You are on page 1of 5

Hukum Kewarisan Islam

Dr. Riyanta, M. Hum

Nama : Thifalen Fairuzia Nafia Dewi

NIM : 19103070053

Prodi : Hukum Tata Negara (B)

SOAL A

1. H. Kewarisan Islam : Hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta
peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris
dan berapa bagiannya masing-masing.
2. Huquq al-Tirkah : ketetapan keseluruhan yang ditinggalkan mayit berupa harta dan
hak-hak yang tetap secara mutlak
3. Asbab al-Irsi : sebab-sebab harta warisan yang dibagikan kepada ahli waris
4. Arkan al-Irsi : rukun-rukun harta warisan yang dibagikan kepada ahli waris
5. Syurut al-Irsi : syarat-syarat harta warisan yang dibagikan kepada ahli waris
6. Asas al-Irsi : asas-asas harta warisan yang dibagikan kepada ahli waris
7. Mawani’ al-Irsi : hal-hal yang dapat mengguguran hak ahli waris untuk
mewarisi harta warisan pewarisnya.
8. Furud al-Muqaddarah : bagian-bagian yang telah ditentukan oleh syara’ bagi ahli waris
bagian-bagian yang telah ditentukan oleh syara’ bagi ahli waris tertentu dalam pembagian
harta peninggalan
9. Pewaris : orang yang meninggal dunia atau orang yang memberikan
warisan disebut pewaris. Biasanya pewaris melimpahkan baik harta maupun
kewajibannya atau hutang kepada orang lain atau ahli waris.
10. Ahli Waris : orang yang menerima warisan disebut sebagai ahli waris yang
diberi hak secara hukum untuk menerima harta dan kewajiban atau hutang yang
ditinggalkan oleh pewaris.
11. Harta Warisan :  Harta peninggalan seseorang kepada ahli waris atau keluarga jika
ia meninggal dunia.
12. Harta Peninggalan : segala sesuatu yang diberikan kepada ahli waris untuk dimiliki
pewaris, baik itu berupa hak atau harta seperti rumah, mobil, dan emas maupun
kewajiban berupa hutang.
13. Waris : orang yang termasuk ahli waris yang berhak menerima warisan
14. Muwarris : Orang yang diwarisi harta benda peninggalan. Yaitu orang yang
meninggal baik itu meninggal secara hakiki, secara taqdiry (perkiraan), atau melalui
keputusan hakim.
15. Hijab Hirman : Penghapusan seluruh bagian, karena ada ahli waris yang lebih
dekat hubungannya dengan orang yang meninggal
16. Hijab Nuqshan : Pengurangan bagian dari harta warisan, karena ada ahli
waris lain yang membersamai.

SOAL B

1. Haruskah umat Islam mempedomani hukum kewarisan Islam sebagaimana diatur


dalam al-Qur’an dan Hadis? Jelaskan!
Harus, karena hukum waris menduduki tempat amat penting dalam hukum Islam. Ayat
Alqur’an mengatur hukum waris dengan jelas dan terperinci. Karena masalah warisan
pasti dialami oleh setiap orang.  apabila tidak diberikan ketentuan pasti, amat mudah
menimbulkan sengketa diantara ahli waris.
2. Jika kepada saudara diminta untuk membagi warisan agar tertib dan terarah, apa
langkah-langkah yang harus saudara lakukan!
Yaitu dengan cara melakukan pembagian warisan berdasarkan al-quran pada surat an-
nisa yaitu bahwa Pembagian harta waris dalam islam telah ditetukan ada 6 tipe persentase
pembagian harta waris, ada pihak yang mendapatkan setengah (1/2), seperempat (1/4),
seperdelapan (1/8), dua per tiga (2/3), sepertiga (1/3), dan seperenam (1/6). Dan selain
dari al-quran dapat melakukan berdasarkan Ilmu Fiqih yang lebih spesifik terkait dengan
pembagian waris.
3. Jelaskan pluralisme hukum kewarisan di Indonesia, apa dampak positif dan
negatifnya!
Dalam sejarahnya ketiga sistem hukum waris tersebut (Hukum waris Adat,
Hukum waris Islam dan Hukum waris Barat) mengalami perkembangan dan proses
pelembagaan yang berlain-lainan. Hukum waris Barat relatif tidak mengalami perubahan,
yakni bersumber pada BW dan karenanya tetap sebagaimana pada masa penjajahan dulu.
Hukum waris adat berkembang melalui berbagai macam yurisprudensi (judge made law).
Yang agaknya berbeda adalah proses pelembagaan hukum waris Islam.
Pelembagaan dan pengembangan hukum waris Islam ditempuh melalui legislasi
nasional. Hal ini dapat dilihat dengan diundangkannya UU No. 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama dan diterbitkannya Inpres No. 1 Tahun 1991 yang dikenal dengan
Kompilasi Hukum Islam (KHI) Meskipun hukum waris sudah dimasukkan ke dalam
hukum nasional, Pluralisme hukum waris tetap mengalami banyak kendala dalam
realitanya di mana seseorang cenderung menggunakan hukum waris yang
menguntungkan bagi dirinya, dan tetap menggunakan hukum adat, karena KHI sendiri
pun banyak mengadopsi hukum adat dalam hal kewarisan sebagai pengaruh dari teori
receptie pada zaman Belanda.

Dampak negatifnya :

1)   Rentan terhadap konflik


2) Munculnya sikap iri
3)   Munculnya sifat etnosentrisme

Dampak positif :

1) Perbedaan di masyarakat memberkan ruang untuk individu agar lebih bisa


berkembang, dengan menentukan pilihan, cara dan tujuan hidupnya.
2) Pembelajaran sikap kedewasaan, saling menghargai karena benturan perbedaan,
keanekaragaman dan nilai-nilai yang memiliki perbedaan batasan.
3) Dalam proses integrasi pluralisme memberikan dampak posifif berupa
pemaksimalan potensi masing masing suku yang akan berdampak baik dan
bermanfaat secara nasional.
4. Tidak semua ahli waris mendapatkan warisan, mengapa? Jelaskan!
Karena ahli waris yaitu seseorang yang berhak menerima harta warisan, dan ada beberapa
ahli waris yang tidak mendapatkan warisan karena beberapa sebab. Yaitu ahli waris tidak
beragama Islam, telah membunuh atau mencoba membunuh atau menganiaya berat pada
pewaris , memfitnah telah mengajukan pengaduan bahwa pewaris melakukan kejahatan
yang diancam dengan hukuman 5 tahun penjara atau hukuman yang lebih berat.
5. Jelaskan pengelompokan ahli waris berdasarkan sebab mendapat warisan, jenis
kelamin dan bagian penerimaan!

 Warisan ke-Anak Perempuan


Ahli waris yang merupakan anak perempuan tunggal tersebut berhak memperoleh ½ dari
total harta yang ditinggalkan oleh pewaris, yang notabene dalam hal ini lebih ditekankan
kepada sosok ayahnya.
Apabila terdapat dua atau lebih anak perempuan yang merupakan ahli waris, sebanyak
2/3 warisan wajib diserahkan kepada mereka. 
 Warisan ke Istri atau Janda 
Seorang istri berhak menerima 1/4 dari total nilai harta yang ditinggalkan apabila dalam
rumah tangga mereka tidak dikaruniai anak.
apabila ada anak yang ditinggalkan orang yang meninggal tersebut, sang janda hanya
memperoleh 1/8 bagian dari total nilai harta yang ditinggalkan.
 Warisan ke Ayah
Porsi warisan ke ayah cukup besar, mencapai 1/3 bagian dari total warisan yang
ditinggalkan sang anak. Namun, porsi tersebut bisa diterima dengan syarat, tidak ada
anak dari rumah tangga yang dijalani seseorang yang meninggal tersebut.
Seseorang yang meninggalkan harta warisnya memiliki keturunan, ayah dari orang
tersebut mendapat porsi lebih kecil. Besarannya sebanyak 1/6 dari total nilai warisan
yang ditinggalkan.
 Warisan ke Ibu
Apabila seseorang yang tidak memiliki meninggal dan memiliki harta warisan, ibu dari
orang tersebut berhak atas 1/3 dari total nilai harta yang ditinggalkan. Jika ada anak dari
orang yang meninggal tersebut, ibu tersebut hanya menerima 1/6 dari total warisan
 jumlah porsi warisan yang berhak diterima ibu tersebut hanya berlaku apabila sang ibu
sudah tidak bersama atau sudah tidak memiliki ayah yang meninggalkan warisan. Apabila
mereka masih bersama, sang ibu hanya memiliki porsi atas warisan sebesar 1/3 dari nilai
warisan yang merupakan total nilai yang sebelumnya sudah dikurangi dari hak milik istri
atau janda..
 Warisan ke Anak Laki-laki
Nilai warisan anak laki-laki yang diatur dalam hukum Islam besarnya mencapai dua kali
lipat dibandingkan total nilai warisan yang diterima anak-anak perempuan.
Akan tetapi apabila seseorang yang meninggal tersebut hanya memiliki anak tunggal laki-
laki, anak tersebut berhak atas setengah dari total nilai warisan ayahnya. Baru sisanya
dibagi-bagi ke pihak lain yang berhak sesuai hukum Islam yang berlaku.

You might also like