Professional Documents
Culture Documents
HUKUM Islam Sri Wahyuni
HUKUM Islam Sri Wahyuni
Oleh :
SRI WAHYUNI
NIM: 01305.211.17.2019
Sri Wahyuni
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ruang Lingkup Hukum Islam.....................................................................2
B. Bagian Ruang Lingkup Hukum Islam...........................................................................4
C. Sumber Hukum Islam....................................................................................................7
D. Tujuan Hukum Islam.....................................................................................................8
A. Kesimpulan...................................................................................................................10
B. Saran.............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum islam dalam pengertian yang sederhana adalah merupakan perintah
dan larangan untuk berbuat dan tidak berbuat yang karenanya melahirkan hak dan
kewajiban, diskripsi hukum dalam lingkup Islam di Indonesia sering diistilahkan
dengan hukum Islam yang merupakan terjemahan dari kata syariat dan fikih,
sebagaimana kalangan ahli hukum Barat menyebut syariat dengan sebutan Islamic
Law dan fikih dengan Islamic JurisprudancePengertian syariat bersifat luas ia
mencakup seluruh tatanan nilai dan norma dalamkehidupan Islam yang
menyangkut keimanan atau akidah yang benar, amal perbuatan manusia,maupun
akhlak yang menggambarkan keseluruhan tatanan norma ajaran Islam.Fikih
merupakan penafsiran terhadap syariat, khususnya mengenai amal perbuatan
manusiayang bersumber dari dalil-dalil terperinci dari al-Qur’an dan hadis yang
kemudian dirumuskandalam hukum-hukum, seperti wajib, sunnah,
mubah, makruh atau haram. Hukum Islam adalahsegala macam ketentuan atau
ketetapan mengenai sesuatu hal yang telah diatur dan ditetapkanoleh agama Islam
yang berisi perintah dan larangan untuk berbuat atau tidak berbuat dan
jikadilanggar telah ditetapkan sanksinya
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Ruang Lingkup Hukum Islam?
2. Apa Bagian Ruang Lingkup Hukum Islam?
3. Apa Sumber Hukum Islam?
4. Apa Tujuan Hukum Islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Ruang Lingkup Hukum Islam.
2. Untuk Mengetahui Bagian Ruang Lingkup Hukum Islam.
3. Untuk Mengetahui Sumber Hukum Islam.
4. Untuk Mengetahui Tujuan Hukum Islam.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ruang Lingkup Hukum Islam
Pengertian ruang lingkup Hukum Islam adalah objek kajian hukum Islam atau
bidang-bidang hukum yang menjadi bagian dari hukum Islam. Hukum Islam
disini meliputi syari’ah dan fiqh. Hukum Islam sangat berbeda dengan Hukum
Barat yang membagi hukum menjadi hukum privat (hukum perdata) dan hukum
publik. Sama halnya dengan hukum adat di Indonesia, hukum Islam tidak
membedakan hukum privat dengan hukum publik. Bidang-bidang hukum Islam
lebih dititik beratkan pada bentuk aktivitas manusia dalam melakukan hubungan.
Bahwa ruang lingkup hukum Islam ada dua, yaitu hubungan manusia dengan
Tuhan (hablun minaallah) dan hubungan manusia dengan sesamanya (hablun
minannas). Bentuk hubungan pertama disebut dengan ibadah dan bentuk
hubungan yang kedua disebut dengan muamalah.1
Selain berbagai makna syariat yang berkonotasi hukum dalam arti luas juga
berarti segala hal yang ditetapkan oleh Allah. kepada mahluknya tentang berbagai
kaidah dan tata aturan yang disampaikan kepada umatnya melalui nabi- nabinya
termasuk Muhammad SAW baik yang berkaitan dengan hukum amaliyah (fiqh),
hukum tauhid (aqidah) maupun yang berhubungan dengan hukum etika (akhlaq).
Ungkapan hukum-hukum syar’i menunjukkan bahwa hukum tersebut dinisbatkan
kepada syara’ atau diambil darinya sehingga hukum akal (logika), seperti: satu
adalah separuh dari dua, atau semua lebih besar dari sebagian, tidak termasuk
dalam definisi, karena ia bukan hukum yang bersumber dari syariat. Begitu pula
dengan hukum-hukum indrawi, seperti api itu panas membakar, dan hukum-
hukum lain yang tidak berdasarkan syara’.
1
Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Jaya Persada,1999), hlm. 56.
2
3
Hukum-hukum syar’i dalam fiqh juga harus bersifat amaliyyah (praktis) atau
terkait langsung dengan perbuatan mukallaf, seperti ibadahnya, atau
muamalahnya. Jadi menurut definisi ini hukum-hukum syar’i yang bersifat
i’tiqadiyyah (keyakinan) atau ilmu tentang yang ghaib seperti dzat Allah, sifat-
sifat-Nya, dan hari akhir, bukan termasuk ilmu fiqh, karena ia tidak berkaitan
dengan tata cara beramal, dan dibahas dalam ilmu tauhid (aqidah). Ilmu tentang
hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliah ini juga harus diperoleh dari dalil-dalil
rinci melalui proses penelitian mendalam terhadap dalil-dalil tersebut.
Berarti ilmu Allah atau ilmu Rasul-Nya tentang hukum-hukum ini tidak
termasuk dalam definisi, karena ilmu Allah berdiri sendiri tanpa penelitian,
bahkan Alloh sebagai Pembuat hukum-hukum tersebut, sedangkan ilmu
Rasulullah saw diperoleh dari wahyu, bukan dari kajian dalil. Demikian pula
pengetahuan seseorang tentang hukum syar’i dengan mengikuti pendapat ulama,
tidak termasuk ke dalam definisi ini, karena pengetahuannya tidak didapat dari
kajian dan penelitian yang ia lakukan terhadap dalil-dalil.
Hukum Islam yang tertuang dalam syari`at dapat dibagi atas tiga kelompok
besar yaitu Hukum tentang `Aqidah yang mengatur keyakinan manusia terhadap
Allah dan lebih bersifat privat yaitu antara manusia dengan tuhan, Hukum tentang
Akhlaq yang mengatur etika berhubungan dengan manusia dan Hukum yang
berkaitan dengan prilaku manusia (`Amaliyah atau Fiqh) yaitu hukum yang
menata kehidupan manusia dengan manusia sehari-hari baik dalam fungsi vertikal
(ibadah), pengaturan (muamalah) maupun penindakan (jinayah).
Karena ketiga fungsi tersebut, hukum Amaliyah dibagi dalam dua kategori
yaitu `Ibadat (dimensi vertikal) dan Mu`amalat (dimensi Horizontal) yang terdiri
atas Hukum Keluarga (Family Law), Hukum ekonomi, finansial dan transaksi,
Peradilan, Hukum tentang warganegara asing (Musta’min) dalam Negara Islam,
Hukum Antar Bangsa (International Law), Hukum Tata Negara dan Politik
(siyasah), Hukum tentang Sumber-sumber Pendapatan Negara dan Hukum
Pidana. Hukum yang diatur dalam fiqh Islam itu terdiri dari hukum wajib, sunat,
mubah, makruh dan haram; disamping itu ada pula dalam bentuk yang lain seperti
sah, batal, benar, salah, berpahala, berdosa dan sebagainya.
4
2. Muamalah
Pengertian muamalah secara etimologis kata muamalah dari segi
bahasa Arab ’al-muamalah yang berpangkal pada kata dasar ’amila-
ya’malu-’amalan artinya membuat, berbuat, bekerja, atau bertindak
Arti lainnya bahwa hubungan kepentingan (seperti jual beli, sewa, dsb).
Menurut etimologis muamalah, yaitu: bagian dari hukum muamalah
selain ibadah yang mengatur hubungan orang-orang mukallaf antara
satu dengan lainnya baik secara individu, dalam keluarga, maupun
bermasyarakat.
Bidang muamalah berlaku asas umum, yakni: pada dasarnya semua
akad dan muamalah diperbolehkan untuk melakukan, kecuali ada dalil
yang membatalkan dan melarangnya Muamalah, adalah: Ketetapan
Allah yang berhubungan dengan kehidupan sosial manusia walaupun
ketetapan tersebut terbatas pada pokok-pokok saja. Karena sifatnya
terbuka untuk dikembangkan melalui Ijtihad manusia yang memenuhi
syarat usaha itu. Oleh sebab itu, bidang muamalah terbuka sifatnya
untuk dikembangkan melalui Ijtihad. Prinsip dasar tersebut dapat
dipahami bahwa semua perbuatan yang termasuk dalam kategori
muamalah boleh saja dilakukan selama tidak ada nash yang
melarangnya. Ruang lingkup hukum Islam dalam bidang muamalah,
menurut Abdul Wahhab Khallaf meliputi antara lain:
c. ahkam al-ahwal al-syakhsiyyah (hukum-hukum masalah
personal/keluarga).
d. al-ahkam al-madaniyyah (hukum-hukum perdata)
e. al-ahkam al-jinayyah (hukum-hukum pidana)
f. ahkam al-murafa’at (hukum-hukum acara peradilan)
g. al-ahkam al-dusturiyyah (hukum-hukum perundang-
undangan)
h. al-ahkam al-duwaliyyah (hukum-hukum kenegaraan )
i. al-ahkam al-istishadiyyah wa al-maliyyah (hukum-
hukum ekonomi dan harta).
7
2
Setiawan, Akar-akar Hukum Islam, (Yogyakarta: Elsaq Press,2008), hlm.26.
3
A. Ma‟mun Rauf, Hukum Islam, (Makassar: Universitas Muslim Indonesia,1995),
hlm.133.
4
Rahardjo, Penegakan Hukum Islam, (Jakarta: Kompas, 2010), hlm.23.
8
.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian ruang lingkup Hukum Islam adalah objek kajian hukum Islam atau
bidang-bidang hukum yang menjadi bagian dari hukum Islam. Hukum Islam
disini meliputi syari’ah dan fiqh. Hukum Islam sangat berbeda dengan Hukum
Barat yang membagi hukum menjadi hukum privat (hukum perdata) dan hukum
publik. Sama halnya dengan hukum adat di Indonesia, hukum Islam tidak
membedakan hukum privat dengan hukum publik. Bidang-bidang hukum Islam
lebih dititik beratkan pada bentuk aktivitas manusia dalam melakukan hubungan.
Bahwa ruang lingkup hukum Islam ada dua, yaitu hubungan manusia dengan
Tuhan (hablun minaallah) dan hubungan manusia dengan sesamanya (hablun
minannas). Bentuk hubungan pertama disebut dengan ibadah dan bentuk
hubungan yang kedua disebut dengan muamalah.
Sumber hukum Islam adalah asal (tempat pengambilan) hukum Islam. Dalam
kepustakaan hukum Islam di tanah air kita, sumber hukum Islam kadang-kadang
disebut dalil hukum Islam atau pokok hukum Islam atau dasar hukum Islam.
Adapun sumber hukum Islam adalah Al-Qur‟an, Al-Hadist, dan Ar-Ra’yu
(penalaran).
Tujuan Hukum Islam secara umum, yaitu: Dar-ul mafaasidiwajalbul
mashaalihi (mencegah terjadinya kerusakkan dan mendatangkan kemashalahatan),
mengarahkan manusia pada kebenaran untuk mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini semoga memberi bermanfaat dan membawa
berkah bagi para pembaca dan penulis serta khalayak ramai. Kami selaku penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi berkembangnya
ilmu serta pengetahuan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, 1999, Pengantar Metode Penelitian Hukum Islam, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Jaya Persada.