You are on page 1of 27

i

MAKALAH
Intelligence Quotient (IQ)

Dosen Pengampuh :

Prof. Dr. Nurhayati B, M,Pd

Oleh:

Kelompok 5

Nurul Aqli 220013301049

Anna Majid 220013301071

Sari Utari 220013301057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022

i
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Berkat

rahmat, taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah

Psikologi Pendidikan yang berjudul Makalah Intelligence Quotient (IQ) dengan

lancar dan tepat pada waktu tanpa suatu kendala yang berarti.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Nurhayati, M. Pd. Selaku

dosen pengampu dari mata kuliah Psikologi Pendidikan atas bimbingannya dalam

proses penyusunan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

seluruh anggota tim yang telah bekerja sama dalam penyusunan makalah ini.

Penulis telah berusaha dengan maksimal dalam penyusunan makalah ini

dengan segala kekurangannya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini

masih memiliki kekurangan, maka dari itu penulis berharap kritik, saran maupun

masukan yang bersifat membangun agar kedepannya penulis dapat membuat karya-

karya yang lebih baik lagi.

Makassar 01 Desember 2022

Kelompok Lima

ii
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................................... 2
D. Manfaat .................................................................................................................. 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
A. Pengertian Intelegensi........................................................................................... 3
B. Definisi Intelegensi Menurut Para Ahli .............................................................. 4
C. Jenis-Jenis Intelegensi........................................................................................... 5
1. Kecerdasan Linguistic-Verbal............................................................................. 6
2. Kecerdasan Logiko-Matematik ........................................................................... 6
3. Kecerdasan Spasial-Visual.................................................................................. 7
4. Kecerdasan Ritmik-Musik .................................................................................. 8
5. Kecerdasan Kinestetik......................................................................................... 9
6. Kecerdasan Interpersonal .................................................................................. 10
7. Kecerdasan Intrapersonal. ................................................................................. 10
8. Kecerdasan Naturalis. ....................................................................................... 11
D. Pendekatan Intelegensi ....................................................................................... 12
1. Pendekatan Teori Belajar .................................................................................. 12
2. Pendekatan Neurobiologis ................................................................................ 12
3. Pendekatan Psikomotorik.................................................................................. 12
4. Pendekatan Teori Perkembangan ...................................................................... 13
E. Faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi .......................................................... 13
1. Faktor bawaan atau keturunan. ......................................................................... 13
2. Faktor Lingkungan ............................................................................................ 13

iii
iv

F. Pengukuran Intelegensi Quotion ....................................................................... 17


BAB III............................................................................................................................. 22
PENUTUP........................................................................................................................ 22
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 22
B. Saran .................................................................................................................... 22

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk paling sempurna diantara makhluk-makhluk

ciptaan Allah SWT di bumi ini. Diberinya daya cipta, rasa dan karsa yang

memungkinkan manusia untuk berbuat lebih besar dari pada otak mereka yang

kecil. Kekuatan berpikir itulah yang sering disebut-sebut dengan intelegensi.

Manusia yang mempunyai intelegensi yang tinggi, tentulah mereka lebih unggul

daripada manusia yang memiliki intelegesi yang rendah. Intelegensi merupakan

kemampuan yang dibawa sejak lahir, bukan timbul secara tiba-tiba. Yang

memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Intelegensi juga

dapat dipahami sebagai kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan

penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah.

Intelegensi merupakan salah satu konsep yang dipelajari dalam psikologi.

Pada hakekatnya, semua orang sudah merasa memahami makna intelegensi.


Sebagian orang berpendapat bahwa intelegensi merupakan hal yang sangat penting

dalam berbagai aspek kehidupan.

Intelegensi erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Banyak problem –

problem manusia yang berhubungan dengan intelegensi. Dalam dunia

pendidikanpun, intelegensi merupakan hal yang sangat berkaitan. Seolah – olah

intelegensi merupakan penentu keberhasilan untuk mencapai segala sesuatu yang

diinginkan, dan merupakan suatu penentu keberhasilan dalam semua bidang

kehidupan

1
2

B. Rumusan Masalah

Adapun rumasan masalah pada makalah ini, yaitu :

1. Apakah pengertian dari inteltegensi quotient ?

2. Apakah pengertian intelgensi menurut para ahli ?

3. Apakah jenis-jenis dan faktor yang mempengaruhi intelegensi ?

4. Bagaimana cara pengururan intelegensi ?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :

1. Mengetahui pengertian intellegensi quotient

2. Mengetahui pengertian intelegensi menurut para ahli

3. Mengetahui jenis dan factor yang mempengaruhi intelegensi

4. Mengetahui cara pengukuran intelegensi

D. Manfaat

Manfaat dari terbuatnya makalah ini adalah agar pembaca dapat lebih
mengetahui tentang inteligensi kecerdasan suatu individu, dan dapat
menempatkan individu tersebut dalam penempatan yang tepat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Intelegensi

Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari

bahasa Latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia atau Intellegere”. Intelegensi

berasal dari kata Latin, yang berarti memahami. Jadi intelegensi adalah aktivitas

atau perilaku yang merupakan perwujudan dari daya atau potensi untuk memahami

sesuatu.

Intelegensi merupakan potensi bawaan yang sering dikaitkan dengan

berhasil tidaknya anak belajar disekolah. Dengan kata lain, intelegensi dianggap

sebagai faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya anak disekolah. Kecerdasan

(Inteligensi) secara umum dipahami pada dua tingkat yakni: kecerdasan sebagai

suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan

kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga


masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan

demikian pengetahuan pun bertambah.

Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ

memegang peranan penting untuk suksesnya anak dalam belajar. Menurut

penyelidikan, IQ atau daya tangkap seseorang mulai dapat ditentukan sekitar umur

3 tahun. Daya tangkap sangat dipengaruhi oleh garis keturunan atau gen.

IQ atau daya tangkap ini dianggap takkan berubah sampai seseorang

dewasa, kecuali bila ada sebab kemunduran fungsi otak seperti penuaan dan

kecelakaan karena setelah otak mencapai kemasakan, tidak terjadi perkembangan

lagi bahkan pada titik tertentu akan terjadi penurunan kemampuan.

3
4

IQ yang tinggi memudahkan seorang murid belajar dan memahami berbagai


ilmu. Daya tangkap yang kurang merupakan penyebab kesulitan belajar pada
seorang murid, disamping faktor lain, seperti gangguan fisik ( sakit demam, lemah,
sakit-sakitan) dan gangguan emosional. Awal untuk melihat IQ seorang anak adalah
pada saat ia mulai berkata-kata. Ada hubungan langsung antara kemampuan bahasa
si anak dengan IQ-nya, apabila seorang anak dengan IQ tinggi masuk sekolah,
penguasaan bahasanya akan lebih cepat dan banyak dibandingkan dengan anak
yang IQnya rendah.

B. Definisi Intelegensi Menurut Para Ahli

Definisi intelegensi menurut para ahli mengemukakan beberapa pendapat


sebagai berikut:
1. Alfred Binet (1857-1911) & Theodore Simon. Inteligensi terdiri dari tiga
komponen, yaitu kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan,
kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah
dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengritik diri sendiri (autocriticism).
2. Andrew Crider (1983) Intelegensi itu bagaikan listrik, gampang untuk
diukur tapi hampir mustahil untuk didefinisikan.
3. H. H. Goddard (1946). Mendefinisikan inteligensi sebagai tingkat
kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah
yang langsung dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang
akan datang.
4. V.A.C. Henmon. Mengatakan bahwa inteligensi terdiri atas dua faktor, yaitu
kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengetahuan yang telah
diperoleh.
5. Edward Lee Thorndike (1913). Mendefinisikan inteligensi sebagai
kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan
kebenaran atau fakta.

6. Walters dan Gardber (1986). Mendefinisikan inteligensi sebagai suatu


kemampuan atau serangkaian kemampuan-kemampuan yang
5

memungkinkan individu memecahkan masalah, atau produk sebagai

konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu.

Sternberg dalam Santrock mengatakan bahwa secara umum intelegensi

dibedakan menjadi 3 diantaranya:

a) Inteligensi Analitis

b) Yaitu kecerdasan yang lebih cenderung dalam proses penilaian objektif dalam

suatu pembelajaran dalam setiap pelajaran, selalu mendapatkan nilai yang

bagus dalam setiap hasil ujian. Misalnya: seorang individu dalam ujian disetiap

pelajarannya selalu mendapatkan nilai di atas rata-rata.

c) Inteligensi Kreatif

d) Yaitu kecerdasan yang lebih cenderung pada sifat-sifat yang unik, merancang

hal-hal yang baru. Misalnya: seorang peserta didik diinstrusikan untuk

menuliskan kata “P O H O N” oleh gurunya, tetapi jawaban seorang individu

yang kreatif dengan menggambarkan sebuah pohon.

e) Inteligensi Praktis

f) Yaitu kecerdasan yang berfokus pada kemampuan untuk menggunakan,

menerapkan, mengimplementasikan, dan mempraktikan. Misalnya: seorang

individu mendapatkan skor rendah dalam tes IQ tradisional, tetapi dengan cepat

memahami masalah dalam kehidupan nyata, contohnya dalam pembelajaran

praktikum di laboratorium, akan cepat memahami karena dibantu dengan

berbagai peralatan dan media.

C. Jenis-Jenis Intelegensi

Howard Gardner dalam bukunya The Theory of Multiple Intelegence,

mengusulkan tujuh macam komponen kecerdasan, yang disebutnya dengan

Multiple Intelegence (Intelegensi Ganda). Intelegensi ganda tersebut meliputi:


6

1. Kecerdasan Linguistic-Verbal

Kecerdasan ini berupa kemampuan untuk menyusun pikirannya dengan

jelas juga mampu mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata seperti

berbicara, menulis, dan membaca. Orang dengan kecerdasan verbal ini sangat

cakap dalam berbahasa, menceriterakan kisah, berdebat, berdiskusi, melakukan

penafsiran, menyampaikan laporan dan berbagai aktivitas lain yang terkait dengan

berbicara dan menulis. Kecerdasan ini sangat diperlukan pada profesi pengacara,

penulis, penyiar radio/televisi, editor, guru.

Ciri-ciri Kecerdasan Linguistic-Verbal :

- Mampu membaca, mengerti apa yang dibaca.

- Mampu mendengar dengan baik dan memberikan respons dalam suatu

komunikasi verbal.

- Mampu menirukan suara, mempelajari bahasa asing, mampu membaca

karya orang lain.

- Mampu menulis dan berbicara secara efektif.

- Tertarik pada karya jurnalism, berdebat, pandai menyampaikan cerita atau

melakukan perbaikan pada karya tulis.

Profesi: Pustakawan, editor, penerjemah, jurnalis, tenaga bantuan hukum,

pengacara, sekretaris, guru bahasa, operator, pembawa acara di radio / TV, dan

sebagainya.

2. Kecerdasan Logiko-Matematik

Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi

dengan angka-angka dan bilangan, berpikir logis dan ilmiah, adanya konsistensi

dalam pemikiran.. Seseorang yang cerdas secara logika-matematika seringkali

tertarik dengan pola dan bilangan/angka-angka. Mereka belajar dengan cepat

operasi bilangan dan cepat memahami konsep waktu, menjelaskan konsep secara
7

logis, atau menyimpulkan informasi secara matematik. Kecerdasan ini amat penting

karena akan membantu mengembangkan keterampilan berpikir dan logika

seseorang. Dia menjadi mudah berpikir logis karena dilatih disiplin mental yang

keras dan belajar menemukan alur piker yang benar atau tidak benar. Di samping

itu juga kecerdasan ini dapat membantu menemukan cara kerja, pola, dan

hubungan, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, mengklasifikasikan

dan mengelompokkan, meningkatkan pengertian terhadap bilangan dan yang lebih

penting lagi meningkatkan daya ingat.

Ciri-ciri Kecerdasan Logiko-Matematik :

- Mengenal dan mengerti konsep jumlah, waktu dan prinsip sebab-akibat.

- Mampu mengamati objek dan mengerti fungsi dari objek tersebut.

- Pandai dalam pemecahan masalah yang menuntut pemikiran logis.

- Menikmati pekerjaan yang berhubungan dengan kalkulus, pemograman

komputer, metode riset.

- Berpikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti-bukti, membuat

hipotesis, merumuskan dan membangun argumentasi kuat.

Profesi: auditor, akuntan, ilmuwan, ahli statistik, analisis / programer komputer,

ahli ekonomi, teknisi, guru IPA / Fisika, dan sebagainya.

3. Kecerdasan Spasial-Visual

Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk melihat

secara rinci gambaran visual yang terdapat di sekitarnya. Seorang seniman dapat

memiliki kemampuan persepsi yang besar. Bila mereka melihat sebuah lukisan,

mereka dapat melihat adanya perbedaan yang tampak di antara goresan-goresan

kuas, meskipu orang lain tidak mampu melihatnya. Dengan mengamati sebuah foto,

seorang fotografer dapat membuat analisis mengenai kelemahan atau kekuatan dari

foto tersebut seperti arah datangnya cahaya, latar belakang, dan sebagainya, bahkan
8

mereka dapat memberi jalan keluar bagaimana seandainya foto itu ditingkatkan

kualitasnya. Kecerdasan ini sangat dituntut pada profesi-profesi seperti fotografer,

seniman, navigator, arsitek. Pada orang-orang ini dituntut untuk melihat secara

tepat gambaran visual dan kemudian member arti terhadap gambaran tersebut.

Ciri-ciri Kecerdasan Spasial-Visual :

- Senang mencoret-coret, menggambar, melukis dan membuat patung.

- Senang belajar dengan grafik, peta, diagram, atau alat bantu visual lainnya.

- Kaya akan khayalan, imaginasi dan kreatif.

- Menyukai poster, gambar, film dan presentasi visual lainnya.

- Pandai main puzzle, mazes dan tugas-lugas lain yang berkaitan dengan

manipulasi.

Profesi: insinyur, surveyor, arsitek, perencana kota, seniman grafis, desainer

interior, fotografer, guru kesenian, pilot, pematung, dan sebagainya.

4. Kecerdasan Ritmik-Musik

Kecerdasan ritmik-musikal adalah kemampuan seseorang untuk

menyimpan nada di dalam benaknya, untuk mengingat irama, dan secara emosional

terpengaruh oleh musik. Kecerdasan musikal merupakan suatu alat yang potensial

karena harmoni dapat merasuk ke dalam jiwa seseorang melalui tempat-tempat

yang tersembunyi di dalam jiwa (Plato). Musik dapat membantu seseorang

mengingat suatu gerakan tertentu, perhatikan seseorang atau sekelompok orang

yang sedang menari atau berolahraga senam ritmik mesti selalu disertai dengan

alunan musik.

Ciri-ciri Kecerdasan Ritmik-Musik :

- Menyukai banyak jenis alat musik dan selalu tertarik untuk memainkan alat

musik.

- Mudah mengingat lirik lagu dan peka terhadap suara-suara.


9

- Mengerti nuansa dan emosi yang terkandung dalam sebuah lagu.

- Senang mengumpulkan lagu, baik CD, kaset, atau lirik lagu.

- Mampu menciptakan komposisi musik.

Profesi: DJ, musikus, pembuat instrumen, tukang stem piano, ahli terapi musik,

penulis lagu, insinyur studio musik, dirigen orkestra, penyanyi, guru musik, penulis

lirik lagu, dan sebagainya.

5. Kecerdasan Kinestetik

Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk membangun

hubungan yang penting antara pikiran dengan tubuh, yang memungkin tubuh untuk

memanipulasi objek atau menciptakan gerakan. Secara biologi ketika lahir semua

bayi dalam keadaan tidak berdaya, kemudian berangsur-angsur berkembang dengan

menunjukkan berbagai pola gerakan, tengkurap, “berangkang”, berdiri, berjalan,

dan kemudian berlari, bahkan pada usia remaja berkembang kemampuan berenang

dan akrobatik.

Ciri-ciri Kecerdasan Kinestetik :

- Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan dalam

menggunakan tubuh kita secara trampil untuk mengungkapkan ide,

pemikiran, perasaan, dan mampu bekerja dengan baik dalam menangani

objek.

- Memiliki kontrol pada gerakan keseimbangan, ketangkasan, dan

keanggunan dalam bergerak.

- Menyukai pengalaman belajar yang nyata seperti field trip, role play,

permainan yang menggunakan fisik.

- Senang menari, olahraga dan mengerti hidup sehat.

Profesi: ahli terapi fisik, ahli bedah, penari, aktor, model, ahli mekanik / montir,

tukang bangunan, pengrajin, penjahit, penata tari, atlet profesional, dan sebagainya.
10

6. Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan ini berkait dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi

dengan orang lain. Pada saat berinteraksi dengan orang lain, seseorang harus dapat

memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan teman

interaksinya, kemudian memberikan respon yang layak. Orang dengan kecerdasan

Interpersonal memiliki kemampuan sedemikian sehingga terlihat amat mudah

bergaul, banyak teman dan disenangi oleh orang lain. Di dalam pergaulan mereka

menunjukkan kehangatan, rasa persahabatan yang tulus, empati. Selain baik dalam

membina hubungan dengan orang lain, orang dengan kecerdasan ini juga berusaha

baik dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan

perselihanan dengan orang lain.

Ciri-ciri Kecerdasan Interpersonal :

- Memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pandai menjalin hubungan

sosial.

- Mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku, dan harapan orang lain.

- Memiliki kemampuan untuk memahami orang lain dan berkomunikasi

dengan efektif, baik secara verbal maupun non-verbal.

- Mampu berempati dan mau mengerti orang lain.

- Mau melihat sudut pandang orang lain.

Profesi: administrator, manager, kepala sekolah, pekerja bagian personalia / humas,

penengah, ahli sosiologi, ahli antropologi, ahli psikologi, tenaga penjualan, direktur

sosial, CEO, dan sebagainya.

7. Kecerdasan Intrapersonal.

Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan yang menyangkut kemampuan

seseorang untuk memahami diri sendiri dan bertanggungjawab atas kehidupannya

sendiri. Orang-orang dengan kecerdasan ini selalu berpikir dan membuat penilaian
11

tentang diri mereka sendiri, tentang gagasan, dan impiannya. Mereka juga mampu

mngendalikan emosis mereka untuk membimbing dan memperkaya dan

memperluas wawasan kehidupan mereka sendiri.

Ciri-ciri Kecerdasan Intrapersonal :

- Mengenal emosi diri sendiri dan orang lain, serta mampu menyalurkan

pikiran dan perasaan.

- Termotivasi dalam mengejar tujuan hidup.

- Mampu bekerja mandiri, mengembangkan kemampuan belajar yang

berkelanjutan dan mau meningkatkan diri.

- Mengembangkan konsep diri dengan baik.

- Tertarik sebagai konselor, pelatih, filsuf, psikolog atau di jalur spiritual.

Profesi: ahli psikologi, ulama, ahli terapi, konselor, ahli teknologi, perencana

program, pengusaha, dan sebagainya.

8. Kecerdasan Naturalis.

Kemampuan untuk mengenali dan mengelompokkan serta menggambarkan

berbagai macam keistimewaan yang ada di lingkungannya. Beberapa pekerjaan

yang membutuhkan kecerdasan naturalis ini adalah ahli biologi atau ahli konservasi

lingkungan. Kecerdasan naturalis ini berkaitan dengan wilayah otak bagian kiri,

yakni bagian yang peka terhadap pengenalan bentuk atau pola kemampuan

membedakan dan mengklasifikasikan sesuatu. Jika anak dengan mudah dapat

menandai pola benda-benda alam, dan mengingat benda-benda alam yang ada di

sekitarnya, maka anak dapat dikatakan memiliki kecerdasan naturalis tinggi.

Ciri-ciri Kecerdasan Naturalis :

- Suka mengamati, mengenali, berinteraksi, dan peduli dengan objek alam,

tanaman atau hewan.


12

- Antusias akan lingkungan alam dan lingkungan manusia.

- Mampu mengenali pola di antara spesies.

- Senang berkarir di bidang biologi, ekologi, kimia, atau botani.

- Senang memelihara tanaman, hewan.

Profesi: dokter hewan, ahli botani, ahli biologi, pendaki gunung, pengurus

organisasi lingkungan hidup, kolektor fauna / flora, dan sebagainya.

D. Pendekatan Intelegensi

Adapun dalam memahami hakikat intelegensi, Maloney dan Ward (1976)

mengemukakakn empat pendekatan umum, yaitu:

1. Pendekatan Teori Belajar

Inti pendekatan ini mengenai masalah hakikat intelegensi terletak

pada pemahaman mengenai hukum-hukum dan prinsip umum yang

dipergunakan individu untuk memperoleh bentuk-bentuk perilaku baru.

2. Pendekatan Neurobiologis

Pendekatan ini beranggapan bahwa intelegensi memiliki dasar

anatomis dan biologis. Perilaku intelegensi menurut pendekatan ini dapat

ditelusuri dasar-dasar neuro-anatomis dan neuro-fisiologisnya.

3. Pendekatan Psikomotorik

Pendekatan ini beranggapan bahwa intelegensi merupakan suatu

konstrak atau sifat psikologis yang berbeda-beda kadarnya bagi setiap dua

arah study, yaitu :

o Bersifat praktis yang menekankan pada pemecahan masalah

o Bersifat teoritis yang menekankan pada konsep dan penyusunan

teori
13

4. Pendekatan Teori Perkembangan

Dalam pendekatan ini, studi intelegensi dipusatkan pada masalah

perkembangan intelegensi secara kuantitatif dalam kaitannya dengan tahap-

tahap perkembangan biologis individu.

E. Faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi

1. Faktor bawaan atau keturunan.

Beberapa kalangan berpendapat bahwa faktor genetik dapat

mempengaruhi taraf intelegensi seseorang. Jika kedua orang tua memiliki

intelegensi, besar kemungkinan anaknya memiliki intelegensi tinggi pula. Akan

tetapi tidak semua fakta itu benar, ada yang kedua orang tuanya memiliki taraf

intelegensi tinggi tetapi mempunyai anak dengan taraf intelegensi tingkat rata-

rata atau bahkan dibawah rata-rata.

Beberapa ahli berpendapat bahwa pengaruh orang tua yang sedemikian

besar terhadap perkembangan intelegensi anak adalah lebih disebabkan oleh

upaya orang tua itu sendiri dalam mendidik anak-anaknya. Dr. Bernard Devlin

dari fakultas kedokteran universitas Pitsburg Amerika Serikat, memperkirakan

faktor genetika memiliki peranan sebesar 48% bentuk IQ anak, sedangkan

sisanya adalah faktor lingkungan, termasuk ketika anak masih dalam

kandungan. Jadi orang tua yang memiliki IQ tinggi bukan jaminan dapat

menghasilkan anak ber IQ tinggi pula.

2. Faktor Lingkungan

 Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang bertanggung jawab

terhadap pendidikan dan perkembangan anak dalam berbagai aspek, tugas

penting orang tua akan sangat mendukung apabila mampu menciptakan


14

suasana rumah menjadi tempat tinggal sekaligus sebagai basis pendidikan.

Maka dari itu lingkungan keluarga harus memberikan stimulus positif untuk

menyiapkan kondisi yang kondusif guna tercapainya perkembangan yang

optimal bagi seorang anak.

Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan intelegensi anak

cukup besar, hasil penelitian menyimpulkan bahwa lingkungan keluarga

berkorelasi secara signifikan dengan perkembangan intelegensi anak.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Garber Ware disimpulkan

bahwa semakin tinggi kualitas lingkungan rumah, cenderung semakin tinggi

pula IQ anak. Ada dua unsur penting dalam keluarga yang sangat

mempengaruhi perkembangan intelegensi anak yaitu:

 Adanya jumlah buku, majalah atau materi belajar lainnya yang

terdapat dalam lingkungan rumah.

 Adanya ganjaran, pengakuan, dan harapan yang diterima anak dari

orang tua atas prestasi akademiknya.

Dalam melaksanakan kegiatan belajar di lingkungan rumah, orang tua

perlu menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

- Anak perlu diperhatikan.

Perhatian kepada anak merasa senang dan terpadu dalam melakukan kegiatan.

Perhatian yang proporsional akan memunculkan motivasi atau semangat anak,

motivasi ini akan menggerakkan daya cipta yang didorong oleh potensi yang

sudah ada pada diri anak.

- Anak mengalami tumbuh kembang yang unik.

Kegiatan belajar yang dilakukan harus disesuaikan dengan tumbuh kembang

anak yang terjadi. Anak memiliki gaya belajar yang berbeda, ada anak yang
15

lebih cepat mengolah pengetahuan dengan pendengaran (auditory), gerakan

(kinesthetic), dan dengan cara melihat (visual).

- Waktu kegiatan belajar di rumah bisa lebih banyak.

Di rumah dapat digunakan untuk melakukan kegiatan belajar dengan tidak

meninggalkan pertimbangan memberi keleluasaan dan kebebasan anak dalam

melakukan kegiatan.

 Lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah yaitu lingkungan formal yang mempunyai struktur

dan program yang baku. Menurut hasil penelitian, bahwa otak manusia pada

saat dilahirkan kurang lebih sama. Makin banyak otak digunakan makin banyak

jaringan otak terbentuk, sebaliknya jika otak jarang digunakan maka akan

semakin berkurang jaringan otak tersebut. Maka dari itu, pendidikan anak usia

dini sangat penting dalam upaya optimalisasi potensi anak, dengan demikian

tuntutan bagi pendidik untuk menjadikan pengalaman belajar anak menjadi

pengalam an belajar yang menyenangkan untuk mengoptimalkan

perkembangan anak di masa yang akan datang.

 Lingkungan masyarakat

Dalam masyarakat anak akan bergaul dengan orang lain sehingga

baik langsung maupun tidak langsung akan saling mempengaruhi

pembentukan pribadi anak. Adapun fungsi peranan masyarakat dalam

pembentukan pola pikir anak.

- Dengan melihat yang terjadi di dalam masyarakat, anak akan mendapatkan

pengalaman langsung sehingga pengalaman tersebut akan mudah diingat.

- Pendidikan anak-anak yang berasal dari masyaakat akan kembali kemasyarakat

juga.
16

- Di masyarakat banyak sumber pengetahuan yang mungkin belum didapat dari

lingkungan formal lain.

Langkah-langkah yang perlu dikembangkan untuk menumbuhkan IQ anak antara

lain:

1) Melakukan pembelajaran secara dini bagi anak

Kecerdasan anak tidak dapat tumbuh dengan sendirinya, tetapi harus

dirangsang, diantaranya dengaan melakukan pembelajaran secara dini bagi anak.

Seperti diperkenalkaan pada kegiatan membaca dan menulis. Kegiatan semacam

ini dapat merangsang daya ingat anak terhadap benda tersebut sekaligus

memperkenalkan anak akan bentuk huruf dan tulisan. Begitu pula dengan

kemampuan dasar matematika, dapat dirangsang melalui cara sederhana seperti

menghitung jumlah anak tangga, menghitung panjang masa dengan jengkal si

anak, mengukur tinggi dan berat badannya sendiri.

Membangkitkan potensi anak tidak harus menggunakan waktu yang

terjadwal atau waktu khusus, namun dari semua kegiatan sehari-hari yang dialami

oleh anak bisa dijadikan media belajar anak untuk merangsang dan mengasah

segala potensi anak, seperti yang dikatakaan oleh Dr. Seto Mulyadi mengajarkan

kepada orang tua agar mengaitkan semua kegiatan sehari-hari sebagai suatu

aktivitas yang menyenangkan, sehingga dapat menumbuhkan keingintahuan yang

besar serta kemampuaan logika yang baik.

2) Membangun stimulus pada anak.

Pengasuhan dan penyediaan lingkungan yang kaya stimulus juga sangat

penting dalam perkembangan IQ anak, tanpa adanya stimulasi yang baik

perkembangan intelegensi baik intelektual maupun emosional tidak akan

berkembang maksimal. Hasil puncak stimulasi lingkungan yang optimal terjadi


17

ketika anak berumur 6 tahun, maka dari itu orang tua harus bisa memanfaatkan

sebaik mungkin dan memberikan stimulasi seoptimal mungkin.

F. Pengukuran Intelegensi Quotion

Pengukuran inteligensi adalah prosedur pengukuran yang meminta peserta

untuk menunjukkan penampilan maksimum, sehingga pengukuran inteligensi

dilakukan menggunakan tes yang dikenal dengan tes inteligensi. Tes inteligensi

awalnya dikembangkan oleh Sir Francis Galton. Dia tertarik dengan perbedaan

individu dari teori evolusi Charles Darwin. Dilihat dari segi pelaksanaannya

tes inteligensi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu tes individual dan

kelompok. Termasuk dalam tes individual adalah skala Stanford-Binet dan

Wechler. Tes kelompok diberikan kepada sejumlah siswa dengan jawaban tertulis.

Tes ini pertama kali digunakan di Amerika Serikat selama Perang Dunia I berupa

Army Alpha Test dan Army Beta Test. Army Alpha Test digunakan untuk

menyeleksi calon prajurit yang dapat membaca, menulis dan berbahasa Inggris.

Army Beta Test digunakan untuk menyeleksi calon prajurit yang buta huruf dan

tidak bisa berbahasa Inggris (Abror, 1993: 53 – 57).

Inteligensi diramalkan berhubungan dengan prestasi, baik dalam

kehidupan maupun di sekolah. Oleh karenanya prestasi yang hendak diramalkan

oleh tes inteligensi dapat bersifat umum dan khusus. Prestasi umum adalah

keberhasilan hidup secara umum. Secara khusus prestasi adalah prestasi dalam

bidang tertentu di sekolah, misalnya matematika, bahasa, dan sebagainya. Oleh

karenanya Winkel (1996:142) membagi tes inteligensi menjadi tes inteligensi

umum (general ability test) dan tes inteligensi khusus (specific ability test). Tes

inteligensi umum terdiri dari butir soal dalam berbagai bidang penggunaan

seperti bahasa, bilangan, ruang, dan sebagainya. Tes inteligensi khusus


mengarah untuk menyelidiki siswa yang mempunyai bakat khusus dalam bidang
18

studi tertentu seperti bahasa, matematika, dan sebagainya. Tes-tes inteligensi

biasanya mengacu pada konsep inteligensi sebagai inteligensi umum.

Terdapat bermacam-macam tes inteligensi yang dapat digunakan, di antaranya

tes Stanford-Binet dan Wechler.

Tes pertama yang merupakan tes inteligensi moderen dikembangkan

oleh ahli psikologi Perancis Alfred Binet pada tahun 1881. Pada saat itu

pemerintah Perancis mengeluarkan Undang- undang yang mewajibkan semua

anak masuk sekolah. Pemerintah meminta Binet untuk membuat tes guna

mendeteksi anak-anak yang terlambat intelektualnya (Atkinson, Atkinson,

Smith dan Bem, t.th: 152). Tes-tes inteligensi kemudian banyak mengacu pada tes

yang telah dikembangkan oleh Binet. Tes inteligensi Binet mengalami beberapa

kali revisi. Revisi terakhir adalah revisi yang dikerjakan bersama Terman dari

Universitas Stanford yang dikenal dengan tes inteligensi Stanford-Binet. Tes

terdiri dari 17 subtes yang dikelompokkan dalam empat area teoretik yaitu

penalaran verbal, penalaran kuantitatif, penalaran abstrak-visual, dan ingatan

jangka pendek (Good dan Brophy, 1990: 588).

Wechler menyusun tes inteligensi karena beberapa kelemahan yang

terdapat pada tes intekegensi Stanford-Binet. Kelemahan itu: 1) tes Stanford-

Binet tidak dapat digunakan untuk mengukur inteligensi orang dewasa; 2)

tes Stanford- Binet terlalu tergantung pada kemampuan bahasa (Atkinson,

Atkinson, Smith dan Bem, t.th: 157). Wechler menyusun tiga tes inteligensi yaitu

1) the Wechler Preschool and Pri- mary Scale of Intelligence (WPPI). Tes ini

digunakan untuk mengukur inteligensi anak prasekolah atau pada umur 4 – 5 tahun,

2) the Wechler Intelligence Scale for Children (WISC). Tes ini digunakan untuk

mengukur inteligensi anak-anak umur 5 – 15 tahun, dan 3) the Wechler Adult

Intelligence Scale (WAIS). Tes ini digunakan untuk orang dewasa di atas umur 15
19

tahun. Menurut Abror (1993: 56), skala Wechler dibagi menjadi dua kelompok

subtes yaitu tes verbal dan tes perbuatan (performance). Tes verbal terdiri dari

enam macam yaitu tes informasi, tes pemahaman umum, tes penalaran berhitung,

tes analogi, tes lamanya mengingat angka, dan tes perbendaharaan kata sebanyak

40 buah kata yang disusun menurut urutan kesulitan. Tes perbuatan terdiri dari

lima macam yaitu tes simbol-angka yang meminta subjek untuk menjodohkan

simbol dengan angka, tes menyempurnakan gambar, tes potongan balok, tes

menyusun gambar, dan tes pemasangan objek.

Inteligensi ditetapkan dalam ukuran yang disebut intelligence quotient

(IQ). Ukuran IQ adalah nisbah atau rasio antara umur kecerdasan (men- tal age,

disingkat MA) dengan umur kalender (chro- nological age, disingkat CA)

(Suryabrata, 2002 : 152). MA diperoleh dari tes psikologi dan CA dihitung dari

tanggal kelahiran peserta tes. IQ dihitung dengan rumus berikut :

MA
IQ   100 (2.1)
CA

IQ dapat dihitung dengan langkah-langkah:

(1) menghitung CA. CA dihitung atas dasar kartu kelahirannya, (2)

menghitung MA. MA dihitung dengan memberikan terlebih dulu tes

inteligensi. Awalnya tes diberikan dengan tes untuk umur yang paling

rendah (paling mudah), bertahap makin sukar sampai testi tidak dapat

menyelesai- kan sama sekali, (3) menghitung IQ menggunakan rumus. Cara

perhitungan IQ dapat diberikan contohnya sebagai berikut.

(2) Seorang anak bernama A berumur 5 tahun mengikuti tes inteligensi yang

terdiri dari enam butir soal tes inteligensi. Hasil yang diperoleh A dalam tes

disajikan dalam tabel berikut:


20

Tabel 2.1 Contoh hasil uji inteligensi

Butir ke
Butir untuk umur
1 2 3 4 5 6

3;0 x x x x x x

4;0 x x x x x x

5;0 x x x x x x

6;0 x x x x x x

7;0 x x x - - -

8;0 - - - - - -

Keterangan : butir dapat dijawab benar (x), butir tidak dapat dijawab (-).

Dari data tersebut inteligensi A dapat dihitung sebagai berikut: (1) CA = 5

tahun, (2) MA = 6 tahun + 3/6 tahun = 6,5 tahun, (3) IQ = (MA/CA) x 100 = (6,5/5) x

100 = 130. IQ dapat diinterpretasikan dengan mem- bandingkan antara CA

dengan MA. Individu dengan inteligensi normal mempunyai MA yang sama

dengan CA. Mereka yang mempunyai MA di atas CA mempunyai inteligensi di

atas rata-rata, sedang yang mempunyai MA di bawah CA mempunyai

inteligensi di bawah rata-rata. IQ juga dapat diinterpretasikan dengan

membandingkan dengan skor kelompok norma. Asumsinya, pada populasi,

inteligensi mempunyai distribusi normal. Pada sampel yang representatif,

inteligensi mempunyai distribusi normal sebagai- mana populasinya. Sebagai

sebuah distribusi normal, inteligensi dapat dibagi-bagi dalam daerah-daerah kurva

normal. Skor seseorang dalam tes inteligensi dapat diinterpretasikan mengacu

kepada daerah-daerah dalam kurva normal. Penggolongan daerah-daerah dapat

mengikuti klasifikasi IQ yang dibuat oleh Woodworth dan Marquis (Suryabrata,

2002 : 157) sebagai berikut:


21

Tabel 2.2 Klasifikasi IQ

Skor IQ Kategori

Di atas 140 Luar biasa (genius)

120 – 139 Cerdas sekali (very superior)

110 – 119 Cerdas (superior)

90 – 109 Sedang (average)

80 – 89 Bodoh (dull average)

70 – 79 Anak pada batas (border line)

50 – 69 Debil (moron)

30 – 49 Ambisil (embicile)

Di bawah 30 Ideot
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Intelegensi adalah aktivitas atau perilaku yang merupakan perwujudan dari


daya atau potensi untuk memahami sesuatu. Intelegensi merupakan potensi bawaan
yang sering dikaitkan dengan berhasil tidaknya anak belajar disekolah. Dengan kata
lain, intelegensi dianggap sebagai faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya
anak disekolah.
Menurut Alfred Binet (1857-1911) & Theodore Simon : Inteligensi terdiri
dari tiga komponen, yaitu kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan,
kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah dilaksanakan,
dan kemampuan untuk mengritik diri sendiri (autocriticism).

B. Saran

Dengan mengucap syukur alhamdulillah pada Allah SWT, kami dapat


menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tentunya masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu kami masih memerlukan kritik dan saran yang membangun serta
bimbingan, terutama dari Dosen. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca
dan bagi kami sebagai penyusun.

22
DAFTAR PUSTAKA

Suharsono. (2004). Melejitkan IQ, IE dan IS, Depok: Inisiasi Press.


Azwar, Saifuddin. (1990). Pengantar Psikologi Inteligensi, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Walgito, Bimo. (1980). Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta : Andi.
Santrock, J. W. (2011). Psikologi Pendidikan, Jakarta : Kencana.
Purwanto. (2019). Konsep intelegensi dan pengukurannya, Jurnal Pendidikan dan
kebudayaan , Vol 16, No. 10.

23

You might also like