You are on page 1of 4
DINAS KESEHATAN PROVINS! DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA Ip Mei 2019 Kepada Yth 1. Para Direktur Rumah Sakit Provinsi DKI Jakarta 2. Para Kepala Suku Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 3. Para Kepala Puskesmas Provinsi DKI Jakarta di Jakarta SURAT EDARAN Nomor : 64 ISE/2019 TENTANG KEWASPADAAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) PENYAKIT MONKEYPOX Menindaklanjuti adanya kasus Monkeypox yang dilaporkan dari MOH Singapore dan berpotensi untuk terjadi penularan ke Indonesia khususnya Jakarta, untuk itu kami harapkan kesiapsiagaan seluruh jajaran RS, Suku Dinas Kesehatan, Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan lainnya, untuk melakukan kewaspadaan dini dan antisipasi terjadinya potensial KLB, sebagai berikut : 4. Mengurangj risiko infeksi kepada Manusia a. Meningkatkan edukasi pada pengunjung fasyankes b. Melakukan edukasi cuci tangan pakai sabun di fasyankes dan masyarakat umum . Menghindari kontak dengan tikus dan primata dan membatasi paparan 9 langsung terhadap darah dan daging d. Mengolah makanan dengan baik sebelum dikonsumsi @. Mengurangi kontak fisik yang dekat dengan orang yang terinfeksi Monkeypox f. Menjaga Kebersihan diri, lingkungan dan makanan Scanned with CamScanner g. Menggunakan sarung tangan dan alat pelindung diri lainnya saat merawat orang sakit 2. Prinsip terapi awal di faskes non-rujukan infeksi: a. Petugas kesehatan yang merawat pasien atau menangani spesimen dengan dugaan infeksi Monkeypox yang dikonfirmasi, harus menerapkan tindakan dan pengendalian yang standar. . Sampel yang diambil dari hewan dan orang yang diduga terinfeksi virus Monkeypox harus ditangani oleh staf terlatih yang bekerja di s laboratorium yang dilengkapi dengan baik. c. Pengangkutan spesimen pasien harus memastikan pengemasan yang aman dan mengikuti pedoman perlakuan terhadap bahan infeksius. . Prinsip terapi di RS rujukan infeksi adalah rawat inap isolasi dan terapi o suportif . Merujuk kasus yang diduga Monkeypox ke RSPI Sulianti Saroso Jakarta Utara, akan tetapi jika kondisi ruang perawatan penuh maka dapat dirawat di ruang isolasi RS lainnya di DKI Jakarta atas tekomendasi dari Surveilans ‘Suku Dinas Kesehatan dan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta |. Mencegah ekspansi Monkeypox melalui pembatasan perdagangan hewan a. Hewan peliharaan yang berpotensi terinfeksi Monkeypox harus » a diisolasi dan dikarantina dari hewan lain b. Hewan yang mungkin memiliki riwayat Kontak dengan hewan yang terinfeksi ditangani dengan tindakan pencegahan standar dan diamati adanya gejala Monkeypox selama 30 hari 6. Jika menemukan terduga Monkeypox dapat menghubungi tim Surveilans Suku Dinas Kesehatan di masing-masing Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi DK! Jakarta (daftar nama dan no. HP terlampir) Edaran ini untuk menjadi perhatian dan agar dilaksanakan dengan sebaik- baiknya dan penuh tanggung jawab. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dr. Widyastuti, MKM NIP. 196406291989122001 Tembusan: 4. Gubernur Provinsi DKI Jakarta 2. Asisten Kesejahteraan Rakyat Provinsi DKI Jakarta Scanned with CamScanner Berikut ini lampiran Surat Edaran Nomor: \] 1SE/2019 Gambaran Monkeypox Virus Penyakit Monkeypox disebabkan oleh virus langka yang hidup pada hewan, termasuk primata dan hewan pengerat, tetapi kadang-kadang bisa menularkan dari hewan ke manusia. Tanda dan gejala klinis Monkeypox yaitu masa inkubasi (interval dari infeksi sampai timbulnya gejala yang cukup panjang yaitu 5 - 21 hari. Infeksi dapat dibagi menjadi dua periode : pertama periode invasi (0 - 5 hari) ditandai dengan demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening), nyeri punggung, mialgia (nyeri otot) dan asthenia yang intens (kekurangan energi); kedua periode erupsi kulit (dalam 1 - 3 hari setelah munculnya demam) dimana berbagai tahap ruam muncul sering dimulai pada wajah dan kemudian menyebar di tempat lain di tubuh. Wajah (dalam 95 % kasus), dan telapak tangan dan telapak kaki (dalam 75 % kasus) paling terpengaruh. Evolusi ruam dari maculopapules (lesi dengan basis datar) ke vesikel (lepuh berisi cairan kecil), pustula, diikuti oleh kerak terjadi dalam waktu sekitar 10 hari. Monkeypox biasanya dapat sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung dari 14 hingga 21 hari. Kasus yang parah terjadi lebih sering pada anak-anak dan terkait dengan tingkat paparan virus, status kesehatan pasien dan tingkat keparahan komplikasi. Kasus kematian bervariasi tetapi kurang dari 10% kasus yang dilaporkan, sebagian besar di antaranya adalah anak-anak. Secara umum, kelompok usia yang lebih muda tampaknya lebih rentan terhadap penyakit Monkeypox. Diagnosa banding klinis yang harus dipertimbangkan termasuk penyakit ruam lain, seperti cacar (walaupun sudah diberantas), cacar air, campak, infeksi kulit akibat bakteri, kudis, sifilis, dan alergi terkait obat. Monkeypox hanya dapat didiagnosis secara pasti di laboratorium di mana virus dapat diidentifikasi dengan sejumlah tes berbeda yang perlu dilakukan di laboratorium Khusus (atas informasi dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta). Jika dicurigai Monkeypox, petugas Kesehatan harus mengambil sampel yang sesuai dan membawanya dengan aman ke laboratorium dengan kapasitas yang sesuai. Spesimen diagnostik berasal dari lesi - usapan lesi eksudat lesi atau kerak yang disimpan dalam tabung kering dan steril (tidak ada media transportasi virus) dan tetap dingin. Darah dan serum dapat digunakan tetapi seringkali tidak dapat disimpulkan karena durasi viremia yang pendek dan waktu pengumpulan spesimen. Untuk menafsirkan hasil tes, sangat penting bahwa informasi pasien dilengkapi dengan spesimen termasuk : perkiraan tanggal timbulnya demam; tanggal timbulnya ruam; tanggal pengumpulan spesimen; status saat ini dari individu (tahap ruam); usia. Scanned with CamScanner Tidak ada perawatan khusus atau vaksin yang tersedia untuk infeksi Monkeypox. Vaksinasi cacar 85 % efektif dalam mencegah Monkeypox di masa lalu tetapi vaksin tidak lagi tersedia untuk masyarakat uum setelah dihentikan setelah pemberantasan cacar global. Namun demikian, vaksinasi cacar sebelumnya kemungkinan akan menghasilkan perjalanan penyakit yang lebih ringan. Provinsi DKI Jakarta merupakan wilayah risiko tinggi terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) Monkeypox karena merupakan pintu gerbang Indonesia. Mobilitas penduduk provinsi DKI Jakarta yang tinggi, balk yang keluar maupun yang datang ke Jakarta merupakan salah satu faktor yang harus diwaspadai untuk penyebaran Monkeypox antar Provins' jika terjadi kasus. Untuk skrining kesehatan para pengunjung yang akan memasuki wilayah DKI Jakarta meliputi kewaspadaan penyakit Monkeypox, Malaria, Polio, TB, dan HIV AIDS dilakukan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandar Udara Soekarno Hatta, KKP Bandar Udara Halim Perdana Kusuma, dan KKP Tanjung Priuk. Daftar Nama dan Nomor HP Contact Person Pelaporan Kasus : No. Nama Instansi No. HP 1. dr. Arif Dinas Kesehatan Prov. DKI Jakarta | 08156034541 2. | Paulina Dinas Kesehatan Prov. DKI Jakarta | 081316472003 3. Elfriana Sudin Kesehatan Jakarta Pusat 0817148302 4. | Sumarno Sudin Kesehatan Jakarta Pusat 08161651203 5, Eko Sudin Kesehatan Jakarta Utara 081319169635 6. | Sutopo Sudin Kesehatan Jakarta Utara 082132400310 7. | Danti Sudin Kesehatan Jakarta Barat 081385430080 8. | Yuyun Sudin Kesehatan Jakarta Barat 087877402440 9, | Herry S Sudin Kesehatan Jakarta Selatan 08170811578 10. | Rosi Sudin Kesehatan Jakarta Selatan 08159761136 11. | Sumiati Sudin Kesehatan Jakarta Timur 085692451778 12. | Suprono Sudin Kesehatan Jakarta Timur 081282541766 13. | Dr. Amni Sudin Kesehatan Kepulauan Seribu | 081384747706 14. | Ully Sudin Kesehatan Kepulauan Seribu | 081341041686 Scanned with CamScanner

You might also like