You are on page 1of 27

BAB II SISTEM AKUNTANSI BIAYA

2.1 Pentingnya Informasi Biaya


Untuk dapat mengelola perusahaan dengan baik, diperlukan berbagai informasi. Informasi
tersebut dapat berupa informasi biaya, penjualan, hkewajiban, aset dan informasi lainnya. Selain
memahami informasi yang berasal dari dalam perusahaan, seorang manajer juga dituntut untuk
memahami informasi dari luar perusahaan, seperti: perkembangan perbankan, keadaan
perekonomian secara umum dan informasi lainnya yang mempengaruhi perusahaan. Dengan
memahami banyak informasi diharapkan kualitas keputusan yang akan diambil menjad lebih baik
dan tingkat kegagalannya dapat diperkecil.

Untuk menghasilkan informasi yang baik, diperlukan suatu sistem. Melalui suatu sistem, data
yang tampaknya tidak mempunyai arti diolah dan menjadi informasi yang berguna. Demikian
juga halnya dengan informasi biaya. Pada awalnya informasi biaya hanyalah berupa data yang
berdiri sendiri, seperti jumlah pemakaian bahan baku, jumlah jam kerja buruh, pemakaian listrik,
gaji pegawai tak langsung, pemakaian bahan pembantu, tetapi melalui sistem akuntansi biaya
data tersebut selanjutnya diolah sehingga akhirnya menjadi informasi biaya yang penting,
seperti: biaya bahan baku, biaya upah langsung dan biaya overhead pabrik yang pada akhirnya
membentuk harga pokok produksi.

Selain berguna dalam proses penentuan harga pokok produksi penentuan nilai persediaan
barang jadi dan penentuan harga jual, sistem akuntansi biaya juga bermanfaat dalam hal
pemilihan berbagai alternatif keputusan yang menggunakan informasi biaya. Keputusan tersebut
antara lain menolak atau menerima pesanan khusus, melanjutkan atau menutup satu jenis
produk dan keputusan break even point.

2.2 Sistem dan Siklus Akuntansi Biaya


Sistem akuntansi biaya yang identik dengan siklus akuntansi biaya, sangat dipengaruhi oleh
siklus kegiatan usaha perusahaan. Secara umum perusahaan dapat digolongkan menjadi tiga,
yaitu: perusahaan dagang, jasa dan produksi (manufaktur). Siklus kegiatan perusahaan dagang
dimulai dengan pembelian barang dagangan, tanpa melalui pengolahaan lebih lanjut, dan diakhiri
dengan penjualan barang tersebut. Siklus akuntansi biayanya juga dimulai dari pencatatan
pembelian dagangan dalam kartu persediaan, perhitungan harga pokok barang yang dijual dan
diakhiri dengan penyajian harga pokok barang yang dijual dalam laporan laba/rugi. Selain

1
pencatatan persediaan barang dagangan, sistem akuntansi biaya juga melibatkan pencatatan
biaya umum/administrasi, biaya pemasaran dan biaya di luar operasi. Dengan demikian tujuan
akuntansi biaya dalam perusahaan dagang adalah untuk menyajikan informasi harga pokok
barang dagangan yang dijual, biaya administrasi/umum, biaya pemasaran dan biaya di luar
operasi.

Siklus perusahaan jasa dimulai dengan persiapan pembuatan jasa dan berakhir dengan
penyerahan jasa kepada pemakainya. Dalam perusahaan ini siklus akuntansi biaya dimulai
dengan pencatatan biaya persiapan, penyerahan jasa dan berakhir dengan disajikannya harga
pokok jasa yang diserahkan. Akuntansi biaya dalam perusahaan jasa bertujuan untuk menyajikan
harga pokok per jenis jasa yang diserahkan kepada pemakai jasa.

Siklus perusahaan manufaktur berbeda dengan perusahaan dagang dan jasa dan pada
umumnya kegiatannya lebih kompleks. Siklus perusahaan manufaktur dimulai dengan pembelian
bahan baku dan bahan pembantu, pengolahan bahan baku menjadi produk jadi dan berakhir
dengan penyerahan produk jadi ke gudang barang jadi atau ke pembeli. Dalam perusahaan ini
siklus akuntansi biaya dimulai dengan pencatatan harga pokok bahan baku yang dibeli,
perhitungan harga pokok bahan baku yang digunakan untuk produksi, dilanjutkan dengan
pencatatan biaya tenaga kerja langsung, pengalokasian biaya overhead pabrik yang digunakan
untuk menghasilkan produk jadi dan berakhir dengan disajikannya harga pokok produk jadi yang
diserahkan ke gudang atau pembeli. Siklus pembuatan produk dan siklus akuntansi biaya dapat
dilihat pada Gambar 2.1.

Pembahasan sistem akuntansi biaya yang dibicarakan sebelumnya, tidak berarti meniadakan
fungsi sistem akuntansi yang utama, karena antara sistem akuntansi biaya dan sistem akuntansi
yang lainnya saling terkait dan sulit dipisahkan. Hal ini akan lebih menguntungkan jika tidak
terdapat pemisahan antara sistem akuntansi biaya dengan sistem akuntansi umum lainnya.

SIKLUS SIKLUS
PEMBUATAN PRODUK AKUNTANSI BIAYA

2
Pembelian dan Penentuan harga
pokok bahan baku
penyimpanan
yang dibeli
bahan baku

Biaya Penentuan Biaya


Pengolahan tenaga kerja harga pokok Overhead
bahan baku langsung bahan baku pabrik
menjadi yang dipakai
produk
jadi

Pengumpulan
biaya produksi

Penyimpanan Penentuan
produk jadi harga pokok
dalam gudang produk jadi

Gambar 2.1. Siklus Pembuatan Produk dan Siklus Akuntansi Biaya

2.3 Biaya Sesungguhnya dan Biaya Standar


Biaya yang dibebankan pada unit yang diproduksi bisa berdasarkan biaya yang sesungguhnya
atau berdasarkan biaya standar. Sistem biaya yang sesungguhnya menggunakan biaya yang telah
terjadi sehingga biaya sesungguhnya sering juga disebut biaya masa lalu (historical cost). Dalam
sistem biaya ini, biaya dikumpulkan pada saat terjadinya, tetapi penentuan harga pokoknya baru
bisa dihitung saat proses produksi telah dilaksanakan atau jasa telah diserahkan. Oleh karena
perhitungan harga pokok baru dilakukan setelah produk selesai dikerjakan dan biaya yang
mendukung harga pokok produksi sebagian besar sudah terjadi, maka biaya-biaya yang
dibebankan pada suatu produk adalah biaya yang betul-betul telah dikeluarkan oleh perusahaan
(actual cost). Jadi, salah satu keuntungan dari perhitungan harga pokok produksi berdasarkan
biaya yang sesungguhnya adalah produk/barang yang diproduksi memperoleh alokasi biaya
berdasarkan biaya yang sungguh-sungguh dikeluarkan untuk memproduksi barang yang
bersangkutan.

Walaupun perhitungan harga pokok produksi berdasarkan biaya yang sesungguhnya


lebih menunjukkan biaya yang sebenarnya, tetapi perhitungan dengan metode ini menghadapi
beberapa kendala, antara lain:

3
1 Banyak biaya produksi yang tidak bisa diketahui pada saat produk/barang yang diproduksi
sudah selesai. Sebagai akibatnya jika perhitungan harga pokok produksi menunggu biaya-
biaya selesai dihitung, maka perhitungan harga pokok produksi atas produk/barang yang
diserahkan menjadi terlambat atau dengan kata lain produknya sudah diserahkan, tetapi
harga pokoknya belum selesai dihitung.
2 Jika ada pesanan tertentu, sementara barang yang dipesan belum tersedia atau belum
pernah diproduksi, maka akan mengalami kesulitan untuk menentukan harga produk/barang
yang dipesan, karena harus menunggu selesainya proses produksi.
3 Biaya-biaya yang berasal dari departemen layanan (service department) sulit dibebankan
berdasarkan biaya yang sesungguhnya, seperti pada biaya listrik/energi, telepon, air, biaya
keamanan.
4 Harga pokok produksi sering berubah-ubah karena ada biaya yang terjadinya tidak secara
rutin atau tidak direncanakan
Mengingat kelemahan perhitungan harga pokok produksi berdasarkan biaya yang sesungguhnya
cukup banyak, maka dibuatlah perhitungan harga pokok produksi berdasarkan biaya yang
ditetapkan sebelum proses produksi dimulai. Biaya tersebut sering disebut biaya standar atau
biaya estimasi/taksiran. Biaya standar dan biaya taksiran tidak terlalu jauh berbeda, karena
sama-sama ditetapkan sebelum proses produksi dimulai. Perbedaannya hanya terletak pada
proses pembuatan biaya tersebut. Biaya estimasi/taksiran dibuat hanya berdasarkan perkiraan
saja. Contohnya taksiran biaya untuk sebuah meja kerja ukuran ½ biro. Biaya pemakaian bahan
baku yang berupa kayu dan triplek hanya diperkirakan saja, demikian juga halnya dengan upah
buruh dan biaya overhead pabrik.

Walaupun biaya standar ditetapkan sebelum proses produksi dimulai, tetapi proses penentuan
biaya standar biasanya dimulai dengan membuat suatu percobaan-percobaan. Berdasarkan
percobaan tersebut, akhirnya diketahui besarnya biaya bahan baku, upah langsung dan biaya
overhead pabrik. Besarnya biaya tersebut akhirnya digunakan sebagai standar untuk
memproduksi barang yang sama pada periode berikutnya. Biaya standar tersebut biasanya
digunakan dalam kurun waktu tertentu. Jika standar tersebut tidak sesuai dengan kondisi yang
ada, perlu dilakukan penyesuaian kembali sehingga standar yang dibuat tidak ketinggalan jaman
baik dari segi mode maupun biaya.

Dalam sistem biaya standar, biaya yang sesungguhnya, juga dicatat. Selanjutnya antara biaya
standar dan biaya yang sesungguhnya dibandingkan dan dicari selisihnya. Biaya standar dan
analisis perbedaan akan dibahas dalam bab selanjutnya.

4
2.4 Aliran Biaya Produksi dalam Rekening Buku Besar
Untuk dapat menghitung harga pokok produksi, baik per unit maupun secara total, diperlukan
suatu media untuk mencatat dan mengklasifikasikan biaya-biaya produksi. Media tersebut adalah
berupa buku besar biaya. Secara garis besarnya buku besar yang digunakan untuk mencatat dan
mengklasifikasikan transaksi biaya dibagi menjadi tiga, yaitu: buku besar bahan baku, buku besar
upah langsung dan buku besar biaya overhead pabrik. Setiap bulan atau dalam periode tertentu,
buku besar biaya itu selanjutnya ditutup dan dipindahkan ke rekening barang dalam proses. Jika
produk yang dikerjakan sudah selesai, akan ditutup ke rekening persediaan barang jadi.
Hubungan antara buku besar tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Bahan Baku
Barang
Dalam Proses

2
6
3
Gaji dan
Upah

Produk jadi
4

Biaya
overhead 5
Pabrik

5
Gambar 2.2. Aliran Biaya Produksi dalam Rekening Buku Besar

Penjelasaan Gambar 2.2.


Sesuai dengan nomor urut dalam buku besar tersebut, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Bahan baku yang sudah terkumpul dalam rekening bahan baku yang diperoleh melalui
pembelian selanjutnya ditransfer ke rekening barang dalam proses pada saat produksi
dimulai sesuai dengan jumlah yang digunakan
2. Untuk pemakaian bahan penolong ditransfer ke rekening biaya overhead pabrik
3. Biaya gaji dan upah juga dibebankan ke perkiraan barang dalam proses sesuai dengan jumlah
tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi, sedangkan yang tidak terlibat langsung
dalam proses produksi dibebankan ke perkiraan biaya umum dan administrasi.
4. Untuk upah tak langsung ditransfer ke rekening biaya overhead pabrik, termasuk juga biaya
pabrik selain bahan penolong dan upah tak langsung ditransfer ke biaya overhead pabrik
seperti: biaya penyusutan, biaya sewa pabrik, biaya pemeliharaan dan perbaikan mesin,
biaya pelumas dll.
5. Biaya overhead pabrik (BOP) sesungguhnya yang dicatat dalam rekening BOP sebelah debet
selanjutnya dibebankan ke barang dalam proses dengan menggunakan tarif yang telah
dibuat sebelumnya dengan demikian pada rekening barang dalam proses akan terdapat
biaya bahan baku, upah langsung dan biaya overhead pabrik.
6. Setelah proses produksi selesai, biaya-biaya yang mendukung produk jadi ditransfer ke
perkiraan produk jadi dengan mendebet rekening persediaan barang jadi dan mengkredit
rekening barang dalam proses.
Produk yang dikerjakan oleh perusahaan selalu memerlukan ketiga unsur biaya, yaitu biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Ketiga biaya tersebut
setelah digabung akhirnya menjadi biaya produksi. Dalam akuntansi biaya tradisional biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja disebut sebagai biaya utama(prime cost), sedangkan biaya
overhead pabrik disebut sebagai biaya konversi (convertion cost).

Pemberian istilah biaya utama didasarkan pada pemikiran bahwa biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja merupakan unsur biaya paling besar dalam unsur biaya produksi dan biaya
overhead pabrik hanya sebagaian kecil dari total biaya. Keadaan ini pada zaman teknologi tinggi
saat ini sudah banyak berubah, terutama unsur biaya tenaga kerja. Dengan semakin majunya
proses pengerjaan suatu produk, peran komputer untuk menunjang proses produksi tidak dapat

6
dipisahkan lagi dan banyak proses produksi dikerjakan secara otomatis, maka biaya overhead
pabrik mulai menggeser peran biaya tenaga kerja. Hal ini ditandai dengan biaya listrik, biaya
pemeliharaan, reparasi dan penyusutan mesin yang tinggi.

Contoh transaksi dan penyelesaiannya

Sebagai ilustrasi aliran biaya dalam buku besar, berikut ini diberikan contoh transaksi dari PT Budi
Harapan Nusa selama bulan Januari 2014. Sebagai langkah awal diberikan neraca perusahaan per
1 Januari 2014 sebagai berikut:

PT Budi Harapan Nusa Neraca Per 1 Janurai 2014


Aset Rp Rp Rp
Aset Lancar
Kas 1.830.000
Surat berharga 760.000
Pikewajiban Dagang 3.131.000
Persediaan:
Barang jadi 687.000
Barang dalam proses 2.343.000
Bahan baku 1.353.000
4.383.000
Biaya dan asuransi dibayar di
muka
158.000

Total aset lancar 10.262.000


Aset Tetap
Tanah 415.000
Gedung 5.806.000
Mesin dan peralatan 16.430.000
Akumulasi penyusutan (10.107.000)
Total Aset Tetap 12.544.000

Total Aset 22.806.000

Kewajiban dan Modal

7
Kewajiban lancar
Kewajiban dagang 5.530.000
Kewajiban pajak penghasilan 357.000
Kewajiban lainnya 200.000
Total kewajiban lancar 6.087.000
Kewajiban jangka panjang 2.044.000
Jumlah Kewajiban 8.131.000
Modal:
Modal saham 5.280.000
Laba ditahan 9.395.000
Total modal 14.675.000
Total kewajiban dan Modal 22.806.000

Transaksi selama bulan Januari 2014:


1. Pembelian bahan baku secara kredit dari PT Budi di Uma sejumlah Rp
1.000.000,00 ditambah PPN 10% dengan syarat pembelian 2/10/n.30

2. Pemakaian persediaan selama 1 bulan sejumlah Rp 920.000,00 dengan rincian: untuk


produksi Rp 800.000,00 dan sebagai bahan baku tak langsung sejumlah Rp 120.000,00
3. Perhitungan dan pembayaran gaji karyawan sebesar Rp 1.600.000,00 Jumlah tersebut telah
dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 sebesar Rp 80.000
4. Gaji sebesar Rp 1.600.000,00 yang dibayarkan kepada karyawan, distribusinya adalah sebagai
berikut:
- upah buruh langsung 65%
- upah buruh tak langsung 15%
- Gaji bagian pemasaran 13%
- Gaji bagian administrasi 7%
5. Biaya penyusutan pabrik selama bulan Januari adalah Rp 85.000 dan asuransi dibayar dimuka
yang jatuh tempo bulan ini sejumlah Rp 12.000
6. Biaya yang berkaitan dengan pabrik yang terjadi selama bulan Januari adalah sebagai berikut
(dalam rupiah)
a. Biaya bahan bakar Rp 200.000
b. Biaya pemeliharaan pabrik Rp 69.000
c. Biaya reparasi pabrik Rp 53.000
d. Biaya administrasi pabrik Rp 40.000

8
e. Biaya air Rp 29.000

Jumlah Rp 391.000
Dari jumlah biaya tersebut telah dibayar sejumlah 70%, sedangkan sisanya belum
dilunasi sampai dengan 31 Januari 2014

7. Diterima pembayaran piutang dagang sejumlah Rp 2.050.000,00


8. Dibayar kewajiban dagang sejumlah Rp 2.270.000,00 dan dibayar Pajak Penghasilan Pasal 21
sejumlah Rp 160.000,00
9. Biaya overhead pabrik sesungguhnya yang telah terkumpul dalam rekening
Biaya Overhead Pabrik ditransfer ke rekening barang dalam proses

10. Produk yang berhasil dikerjakan dan selesai 100% dengan total biaya Rp
3.200.000,00
11. Sebagian dari persediaan barang jadi laku terjual dengan harga Rp 3.840.000,00 ditambah
PPN 10% dari jumlah tersebut dibayar secara tunai sejumlah 40% dan sisanya kredit.
Perusahan mencari laba sebesar 25% dari total penjualan.

Jurnal Umum
1 Bahan baku 1.000.000
PPN Masukan 100.000
Kewajiban Dagang 1.100.000
Jurnal untuk mencatat pembelian bahan
kredit secara kredit

2 Barang dalam proses 800.000


Biaya Overhead Pabrik 120.000
Bahan Baku 920.000
Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan i
bahan baku langsung dan tak langsung.

3a Biaya gaji 1.600.000


Kewajiban Gaji 1.520.000
Kewajiban PPh Pasal 21/Karyawan 80.000
Jurnal untuk mencatat perhitungan gaji
karyawan dan pajak karyawan

3b Kewajiban Gaji 1.520.000

9
Kas 1.520.000
Jurnal untuk mencatat pembayaran gaji
Karyawan

4 Barang dalam proses 1.040.000


Biaya Over Head Pabrik 240.000

Biaya pemasaran 208.000


Biaya administrasi 112.000
Biaya Gaji 1.600.000
Jurnal untuk mendistribusikan biaya gaji ke
barang dalam proses, biaya overhead,
pemasaran dan biaya administrasi

5a Biaya penyusutan 85.000


Akumulasi penyusutan 85.000
Jurnal untuk mencatat beban penyusutan
5b Biaya Asuransi 12.000
Biaya dan asuransi dibayar di muka 12.000
Jurnal untuk mencatat biaya asuransi
5c Biaya overhead pabrik 97.000
Biaya penyusutan 85.000
Biaya Asuransi 12.000
Jurnal untuk membebankan biaya penyusutan
dan biaya asuransi
pabrik ke biaya overhead Pabrik

6a Biaya bahan bakar 200.000


Biaya pemeliharaan 69.000
Biaya reparasi 53.000
Biaya adm. pabrik 40.000
Biaya air 29.000
Kas 273.700
Kewajiban Biaya 117.300
Jurnal untuk mencatat pengakuan biaya overhead pabrik
6b Biaya Overhead Pabrik 391.400

10
Biaya bahan bakar 200.000
Biaya pemeliharaan pabrik 69.000

Biaya reparasi 53.400


Biaya adm. Pabrik 40.000
Biaya air 29.000
Jurnal untuk mendistribusikan biaya pabrik

Lainnya ke biaya overhead pabrik

7 Kas 2.050.000
Piutang Dagang 2.050.000
Jurnal untuk mencatat pelunasan
piutang Dagang

8 Kewajiban Dagang 2.270.000


Kewajiban PPh. Pasal 21/Karyawan 80.000
Kas 2.350.000
Jurnal untuk mencatat pembayaran

Hutang dagang dan kewajiban PPh

9 Barang dalam proses 848.400


Biaya Overhead Pabrik 848.400
Jurnal untuk memindahkan biaya overhead
pabrik sesungguhnya ke barang dalam proses

10 Persediaan barang jadi 3.200.000


Barang dalam proses 3.200.000
Jurnal untuk mencatat barang jadi
11a Kas 1.689.600
Piutang dagang 2.534.400
Penjualan 3.840.000
PPN Keluaran 384.000
Jurnal untuk mencatat penjualan yang terjadi
selama bulan Januari

11
11b Harga pokok penjualan 3.072.000
Persediaan barang jadi 3.072.000
Jurnal untuk mencatat harga pokok barang
Yang dijual. HPP = 125/100 x 3.840.000 =
3.072.000

12
BUKU BESAR

Kas
Saldo 1.830.000 3b 1.440.000
7 2.050.000 6a 273.980
11a 1.689.600 8 2.350.000
Saldo 1.505.620

5.569.600 5.569.600

Surat Berharga

Saldo awal 760.000 Saldo akhir 760.000

Pikewajiban Dagang

Saldo awal 7 2.050.000


3.131.000
11a Saldo akhir 3.615.400
2.534.400
5.665.400 5.665.400

Barang Jadi

Saldo awal 687.000 11b 3.072.000


10 3.200.000 Saldo akhir 815.000

Barang dalam Proses


Saldo awal 2.343.000 10 3.200.000
2 800.000

4 1.040.000
9 848.400 Saldo akhir 1.831.400

5.031.000 5.031.000

Bahan baku
Saldo awal 1.353.000 2 920.000
1 1.000.000 Saldo akhir 1.433.000

13
2.353.000 2.353.000

Biaya Dibayar Dimuka

Saldo awal 158.000 5b 12.000


Saldo akhir 146.000

158.000 158.000

Tanah

Saldo awal Sld akhir 415.000


415.000

Gedung

Sld.awal 5.806.000 Akhir 5.806.000

Mesin

Sld awal Akhir 16.430.000


16.430.000

Akumulasi Depresiasi

Sld awal 10.107.000


Saldo akhir 10.192.000 5a 85.000

10.192.000 10.192.000 Kewajiban


dagang
8 2.270.000 Sld awal 5.530.000
Sld akhir 4.260.000 1 1.000.000

6.530.000 6.530.000

Kewajiban PPh

14
Sld akhir 357.000 Sld awal 357.000

Ut. jk. Panjang

Sld akir Sld awal 2.044.000

2.044.000
Modal

Sld. Akhir 5.280.000 Sld awal 5.280.000

Laba ditahan

Sld akhir 9.395.000 Sld awal 9.395.000

Biaya Gaji

3a 1.600.000 4 1.600.000 BOP kontrol

2 120.000 9 848.400
4 240.000
5c 97.000
6b 391.400

848.400 848.400
Kewajiban gaji

3b 1.440.000 3a 1.440.000

Kewajiban PPh karyawan

8 160.000 3a 160.000

Kewajiban Biaya

Sld akhir 117.420 6a 117.420

Kewajiban PPN

15
1 11a 384.000
100.000
Saldo akhir

284.000
Biaya pemasaran

4 208.000 Ke l/r 208.000

By. Administrasi

4 112.000 Ke l/r 112.000

By. Penyusutan

5a 85.000 5c 85.000

Biaya asuransi

5b 12.000 5c 12.000

By. Bahan bakar


6a 200.000 6b 200.000

By. Pemeliharaan

6a 69.000 6b 69.000

By. Reparasi

6a 53.400 6b 53.400

By adm. Pabrik

16
6a 6b 40.000

40.000
Biaya air

6a 29.000 6b 29.000

Penjualan

Ke l/r 3.840.000 11a 3.840.000

HPP

11b 3.072.000 Ke l/r 3.072.000

Kewajiban lainnya

Saldo akhir 200.000 Saldo awal 200.000

PT Budi Harapan Nusa Neraca Saldo Per 31 Januari 2014


Keterangan Debet(Rp) Kredit(Rp)
Kas 1.505.600
Surat berharga 760.000
Piutang dagang 3.615.400
Persd. barang jadi 815.000
Persd. brg dlm proses 1.831.400
Persd. bahan baku 1.433.000
Biaya dibayar di muka 146.000
Tanah 415.000

17
Gedung 5.806.000
Mesin dan peralatan 16.430.000
Akmls. depresiasi 10.192.000
Kewajiban dagang 4.260.000
kewajiban pajak penghasilan 357.000
kewajiban lainnya 200.000
kewajiban biaya 117.420
Kewajiban PPN 284.000
kewajiban jangka panjang 2.044.000
Modal saham 5.280.000
Laba ditahan 9.395.000
Penjualan 3.840.000
Harga pokok penjualan 3.072.000
Biaya pemasaran 208.000
Biaya administrasi 112.000
Jumlah 35.969.420 35.969.420

PT Budi Harapan Nusa Laporan Laba/rugi


Periode yang berakhir per 31 Januari 2014
Rp Rp
Penjualan 3.840.000
Harga pokok penjualan (lamp.1) (3.072.000)
Laba kotor 768.000
Biaya operasional
Biaya pemasaran 208.000
Biaya administrasi 112.000
Total Biaya Operasional 320.000
Laba operasi sebelum pajak 448.000

18
Lampiran 1 PT. Budi Harapan Nusa Laporan Harga Pokok Penjualan Periode
January 2014
Rp Rp
Pemakaian bahan baku
Persd. Awal bahan baku 1.353.000
Pembelian 1.000.000
Bahan baku siap pakai 2.353.000
Persediaan akhir (1.433.000)
Pemakaian bahan baku 920.000
Bahan baku tak langsung (120.000)
Bahan baku langsung 800.000
Upah langsung 1.040.000
Biaya overhead pabrik:
Bahan baku tak langsung 120.000
Gaji tak langsung 240.000
Biaya penyusutan 85.000
Biaya asuransi 12.000
Biaya bahan bakar 200.000
Biaya pemeliharaan 69.000
Biaya reparasi 53.400
Biaya administrasi pabrik 40.000
Biaya air 29.000
484.400
Total biaya produksi 2.688.400
Barang dalam proses awal 2.343.000
5.031.000
Barang dalam proses akhir (1.831.400)
Harga pokok barang yang diproduksi 3.200.000
Persediaan barang jadi awal 687.000
3.887.000
Persediaan akhir barang jadi 815.000
Harga Pokok Penjualan 3.072.000

19
PT Budi Harapan Nusa
Neraca
Per 31 Januari 2014
Aset Rp Pasiva Rp
Aset lancar Kewajiban lancar
Kas 1.505.600 Kewajiban dagang 4.260.000
Surat berharga 760.000 Kewajiban PPH 357.000
Pikewajiban dagang 3.615.400 Kewajiban biaya 117.420
Persd. Brg jadi 815.000 Kewajiban lainnya 200.000
Persd. Brg dl proses 1.831.400 Kewajiban PPN 284.000
Persd. Bahan baku 1.433.000 Totl kewajiban lancar 5.218.420
Biaya dibayar dimuka 146.000 Kewajiban jk. Panjang 2.044.000
Total aset lancar 9.926.420 Total kewajiban 7.262.420
Aset tetap
Tanah 415.000 Modal saham 5.280.000
Gedung 5.806.000 Laba ditahan 9.395.000
Mesin dan peralatan 16.430.000 Laba bulan Januari 448.000
Akumulasi depresiasi (10.192.000) Total modal 15.123.000
Nilai buku 12.459.000
Total Aset 22.385.420 Total Pasiva 22.385.420

Rekening-rekening Biaya
Untuk memudahkan penyusunan Laporan Harga Pokok Produksi, biaya perlu diklasifikasikan.
Selain hal tersebut, pengklasifikasian ini juga bermanfaat dalam pengendalian biaya tersebut.

Secara umum pengklasifikasian biaya dalam perusahaan manufaktur adalah:

Biaya Bahan Baku

Biaya Produksi Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya Overhead Pabrik

20
• Biaya bahan baku tidak langsung
• Perlengkapan Pabrik
• Minyak Pelumas
• Biaya tenaga kerja tak langsung
• Biaya pengawasan
• Inspeksi
• Gaji bagian pembukuan pabrik  Biaya tidak langsung lainnya
• Biaya sewa
• Biaya asuransi pabrik
• Penyusutan gedung dan pabrik
• Biaya pemeliharaan
• Listrik
• Air
• Gaji Karyawan pabrik
• Biaya overhead pabrik lainnya

Biaya Pemasaran

•Gaji bagian pemasaran


•Biaya komisi
•Pajak karyawan
•Biaya advertising
•Sampel
Biaya Komersial  Biaya hiburan
• Biaya perjalanan
• Biaya sewa
• Telepon
• Alat tulis kantor
• Biaya pos
• Biaya pengangkutan/pengiriman
 Biaya pemasaran lainnya.
Biaya administrasi

• Gaji administrasi
• Pajak Karyawan
• Sewa
• Penyusutan

21
• Biaya Konsultan
• Biaya penghapusan pikewajiban
• Biaya telepon
• Biaya alat-alat tulis kantor
• Biaya pos
• Biaya administrasi lainnya.

Laporan Harga Pokok Produksi


Sebagai hasil proses akhir dari suatu sistem adalah informasi. Demikian juga halnya dengan
sistem akuntansi biaya. Pencatatan dalam jurnal, selanjutkan diklasifikasikan dan diringkas dalam
buku besar dan akhirnya dihasilkan laporan harga pokok produksi. Melalui laporan ini dapat
diketahui besarnya bahan baku, upah langsung, dan biaya overhead pabrik yang diperlukan untuk
menghasilkan satu atau beberapa jenis produk. Contoh laporan harga pokok produksi dapat
dilihat pada Schedule 2.1

Schedule 2.1. Laporan Harga Pokok Produksi


PT. Budi Harapan Nusa
Laporan Harga Pokok Produksi
Periode 1/1/200A s/d 31/12/200A

1. Bahan baku langsung

Persediaan bahan baku awal 1 Januari 200A Rp, ………


Pembelian selama thn. 200A Rp. ……… +
Bahan baku yang siap dipakai Rp. ………
Persediaan akhir bahan baku 31 Desember 200A Rp. ……… -
Bahan baku yang dihabiskan selama thn 200A Rp. ..…
2. Biaya upah langsung Rp..…..
3. Biaya overhead pabrik:
Bahan baku tak langsung Rp. ……
Upah tak langsung Rp. ……
Pajak karyawan Rp. ……
Penyusutan mesin dan gedung pabrik Rp. ……

22
Asuransi kebakaran Rp. ……
Biaya overhead pabrik umum lainnya Rp. …… +
Total biaya overhead pabrik Rp. …. +
Total Biaya Produksi Rp. ……
4. Ditambah barang dalam proses awal, 1-1-200A Rp. ……
Rp. ……
Dikurangi barang dalam proses akhir 31-12-200A Rp. ……
Harga pokok barang yang diproduksi Rp. …….

Harga pokok produksi sebagai wujud terakhir dari laporan harga pokok produksi merupakan
akumulasi nilai dari bahan baku, upah langsung dan biaya overhead pabrik setelah dikurangi
dengan nilai akhir dari barang yang masih dalam proses.

Untuk memudahkan pemahaman mengenai pembuatan laporan harga pokok produksi berikut
ini diilustrasikan data biaya PT. Budi Harapan Kita untuk tahun 2014 sebagai berikut:
perusahahan tersebut memproduksi pakaian jadi dengan kapasitas produksi 2.500 potong.
Pembelian kain selama tahun 2014 adalah: 5.000 meter dengan harga Rp 7.500 per meter, di
samping itu perusahaan masih mempunyai sisa kain pada awal tahun sebanyak 200 meter
dengan harga Rp 7.200 per meter. Ongkos jahit satu baju adalah Rp 6.000. Pemakaian kancing,
benang, kain keras, listrik dan biaya di luar kain dan upah langsung diperkirakan sebesar 40% dari
pemakaian kain. Perusahaan memakai metode rata-rata dalam menentukan nilai persedian kain
yang masih ada. Ratarata satu buah baju memerlukan dua meter kain. Barang dalam proses (baju
yang belum selesai) yang masih ada pada awal tahun diperkirakan 50 baju setengah jadi dengan
perkiraan biaya Rp 950.000,00 dan persediaan akhirnya sebesar 100 potong baju dengan
perkiraan nilai Rp 1.800.000,00.

Berdasarkan contoh soal tersebut maka laporan harga pokok produksi dari PT Budi Harapan Kita
adalah:

PT Budi Harapan Kita


Laporan Harga Pokok Produksi periode yang berakhir per
31 Desember 2014

23
Pemakaian kain: (nilai dalam Rp)
Persediaan awal (200x7.200) Rp 1.440.000,00
Pembelian (5.000x 7.500) Rp 56.250.000,00

Kain siap dipakai Rp 57.690.000,00


Persediaan akhir kain (Rp 1.470.000,00)

Pemakaian kain Rp 56.220.000,00


Biaya upah langsung 2.500 x Rp 6.000 Rp 15.000.000,00
Biaya overhead pabrik 40% x Rp56.220.000 Rp 22.480.000,00 +

Biaya produksi yang ditambahkan Rp 93.708.000,00


Persediaan awal barang dalam proses Rp 950.000,00

Biaya produksi Rp 94.658.000,00


Persediaan akhir barang dalam proses Rp 1.800.000,00

Total biaya produksi yang ditransfer


Rp 92.858.000,00

Berdasarkan perhitungan di atas total biaya produksi yang ditransfer ke gudang barang jadi
senilai Rp. 92.850.000,00 dengan total produksi 2.500 potong baju.

Jadi, harga pokok per potong Rp. 37.140,00

Perhitungan persediaan akhir sebagai berikut


Oleh karena perusahaan memakai harga rata-rata dalam menghitung nilai persediaan akhir,
maka harga rata-ratanya adalah: (7.200 + 7.500)/2 = 7.350.

Nilai persediaan akhir kain adalah:

Persediaan awal kain 200 m


Pembelian 5.000 m

24
Kain tersedia 5.200 m
Persediaan akhir 200 m
Pemakaian kain 5.000 m

Nilai persediaan akhir 200 m x 7.350 Rp 1.470.000,00

Rangkuman
Untuk menghasilkan suatu informasi biaya yang bermanfaat, diperlukan kegiatan yang
memproses data biaya. Kegiatan untuk memproses data-data biaya dalam akuntansi biaya
disebut sistem akuntansi biaya. Sistem dan siklus akuntansai biaya sangat terkait dengan jenis
perusahaan seperti perusahaan dagang, jasa dan pabrikasi (manufaktur).

Aliran biaya produksi mula-mula dikumpulkan dalam buku besar biaya bahan baku, gaji dan upah
dan biaya overhead pabrik, selanjutnya biaya-biaya tersebut dikumpulkan dalam buku besar
barang dalam proses dan setelah barang tersebut selesai dikerjakan, terakhir ditransfer ke
persediaan barang jadi.

Soal-Soal
1. Jelaskan mengapa informasi biaya dianggap penting.
2. Uraikan siklus akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur.
3. Jelaskan perbedaan antara biaya yang sesungguhnya dan biaya standar.
4. Jelaskan elemen-elemen biaya overhead pabrik.
5. PT. Budi Harapan Kita adalah sebuah perusahaan manufaktur yang memproduksi sabun.
Data biaya produksi untuk tahun 2014 adalah sebagai berikut: pembelian bahan baku
sebanyak 110.000 liter dengan harga per liter Rp.2.500,00. Pembayaran upah selama tahun
1996 sebesar Rp 120.000.000,00 dengan pembagian sebagai berikut: 50% untuk upah
langsung, 15% untuk kepala bagian produksi dan mandor pabrik dan sisanya untuk karyawan
bagian umum dan administrasi. Informasi-informasi lainnya adalah:
• Depresiasi aset tetap dengan komposisi: 60% untuk pabrik dan 40 % untuk
administrasi. Harga perolehan aset tetap Rp 120.000.000,00 disusutkan selama 10
tahun dengan metode garis lurus tanpa nilai sisa. Tahun perolehan 2000
• Penggunaan bahan pembantu: (a) bahan bakar pabrik Rp.
12.000.000, (b) listrik (70:30) Rp 85.000.000, (c) bahan pembantu untuk pabrik
Rp.27.500.000,00  Persediaan:

25
1 Januari 2014(Rp) 31 Desember2014
(Rp)

Bahan baku 21.500.000 27.500.000


Barangdalam proses 17.000.000 19.000.000
Barang jadi 35.600.000 40.800.000

Pertanyaan:
Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi PT Budi Harapan Kita sampai tahun 2014

6. Berikut ini beberapa informasi keuangan CV Larantuka untuk tahun yang berakhir per 31
Desember 2014

Keterangan Jumlah (Rp)


Penjualan 14.500.000
Pembelian bersih 2. 400.000
Ongkos angkut pembelian 32.000
Upah langsung 3. 204.000
Gaji bagian penjualan 200.000
Retur penjualan 25.200
Biaya overhead pabrik 1.885.600
Biaya pemasaran 155.000
Biaya pengiriman 65.000

Persediaan 31 Jan. 2014 31 Des. 2014


(Rp) (Rp)

Persediaan Barang Jadi 567.400 620.000


Persediaan Barang dalam 136.800 129.000
proses

Persediaan Bahan Baku 196.000 176.000

26
Pertanyaan : Hitung besarnya
• Total harga pokok produksi
• Harga pokok barang yang diproduksi
• Harga pokok penjualan

7. Berikut ini beberapa contoh transaksi dari sebuah perusahaan manufactur :


a. Bahan baku yang dikeluarkan digunakan untuk : bahan baku langsung Rp
24.500.000
b. Biaya gaji dan upah yang dicatat sebesar Rp 44.000.000, pajak karyawan sebesar
Rp 7.000.000.
c. Dari gaji dan upah pada butir b didistribusikan sebagai berikut : Rp 30.000.000
untuk upah langsung, Rp 6.000.000 untuk upah tak langsung dan Rp 8.000.000
untuk gaji penjualan.
d. Berbagai biaya overhead pabrik yang memerlukan pembayaran secara tunai
berjumlah Rp 7.500.000 (jurnal kas keluar tidak perlu dibuat).
e. Biaya overhead pabrik yang dibebankan ke harga pokok produksi sebesar Rp
22.932.000.
f. Harga pokok produksi yang diselesaikan selama periode tersebut sebesar Rp
60.000.000
g. Pembelian bahan baku berjumlah Rp 50.000.000,00
h. Barang dengan harga pokok Rp 20.000.000 telah dikirim kepada pembeli dengan
harga jual Rp 26.000.000.
Berdasarkan data tersebut, buat jurnal untuk menunjukkan siklus akuntansi biaya.

27

You might also like