Professional Documents
Culture Documents
Project - Pai - Elektro - Muhamat Mustopa Bangun
Project - Pai - Elektro - Muhamat Mustopa Bangun
Disusun oleh :
Dosen pengampu :
Drs. RAMLI, M.A
PROGRAM STUDI
TAHUN 2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Project yang berjudul
“MANASIK HAJI DAN FARDHU KIFAYAH”.
Makalah ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah pendidikan
agamaislam MUHAMAT MUSTOPA BANGUN PTE21 sesuai dengan tuntutan RPS dan
kurikulum KKNI Universitas Negeri Medan.
Terima kasih kami ucapkan kepada bapak Drs. Ramli, Ma sebagai dosen pengampu mata
kuliah pendidikan agama islam di Kelas Elektro C 21 Universitas Negeri Medan yang telah
membantu secara moral maupun materi. Terima kasih Juga kepada teman-teman seperjuangan
yang terus membantu agar makalah ini terselesaikan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan, penulisan, dan penyajian makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kami menyampaikan permohonan maaf atas segala
kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, yang dikarenakan kemampuan dan
pengetahuan kami yang terbatas. Di satu sisi kami juga membutuhkan kritik dan saran yang
membangun, dengan tujuan agar makalah ini bisa lebih baik lagi, baik dari segi penyusunan
maupun isinya yang nantinya bias dijadikan referensi untuk kedepannya.
Demikian akhir kata dari kami, kami ucapkan terimakasih. Semoga dapat bermanfaat
guna menambah ilmu pengetahuan dan membuka wawasan baru bagi kita terutama para
pembaca dan pembelajar.
Mustopa bangun
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................................4
B. Identifikasi Masalah................................................................................................................................4
C. Tujuan.....................................................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................................5
A. Manasik Haji...........................................................................................................................................5
B. Fardhu Kifayah........................................................................................................................................7
BAB III........................................................................................................................................................13
PENUTUP...................................................................................................................................................13
A. Kesimpulan...........................................................................................................................................13
B. Saran.....................................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang Islam
yang memenuhi syarat istitaah, baik secara finansial, fisik, maupun mental. Negara bertanggung
jawab atas penyelenggaraan ibadah haji sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 29 Ayat (2)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyatakan bahwa Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agama dan kepercayaannnya itu. Indonesia sebagai salah satu negara yang
memiliki jumlah penduduk beragama Islam terbesar di dunia, melakukan penyelenggaraan
ibadah haji setiap tahunnya. Saat ini dasar dan payung hukum pelaksanaan penyelenggaraan
ibadah haji berdasarkan pada Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji.
B. Identifikasi Masalah
C. Tujuan
Berdasarkan katar belakang dan identifikasi masalah diatas tujuna dari makalah ini adalah :
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manasik Haji
a. Pengertian
Manasik haji adalah peragaan pelaksanaan ibadah haji sesuai dengan rukun-rukunnya.
Dalam kegiatan manasik haji, calon jamaah haji akan dilatih tentang tata cara
pelaksanaan ibadah haji yang akan dilaksanakannya, misalnya rukun haji, persyaratan,
wajib, sunah, maupun hal-hal yang tidak boleh dilakukan selama pelaksanaan ibadah haji.
Selain itu, para calon jamaah haji juga akan belajar bagaimana cara melakukan praktik
tawaf, sa’i, wukuf, lempar jumrah, dan prosesi ibadah lainnya dengan kondisi yang dibuat
mirip dengan keadaan di tanah suci.
Manasik haji juga diperlukan guna memberikan pemahaman kepada setiap calon
jamaah haji tentang tujuan utama keberangkatan mereka ke tanah suci. Manasik haji
sangat bermanfaat bagi para calon jamaah haji, karena setelah melaksanakan manasik
haji, para calon jamaah haji akan dapat memahami hal-hal apa saja yang harus dilakukan
pada saat melakukan ibadah haji nantinya. Para calon jamaah haji juga mempelajari
budaya, bahasa, dan kondisi alam di Arab Saudi.
Ada beberapa pedoman umum Umroh dan Haji yang harus diketahui oleh para
jamaah ketika berada di Medinah dan Mekkah ingin melakukan Ibadah Haji atau Umroh.
Hal-hal yang kiranya tidak kita terapkan di Tanah Air, sebaiknya harus dilakukan di
Tanah Suci seperti menjaga kesopanan terhadap orang lain yang berasal dari banyak
negara. Hal ini harus kita lakukan agar ibadah kita lancar dan khusuk.
a) Ihram
Melakukan ihram dari miqat yang telah ditentukan Ihram dapat dimulai sejak
awal bulan Syawal dengan melakukan mandi sunah, berwudhu, memakai pakaian
ihram, dan berniat haji dengan mengucapkan Labbaik Allahumma hajjan, yang
artinya: “aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, untuk berhaji.
5
Labbaik Allahumma labbaik, labbaik laa syariika laka labbaik, inna al-hamda, wa
ni’mata laka wa al-mulk. Laa syariika laka Artinya :
“Aku datang ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu, aku datang, tiada
sekutu bagi-Mu, aku datang, sesungguhnya segala pujian, segala kenikmatan,
dan seluruh kerajaan adalah milik Engkau, tiada sekutu bagi-Mu”.
b) Wukuf di Arafah
Saat wukuf, ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu: shalat jamak taqdim
dan qashar Zuhur-Ashar, berdoa, berzikir bersama, membaca Al-Quran, shalat
jamak taqdim dan qashar Maghrib-Isya.
Waktunya sesaat setelah tengah malam sampai sebelum terbit fajar. Di sini
mengambil batu kerikil sejumlah 49 butir atau 70 butir untuk melempar jumroh di
Mina, dan melakukan shalat subuh di awal waktu, dilanjutkan dengan berangkat
menuju Mina. Kemudian berhenti sebentar di Masy’aral Haram (monumen suci)
atau Muzdalifah untuk berzikir kepada Allah SWT (Q.S. Al Baqarah : 198), dan
mengerjakan shalat subuh ketika fajar telah menyingsing.
e) Tahalul
Tahalul adalah berlepas diri dari ihram haji setelah selesai mengerjakan
amalanamalan haji. Tahalul awal dilaksanakan setelah selesai melontar jumroh
aqobah, dengan cara mencukur/memotong rambut sekurang-kurangnya 3 helai.
Setelah tahalul boleh memakai pakaian biasa dan melakukan semua perbuatan
yang dilarang selama ihram, kecuali berhubungan seks.
Bagi yang ingin melaksanakan thawaf ifadhah pada hari itu dapat langsung pergi
ke Mekkah untuk thawaf. Dengan membaca talbiyah masuk ke Masjidil Haram
melalui Baabussalam (pintu salam) dan melakukan thawaf. Selesai thawaf
disunahkan mencium Hajar Aswad (batu hitam), lalu shalat sunah 2 rakaat di
dekat makam Ibrahim, berdoa di Multazam, dan shalat 2 rakaat di Hijr Ismail
(semuanya ada di kompleks Masjidil Haram). Kemudian melakukan sa’i antara
6
bukit Shafa dan Marwa, dimulai dari bukit Shafa dan berakhir di bukit Marwa.
Lalu dilanjutkan dengan tahalul kedua, yaitu mencukur/memotong rambut
sekurang-kurangnya 3 helai. Dengan demikian, seluruh perbuatan yang dlarang
selama ihram telah dihapuskan, sehingga semuanya kembali ke Mina sebelum
matahari terbenam untuk mabit di sana.
f) Mabit di Mina
Dilaksanakan pada hari tasyrik (hari yang diharamkan untuk berpuasa), yaitu pada
tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah. Setiap siang pada hari-hari tasyrik itu melontar
Jumroh Ula, Wustho dan Aqobah, masing-masing 7 kali.
g) Thawaf Ifadhah
Bagi yang belum melaksanakan thawaf ifadhah ketika berada di Mekkah, maka
harus melakukan tawaf ifadhah dan sa’i . Lalu melakukan thawaf wada’ sebelum
meninggalkan Mekkah untuk kembali pulang ke daerah asal.
B. Fardhu Kifayah
3. Ambil kain penutup dari jenazah dan ganti dengan kain basahan agar auratnya
tidak terlihat
7
4. Setelah itu bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya,
celah jari tangan dan kaki serta rambutnya.
5. Bersihkan kotoran jenazah baik yang keluar dari depan maupun dari belakang
terlebih dahulu. Caranya, tekan perutnya perlahan-lahan agar apa yang ada di
dalamnya keluar.
6. Siram atau basuh seluruh anggota tubuh jenazah dengan air sabun.
7. Kemudian siram dengan air yang bersih sambil berniat sesuai jenis kelamin
jenazah.
Artinya: "Aku berniat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari jenazah (wanita) ini
karena Allah Ta'ala."
Artinya: "Aku berniat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari jenazah (pria) ini
karena Allah Ta'ala."
8. Siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki dengan air bersih. Siram sebelah
kanan dan kiri masing-masing 3 kali.
14. Perlakukan jenazah dengan lembut saat membalik dan menggosok anggota
tubuhnya.
8
15. Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya,
wajib dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah di atas kafan, tidak
perlu diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang najis tersebut.
16. Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepas dan dibiarkan terurai ke
belakang. Setelah disiram dan dibersihkan, lalu dikeringkan dengan handuk dan
dikepang.
17. Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan handuk sehingga tidak
membasahi kain kafannya.
18. Selesai memandikan jenazah, berilah wangi-wangian yang tidak mengandung
alkohol sebelum dikafani. Biasanya menggunakan air kapur barus.
2. Bentangkan kain kafan lapis pertama yang sudah dipotong sesuai ukuran jenazah.
4. Bentangkan kain kafan lapis kedua yang sudah dipotong sesuai ukuran jenazah.
6. Bentangkan kain kafan lapis ketiga yang sudah dipotong sesuai ukuran jenazah.
9. Tutup dengan kain lapis ketiga dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari sisi
kanan ke kiri.
9
10. Tutup dengan kain lapis kedua dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari sisi
kanan ke kiri.
11. Tutup dengan kain lapis pertama dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari sisi
kanan ke kiri.
Artinya: “Ya Allah! Ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia
(dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang
mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan
dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari
10
kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau
istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang
lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari
siksa kubur dan Neraka.” (HR. Muslim no. 963)
Artinya: “Ya Allah! Jangan menghalangi kami untuk tidak memperoleh pahalanya
dan jangan sesatkan kami sepeninggalnya, ampunilah kami dan ampunilah dia”.
Untuk jenazah perempuan, kata –hu diganti –haa.
8. Salam
1. Memperdalam galian lobang kubur agar tidak tercium bau jenazah dan tidak dapat
dimakan oleh burung atau binatang pemakan bangkai.
2. Cara menaruh jenazah di kubur ada yang ditaruh di tepi lubang sebelah kiblat
kemudian di atasnya ditaruh papan kayu atau yang semacamnya dengan posisi
agak condong agar tidak langsung tertimpa tanah. Namun bisa juga dengan cara
lain dengan prinsip yang hampir sama, misalnya dengan menggali di tengah-
tengah dasar lobang kubur, kemudian jenazah ditaruh di dalam lobang.
9. Lalu di atasnya ditaruh semacam bata atau papan dari semen dalam posisi mendatar
untuk penahan tanah timbunan. Cara ini dilakukan bila tanahnya gembur. Cara
lain adalah dengan menaruh jenazah dalam peti dan menanam peti itu dalam
kubur.
11
4. Jenazah diletakkan miring ke kanan menghadap ke arah kiblat dengan
menyandarkan tubuh sebelah kiri ke dinding kubur supaya tidak terlentang
kembali.
5. Para ulama menganjurkan supaya ditaruh tanah di bawah pipi jenazah sebelah
kanan setelah dibukakan kain kafannya dari pipi itu dan ditempelkan langsung ke
tanah. Simpul tali yang mengikat kain kafan supaya dilepas.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manasik haji adalah peragaan pelaksanaan ibadah haji sesuai dengan rukun-rukunnya. Dalam
kegiatan manasik haji, calon jamaah haji akan dilatih tentang tata cara pelaksanaan ibadah haji
yang akan dilaksanakannya, misalnya rukun haji, persyaratan, wajib, sunah, maupun hal-hal
yang tidak boleh dilakukan selama pelaksanaan ibadah haji. Selain itu, para calon jamaah haji
juga akan belajar bagaimana cara melakukan praktik tawaf, sa’i, wukuf, lempar jumrah, dan
prosesi ibadah lainnya dengan kondisi yang dibuat mirip dengan keadaan di tanah suci.
Fardhu kifayah dimaksudkan untuk menjelaskan apa-apa yang menjadi kewajiban bersama
bagi komunitas muslim. Dalam hal ini, jika suatu hal telah dijalankan oleh sebagian orang, maka
sebagian lainnya terbebas dan tidak perlu melakukan aktivitas serupa. Pada waktu bersamaan,
pelakunya tentu saja akan memperoleh pahala dari Allah. Namun sebaliknya, jika di dalam suatu
komunitas muslim kewajiban tersebut diabaikan sama sekali, itu artinya dosa akan menimpa
mereka semua.
B. Saran
Kami menyadari didalam penulisan ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi
materi maupun penuyusunan makalah. Oleh itu kami sangat berharap besar kepada pembaca
untulk memberikan saran dan kritik yang membangun untuk membantu meningkatkan penulisan
makalah kami untuk kedepannya.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://www.dpr.go.id/doksileg/proses1/RJ1-20150701-022405-2836.pdf
https://www.icmi.or.id/apa-yang-dimaksud-dengan-fardhu-kifayah/
14