You are on page 1of 9

39

Jurnal Ekonomi Regional Unimal, Volume 05 no 1 2022


E-ISSN : 2615-126X
URL:http://ojs.unimal.ac.id/index.php/ekonomiregional

PENGARUH INFLASI, JUMLAH PENDUDUK DAN PERTUMBUHAN


EKONOMI TERHADAP KETIMPANGAN PENDAPATAN
DI PROVINSI ACEH
*a
Sri Wahyuni*bDevi Andriyani
*Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh
a Corresponding author: deviandriyani@unimal.ac.id

A R T I C L E I N F O R M A T I O NA B S T R A C T

Keywords: This study analyzed the effect of inflation, population, and economic
Inflation, Total Population, growth on income inequality in Aceh province using data from 2005-
Economic Growth, and Income 2019. The data analysis method used was multiple linear regression
Inequality analysis methods. The results showed that inflation had a positive and
insignificant effect on income inequality in Aceh Province. The
population had a positive and significant effect on income inequality in
Aceh Province. Meanwhile, economic growth had a negative and
insignificant effect on income inequality in Aceh Province. The results
of the f-test showed that inflation, population, and economic growth
significantly influenced income inequality. Meanwhile, the results of R2
showed that the ability of the independent variables to the dependent
variable was 47.55%, while the other 52.45% were influenced by
variables outside of this study.

1. PENDAHULUAN daerah. Oleh karena itu pembangunan ekonomi


Masalah besar yang umumnya sering yang tinggi di suatu daerah harus mampu dirasakan
dihadapi oleh negara-negara berkembang oleh seluruh masyarakatnya sehingga tidak
termasuk Indonesia adalah kesenjangan ekonomi menimbulkan ketimpangan distribusi pendapatan.
atau ketimpangan distribusi pendapatan antara Menurut Badan Pusat Statistik alat ukur yang
kelompok masyarakat yang berpendapatan tinggi digunakan untuk mengetahui tingkat kesenjangan
dengan kelompok masyarakat berpendapatan pendapatan suatu daerah adalah dengan melihat
rendah. koefisien gini. Suatu daerah ketika nilai koefisien
Masalah ketimpangan pendapatan tidak gini mendekati 0 maka daerah tersebut semakin
hanya dihadapi oleh negara sedang berkembang, merata. Sebaliknya, ketika nilai koefisien gini suatu
namun negara maju sekalipun tidak terlepas dari daerah mendekati 1 berarti bahwa daerah tersebut
permasalahan ini. Perbedaannya terletak pada semakin timpang. Apabila suatu daerah memiliki
proporsi atau besar kecilnya tingkat ketimpangan nilai koefisien gini lebih dari 0.4 sehingga
yang terjadi, serta tingkat kesulitan mengatasinya menunjukkan bahwa ketimpangan pendapatan di
yang dipengaruhi oleh luas wilayah dan jumlah daerah tersebut termasuk tinggi.
penduduk (Damanik et al., 2018). Salah satu penyebab ketimpangan atau
Ketimpangan pendapatan akan ketidakmerataan distribusi pendapatan adalah
memunculkan dampak lanjutan yang dapat inflasi dimana pendapatan uang bertambah tetapi
menghambat kelangsungan pembangunan. tidak diikuti secara proposional dengan
Menurut Smith & Todaro (2003) mengungkapkan pertambahan produksi barang secara umum (Irma
bahwa ketimpangan distribusi pendapatan yang Adelman dan Chynthia Taft Morris dalam Arsyad,
tidak merata akan menimbulkan inefisiensi 2004). Lonjakan inflasi yang terlalu tinggi dan
ekonomi, melemahnya solidaritas dan stabilitas tidak diimbangi oleh pemerataan ekonomi akan
sosial serta menyebabkan alokasi aset tidak tetap. memperluas kemiskinan, meningkatnya tingkat
Ketimpangan distribusi pendapatan menyebabkan pengangguran, penurunan kesejahteraan dan
berbagai dampak terhadap perekonomian suatu meningkatkan ketimpangan pendapatan.
40

Kondisi ketimpangan distribusi Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa


pendapatan juga tidak bisa dilepaskan dari perkembangan ketimpangan pendapatan yang
keadaan demografis dan ketenagakerjaan, diukur dengan Gini Rasio di Provinsi Aceh
sedangkan penduduk adalah salah satu penyebab mengalami fluktuasi setiap tahunnya, hal ini
meningkatnya ketimpangan distribusi diakibatkan karena tidak meratanya persebaran
pendapatan. Penduduk dapat memberikan efek pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota di
yang tidak baik terhadap ketimpangan, akan Provinsi Aceh. Akan tetapi pada tahun 2008-2009
tetapi hal ini tidak akan menimbulkan masalah angka gini rasio tetap yaitu sebesar 0,301% artinya
jika mampu menekan dan mengupayakan tingkat pada tahun tersebut tidak mengalami fluktuasi.
pengangguran yang rendah, sehingga Inflasi di Provinsi Aceh tertinggi terjadi
ketimpangan diharapkan akan dapat berkurang. pada tahun 2005 yakni sebesar 34,88%, sebagai
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu dampak langsung dari bencana tsunami yang
indikator keberhasilan pembangunan di setiap melanda sebagian besar daerah yang ada di Provinsi
negara. Upaya pemerintah dalam meningkatkan Aceh, terutama di daerah perkotaan seperti Kota
tingkat kesejahteraan masyarakatnya tercemin Banda Aceh, dan Meulaboh. Kejadian ini
dari pertumbuhan ekonomi yang dapat dicapai. menyebabkan terjadinya kelangkaan barang
Semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi maupun jasa.
maka semakin baik tingkat kesejahteraan Sedangkan tahun 2006 inflasi di Provinsi
masyarakat. Aceh turun drastis menjadi 9,98%, hal ini terjadi
Pertumbuhan ekonomi yang cepat belum akibat adanya berbagai macam bantuan baik barang
tentu dapat terjadi keberhasilan dalam maupun jasa yang masuk ke wilayah Provinsi Aceh
pembangunan. Justru pertumbuhan ekonomi yang baik berasal dari dalam negeri maupun luar negari.
cepat akan berdampak terhadap ketimpangan dan Kemudian tahun-tahun berikutnya yakni tahun
distribusi pendapatan, karena sejatinya 2007-2019 inflasi di Provinsi Aceh cenderung
pertumbuhan ekonomi tidak selalu diikuti dengan mengalami fluktuasi. Sedangkan inflasi terendah
pemerataan. Perkembangan gini rasio, inflasi, terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 0,22%.
jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi di Kemudian jumlah penduduk terus menerus
Provinsi Aceh dapat dilihat pada tabel berikut ini: mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yaitu di
tahun 2005 sebesar 4.031.589 jiwa dan mengalami
Tabel 1.1 peningkatan sehingga pada tahun 2019 mencapai
Perkembangan Gini Rasio, Inflasi, Jumlah 5.371.532 jiwa.
Penduduk dan Laju Pertumbuhan PDRB Atas Begitu juga dengan pertumbuhan ekonomi di
Dasar Harga Konstan di Provinsi Aceh Tahun Provinsi Aceh mengalami fluktuasi setiap
2005-2019 tahunnya. Pertumbuhan ekonomi paling tinggi yaitu
pada tahun 2018 sebesar 4,61 persen, yang berarti
Gini Jumlah Pertumb bahwa pada tahun 2018 tingkat kesejahteraan
Tahun Rasio Inflasi Penduduk uhan masyarakat juga akan semakin membaik.
(%) (%) ( Jiwa) Ekonomi Kemudian pertumbuhan ekonomi paling rendah
(%) terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar -10,12%.
2005 0,327 34,88 4.031.589 -10,12 Dari uraian permasalahan diatas yang telah
2006 0,299 9,98 4.153.573 1,56 peneliti paparkan maka peneliti tertarik untuk
2007 0,274 9,41 4.223.833 -2,36 mendalami permasalahan tersebut dengan judul
2008 0,301 11,92 4.293.915 -5,24 penelitian “Pengaruh Inflasi, Jumlah Penduduk
2009 0,301 3,72 4.363.477 -5,51 Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap
2010 0,294 5,86 4.523.144 1,29 Ketimpangan Pendapatan di Provinsi Aceh”.
2011 0,302 3,43 4.619.033 3,28 Penulisan ini bertujuan untuk memberikan
2012 0,326 0,22 4.715.108 3,85 gambaran tentang pengaruh inflasi, jumlah
2013 0,305 7,31 4.811.133 2,61 penduduk dan pertumbuhan ekonomi terhadap
2014 0,320 8,09 4.906.835 1,55 ketimpangan pendapatan di provinsi aceh sehingga
2015 0,330 1,53 5.001.953 -0,73 diharapkan bisa menjadi gambaran bagi pemerintah
2016 0,333 3,95 5.096.248 3,29 dalam membuat kebijakan terkait upaya dalam
menurunkan angka ketimpangan pendapatan di
2017 0,329 4,25 5.189.466 4,18
Provinsi Aceh.
2018 0,325 1,84 5.281.314 4,61
Penelitian terdahulu yang pernah meneliti
2019 0,319 1,69 5.371.532 4,15
hal yang hampir serupa terdiri dari Susi Lestari
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh
41

(2016), Radi Negara (2011), Dea Fajar Ayu, dkk, tahun tertentu dibandingkan dengan pendapatan
(2019), Nurlina & T.Muhammad Iqbal Chaira nasional riil pada tahun sebelumnya.
(2017), Dewa Ayu Dwi Gita Pramesti & I Menurut Jhingan (2014) para ahli ekonomi
Nyoman Mahaendra Yasa (2019) yang mana menganggap faktor produksi sebagai kekuatan
hampir keseluruhan penelitian tersebut utama yang mempengaruhi pertumbuhan. Beberapa
berkenaaan dengan variabel yang juga diteliti faktor ekonomi yang turut mempengaruhi
dalam penelitian ini. pertumbuhan ekonomi yaitu sebagai berikut : (1)
Sumber Alam. (2) Akumulasi Modal. (3)
2. TINJAUAN TEORITIS Organisasi. (4) Kemajuan Teknologi. (5)
Pembagian Kerja dan Skala Produksi. (6) Produk
Ketimpangan Pendapatan
Domestik Regional Bruto Perkapita. (7) Jumlah
Menurut Todaro & Smith (2006)
penduduk
ketimpangan pendapatan merupakan terdapatnya
perbedaan pendapatan yang diterima atau
Kerangka Konseptual
dihasilkan oleh masyarakat sehingga
Adapun Kerangka Pemikiran yang dimaksud
mengakibatkan tidak meratanya distribusi
adalah sebagai berikut :
pendapatan nasional di antara masyarakat.
Menurut Sukirno (2013) untuk mengukur
ketimpangan pendapatan, digunakan katagorisasi
antara lain: kurva lorenz, koefisien gini dan
Inflasi (X1)
kriteria Bank Dunia. H1

Inflasi
Menurut Sukirno (2013) inflasi adalah Jumlah H2 Ketimpangan
suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku Penduduk (X2) Pendapatan
dalam suatu perekonomian. H3 (Y)
Menurut Putong (2002) Inflasi dibedakan
atas tiga jenis, antara lain: (1) Berdasarkan Pertumbuhan
sifatnya, Inflasi dibagi menjadi empat kategori Ekonomi (X3)
utama, yaitu: Inflasi rendah, Inflasi menengah,
Inflasi berat, dan Inflasi sangat tinggi. (2)
H4
Berdasarkan penyebabnya inflasi dibagi menjadi
dua yaitu: Demand Pull Inflation dan Cost push
inflation. (3) Berdasarkan asalnya inflasi dibagi Gambar 2.1
menjadi dua yaitu: Inflasi yang berasal dari dalam Kerangka Konseptual
negeri dan Inflasi yang berasal dari luar negeri.
Keterangan:
Jumlah Penduduk = Uji secara parsial
Penduduk merupakan semua orang yang
berdomisili di wilayah geografis Republik = Uji secara simultan
Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau
mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan Kerangka konseptual pada gambar di atas
tetapi bertujuan untuk menetap (BPS, 2019). menjelaskan pengaruh inflasi, jumlah penduduk
Menurut Ajie (2008) ada beberapa faktor dan pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan
yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, pendapatan. Penelitian ini di uji dengan dua
yaitu:Fertilitas (Kelahiran). (2) Mortalitas pengujian yaitu uji t (parsial) adalah pengujian
(Kematian). dan (3) Migrasi. untuk melihat seberapa pengaruh masing-masing
variabel bebas secara individu terhadap variabel
Pertumbuhan Ekonomi terikat. Uji F (simultan) adalah pengujian untuk
Menurut Sukirno (2013) pertumbuhan melihat seberapa berpengaruh semua variabel bebas
ekonomi merupakan perkembangan kegiatan secara serentak terhadap variabel terikat.
ekonomi dari waktu ke waktu dan menyebabkan
pendapatan nasional rill berubah. Tingkat Hipotesis
pertumbuhan ekonomi menunjukkan persentase Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap
kenaikan pendapatan nasional riil pada suatu masalah penelitian. Hipotesis alternatif dalam
penelitian ini adalah:
42

1. Diduga inflasi berpengaruh positif dan b. Jumlah penduduk adalah kesuluruhan


signifikan terhadap ketimpangan pendapatan jumlah manusia yang menempati suatu
di Provinsi Aceh. wilayah tertentu. Data yang digunakan dari
2. Diduga jumlah penduduk berpengaruh positif tahun 2005-2019 yang di peroleh dari BPS
dan signifikan terhadap ketimpangan Provinsi Aceh dengan satuan jiwa.
pendapatan di Provinsi Aceh. c. Pertumbuhan Ekonomi adalah proses
3. Diduga pertumbuhan ekonomi berpengaruh kenaikan output perkapita yang terus
negatif dan signifikan terhadap ketimpangan menerus dalam jangka panjang. Data yang
pendapatan di Provinsi Aceh. digunakan adalah laju Pertumbuhan PDRB
ADHK dalam satuan (%) dari tahun 2005-
3. METODE PENELITIAN 2019 yang di peroleh dari BPS pusat dan
Objek dan Lokasi Penelitian BPS Provinsi Aceh.
Objek dari penelitian ini adalah Inflasi,
Jumlah penduduk, Pertumbuhan Ekonomi dan Metode Analisa Data
Ketimpangan Pendapatan. Dalam penelitian ini Metode analisis data yang digunakan dalam
lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian penelitian ini yaitu analisis Regresi Linear
adalah di Provinsi Aceh. Berganda yaitu untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh variabel bebas yaitu inflasi, jumlah
Sumber Data penduduk dan pertumbuhan ekonomi terhadap
Penelitian ini menggunakan data variabel terikat yaitu ketimpangan pendapatan.
sekunder. Data sekunder merupakan data yang Metode ini menggunakan alat analisis regresi
telah dikumpulkan dan telah menjadi Ordinary Least Square (OLS) dengan Eviews 10.
dokumentasi. Data dalam penelitian ini dipeoleh Model yang digunakan adalah sebagai berikut:
dari Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh, data
yang dikumpulkan meliputi data Inflasi, Jumlah Y = α + β₁X1+ β₂ X2+ β₃ X3 + ei
Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi dan Keterangan :
Ketimpangan Pendapatan di Provinsi Aceh Tahun Y = ketimpangan pendapatan (Gini Rasio)
2005-2019. X1 = inflasi
X2 = jumlah penduduk
Teknik Pengumpulan Data X3 = pertumbuhan ekonomi
Dalam penelitian ini pengumpulan data ei = Standar Eror
dilakukan melalui studi pustaka. Sedangkan α = Intersep
penelitian ini teknik pengumpulan data di peroleh β1.2.3 = Koefisien Regresi
dari Badan Pusat Stastistik Provinsi Aceh yang
berupa data dari kurun waktu 2005-2019. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji
Definisi Operasionalisasi Variabel apakah dalam model regresi, variabel dependen dan
Bentuk Operasioanl dari variabel-variabel variabel idependen mempunyai distribusi normal
yang digunakan dalam penelitian ini jabarkan atau tidak. Normalitas dapat diuji dengan beberapa
sebagai berikut: metode, salah satunya dengan Jarque-Bera (JB
1. Variabel Dependen Test). Uji ini dilakukan dengan membandingkan
Ketimpangan pendapatan adalah suatu probabilitas Jarque-Bera (JB) hitung dengan tingkat
kondisi dimana distribusi pendapatan yang alpha 0,05 (5%). Apabila Probabilitas JB hitung
diterima masyarakat tidak merata. Data yang lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan
digunakan untuk mengukur ketimpangan bahwa residual terdistribusi normal dan sebaliknya,
pendapatan adalah gini rasio dalam satuan apabila niainya lebih kecil maka tidak cukup bukti
persen (%) data dari tahun 2005-2019 yang untuk menyatakan bahwa residual berdistribusi
di peroleh dari BPS Provinsi Aceh. normal.
2. Variabel Idependen
a. Inflasi adalah kenaikan harga barang dan Pengujian Asumsi Klasik
jasa secara umum dan terus menerus Uji Multikolinearitas
dalam periode tertentu di Provinisi Aceh Uji multikolinearitas yang bertujuan
dalam kurun waktu tahun 2005-2019 menguji apakah model regresi ditemukan korelasi
dengan satuan (%). antar variabel independen. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
43

independen. Untuk menguji masalah Tabel 3.1


multikolinearitas dapat melihat matriks korelasi Interval nilai koefisien kolerasi dan kekuatan
dengan meregresi semua variabel bebas, jika hubungan
terjadi koefisien korelasi lebih dari 0,80 maka Nilai Korelasi Tingkat Hubungan
terdapat multikolinearitas (Gujarati, 2003). 0,00 - 0,19 Sangat rendah
0,20 - 0,39 Rendah
Uji Autokorelasi 0,40 - 0,59 Sedang
Autokorelasi merupakan gejala terjadinya 0,60 - 0,79 Kuat
hubungan antara variabel bebas atau berkorelasi 0,80 - 1,00 Sangat Kuat
sendiri. Salah satu cara yang digunakan untuk Sumber: Sugiyono (2015)
mendeteksi autokorelasi adalah dengan uji
Breusch – Godfrey Serial Correlation LM Test. Pengujian Hipotesis
Apabila obs*R-square > Chi-square pada α :5%, Uji Parsial (uji t)
maka dalam model tersebut ada indikasi Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa
Autokorelasi. Bila obs*R-square < Chi-square jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual
tabel pada α :5%, maka model tersebut sudah dalam menerangkan variasi variabel terikat
terbebas dari indikasi autokorelasi (Gujarati, 2009). Pengambilan keputusan
berdasarkan apabila nilai p-value < taraf
Uji Heterokedastisitas signifikansi 5% dapat disimpulkan terdapat
Uji hetroskedastisitas yang bertujuan pengaruh yang signifikan dari masing-masing
menguji apakah dalam model regresi terjadi variabel bebas terhadap variabel terikat.
ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Model Uji Simultan (uji F)
regresi yang baik adalah yang bebas dari gejala Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah
heteroskedastisitas. Pengujian masalah keseluruhan variabel independen berpengaruh
heteroskedastisitas dilakukan dengan secara bersama-sama terhadap variabel dependen
menggunakan Heteroscedasticity Test (Gujarati (Gujarati, 2009). Dasar pengambilan keputusan
,2012). Jika nilai probabilitas Obs*Rsquared dengan menggunakan taraf signifikansi 5%.
lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi Apabila nilai prob F < taraf signifikansi 5% dapat
heteroskedastisitas. disimpulkan bahwa variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
Uji Determinasi (R2) variabel dependen.
Koefisien Determinasi (R²) bertujuan
untuk mengetahui seberapa jauhkah variabel 4. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
independen dapat menerangkan dengan baik atau Estimsi Regresi Linier Berganda
seberapa besar sumbangannya terhadap variasi Hasil analisis regresi linear berganda dalam
variabel dependen. Nilai R² berkisar antara nol penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
sampai dengan satu. Semakin besar R² semakin
baik modelnya. Nilai R² kecil berarti kemampuan Tabel 4.1
variabel independen dalam menjelaskan variabel Hasil Regresi Linear Berganda
dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati
satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen (Kuncoro, 2009).

Analisis Koefisien Korelasi (R)


Menurut Misbahuddin & Hasan (2013)
koefisien kolerasi (KK) merupakan indeks atau
bilangan yang digunakan untuk mengukur derajat
hubungan, yang meliputi kekuatan bilangan dan
bentuk/arah hubungan.

Sumber: Eviews 10 Data Diolah 2021


44

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas maka Berdasarkan gambar 4.2 diatas maka dapat
diperoleh persamaan regresinya sebagai berikut: dilihat bahwa nilai probabilitas Jarque- Bera
Y= -2.772107 + 0.001092 X1 + 0.200313 X2 - adalah sebesar 0.997985 > 0,05 Dari hasil ini dapat
0.000690 X3 + e. Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini
diinterpretasikan sebagai berikut: berdistribusi normal.
1. Dari persamaan diatas diperoleh nilai
konstanta sebesar -2.772107, artinya jika Hasil Uji Asumsi Klasik
inflasi, jumlah penduduk dan pertumbuhan Hasil Uji Multikolinearitas
ekonomi nilainya 0, maka ketimpangan Berikut hasil pengujian multikolinearitas yang
pendapatan di Provinsi Aceh yaitu sebesar - dapat di lihat pada tabel 4.2 dibawah ini:
2.772107%.
2. Koefisien variabel inflasi adalah sebesar Tabel 4.2
0.001092, hal ini menunjukkan hubungan Uji Multikolinearitas
yang positif yang berarti jika variabel jumlah X1 LOG(X2) X3
penduduk dan pertumbuhan ekonomi X1 1 -0.6551 -0.7602
nilainya tetap sedangkan inflasi meningkat LOG -0.6551 1 0.7528
sebesar 1% maka ketimpangan pendapatan (X2)
akan meningkat sebesar 0.001092%. X3 -0.7602 0.7528 1
3. Koefisien variabel jumlah penduduk adalah Sumber: Eviews 10 Data Diolah 2021
sebesar 0.200313, hal ini menunjukkan
hubungan yang positif yang berarti jika Berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat
variabel inflasi dan pertumbuhan ekonomi disimpulkan bahwa pengaruh X1 terhadap variabel
nilainya tetap sedangkan variabel jumlah X2 adalah sebesar -0.6551, sedangkan pengaruh
penduduk meningkat sebesar 1% maka variabel X1 terhadap variabel X3 sebesar -0.7602
ketimpangan pendapatan akan meningkat dan pengaruh variabel X2 terhadap variabel X3
sebesar 0.200313%. adalah sebesar 0.7528 dari hasil tersebut dapat
4. Koefisien variabel pertumbuhan ekonomi disimpulkan bahwa semua nilai matrik korelasi
adalah sebesar -0.000690, hal ini antar variabel bebas < 0.80 maka dalam model ini
menunjukkan hubungan yang negatif yang tidak ada indikasi multikolinearitas.
berarti jika variabel inflasi dan jumlah
penduduk nilainya tetap sedangkan variabel Hasil Uji Autokorelasi
pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar Berikut hasil pengujian autokorelasi yang
1% maka ketimpangan pendapatan akan dapat di lihat pada tabel 4.3 dibawah ini:
mengalami penurunan sebesar 0.000690%.
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Uji Autokorelasi
Hasil pengolahan data dari uji normalitas
dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
5
Series: Residuals
Sample 2005 2019
4 Observations 15
Sumber: Eviews 10 Data Diolah 2021
Mean -1.29e-15
3 Median -0.001324
Maximum 0.022450
Berdasarkan tabel 4.3 diatas maka dapat
2
Minimum -0.021829 disimpulkan bahwa dari hasil perolehan nilai P-
Std. Dev. 0.010963
Skewness -0.008021 value Obs*R-Squared sebesar 0.0434 maka tidak
1
Kurtosis 2.921283 ditemukan masalah pada autokorelasi, hal ini
Jarque-Bera 0.004034 dikarenakan P-value Obs*R-Squared sebesar
Probability 0.997985
0
-0.02 -0.01 0.00 0.01 0.02
0.0434 > 0.01, maka dalam penelitian ini tidak
terdapat masalah autokorelasi.
Sumber: Eviews 10 Data Diolah 2021
Gambar 4.1 Hasil Uji Heterokedastisitas
Uji Normalitas Berikut hasil pengujian heterokedastisitas
yang dapat di lihat pada tabel 4.4 dibawah ini:
45

Tabel 4.4 prob 0.0040 lebih kecil dari nilai signifikan 5%


Uji Heteroskedastisitas (0.0040 < 0,05). Sedangkan untuk variabel
pertumbuhan ekonomi (X3) tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap ketimpangan
pendapatan, nilai probabilitasnya sebesar 0.6212
hal ini ditunjukkan karena nilai probnya lebih besar
dari tingkat signifikan 5% (0.6212 > 0.05).
Sumber: Eviews 10 Data Diolah 2021
Hasil Uji Simultan (Uji F)
Berdasarkan hasil heteroskedastisitas pada Pengujian simultan di gunakan untuk
tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari hasil regresi melihat pengaruh inflasi, jumlah penduduk dan
diperoleh nilai prob Obs*R-squared sebesar pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan
0.7031 maka model regresi ini tidak mengalami pendapatan di Provinsi Aceh. Berdasarkan hasil uji
gejala heteroskedastisitas hal ini dilihat dari nilai F dapat disimpulkan bahwa nilai Fhitung sebesar
prob Obs*R-squared 0.7031 > 0,05. 5.230732 dengan probabilitas sebesar 0.017364,
sedangkan Ftabel pada df = (k-1) (n-k) = (4-1) (15-4)
Hasil Koefisien Determinasi (R2) = (3) (11) yaitu sebesar 3.59 dari α = 5%, maka
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas hasil uji nilai F-hitung > F-tabel dimana nilainya sebesar
Koefisien determinasi R2 maka dapat dilihat dari 5.230732 > 3.59 hal ini menunjukkan bahwa secara
nilai Adjusted R-squared yaitu sebesar 0,475502 bersama-sama variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen.
hal ini menunjukkan bahwa variabel independen
secara bersama-sama mampu memberi penjelasan Pembahasan
mengenai variabel dependen sebesar 47,55%, Pengaruh inflasi terhadap ketimpangan
sedangkan 52,45% lainnya dipengaruhi oleh pendapatan
variabel diluar penelitian ini. Dari hasil pengujian diatas dapat dilihat
bahwa variabel inflasi berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap ketimpangan pendapatan di
Hasil Uji Koefisien Korelasi
Provinsi Aceh. Inflasi yang tinggi akan
Koefisien Korelasi (R) dapat diperoleh menyebabkan ketimpangan semakin tinggi dan
dari R =√𝑅2 = √0,587895 = 0,7667. Jadi sebaliknya. Pernyataan ini didukung dari hasil
hubungan antara inflasi, jumlah penduduk, dan penelitian Negara (2011), namun dengan satu syarat
pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan bahwa ketika inflasi yang tinggi akan menyebabkan
pendapatan berpengaruh kuat secara positif, ketimpangan pendapatan semakin tinggi jika
karena nilai korelasi sebesar 76,67% sangat kuat kondisi awal inflasi negara tersebut tinggi, maka
secara positif, karena nilai korelasi sebesar 76,67 pengaruhnya menjadi positif.
mendekati (+1). Sedangkan apabila kondisi awal inflasi
tersebut rendah maka inflasi yang meningkat justru
Hasil Pengujian Hipotesis akan mengurangi ketimpangan pendapatan
sehingga pengaruhnya terhadap ketimpangan
Hasil Uji Parsial (Uji t)
distribusi pendapatan negatif. Agar pengaruhnya
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial terhadap ketimpangan distribusi pendapatan
pada tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa : negatif, maka inflasi yang ada tidak boleh melebihi
Variabel inflasi (X1) tidak berpengaruh angka 17,31%. Sedangkan di Provinsi Aceh kondisi
secara signifikan terhadap variabel ketimpangan awal inflasi pada tahun 2005 mencapai 34,88%
pendapatan, nilai probabilitas yaitu sebesar maka inflasi berpengaruh positif terhadap
0.1045 hal ini ditunjukkan karena nilai probnya ketimpangan pendapatan di Provinsi Aceh.
lebih besar dari tingkat signifikan 5% (0.1045 > Pengaruh jumlah penduduk terhadap
0.05). ketimpangan pendapatan
Untuk variabel jumlah penduduk (X2) Dari hasil pengujian diatas dapat dilihat
dari hasil pengujian diatas dapat dilihat bahwa bahwa variabel jumlah penduduk berpengaruh
jumlah penduduk berpengaruh signifikan positif dan signifikan terhadap ketimpangan
terhadap ketimpangan pendapatan karena nilai t- pendapatan di Provinsi Aceh. Hal ini dibuktikan
hitung > t-tabel (3.617534>1.79588) atau nilai dalam penelitian yang dilakukan oleh Lestari
46

(2016) menyebutkan bahwa jumlah penduduk Saran


berpengaruh positif dan signifikan terhadap Adapun saran yang dapat diberikan peneliti
ketimpangan pendapatan di daerah Provinsi Jawa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Timur. 1. Bagi Pemerintah Aceh dapat menjadi bahan
Hal ini dikarenakan peningkatan jumlah masukan dalam membuat kebijakan guna
penduduk suatu daerah tidak disertai dengan menurunkan angka ketimpangan pendapatan di
pengembangan kualitas SDM sehingga akan Provinsi Aceh.
menyebabkan persaingan dalam memperoleh 2. Pemerataan distribusi pendapatan dengan
lapangan pekerjaan semakin ketat sehingga akan tujuan mencapai kesejahteraan pada seluruh
menyebabkan pengangguran dan semakin besar golongan masyarakat menjadi tujuan utama
tingkat ketimpangan pendapatan (Arif & dalam proses pembangunan ekonomi. Sehingga
Wicaksani, 2017). pemerintah daerah maupun pusat harus
bersinergi dalam melaksanakan tahap-tahap
Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap untuk mencapai pembangunan yang merata.
ketimpangan pendapatan 3. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan untuk
Dari hasil pengujian diatas dapat dilihat menambahkan variabel lainnya yang
bahwa variabel pertumbuhan ekonomi mempengaruhi katimpangan pendapatan.
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
ketimpangan pendapatan di Provinsi Aceh artinya DAFTAR PUSTAKA
semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka
ketimpangan pendapatan di provinsi Aceh akan Ajie, Musliadi, & Umar. (2008). Pengantar Studi
mengalami penurunan. Hal ini dibuktikan dalam Kependudukan. Pena.
penelitian yang dilakukan oleh Nurlina & Chaira Arif, M., & Wicaksani, R. A. (2017). Ketimpangan
(2017) bahwa pertumbuhan ekonomi Pendapatan Propinsi Jawa Timur dan Faktor-
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap faktor yang Mempengaruhinya. University
distribusi pendapatan di Provinsi Aceh. Research Colloquium, 323–328.
Pertumbuhan hanya akan mengurangi Arsyad, L. (2004). Ekonomi Pembangunan.
ketimpangan ditahap awal pembangunan, untuk Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ykpn.
tahap berikutnya pertumbuhan yang meningkat Badan Pusat Statistik. (2019). Provinsi Aceh Dalam
tidak beriringan dengan pemerataan Angka 2019: Provinsi Aceh: Badan Pusat
pembangunan yang merata. Sehingga ketika Statistik Aceh
pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan Damanik, A. M., Zulgani, & Rosmeli. (2018).
maka tidak akan memberikan pengaruh apapun Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
terhadap ketimpangan. Ketimpangan Pendapatan Melalui
Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Jambi. E-
5. PENUTUP Jurnal Perspektif Ekonomi Dan Pembangunan
Kesimpulan Daerah, 7(1), 15–25.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat Gujarati, D. (2003). Ekonometrika Dasar. Penerbit
disimpulkan sebagai berikut: Erlangga.
1. Inflasi berpengaruh positif dan tidak Gujarati, D., & Porter., D. (2009). Dasar-Dasar
signifikan terhadap ketimpangan di Provinsi Ekonometrika Jilid 1. Erlangga.
Aceh artinya inflasi yang tinggi akan Gujarati, D., & Porter., D. (2012). Dasar-Dasar
menyebabkan ketimpangan pendapatan Ekonometrika Buku 1. Salemba Empat.
semakin tinggi jika kondisi awal inflasi Jhingan, M. L. (2014). Ekonomi Pembangunan Dan
negara tersebut tinggi. Perencanaan. Rajawali Pers.
2. Jumlah penduduk berpengaruh positif dan Kuncoro, M. (2009). Metode Riset Untuk Bisnis &
signifikan terhadap ketimpangan di Provinsi Ekonomi. Penerbit Erlangga.
Aceh artinya ketika jumlah penduduk Lestari, S. (2016). Faktor-Faktor yang
semakin bertambah maka ketimpangan Mempenagruhi Ketimpangan Pendapatan di
pendapatan akan meningkat. Jawa Timur Tahun 2008-2012. 1–7.
3. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/12
dan tidak signifikan terhadap ketimpangan di 3456789/73804/SUSI
Provinsi Aceh artinya ketika pertumbuhan LESTARI.pdf?sequence=1
ekonomi meningkat maka ketimpangan Misbahuddin, & Hasan, I. (2013). Analisis Data
pendapatan akan mengalami penurunan. Dengan Statistik. Pt Bumi Aksara.
47

Negara, R. (2011). Analisis Pengaruh Kondisi


Inflasi Terhadap Ketimpangan Distribusi
Pendapatan Pada Negara Berkembang. Ilmu
Ekonomi Studi Pembangunan.
Nurlina, & Chaira, T. M. I. (2017). Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Distribusi
Pendapatan. 1(2), 174–182.
Putong, I. (2002). Pengantar Ekonomi Mikro Dan
Makro. Ghalia Indonesia.
Sugiyono. 2015. Statistik Untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta
Smith, S. C., & Todaro, M. P. (2003).
Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga
(Edisi Kede). erlangga.
Sukirno, Sadono. (2013). Makroekonomi Teori
Pengantar Edisi Ketiga. Rajawali Pers.
Todaro, M. P., & Smith, S. C. (2006).
Pembangunan Ekonomi Edisi ke Sembilan.
Erlangga.

You might also like