You are on page 1of 7

GERD

GASTRO-ESOPHAGUS REFLUX DISEASE


BY LUTHFI

A. Definisi
Adalah suatu keadaan patologis dimana cairan asam lambung mengalami reflux
sehingga masuk kedalam esofagus dan menyebabkan berbagai gejala. Suatu gangguan
di mana isi lambung mengalami refluks secara berulang ke dalam esofagus, yang
menyebabkan terjadinya gejala dan/atau komplikasi yang mengganggu

Suatu kelainan yang menyebabkan cairan lambung dengan berbagai kandungannya


mengalami refluks ke dalam esofagus, dan menimbulkan gejala khas seperti heartburn
(rasa terbakar di dada yang kadang disertai rasa nyeri dan pedih) serta gejala-gejala
lain seperti regurgitasi (rasa asam dan pahit di lidah), nyeri epigastrium, disfagia, dan
odinofagia.

Definisi lain :
 (Erosive Esophagitis/ERD) : esofagitis erosive yang ditandai dengan adanya
kerusakan mukosa esofagus pada pemeriksaan Endoskopi

 (Non-Erosive Reflux Disease/NERD) : gejala refluks yang mengganggu tanpa


adanya kerusakan mukosa esofagus pada pemeriksaan Endoskopi

 Refluks non-asam (Non Acid Reflux/NAR) : refluksat dapat berupa cairan


empedu, cairan asam lemah ataumalkali, dan/atau gas

 Barrett’s Esophagus : adanya epitel kolumnar yangdicurigai pada pemeriksaan


endoskopi dan terbukti dengan histologi yang membutuhkan adanya metaplasia
intestinal

B. EPIDEMIOLOGI
- Gaya hidup merokok, dan obesitas
- Di US, 1 dari 5 orang dewasa mengalami gejala reflux esofageal dan regurgitasi
asam sekali dalam seminggu. Lebih dari 40% mengalaminya sekali dalam sebulan
- Di Asia berkisar 3-5% kecuali di Jepang dan Taiwan 13-15% dan 15%
- Peningkatan prevalensi esofagitis dari 5,7% (1997) menjadi 25,18% (2022)

C. ETIOLOGI
GERD disebabkan keluarnya cairan asam lambung karena LES (Lower Esophageal
Spinchter) atau gastro-esofagus sfingter yang normalnya dalam keadaan tertutup,
menjadi tidak tertutup sempurna. Sehingga dapat menyebabkan keluarnya (reflux) isi
lambung.

Pada Barret’s esophagus terjadi metaplasia dari epithelium squamosum, menjadi


epithelium columnar

D. PROGRESI GERD
GERD dapat menjadi menjadi esophagitis. Esophagitis berkembang menjadi erosi
esofagitis, dan yang paling parah adalah peptic stricture/dysphagia. Baik dari
esophagitis sampai dysphagia dapat berubah menjadi Barret’s esophagus dan dapat
berkembang menjadi esophageal adenocarcinoma.

E. KLASIFIKASI
Los angeles membagi esophagitis menjadi 4 yaitu :
1. Los Angeles Grade A
- Erosi kecil-kecil pada mukosa esofagus dengan diameter <5 mm, tanpa saling
berhubungan
2. Los Angeles Grade B
- Erosi pada mukosa/lipatan mukosa dengan diameter >5 mm, tanpa saling
berhubungan
3. Los Angeles Grade C
- Lesi pada mukosa/lipatan mukosa yang saling berhubungan, mengelilingi
lumen <75%
4. Los Angeles Grade D
- Lesi pada mukosa/lipatan mukosa yang saling berhubungan, mengelilingi
lumen sekitar >75%

Sedangkan klasifikasi lain yaitu :


1. Sindrom esofageal
- Tanpa lesi struktural, berupa heartburn, dan regurgitasi, nyeri dada non-
kardiak (bukan disebabkan penyakit jantung)
- Lesi struktural, berupa reflux esofagitis, striktur reflux, Barret’s esophagus,
adenokarsinoma esofagus
2. Sindroma ekstraesofageal
- Batuk kronik, asma, laringitis

F. PATOFISIOLOGI
 Terjadi kontak dalam waktu cukup lama antara bahan lambung dengan mukosa
esofagus
 Terjadi penurunan resistensi jaringan mukosa esofagus, walau kontak dengan
bahan lambung tidak cukup lama
 Gangguan sensivitas terhadap rangansangan isi lambung
Patogenesis ;
 Infeksi Helicobacter pylori (H. pylori)
 Kebiasaan/gaya hidup minum alkohol, merokok, obesitas dan dilatasi bronkus
(bronkodilator)
 Motilitas, berkaitan dengan TLESR (Transient Lower Esophageal Spinchter
Relaxation)
 Hipersensivitas visceral, neural sentral dan perifer terhadap rangsangan regang dan
zat non-asam dari lambung

GERD dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor external, faktor dari
lambung itu sendiri, pengosongan esofagus yang tidak sempurna dan tidak
berfungsinya LES (lower esophageal spinchter)
1. Faktor external
- Diet
- Makanan tinggi lemak
- Merokok
- Obat-obatan/pengobatan
2. Pengosongan esofagus tidak sempurna
- Gerakan peristalsis
- Posisi tubuh
- Saliva/kelenjar liuar
3. Pelindung anti-reflux
- LES (Lower Esophageal Spinchter)
- Cruris diafragma
- Hernia hiatus
4. Faktor dari lambung
- Asam lambung
- Asam empedi
- Pengosongan lambung (gastric emptying)
- Distensi lambung

G. FAKTOR RISIKO
- Obat-obatan, (teofilin, antikolinergik, beta adrenergik, nitrat, calcium-channel
blocker)
- Makanan, penuh lemak, kopi, alkohol, dan merokok
- Hormon, umumnya pada wanita hamil dan menopause
- Hiatus hernia, panjang LES <3 cm
- Indeks Massa Tubuh (IMT)

H. MANIFESTASI KLINIS
“3 cardinal sign”
- Sensasi dada rasa terbakar
- Regurgitas (reflux asam lambung)
- Disfagia

Manifestasi klinis GERD dibagi menjadi atypical dan typical


1. Typical
- Heartburn
- Reflux asam lambung
2. Atypical (berbeda-beda setiap regio)
a) Pulmoner; batuk kronis, faringitis, pneumonia, asma, bronkiestasia
b) Othorhyno-laringological; suara serak, otitis, sinusitis
c) Orals; erosi gigi, halitosis, aphtha

I. DIAGNOSIS
- PPI (Proton Pump Inhibitor) test
- Barium swallow X-ray
- Biopsi esofagus
- Endoskopi SCBA (Saluran Cerna Bagian Atas)
- Ambulatory Reflux Monitoring
- Pemeriksaan histo PA
- Pemeriksaan pH-metri 24 jam
- Tes Impedans
- Tes Bilitec
- Tes Bernstein
Pada PPI test,
 diberikan PPI dosis ganda selama 1-2 minggu tanpa didahului pemeriksaan
endoskopi. Jika gejala menghilang dengan pemberian PPI dan muncul
kembali jika PPI dihentikan, diagnosis GERD dapat ditegakkan.
 Tes positif apabila perbaikan klinis dalam 1 minggu lebih dari 50%.
 PPI test memiliki sensivitas sebesar 80% dan spesifitas sebesar 74% untuk
pasien GERD dengan nyeri dada non kardiak.
Pada SCBA,
 didapatkan adanya mucosal break pada esofagus.
 gejala ALARM (disfagia progresif, odinofagia, penurunan BB yang tidak
jelas, hematemesis/melena, riwayat keluarga dengan keganasan lambung
dan atau esofagus, pengguna OAINS kronik, usia >40 th di daerah dnegan
prevalensi kanker lambung tinggi)
Selain menggunakan pemeriksaan lanjutan, juga bisa menggunakan GERD score
menggunakan pertanyaan GERD-Questionnare. GERD-Q memiliki sensivitas dan
spesifitas sebesar 65% dan 71% serta sudah divalidasi di Indonesia. Apabila total
skor </=7 maka tidak menderita GERD, apabila total skor 8-18 maka
kemungkinan menderita GERD

J. TATALAKSANA
Tujuan :
- Mengatasi gejala
- Memperbaiki kerusakan mukosa
- Mencegah kambuh
- Mencegah komplikasi
Prinsip :
- Modifikasi gaya hidup
- Medikamentosa
1. Tatalaksana non-farmakologik
- Menurunkan berat badan
- Elevasi kepala kurang lebih 15-20 cm saat berbaring
- Makan malam paling lambat 2-3 jam sebelum tidur
- Menghindari makanan tinggi lemak-asam-pedas, alkohol, dan kafein
2. Tatalaksana farmakologik
- Terapi diberikan pada pasien terduga GERD yang mendapat skor GERD-Q >8
tapi tanpa tanda alarm
- Diberikan PPI dosis tunggal 8 minggu, jika tidak membaik diberi dosis ganda
selama 4-8 minggu, bila membaik dosis maintance terapi dosis tunggal 2
minggu
- Obat lain adalah antagonis reseptor H2, antasida, prokinetik

You might also like