You are on page 1of 27

PEMERIKSAAN LOW VISION PADA ANAK-ANAK MENGGUNAKAN

KARTU LEA DI SEKOLAH LUAR BIASA-A (SLB-A) KARYA MURNI


TAHUN 2023

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

Abdul Rais Habibullah Marbun


20114041360

PROGRAM STUDI D-III OPTOMETRI SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN BINALITA SUDAMA MEDAN
TAHUN 2023
ii

PEMERIKSAAN LOW VISION PADA ANAK-ANAK MENGGUNAKAN


KARTU LEA DI SEKOLAH LUAR BIASA-A (SLB-A) KARYA MURNI
TAHUN 2023

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

Abdul Rais Habibullah Marbun


20114041360

Menyetujui:
Pembimbing

(Khairuna Irma, RO, M.K.M)

Mengetahui:
Ketua Program Studi

(Zulianti, RO, M. Kes)

i
KATA PENGANTAR

Puji dan sukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang maha Esa yang telah

memberikan berkat dan Rahmat-nya serta Kesehatan dan kesempatan kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini yang berjudul

“Pemeriksaan Low Vision Pada Anak-Anak Menggunakan Kartu LEA Di SLB-

A Karya Murni”

Dalam Menyusun Proposal penulis telah banyak mendapat bantuan secara

moral maupun material serta saran dan doa. Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rahmad Shah Siregar, SH.M.A.P selaku Pembina Yayasan Binalita Sudama

Medan

2. dr. Ismi Dian Rochimah, selaku Ketua Yayasan Binalita Sudama Medan

3. Arya Novika NS, RO, M.Pd selaku Ketua STIKes Binalita Sudama Medan

4. Zulianti, RO, M. Kes selaku Ketua Prodi Optometri STIKes Binalita Sudama

Medan.

5. Khairuna Irma, RO, M.K.M selaku dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu dan memberikan pengarahan sehingga penulisan Karyaa Tulis

ilmiah dapat selesai

6. Kedua orang tua yang selalu mendoakan saya serta dukungan selama saya

mengikuti pendidikan dan proses penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

ii
7. Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan

Optometri yang ikut serta membantu saya dalam mengerjakan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih sangat jauh dari

kesempurnaan oleh sebab itu penulis sangat mengharapakan kritik dan saran yang

sifatnya membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini pada masa yang

akan datang.

Akhir kata penulis mengucapkan Terima Kasih dan semoga Karya Tulis

Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 09 Januari 2023

Penulis

Abdul Rais Habibullah Marbun


20114041360

iii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ..........................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................
2.1 Low Vision..................................................................................................
2.1.1 Penyebab Low Vision.........................................................................
2.1.2 Klasifikasi Penderita Low Vision.......................................................
2.2 Definisi dan Sejarah LEA Symbol.............................................................
2.2.1 Macam-Macam LEA Symbol............................................................
2.2.2 Keunggulan dan Kekurangan Menggunakan Kartu LEA..................
2.2.3 Cara Pemeriksaan Menggunakan Kartu LEA................................. 1
2.3 Sekolah Luar Biasa (SLB-A) Karya Murni...............................................
2.3.1 Ciri-ciri yang dialami di SLB-A.......................................................
2.3.2 Media Pembelajaran yang digunakan di SLB-A Karya Murni........
BAB 3 METODE PENELITIAN ........................................................................... 1
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 1
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling................................................... 1
3.2.1 Populasi........................................................................................... 1
3.2.2 Sampel............................................................................................. 1
3.2.3 Teknik Sampling...............................................................................
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................
3.3.1 Lokasi Penelitian..............................................................................
3.3.2 Waktu Penelitian.............................................................................1
3.4 Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 1
3.5 Pertimbangan Etik.....................................................................................
3.6 Analisa Data..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
DAFTAR BIMBINGAN............................................................................................

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar II.1 Lea Symbol Test.....................................................................................8
Gambar II.2 Lea Angka Test.......................................................................................9
Gambar II.3 Lea Sensitivitas Kontras Test.................................................................10
Gambar II.4 Buku Braille...........................................................................................14
Gambar II.5 Globe Timbul ........................................................................................15
Gambar II.6 Reglet dan Stylus...................................................................................15

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut WHO, definisi low vision adalah kehilangan penglihatan bahkan

setelah penanganan atau operasi terbaik dan / atau koreksi refraksi standar dan

mempunyai Tajam penglihatan setelah koreksi kurang dari 6/18 sampai persepsi

cahaya (LP+) pada mata terbaik serta Luas lapang pandangan kurang dari 10 derajat

dari titik fiksasi, Tapi secara potensial mampu menggunakan penglihatannya untuk

merencanakan dan / atau melaksanakan tugas. Ciri-ciri orang dengan Low vision

sangat amat banyak.

Menurut WHO, data nasional mengenai masalah gangguan indera penglihatan

di Indonesia pernah dikumpulkan salah satunya melalui survei riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2007 dan 2013. Pada Riskesdas 2013 dengan responden usia 6-14

tahun (usia sekolah setingkat SD dan SMP) didapat prevalensi kebutaan 0,01%

sekitar 4.800 orang dan low vision (tajam penglihatan) yaitu 0,03% atau sekitar

14.400 orang diIndonesia. Bila dilihat menurut provinsi, prevalensi kebutaan di

Sumatera Barat 0,4% dan severe low vision 0.8%. Penyebab kebutaan ini bila

diurutkan yaitu katarak (0,78%), glaukoma (0,2%), kelainan refraksi (0,14%) dan

penyakit lain 0,38%.

Salah satu penyebab low vision adalah pada tajam penglihatannya yang ketika

melihat jauh sangat sulit atau dikatakan tidak normal pada mata biasanya yang

1
2

disebabkan oleh kelainan-kelainan atau penyakit tertentu. Oleh karena itu, diperlukan

Pemeriksaan atau Assesment yang tepat pada orang yang low vision karena pada

dasarnya penderita ini sangat butuh alat bantu yang meyakinkan dirinya untuk

menjalankan kesehariannya, salah satu pemeriksaan yang tepat untuk tes tajam

penglihatan pada anak-anak adalah menggunakan Kartu LEA.

Setelah melihat pengertian dari Low vision, Menurut penulis, jika kartu LEA

dijadikan sebagai alat pemeriksaan buat penderita Low Vison untuk anak-anak yang

ada di SLB Karya Murni. Dimana SLB ini ialah sekolah khusus penderita Tunanetra

yang terletak di Kota Medan, Kec. Medan Johor Provinsi Sumatra utara. Yang

dimana setelah saya lakukan peninjauan awal di SLB Karya Murni, siswa/i disana

ternyata belum mengetahui huruf dan angka, bahkan hanya sedikit yang dapat melihat

atau mengetahui gambar. Oleh sebab itu, menurut penulis tidak salah jika kartu LEA

adalah solusi untuk pemeriksaan tajam penglihatannya.

Lagipula kartu LEA memang dikhususkan untuk anak prasekolah ataupun

anak-anak yang belum mengenal huruf dan angka. Dikarenakan Optotipe nya yang

terdiri dari 4 jenis gambar seperti, apel, rumah, persegi, dan lingkaran. Dimana 4 jenis

gambar ini tidak mungkin anak-anak tidak mengetahuinya. Maka dari uraian diatas

penulis tertarik mengambil judul yang bertema tentang “Pemeriksaan Low Vision

Pada Anak-Anak Menggunakan Kartu LEA di SLB-A Karya Murni”


3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas yang melibatkan pemeriksaan Low vision pada

anak-anak maka dapat ditarik permasalahan yaitu, “Bagaimanakah Hasil dari

Pemeriksaan Low vision menggunakan kartu LEA di SLB-A Karya Murni?”

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk Mengetahui Hasil Pemeriksaan Low vision Menggunakan Kartu

LEA di SLB-A Karya Murni

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan

tentang Pemeriksaan Low Vision pada anak-anak menggunakan kartu LEA.

2. Bagi sekolah, penelitian ini dapat sebagai bahan ajaran supaya siswa/I rutin

untuk melakukan pemeriksaan mata.

3. Bagi Stikes Binalita Sudama, penelitian ini dapat bertujuan untuk menambah

literatur yang berjudul Pemeriksaan Low Vision pada anak-anak menggunakan

kartu LEA.

4. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat sebagai pelajaran ketika hendak

melakukan penelitian selanjutnya tentang Pemeriksaan Low Vision.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Low Vision

The I.B. Foundation (2017) mengatakan semakin tinggi usia anak, gejala low

vision akan semakin nampak dikenali. Misalnya, anak terlalu dekat jika membaca,

menulis, anak kesulitan membaca huruf yang kecil hanya bisa membaca yang

ukurannya besar, kesulitan membaca tulisan di papan tulis meski sudah memakai

kacamata. Matanya tidak terlihat menatap lurus ke depan, sering memicingkan atau

mengerutkan kening terutama di cahaya terang atau saat mencoba melihat sesuatu.

Perlu diwaspadai juga jika anak sering mendorong bola mata dengan jari untuk

melihat sesuatu serta sering mengeluh pusing dan mual begitu selesai mengerjakan

sesuatu dari jarak dekat. Selain itu, ia mengeluh lebih jelas melihat sesuatu siang hari

dibandingkan malam hari.

Menurut Karin (2017) dalam jurnalnya di National Centerfor Biotechnology

Information, anak yang memiliki low vision akan kesulitan melakukan aktivitas

harian seperti mengenal orang di jalan, membaca papan tulis. Adapun dalam jurnal

yang meneliti low vision mahasiswa oleh Firmanda (2014), yang mengungkap bahwa

mahasiswa low vision kurang mampu memenuhi tuntutan sosial. Hal itu disebabkan

karena mereka lebih menghindari keramaian dan tempat yang pencahayaannya

kurang. Sehingga menyebabkan aktivitas sosial mereka menjadi terbatas dan

4
5

berkurang. Dari sini dapat mengetahui bahwa hambatan utama low vision terletak

proses belajarnya (akademik).

2.1.1 Penyebab Low Vision pada Anak

Beberapa penyebab low vision pada anak antara lain ialah adanya faktor

genetik seperti retinitis pigmentosa (hilangnya respon retina secara progresif,

atrofireina, melemahnya pembuluh retina), kongenital glaukoma, diabetes, lahir

prematur, malnutrisi, dan katarak.

Namun, sebagian besar kasus low vision terjadi karena kelainan mata yang

tidak terkoreksi sejak lama, bahkan sejak kecil. Kelainan refraksi seperti miopia

(rabun jauh) dan hipermetropia (rabun dekat) yang tidak terkoreksi, jika tidak segera

memperoleh penanganan yang tepat maka beresiko tinggi mengalami low vision

yang lebih parah.

2.1.2 Klasifikasi Low Vision

Menurut WHO klasifikasi low vision dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 2.2.2 kategori kerusakan penglihatan

Kategori Corrected VA-

better eye WHO definition Working

0 6/6 Normal Normal

1 <6/18-6/60 Visual impairment Low vision

2 <6/60-3/60 Severe visual Low vision


6

impairment

3 <3/60-1/60 Blind Low vision

4 <1/60-PL Blind Low vision

5 No PL Blind Low vision

2.2 Definisi dan Sejarah LEA Symbol

LEA Vision Test System adalah serangkaian tes penglihatan pediatrik yang

dirancang khusus untuk anak-anak yang tidak tahu cara membaca huruf abjad yang

biasanya digunakan dalam grafik mata. Ada banyak varian tes LEA yang dapat

digunakan untuk menilai kemampuan visual penglihatan dekat dan penglihatan jarak,

serta beberapa aspek kesehatan kerja lainnya, seperti sensitivitas kontras, bidang

visual, penglihatan warna, adaptasi visual, persepsi gerak, dan fungsi okular dan

akomodasi (mata).

Versi pertama tes LEA dikembangkan pada tahun 1976 oleh dokter mata

pediatrik Finlandia Lea Hyvärinen, MD, PhD. dr. dan penilaian dan telah bekerja di

bidang itu sejak tahun 1970-an, melatih tim rehabilitasi, merancang perangkat

penilaian visual baru, dan mengajar. Tes pertama dalam LEA Vision Test System yang

dibuat oleh Dr. Hyvarinen adalah Tes Simbol LEA klasik diikuti oleh tes Angka LEA

yang digunakan dalam studi perbandingan dalam bidang kedokteran kerja.

Di antara rangkaian tes gambar penilaian visual yang ada, tes simbol LEA

adalah satu-satunya tes yang telah dikalibrasi terhadap simbol tes visi Landolt C
7

standar. Landolt C adalah optotipe yang digunakan di sebagian besar dunia sebagai

simbol standar untuk mengukur ketajaman visual. Itui dentik dengan "C" yang

digunakan dalam bagan Snellen tradisional.

Selain itu, tes simbol LEA telah diverifikasi secara eksperimental sebagai

ukuran ketajaman visual yang valid dan andal. Seperti yang diharapkan dari tes

penglihatan yang baik, masing-masing dari empat optotipe yang digunakan dalam tes

simbol telah terbukti mengukur ketajaman visual secara serupa dan mengaburkan

secara merata, mendukung konsistensi internal tes.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam Acta Ophthalmologica Scandinavica

pada tahun 2006. menunjukkan bahwa grafik jarak lipat 15-garis LEA Symbols

secara klinis berguna dalam mendeteksi kekurangan ketajaman visual pada anak-anak

prasekolah. Studi yang membandingkan diagnosis ketajaman visual dari tes simbol

LEA dengan yang diperoleh melalui pemeriksaan oftalmologis, mengungkapkan

bahwa diagram simbol LEA memberikan penilaian yang akurat dan memadai pada

95,9% dari 149 anak usia prasekolah yang diuji. Hal ini menunjukkan bahwa tes Lea

dapat digunakan dengan percaya diri sebagai alternatif untuk tes ketajaman visual

pediatrik yang lebih mahal dan memakan waktu.

2.2.1 Macam–Macam LEA Symbol.


8

Sistem Tes tajam penglihatan LEA symbol saat ini berisi lebih dari 40 tes

berbeda yang menargetkan penilaian banyak aspek kekurangan penglihatan dan

komunikasi pada anak-anak dan orang dewasa.

1. LEA Symbol Test

Bentuk tertua dan paling dasar dari tes Lea hanya disebut sebagai "Tes LEA

Symbol". Tes ini terdiri dari empat optotipe (simbol uji): garis besar apel, pentagon,

persegi, dan lingkaran. Karena keempat simbol ini dapat dinamai dan dengan mudah

diidentifikasi sebagai benda konkret sehari-hari ("apel", "rumah", "jendela", dan

"cincin"), mereka dapat dikenali pada usia yang lebih awal daripada huruf atau angka

abstrak. Hal ini memungkinkan anak-anak prasekolah untuk diuji ketajaman visual

jauh sebelum mereka terbiasa dengan huruf dan angka yang digunakan dalam bagan

penglihatan standar lainnya.

Gambar II.1 LEA symbol test

2. LEA Angka Test


9

Tes Angka LEA adalah tes LEA kedua yang dikembangkan dan dapat

digunakan untuk menguji ketajaman visual anak-anak yang lebih tua dan bahkan

orang dewasa. Tes ini memiliki tata letak seperti bagan Snellen pada umumnya,

dengan garis angka yang berkurang ukurannya di bagian bawah halaman. Seperti

optotipe dari Tes Simbol LEA, angka-angka ini juga dikalibrasi terhadap Landolt C

dan kabur secara merata.

Gambar II.2 LEA Numbers Test

3. Tes Sensitivitas Kontras LEA

Informasi visual yang disajikan dalam pengaturan kontras rendah sangat penting

untuk proses komunikasi visual. Sangat penting untuk menilai sensitivitas kontras

anak pada usia muda untuk menentukan jarak dan akurasi dengan anak dapat

membedakan fitur wajah. Tes’s yang sangat populer yang dirancang khusus untuk

alasan ini adalah tes "Menyembunyikan Heidi Low Contrast Face Pictures" (yang

menghasilkan versi dari LEA Vision Test System.) Tes ini menggunakan serangkaian

kartu yang menggambarkan wajah kartun dengan tingkat kontras yang berbeda.
10

Penilaian sensitivitas kontras yang diperoleh dari tes ini sangat penting dalam

pengaturan pendidikan karena anak-anak dengan kekurangan kontras mengalami

kesulitan ekstrim menerima isyarat visual dari bahasa tubuh atau ekspresi wajah dan

seringkali tidak dapat membaca papan tulis atau proyektor.

Gambar II.3 LEA Contrast Chart

2.2.2 Keunggulan dan Kekurangan Menggunakan Kartu LEA

Pemeriksaan tajam penglihatan menggunakan Kartu LEA hanya sedikit

diketahui, karena kartu LEA/ LEA symbol hanya sedikit yang memakai, dikarenakan

hanya dikhususkan untuk anak-anak yang tidak mengerti huruf dan angka. Berikut

kelebihan dan kekurangan melakukan pemeriksaan menggunakan kartu LEA:


11

1. Kelebihan menggunakan Kartu LEA

Kartu LEA sama saja dengan snellen chart hanya yang membedakannya

adalah optotipe pada chart nya, yaitu kalau pada snellen chart terdapat huruf”

sedangkan pada LEA symbol terdapat bentuk optotipe berbentuk 4 gambar. Nah, dari

sini kita tahu bahwa kelebihan dari LEA symbol dari yang lainnya yaitu LEA symbol

dapat digunakan sebagai alat visual acuity terkhusus anak-anak / pediatrik yang

belum mengenal huruf atau angka. Serta cara pemeriksaan LEA symbol yang

tergolong sangat mudah, sehingga membuat pemeriksa dapat lebih mudah melihat

visual acuity pada anak-anak tersebut.

2. Kelemahan Menggunakan Kartu LEA

Meski memiliki kelebihan, Kartu LEA juga memiliki kekurangan, yaitu

kekurangannya adalah LEA symbol tidak dapat digunakan pada orang dewasa atau

orang yang sudah mengetahui huruf dan angka karena pada dasarnya hanya

digunakan pada anak-anak yang tidak mengenal huruf dan angka, lagipula hanya

untuk pemeriksaan visual acuity jika ingin melakukan pengecekan kontras nya harus

dengan chart yang berbeda lagi. Tidak seperti snellen chart yang dapat digunakan lagi

sebagai pengecekan kontras atau balancing tes.

Dengan demikian pemeriksaan Menggunakan Kartu LEA hanya digunakan

kepada anak-anak yang belum mengetahui huruf dan angka atau anak-anak yang

belum diajari apa itu huruf seperti halnya pada anak-anak Low Vision yang tidak
12

mengenal huruf, karena pada dasarnya penderita Low vision ada sebagian yang belum

mengetahui huruf dan hanya mengenal gambar seperti optotipe yang ada pada LEA

symbol.

2.2.3 Cara Pemeriksaan Menggunakan Kartu LEA

Pemeriksaan Menggunakan kartu LEA dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Dilakukan pada jarak 3 meter

2. Menggunakan metode “matching” dan “snellen”

3. Terdapat 4 simbol, rumah, lingkaran, segiempat, apel

4. Satu carta akan diletakkan pada jarak 3 meter; 1 carta lebih kecil akan

dipegang oleh pemeriksa didepan pasien

5. Pemeriksa akan menunjukkan salah satu gambar pada carta jauh dan

pasien diminta untuk menunjuk gambar yang sama seperti pemeriksa

tunjukkan pada carta dekat.

2.3 Sekolah Luar Biasa (SLB-A) Karya Murni

SLB-A Karya Murni merupakan sekolah yang didirikan pada tahun 1998 dan

Sekolah yang diperuntukkan untuk anak-anak penyandang Tunanetra. Tunanetra

adalah istilah umum yang digunakan untuk kondisi seseorang yang mengalami

gangguan atau hambatan dalam indra penglihatannya. Berdasarkan tingkat

gangguannya Tunanetra dibagi dua yaitu buta total dan masih mempunyai sisa

penglihatan.
13

Pembelajaran pada SLB swasta ini dilakukan selama 6 hari, yakni pada hari

senin hingga sabtu. Sedangkan model pembelajaran yang digunakan di SLB ini ialah

model pembelajaran selama Pagi. SLB-A Karya Murni Kota Medan memiliki nomor

npsn 10259865, dengan fasilitas penunjang sekolah yang cukup. SLB-A Karya Murni

Kota Medan setidaknya telah memiliki jumlah guru sebanyak 9, sedangkan siswa nya

berjumlah 25 siswa, yang terdiri dari beberapa kelas.

2.3.1 Ciri-ciri yang Dialami Siswa/I SLB-A

1. Tidak dapat menulis dan membaca

2. Memicingkan mata atau mengerutkan dahi ketika melihat di bawah

cahaya yang terang

3. Terlihat tidak menatap lurus ke depan ketika memandang sesuatu

4. Kondisi mata tampak lain, misalnya terlihat berkabut atau berwarna

putih pada bagian luar.

5. Sekeliling mata memerah, bulu mata menutup pandangannya;

6. Mata berair atau mata memerah

7. Sering ada timbil di mata atau merasa gatal dan

8. Rasa pening, sakit kepala, atau rasa mual.

9. Berkedip-kedip atau memutar-mutar mata

10. Memejamkan mata atau menutupi satu mata

11. Tidak dapat membedakan warna atau menduga jarak

Dari ciri-ciri diatas dapat dilihat, siswa/i di SLB-A Karya Murni banyak

terdapat anak-anak tunanetra yang membutuhkan pembelajaran seperti biasanya.


14

2.3.2 Media Pembelajaran yang digunakan di SLB-A Karya Murni

SLB-A Karya Murni tidak lah seperti sekolah pada umumnya, mereka tidak

melakukan pembelajaran seperti sekolah umum, tetapi mereka memiliki media

pembelajaran khusus yang dapat menunjang kreativitas mereka untuk mengenal

dunia, berikut adalah beberapa jenis Media Pembelajaran yang digunakan di SLB-A

Karya Murni:

A. Buku Braille

Menggunakan huruf yang namanya braille sehingga dari kecil di sekolah

mereka sudah diarahkan untuk belajar huruf tersebut. Bila sudah menguasai mereka

bisa diberikan materi dengan buku-buku braille yang daoat dibaca secara mandiri

Gambar II.4 Buku Braile


B. Globe Timbul

Globe timbul sebetulnya berbentuk seperti globe pada umumnya, namun yang

membedakan benda ini memiliki tonjolan yang bisa diraba sehingga paham mana
15

yang termasuk daratan dan laut. Media ini bisa digunakan mempelajari ilmu

pengetahuan sosial yang mengarah pada ilmu geografi.

Gambar II.5 Globe Timbul

C. Reglet dan Stylus

Gambar II.6 Reglet dan Stylus


Reglet merupakan alat menulis untuk menulis braille. Alat tulis khusus ini

digunakan untuk membuat tulisan dalam huruf braille. Reglet sediri biasanya

dilengkapi dengan stylus atau pen.


16

Sedangkan stylus atau pen berbentuk seperti paku kecil yang dengan ujung

tajam untuk menusuk kertas pada reglet. Terdapat juga pada ujung tumpul yang

berfungsi untuk menghapus hurus timbul braille jika salah menulis.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Menurut

Sugiyono (2018) data kuantitatif merupakan metode penelitian yang

berlandaskan positivistic (data konkrit), data penelitian berupa angka-angka

yang akan diukur menggunakan statistik sebagai alat uji penghitungan,

berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk menghasilkan suatu hasil

pemeriksaan low vision pada anak-anak menggunakan kartu Lea.

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

3.2.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2018) Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan. Populasi yang digunakan adalah siswa/i penderita low vision di

SLB-A Karya Murni Medan. Berdasarkan data yang telah diperoleh, populasi

yang ada di SLB-A Karya Murni Medan adalah 25 Siswa/i. 10 siswa sudah

buta total, sedangkan 15 siswa lainnya masih dapat melihat dengan seadanya.

17
18

3.2.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2018) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Adapun Sampel yang

digunakan adalah 15 siswa/i penderita low vision di SLB-A Karya Murni

3.2.3 Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total

sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana besar

sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2018). Alasan mengambil total

sampling karena menurut Sugiyono (2018), jumlah populasi yang kurang dari

100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di SLB-A Karya Murni di jl. Karya Wisata

no.06, Gedung johor, Kec. Medan Johor, Kota Medan Prov. Sumatera Utara.

3.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2023

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah data primer. Menurut

Sugiyono (2016), Data primer adalah sebuah data yang langsung didapatkan dari
19

sumber dan diberi kepada pengumpul data atau peneliti. Sederhananya, sumber data

primer adalah secara observasi ataupun pengamatan langsung.

3.5 Pertimbangan Etik

Penelitian ini akan dilakukan setelah peneliti mendapatkan persetujuan

dari institusi STIKes Binalita Sudama Medan yang akan dilanjutkan peneliti

di kota medan sekitarnya. Untuk menjaga kerahasian responden, peneliti tidak

akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi

cukup memberikan kode pada masing-masing lembar kerja tersebut.

kerahasian informasi yang diberikan oleh responden akan dijamin oleh

peneliti dan hanya kelompok, data tertentu saja yang akan di laporkan sebagai

laporan penelitian. Arikunto (2013)

3.6 Analisa Data

Menurut Sugiyono (2018), Analisa Data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam

kategori penelitian. Analisa yang akan digunakan adalah data sistematis yang

diperoleh langsung dari hasil observasi atau pengamatan langsung.


20

DAFTAR PUSTAKA

Alanshori,A,N., 2020. Klasifikasi low vision berdasarkan jenis kelainan terjadi.

Analisis & Hambatan low Vision Pada Anak Berkebutuhan Khusus - analisis Dan
Hambatan anak dengan lowvision (2019) Studocu. diakses di:
https://www.studocu.com/id/document/universitas-negerimalang/pendidikan-
anak-berkebutuhan-khusus/analisis-hambatan-low-vision-pada-anak-
berkebutuhan-khusus/20797402. (diakses pada: 30 Januari 2023)

Arikanto (2013). Prosedur Penelitian Suatu Praktik: Edisi Revisi Jakarta: PT Rineka
Cipta

Firmanda,2014” Penyesuaian Diri Penyandang Low Vision Dalam Melwati


Pendidikan Di Perguruan Tinggi, Jurnal Psikologi Tabularasa Vol 9 No1,
Universitas Air Langga Surabaya, hlm. 1

Lea Test (2022) Wikipedia. Wikimedia Foundation. diakses di:


https://en.wikipedia.org/wiki/Lea_test. (diakses pada: 5 Januari 2023)

Low Vision & Lensa Kontak - RS Mata Masyarakat jawa Timur. diakses di:
https://rsmm.jatimprov.go.id/lowvision-lensakontak.php. (diakses pada: 8
Januari 2023)

Siregar, N.H. (2009). LOW VISION, Medan: repository usu.

Sugiyono (2016). Metode Kuantitatif Kualitatif dan R&D Bandung: ALFABET

Sugiyono, D. (2018). Metode penelitian kuatintatif, kualitatif dan R &


D/Sugiyono. Bandung: Alfabeta
21

DAFTAR BIMBINGAN PROPOSAL KTI

Nama : Abdul Rais Habibullah Marbun

Nim : 20114041360

Prodi : D-III Optometri

Judul Proposal : Asessment Low Vision pada Anak-anak Menggunakan

Kartu Lea Di SLB-A KARYA MURNI tahun 2023

Dosen Pembimbing : Khairuna Irma, RO, M.K.M

No Tanggal Materi Diskusi TTD Dosen


Pembimbing
1 19 Desember 2022 Pengajuan Judul

2 20 Desember 2022 ACC Judul

3 9 Januari 2023 Konsul Bab 1

4 13 Januari 2023 Revisi Bab 1

5 17 Januari 2023 Konsul Bab 1 dan 2

6 20 Januari 2023 Revisi Bab 1 dan 2

7 26 Januari 2023 Konsul Bab 2 dan 3

8 27 Januari 2023 Revisi Bab 3

You might also like