You are on page 1of 9

PENGELOLAAN ZAKAT

Diajukan dan dibuat untuk memenuhi tugas Manajemen Zakat, Infaq, dan
Shadaqah (ZIS)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:

EVANIA AZALIA (2110402079)

WENA CAROLINA (2110402080)

DOSEN PEMBIMBING: IRWANTO, S.Sy., M.A

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KERINCI

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zakat bagi umat Islam merupakan suatu kewajiban yang memiliki
makna yang sangat fundamental. Selain berkaitan erat dengan aspek-aspek
ketuhanan,ekonomi dan sosial. Diantara aspek-aspek ketuhanan adalah
banyaknya ayat-ayatal-Qur’an menyebutkan masalah zakat, termaksud
diantaranya 27 ayat yang menyandingkan kewajiban zakat dengan
kewajiban shalat secara bersamaan.Sangat jelas dalam al-Qur’an dan hadis
mengenai kewajian zakat. Zakat dalamupaya pemecahan masalah-masalah
kemanusiaan, seperti masalah kemiskinan dankesenjangan sosial dalam
kepemilikan kekayaan. Maka dari itu perlunyamekanisme dalam
pengelolaa, pengempulan, pendistribusian dan pendayagunaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi dan zakat?
2. Bagaimana cara pengumpulan zakat?
3. Bagaimana administrasi zakat?
4. Bagaimana pendistribusian zakat?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui strategi dan zakat
2. Untuk mengetahui pengumpulan zakat
3. Untuk mengetahui administrasi zakat
4. Untuk mengetahui pendistribusian zakat
BAB II

PEMBAHASAN

1. Strategi Zakat
Strategi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Menurut Abu
Bakar dan Muhammad, ada empat tahap dalam strategi pengumpulan
zakat, infaq, dan shadaqah, yaitu sebagai berikut:
a. Penentuan segmen dan target Muzakki
Penentuan segmen dan target muzakki dimaksudkan untuk
memudahkan Amil melaksanakan tugas pengumpulan zakat. Amil
tidak langsung terlibat pada proses pengumpulan zakat tanpa
mengetahui peta muzakki secara jelas.
b. Penyiapan sumber daya dan sistem operasi
c. Membangun sistem komunikasi
d. Menyusun dan melakukan sistem pelayanan
2. Mekanisme Pengumpulan Zakat
Badan amil zakat nasional berkedudukan di ibukota negara.
wilayah operasional badan amil zakat adalah pengumpulan zakat pada
instansi pemerintah tingkat pusat, swasta nasional dan perwakilan republik
Indonesia di luar negeri. Badan amil zakat di semua tingkatan dapat
membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ), dalam pelaksanaan
pengumpulan zakat tidak dapat dilakukan paksaan terhadap muzakki
melainkan muzakki melakukan pertimbangan sendiri hartanya dan
kewajibannya berdasarkan hukum agama. Apabila tidak dapat menghitung
sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya, muzakki dapat minta bantuan
kepada badan amil zakat memberikan bantuan kepada muzakki atau badan
amil zakat memberikan bantuan kepada muzakki untuk menghitungnya.
Badan amil zakat di semua tingkatan dapat membentuk unit pengumpul
zakat (UPZ). UPZ tidak bertugas untuk menyalurkan dan
mendayagunakan zakat.
Lingkup kewenangan dalam pengumpulan zakat pada badan amil
zakat dalam operasionalnya, masing-masing bersifat independen dan
otonom sesuai tingkat kewilayahannya tetapi dimungkinkan mengadakan
koordinasi baik secara vertikal maupun horizontal agar tidak terjadi
tumpang tindih dalam pengumpulan dan penyaluran.
1. Badan Amil Zakat Nasional
2. Badan Amil Zakat Daerah Provinsi
3. Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten/Kota
4. Badan Amil Zakat Daerah Kecamatan
3. Administrasi Zakat
Dasar – dasar pertimbangan:
1. Undang-undang RI No. 38 Tahun 1999 Bab V pasal 16 ayat (2)
dijelaskan "Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat berdasarkan
skala prioritas mustahiq dan dapat dimanfaatkan untuk usaha
produktif". Pasal 17 menegaskan bahwa : "Hasil penerimaan infaq,
shadaqah, hibah, wasiat, waris dan kafarat sebagaimana dimaksud
dalam pasal 13 didayagunakan untuk usaha produktif".
2. Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Zakat Pasal pada masing-
masing daerah. Untuk Provinsi Sumatera Selatan Perda Nomor 6
Tahun 2005 pasal 10 menjelaskan bahwa : Hasil penerimaan Infaq,
Shadaqah, wasiat, waris dan kafarat didayagunakan terutama untuk
usaha yang produktif.
3. Zakat sebagaimana Rukun Islam yang merupakan kewajiban bagi
kelompok masyarakat, mampu memiliki implikasi individu dan
sosial. Untuk itu, sudah saatnya, zakat tidak semata dilihat dari
gugurnya kewajiban seseorang muslim yang berkewajiban
mengeluarkan zakat tersebut bagi kemaslahatan dan kesejahteraan
umat.
4. Hendaknya zakat diposisikan sebagai instrumen penting dalam
pemberdayaan ekonomi umat dan bangsa baik dalam skala kecil,
menengah maupun besar. Oleh karenanya kita perlu bersama-sama
mengubah pandangan mengenai zakat sebagai "dana bantuan" yang
semata-mata sebagai alat belas kasihan orang-orang kaya kepada
orang miskin.
5. Zakat, infaq dan shadaqah yang terkumpul melalui BAZ
didistribusian kepada yang berhak menerimanya dan dilakukan
sesuai dengan ketentuan hukum Islam.
6. Penyaluran dana yang terkumpul dapat bersifat konsumtif dan
dapat bersifat produktif dengan memperioritaskan mustahiq di
wilayahnya.
7. Khusus dana zakat disalurkan kepada 8 (delapan) asnaf dan dana
lainnya diprioritaskan untuk menunjang usaha produktif.
8. Pendistribusian dana zakat kepada 8 asnaf diatur sesuai persetujuan
Dewan Pertimbagan, misalnya :
a. Fakir/Miskin+ Riqab+ Gharimin : 50 %
b. Sabilillah + Muallaf : 25%
c. Ibnu Sabil : 12,5%
d. Amilin : 12,5%
9. Penyaluran DANA BAZ bersifat :
a. Bantuan sesaat (konsumtif), yaitu membantu mustahiq dalam
menyelesaikan atau mengurangi masalah yang sangat mendesak
atau darurat.
b. Bantuan Pemberdayaan (produktif), yaitu membantu mustahiq
untuk meningkatkan kesejahteraannya baik secara perorangan
maupun kelompok melalui program atau kegiatan yang
berkesinambungan.
10. Dana dari infaq, shadaqah, hibah dan kafarat didayagunakan untuk
usaha produktif.Sementara untuk wasiat dan waris didistribusikan
sesuai dengan permintaan daripemberi wasiat dan waris. Apabila
tidak ditentukan oleh pemberi wasiat, maka danakeduanya
didayagunakan untuk keperluan produktif.
11. Dana BAZ didistribusikan dengan persyaratan:
a. Hasil pendataan dan penelitian kebenaran mustahiq delapan
asnaf.
b. Mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya
memenuhi kebutuhan dasar secara ekonomi dan sangat
memerlukan bantuan.
12. Penyaluran BANTUAN DANA BAZ keluar wilayah kerjanya
terlebih dahulu mengadakan koordinasi dengan Badan Amil Zakat
yang berada diatasnya atau yangberada di wilayah tersebut.
4. Pendistribusian Zakat
Zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai dengan syariat
islam. Pendistribusian zakat, dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan
memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan, dan kewajiban.6 Setiap
badan amil zakat setelah mengumpulkan zakat, dana zakat yang telah
dikumpulkan wajib untuk disalurkan kepada yang berhak menerimanya
sesuai dengan ketentuan hukum Islam. Dalam pendistribusian dana zakat
kepada mustahiq ada tiga sifat antara lain:
1. Bersifat hibah (pemberian) dan memperhatikan skala prioritas
kebutuhan mustahiq di wilayah masing-masing.
2. Bersifat bantuan, yaitu membantu mustahiq dalam menyelesaikan atau
mengurangi masalah yang sangat mendesak/ darurat.
3. Bersifat pemberdayaan, yaitu membantu mustahiq untuk
meningkatkan kesejahteraannya, baik secara perorangan maupun
berkelompok melalui program atau kegiatan yang berkesinambungan,
dengan dana bergulir, untuk memberi kesempatan penerima lain yang
lebih banyak.

Adapun beberapa alasan yang menegaskan bahwa pendistribusian


zakat harus dilakukan melalui lembaga amil zakat, yakni dalam rangka
menjamin ketaatan pembayaran, menghilangkan rasa rikuh dan canggung
yang mungkin dialami oleh mustahiq ketika berhubungan dengan muzaki
(orang yang berzakat), untuk mengefisienkan dan mengefektifkan
pengalokasian dana zakat, dan alasan caesoropapisme yang menyatakan
ketidakterpisahan antara agama dan negara, karena zakat juga termasuk
urusan negara. Selain itu, juga untuk menegaskan bahwa Islam bukanlah
agama yang menganut prinsip sekularisme, dimana terdapat perbedaan
antara urusan agama dan juga urusan Negara.

Dalam QS.At-Taubah (9): 60 telah dijelaskan tentang orang-orang


yang berhak mendapatkan zakat, adapun delapan kelompok yang berhak
memperoleh zakat, terjemahnya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah
untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat,
para mu ́allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-
orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(Q.S At-Taubah/9:60).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Zakat yang diperuntukkan bagi fakir miskin dan mustahiq lainnya, sebagai
tanda syukur atas nikmat Allah dan untuk mendekatkan diri kepada-Nya
serta untuk membersihkan diri dan hartanya sebagaimana diketahui bahwa
zakat adalah salah satu sumber pemasukan keuangan Negara (Negara
Islam). Berbeda dengan di Indonesia ini, pada umumnya anggota
masyarakat langsung menyerahkan zakatnya kepada yang berhak,
walaupun sudah mulai berjalan peenyerahan zakat kepada BAZIS (Badan
Amil Zakat, Infaq dan Sedekah). Pada akhir-akhir ini yang pada umumnya
di Indonesia sudah dibentuk Badan Amil Zakat (BAZ) baik tingkat pusat,
tingkat propinsi dan tingkat kabupaten/kota dan bahkan tingkat kecamatan
DAFTAR PUSAKA

http://digilib.uin-suka.ac.id

http://sumsel.kemenag.go.id

You might also like