You are on page 1of 4

NAMA : SRI SULTAN TYAS LANI

NIM : 041335208
TUGAS II : ILMU NEGARA

Soal 1 dan 2

Demokrasi Pancasila: Pengertian dan Keunggulannya

KOMPAS.com - Sejak lahirnya Orde Baru (Orba) pada 1966, kehidupan demokrasi di Indonesia
mulai kembali. Di mana lembaga-lembaga demokrasi mulai berfungsi, seperti adanya pemilu,
sidang-sidang DPR baik pusat dan daerah, MPR menjalankan fungsinya dengan nyata. Kondisi
itu tidak lepas karena bangsa Indonesia menjalankan demokrasi Pancasila. Di mana demokrasi
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Dalam sejarah,
Indonesia sudah menyelenggaran pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung oleh
rakyat lewat Pemilihan Umum (Pemilu). Arti Demokrasi Pancasila Dilansir, Encylopaedia
Britannica (2015), demokrasi berasal dari bahasa Yunani yang diambil dari kata "demos"
(rakyat) dan "kratos" (pemerintahan). Sebagai bentuk pemerintahan, demokrasi bertolak
belakang dengan monarki (diperintah oleh raja, ratu, atau kaisar), oligarki (diperintah oleh
beberapa orang), aristokrasi (diperintah oleh kelas istimewa), dan despotisme (pemerintahan
absolut oleh satu orang). Baca juga: Karakter Utama Demokrasi Pancasila Orang Yunani kuno
adalah orang pertama yang mempraktikkan demokrasi dalam komunitas sebesar kota. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang
berdasarkan sila Pancasila yang dilihat sebagai suatu keseluruhan yang utuh. Dalam demokrasi
tersebut musyawarah untuk mufakat sangat diharapkan. Karena setiap keputusan dapat dicapai
dengan mufakat. Tapi jika tidak tercapai mufakat, maka keputusan dapat ditempuh melalui
pemunguta suara. Dalam buku Pancasila (2012) karya Suparman, dalam bentuk negara
modern, kekuasaan politik dapat dijalankan secara baik manakala di dalam penyelenggaraan
pemerintahan menggunakan prinsip dan sistem demokrasi. Penggunaan sistem demokrasi
dalam penyelenggaraan kekuasaan negara adalah mutlak. Untuk itu Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) telah menggunakan sistem demokrasi yang sangat tepat bagi bangsa
Indonesia yang pluralisme adalah Demokrasi Pancasila.

Hal ini sesuai dengan sila keempat, yakni Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan
dalam permusyawaratan perwakilan. Pancasila adalah sumber kejiwaan masyarakat dan
negara Indonesia. Maka rakyat Indonesia menjadikan pengalaman Pancasila sebagai
perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan. Oleh karena itu untuk
pengamalannya harus dimulai dari setiap warga negara Indonesia, setiap penyelanggara
negara. Dalam rangka pelaksanaan Demokrasi Pancasila, kita mementingkan musyawarah.
Musyawarah itu tidak didasarkan atas kekuasaan mayoritas atau minoritas, tapi yang dihasilkan
musyawarah itu sendiri. Demokrasi liberal, demokrasi kapitalis, dan demokrasi terpimpin yang
pernah diberlakukan Indonesia pada zaman dulu tidak sesuai dan bertentangan dengan
demokrasi Pancasila.

Keunggulan Demokrasi Pancasila

Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), demokrasi Indonesia


yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 memiliki keunggulan tertentu. Berikut keunggulan
Demokrasi Pancasila: Mengutamakan pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat
dalam semangat kekeluargaan. Mengutamakan keselaran dan keseimbangan antara hak dan
kewajiban, antara kepentingan pribadi dan sosial. Lebih mengutamakan kepentingan dan
keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan.

(Sumber: https://www.kompas.com/skola/read/2020/04/03/121500469/demokrasi-pancasila--
pengertian-dan-keunggulannya?page=all#page2)

Pertanyaan

1. Simpulkan ciri khas kedaulatan yang ada di Indonesia seperti kasus di atas menggunakan
konsep analisis dari Jean Bodin!

2. Analisis demokrasi pancasila seperti kasus di atas berdasarkan bentuk legitimasi eliter pada
subjek wewenang!

Jawaban :

1. Jean Bodin adalah seorang filsuf politik Prancis yang terkenal dengan karyanya "The Six
Books of the Commonwealth". Dalam karya tersebut, ia mengemukakan bahwa
kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi yang terletak pada negara atau penguasa yang
memiliki otoritas mutlak dan tidak dapat dipertanyakan oleh pihak manapun. Dalam
konteks Indonesia, terdapat beberapa ciri khas kedaulatan yang dapat dilihat dari kasus-
kasus yang terjadi. Berikut adalah simpulan mengenai ciri khas kedaulatan di Indonesia
menggunakan konsep analisis dari Jean Bodin:

a. Kedaulatan negara adalah kekuasaan tertinggi

Ciri khas kedaulatan di Indonesia yang pertama adalah bahwa kedaulatan negara
adalah kekuasaan tertinggi yang tidak dapat dipertanyakan oleh pihak manapun. Hal
ini terlihat dalam kasus di atas, di mana pihak pengguna barang harus memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan oleh negara sebelum dapat menggunakan barang
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa negara memiliki otoritas mutlak dalam
menentukan penggunaan barang milik negara.

b. Kedaulatan negara berada pada penguasa atau lembaga negara yang berwenang

Ciri khas kedaulatan di Indonesia yang kedua adalah bahwa kedaulatan negara
berada pada penguasa atau lembaga negara yang berwenang. Hal ini dapat dilihat
dalam kasus di atas, di mana keputusan terkait penggunaan barang milik negara
harus melalui persetujuan dari pihak yang berwenang, yaitu Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara. Hal ini menunjukkan bahwa kekuasaan tertinggi dalam hal
penggunaan barang milik negara berada pada pihak yang berwenang.

c. Kedaulatan negara dilindungi oleh hukum dan peraturan yang berlaku

Ciri khas kedaulatan di Indonesia yang ketiga adalah bahwa kedaulatan negara
dilindungi oleh hukum dan peraturan yang berlaku. Hal ini terlihat dalam kasus di
atas, di mana penggunaan barang milik negara harus memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan oleh negara. Hal ini menunjukkan bahwa negara memiliki aturan
dan peraturan yang harus diikuti dalam penggunaan barang milik negara.
Sumber:

 Bodin, Jean. The Six Books of the Commonwealth. Edited by Kenneth D.


McRae. Cambridge: Cambridge University Press, 1992.

 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 tentang Pengadaan Barang/Jasa


Pemerintah.

2. Saya akan mencoba untuk memberikan analisis terhadap demokrasi Pancasila


berdasarkan bentuk legitimasi eliter pada subjek wewenang.

Demokrasi Pancasila mengutamakan pengambilan keputusan dengan musyawarah


mufakat dalam semangat kekeluargaan. Namun, dalam praktiknya, terkadang
keputusan yang diambil oleh elite politik tidak selalu mencerminkan kepentingan
masyarakat yang lebih luas. Hal ini dapat terjadi karena adanya bentuk legitimasi eliter
pada subjek wewenang dalam proses pengambilan keputusan.

Legitimasi eliter pada subjek wewenang dapat terjadi ketika para elit politik memiliki
kekuasaan yang lebih besar dalam proses pengambilan keputusan dibandingkan
dengan masyarakat umum. Hal ini dapat terjadi dalam konteks partai politik yang
mendominasi proses politik, atau dalam konteks oligarki ekonomi yang memiliki
pengaruh yang besar dalam pembuatan kebijakan ekonomi.

Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa demokrasi Pancasila dapat berjalan dengan
baik, perlu ada upaya untuk meminimalisir bentuk legitimasi eliter pada subjek
wewenang. Hal ini dapat dilakukan dengan memperkuat partisipasi masyarakat dalam
proses pengambilan keputusan, dan dengan memastikan bahwa kebijakan yang diambil
benar-benar mencerminkan kepentingan masyarakat yang lebih luas.

Sumber:

 "Demokrasi Pancasila: Pengertian dan Keunggulannya", Kompas.com

 "Demokrasi Pancasila dan Pendidikan Demokrasi", Kemendikbud

Soal 3

Beberapa teori mengenai klasifikasi negara modern bermunculan. Hal tersebut karena
klasifikasi negara secara sudah jarang diterapkan lagi sesuai perkembangan zaman. Masa
modern, mengakibatkan negara-negara di dunia tidak bisa menggunakan satu saja klasifikasi,
tetapi lebih kompleks/perpaduan. Dari situlah muncul istilah lain untuk menggambarkan
klasifikasi suatu negara.

Pertanyaan

3. Bagaimana klasifikasi negara Inggris menurut pemahaman anda berdasarkan analisis dari
konsep teori Leon Duguit!
Jawaban :

3. Konsep teori Leon Duguit menekankan bahwa negara bukanlah sebuah entitas
yang berdiri sendiri, melainkan merupakan hasil dari kekuasaan yang dilakukan
oleh individu dan kelompok-kelompok dalam masyarakat. Oleh karena itu, Duguit
mengklasifikasikan negara berdasarkan pada sifat dan tujuannya. Menurut
Duguit, negara dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

a. Negara yang Tujuannya Terbatas (Limited-Purpose State)


Negara jenis ini dibentuk dengan tujuan tertentu, seperti melindungi hak milik,
mengatur perdagangan, atau menyelesaikan konflik. Negara semacam ini
cenderung lebih fleksibel dan kurang terikat pada aturan dan tradisi, karena
fokusnya hanya pada tujuan tertentu tersebut.

b. Negara yang Tujuannya Universal (Universal-Purpose State)


Negara jenis ini memiliki tujuan yang lebih luas, yaitu mengatur kehidupan
sosial dan ekonomi seluruh masyarakat. Negara semacam ini cenderung
lebih kuat dan terikat pada aturan dan tradisi yang telah lama ada, karena
harus mengatur seluruh aspek kehidupan masyarakat.

Berdasarkan klasifikasi tersebut, Inggris dapat dikategorikan sebagai negara yang


tujuannya universal, karena negara Inggris memiliki peran yang luas dalam mengatur
seluruh aspek kehidupan masyarakat, seperti politik, ekonomi, dan sosial. Selain itu,
Inggris juga memiliki sistem pemerintahan yang terstruktur dengan kuat, serta didukung
oleh lembaga-lembaga yang telah berdiri sejak lama.

Sumber:

 Duguit, L. (1923). The Law in the Modern State. London: Macmillan.


 Gray, J. (2009). The Idea of a Universal-Purpose State. Political Quarterly, 80(2),
176-184.

You might also like