Professional Documents
Culture Documents
21-Article Text-34-4-10-20211222
21-Article Text-34-4-10-20211222
ARTIKEL PENELITIAN
ABSTRACT
Background : Dental cast analysis is one of the important thing in orthodontic treatments. One of
the dental cast analysis which is usually used is Pont analysis, proposed in 1909. Pont did his research to a
population in French which is Caucasian and stated that his theory needs to be tested to another ethnics to
verify the applicability of Pont analysis to that population. On each race, there are some specific physical
characteristics such as the form and width of dentition and dental arch. Minang population are Mongolian
who has the different characteristics of dentition and dental arch with the Caucasians.The aim of this study is
to identify whether Pont analysis is precise to be used to Minang population. Method : Cross-sectional
design was used in this study. This study was done to 65 upper dental casts from Minang student at the
Faculty of Dentistry Andalas University who met the inclusion criteria. The difference between the measured
and the calculated interpremolar and intermolar arch width was tested with paired T test with the significant
value of 0.05 (p=0.05). Result : Mean value of interpremolar width was 37.8838 ± 2.29042 mm and
intermolar width was 47.6046±3.18780 mm. The result of statistical analysis showed that there is no
significant differences of the measured and the calculated interpremolar and intermolar width of Minang
Student at Faculty of Dentistry Andalas University (p>0.05). Conclusion : Pont analysis can be used as one
of the dental cast analysis in orthodontic diagnosis and treatment planning to Minang population. It is
suggested to do a further research to identify lower dental arch form of the Minang population whose upper
dental arch width equals to the predicted arch width according to Pont’s formula.
Keywords : Dental cast analysis, Pont analysis, Minang ethnic
tiga dimensi yang non invasiv yang dapat perbaikan karena terdapat variasi pada
membantu dalam diagnosis dan rencana ukuran dan bentuk gigi geligi dan
perawatan untuk kasus ringan maupun lengkung rahang pada setiap ras (Celebi
berat. Analisis model studi digunakan et al, 2011; Poosti, 2007). Analisis Pont
untuk mengevaluasi kesimetrisan rahang digunakan untuk menentukan lebar
dan susunan gigi geligi jika terjadi lengkung ideal yang dibutuhkan untuk
crowding (gigi berjejal) atau spacing menampung seluruh gigi geligi agar
(diastema) (Wong et al, 2006). didapatkan hasil perawatan ortodonti
Terdapat berbagai macam jenis yang stabil (Celebi et al, 2011; Proffit et
analisis model studi yang digunakan al, 2007). Reliabilitas analisis Pont yang
dalam diagnosis dan rencana perawatan tidak baik pada populasi tertentu akan
crowding. Salah satu metode yang menyebabkan kesalahan dalam rencana
digunakan adalah analisis Pont (1909). perawatan ortodonti untuk mengoreksi
Menurut Pont, lebar lengkung rahang atas crowding dan dapat mengakibatkan
ideal pada regio interpremolar dan terjadinya kegagalan perawatan.
intermolar dapat ditentukan dengan Beberapa penelitian telah menguji
membandingkan jumlah lebar mesiodistal analisis Pont pada beberapa populasi
keempat gigi insisivus rahang atas yang berbeda. Penelitian pada Suku Jawa
dengan suatu nilai konstanta. Lebar yang dilakukan oleh Paramesthi dkk.
lengkung rahang atas ideal pada regio (2010), populasi Tumkur oleh Sridharan
interpremolar ditentukan dengan et al (2011), populasi di Yordania oleh
membandingkan jumlah lebar mesiodistal Al-Omari et al (2007), dan penelitian
keempat gigi insisivus rahang atas pada populasi di Turki oleh Celebi et al
dengan 0.8. Sedangkan untuk (2011). Penelitian tersebut menunjukkan
menentukan lebar lengkung rahang atas hasil yang berbeda-beda.
ideal pada regio intermolar dengan cara Sampel yang digunakan Pont dalam
yang sama, nilai konstanta yang penelitiannya berasal dari ras Kaukasoid
digunakan adalah 0.64 (Al-Omari et al, yang memiliki tipe lengkung rahang
2007). berbentuk huruf “V” yang sempit dengan
Pont melakukan penelitian pada gigi anterior yang berbentuk seperti
populasi di Perancis. Pont menyatakan pahat. Suku Minang yang tergolong ke
penelitiannya harus diuji pada kelompok dalam ras Mongoloid memiliki lengkung
etnis yang berbeda untuk verifikasi dan rahang yang berbentuk parabola dan gigi
Andalas Dental Journal P a g e | 125
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 lbahwa rata-rata dari lebar lengkung
interpremolar yang diukur pada model
rahang atas mahasiswa suku Minang di
Andalas Dental Journal P a g e | 127
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas dihitung dengan rumus pont adalah 33.25
Andalas adalah 37.8838 ± 2.29042 mm. mm dan nilai terbesarnya adalah 42.63
Nilai lebar lengkung interpremolar mm.
terkecil yang diukur dari model rahang
Perbedaan Lebar Lengkung
atas adalah 31 mm sedangkan nilai
Interpremolar Diukur dengan Lebar
terbesarnya adalah 42.2 mm.
Lengkung Intermolar Dihitung
Lebar Lengkung Interpremolar Perbedaan antara lebar lengkung
Dihitung interpremolar yang diukur pada model
Distribusi rata-rata lebar lengkung rahang atas dengan lebar lengkung
interpremolar rahang atas mahasiswa interpremolar yang dihitung dengan
suku Minang Fakultas Kedokteran Gigi rumus Pont pada mahasiswa Suku
Universitas Andalas yang dihitung Minang di Fakultas Kedokteran Gigi
dengan rumus Pont dapat dilihat pada Universitas Andalas dapat dilihat pada
tabel 3.3. berikut tabel 3.4. berikut.
Lebar Lengkung Persentase (%)
Interpremolar Lebih Besar 49.2
Dihitung Lebih Kecil 50.8
Mean (mm) 37.8981 ± 1mm 52.3
Standar 1.99840 Tabel 3.4. Persentase Perbedaan Lebar
Lengkung Interpremolar Diukur dengan
Deviasi (mm)
Lebar Lengkung Interpremolar Dihitung
Min (mm) 33.25
Pada tabel 3.4. dapat dilihat bahwa
Maks (mm) 42.63
52.3% dari 65 responden memiliki lebar
N 65
lengkung interpremolar yang diukur pada
Tabel 3.3. Distribusi Rata-Rata Lebar model besarnya ± 1mm dari lebar
Lengkung Interpremolar Dihitung
lengkung interpremolar yang dihitung
Berdasarkan tabel 3.3. dapat dilihat
dengan rumus Pont. Sedangkan 49.2%
bahwa rata-rata lebar lengkung
dari 65 responden memiliki lebar
interpremolar yang rahang atas
lengkung interpremolar yang lebih besar
mahasiswa suku Minang di Fakultas
daripada lebar lengkung interpremolar
Kedokteran Gigi Universitas Andalas
yang dihitung dengan rumus Pont dan
yang dihitung dengan rumus Pont adalah
50.8% memiliki lebar lengkung
37.8981 ± 1.99840 mm. Nilai terkecil
interpremolar yang lebih kecil daripada
dari lebar lengkung interpremolar yang
Andalas Dental Journal P a g e | 128
Andalas dapat dilihat pada tabel 3.7. Kedokteran Gigi Universitas Andalas
berikut. yang dihitung dengan rumus Pont dapat
Persentase (%) dilihat pada tabel 3.8. berikut
Lebar
Lebih Besar 50.8
Lengkung Selisih
Mean SD t p
Lebih Kecil 49.2 Interpremo Mean
lar
± 1mm 30.8
37.883 2.2904
Tabel 3.7. Persentase Perbedaan Lebar Diukur 8 2 0.014 0.96
Lengkung Intermolar Diukur dengan -0.44
37.898 1.9984 3 5
Lebar Lengkung Intermolar Diukur Dihitung 1 0
Pada tabel 3.7. dapat dilihat bahwa Tabel 3.8. Uji T Berpasangan Rata-rata
30.8% dari 65 responden memiliki lebar Lebar Lengkung Interpremolar Diukur
dengan Lebar Lengkung Interpremolar
lengkung intermolar yang diukur pada Dihitung
model besarnya ± 1mm dari lebar Berdasarkan tabel 3.8. dapat dilihat
lengkung intermolar yang dihitung bahwa terdapat selisih antara lebar
dengan rumus Pont. Sedangkan 50.8% lengkung interpremolar yang diukur
dari seluruh responden memiliki lebar dengan lebar lengkung interpremolar
lengkung intermolar yang lebih besar dari yang dihitung sebesar 0.0143 dengan
pada lebar lengkung intermolar yang nilai p>0.05 (p=0.965), maka dapat
dihitung dengan rumus Pont dan 49.2% disimpulkan bahwa tidak terdapat
responden memiliki lebar lengkung perbedaan bermakna antara lebar
intermolar yang lebih kecil daripada lebar lengkung interpremolar diukur dengan
lengkung yang dihitung dengan rumus lebar lengkung interpremolar dihitung.
Pont.
Hasil Perbandingan Lebar Lengkung
Hasil Analisis Bivariat
Intermolar
Hasil Perbandingan Lebar Lengkung
Hasil perbandingan antara lebar
Interpremolar
lengkung intermolar yang diukur pada
Hasil perbandingan antara lebar
model rahang atas mahasiswa suku
lengkung interpremolar yang diukur pada
Minang di Fakultas Kedokteran Gigi
model rahang atas mahasiswa suku
Universitas Andalas dengan lebar
Minang di Fakultas Kedokteran Gigi
lengkung intermolar rahang atas
Universitas Andalas dengan lebar
mahasiswa suku Minang di Fakultas
lengkung interpremolar rahang atas
Kedokteran Gigi Universitas Andalas
mahasiswa suku Minang di Fakultas
Andalas Dental Journal P a g e | 130
yang dihitung dengan rumus Pont dapat dengan yang dihitung dengan rumus
dilihat pada tabel 3.9. berikut Pont. Sedangkan pada perbandingan lebar
Lebar lengkung intermolar yang diukur dan
Selisih
Lengkung Mean SD t p
Mean yang dihitung dengan rumus Pont adalah
Intermolar
pada model rahang atas populasi tersebut yang diteliti oleh Al-Omari 24.31% dari
berbeda secara signifikan dengan lebar 144 model yang diteliti memiki selisih
lengkung interpremolar dan intermolar lebar lengkung intermolar + 1 mm dari
yang dihitung dengan rumus Pont. lebar lengkung yang dihitung dengan
Pada tabel 5.4 dapat disimpulkan rumus Pont. Sementara pada populasi di
52.3% dari 65 model rahang atas Turki yang diteliti, dari 142 model,
mahasiswa suku Minang di Fakultas 19.72% yang selisih antara lebar
Kedokteran Gigi Universitas Andalas lengkung intermolar diukur dengan lebar
memiliki lebar lengkung interpremolar lengkung intermolar dihitung + 1 mm.
yang selisih + 1mm dari lebar lengkung Dari hasil penelitian yang dilakukan pada
interpremolar yang dihitung dengan populasi di Yordania dan Turki yang
rumus Pont. Hal ini berbeda dengan hasil dilakukan oleh Al-Omari (2007) dan
penelitian Al-Omari (2007) pada populasi Celebi (2011) dapat disimpulkan bahwa
di Yordania dan Celebi (2011) pada analisis Pont tidak dapat digunakan pada
populasi di Turki. Pada penelitian Al- populasi tersebut.
Omari (2007), hanya 29.86% dari 144 Perbedaan hasil penelitian pada
model yang diteliti yang memiliki lebar populasi-populasi tersebut disebabkan
lengkung interpremolar dengan selisih + oleh adanya variasi ciri fisik pada
1 mm dengan lebar lengkung masing-masing populasi tersebut. Salah
interpremolar yang ditentukan dengan satu faktor yang menyebabkan terjadinya
rumus Pont. Sementara dari 142 model variasi ciri fisik tersebut adalah faktor
yang diteliti oleh Celebi (2011), hanya genetik. Menurut antropologis, proses
9.86% model yang memliki selisih + 1 adaptasi menyebabkan perubahan
mm antara lebar lengkung interpremolar struktur genetik yang menyebabkan
yang diukur dengan lebar lengkung variasi ciri fisik tersebut. Ciri fisik pada
interpremolar yang ditentukan dengan masing-masing populasi tersebut dapat
rumus Pont. dilihat pada kulit, rambut, bentuk kepala,
Sementara pada lengkung bentuk wajah, hidung, mata, tinggi badan
intermolar, seperti yang terdapat pada dan gigi geligi (Yacoob et al, 2006).
tabel 5.7, hanya 30.8% dari 65 model Menurut Ripley (1900), populasi
yang diteliti memiliki selisih + 1 mm dari Perancis termasuk kepada subras
lebar lengkung yang dihitung dengan Kaukasoid Alpin yang memiliki wajah
rumus Pont. Pada populasi di Yordania yang berbentuk bundar, sedangkan
Andalas Dental Journal P a g e | 132
barat pulau Sumatera mulai dari memiliki ciri yang berbeda-beda. Untuk
perbatasan daerah Muko Muko Bengkulu itu analisis Pont perlu diuji pada populasi
sampai perbatasan Tapanuli Selatan; dan dari etnis tersebut.
daerah Rantau yaitu daerah aliran sungai Selain analisis Pont, untuk
dan bermuara di sebelah timus pulau mengetahui diskrepansi rahang dapat
Sumatera yang berbatasan dengan Selat dilakukan dengan metode analisis lainnya
Malaka dan Laut Cina Selatan, sampai ke seperti analisis Bolton, analisis Ashley
Negeri Sembilan Malaysia. Howe dan Kesling diagnostic set up.
Pola makanan masyarakat pada Metode-metode tersebut juga perlu diuji
berbagai daerah di Minangkabau tersebut pada populasi suku Minang untuk
tidak berbeda sehingga dapat mengetahui aplikabilitas metode analisis
disimpulkan bahwa tidak ada variasi tersebut.
bentuk lengkung rahang yang ekstrim KESIMPULAN
pada masyarakat suku Minang. Berdasarkan penelitian yang
Responden dari penelitian ini berasal dari dilakukan pada mahasiswa suku Minang
berbagai daerah di Minangkabau dan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
dapat dinyatakan mewakili masyarakat Andalas Padang diperoleh kesimpulan
Minangkabau secara keseluruhan. Akan sebagai berikut :
tetapi sebaiknya dilakukan penelitian 1. Rerata lebar lengkung interpremolar
dengan jumlah sampel yang lebih besar diukur pada model rahang atas
dengan responden yang berasal dari mahasiswa suku Minang di Fakultas
masing-masing daerah di Minangkabau Kedokteran Gigi Universitas Andalas
untuk mendapatkan hasil yang lebih adalah 37.8838 ± 2.29042 mm.
valid. 2. Rerata Rerata lebar lengkung
Penduduk Indonesia terdiri dari interpremolar rahang atas mahasiswa
berbagai etnis dan suku bangsa. Menurut suku Minang di Fakultas Kedokteran
Pratiwi, distribusi penduduk Indonesia Gigi Universitas Andalas yang
berdasarkan suku bangsa adalah Sunda dihitung dengan rumus Pont adalah
(14.1%), Madura (7.1%), Minang (3.3%), 37.8981 ± 1.99840 mm.
Bugis (2.5%), Batak (2.0%), Bali (1.8%), 3. Rerata lebar lengkung intermolar
24 suku bangsa lainnya (20.3%), dan diukur pada model rahang atas
keturunan Cina (2.7%). Masing-masing mahasiswa suku Minang di Fakultas
penduduk dari suku bangsa tersebut
Andalas Dental Journal P a g e | 136
5. Anwar N, Fida M, 2010. Variability of Arch 15. Hakimy I, 1994. Pokok Pokok Pengetahuan
Forms in Various Vertical Facial Patterns. Adat Alam Minangkabau. Bandung : Remaja
Journal of The College of Physicians and Rosdakarya Offset
Surgeons Pakistan. 20 (9) : 565-570 16. Harty FJ, Ogston R, 1995. Kamus
6. Araujo TM, Fonseca LM, Caldas DL, Costa- Kedokteran Gigi. diterjemahkan oleh
Pinto RA, 2012. Preparation and Evaluation Sumawinata. Jakarta : EGC
of Orthodontic Set Up. Dental Press J. of 17. Hassan R, Rahimah AK, 2007. Occlusion,
Orthodontics. 17 : 146-165 Malocclusion and Method of Measurement –
7. Basaran G, Selek M, Hamamci O, Akkus Z, an Overview. Archives of Orofacial Science.
2006. Intermaxillary Bolton Tooth Size 2 : 3-9
Discrepancies Among Different Malocclusion 18. Hong Q, Koirala R, Jun T, Li-na Y, Takagi S,
Group. Angle Orthodontists. 76 : 26-30 Kawahara K, Kishimoto E, 2008. A Study
8. Bishara SE, 2001. Textbook of Orthodontics. About Tooth Size and Arch Width
USA : W.B. Saunders Company Measurement. Journal of Hard Tissue
9. Blumenfeld J, 2000. Racial Identification in Biology. 17 : 91-98
the Skull and Teeth. Totem : The University 19. Johal AS, Battagel JM, 1997. Dental
of western Ontario Journal of Anthropology. Crowding : a Comparison of Three Methods
8 : 20-32 of Assesment. European Journal of
10. Brook AH, Griffin RC, Townsen G, Orthodontics. 19 : 543-551
Levisianos Y, Russel J, Smiths RN, 2005. 20. Madlena M, 2012. The Importance and
Variability and Patterning in Permanent Possibilities of Proper Oral Hygiene in
Tooth Size of Four Human Ethnic Groups Orthodontic Patients, Orthodontics – Basic
diunduh dari www.liv.ac.uk Aspects and Clinical Consideration,
11. Celebi AA, Tan E, Gelgor IE, 2011. Bourzgui F (Ed.) diunduh dari
Determination and Application of Pont’s http://www.intechopen.com/books/orthodonti
Index in Turkish Population, The Scientific cs-basic-aspects-and- clinicalconsiderations/
World Journal 2012 the-importance-and-possibilities-of-proper-
12. Cobourne MT, Di Biase AT, 2010. oral-hygiene-in-orthodontic-patients
Handbook of Orthodontics. China : Mosby 21. Miguel-Neto AB, Nishio C, Mucha JN, 2010.
Elsevier Agreement Evaluation of a Newly Proposed
13. Denton LC, 2011. Shovel-Shaped Incisors System For Malocclusion Classification. Int.
and the Morphology of the Enamel-Dentin J. Odontostomat. 4(1) : 33-41
Junction: an Analysis of Human Upper 22. Mockers O, Aubry M, Mafart B, 2004.
Incisors in Three Dimensions (Thesis). Dental Crowding In a Prehistoric
Colorado State University. p. 18 Population. European Journal of
14. Greenwall L, 2011. Treatment Options for Orthodontics. 26 : 151-156
Peg-shaped Laterals Using Direct Composite 23. Nimkarn Y, Miles PG, O’Reilly MT, Weyant
Bonding. International Dentistry SA. 2(1) RJ. 1995. The Validity of Maxillary
Andalas Dental Journal P a g e | 138