You are on page 1of 8

MAKALAH

STRATEGI MEMBERANTASAN KORUPSI

DOSEN PEND. ANTI KORUPSI :

ADI MANSAR, Dr.,S.H.,M.Hum.

DISUSUN OLEH :

AVITTO ALFARISI
ERNI ELVISYAHRI
KARINA ADLIL WINONA
MUHAMMAD FAJAR JAKARIA
MUHAMMAD SATRIA ASRIL
RIFQI FARHAN RAMADHAN
SRI WAHYUNITA HALIM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA


2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dan teman-teman dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“STRATEGI MEMBERANTASAN KORUPSI” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak ADI
MANSAR, Dr.,S.H.,M.Hum, pada bidang mata kuliah PENDIDIKAN ANTI KORUPSI . Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada  Bapak ADI MANSAR, Dr.,S.H.,M.Hum.
selaku dosen pendidikan anti korupsi  yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

MEDAN, 23 OKTOBER 2022

KELOMPOK 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG......................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5
BAB III....................................................................................................................................................8
PENUTUP...............................................................................................................................................8
A. KESIMPULAN..............................................................................................................................8
B. SARAN........................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini, sudah dalam posisi yang sangat parah dan
begitu mengakar dalam setiap sendi kehidupan. Perkembangan praktek korupsi dari
tahun ke tahun semakin meningkat, baik dari kuantitas atau jumlah kerugian keuangan
negara maupun dari segi kualitas yang semakin sistematis, canggih serta lingkupnya
sudah meluas dalam seluruh aspek masyarakat. Meningkatnya tindak pidana korupsi
yang tidak terkendali akan membawa bencana tidak saja terhadap kehidupan
perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada
umumnya.
Maraknya kasus tindak pidana korupsi di Indonesia, tidak lagi mengenal batas-batas
siapa, mengapa, dan bagaimana. Tidak hanya pemangku jabatan dan kepentingan saja
yang melakukan tindak pidana korupsi, baik di sektor publik maupun privat, tetapi tindak
pidana korupsi sudah menjadi suatu fenomena. Penyelenggaraan negara yang bersih
menjadi penting dan sangat diperlukan untuk menghindari praktek-praktek korupsi yang
tidak saja melibatkan pejabat bersangkutan, tetapi juga oleh keluarga dan kroninya,
yang apabila dibiarkan, maka rakyat Indonesia akan berada dalam posisi yang sangat
dirugikan. Menurut Nyoman Serikat Putra Jaya menyebutkan bahwa tindak pidana
korupsi tidak hanya dilakukan oleh penyelenggara negara, antar penyelenggara negara,
melainkan juga penyelenggara negara dengan pihak lain.
Usaha untuk memberantas tindak pidana korupsi sudah menjadi masalah global,
tidak hanya nasional atau regional. Tindak pidana korupsi merupakan perbuatan yang
bukan saja dapat merugikan keuangan negara akan tetapi juga dapat menimbulkan
kerugian perekonomian rakyat.

B. RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Penanaman iman dan taqwa

Kunci mengindari perilaku korupsi dan pungli itu adalah bagaimana kita sebagai hamba
Allah, bisa terus mendekatkan diri kepada Allah, sehingga kita bisa merasakan kalau Allah itu
selalu mengawasi kita, dan pada akhirnya kita akan takut untuk berbuat perilaku-perilaku
yang salah, seperti korupsi dan pungli tersebut.
Pendidikan terhadap anti korupsi, tidak terlepas dari 2 (dua) yaitu pada dimensi
penguatan iman dan dimensi pembangunan karakter bahwa kejahatan korupsi akan
membawa kepada kerugian yang sistematis, karena korupsi berdampak sistemik terhadap
kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia pada umumnya.
Oleh karena itu upaya untuk membangun dimensi-dimensi tersebut dapat dilakukan
melalui pendidikan formal dan pendidikan informal, salah satu pengembangan yang
dilakukan melalui pendidikan formal adalah gerekan Kementrian Kesehatan melalui
pendidikan dibawahnya mengembangkan konsep “Sehat Tanpa Korupsi” atau gerakan
Pemuda Muhammadiyah yang mengembangkan gerakan “Madrasah anti Korupsi”, gerakan-
gerakan ini merupakan bangunan dasar untuk memberikan rasa sadar bersama bahwa
pendidikan anti korupsi merupakan pendidikan yang penting, karena kejahatan korupsi
dapat mengakibatkan kepada dampak yang besar bagi stabilitas nasional seperti yang terjadi
dalam beberapa kasus korupsi di Indonesia
2. Sistem penggajian yang layak

Salah satu strategi pencegahan korupsi yang banyak diadopsi oleh berbagi konvensi anti
korupsi di berbagai benua adalah  pengisian Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara
(LHKPN) atau asset declaration. LHKPN merupakan salah satu cara untuk meminimalisasir
korupsi yang telah diadopsi oleh banyak negara, terutama negara-negara maju. Ethics in
Government Act menjadi landasan pelaksanaan LHKPN di USA yang diratifikasi tahun 1978.
Strategi ini diikuti untuk diterapkan oleh negara-negara Eropa Barat di awal dekade 1980-
an.  Inter-American Convention Against Corruption (yang diadopsi pada tahun 1996)
menetapkan agar negara bagian di USA mempertimbangkan langkah-langkah untuk
menciptakan, dan memperkuat sistem pencegahan korupsi dengan melaporkan asset,
pendapatan, dan kekayaan yang dimiliki oleh pejabat publik yang memiliki posisi penting
(Chene, 2011).
The African Union Convention on Preventing and Combating Corruption mengadopsi
LHKPN pada tahun 2003, mengajak negara-negara anggotanya untuk mendorong pejabat
public di negaranya mendeklarasikan kekayaan yang dimiliki selama dan setelah masa
jabatannya usai. Standar Eropa terkait LHKPN tidak secara gambalang mengharuskan
LHKPN, namun negara-negara yang berniat untuk bergabung dengan Uni Eropa diharapkan
(secara implisit) telah mengadopsi langkah-langkah preventif dalam pemberantasan korupsi.
Secara de facto, LHKPN menjadi standard di negara-negara Uni Eropa (Chene, 2011).
3. Teladan dan pemimpin

Perbuatan pemimpin ditambah dengan kelemahan pemimpin dalam hal keteladanan


bisa menjadi pembenaran (rationalization) bagi staf untuk berbuat hal yang sama. Urumsah
et al. (2016) menjelaskan bahwa motivasi pelaku tindakan kecurangan (prepetrators)
didominasi oleh sifat yang rakus dan gaya hidup. Survei KPMG Malaysia (2014) menyatakan
bahwa salah satu faktor pemicu tindakan kecurangan 43% nya adalah kurangnya
keteladanan pemimpin organisasi. Kecenderungan pemimpin untuk melakukan tindakan
korupsi juga sesuai pada penelitian sebelumnya. Lokanan (2014), misalnya, menyebutkan
bahwa ketika keuntungan perusahaan menurun, banyak pemimpin memiliki kecenderungan
untuk berbuat kecurangan seperti manipulasi.
bahwa bersih tidaknya organisasi dari tindakan korupsi itu bermula dari pemimpin.
Pemimpin dalam organisasi adalah tokoh kunci yang mampu menghentikan tindakan
korupsi. Bila pemimpinnya bersih dari tindakan korupsi bisa diprediksi staf juga
mengikutinya. Hal ini berkaitan dengan pemimpin yang menjadi keteladanan dalam
organisasi. Bila secara umum pemimpin bisa menjadi teladan baik bagi stafnya, staf juga
menjadi baik. (
4. Pembuktian terbalik

Sistem pembuktian terbalik adalah salah satu bentuk extraordinary legal instrument
yang dibentuk unutk menangani masalah korupsi yang merajalela di Indonesia. Dalam
penjelasan UU No. 31 Tahun 1999 menjelaskan bahwa sistem pembuktian terbalik yang
digunakan adalah bersifat terbatas dan berimbang yakni, terdakwa mempunyai hak untuk
membuktikan bahwa ia tidak melakukan tindak pidana korupsi dan wajib memberikan
keterangan tentan seluruh harta bendanya, harta benda istrinya, atau suami, anak, dan
harta benda setipa orang atau korporasi yang diduga mempunyai hubungan dengan perkara
yang bersangkutan.
5. Hukuman yang berat

Beberapa kalangan mengatakan bahwa cara untuk memberantas korupsi yang paling
ampuh adalah dengan memberikan hukuman yang seberat-beratnya kepada pelaku korupsi.
Kepada pelaku yang terbukti telah melakukan korupsi memang tetap harus dihukum (diberi
pidana), namun berbagai upaya lain harus tetap terus dikembangkan baik untuk mencegah
korupsi maupun untuk menghukum pelakunya.
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tujuan pendidikan antikorupsi, tidak lain untuk membangun karakter jujur agar anak
tidak melakukan korupsi. Anak-anak juga dapat menjadi promotor pemberantas korupsi.
Karena itu, sejak usia dini generasi muda perlu ditanamkan mental antikorupsi serta nilai-
nilai yang baik
Dengan adanya Korupsi yang berdampak pada perekonomian menyumbang banyak
untuk meningkatnya kemiskinan masyarakat di sebuah negara. Dampak korupsi melalui
pertumbuhan ekonomi adalah kemiskinan absolut. Sementara dampak korupsi
terhadap ketimpangan pendapatan memunculkan kemiskinan relatif.
Sebagai kontrol sosial, mahasiswa dapat melakukan peran preventif
terhadap korupsi dengan membantu masyarakat dalam mewujudkan ketentuan dan
peraturan yang adil dan berpihak pada rakyat banyak, sekaligus mengkritisi peraturan yang
tidak adil dan tidak berpihak pada masyarakat.

B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Nyoman Serikat Putra Jaya. 2005. Tindak Pidana Korupsi, Kolusi dan Nepotisme di Indonesia.
Semarang: Badan Penerbit Undip. Hal. 2

Andi Hamzah, “Perbandingan Pemberantasan Korupsi di berbagai Negara”, Jakarta: Sinar Grafika
2005, hal 5

https://media.neliti.com/media/publications/117196-ID-mengintegrasikan-nilai-nilai-anti-
korups.pdf
https://cegahkorupsi.feb.ugm.ac.id/aspek-pencegahan-korupsi/
Martiman Prodjohamidjojo, op. cit. h.108

You might also like