Professional Documents
Culture Documents
Kel 6 Al-Islam IV PT 13
Kel 6 Al-Islam IV PT 13
Dosen Pengampu:
Afdal, S.Ud, M.PI
Disusun Oleh:
Jimmy Ray Ostar (210102074)
Tomy Natanoel Manalu (210102101)
Natanael Moody Simatupang(210102064)
1. Banyak ilmuwan muslim (terutama dalam hal ini yang akan dibahas adalah berkaitan dengan
ilmuwan muslim di bidang sosial) yang tidak memiliki komitmen terhadap agama Islam.
Ilmuwan tersebut menghabiskan hari-harinya dan bahkan hidupnya untuk
mempelajari dan mengkaji ilmu yang disenangi, menarik hati dan mungkin pula memperoleh
ketenaran serta mendapatkan banyak uang, tapi tidak berminat atau kurang sekali minatnya
untuk mengkaji Islam (Al-Quran dan Sunnah) yang berkaitan dengan ilmu yang digelutinya.
Dalam sepekan belum tentu ada satu atau dua jam waktunya diperuntukkan untuk menelaah
Islam, yang seharusnya menjadi pedoman hidupnya.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan ketika mendapati ayat-ayat Al-Quran atau
Hadits yang tidak sesuai dengan jalan pikiran atau ilmu yang dikuasai, maka ayat dan hadits
tersebut ditolak atau paling tidak diragukan kebenarannya. Sebaliknya, paham atau konsep
yang jelas-jelas bertentangan dan tidak dapat dibandingkan dengan Islam seperti feminisme,
sekularisme, humanisme, liberalisme, postmodernisme, pluralisme dsb. malah dicari-carikan
pembenaran dan dukungan dari agama Islam.
2. Banyak ilmuwan muslim yang berpikir dengan metode/cara berpikir orang barat yang kafir.
Mereka memisahkan antara agama dan akhirat, antara ilmu dan perilaku, antara ilmu dan
etika, antara agama dan ilmu, antara individu dan masyarakat nantara agama dengan sosial
atau negara. Hal ini disebabkan karena mereka asal ikut saja terhadap pendapat yang
dikatakan oleh pakar dari barat. Akibatnya mereka tidak akan dapat melebihi orang barat.
Mereka akan selalu tergantung dengan barat serta pola berpikirnya. Apa-apa yang tidak
sesuai dengan cara berpikir orang barat akan dikritik, diragukan atau bahkan ditolak.
3. Banyak ilmuwan yang tidak paham sejarah barat dan sejarah pemikiran orang-orang besar.
Semestinya orang yang belajar sains sosial memahami mengapa timbul teori atau ide dari
para ahli sosial zaman dahulu sejak zaman Yunani, sampai sekarang. Ingat bahwa pendapat
sesorang pasti berkaitan dengan:
- Teologi agama Kristen di Barat
- Peran gereja di masyarakat pada masa itu
- Perang antar negara
- Kolonialisme
- Kebutuhan sosial masyarakat pada masa itu.
4. Karena tidak paham sejarah barat, banyak ilmuwan yang terjebak cara berpikir orang barat.
Nilai-nilai sosial budaya barat itu sendiri meliputi: tujuan hidup manusia, apa yang disebut
manusia sukses, berguna dan baik, apa yang disebut masyarakat yang baik, dsb. Hal ini
menyebabkan mereka hanya mengekor saja apa yang dikatakan atau ditulis orang barat.
Banyak orang terpesona dan terkagum-kagum dengan "kemajuan" barat. Barat dianggap
identik dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, pendidikan, kesehatran,
kebebasan dan demokrasi.
Namun jangan lupa, untuk meraih itu semua, barat harus menguras habis sumber daya
yang dimiliki masyarakat lain sejak zaman dulu (kolonial) hingga sekarang, dengan
perusahaan multi nasional (MNC) nya. Disamping itu, problem internal masyarakat barat
semakin akut dan kronis. Meningkatnya jumlah orang yang depresi, stres, bunuh diri,
pembunuhan, perampokan, pnyalahgunaan obat-obatan, pemerkosaan, perceraian, anak lahir
di luar nikah, gay, lesbian dan semua penyakit sosial lain yang mengarah pada kehancuran
peradaban dan masyarakat baat itu sendiri. Gereja-gereja semakin ditinggalkan, beralih pada
fan lun gong, new age, spiritualisme, aliran pemuja setan, sinkretisme serta menciptakan
agama-agama baru sesuai selera mereka sendiri.
6. Akhirnya banyak ilmuwan muslim yang tidak peduli apakah ilmu yang digelutinya ini
benar/salah, sesuai dengan ajaran Islam/tidak.
Menurut metode pendidikan model barat, tidak layak seorang ilmuwan memberikan penilaian
benar atau salah terhadap apa yang dipelajarinya. Ilmuwan hanya menjelaskan fenomena
yang terjadi atau konsep dan teori yang ada atau melakukan tinjauan kritis terhadapnya dan
kemudian bila mampu, membangun pendapatnya sendiri. Namun tentang standar mana yang
benar atau salah tergantung darimana menentukannya. Tidak ada kebenaran absolut. Apa
yang dianggap benar dan baik pada suatu saat, dapat dianggap salah dan tidak baik di saat
yang lain. Oleh karena itu, ilmuwan muslim yang mengikuti pola pikir ilmuwan barat tidak
menyadari atau tidak mau mengakui bahwa seharusnya mereka memberikan penilaian dengan
menggunakan standar atau patokan agama Islam, mana yang benar dan yang mana yang
salah. Ilmuwan muslim harusnya memberikan penerangan kepada semua orang tentang apa
yang benar dan apa yang salah dan selalu berusaha melakukan amar ma’ruf nahi munkar.
Ilmu menghasilkan teknologi yang akan diterapkan pada masyarakat. Teknologi
dalam penerapannya dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia, tetapi juga bisa
menjadi bencana bagi manusia. Disinilah pemanfaatan pengetahuan dan teknologi harus
diperhatikan sebaik – baiknya. Dalam filsafat penerapan teknologi meninjaunya dari segi
aksiologi keilmuan.
Adapun salah satu sendi masyarakat modern adalah ilmu dan teknlogi. Kaum
ilmuwan tidak boleh picik dan menganggap ilmu ilmu dan teknologi itu alpha dan omega dari
segala-galanya, masih terdapat banyak lagi sendi-sendi lain yang menyangga peradaban
manusia yang baik. Demikian juga masih terdapat kebenaran-kebenaran lain di samping
kebenaran kebenaran keilmuan yang melengkapi harkat kemanusiaan yang hakiki. Namun
bila kaum ilmuwan konsekuen dengan pandangan hidupnya, baik secara intelaktual maupun
secara moral, maka salah satu penyangga masyarakat modern itu kan berdiri dengan kukuh.
Berdirinya piral penyangga keilmuan ini merupakan tanggung jawab social seorang ilmuan.
Kita tidak bisa lari padanya sebab hal ini merupakan bagian dari hakikat ilmu itu sendiri. Biar
bagaimanapun kita tidak akan pernah bisa melarikan diri dari diri kita sendiri.
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa seorang ilmuwan muslim mempunyai tanggung jawab,
dan ia akan dimintai pertanggung jawaban atas ilmu yang dimilikinya. Rasulullah SAW
bersabda:
Penjelasan al Quran , Hadist maupun fakta di atas memberikan gambaran yang jelas bahwa
kedudukan ilmu dan ilmuwan begitu tinggi dan mulya di hadapan Alloh dan hamba-
hambaNya. Jika umat Islam menyadari dan memegang teguh ajaran agamanya untuk
menjunjung tingi ilmu pengetahuan , maka pasti dapat di raih kembali puncak kejayaan Islam
sebagaimana catatan sejarah di abad awal Hijrah hingga abad ke dua belas Hijrah, dimana
umat dan Negara- negara Islam menjadi pusat peradaban dunia.
Dilihat dari segi ibadat, sungguh menuntut ilmu itu sangat tinggi nilai dan pahalanya, Nabi Muhammad
SAW bersabda ; Artinya : “Sungguh sekiranya engkau melangkahkan kakinya di waktu pagi (maupun
petang), kemudian mempelajari satu ayat dari Kitab Allah (Al-Quran), maka pahalanya lebih baik
daripada ibadat satu tahun”.
Dalam hadist lain dinyatakan :
Artinya : “Barang siapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia telah termasuk golongan sabilillah
(orang yang menegakkan agama Allah) hingga ia sampai pulang kembali”.
Mengapa menuntut ilmu itu sangat tinggi nilainya dilihat dari segi ibadat?. Karena amal ibadat yang
tidak dilandasi dengan ilmu yang berhubungan dengan itu, akan sia-sialah amalnya.
Syaikh Ibnu Ruslan dalam hal ini menyatakan : Artinya : “Siapa saja yang beramal (melaksanakan
amal ibadat) tanpa ilmu, maka segala amalnya akan ditolak, yakni tidak diterima
KESIMPULAN
Pertama, Islam adalah agama yang sangat menghargai dan menjunjung tinggi ilmu
pengetahuan. Penghargaan ini dapat dibuktikan dalam ajarannya yang memerintahkan
seluruh umatnya untuk menuntut ilmu
Kedua, Alloh s.w.t dalam Firmannya berjanji akan mengangkat derajat orang-orang
yang beriman dan berilmu pengetahuan jauh lebih tinggi di banding orang-orang yang tidak
beriman dan berilmu pengetahuan dengan beberapa derajat kemuliaan baik di dunia maupun
di akhirat
Ketiga, Kunci utama meraih kesuksesan di dunia dan akhirat adalah iman dan ilmu
pengetahuan. Kemajuan dan bahkan martabat bangsa dan Negara sangat ditentukan oleh
kemajuan ilmu pengetahuan manusianya.
Keempat, Iman dan ilmu pengetahuan adalah dua hak yang tidak terpisahkan.