You are on page 1of 5

Berdasarkan praktikum Genetika Manusia dan Dermatoglifi yang dilaksanakan

didapatkan hasil sebagai berikut.


4.1 Dermatoglifi
Tabel 1. Analisis Pola Sidik Jari Kelompok 6A
Tabel 2. Analisis Chi-square Pola Sidik Jari Kelompok 6A

Berdasarkan tabel 1 dan 2 didapatkan hasil yaitu nilai observed pola sidik jari Whor
kanan 10, kiri 13. Loop ulnar kanan 18, kiri 13; loop radial kanan 2, kiri 3. Ditemukan
satu pola sidik jari arch yang terdapat pada di ibu jari kiri. Nilai X2 hitung didapatkan
2,38 sedangkan X2 tabel 7,81.  maka dari itu hipotesis awal 1:1 diterima dikarenakan
X2 hitung lebih kecil daripada x2 tabel. hal ini sesuai dengan pernyataan Eboh (2013)
yaitu hasil data menunjukkan tabulasi campuran uji chi square antara jenis kelamin dan
pola sidik jari. Dalam tiap pola sidik jari, jenis kelamin perempuan memiliki persentase
pola sidik jari loop dan whorl yang lebih tinggi. Adapun dalam uji X2, tidak terdapat
tautan yang signifikan antara jenis kelamin dan pola signifikan (P>0,05).
Pola sidik jari telah dikelompokkan oleh Galton, secara garis besar menjadi tiga
pola, yaitu tipe arch, tipe loop dan tipe whor Tipe arch berupa garis yang melengkung
ke arah distal dan pada pola ini tidak terdapat miradius. Pola loop memilda lengkung
seperti kait dengan satu triradius, dan pola whorl berbentuk pusaran dan memiliki dua
triradius (Wati, dkk 2015). Pada jumlah sulur didapatkan bahwa jumlah sulur  antara
individu berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan pernyataan Siburian dkk.,  (2010)
didapatkan bahwa jumlah sulur laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah sulur pada
perempuan. Hasil tersebut sesuai dengan teori Penrose. Hal ini dapat disebabkan
karena sangat umum ditemukan pola sidik jari whorl dan loop pada laki-laki sehingga
memberikan kontribusi yang besar pada jumlah sulur. Karena telah diketahui bahwa
pola arch lebih sering dijumpai pada perempuan dibanding laki-laki.
Perhitungan banyaknya rigi dilakukan mulai dari triradius sampai ke pusat dari
pola sidik jari. Klasifikasi dari bentuk sidik jari tersebut di muka didasarkan atas
banyaknya triradius, yaitu titik-titik dari mana rigi-rigi menuju ke tiga arah dengan sudut
kira-kira 120 derajat. Bentuk sidik jari yang paling sederhana ialah lengkung (arch),
yang tidak mempunyai triradius, sehingga tidak dapat dilakukan perhitungan rigi. Dua
buah triradius terdapat pada bentuk lingkaran Sedangkan bentuk sosok (loop) memiliki
sebuah triradius. Jika bagian yang terbuka dari bentuk sosok menuju ke arah ujung jari,
maka bentuk sosok dinamakan sosok radial. Tetapi jika bagian yang terbuka itu menuju
ke pangkal jari, maka bentuk sosok disebit sosok ulnar (Suryo, 2008).
Jumlah total sulur (Total Ridge Count) merupakan penjumlahan sulur dari
kesepuluh jari tangan. Penghitungan jumlah total sulur dilakukan dengan menentukan
garis yang ditarik dari titik triradius hingga ke pusat pola. Penghitungan jumlah sulur
tidak termasuk titik triradius dan pusat pola. Pada pola Whorl, karena terdapat dua titik
triradius, maka sulur dihitung untuk kedua sisi, akan tetapi jumlah sulur yang
diperhitungkan dalam menentukan jumlah sulur total adalah pada sisi yang terbanyak
Untuk pola Loop, karena hanya terdapat satu titik triradius, maka hanya ada satu sisi
yang akan di hitung jumlah sulurnya. Sedangkan untuk pola Arch, tidak memiliki core
dan hitungan garis antara delta dan core sehingga jumlah sulurnya adalah 0 (Purbasari
dan Sumadji, 2017).
Hasil  ini  sama  dengan  yang didapatkan  Iriane  di  Indonesia,  bahwa Sudut 
ATD  pada  anak  normal  berkisar 45-49o. Berdasarkan beberapa penelitian
sebelumnya diketahui bahwa sudut ATD memiliki hubungan dengan beberapa kelainan
dan penyakit tertentu. Pada penderita diabetes melitus memiliki ratarata sudut ATD
41,07 (Siburian dkk.,, 2010). Dari aspek intelegensi dapat diketahui bahwa sudut ATD
penderita sindrom Down berkisar antara 70-85. Sudut ATD merupakan sudut yang
terbentuk antara titik A, titik T, dan titik  D.  Titik  triradius  adalah  titik  yang dibentuk
oleh tiga sulur yang mengarah ketiga  arah  dengan  sudut  120o.  Cara perhitungan 
besar  sudut  ATD  yaitu dengan menentukan letak triradius  pada telapak tangan mulai
dari pangkal jari ke II sampai dengan pangkal jari ke V. Titik triradius diberi nama mulai
dari jari ke II = a, jari ke III = b, jari ke IV = c, jari ke V   =  d.  Titik  pada  pertengahan 
pangkal telapak  tangan  adalah  titik  (T).  Titik  A dan  D  dihubungkan  pada  titik  T,
membentuk  sudut  ATD  pada  telapak tangan (Iriane, 2003). 

4.2 Genetika Manusia


Tabel 1 Analisis pada Golongan Darah Kelas A Genetika
Berdasarkan tabel 1 didapatkan hasil yaitu frekuensi golongan darah tipe A 34,09%,
golongan darah tipe B 15,90%, golongan darah tipe AB 11,36 %, dan golongan darah
tipe O 38,63%. Maka didapatkan frekuensi tertinggi pada mahasiswa yang bergolongan
darah O.  Hal ini dapat dipahami dan dibenarkan bahwa alel I° dapat diperoleh dari tiga
macam golongan darah yaitu golongan darah O yang membawa alel I°, golongan darah
A yang membawa genotip heterozigot lA I° dan golongan darah B yang membawa
genotip IB I°, Walaupun letak suatu daerah berdampingan dengan daerah lain atau
negara lain tetapi frekuensi dan penyebaran alel golongan darah bisa saja berbeda
karena penyebaran alel sangat dipengaruhi oleh gen dari parentalnya (Suryawati &
Suhendri, 2014). 
Golongan darah sistem ABO pada manusia dibedakan menjadi 4 macam, yaitu
golongan darah A, B, AB dan O, keempat golongan darah tersebut dapat dibedakan
menurut antigen yang dimiliki (Elrod & Stansfield, 2002) . Sistem golongan darah ABO
diatur oleh 3 macam alel yaitu IA , IB dan i. Alel IA dan IB bersifat dominan terhadap
alel i. Namun alel I A tidak dominan terhadap alel I B , demikian juga sebaliknya alel I B
tidak dominan terhadap ale I A , sehingga alel IA dan IB disebut sebagai kodominan
(Suryo, 2012).
Dalam pewarisan sifat golongan darah alel A dan alel B memiliki memiliki sifat
yang dominan, dan alel 0 merupakan alel yang bersifat resesif. Apabila alel A
berpasangan dengan alel 0 maka sifat golongan darah A yang akan muncul, begitu pula
degan alel B apabila berpasangan dengan alel 0 maka sifat golongan darah B yang
akan muncul. Alel A dan juga alel B memiliki sifat dominan yang sama, sehingga
apabila alel A dan alel B berpasangan maka akan muncul sifat golongan darah AB.
Sifat alel 0 yang resesif sehingga golongan darah 0 hanya bisa terbentuk dari pasangan
dua alel 0 (Raditya & Antropologi, 2016). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
perubahan frekuensi alel antara lain yaitu: jumlah populasi, mutasi, migrasi, seleksi dan
perkawinan tidak acak ( Amroni, 2016).
Tabel 2. Analisis Karakter-Karakter Fisik Manusia dan Pewarisannya
Berdasarkan tabel 2 analisis karakter fisik dari 30 responden didapatkan hasil yaitu sifat
dominan yang terbanyak pada sifat pusar kepala searah jarum jam dan rambut pada
ruas jari tangan 27 responden, sedangkan sifat resesif yang terbanyak pada sifat lidah
tidak bisa menggulung 26 responden. Sifat dominan yang sedikit ditemukan yaitu sifat
lidah bisa menggulung 4 responden, sedangkan sifat resesif yang sedikit ditemukan
pada sifat pusar kepala berlawanan arah dengan jarum jam dan tidak rambut pada ruas
jari tangan 3 responden.
Sifat  dan  ciri  khas  tersendiri  atau  unik  dari  setiap  makhluk  hidup  didapat 
dari parental   yang   mengikuti   pola   penurunan   tertentu   (Ramandhani,   2013).  
Sifat-sifatmanusia  yang  terkait  autosom  dapat  disebabkan  oleh  gen  dominan 
ataupun  resesif. Penurunan  yang  ditentukan  oleh  gen  resesif  ditandai  dengan
adanya pelompatan generasi dalam munculnya suatu karakter pada individu,
sedangkan gen dominan ditandai dengan penurunan secara berkesinambungan atau
tidak terjadinya pelompatan generasi dalam pemunculannya. Sifat  atau  ciri  genetik 
autosomal  dapat  bervariasi  antar  etnis  khususnya  di Indonesia  yang  memiliki 
berbagai  macam  etnis,  budaya,  adat-istiadat  dan  juga  bahasa (Dephan,  2003).

Faktor  lingkungan  mempengaruhi  sifat  yang  tampak  (fenotip),  disamping


ditentukan  oleh  faktor  genetiknya  (genotip).  Dengan  kita  mengetahui  gejala 
fenotip maka  kita  dapat  mengamati  variasi  sifat  pada  manusia,  khususnya  sifat 
yang  tampak. Selain  itu,  kita  bisa  membandingkan  persamaan  dan  perbedaan 
sifat  yang  terbanyak dalam suatu populasi, misalnya populasi dalam kelas (Klug et al.,
2011). Ciri-ciri variasi fenotip tersebut meliputi; Ujung daun telinga (cuping) yang bebas
dan melekat, Ibu jari yang  dapat  membengkok  dan  yang  tidak,  Rambut  yang  tidak 
lurus  dan  yang  lurus, Adanya  rambut pada ruas tengah pada jari-jari tangan dan tidak
ada rambut, Golongan darah : A, B, AB, dan O, dan lesung Pipi. Lesung  pipi  memang 
merupakan  variasi  otot  wajah  yang  diwariskan  secara genetis.   Sifat   genetis   ini  
bahkan   digolongkan   sebagai   gen   yang   dominan. Artinya,   jika   salah   satu   dari
orang   tua   punya   lesung   pipi, kemungkinan besaranaknya juga (Zakiya dkk.,
2022).  
Dagu belah adalah sifat  bawaan  yang bergantung pada  gen  yang diwariskan
oleh orang tua. Di Jerman, 10 persen dari total populasi memiliki dagu belah dan
didominasi oleh  laki-laki.  Terbentuknya  celah  dagu  Pada  rahang  bawah,  yaitu 
celah  berbentuk  Y merupakan hasil dari cacat tulang yang mendasari yang
disebabkan oleh fusi yang tidak sempurna  dari  tulang  rahang  kiri  kanan  bawah 
selama  perkembangan  embrionik (Zakiya dkk., 2022).  
Gen dominan diyakini bertanggung jawab untuk melipat dan menggulung lidah
sedangkan ketidakmampuan untuk menggulung dan melipat lidah dikaitkan dengan gen
resesif. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Odokuma
et al. (2008) pada orang-orang Urhubo di Nigeria, frekuensi lidah menggulung lebih
tinggi pada wanita dibandingkan pada laki-laki. Akan tetapi, secara statistik tidak
menunjukkan signifikansi dengan nilai X (p>0,01), dimana sifat lidah menggulung tidak
dipengaruhi oleh gender.
Kemampuan melipat dan menggulung lidah adalah sifat yang dapat diturunkan,
kemampuan ini dikendalikan oleh gen autosomal dominan. Gen autosomal dominan
merupakan gen yang dapat mengekspresikan sifat tertentu atau sifatnya dominan
terhadap alelnya.Gen yang menentukan kemampuan melipat dan menggulung lidah
adalah Gdan pasangan alelnya adalh g. Sehingga, kemampuan melipat dan
menggulung lidah dapat terekspreksikan jika genotipe suatu individu adalah G atau Gg,
sedangkan individu yang tidak dapat melipat dan menggulung lidah memiliki genotipe
gg (Nusantari, 2014).

DAPUS ;
Amroni. 2016. Penerapan Rule Base Expert System Untuk Mengetahui Hasil
Perkawinan Antar Golongan Darah. Jurnal Ilmiah Media SISFO. 10 (2): 1978-
8126.
Bhat, M., Mukhdoomi, M.A., Shah, B.A., dan Ittoo, M.S. 2014. Dermatoglyphics: in
health and disease – A Review.Internatinal Journal of Research in Medical
Sciences 2(1):31-37. 
Campbell, N. A.. 2010. Biologi. Edisi Kedelapan-Jilid 3. Erlangga. Jakarta.. 
Dephan.   2003. Buku  Putih  Pertahanan  Negara:  “Mempertahankan  Tanah  air
Memasuki Abad 21. Indonesia”. Jakarta.
Eboh, DEO, 2013. Fingerprint patterns in relation to gender and blood group among
students of Delta State University, Abraka, Nigeria. Journal of Experimental and
Clinical Anatomy Vol 12(2): 82-86.
Elrod, S. L. dan W. D. Stansfield. (2002). Schaum’s Outlines Of Teory And Problems Of
Genetics. Fourth Edition. Penerbit Erlangga. Jakarta. 
Elvita, A. Genetika Dasar. 2008. Pekanbaru: University of Riau. 
Fuller C. A Diagnostic Aid. Journal of Medical Genetic Dermatoglyphic, Vol 30 (11)
1973. p 10-14.
Goodenough, V. Genetika. 1988.Terjemahn Soemartono Adisoemarto. Jakarta:
Erlangga. 
Hariyanti, M., Tri Samiha, Y., Maretha, D. E., & Hapida, Y. (2019). Hasil Pembelajaran
Kognitif dengan Model Pembelajaran POE pada Pelajaran IPA di SMP/SMA.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2019, 89-94. 
Holder, Jr. 2002. U.S. Department of Justice Office of Justice Programs. Hal. 20. 
Iriane,  V.M  dkk.  2003. Perbedaan Bentuk Lukisan Sidik Jari, Ridge Count, Palmar 
Pattern  dan  Sudut  ATD antara  Orang  Tua  Anak  Sumbing dengan  Orang 
Tua  Anak  Normal  di Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. Majalah
Kedokteran Universitas  Brawijaya  Vol.XIX,  No.2.
Klug, W. S., Cummings, M.R., Spencer, C. A., & Palladino, M. A. (2011).Concepts of
Genetict. California, USA: Pearson Press.
Najafi, Mostaf. 2009. Association between Finger Patterns of Digit II and Intelligence
Quotient Level in Adolescents. Vol. 19, No. 3.
Nusantari, Elya. 2014. Genetika: Belajar Genetika dengan Mudah & Komprehensif
Yogyakarta: Deepublish.
Odokuma. E. I., Eghworo., O., Avwioro, G., and Agbedia, U. 2008. Tongue Rolling and
Tongue Folding Traits In An African Population. International Journal Morphol. 26
(3)-533-535.
Pangestu, I., Habisukan, U. H., Hapida, Y., Handayani, T., & Oktiansyah, R.
2019.Pengembangan Media Pembelajaran Mind Mapping pada Materi
Eubacteria Kelas X. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2019, 82–
88. 
Purbasari, K. dan AR. Sumadji, 2017. Variasi Pola Sidik Jan Mahasiswa Berbagai Suku
Bangsa di Kota Madiun Jurnal Florea Vol. 4(2): 47-54.
Raditya, A., & Antropologi, D. (2016). Distribusi Golongan Darah AB0 pada Masyarakat
Tengger.
 Rafi‟ah Rt. St, Satmoko, Suryadi R., Ramelan W., Yusuf, Yuniar, Lutfiah SN, Tajuddin
MK, dan Syahrum MH. 1980.  Pola TRC dan TTC jari-jari kelompok khusus
sarjana dan kelompok umum. Majalah Kedokteran Indonesia. No.8. h 198-201. 
Ramandhani,  M.  R.  2013. Penerapan  Pattern  Matching  dalam  Penentuan 
Pewarisan Sifat   Genetis   Tetua   pada   Anaknya.   Makalah   IF2211   Strategi
Algoritma. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Regar, J. 2009. Aspek genetik talasemia. Jurnal Biomedik: JBM, 1(3). 
Sanjaya, O. C., Habisukan, U. H., Aini, K., & Hapida, Y. 2019. Pengembangan Media
Puzzle sebagai Media Pembelajaran Biologi pada Materi Eubacteria di SMA/MA.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2019, 95-99. 
Siburian, J., E. Anggreini dan SF. Hayatı, 2010. Analisis Pola Sidik Jari Tangan dan
Jumlah Sulur serta Besar Sudut ATD Penderita Diabetes Mellitus di Rumah Sakit
Umum Daerah Jambi Jurnal Biospecies. Vol 2(2), 12-17
Suryadi R, Pola Sidik Jari dan Jumlah Jalur Total Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 1999. Maj Kedokt Indon, 43(12), h 751-754,
Suryawati, E., & Suhendri, E. (2014). FREKUENSI DAN PENYEBARAN ALEL
GOLONGAN DARAH ABO SISWA SMUN I SUKU BANGSA MELAYU DI
KECAMATAN RUPAT KABUPATEN B ENGKALIS RIAU. Biogenesis, 1(2), 66-
69.
Suryo, 2008 Genetika Manusia Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Suryo. 2011. Genetika Manusia.Yogyakarta: UGM Press: Hal. 403.
Suryo. 2012. Genetika Untuk Strata 1. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
 Syamsurizal, S. (2017). Sudut ATD sebagai Penanda Diabetes Mellitus Tipe-2 (DMT2).
Bioscience, 1(1), 1-7.
Vashist M, Yadav R, Rathee NR, 2011. Dankmeijer’s Index (D.I.) In Mental.
Wati, M, RRP Megahati dan WN. Sari, 2015. Pola Khas yang Ditemukan pada Sidik Jari
dan Telapak Tangan pada Anak-Anak Tuna Netra di Kota Padang. Jurnal
BioCONCETTA Vol 1(2): 59-66.
Zakiya, Z. T., Yeriska, F., Khotimah, A., Damailing, M. R., & Achyar, A. (2022). Analisis
Variasi Fenotip Lesung Pipi, Dagu Membelah dan Hands Clasping pada
Mahasiswa Jurusan Biologi Angkatan 2022 Universitas Negeri Padang. In
Prosiding Seminar Nasional Biologi (Vol. 2, No. 2, pp. 1093-1099).

You might also like