Professional Documents
Culture Documents
Pelatihan IPCN_hippii.doc.file_2020
POKOK BAHASAN
1. Pendahuluan
2. Pengertian
3. Tujuan flowchart risk Management
4. Alur pengelolaan risiko
5. Kesimpulan
Pelatihan IPCN_hippii.doc.file_2020
POKOK BAHASAN
1. Latar belakang
2. Pengertian bundles, Audit, audit bundle
3. Tujuan audit bundle
4. Tahapan Audit
5. Disain audit
6. Pelaksanaan audit bundles ISK,IDO,PLABSI dan PLEBITIS
7. Pelaporan hasil Audit
• JCIA,2010
Tujuan
• Mengidentifikasi areaberesiko yang berhubungan
dengan infeksi di pelayanan persalinan, pelayanan
gigi, pelayanan immunisasi, prosedur medis
• Mengembangkan program pencegahan
pengendalian Infeksi diunit terkait berdasrkan hasil
indentifikasi risikotinggi
• Mengembangkan dan melaksanakan program
pendidikan di unit pelayanan
Tujuan
• Digunakanuntuk mengontrol staff dalam melaksanakan
praktek pencegahan dan pengendalianinfeksi
• Menghindari potensiKTDterkait PPIdi
Loundry,CSSD,Gizi, kamarJenazah
• Justifikasikebutuhan untuk mengimplementasi kegiatan
PPIbaru atau meneruskankegiatanyang sedang berjalan
• Mengembangkanhypotesa untuk meng antisipasi
potensialrisiko
Pelatihan IPCN_hippii.doc.file_2020
ICRA PROGRAM PPI DI FKTP
BERDASARKAN KEGIATAN PELAYANAN
PELAYANAN PERSALINAN
PELANAN GIGI
PELAYANAN IMMNUNISASI
PELAYANAN PROSEDURE TINDAKAN
Pelatihan IPCN_hippii.doc.file_2020
Dilakukan kajian risiko infeksi pada upaya kesehatan perseorangan dan penunjang
pelayanan klinis untuk meminimalkan terjadinya risiko infeksi yang terkait dengan
pelayanan kesehatan.
Pokok Pikiran
• Puskesmas dalam melakukan asesmen dan pemberian asuhan memiliki risiko
infeksi terhadap pasien, pengunjung, dan staf. Dalam hal ini, sangat penting
mengukur dan mengkaji proses tersebut untuk menurunkan infeksi. Asesmen
risiko terhadap kegiatan penunjang juga harus dilakukan sesuai prinsip PPI.
• ICRA merupakan pengkajian risiko infeksi yang dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif terhadap risiko infeksi terkait aktifitas pengendalian infeksi di fasilitas
pelayanan kesehatan serta mengenali ancaman/bahaya dari aktifitas tersebut
Penerapan Pencegahan Infeksi (BUNDLES) pada
pemasangan kateter intravaskuler, kateter urine
menetap, ventilasi mekanik, tindakan pembedahan
NEBULAZER OKSIGEN
INFECTIONCONTROLRISKASSESSMENT
ASESMENRISIKO Output RISKREGISTER/tahun
IDENTIFIKASIRISIKO
a. Bentuk tim interdisiplin
• Riskgrading matrix
1. • RCA
b. ANALISARISIKO
• FMEA/HFMEA
• RISKRANKING
c EVALUASIRISIKO
• PRIORITASRISK
• PENGENDALIANRISIKO
2. PENGELOLAAN RISIKO
• PEMBIAYAAN
Komisi Akreditasi RumahSakit
PENGENDALIAN RISIKO
2. Tentukantiminvestigator
3. Kumpulkan data
(Observasi, Dokumentasi ,Interview) INVESTIGASI
4. Petakankronologis kejadian
(Narratif chronology, Timeline, Tabular Timeline,
TimePerson Grid)
5. Identifikasi masalah(CMP)
(Brainstorming,brainwriting, NominalGroup
Technique)
6. Analisis Informasi ANALISA
(5 why’s, Analisis Perubahan, Analisis
penghalang, fish borne,dl
7. Rekomendasidan Rencana kerjauntuk
IMPROVE
improvement
Komisi Akreditasi RumahSakit
Risk Register
• RS harus membuat /punya Program Risk Assessment
tahunan berupa Risk Register
• Risk Register :
1. Risiko yg teridentifikasi dalam 1 tahun
2. Informasi Insiden keselamatan pasien, klaim
litigasi dan komplain, investigasi eksternal &
internal, external assessments dan Akreditasi
3. Informasi potensial risiko maupun risiko aktual
(menggunakan RCA & FMEA)
Analisa Risiko (Grading
Matrix)
Risiko sebagai suatu fungsi dari Probabilitas (Change, likelihood) dari
suatu kejadian yang tidak diinginkan dan tingkat keparahan / besarnya
dampak dari kejadian serta sistem yang ada :
• Probability /Kemungkinan terjadi
• Impact, dan /Dampak
• Current Systems /Sistem yang sedang berlangsung
• Item tambahan boleh ditambahkan jika diperlukan
ANALISA
PENILAIAN RISIKO
PROBABILITAS/FREKUENSI
TK Deskripsi Kejadian
Risk
1 Very low 0–5% – extremely unlikely or virtually impossible
Hampir mungkin tidak terjadi ( terjadi dalam lebih dari 5 tahun )
2 Low Jarang (Frekuensi 1-2 x /tahun)
6–30% – low but not impossible
Jarang tapi bukan tidak mungkin terjadi (terjadi dalam 2-5 tahun
)
MONITORING,
AUDIT DAN Lakukan monitoring, audit dan review
REVIEW
peralatan kesehatan
masih dilakukan
dekontaminasi di
ruangan
Kebersihan lingkungan :
Meja, Lampu belum
dialkukan rutin
Dilakukan prosedur penyuntikan yang aman untuk mencegah
resiko penularan penyakit infeksi
Pokok Pikiran
• Tindakan penyuntikan perlu memperhatikan kesterilan alat
yang digunakan dan prosedur penyuntikannya. Pemakaian
spuit dan jarum suntik steril harus sekali pakai, dan berlaku
juga pada penggunaan vial multi dosis untuk mencegah
timbulnya kontaminasi mikroba saat obat dipakai pada pasien.
• Penyuntikan yang aman berdasarkan prinsip PPI meliputi
Tehnik aspetik, tidak menggunakan spuit yg sama utk penyuntikan
Peralatan injeksi single : satu pasien, satu obat, satu spuit
Gunakan single dose untuk obat injeksi dan cairan pelarut/flushing
Proses pencampuran obat dilaksanakan sesuai peraturan perundang
undangan yang berlaku
Pengelolaan limbah tajam bekas pakai perlu dikelola dengan benar
sesuai perundangan yang berlaku
PELAKSANAAN IMUNISASI
• Sarana kebersihan tangan
• Penyuntikan yang aman satu spuit, satu
obat, satu pasien
• Petugas menggunakan APD
• Sarana penyuntikan tersedia : Bak Spuit,
Safety box, limbah infekius
• Lingkungan terhindar dari kontaminasi
• Risiko Plebitis dan atau Infeksi aliran
darah
X
PELAYANAN IMUNISASI
POTENSIAL RIKS/ PROBABILITY IMPACT CURRENT SYSTEM SKOR Prioritas
PROBLEM
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
Sarana kebersihan
tangan belum tersedia di
lokasi pelaksanaan
immunisasi
Petugas Menggunakan
APD belum sesuai indikasi
(sarung tangan untuk semua
pasien)
Peralatan Kritikal, semi
kritikal,non kritikal belum
lengkap belum tersedia
Tehnik dekontaminasi pada
penyuntikan yang aman
belum dilakukan dengan
baik
• Kategori alat kesehatan :
semi kritikal namun single
use jika memungkinkan
• Tehnik aseptic
• Hindari kontaminasi
• Tempat penyimpanan alat
dan cairan sekali pakai
• Risiko Pneumonia
PELAYANAN PROSEDUR NEBULIZER
POTENSIAL RIKS/ PROBABILITY IMPACT CURRENT SYSTEM SKOR Prioritas
PROBLEM
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
Kepatuhan kebersihan
Tangan sesuai indikasi belum
85 % dilakukan petugas
Peralatan Nebulizer
masih belum dilakukan
disinfeksi sebelum
digunakan
peralatan nebulizer
setelah digunakan tidak
dibersihkan dan disimpan
kembali
Penyimpanan alat dan
cairan sekali pakai
masih diletakan di meja
No KELOMPOK PROBABILITAS DAMPAK SYSTEM YG ADA SKORE RANG
RISIKO RESIK O KING
RISIK O
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
Pelayanan Persalinan
Pelayanan gigi
pelayanan Imunisasi
Pelatihan IPCN_hippii.doc.file_2020
Kesimpulan
Pelaksanaan ICRA merupakan bagian dari
kegiatan PPI yang Proaktif untuk
menurunkan infeksi di Rumah Sakit
40
Dahulu namanya : Infeksi Nosokomial
Adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama
proses perawatan di rumah sakit atau fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya, dimana tidak
infeksi atau dalam masa inkubasi saat masuk
rawat serta dapat muncul setelah pulang
rawat dan juga infeksi yang dapat terjadi
pada petugas di fasilitas pelayanan kesehatan
karena pekerjaanya
1. Prinsip kewaspadaan isolasi yang terdiri dari kewaspadaan
standar dan berdasarkan transmisi
2. Surveilans Hais : IDENTIFIKASI RISIKO PELAYANAN YANG
ADA
3. Penggunaan antimikroba secara bijak : PROSEDUR PEMBERIAN
ANTI MIKROBA
4. Bundles Hais : PELAYANAN GIGI, PELAYANAN PERSALINAN,
PELAYANAN LABORATORIUM, PELAYANAN IMMUNISASI DAN
PERAWATAN PASIEN
5. Pendidikan dan pelatihan : PELATIHAN PPI DASAR,
WORKSHOP/SOSIALISASI/BINTEK DLL
Dilakukan kajian risiko infeksi pada upaya kesehatan perseorangan dan penunjang
pelayanan klinis untuk meminimalkan terjadinya risiko infeksi yang terkait dengan
pelayanan kesehatan.
Pokok Pikiran
• Puskesmas dalam melakukan asesmen dan pemberian asuhan memiliki risiko
infeksi terhadap pasien, pengunjung, dan staf. Dalam hal ini, sangat penting
mengukur dan mengkaji proses tersebut untuk menurunkan infeksi. Asesmen
risiko terhadap kegiatan penunjang juga harus dilakukan sesuai prinsip PPI.
• ICRA merupakan pengkajian risiko infeksi yang dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif terhadap risiko infeksi terkait aktifitas pengendalian infeksi di fasilitas
pelayanan kesehatan serta mengenali ancaman/bahaya dari aktifitas tersebut
Pemasangan infus dan imunisasi Risiko Pneumonia
NEBULAZER OKSIGEN
Skrining pasien (riwayat medis komprehensif)
Proteksi perorangan (vaksinasi HBV, kumur antiseptik, cuci
tangan, sarung tangan, masker, kaca mata pelindung, jas
praktik, rubber dam, tempat pembuangan alat
tajam/runcing)
Sterilisasi instrumen
Desinfeksi permukaan lingkungan kerja
METODE TRANSMISI
Peralatan Kritikal, semi kritikal,non
kritikal
Petugas Menggunakan APD sesuai
indikasi
Tempat pencucian alat kesehatan
Kebersihan lingkungan : Meja, Lampu dll
Air kumur yang digunakan
Risiko Abses ….. IDO/IAD
IDENTIFIKASI PELAYANAN DI PELAYANAN
PERSALINAN
Apakah petugas menggunakan
APD sesuai Indikasi
Apakah peralatan yg digunakan
kategori Kritikal, Semi kritikal, non
kritikal
Lingkungan apakah akan menyadi
penyebab kontaminasi
Risiko infeksi saluran persalinan IDO
?
Dilakukan prosedur penyuntikan yang aman untuk mencegah
resiko penularan penyakit infeksi
Pokok Pikiran
• Tindakan penyuntikan perlu memperhatikan kesterilan alat
yang digunakan dan prosedur penyuntikannya. Pemakaian
spuit dan jarum suntik steril harus sekali pakai, dan berlaku
juga pada penggunaan vial multi dosis untuk mencegah
timbulnya kontaminasi mikroba saat obat dipakai pada pasien.
• Penyuntikan yang aman berdasarkan prinsip PPI meliputi
Tehnik aspetik, tidak menggunakan spuit yg sama utk penyuntikan
Peralatan injeksi single : satu pasien, satu obat, satu spuit
Gunakan single dose untuk obat injeksi dan cairan pelarut/flushing
Proses pencampuran obat dilaksanakan sesuai peraturan perundang
undangan yang berlaku
Pengelolaan limbah tajam bekas pakai perlu dikelola dengan benar
sesuai perundangan yang berlaku
IDENTIFIKASI PELAYANAN IMMUNISASI
PELAKSANAAN IMUNISASI
• Sarana kebersihan tangan
• Penyuntikan yang aman satu spuit, satu
obat, satu pasien
• Petugas menggunakan APD
• Sarana penyuntikan tersedia : Bak Spuit,
Safety box, limbah infekius
• Lingkungan terhindar dari kontaminasi
• Risiko Plebitis dan atau Infeksi aliran
darah
X
• Kategori alat kesehatan :
semi kritikal namun single
use jika memungkinkan
• Tehnik aseptic
• Hindari kontaminasi
• Tempat penyimpanan alat
dan cairan sekali pakai
• Risiko Pneumonia
Profilaksis KEWASPADAAN
Terapeutik ISOLASI
PENGGUNAAN
ANTI MIKROBA
YANG BIJAK * HH, APD
• ETIKA BATUK
• MANAJ.LIMBAH
• MANAJ. LINGK
• MANAJ. LINEN
• PERALATAN PASIEN
AUDIT Pemasangan CVL, • PEMISAHAN PASIEN
• PRAKTEK LP
Kateter urine,
BUNDLE Ventilator
PROGRAM • PENYUNTIKAN YG AMAN
• KESEHATAN KARY
Tindakan operasi PPIRS
PENCEGAHAN INFEKSI
MENGGUNAKAN
BUNDLE SURVEILANS
HAIs
Dokte
Dokter, Perawat PENDIDIKAN IDO, ISK, HAP-VAP,
Nakes lain
Peserta didik DAN IADP, POLA
Pasien & Keluarga PELATIHAN MIKROORGANISME
Pasien & Keluarga
Pelatihan PPI Lanjut.hippii.doc.2020
PENGERTIAN
BUNDLE
Adalah merupakan sekumpulan praktik berbasis bukti sahih yang menghasilkan
perbaikan keluaran poses pelayanan kesehatan bila dilakukan secara kolektif dan
konsisten.
Audit :
suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengumpulkan data,
informasi secara objektive terhadap suatu masalah.
AUDIT BUNDLE
adalah evaluasi terhadap pelaksanaan bundle atau standar prosedur yang
dilaksanakan dalam pelayanan Kesehatan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan
tidak memihak yang disebut auditor
Pelatihan PPI Lanjut.hippii.doc.2020
AUDIT BUNDLE
Pelatihan PPI Lanjut.hippii.doc.2020
TUJUAN AUDIT
• Pelaksanaan Audit bundle harus penuh tanggung jawab dengan
tujuan untuk menurunkan resiko infeksi dan meningkatkan mutu
pelayanan bukan untuk menyalahkan atau menghakimi seseorang
• Pelaksanaan audit harus objektif, independent dan memperhatikan
aspek ke rahasian pasien
• Pelaksanaan audit bundle dilakukan oleh orang yang terlatih dan
memahami prosedur Tindakan yang dilakukan petugas
• Pembuatan hasil laporan audit harus tetap memperhatikan dampak
dan mutu hasil audit
Penetapan
standar dan
kriteria
TAHAPAN AUDIT
AUDIT BUNDLE
GAP = %
SSI
Patient factors Surgeon technique Work environment Care Delivery
Probleme
MRSA or MSSA Lack of
Use of drains
Poor staff levels discontinuation of
colonization Lack of re- antibiotic at 24 hrs
Workload and
Infection at dosing of Contaminated environment
shift pattern Lack of HH
another site antibiotic
Environmental Contamination of incision
Obese Poor surgical post op
and physical
Diabetes technique Inadequate staffing for
plant ( Air post of care, Nutrition,
Smokers Duration of
Handling Education
Immunosuppre surgery Lack of foley catheter
System)
sive removedwithin 48 hrs
Bundles IDO
Bundles Pre Operasi
Tidak melakukan pencukuran rambut jika tidak mengganggu
jalannya operasi, Jika harus melakukan pencukuran,lakukan
sesegera mungkin sebelum operasi dan gunakan elektrik
clipper bukan pisau cukur
Sebaiknya pencukuran dilaksanakan di ruang persiapan di
instalasi/unit bedah sesegera mungkin sebelum operasi
Pasien mandi sore hari dan pagi hari sebelum tindakan operasi
menggunakan sabun antiseptic
Bundles pre-operasi
Pemberian antibiotika satu jam sebelum tindakan
Sebelum operasi pastikan temperatur tubuhdalam batas
normal
Pastikan gula darah dalam batas normal
Pelatihan IPCN_hippii.doc.file_2020
Bundles Intra Operative
Mempertahankan kelembaban ruangan 40-60 %, suhu
ruangan 19-24 º C , pertukaran udara 12-15 X/jam dan
tekanan udara positif
Tidak melakukan fogging atau sinar UV untuk pembersihan
ruangan
Merpertahankan personil yang berada di kamar bedah
sesuai dengan kebutuhan
Preoperative
1 Penapisan untuk Staphylococcus aureus
2 Petugas mematuhi kebersihan tangan sesuai indikasi dan standar yang ditetapkan
3 Mandi Perioperatif
4 Pencukuran rambut tidak dilakukan kecuali mengggangu area operasi
5 Profilaksis anti mikroba tidak diberikan kecuali sesuai indikasi
Perioperative
6 Lingkungan OK (Suhu dan kelembaban terstandar )
7 Disinfeksi permukaan kulit area operasi dilakukan sesuai standar
8 Perlakukan tindakan normothermia pasien dilakukan
9 Pasien diberikan penambahan oksigen dan pemantauan oksigen
10 Dilakukan control glukosa selama prosedur operasi dilakukan
Post operative
11 Perawatan luka dilakukan dengan tehnik aseptic
12 Penutupan luka dilakukan hanya 2 x 24 jam kecuali terindikasi khusus pada area luka
TOTAL
Pelatihan PPI Lanjut.hippii.doc.2020
INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
Kondisi ketika organ yang termasuk dalam sistem kemih, yaitu ginjal,
ureter, kandung kemih, dan uretra, mengalami infeksi setelah terpasang
urine kateter ≥ dua hari kalender
Pathogenesis ISK
Pelatihan IPCN_hippii.doc.file_2020
Bundle Insersi ISK
1. Kaji kebutuhan
• Pemasangan kateter hanya jika betul- betul diperlukan seperti
pada retensi urine, obstruksi kemih, kandung kemih neurogenik,
pasca bedah urologi, untuk memonitor output yang ketat
• Indikasi pemasangan kateter urine menetap, bukan untuk
kenyamanan petugas, jika memungkinkan pakai kondom kateter
untuk pasien laki- laki
2.Pemasangan kateter urine oleh petugas yang sudah terlatih
• Ukuran kateter sekecil mungkin dengan aliran adekuat untuk
mengurangi trauma urethra.
• Kembangkan Balon jumlah air yang direkomendasikan pabrik.
• Lakukan fiksasi untuk mencegah pergerakan dan traksi urethra
Pelatihan PPI Lanjut.hippii.doc.2020
Bundles Insersi ISK
3. Kebersihan Tangan
Sebelum mempersiapkan peralatan
Sebelum memakai sarung tangan saat insersi
Setelah melepas sarung tangan setelah insersi
Setelah membereskan seluruh peralatan
4. Insersi katerter urine dengan teknik steril
o Gunakan teknik aseptik saat pemasangan kateter, (sarung tangan steril)
o Gunakan jeli pelicin anestetik steril “single use”
Pelatihan IPCN_hippii.doc.file_2020
BUNDLES MAINTENANCE ISK
1. Kebersihan tangan
Lakukan kebersihantangan sebelum dan sesudah memanipulasi kateter urine atau perangkatnya
2. Perawatan Kateter
“Catheter-meatal junction” harus dibersihkan tiap hari dengan sabun dan air bersih, tidak perlu
dibalut
Tidak menggunakan antibiotik/antiseptik topikal koloni patogen resisten (pseudomonas spp)
Pertahankan sistem aliran urine lancar, steril dan tertutup
Hubungan kateter dan pipa drainase tidak boleh terbuka kecuali atas indikasi.
Tidak dianjurkan melakukan irigasi buli-buli, kecuali bila ada sumbatan bekuan darah , misalnya
pasca “TUR” prostat tetap pertahankan tehnik aseptik dan antiseptik, gunakan spuit steril
ukuran besar dan larutan saline steril.Bila penyebab sumbatan berasal dari kateter , segera ganti
kateter
Pelatihan IPCN_hippii.doc.file_2020
BUNDLES MAINTENANCE ISK
3. Pemeliharaan kateter
INSERSI
1 Pemasangan urine kateter dilakukan sesuai indikasi dan kebutuhan pasien
Pemasangan kateter urine oleh petugas yang sudah terlatih
1 Keberihan Tangan sebelum tindakan aseptik dan setelah menyentuh darah dan cairan tubuh (seb.insersi
dan setelah Insersi)
2 Menggunakan APD ; sarung tangan bersih, topi, gaun, makser sesuai indikasi dan jenis paparan
3 Insersi katerter urine dilakukan dengan teknik steril (peralatan, linen dan kateter urine)
MAINTENANS
4 Melakukan kebersihan tangan sebelum, sesudah melakukan prosedur atau manipulasi kateter
urine
5 Perawatan kateter dilakukan setiap hari (vulva/penis hygiene dilakukan secara rutin)
6 Pemeliharaan kateter dilakukan secara rutin (penggosangan urine bag, tidak meletakan urine
bag di lantai, slang urine kateter tidak kingking (terlipat), urine kateter dan urine bag bersih
7 Pelepasan kateter dilakukan segera jika tidak ada indikasi lagi
TOTAL Pelatihan PPI Lanjut.hippii.doc.2020
PATOGENESIS
Pelatihan IPCN_hippii.doc.file_2020
1. Pemilihan lokasi optimal
Untuk CVC, hindari femoral (utamanya pada pasien obese), gunakan panduan ultrasonic untuk
insersi internal jugular (mengurangi resiko komplikasi mekanis),terbaik Vena Cava Superior
2. Kebersihan tangan
Lakukan kebersihan tangan dengan sabun cair dan air atau hand rub berbasis alcohol; lakukan
kebersihan tangan sebelum dan sesudah palpasi area insersi, penggantian, mengakses, atau
memperbaiki dressing pada kateter
BUNDLES
INSERSI 3.Preparasi kulit : Alkohol-based chg
Siapkan dan bersihkan kulit dengan larutan CHG alcohol dengan konsentrasi CHG 0,5 – 2%
CLABSI sebelum insersi dan selama penggantian dressing; bila ada kontraindikasi, gunakan iodine,
iodophor, atau alcohol 70%
INSERSI MAINTENANS
• Observasi setiap hari
• Pemilihan lokasi insersi
• Kebersihan tangan
• Kebersihan tangan • Disinfeksi sambungan IV (hub)
• Preparasi kulit • Pergantian dressing
• Maksimum APD • Pergantian administrasi set
INSERSI
1 Pemilihan lokasi insersi
Keberihan Tangan sebelum tindakan aseptik dan setelah menyentuh darah dan cairan tubuh
(seb.insersi dan setelah Insersi)
1 Preparasi kulit
2 Menggunakan APD lengkap ; sarung tangan steril, topi, gaun, masker sesuai indikasi dan jenis
paparan
MAINTENANS
4 Melakukan kebersihan tangan sebelum, sesudah melakukan prosedur atau manipulasi kateter
sentral
5 Perawatan kateter vena sentral dilakukan setiap hari
6 Area persabungan (connecting hub) IV kateter dilakukan disinfeksi setiap manupulasi, atau
jika diperlukan
7 Perawatan penutupan area insersi (dressing care) dilakukan segera jika kotor, terlepas atau
rusak
8 Pergantian administrasi set dilakukan sesuai standar yang di tetapkan
TOTAL Pelatihan PPI Lanjut.hippii.doc.2020
BUNDLES PLABSI
Pelatihan IPCN_hippii.doc.file_2020
AUDIT BUNDLE PLABSI
MAINTENANS
• Kebersihan tangan, gunakan APD sesuai
INSERSI indikasi
• Perawatan area insersi dengan
• Kebersihan tangan tindakan asepsis
• Gunakan APD sesuai indikasi dan tehnik aseptik • Kaji kebutuhan IV kateter
• Antisepsis area insersi dengan Konektor tampa • Gunakan balutan steril (dressing steril) dengan
jarum pemsangan nyaman
• Lokasi insersi dengan resiko rendah • Konektor dengsn sistim tertutup
• Dressing steril, IV kateter dapat terlipat elastis • Administasi set IV tertutup beri
• Administrasi set tertutup dan diberi label tanggal label tanggal
• Penggantian administrasi set
No Ruangan : Tanggal: Nama Staff:
Pasien I Pasien II Pasien III Pasien IV Pasien V Pasien VI
Bundles Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
INSERSI
1 Lakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah tindakan
2 Gunakan APD sesuai indikasi dan tehnik aseptik
3 Antisepsis area insersi dengan Konektor tampa jarum
4 Lokasi insersi dengan resiko rendah
5 Dressing steril, IV kateter dapat terlipat elastis
6 Administrasi set tertutup dan diberi label tanggal
MAINTENANS
4 Kebersihan tangan, gunakan APD sesuai indikasi
Perawatan area insersi dengan tindakan asepsis
5 Kaji kebutuhan IV kateter setiap hari
6 Gunakan balutan steril (dressing steril) dengan pemsangan nyaman
7 Konektor dengsn sistim tertutup
8 Administasi set IV tertutup beri label tanggal
Penggantian administrasi set
TOTAL Pelatihan PPI Lanjut.hippii.doc.2020
PERHITUNGAN DAN ANALISA HASIL AUDIT
INSERSI
1 Pemilihan lokasi insersi √ √ √
2 Keberihan Tangan sebelum tindakan aseptik dan setelah menyentuh darah dan cairan tubuh (seb.insersi √ √ √
dan setelah Insersi)
3 Preparasi kulit √ √ √
4 Menggunakan APD lengkap ; sarung tangan steril, topi, gaun, masker sesuai indikasi dan jenis √ √ √
paparan
MAINTENANS
5 Melakukan kebersihan tangan sebelum, sesudah melakukan prosedur atau manipulasi kateter √ √ √
sentral
6 Perawatan kateter vena sentral dilakukan setiap hari √ √ √
7 Area persabungan (connecting hub) IV kateter dilakukan disinfeksi setiap manupulasi, atau jika √ √ √
diperlukan
8 Perawatan penutupan area insersi (dressing care) dilakukan segera jika kotor, terlepas atau rusak √ √ √
9 Pergantian administrasi set dilakukan sesuai standar yang di tetapkan √ √ √
TOTAL 5 4 6 3 7 2
Hasil
Kepatuhan bundle CLABSI : 5+6+7 (YA) 18
= = 66.6 %
4 + 3+2 (Tidak) + total Ya 27
Pelatihan PPI Lanjut.hippii.doc.2020
AUDIT LINGKUNGAN TEMPAT PEMASANGAN