Professional Documents
Culture Documents
Laprak Sho Unhas - Najla Salsabila Ramadhani
Laprak Sho Unhas - Najla Salsabila Ramadhani
KIMIA DASAR 1i
H031221030
Praktikan Asisten
PENDAHULUAN
yang unsur penyusunnya terdiri dari karbon dan atom-atom hidrogen, oksigen,
nitrogen, sulfur, halogen atau fosfor. Senyawa organik bahan alam yang
senyawa metabolik sekunder adalah senyawa yang tidak terdapat secara merata
dalam makhluk hidup dan hanya ditemukan dalam jumlah sedikit. Umumnya
terdapat pada organ tumbuhan (terutama tumbuhan tinggi) pada akar, kulit, batang,
daun, bunga buah dan biji serta sedikit pada hewan (Amin dkk, 2017).
berwarna, dan beracun. Halogen tidak dijumpai sebagai atom bebas di alam,
melainkan dalam bentuk senyawa garamnya, yaitu garam halida. Sesuai dengaan
nomor golongannya, semua unsur halogen memiliki tujuh elektron valensi, dua
elektron dalam orbital s dan lima elektron dalam orbital p. Tingkat oksidasi yang
lebih tinggi hanya dimungkinkan bagi halogen yang memiliki orbital d, yaitu jika
berikatan dengan unsur lain yang lebih elektronegatif. Jadi fluor hanya dapat
lebih dalam kelarutan dari senyawa halogen organik. Selain itu untuk mengetahui
beberapa pelarut untuk dilihat kelarutannya dalam pelarut tertentu. Selain itu,
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Halogen
Secara harfiah halogen berarti pembentuk garan, hal ini sesuai dengan
fakta bahwa unsur-unsur tersebut (fluor, klor, brom, iod, dan astatin) dapat
alkali dan alkali tanah. Dalam temperature dan tekanan kamar semua unsru
halogen bebas berupa molekul diatomic: F2, Cl2, Br2, dan I2. Fluorin dan klorin
berupa gas, bromin berupa zat cair yang mudah menguap, sedangkan iodin berupa
zat padat yang mudah menyublim. F2 memiliki titik didih yang sangat rendah,
karena sukar mengalami polarisasi sebagai akibat ditariknya elektron dengan kuat
ke arah inti atom. Jari-jari ionik F yang kecil akan menstabilkan pasangannya,
misalnya IF7, PtF6, XeF6, dan lain lain. Toksisitas dan reaktivitas halogen
menurun dari fluor ke iod. Tingginya reaktivitas fluor disebabkan oleh rendahnya
energi ikat F-F, tingginya kekuatan oksidasi, kecilnya ukuran atom dan tingginya
elektronegativitas unsur itu. Halogen lebih mudah larut dalam pelarut nonpolar
seperti karbon tetraklorida (CCl4) dan benzena (C6 H6) (Suyanta, 2019).
halogen), sifat halogen adalah mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas yang
tinggi maka senyawa tersebut karena merupakan senyawa yang radikal akan
manusia (Nuraini dan Nurminha, 2019). Atom Cl itu sendiri merupakan golongan
halogen, dimana halogen dalam senyawa-senyawa organik bersifat toksik dan
karsinogenik (Matshura,2019).
Atom halogen telah menjadi pusat dari banyak kimia obat rasional dalam
pengaplikasian desain obat. Sementara atom fluor dan klor sering ditambahkan
umumnya untuk meningkatkan selektivitas. Unsur halogen, yaitu fluor (F), klorin
(Cl), brom (Br) dan yodium (I), telah tergabung dalam obat yang dirancang untuk
bromin atau yodium (ii) meningkatkan sifat ADME mereka dengan memasukkan
klorin dan fluor atau (iii) mengurangi reaksi-reaksi yang tidak diinginkan seperti
ini relevan dalam sistem biokimia semakin dieksplorasi dalam penemuan obat,
fosfat atau akseptor oksigen ester dari model bilayer fosfolipid, dengan demikian
mendukung keberadaan fosfolipid−halogen yang dimediasi XB fenomena
halogenasi dan karenanya dengan implikasi potensial dalam obat penemuan dan
ruang kimia. Kami juga memberikan wawasan menjadi peran potensial untuk XB
sistematis selama proses ini. Oleh karena itu, data kami sangat menyarankan
ditampilkan isomerisme geometris. Dua atom halogen harus terikat pada atom
karbon berikatan rangkap untuk pembentukan isomer geometris. Jika dalam suatu
senyawa, semua kelompok yang terikat pada ikatan C = C berbeda dari satu sama
lain, senyawa tersebut tidak dapat menampilkan isomerisme geometris dan Isomer
geometris khusus hanya untuk alkena. Reaksi adisi yaitu reaksi yang tidak
mengubah ikatan rangkap dua pada alkena dan reaksi yang tidak mengubah ikatan
Secara teori, reaksi adisi terjadi apabila terdapat ikatan rangkap yang akan
hilang karena penambahan zat-zat lain. Larutan brom yang awalnya berwarna
merah-coklat ketika larutan ini ditambahkan senyawa alkena warna pada larutan
brom tersebut akan berubah menjadi tidak berwarna. Hal tersebut dapat terjadi
karena terbentuknya senyawa dibromida yang tidak berwarna. Ini sesuai dengan
Eky dkk. (2018) yang menjelaskan bahwa molekul Br2 mendekati molekul
bergeser ke arah salah satu atom brom. Molekul brom yang memiliki bagian
positif terpolarisasi kearah awan elektron dan membentuk kompleks yang tidak
dihasilkan dari ion bromida yang terbentuk dan menyerang ion bromonium dari
secara formal mengganti satu atau lebih hidrogen hidrokarbon (alifatik, alisiklik
atau aromatik) dengan halogen. Turunan halogen dari alkana, alkena, dan alkin
Pengukuran klorin pada perlakuan kontrol (K) tanpa tumbuhan lebih besar
dibanding perlakuan dengan tumbuhan yaitu 0,04 mg/L. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Budi (2006) yang menyatakan bahwa klorin dapat turun dengan cepat
tanpa tumbuhan air. Hal ini disebabkan klorin akan bereaksi dengan sisa-sisa
organik dari limbah cair dan akan membentuk senyawa-senyawa halogen organik
yang terbentuk secara tidak sengaja sebagai hasil proses desinfeksi yang
digunakan untuk mengolah air minum. Dalam studi ini, metode bioanalitik
sebagai klorin organik total, bromin organik total, dan yodium organik total.
Pemulihan lonjakan untuk pengukuran klorin organik total, bromin organik total,
dan yodium organik total berkisar antara 78% dan 99%. Total halogen organik
karbon aktif (AC), pirolisis AC dalam tungku pada 1000°C, dan penyerapan gas
yang dihasilkan (yaitu HCl, HBr, HI, HF) menjadi larutan berair yang dititrasi
spesifik halogen dari DBPs (I>Br>Cl), analisis total halogen organik telah
berbeda. Total klorin organik, total bromin organik, dan total yodium organik
adalah tiga pengukuran yang berkaitan dengan halogen organik spesifik, dan
jumlah semua senyawa ini dikenal sebagai total halogen organik (Kimura, 2017).
BAB III
METODE PERCOBAAN
Bahan yang digunaka pada percobaan kali ini adalah mentega, akuades,
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu, tabung reaksi, rak tabung,
pipet tetes, sikat tabung reaksi, kaki tiga, spatula, gelas kimia, labu semprot, kasa,
0,5 mL CHCl3. Tabung (1) ditambah dengan 1 mL akuades, tabung (2) dengan 1
tabung kedua dengan kloro benzena, tabung ketiga dengan kloroform dan tabung
dengan Nal/aseton.
BAB IV
4.3 Pembahasan
organik, direaksikan CCl4 dan CHCl3 dengan air, minyak dan mentega (yang
sudah dicairkan). Dari hasil percobaan dilakukan, terlihat bahwa CCl4 dan CHCl3
tidak larut dalam air. Hal yang terjadi yaitu kedua senyawa halogen organik
tersebut (CHCl3 dan CCl4) bersifat nonpolar sedangkan air bersifat polar. Hasil
tersebut sesuai dengan teori yang ada bahwa perbedaan kepolaran antara dua
Selain itu, juga dikarenakan kedua senyawa tersebut mempunyai berat molekul
yang lebih daripada air (1 g/cm3 ) sehingga menyebabkan CHCl3 (1,6 g/cm3 ) dan
CCl4 (>1 g/cm3 ) tenggelam kedasar wadah. Sedangkan ketika CHCl3 dan CCl4
direaksikan dengan minyak dan mentega, terlihat bahwa CHCl3 dan CCl4 larut
dalam keduanya. Hal ini terjadi karena CHCl3 dan CCl4 dengan minyak dan
benzena, kloroform dan diklorometan, tidak terjadi reaksi dan larutan tetap bening.
Reaksi yang terjadi pada benzil klorida telah sesuai dengan teori. Pada reaksi
antara NaI/asetot dengan benzil klorida, terjadi reaksi yang ditandai dengan
benzena dan diklorometan tidak terjadi reaksi, dimana larutan tetap berwarna
bening. Teori menyatakan bahwa jika benzil klorida ditambahkan dengan AgNO 3
akan membentuk AgOH yang berperan sebagai endapan berwarna putih. Jadi pada
percobaan kereaktifan senyawa halogen organik hanya benzil klorida yang sesuai
5.1 Kesimpulan
1. senyawa halogen organik CCl4 tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
2. senyawa benzil klorida bereaksi dengan AgNO3 dan NaI, tetapi senyawa
NaI.
5.2 Saran
demi memperlancar proses praktikum. Selain itu, sarana dalam laboratorium agar
Amin, H., Saida, Suriyanti, Suherah, dan Gani M.S., 2020, Isolasi dan
Karakterisasi Bakteri Probiotik Pendegradasi Senyawa Organik dari
Saluran Pencernaan Ayam Kampung (Gallus Domesticus), Jurnal
AGrotekMas, 1(1): 75-81
Vellayati, S., Nurmaliah, C., Sulastri, Yusrizal, dan Saidi, N., 2020, Identifikasi
Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Menggunakan Tes Diagnostik Three-
Tier Multiple Choice pada Materi Hidrokarbon, Jurnal Pendidikan Sains
Indonesia, 8(1): 128-140
Nuraini, S., dan Nurminha, 2019, Studi Deskriptif Bahan Tambahan Dilarang
pada Jajanan Pasar di Pasar Kota Bandar Lampung, Jurnal Analisis
Kesehatan, 8(2): 48-52
Shinada, N.K., Brevern, A.G.D., dan Schmidtke P., 2019, Halogens In Protein-
Ligand Binding Mechanism: A Structural Perspective, Journal of
Medicinal Chemistry, 62(21): 9341-9356
Rijai, L., 2019, Reviuw Beberapa Bioaktivitas dan Senyawa Kimia Organisme
Laut untuk Kefarmasian, Jurnal Sains dan Kesehatan, 2(1): 70-82
Rico, A.E., dan Fitriza, Z., 2021., Deskripsi Minskonsepsi Siswa pada Materi
Senyawa Hidrokarbon Studi Literatur, Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(4): 1495-
1502
Safitri, M., Mukarlina, dan Setyawati, T.R., 2019, Pemanfaatan Lemna Minor L
dan Hydrilla Verticillata (L.f.) Royle untuk Memperbaiki Kualitas Air
Limbah Laundry, Jurnal Protobiont, 8(1): 39-46
Nunes, R.S., Vila-Vicosa, D., dan Costa P.J., 2021, Halogen Bonding: An
Underestimated Player in Membrane−Ligand Interactions, Journal of The
American Chemical Society, 143(11): 4253-4267
Kimura, S.Y., Zheng W., Hipp, T.N., Allen, J.M., dan Richardson S.D., 2017,
Total Organic Halogen (TOX) In Human Urine: A Halogen-Specific
Method for Human Exposure Studies, Elsevier, 58(11): 285-295
Suyanta, 2019, Buku Ajar Kimia Unsur, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
Murthy, C.P., 2008, University Chemistry Vol. II, New Age International (P)
Limited, Haiderabad
Lampiran 1. Bagan Percobaan
Akuades
Hasil
Reagen Lukas
Na2CO3
Hasil
FeCl3
Hasil
Lampiran 2. Dokumentasi
Gambar 3. Reaksi Alkohol dan Fenol dengan Na2CO3, NaHCO3 dan FeCl3