You are on page 1of 7

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS


MULTIREPRESENTASI PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
1)
Tegas Amanda Setyandaru, 1)Sri Wahyuni, 1)Pramudya Dwi Aristya Putra
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
E-mail: tegasamanda@gmail.com

Abstract

This research purpose was to create a new product in the form of multi-
representation based module that can be used in learning activities. Multi-representation
based module was an interesting module that made students understand the material
easily. The purpose of this research was to produce a valid multi-representation based
modules, to describe the students’ multi-representation ability and to know the students'
response to the use of multi-representation based modules. The research design used the
4-D model that was reduced to be 3-D. The results of the research showed that the multi-
representation based module was categorized quite valid with the value of expert
validation was 3.89. Multi-representation capability on high criteria with N-gain value is
0.75. Meanwhile, the student's response was in the positive response category with the
value of 79.4%. Multi-representation based module contained verbal representation,
mathematical, pictures and graphs that were useful to help students to understand the
material. Based on the results of this research, it could be concluded that the multi-
representation based module was suitable to use as an interesting learning module.

Keyword: multirepresentation based module logic, validity, multirepresentation ability,


student response

PENDAHULUAN

Fisika merupakan bagian dari Berdasarkan hasil wawancara


Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dengan guru fisika di SMA Negeri
mempelajari gejala-gejala dan kejadian Rambipuji, MAN 1 Jember, SMA Negeri
alam melalui serangkaian proses ilmiah Kalisat dan MAN 2 Jember tentang bahan
yang meliputi kegiatan observasi, ajar yang digunakan. Bahan ajar yang
membuat hipotesis, eksperimen serta digunakan dibeli dari suatu penerbit buku
evaluasi data yang dibangun atas dasar yang berisi beberapa KD sehingga siswa
sikap ilmiah dan hasilnya berwujud malas untuk mempelajari karena relatif
produk ilmiah berupa konsep, hukum dan tebal, tampilan bahan ajar kurang menarik
teori yang berlaku secara universal minat siswa untuk mempelajari, dan
(Trianto, 2010:137). kurangnya masalah yang berkaitan dengan
Fakta di lapangan, pembelajaran kehidupan sehari-hari. Sehingga
Fisika hanya sekadar pemberian materi diperlukan strategi baru untuk menarik
tanpa melibatkan peserta didik dalam minat siswa dalam pembelajaran fisika.
pembelajaran. Pembelajaran Fisika akan Strategi yang dapat dilakukan
lebih bermakna ketika peserta didik untuk mengatasi permasalahan yaitu
terlibat terutama dalam hal berpikir. dengan mengembangkan suatu modul
Pembelajaran juga akan bermakna bila pembelajaran fisika yang dapat digunakan
dikaitkan dengan dunia nyata yang siswa selama proses pembelajaran. Modul
disajikan secara kontekstual sehingga adalah bahan ajar yang dirancang secara
peserta didik mampu memahami dan sistematis berdasarkan kurikulum tertentu
menerapkan konsep dalam kehidupan dan dikemas dalam satuan pembelajaran
sehari-hari. terkecil dan memungkinkan dipelajari

218
Setyandaru, Pengembangan Modul Pembelajaran... 219

siswa secara mandiri dalam waktu tertentu METODE


(Purwanto, 2007:9). Solusi inovatif yang
ditawarkan dengan mengembangkan suatu Jenis penelitian ini merupakan
modul pembelajaran fisika yang kreatif, penelitian pengembangan dengan desain
dan inovatif. penelitian model 4-D oleh Thiagarajan
Waldrip et al. (2006:1) dan Semmel dan Semmel yang direduksi
menyimpulkan bahwa untuk menjadi 3-D. Hal ini juga sejalan dengan
menumbuhkembangkan pembelajaran penelitian Handayani (2014) mengenai
sains di sekolah membutuhkan Pengembangan Bahan Ajar Elektronik
pemahaman dan menghubungkan Berbasis Mobile-Learning yang juga
representasi verbal, visual, dan menggunakan model 4-D yang direduksi
matematika dalam mengembangkan menjadi 3-D. Adapun tahap 4-D meliputi
pengetahuan konsep dan proses ilmiah. define, design, develop, dan disseminate.
Sehingga peneliti mengembangkan modul Tahap disseminate tidak dilakukan karena
yang dapat memvisualisasikan materi penelitian ini hanya sebatas menguji
yang abstrak dan membuat konsep kelayakan modul. Selain itu, tujuan
menjadi lebih jelas dengan menggunakan penelitian sudah didapatkan pada tahap
multirepresentasi. Modul yang peneliti pengembangan.
kembangkan berisi empat representasi Teknik pengumpulan data pada
(representasi verbal, representasi penelitian ini adalah observasi,
matematis, representasi gambar dan wawancara, tes, instrumen validasi logic,
representasi grafik). dan angket. Tahap pertama yaitu tahap
Pemilihan modul dalam pendefinisian (define). Pada tahap ini
pembelajaran disasarkan pada kelebihan bertujuan untuk menetapkan dan
yang dimiliki modul. Modul merupakan menerapkan syarat-syarat pembelajaran
media yang paling mudah karena dapat diawal dengan tujuan dan batasan materi
dipelajari di mana saja dan kapan saja yang dikembangkan. Tahap pendefinisian
tanpa harus menggunakan alat khusus, terdiri dari 5 langkah yaitu analisis awal
menyampaikan pesan pembelajaran yang akhir, analisis siswa, analisis tugas,
mampu memaparkan kata-kata, gambar analisis konsep dan spesifikasi tujuan
dan angka-angka, meningkatkan motivasi pembelajaran.
siswa, beban belajar terbagi lebih merata, Tahap kedua yaitu tahap
serta guru dapat mengetahui mana siswa perancangan (design). Pada tahap
yang berhasil dengan baik ataupun yang perancangan terdiri dari 4 langkah yaitu
kurang berhasil. Selain itu menurut penyusunan tes, pemilihan media,
Fatimah et al (2013) Keunggulan bahan pemilihan format, perancangan awal. Pada
ajar modul adalah modul dapat tahap ini dilakukan perancangan
dijadikan sebagai bahan ajar mandiri komponen modul serta penyusunan tes.
yang berfungsi untuk meningkatkan Pemilihan format pengembangan berupa
kemampuan peserta didik untuk belajar modul berbasis multirepresentasi pada
sendiri. pembelajaran fisika di SMA yaitu
Tujuan dari penelitian ini (1) didesain dalam bentuk modul biasa
mendeskripsikan validitas modul, (2) dengan ukuran kertas A4, yang dirancang
mendeskripsikan kemampuan menggunakan software microsoft
multirepresentasi, serta (3) publisher 2007. Adapun penyusunan tes
mendeskripsikan respon siswa. digunakan untuk mengukur kemampuan
multirepresentasi siswa.
Tahap ketiga yaitu tahap
pengembangan (develop). Tahap
pengembangan bertujun untuk
220 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 6 No. 3, September 2017, hal 218-224

menghasilkan modul berbasis Tabel 2. Persentase Kemampuan


multirepresentasi yang valid. Pada tahap multirepresentasi Siswa
ini dilakukan penilaian para ahli dan Presentase kemampuan Kriteria
dilakukannya uji pengembangan. Validasi multirepresentasi siswa
ahli dilakukan oleh tiga orang ahli yaitu 2 g ≥ 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g < 0,7 Sedang
dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas
g < 0,3 Rendah
Jember dan 1 guru Fisika Madrasah
(Hake,1998)
Aliyah Negeri 2 Jember. Hasil Validasi
ahli dianalisis menggunakan rumus :
∑𝑛 𝐴
Data hasil perolehan respon siswa
𝑖
𝑉𝑎 = 𝑖=1 𝑛
melalui angket dianalisis kemudian
Keterangan: dihitung menggunakan rumus sebagai
Va : nilai rata-rata total untuk semua berikut.
aspek A
𝑃𝑒𝑟𝑐𝑒𝑛𝑡𝑎𝑔𝑒 𝑜𝑓 𝑎𝑔𝑟𝑒𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡: x 100
Ai : rata-rata nilai aspek ke-i B
n : jumlah aspek. Keterangan:
Selanjutnya nilai total validasi ahli A= proporsi jumlah siswa yang memilih
(𝑉𝑎 ) : dirujuk pada kriteria validasi ahli B= jumlah siswa
seperti yang tercantum pada Tabel 1. Respon pembelajaran positif
apabila jumlah siswa dengan kategori
Tabel 1. Kriteria Validitas Ahli positif ≥ 50% dari seluruh siswa.
Kategori Validitas Interval (Trianto, 2010: 243).
Tidak valid 1≤Va≤2
Kurang valid 2≤Va≤3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Cukup valid 3≤Va≤4
valid 4≤Va≤5 Penelitian ini merupakan
Sangat valid =5 penelitian pengembangan yang bertujuan
(Hobri, 2010:52) untuk menghasilkan suatu produk dan
menguji validitas, kemampuan
Setelah dilakukan validasi oleh multirepresentasi, serta respon siswa dari
ahli kemudian dilakukan perbaikan dan produk tersebut. Produk hasil
produk dinyatakan valid dapat dilanjutkan pengembangan berupa modul berbasis
pada tahap selanjutnya yaitu tahap uji multirepresentasi pada pembelajaran
pengembangan. Tujuan uji pengembangan fisika di SMA/MA yang ditujukan kepada
dilakukan untuk memperoleh data validasi siswa kelas X MIPA 5 Madrasah Aliyah
empiris antara lain: kemampuan Negeri 2 Jember.
multirepresentasi dan respon siswa. Data hasil validasi logic modul
Data hasil perolehan kemampuan berbasis multirepresentasi diperoleh dari
multirepresentasi siswa melalui pre-test validator 2 orang dosen Program Studi
dan post-test kemudian dihitung Pendidikan Fisika serta 1 guru mata
menggunakan rumus sebagai berikut. pelajaran fisika kelas X di Madrasah
𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 −𝑆𝑝𝑟𝑒
<g> = 𝑆 Aliyah Negeri 2 Jember. Data yang
𝑚𝑎𝑘𝑠 −𝑆𝑝𝑟𝑒
diperoleh berupa data kuantitatif yang
Keterangan: berupa angket penilaian. Hasil penilaian
<g> : Gain tiga validator terhadap Modul berbasis
Spre : Skor pre test multirepresentasi melalui kajian
Spost : Skor post test instruksional dan kajian teknis seperti
Smaks : Skor maksimum ideal yang tercantum pada Tabel 3.
Selanjutnya data hasil perhitungan
diklasifikasikan berdasarkan kriteria yang Tabel 3. Hasil Validasi Ahli terhadap Modul
tercantum pada Tabel 2. berbasis multirepresentasi
Setyandaru, Pengembangan Modul Pembelajaran... 221

No Aspek Ai Va Ket yakni sebesar 4 karena mulai dari


1 Kajian tampilan sampul hingga bagian isi
Instruksional modul didesain untuk membuat siswa
Kelayakan isi 3,9 tertarik membacanya. Selain itu, modul
Kebahasaan 3,58 memliki ukuran A4 yang lebih mudah dan
Penyajian 4 3,89 Cukup
tipis untuk dibawa. Data tersebut
Kegrafikaan 3,66 Valid
didukung dari hasil validasi kajian teknis
2 Kajian Teknis
di mana validator memberikan nilai 4
Format 4
untuk aspek penyajian dan kepraktisan
Bahasa 4
ukuran modul.
Pada aspek kebahasaan memiliki
Berdasarkan Tabel 3 diketahui
nilai terendah daripada aspek lainnya
bahwa data yang diperoleh dari validator
dikarenakan kalimat yang digunakan
dianalisis secara deskriptif dengan cara
dalam modul ini masih kurang mampu
menelaah hasil penilaian terhadap modul
menjelaskan informasi dengan kalimat
berbasis multirepresentasi. Analisis data
yang sederhana. Namun demikian,
terhadap modul berbasis multirepresentasi
berdasarkan wawancara siswa setelah
didasarkan pada data hasil validasi logic.
pembelajaran menggunakan modul
Berdasarkan hasil analisis data validasi
berbasis multirepresentasi, siswa sudah
logic diperoleh nilai sebesar 3,89 sehingga
cukup paham mengenai penjelasan yang
modul berbasis multirepresentasi memiliki
ada dalam modul.
kriteria cukup valid dan dapat digunakan
Tahap selanjutnya adalah uji
untuk uji coba pengembangan.
pengembangan. Tujuan kedua penelitian
Data Validasi Ahli
ini adalah mendeskripsikan kemampuan
menunjukkan bahwa modul berbasis
multirepresentasi. Representasi adalah
multirepresentasi sudah dikategorikan
suatu konfigurasi (bentuk suatu susunan)
cukup baik. Hasil validasi modul
yang dapat menggambarkan, mewakili
berbasis multirepresentasi ini merupakan
atau melambangkan sesuatu dalam suatu
rata-rata validasi kajian instruksional
cara. Menurut Ainsworth (2006)
dan kajian teknis yang berkategori
multireprentasi memiliki tiga fungsi
cukup valid dengan perolehan nilai
utama, yaitu sebagai pelengkap, pembatas
validitas sebesar 3,89 dan dapat
interpretasi, dan membangun pemahaman.
digunakan untuk uji coba
Dalam uji pengembangan, data
pengembangan.
kemampuan multirepresentasi siswa
Validasi kajian intruksional
diukur melalui tes. Tes yang digunakan
meliputi aspek kelayakan isi,
berupa Pre-Test pada awal pertemuan dan
kebahasaan, penyajian dan kegrafikaan
Post-Test pada pertemuan terakhir.
diperoleh rata-rata validasi sebesar 3,78
Analisis data kemampuan
dan berkategori cukup valid. Sedangkan
multirepresentasi bertujuan untuk
validasi kajian teknis meliputi aspek
mengetahui adanya perbedaan hasil Pre-
format dan bahasa diperoleh rata-rata
Test dan Post-Test termasuk dalam
validasi sebesar 4 dan berkategori
kategori tinggi, sedang, atau rendah
valid.
setelah menggunakan modul berbasis
Hasil validitas tersebut telah
multirepresentasi. Adapun hasil kuantitatif
memenuhi kriteria yang ditentukan oleh
kemampuan multirepresentasi siswa
Hobri (2010) di mana setiap aspek yang
dipaparkan pada Tabel 4 berikut.
diukur mendapatkan penilaian ≥ 3
sehingga lolos untuk uji pengembangan
dan layak digunakan dalam pembelajaran. Tabel 4. Hasil Analisis kemampuan
Secara keseluruhan nilai aspek terbesar multirepresentasi
pada aspek penyajian, format dan bahasa R Pre Post Skor <g>
222 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 6 No. 3, September 2017, hal 218-224

V 10,27 19,86 20 0,9 tinggi dikarenakan siswa setelah


M 32,70 48,48 55 0,7 mengerjakan data yang berupa
Gr 2,16 8,70 10 0,83 perhitungan akan secara mudah
Ga 3,85 7,90 15 0,57 menuangkannya pada grafik. Perbedaan
V,M, 12,24 21,23 25 0,75 kriteria peningkatan kemampuan
Gr,Ga multirepresentasi siswa dapat berbeda
karena kemampuan siswa dalam
Jumlah siswa yang mengikuti tes memahami masing-masing aspek
sebanyak 39 siswa. Hasil analisis representasi juga berbeda Mahardhika
menggunakan rumus N-gain menunjukkan et al , (2011)
adanya perbedaan kemampuan Penyebab rendahnya skor tes pada
multirepresentasi siswa melalui skor pre- pre-test adalah karena pre-test dilakukan
test yang diujikan sebelum menggunakan sebelum siswa mendapatkan modul
modul berbasis multirepresentasi dan berbasis multirepresentasi pada bab gerak
post-test yang diujikan melalui tes tulis lurus sehingga membuat siswa kesulitan
setelah menggunakan modul berbasis untuk menjawab soal tes berupa analisis
multirepresentasi. Pada prosentase verbal, matematik, grafik dan gambar.
kemampuan multirepresentasi siswa Saat kegiatan pembelajaran dimulai, siswa
memiliki kriteria tinggi dengan nilai N- mendapatkan modul berbasis
gain 0,75. multirepresentasi yang didalamnya berisi
Berdasarkan penelitian representasi verbal, matematik, gambar
Mahardhika et al, (2011) siswa dan grafik. Post-test dilaksanakan setelah
menyampaikan representasi verbal, materi pada bab gerak lurus selesai, hasil
matematik, grafik, dan gambar melalui dari post-test menunjukkan skor tes yang
LKS. Hasil penelitian tersebut yaitu diperoleh lebih tinggi dari pada skor tes
representasi verbal berkategori tinggi, pada pre-test.
representasi matematik, grafik, dan Skor dari hasil tes siswa diuji
gambar berkategori sedang dengan rata- menggunakan N-gain didapatkan nilai N-
rata multirepresentasi berkategori sedang gain sebesar 0,75 nilai tersebut berada
dengan nilai N-gain 0,56. Berdasarkan pada rentang ( 0,3 ≤ g ≤ 0,7 ), Sehingga
pengembangan modul yang dilakukan, nilai yang didapat dikategorikan tinggi.
rendahnnya representasi gambar Data-data tersebut menunjukkan
disebabkan siswa kurang memahami soal perbedaan hasil skor tes dengan rata-rata
fisika jika divisualisasikan dengan skor pre-test sebesar 48,98 dan rata-rata
gambar. Faktor pendukung yang skor post-test sebesar 84,89. Sehingga
menunjukkan rendahnya representasi didapatkan prosentase perbedaan skor
gambar dapat dilihat berdasarkan hasil tes pre-test dan skor post-test sebesar 36%.
siswa. Hasil tes menunjukkan bahwa Perbedaan skor n-gain antara pre-test dan
rendahnya representasi gambar post-test disebabkan pada saat pre-test
disebabkan siswa terlalu fokus dalam siswa belum mengetahui representasi
mengerjakan soal matematis, verbal dan verbal, grafik, dan gambar yang diketahui
grafik. siswa hanya matematis saja sedangkan
Pada pembelajaran fisika siswa ketika post-test siswa sudah mengetahui
terbiasa dituntun untuk mengerjakan soal representasi verbal, grafik dan gambar
yang berupa perhitungan dan nilai verbal melalui modul berbasis multirepresentasi
yang tinggi disebabkan jika siswa paham sehingga nilai n-gain post-test lebih tinggi
matematik maka siswa akan lebih mudah dan nilai pre-test lebih rendah.
dalam menjelaskan konsepnya secara Pada proses uji pengembangan,
verbal, sesuai dengan penelitian data respon siswa juga diambil guna
Puspaningrum et al (2015). Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap
penyelesaian grafik yang berkategori
Setyandaru, Pengembangan Modul Pembelajaran... 223

penggunaan modul yang telah muka untuk kegiatan belajar-mengajar


dikembangkan dalam pembelajaran yang dengan menggunakan modul berbasis
mereka ikuti. Respon siswa dalam multirepresentasi dan satu tatap muka
penelitian ini menggunakan format respon untuk pre-test dan satu tatap muka lagi
yang dikemukakan oleh Hobri (2010), untuk post-test. Kegiatan pembelajaran
dengan mengubah beberapa aspek yang disesuaikan dengan RPP dan setiap di
kurang relevan dengan penelitian ini. akhir pembelajaran siswa diminta untuk
Perolehan data respon dilakukan dengan mempelajari materi selanjutnya dirumah.
menyebarkan angket yang harus diisi Kendala-kendala yang yang terdapat pada
siswa secara individu. Data respon siswa saat uji pengembangan adalah pada saat
dapat dilihat pada Tabel 6. pembelajaran terjadi yaitu siswa sering
lupa membawa modul dikarenakan
Tabel 6. Hasil Respon Siswa seringnya terjadi penggantian jadwal
No. Aspek % Kategori secara tiba-tiba.
1 Ketertarikan 100% Senang
2 Keterbaruan 79,4% Baru SIMPULAN DAN SARAN
3 Minat 79,4% Setuju
4 Kemudahan 79,4% Mudah Berdasarkan data yang diperoleh
5 Ilustrasi 100% Senang pada tahap pengembangan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut: (1) validitas
Pada data respon siswa diperoleh modul berbasis multirepresentasi
gambaran bahwa pendapat siswa terhadap termasuk dalam kategori cukup valid, (2)
modul berbasis multirepresentasi kemampuan Multirepresentasi siswa yang
tergolong positif. Pendapat positif siswa dapat disimpulkan dalam penelitian ini
memiliki nilai 79,4% sesuai yang berkategori tinggi, (3) respon Siswa yang
dikemukakan Trianto (2010) bahwa didapatkan dalam penelitian ini adalah
respon pembelajaran positif apabila positif untuk semua aspek.
jumlah siswa dengan kategori positif Adapun saran yang dapat
≥50% dari seluruh siswa. Respon positif diajukan adalah sebagai berikut: (1)
siswa dapat dijadikan tolak ukur bahwa selama pelaksanaan uji pengembangan,
siswa setuju dengan bahan ajar yang setiap siswa tidak diperbolehkan
dikembangkan untuk digunakan dalam menggunakan bahan ajar selain modul
pembelajaran (Nugraha et al, 2013:33). berbasis multirepresentasi agar dapat
Sehingga dapat dinyatakan bahwa siswa mengetahui bahwa perbedaan hasil tes
tertarik dengan modul berbasis untuk mengukur kemampuan
multirepresentasi. Berdasarkan penelitian multirepresentasi siswa hanya dipengaruhi
Kartikasari et al (2015) hasil respon oleh modul selama pembelajaran, (2) bagi
siswa terhadap bahan ajar dan tingkat peneliti lanjut, sebaiknya penelitian
pemahaman konsep siswa dapat ditarik pengembangan Modul berbasis
kesimpulan bahwa hasil respon siswa multirepresentasipada pembelajaran fisika
mempengaruhi tingkat pemahaman di SMA/MA (uji coba pada pokok
siswa. Hal ini dikarenakan apabila bahasan gerak lurus bisa dilakukan
respon siswa terhadap bahan ajar baik penelitian lagi sampai tahap penyebaran),
sudah sewajarnya menunjukkan bahwa (3) bahan ajar Modul berbasis
bahan ajar tersebut sudah membantu multirepresentasi perlu diuji coba pada
proses pembelajaran fisika yang beberapa sekolah yang berbeda dengan
menyenangkan, bermakna, dan menarik pokok bahasan yang berbeda pula untuk
sehingga dapat meningkatkan mengetahui tingkat keefektifan modul.
pemahaman konsep siswa.
Uji pengembangan dilakukan DAFTAR PUSTAKA
dengan 6 kali tatap muka. empat tatap
224 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 6 No. 3, September 2017, hal 218-224

Ainsworth, S. 2006. DeFT: A Conceptual Purwanto, M.N. 2007. Psikologi


Framework For Considering Pendidikan. Bandung : Remaja
Learning with Multiple Rosdakarya.
Representations. Learning and
Instruction. Vol.16 (3):183-198. Puspaningrum, A., I.K Mahardhika., dan
B. Supriadi. 2015. Peningkatan
Fatimah, S., Sarwanto, N.S. Aminah. Kemampuan Multirepresentasi
2013. Pembelajaran Fisika IPA (Fisika) Dengan Model
Dengan Pendekatan Problem Quantum Learning Disertai
Based Learning (PBL) Metode Eksperimen Pada Siswa
Menggunakan Modul Dan Buletin Kelas VIII-A SMP Negeri 7
Ditinjau Dari Kemampuan Verbal Jember. Jurnal Pembelajaran
Dan Motivasi Berprestasi Siswa. Fisika, Vol.3(4).
Jurnal Inkuiri Universitas Sebelas
Maret. 2 (1):114-120. Trianto. 2010. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-
Handayani, R.D., 2014. Pengembangan Progresif. Jakarta: Prenada
Bahan Ajar Elektronik Berbasis Media.
Mobile-Learning Pada Mata
Kuliah Optik Di FKIP Universitas Waldrip, B., Prain, V., dan Carolan, J.
Jember. Ta’dib Jurnal Ilmu 2006. Learning Junior Secondary
Pendidikan.Vol 17 (1) : hal 81-85. Science Through Multi-Modal
Representations. Electronic
Hake, R.R. 1998. Interactive Engagement Journal of Science Education
Versus Tradisional Methods: A (Southwestern University). Vol.11
Six-Thousand-Student Survey of (1).
Mechanics Tes Data For
Introductory Physics Course. Kartikasari H.A., S. Wahyuni., dan A.D.
American Journal of Physic. Lesmono. 2015. Pengembangan
Vol.66 (1), 64-74. Bahan Ajar Berbasis Scientific
Approach pada Pokok Bahasan
Hobri. 2010. Metodologi Pengembangan. Besaran dan Satuan di SMA.
Jember : Pena Salsabila. Jurnal Pembelajaran Fisika. Vol.
4(1) : 64-68.
Mahardika, I. K., A. Harijanto., dan A.R.
Nisak. 2013. Pengaruh Model
Pembelajaran Quantum Teaching
berbasis Multirepresentasi
Terhadap Kemampuan
Multirepresetasi dan Hasil Belajar
di SMP. Jurnal Pendidikan
Fisika. Vol.2 (3).

Nugraha, D.A., A. Binadja & Supartono.


2013. Pengembangan Bahan Ajar
Reaksi Redoks Bervisi SETS,
Berorientasi Konstruktivistik.
Journal Of Innovative Science
Education, Vol.2(1).

You might also like