Edition. USA. Cengage Learning. h. 98

66. Paul A Tipler dan Ralph A. Llewellyn. 2008. Modern Physics Fifth Edition. New York.
W.H. Freeman and Company. h. 124

67. Stephen T Thornton dan Rex Andrew. 2013. Modern Physics for Scientists and Engineers,
Fourth Edition. USA. Cengage Learning. h. 125

68. Stephen T Thornton dan Rex Andrew. 2013. Modern Physics for Scientists and Engineers,
Fourth Edition. USA. Cengage Learning. h. 102

69. Kenneth Krane. 1992. Fisika Modern. Depok. UI Press. h. 98

224
70. Kenneth Krane. 1992. Fisika Modern. Depok. UI Press. h. 99

71. Raymond A. Serway, dkk. Modern Physics Third Edition. (USA: Thomson Learning Inc.,
2005) h. 92

72. Raymond A. Serway, dkk. Modern Physics Third Edition. (USA: Thomson Learning Inc.,
2005) h. 96

BAB III
73. Mazetha Ramadayanty, dkk. Pengembangan E-Modul Fisika berbasis Multiple
Representation untuk melatihkan keterampilan pemecahan masalah siswa. Jurnal
Kumparan Fisika, Vol 4 no.1, April 2021. h. 19
74. S. Thiagarajan, dkk. 1974, Instructional Development for Training Teacher of Exceptional
Children. Indiana :Indiana University. h. 5

75. S. Thiagarajan, dkk. 1974, Instructional Development for Training Teacher of Exceptional
Children. Indiana :Indiana University. h. 5

76. S. Thiagarajan, dkk. 1974, Instructional Development for Training Teacher of Exceptional
Children. Indiana :Indiana University. h. 6

77. S. Thiagarajan, dkk. 1974, Instructional Development for Training Teacher of Exceptional
Children. Indiana :Indiana University. h. 7

225
78. S. Thiagarajan, dkk. 1974, Instructional Development for Training Teacher of Exceptional
Children. Indiana :Indiana University. h. 8

79. Edi Riadi, Metode Statistika Parametrik & Non Parametrik, (Tangerang: Pustaka Mandiri,
2014), h. 29

80. Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta CV. h. 114

81. Cholid narbuko dan Abu Ahmadi. 2004. Metodologi Penelitian . Jakarta: PT. Bumi
Aksara. h. 46

82. Direktorat Pembinaan SMA. Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Panduan praktis
penyusunan e-Modul tahun 2017

83. Gkitzia V., Salta K. and Tzougraki C., Development and application of suitable criteria for
the evaluation of chemical representations in school textbooks, Chemistry Education
Research and Practice. (2011).
84. Dwi Rahdiyanta. Teknik Penyusunan Modul

85. Iztok Devetak and Janez Vogrinc. 2013. The Criteria for Evaluating the Quality of the
Science Textbooks.

226
86. Iztok Devetak and Janez Vogrinc. 2013. The Criteria for Evaluating the Quality of the
Science Textbooks.

87. BNSP. 2014. Penilaian Buku Teks Siswa Untuk Peminatan Fisika SMA/MA

88. BNSP. 2014. Penilaian Buku Teks Siswa Untuk Peminatan Fisika SMA / MA

89. Iztok Devetak and Janez Vogrinc. 2013. The Criteria for Evaluating the Quality of the
Science Textbooks.

90. Dyah Sakinah I. P. 2020. Pengembangan Modul STEM Terintegrasi Kearifan Lokal untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Gelombang Bunyi.

91. BNSP. 2014. Penilaian Buku Teks Siswa Untuk Peminatan Fisika SMA / MA.

92. Iztok Devetak and Janez Vogrinc. 2013. The Criteria for Evaluating the Quality of the
Science Textbooks.

93. Dyah Sakinah I. P. 2020. Pengembangan Modul STEM Terintegrasi Kearifan Lokal untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Gelombang Bunyi.

94. Sri Hayati, Agus Setyo Budi, dan Erfan Handok. Pengembangan Media Pembelajaran
Flipbook Fisika Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik. In: Seminar Nasional
Fisika II. Universitas Negeri Jakarta; 2015.h. 51.

227
95. Mazetha Ramadayanty, Sutarno, Eko Risdianto. Pengembangan E-Modul Fisika Berbasis
Multiple Reprsentation Untuk Melatihkan Keterampilan Pemecahan Masalah Siswa. Jurnal
Kumparan Fisika, Vol. 4 No. 1, April 2021. h.19

96. Achmad Lutfi Nita Bintiningtiyas, “Pengembangan Permainan Varmintz Chemistry


Sebagai Media Pembelajaran Pada Materi Sistem Periodik Unsur,” Unesa Journal of
Chemical Education, 5.2 (2016), h. 304
97. Richard R. Hake, “Analyzing Change/Gain Scores,” dalam Edukimia, 1.1 (2019), h. 1.

98. Yudi Guntara. 2020. Normalized Gain: Ukuran Keefektifan Treatment.


https://www.researchgate.net/publication. h. 1. Diakses pada 4 Juli 2022 Pukul 20.16 WIB

99. Muh. Nawir, dkk. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and
Explaining terhadap Hasil Belajar Metematika Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 18 Lau
Kabupaten Maros. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 2, Nomor 2, Desember
2019.
100. Yudi Guntara. 2020. Normalized Gain: Ukuran Keefektifan Treatment.
https://www.researchgate.net/publication. h. 1. Diakses pada 4 Juli 2022 Pukul 20.16 WIB

101. Saifuddin Azwar. 2019. Reliabilitas dan Validitas edisi 4 cet 10. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar. h.8

102. Saifuddin Azwar. 2019. Reliabilitas dan Validitas edisi 4 cet 10. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar. h.112-113

103. Lewis R. Aiken. 1985. Three Coefficients for Analyzing The Reability And Validity of
Ratings. Educational and Psychological Measurement, 45(1), h. 133-135

BAB IV

228
104. S. Thiagarajan, dkk. 1974, Instructional Development for Training Teacher of Exceptional
Children. Indiana :Indiana University. h. 5

105. S. Thiagarajan, dkk. 1974, Instructional Development for Training Teacher of Exceptional
Children. Indiana :Indiana University. h. 5

106. Inhelder, Barbel dan Jean Piaget. The Growth of Logical Thinking From Childhood to
Adolescence: An Essay on The Construction of Formal Operational Structures. Vol 22.
Psychology Press. 1958.
107. Lorin W. Aderson, dkk. 2014. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan
Asesmen Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom diterjemahkan oleh Agung Peihantoro.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. h. 100.
108. S. Thiagarajan, dkk. 1974, Instructional Development for Training Teacher of Exceptional
Children. Indiana :Indiana University. h. 5

109. S. Thiagarajan, dkk. 1974, Instructional Development for Training Teacher of Exceptional
Children. Indiana :Indiana University. h. 6

110. A. Hobson . “Teaching Quantum Theory in the Introductory Course”. The Physics Teacher,
1996. h. 202-210. Diakses pada https://aapt.scitation.org/doi/10.1119/1.2344407 hari Kamis,
30 Juni 2022 pukul 16.57 WIB

111. A.Hidayat dkk. Pengembangan buku elektronik interaktif pada materi fisika kuantum kelas
XII SMA. Jurnal Pendidikan Fisika Vol. V. No. 2. September 2017. h. 96-97

229
112. Ade, Suryanda, dkk. Validasi Ahli pada Pengembangan Buku Saku Biologi Berbasis Mind
Map. UNJ: Jakarta, 2019, h. 199

113. Denna Delawanti D, dan Arnelia D, Validasi modul pembelajaran: Materi dan Desain
Tematik berbasis PPK, Premiere Educandum : Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran,
2018, h. 209
114. Wachidah P dan I Ketut Mahardika. Kegrafikaan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis
Multirepresentasi. Seminar Nasional Fisika Dan Pembelajaraanya 2015. h. 3-5

115. Denna Delawanti D dan Amelia D, Validasi modul pembelajaran: Materi dan Desain
Tematik berbasis PPK, Premiere Educantum: Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran.
2018. h. 209
116. Jan Van den Akker, Design Approaches and Tools in Education and Training, Springer
Science and Bussiness Media Dordrecht, 1999. h. 10

117. Binar Kurnia Prahani , Soegimin W. W , Leny Yuanita. Pengembangan Perangkat


Pembelajaran Fisika Model Inkuiri Terbimbing Untuk Melatihkan Kemampuan Multi
Representasi Siswa SMA. Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol.
4, No. 2, Mei 2015. h. 512.
118. Gilang Ramadhan. Analisis Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (High Order Thingking
Skills) menggunakan Instrumen Two Tier Multiple Choice Materi Konsep dan Fenomena
Kuantum Siswa SMA Di Kabupaten Cilacap. Unnes Physics Educational Journal 7(3).
2018. h. 89
119. Gita Wati, dkk. Pengaruh Pendekatan Multirepresentasi Terhadap Kemampuan Kognitif
Peserta Didik Pada Materi Momentum Dan Impuls. Diakses pada jurnal.untan.ac.id pada 15
Juli 2022 Pukul 16.13 WIB

230
Ciputat, 15 Juli 2022

Yang Mengesahkan,Pembimbing

Fathiah Alatas, M.Si.


NIP. 19830215 200912 2 008

231
Lampiran C.4 Lembar Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Hallo.. Aku Humnatul Haniyah. Putri ke-5 dari Abah Ahmad Hisyam Syafaat dan Umi
Mahmudah Salim. Tempat tanggal lahirku Banyuwangi, 12 Februari 1999,
alhamdulillah sehat dan normal sampai detik ini. Riwayat pendidikanku, untuk
pendidikan formal TK sd SMP Darussalam Blokagung Banyuwangi, MA Darul Huda
Mayak Ponorogo dan sekarang kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk
pendidikan non formal aku pernah di Madrasah Diniyyah al-Amiriyyah Blokagung,
Madrasah Diniyyah Darul Huda Mayak, dan 2 Minggu di English course krisna Pare.
Semoga kebaikan, keberkahan dan kemudahan selalu mengiringi kita semuaaa. ;)

232

You might also like