Professional Documents
Culture Documents
Assesment - Low - Vision - Rais-1 123
Assesment - Low - Vision - Rais-1 123
Oleh:
Oleh:
Menyetujui:
Pembimbing
Mengetahui:
Ketua Program Studi
i
KATA PENGANTAR
Puji dan sukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang maha Esa yang telah
memberikan berkat dan Rahmat-nya serta Kesehatan dan kesempatan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini yang berjudul
A Karya Murni”
moral maupun material serta saran dan doa. Pada kesempatan ini penulis
Medan
2. dr. Ismi Dian Rochimah, selaku Ketua Yayasan Binalita Sudama Medan
3. Arya Novika NS, RO, M.Pd selaku Ketua STIKes Binalita Sudama Medan
4. Zulianti, RO, M. Kes selaku Ketua Prodi Optometri STIKes Binalita Sudama
Medan.
5. Khairuna Irma, RO, M.K.M selaku dosen pembimbing yang telah banyak
6. Kedua orang tua yang selalu mendoakan saya serta dukungan selama saya
mengikuti pendidikan dan proses penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
ii
7. Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan
Optometri yang ikut serta membantu saya dalam mengerjakan proposal ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan oleh sebab itu penulis sangat mengharapakan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini pada masa yang
akan datang.
Akhir kata penulis mengucapkan Terima Kasih dan semoga Karya Tulis
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ..........................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................
2.1 Low Vision..................................................................................................
2.1.1 Penyebab Low Vision.........................................................................
2.1.2 Klasifikasi Penderita Low Vision.......................................................
2.2 Definisi dan Sejarah LEA Symbol.............................................................
2.2.1 Macam-Macam LEA Symbol............................................................
2.2.2 Keunggulan dan Kekurangan Menggunakan Kartu LEA..................
2.2.3 Cara Pemeriksaan Menggunakan Kartu LEA................................. 1
2.3 Sekolah Luar Biasa (SLB-A) Karya Murni...............................................
2.3.1 Ciri-ciri yang dialami di SLB-A.......................................................
2.3.2 Media Pembelajaran yang digunakan di SLB-A Karya Murni........
BAB 3 METODE PENELITIAN ........................................................................... 1
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 1
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling................................................... 1
3.2.1 Populasi........................................................................................... 1
3.2.2 Sampel............................................................................................. 1
3.2.3 Teknik Sampling...............................................................................
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................
3.3.1 Lokasi Penelitian..............................................................................
3.3.2 Waktu Penelitian.............................................................................1
3.4 Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 1
3.5 Pertimbangan Etik.....................................................................................
3.6 Analisa Data..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
DAFTAR BIMBINGAN............................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar II.1 Lea Symbol Test.....................................................................................8
Gambar II.2 Lea Angka Test.......................................................................................9
Gambar II.3 Lea Sensitivitas Kontras Test.................................................................10
Gambar II.4 Buku Braille...........................................................................................14
Gambar II.5 Globe Timbul ........................................................................................15
Gambar II.6 Reglet dan Stylus...................................................................................15
v
BAB 1
PENDAHULUAN
setelah penanganan atau operasi terbaik dan / atau koreksi refraksi standar dan
mempunyai Tajam penglihatan setelah koreksi kurang dari 6/18 sampai persepsi
cahaya (LP+) pada mata terbaik serta Luas lapang pandangan kurang dari 10 derajat
dari titik fiksasi, Tapi secara potensial mampu menggunakan penglihatannya untuk
merencanakan dan / atau melaksanakan tugas. Ciri-ciri orang dengan Low vision
di Indonesia pernah dikumpulkan salah satunya melalui survei riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007 dan 2013. Pada Riskesdas 2013 dengan responden usia 6-14
tahun (usia sekolah setingkat SD dan SMP) didapat prevalensi kebutaan 0,01%
sekitar 4.800 orang dan low vision (tajam penglihatan) yaitu 0,03% atau sekitar
Sumatera Barat 0,4% dan severe low vision 0.8%. Penyebab kebutaan ini bila
diurutkan yaitu katarak (0,78%), glaukoma (0,2%), kelainan refraksi (0,14%) dan
Salah satu penyebab low vision adalah pada tajam penglihatannya yang ketika
melihat jauh sangat sulit atau dikatakan tidak normal pada mata biasanya yang
1
2
disebabkan oleh kelainan-kelainan atau penyakit tertentu. Oleh karena itu, diperlukan
Pemeriksaan atau Assesment yang tepat pada orang yang low vision karena pada
dasarnya penderita ini sangat butuh alat bantu yang meyakinkan dirinya untuk
menjalankan kesehariannya, salah satu pemeriksaan yang tepat untuk tes tajam
Setelah melihat pengertian dari Low vision, Menurut penulis, jika kartu LEA
dijadikan sebagai alat pemeriksaan buat penderita Low Vison untuk anak-anak yang
ada di SLB Karya Murni. Dimana SLB ini ialah sekolah khusus penderita Tunanetra
yang terletak di Kota Medan, Kec. Medan Johor Provinsi Sumatra utara. Yang
dimana setelah saya lakukan peninjauan awal di SLB Karya Murni, siswa/i disana
ternyata belum mengetahui huruf dan angka, bahkan hanya sedikit yang dapat melihat
atau mengetahui gambar. Oleh sebab itu, menurut penulis tidak salah jika kartu LEA
anak-anak yang belum mengenal huruf dan angka. Dikarenakan Optotipe nya yang
terdiri dari 4 jenis gambar seperti, apel, rumah, persegi, dan lingkaran. Dimana 4 jenis
gambar ini tidak mungkin anak-anak tidak mengetahuinya. Maka dari uraian diatas
penulis tertarik mengambil judul yang bertema tentang “Pemeriksaan Low Vision
2. Bagi sekolah, penelitian ini dapat sebagai bahan ajaran supaya siswa/I rutin
3. Bagi Stikes Binalita Sudama, penelitian ini dapat bertujuan untuk menambah
kartu LEA.
4. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat sebagai pelajaran ketika hendak
The I.B. Foundation (2017) mengatakan semakin tinggi usia anak, gejala low
vision akan semakin nampak dikenali. Misalnya, anak terlalu dekat jika membaca,
menulis, anak kesulitan membaca huruf yang kecil hanya bisa membaca yang
ukurannya besar, kesulitan membaca tulisan di papan tulis meski sudah memakai
kacamata. Matanya tidak terlihat menatap lurus ke depan, sering memicingkan atau
mengerutkan kening terutama di cahaya terang atau saat mencoba melihat sesuatu.
Perlu diwaspadai juga jika anak sering mendorong bola mata dengan jari untuk
melihat sesuatu serta sering mengeluh pusing dan mual begitu selesai mengerjakan
sesuatu dari jarak dekat. Selain itu, ia mengeluh lebih jelas melihat sesuatu siang hari
Information, anak yang memiliki low vision akan kesulitan melakukan aktivitas
harian seperti mengenal orang di jalan, membaca papan tulis. Adapun dalam jurnal
yang meneliti low vision mahasiswa oleh Firmanda (2014), yang mengungkap bahwa
mahasiswa low vision kurang mampu memenuhi tuntutan sosial. Hal itu disebabkan
4
5
berkurang. Dari sini dapat mengetahui bahwa hambatan utama low vision terletak
Beberapa penyebab low vision pada anak antara lain ialah adanya faktor
Namun, sebagian besar kasus low vision terjadi karena kelainan mata yang
tidak terkoreksi sejak lama, bahkan sejak kecil. Kelainan refraksi seperti miopia
(rabun jauh) dan hipermetropia (rabun dekat) yang tidak terkoreksi, jika tidak segera
memperoleh penanganan yang tepat maka beresiko tinggi mengalami low vision
impairment
LEA Vision Test System adalah serangkaian tes penglihatan pediatrik yang
dirancang khusus untuk anak-anak yang tidak tahu cara membaca huruf abjad yang
biasanya digunakan dalam grafik mata. Ada banyak varian tes LEA yang dapat
digunakan untuk menilai kemampuan visual penglihatan dekat dan penglihatan jarak,
serta beberapa aspek kesehatan kerja lainnya, seperti sensitivitas kontras, bidang
visual, penglihatan warna, adaptasi visual, persepsi gerak, dan fungsi okular dan
akomodasi (mata).
Versi pertama tes LEA dikembangkan pada tahun 1976 oleh dokter mata
pediatrik Finlandia Lea Hyvärinen, MD, PhD. dr. dan penilaian dan telah bekerja di
bidang itu sejak tahun 1970-an, melatih tim rehabilitasi, merancang perangkat
penilaian visual baru, dan mengajar. Tes pertama dalam LEA Vision Test System yang
dibuat oleh Dr. Hyvarinen adalah Tes Simbol LEA klasik diikuti oleh tes Angka LEA
Di antara rangkaian tes gambar penilaian visual yang ada, tes simbol LEA
adalah satu-satunya tes yang telah dikalibrasi terhadap simbol tes visi Landolt C
7
standar. Landolt C adalah optotipe yang digunakan di sebagian besar dunia sebagai
simbol standar untuk mengukur ketajaman visual. Itui dentik dengan "C" yang
Selain itu, tes simbol LEA telah diverifikasi secara eksperimental sebagai
ukuran ketajaman visual yang valid dan andal. Seperti yang diharapkan dari tes
penglihatan yang baik, masing-masing dari empat optotipe yang digunakan dalam tes
simbol telah terbukti mengukur ketajaman visual secara serupa dan mengaburkan
pada tahun 2006. menunjukkan bahwa grafik jarak lipat 15-garis LEA Symbols
secara klinis berguna dalam mendeteksi kekurangan ketajaman visual pada anak-anak
prasekolah. Studi yang membandingkan diagnosis ketajaman visual dari tes simbol
bahwa diagram simbol LEA memberikan penilaian yang akurat dan memadai pada
95,9% dari 149 anak usia prasekolah yang diuji. Hal ini menunjukkan bahwa tes Lea
dapat digunakan dengan percaya diri sebagai alternatif untuk tes ketajaman visual
Sistem Tes tajam penglihatan LEA symbol saat ini berisi lebih dari 40 tes
Bentuk tertua dan paling dasar dari tes Lea hanya disebut sebagai "Tes LEA
Symbol". Tes ini terdiri dari empat optotipe (simbol uji): garis besar apel, pentagon,
persegi, dan lingkaran. Karena keempat simbol ini dapat dinamai dan dengan mudah
"cincin"), mereka dapat dikenali pada usia yang lebih awal daripada huruf atau angka
abstrak. Hal ini memungkinkan anak-anak prasekolah untuk diuji ketajaman visual
jauh sebelum mereka terbiasa dengan huruf dan angka yang digunakan dalam bagan
Tes Angka LEA adalah tes LEA kedua yang dikembangkan dan dapat
digunakan untuk menguji ketajaman visual anak-anak yang lebih tua dan bahkan
orang dewasa. Tes ini memiliki tata letak seperti bagan Snellen pada umumnya,
dengan garis angka yang berkurang ukurannya di bagian bawah halaman. Seperti
optotipe dari Tes Simbol LEA, angka-angka ini juga dikalibrasi terhadap Landolt C
Informasi visual yang disajikan dalam pengaturan kontras rendah sangat penting
untuk proses komunikasi visual. Sangat penting untuk menilai sensitivitas kontras
anak pada usia muda untuk menentukan jarak dan akurasi dengan anak dapat
membedakan fitur wajah. Tes’s yang sangat populer yang dirancang khusus untuk
alasan ini adalah tes "Menyembunyikan Heidi Low Contrast Face Pictures" (yang
menghasilkan versi dari LEA Vision Test System.) Tes ini menggunakan serangkaian
kartu yang menggambarkan wajah kartun dengan tingkat kontras yang berbeda.
10
Penilaian sensitivitas kontras yang diperoleh dari tes ini sangat penting dalam
kesulitan ekstrim menerima isyarat visual dari bahasa tubuh atau ekspresi wajah dan
diketahui, karena kartu LEA/ LEA symbol hanya sedikit yang memakai, dikarenakan
hanya dikhususkan untuk anak-anak yang tidak mengerti huruf dan angka. Berikut
Kartu LEA sama saja dengan snellen chart hanya yang membedakannya
adalah optotipe pada chart nya, yaitu kalau pada snellen chart terdapat huruf”
sedangkan pada LEA symbol terdapat bentuk optotipe berbentuk 4 gambar. Nah, dari
sini kita tahu bahwa kelebihan dari LEA symbol dari yang lainnya yaitu LEA symbol
dapat digunakan sebagai alat visual acuity terkhusus anak-anak / pediatrik yang
belum mengenal huruf atau angka. Serta cara pemeriksaan LEA symbol yang
tergolong sangat mudah, sehingga membuat pemeriksa dapat lebih mudah melihat
kekurangannya adalah LEA symbol tidak dapat digunakan pada orang dewasa atau
orang yang sudah mengetahui huruf dan angka karena pada dasarnya hanya
digunakan pada anak-anak yang tidak mengenal huruf dan angka, lagipula hanya
untuk pemeriksaan visual acuity jika ingin melakukan pengecekan kontras nya harus
dengan chart yang berbeda lagi. Tidak seperti snellen chart yang dapat digunakan lagi
kepada anak-anak yang belum mengetahui huruf dan angka atau anak-anak yang
belum diajari apa itu huruf seperti halnya pada anak-anak Low Vision yang tidak
12
mengenal huruf, karena pada dasarnya penderita Low vision ada sebagian yang belum
mengetahui huruf dan hanya mengenal gambar seperti optotipe yang ada pada LEA
symbol.
4. Satu carta akan diletakkan pada jarak 3 meter; 1 carta lebih kecil akan
5. Pemeriksa akan menunjukkan salah satu gambar pada carta jauh dan
SLB-A Karya Murni merupakan sekolah yang didirikan pada tahun 1998 dan
adalah istilah umum yang digunakan untuk kondisi seseorang yang mengalami
gangguannya Tunanetra dibagi dua yaitu buta total dan masih mempunyai sisa
penglihatan.
13
Pembelajaran pada SLB swasta ini dilakukan selama 6 hari, yakni pada hari
senin hingga sabtu. Sedangkan model pembelajaran yang digunakan di SLB ini ialah
model pembelajaran selama Pagi. SLB-A Karya Murni Kota Medan memiliki nomor
npsn 10259865, dengan fasilitas penunjang sekolah yang cukup. SLB-A Karya Murni
Kota Medan setidaknya telah memiliki jumlah guru sebanyak 9, sedangkan siswa nya
Dari ciri-ciri diatas dapat dilihat, siswa/i di SLB-A Karya Murni banyak
SLB-A Karya Murni tidak lah seperti sekolah pada umumnya, mereka tidak
dunia, berikut adalah beberapa jenis Media Pembelajaran yang digunakan di SLB-A
Karya Murni:
A. Buku Braille
mereka sudah diarahkan untuk belajar huruf tersebut. Bila sudah menguasai mereka
bisa diberikan materi dengan buku-buku braille yang daoat dibaca secara mandiri
Globe timbul sebetulnya berbentuk seperti globe pada umumnya, namun yang
membedakan benda ini memiliki tonjolan yang bisa diraba sehingga paham mana
15
yang termasuk daratan dan laut. Media ini bisa digunakan mempelajari ilmu
digunakan untuk membuat tulisan dalam huruf braille. Reglet sediri biasanya
Sedangkan stylus atau pen berbentuk seperti paku kecil yang dengan ujung
tajam untuk menusuk kertas pada reglet. Terdapat juga pada ujung tumpul yang
3.2.1 Populasi
terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik
SLB-A Karya Murni Medan. Berdasarkan data yang telah diperoleh, populasi
yang ada di SLB-A Karya Murni Medan adalah 25 Siswa/i. 10 siswa sudah
buta total, sedangkan 15 siswa lainnya masih dapat melihat dengan seadanya.
17
18
3.2.2 Sampel
sampling karena menurut Sugiyono (2018), jumlah populasi yang kurang dari
no.06, Gedung johor, Kec. Medan Johor, Kota Medan Prov. Sumatera Utara.
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2023
Sugiyono (2016), Data primer adalah sebuah data yang langsung didapatkan dari
19
sumber dan diberi kepada pengumpul data atau peneliti. Sederhananya, sumber data
dari institusi STIKes Binalita Sudama Medan yang akan dilanjutkan peneliti
peneliti dan hanya kelompok, data tertentu saja yang akan di laporkan sebagai
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
kategori penelitian. Analisa yang akan digunakan adalah data sistematis yang
DAFTAR PUSTAKA
Analisis & Hambatan low Vision Pada Anak Berkebutuhan Khusus - analisis Dan
Hambatan anak dengan lowvision (2019) Studocu. diakses di:
https://www.studocu.com/id/document/universitas-negerimalang/pendidikan-
anak-berkebutuhan-khusus/analisis-hambatan-low-vision-pada-anak-
berkebutuhan-khusus/20797402. (diakses pada: 30 Januari 2023)
Arikanto (2013). Prosedur Penelitian Suatu Praktik: Edisi Revisi Jakarta: PT Rineka
Cipta
Low Vision & Lensa Kontak - RS Mata Masyarakat jawa Timur. diakses di:
https://rsmm.jatimprov.go.id/lowvision-lensakontak.php. (diakses pada: 8
Januari 2023)
Nim : 20114041360