Professional Documents
Culture Documents
Peraturan Direktur PPA
Peraturan Direktur PPA
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM AISYIYAH ST KHADIJAH PINRANG
NOMOR: 032 / PDA / E.RS / PRN / I / 2022
TENTANG
PENETAPAN PROFESIONAL PEMBERI ASUHAN (PPA) YANG KOMPETEN
DAN BERWENANG DALAM MELAKUKAN PENGKAJIAN
AWAL,PENGKJIAN ULANG DAN PENGKAJIAN UGD
BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM AISYIYAH ST. KHADIJAH PINRANG
Menimbang : a) Bahwa bahwa dalam dalam peningkatan kualitas pelayanan di Rumah
Sakit Umum ‘Aisyiyah ST.Khadijah Pinrang, maka diperlukan Profesi
Pemberi Asuan (PPA) , selamaa pasien di layani di Rumah Sakit yang
terarah, tertib, cepat, terencana, efisien dan aman;
b) Bahwa perlu adanya konsep pelayanan berfokus pasien dan pelayanan
terintegrasi oleh profesi pemberi asuhan.
c) Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a, perlu ditetapkan
dengan peraturan direktur Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah ST.Khadijah
Pinrang
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor
5063);
2. Undang – Undang Praktek Kedokteran nomor 29 tahun 2004 tentang
praktek kedokteran.
3. Undang – Undang RI no 38 tahun 2014 tentang keperawatn
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Nomor
5072);
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
983/Menkes/SK/V/1992 tentang Pedoman Organisasi Tata Kerja Rumah
Sakit Umum;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Reublik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014
tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;
7.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2012 tentang Akreditasi
Rumah Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 413).
8. Peraturan Menteri Kesehatan No 269 ./ Menkes / Per / III /2008 tentang
Rekam Medis
MEMUTUSKAN :
Dikeluarkan di : Pinrang
Pada Tanggal : 09 Jumadil Akhir 1443 H
12 Januari 2022 M
Direktur.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit adalah institusi tempat memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat dengan tujuan penyembuhan penyakit serta terhindar dari
kematian atau kecacatan. Dalam melaksanakan fungsinya rumah sakit harus pula
mengendalikan atau meminimalkan resiko baik klinis maupun non klinis yang
mungkin terjadi selama proses pelayanan kesehatan berlangsung, sehingga
terlaksana pelayanan yang aman bagi pasien.
Oleh karena itu keselamatan pasin di rumah sakit merupakan prioritas utama
dalam semua bentuk kegiatan di rumah sakit. Untuk mencapai kondisi pelayanan
yang efektif, efisien dan aman bagi pasien, diperlukan komitmen dan tanggung jawab
yang tinggi dari seluruh personil pemberi pelayanan di rumah sakit sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya. Selanjutnya pelayanan berfokus pada pasien,
patient centered care, dengan elemen utama asuhan terintegrasi merupakan standar
dalam akreditasi.
Untuk penerapannya diperlukan kolaborasi interprofesional para Profesional
Pemberi Asuhan (PPA) karena merupakan persyarat untuk mencapai tujuan tersebut
dan dilengkapi dengan kompetensi praktek kolaborasi termasuk komunikasi yang
baik. Tidak dapat dipungkiri bahwa peranan dokter sebagai ketua tim (Clinical
Leader ) sangat besar dan sentral dalam menjaga keselamatan pasien, karena
semua proses pelayanan berawal dan ditentukan oleh dokter. Sebagai instrumen
monitoring dan evaluasi maka tidak kalah pentingnya faktor catatan medis yang
lengkap dan baik, dimana semua proses pelayanan terhadap pasien direkam secara
real time dan akurat. Apabila terjadi sengketa medis maka rekam medis ini benar-
benar dapat menjadi alat bukti bagi rumah sakit bahwa proses pelayanan telah
dijalankan dengan benar dan sesuai prosedur, atau kalau terjadi sebaliknya dapat
pula berfungsi sebagai masukan untuk memperbaiki proses pelayanan yang ada.
Salah satu elemen dalam pemberian asuhan kepada pasien ( patient care) adalah
asuhan medis.
Asuhan medis diberikan oleh dokter yang dalam standar keselamatan pasien
disbut DPJP : Dokter Penanggung Jawab Pelayanan. Pengaturan tentang DPJP
sangat diperlukan dalam pelaksanaan asuhan medis di rumah sakit untuk
menghindari kemungkinan terjadinya pelayanan yang kuarang baik karena terjadinya
duplikasi, interaksi obat yang kurang terkontrol, kontra indeksi, ketidak jelasan
peranan dokter bila hanya diminta pendapat saja, dll.
Panduan ini disusun untuk memudahkan rumah sakit mengelola penyelenggaraan
asuhan medis oleh DPJP dalam rangka memenuhi Standar Akreditasi Rumah Sakit.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum : Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
rumah sakit.
2. Tujuan Khusus : a. Memberikan perlindungan kepada pasien agar
memperoleh asuhan medis yang terbaik.
b. Memberikan kemudahan kepada rumah sakit untuk
mengelola penyelenggaraan asuhan medis oleh DPJP dalam
rangka memenuhi Standar Akreditasi Rumah Sakit.
c. Memberikan panduan dan penjelasan tentang peranan
PPA yang kompoten dalam pengkajian
BAB II
PENGERTIAN
Profesional Pemberi Asuhan – PPA adalah tenaga kesehatan yang secara langsung
memberikan asuhan kepada pasien, antara lain. Dokter, perawat, bidan, ahli gizi, apoteker,
psikolog klinis, penata anestesi, terapis fisik dsb.
Asuhan pasien terintegrasi dan pelayanan berfokus pada pasien (Patient Centered
Care – PPC) adalah istilah yang saling terkait, yang mengandung aspek pasien merupakan
pusat pelayanan, PPA memberikan asuhan sebagai tim interdisiplin / klinis dengan DPJP
sebagi ketua tim klinis – Clinical Leader, PPA dengan kompetensi dan kewenangan yang
memadai, yang antara lain. Terdiri dari dokter, perawat, bidan, nutrisionis / sietisien,
apoteker, penata anestesi, terapis fisik dsb
DPJP (Dokter Penanggung Jawap Pelayanan) : adalah seorang dokter, sesuai
dengan kewenang klinisnya terkait penyakit pasien, memberikan asuhan medis lengkap
(paket) kepada satu pasien dengan satu patologi / penyakit, dari awal sampai dengan akhir
perawatan di rumah sakit, baik pada pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Asuhan medis
lengkap artinya rencana serta tindakan lanjutnya sesuai kebutuhan pasien.
Pasien dengan lebih dari satu penyakit dikelola oleh lebih dari satu DPJP sesuai
kewenangan klinisnya, dalam pola asuhan secara tim atau terintegrasi, maka harus ada
DPJP Utama. Contoh: pasien dengan Diabetes Mellitus, Katarak dan Stroke, dikelola oleh
lebih dari satu DPJP : Dokter Spesialis penyakit Dalam, Dokter Spesialis Mata dan Dokter
Spesialis Saraf.
DPJP Utama : bila pasien dikelola oleh lebih dari satu DPJP, maka asuhan medis
tersebut dilakukan secara terintegrasi dan secara tim diketahui oleh seorang DPJP Utama.
Peran DPJP Utama adalah sebagai koordinator proses pengelolaan asuhan medis bagi
pasien yang bersangkutan (“Kedua Tim”), dengan tugas menjaga Terlaksananya asuhan
medis komprehensif – terpadu – efektif, demi keselamatan pasien melalui komunikasi
efektif dengan membangun sinergisme dan mencegah duplikasi serta mendorong
penyesuaian pendapat (adjustmen) antar anggota / DPJP, mengarahkan agar tindakan
masing – masing DPJP bersifat kontributif (bukan intervensi).
BAB III
RUANG LINGKUP
A. DASAR HUKUM
1. UU no 44/2009 te UU no 44/2009 tentang Rumah Sakit pasal 5 : Rumah Sakit
mempunyai fungsi : huruf b. Pemelharaan dan peningkatan kesehatan perorangan
melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan tiga sesuai
kebutahan medis
2. Penjelasan Pasal 29 huruf r : yang dimaksud dengan peraturan internal Rumah
Sakit (hospital by laws) adalah peraturan organisasi Rumah Sakit (hospital by laws)
dan peraturan medis Rumah Sakit (hospital by laws) yang disusun dalam rangka
menyelenggarakan tata kelola Perusahaan yang baik (good corporate governance)
dan tata kelola klinis yang baik (good clinical governance). Dalam peraturan staf
medis Rumah Sakit (medical staff by law ) antara lain diatur kewenangan klinis
(Clinical Privilege).
3. UU no 29/2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 3 Pengaturan praktik kedokteran
bertujuan untuk
a. Memberikan perlindungan kepada pasien
b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh
dokter dan dokter gigi; dan
c. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi
4. UU no 44/2009 tetang Rumah sakit pasal 43 menyatakan rumah sakit wajib
menerapkan Standar Keselamatan Pasien.
5. Pada Lampiran Permenkes 1691/2011 pengaturan tentang Standar I. Hak pasien,
adalah sebagai berikut :
Standar : Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden
Kriteris :
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan.
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas
dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rancana dan hasil
pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
terjadinya insiden.
6. Permenkes 755/2011tentang penyelengaraan Komite Medik di Rumah Sakit.
7. Permenkes 1438/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran.
B. KETENTUAN HUKUM
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :
1.Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat.
2. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya
untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung
maupun tidak lansung di Rumah Sakit.
3. Staf klinis adalah tenaga kesehatan yang memberikan asuhan langsung pada
pasien.
4. Profesional pemberi Asuhan adalah staf klinis professional yang langsung
memberkan asuhan kepada pasien
5. Dokter penanggung jawab pelayanan adalah dokter yang bertanggung jawab
terhadap asuhan pasien sejak pasien masuk sampai pulang dan mempunyai
kompetensi dan kewenangan klinis sesuai surat penugasan klinisnya.
6. Perawat Penanggung Jawab Asuhan adalah perawat yang bertangggung jawab
terhadap asuhan keperawatan pasien sejak pasien masuk sampai pulang, dan
mempunyai kompetensi dan kewenangan klinis sesuai surat penugasan klinisnya.
7. Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien
8. Catatan adalah tulisan yang di buat oleh dokter atau dokter gigi tentang segala
tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka pemberian pelayanan
kesehatan.
9. Dokumen adalah catatan dokter, doter gigi, dan / atau tenagga kesehatan tertentu,
laporan hhasil pemeriksaan penunjang catatan observasi dan pengobatan harian
dan semua rekaman, baik berupa foto radiologi, gambar pencitraan (imaging), dan
rekaman elketri diagnostic perundangan- undangan
10. Staf klinis wajib memeiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
11. Setiap tenaga kesehatan harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan rumah sakit, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi,
menghormati hak pasien dan mengutakan keselamatan pasien
12. Staf klinis memberikan pelayanan dan asuhan kepada pasien sesuai dengan
komptensi dan kewenangan yang di tetapkan.
PENGKAJIAN PASIEN
1. Pengkajian pasien di lakukan oleh PPA dan staf klinis yang kompeten dan
berwenang. PPA Yang dapat melakukan pengkajian adalah yang kompeten sesuai
dengan ke ilmuannya di buktikan dengan STR dan memiliki SIP.
2. Pengkajian pasien dapat berupa upaya pencegahan,Paliatif, kuratif, atau
rehabilitatif termasuk anestesia, tindakan bedah, pengobatan,terapi suportif atau
kombinasinya, yang berdasarkan hasil asesmen dan asesmen ulang pasien.
3. Pelaksanaan asuhan dan pelayanan harus dikordinasikan dan diintegrasikan oleh
semua PPA, dan dapat di bantu oleh staf klinis lainnya.
4. Pasien dengan masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan yang sama berhak
mendapat asuhan yang sama/ seragam di Rumah sakit.
BAB V
DOKUMENTASI
DPJP
PENATA ANASTESI
NUTRIONIST/
DIETISEN
PASIEN / KELUARGA
PERAWAT/
APOTEKER
BIDAN
LAINNYA
a. Masing – masing PPA memberikan asuhan melalui tugas mandiri delegatif dan
kolaboratif dengan pola IAR
b. Menggunakan Pola IAR dan penulisan SOAP / ADIME (untuk GIZI)
c. Berkolaborasi interprofesional
d. Meningkatkan kompetensi untuk praktik kolaborasi interprofesional dalam 4 ranah :
1) Nilai dan etika praktik interprofesional
2) Peran dan tanggung jawab
3) Komunikasi interprefesional
4) Kerjasama dalam tim klinis / interdisplin
5) Edukasi untuk kolaborasi Interprofesional Pasien Keluarga Perawat / Bidan
Penata Anestesi Apoteker Nutrisionis/ Dietisien Lainnya DPJP
Direktur