Professional Documents
Culture Documents
Sakramen Perkawinan 1
Sakramen Perkawinan 1
SAKRAMEN
PERKAWINAN
PENGANTAR
Sakramen PERKAWINAN
• Sakramen Inisiasi
• Sakramen Penyembuhan
Sakramen IMAMAT
SAKRAMEN PERKAWINAN
KGK 1601 :
• Martabat sakramen
PERJANJIAN / KESEPAKATAN
PERKAWINAN
• Perjanjian Perkawinan diikat oleh seorang pria dan seorang wanita yang telah dibaptis
dan bebas untuk mengadakan Perkawinan dan yang menyampaikan kesepakatannya
dengan sukarela. "Bebas" berarti: tidak berada di bawah paksaan & tidak terhalang oleh
hukum kodrat atau Gereja.
• unsur yang mutlak perlu untuk perjanjian Perkawinan. "Perkawinan itu terjadi" melalui
penyampaian kesepakatan (KHK 1057 , 1). Kalau kesepakatan tidak ada, Perkawinan tidak
jadi.
• Kesepakatan itu merupakan "tindakan manusiawi, yakni saling menyerahkan diri dan
saling menerima antara suami dan isteri" (GS 48,1) "Saya menerima engkau sebagai
isteri saya“- "saya menerima engkau sebagai suami saya". Kesepakatan yang mengikat
para mempelai satu sama lain diwujudkan demikian, bahwa "keduanya menjadi satu
daging".
PERJANJIAN / KESEPAKATAN
PERKAWINAN
• kegiatan kehendak bebas dari setiap pihak yang mengadakan perjanjian . Bebas
dari paksaan atau rasa takut yang hebat, yang datang dari luar. Kalau kebebasan ini
tidak ada, maka Perkawinan pun tidak sah.
• [Jikalau perkawinan itu tidak sah, artinya bahwa Perkawinan itu tidak pernah ada. Dalam
hal ini kedua pihak bebas lagi untuk kawin; mereka hanya harus menepati kewajiban-
kewajiban kodrati, yang muncul dari hubungan yang terdahulu.]
• Imam atau diaken yang bertugas dalam upacara Perkawinan, menerima kesepakatan
kedua mempelai atas nama Gereja dan memberi berkat Gereja. Kehadiran pejabat
Gereja dan saksi-saksi Perkawinan menyatakan dengan jelas bahwa Perkawinan
adalah satu bentuk kehidupan Gereja.
PERKAWINAN GEREJAWI
• Perkawinan sakramental adalah satu kegiatan liturgi. Karena itu pantas bahwa ia
dirayakan dalam liturgi resmi Gereja.
• Perkawinan mengantar masuk ke dalam suatu status Gereja; ia menciptakan hak dan
kewajiban antara suami isteri dan terhadap anak-anak di dalam Gereja.
• Karena Perkawinan adalah status hidup di dalam Gereja, harus ada kepastian mengenai
peresmian Perkawinan
• Karena itu kehadiran para saksi sungguh mutlak perlu.
• Sifat publik dari kesepakatan melindungi perkataan Ya yang pernah diberikan dan
membantu agar setia kepadanya.
PERAYAAN SAKRAMEN PERKAWINAN
DALAM EKARISTI
• Dalam ritus Latin, perayaan Perkawinan antara dua orang beriman Katolik Bdk. SC 61.
biasanya dilakukan dalam misa kudus, karena hubungan semua Sakramen dengan
misteri Paska Kristus. Dalam Ekaristi terjadilah peringatan Perjanjian Baru, di mana
Kristus mempersatukan diri untuk selama-lamanya dengan Gereja, mempelai-Nya
yang kekasih, untuk siapa Ia telah menyerahkan diri-Nya. Bdk. LG 6.
• Dengan demikian, pantaslah bahwa kedua mempelai memeteraikan Ya-nya sebagai
penyerahan diri secara timbal balik, dengan mempersatukan diri dengan
penyerahan Kristus kepada Gereja-Nya, yang dihadirkan di dalam kurban Ekaristi
dan menerima Ekaristi, supaya mereka hanya membentuk satu tubuh di dalam
Kristus melalui persatuan dengan tubuh dan darah Kristus yang sama.
PERLU PERSIAPAN YANG
LAYAK DAN BERDAYA GUNA
(FAMILIARIS CONSORTIO 67)
Kesejahteraan
remaja keluarga
Hidup
discovery BERMASYARAKAT
DASAR BIBLIS
1. Dalam Perjanjian Baru Yesus (Mat. 19:5) dan Rasul Paulus (Ef. 5:31; 1
Kor. 7:2; 1 Tim. 3:2, 12; Tit. 1:6) menegaskan kembali konsep
monogami itu.
2. Juga tak terceraikan (Mat 19:5-6, Mrk 10:7-9).
3. Model tersebut ditekankan dengan fakta bahwa gambaran
perkawinan sebagaimana digunakan dalam Alkitab adalah model
untuk hubungan Yahwe dengan Israel dan antara Kristus dan
Gereja.
HAKEKAT PERKAWINAN KATOLIK
• “Kesepakatan nikah”(consensus)
1. Perbuatan kehendak,
2. Timbal-balik: dengannya pria-Wanita, saling menyerahkan diri & menerima untuk
membentuk perkawinan
3. Dengan perjanjian yang tak dapat ditarik kembali.
• Tiga sifat perjanjian atau kesepakatan:
❑ Sungguh-sungguh: menikah dengan serius, tidak simulatif atau berpura-pura dan tanpa
syarat.
❑ Penuh: menikah tanpa mengecualikan unsur hakiki perkawinan.
❑ Bebas: menikah tanpa paksaan dan ketakutan besar dari luar.
TUJUAN
• "Menurut sifat kodratinya lembaga Perkawinan sendiri dan cinta kasih suami isteri
tertujukan kepada lahirnya keturunan serta pendidikannya, dan sebagai puncaknya
bagaikan dimahkotai olehnya" ( KHK 1652; GS 48, 1).
• Kesuburan cinta kasih suami isteri terlihat juga di dalam buah-buah kehidupan moral,
rohani, dan adikodrati, yang orang-tua lanjutkan kepada anak-anaknya melalui
pendidikan.
• Orang-tua adalah pendidik yang pertama dan terpenting. Dalam arti ini, maka tugas
mendasar dari perkawinan dan keluarga terletak dalam pengabdian kehidupan.
• Suami isteri yang tidak dikarunia Tuhan dengan anak-anak, masih dapat
menjalankan kehidupan berkeluarga yang berarti secara manusiawi dan Kristen:
Perkawinan mereka dapat menghasilkan dan memancarkan cinta kasih, kerelaan
untuk membantu dan semangat berkurban.
MATERIA DAN FORMA
SAKRAMEN PERKAWINAN
• Materia : Pemberian diri yang bebas satu sama lain dari pasangan (pria dan
Wanita)
• Forma : perkataan janji setia pasangan untuk tetap saling mengasihi satu sama
lain sampai akhir dalam untung dan malang, sehat maupun sakit. Dan janji untuk
mendidik anak seturut iman katolik.
Atas nama Gereja Allah dan dihadapan para saksi dan hadirin
sekalian, saya menegaskan bahwa perkawinan yang telah
diresmikan ini adalah perkawinan katolik yang sah.
Semoga sakramen/upacara kudus ini menjadi bagi saudara
berdua sumber kekuatan dan kebahagiaan.
Yang dipersatukan Allah, janganlah diceraikan manusia
BUAH – BUAH SAKRAMEN PERKAWINAN
• IKATAN PERKAWINAN yang tetap, unik dan ekslusif
• Saling serah diri yang dimeteraikan oleh Allah sendiri. Tak dapat diganggu gugat. Cinta
bersifat definitive (tak bisa sementara/ ujicoba). Ambil bagian dalam cinta Allah yang
definitive itu.
• Lembaga - persekutuan (ecclesia domestica) → masyarakat
• Satu dan Tak terceraikan, perjanjian yang dijamin oleh kesetiaan Allah sendiri. Gereja tak
berkuasa mengubah penetapan kebijaksanaan ilahi ini ( KHK 1141). Poligami adalah melawan
martabat suami-isteri dan cinta dalam keluarga.