You are on page 1of 7

HUBUNGAN JUMLAH LEUKOSIT DENGAN NILAI LAJU ENDAP

DARAH PADA PASIEN TUBERKULOSIS BTA POSITIF

Manuscript

Oleh :

Frengki Robert Bili

G1C011017

PROGAM D-IV ANALIS KESEHATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2017

http://repository.unimus.ac.id
*Corresponding Author:
Frengki Robert Bili
Laboratorium Patologi Klinik, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Semarang, Semarang Indonesia 50273
E-mail: frengkirobertbili@gmail.com
http://repository.unimus.ac.id
HUBUNGAN JUMLAH LEUKOSIT DENGAN NILAI LAJU ENDAP
DARAH PADA PASIEN TUBERKULOSIS BTA POSITIF

Frengki Robert Bili1, Budi Santosa2, Herlisa Anggraini3


1
Laboratorium Patologi Klinik, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Semarang.
2.3
Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang.

Info Artikel Abstrak

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan


oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis yang menyerang organ
tubuh salah satunya adalah organ paru. Penyakit ini menular
melalui udara dengan menyebarkan bakteri ke udara dalam
bentuk percikan dahak dan menyebabkan bertambahnya jumlah
Keywords: leukosit berkaitan dengan fungsinya sebagai daya tahan tubuh,
sehingga pengendapan laju endap darah melaju lebih cepat
karena bertambahnya jumlah sel darah menyababkan volume
plasma menjadi lebih tinggi. Laju endap darah meningkat akibat
Tuberkulosis, Jumlah Leukosit, Nilai terjadinya peningkatan kadar globulin dan fibrinogen karena
Laju Endap Darah. infeksi akut maupun sistemis. Peneliti menggunakan metode
penelitian analitik dengan pendekatan belah lintang (cross
sectional) di Balai Kesehatan Masyarakat wilayah Semarang
dengan jumlah sampel 21. Uji yang digunakan adalah Uji
Korelasi Pearson untuk melihat adanya hubungan antara jumlah
leukosit dengan laju endap darah pada penderita Tuberkulosis
BTA positif. Berdasarkan uji didapati hasil 0,627 dengan nilai p
= 0,002 yang berarti adanya terdapat korelasi positif antara
jumlah leukosit dengan laju endap darah dengan kekuatan
hubungan yang kuat

http://repository.unimus.ac.id
Pendahuluan tidak menyingkirkan tuberkulosis. ( Depkes
RI, 2011 ).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi
menular yang disebabkan oleh M. tuberculosis Diagnosis tuberkulosis melalui
sejenis kuman berbentuk batang dengan pemeriksaan kultur atau biakan, namun
ukuran panjang 1–4 /µm dan tebal 0,3–0,6/µm pemeriksaan kultur memerlukan waktu lebih
Sifat bakteri ini lebih menyenangi jaringan lama 6-8 minggu dan mahal,pemeriksaan tiga
yang tinggi kandungan oksigennya, sehingga spesimen dahak secara mikroskopis ini lebih
bagian apikal paru merupakan tempat cepat dan lebih murah. Pemeriksaan tersebut
predileksi penyakit tuberkulosis karena berupa pemeriksaan mikroskopis dari dahak
tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru yang telah dibuat sediaan apusan dan diwarnai
lebih tinggi dari pada bagian lain. M. dengan Ziehl Neelsen, bila kuman basil tahan
tuberculosis masuk ke dalam tubuh kita asam dijumpai dua kali dari tiga kali
melalui saluran pernapasan, saluran pemeriksaan penderita disebut penderita
pencernaan dan luka terbuka pada kulit ( positif/menular, Pemeriksaan bakteriologi
Sudowo, 2009 ). menggunakan sputum dengan tiga kali
pengambilan yaitu pada saat kunjungan, pagi,
Leukosit berperan sebagai daya tahan sewaktu.
tubuh terhadap benda asing yang masuk
kedalam tubuh, jumlah leukosit yang Pemeriksaan mikroskopis merupakan
meningkat menandakan adanya suatu proses diagnosis awal penyakit tuberkulosis yang
inflamasi, pada kasus tuberkulosis masuknya mempunyai nilai tinggi terutama untuk
M. Tuberculosis dalam tubuh menyebabkan mendeteksi kasus tuberkulosis aktif yang
jumlah leukosit meningkat sebagai respon sangat menular.
imunitas tubuh. leukosit punya peranannya
dalam memusnahkan bakteri yang Pada penderita tuberkulosis akan terjadi
menginfeksi tubuh, dalam keadaan normal proses inflamasi kronik sehingga akan
infeksi tuberkulosis merangsang limfosit T terbentuk immunoglobulin ataupun komplek
untuk mengaktifkan makrofag sehingga dapat imun. Adanya immunoglobulin dan antigen
lebih efektif membunuh kuman, sedangkan akan membentuk antigen-antibodi komplek
neutrofil ditemukan pada 20 % penderita yang menyebabkan kenaikan laju endap darah
tuberculosis dengan infiltrasi ke sumsum laju endap darah menggambarkan
tulang (Amaylia Oehadian, 2003). konsentrasi fibrinogen dan globulin, tetapi
Laju endap darah merupakan salah satu juga immunoglobulin yang tidak termasuk
tes yang digunakan untuk mendukung dalam protein fase akut. Apabila tidak
penentuan ada atau tidaknya penyakit pada didapatkan immunoglobulin dan sel darah
seseorang. Tes ini bukan sebagai tes diagnosa merah yang abnormal peningkatan laju endap
yang sfesifik, namun tes ini sangat membantu darah dapat disebabkan oleh peningkatan
terutama pada kasus tuberkulosis sebagai konsentrasi fibrinogen dalam plasma darah.
penunjang kesembuhan pasien tuberkulosis. Fibrinogen termasuk juga protein fase akut
Pengukuran laju endap darah dibutuhkan tetapi peningkatan di plasma berjalan lambat
sebagai indikator tingkat kestabilan keadaan dalam beberapa hari dapat meningkat 2-3
penderita tuberkulosis, Laju endap darah kali.laju endap darah juga akan meningkat
sering meningkat pada proses aktif, laju dengan adanya peningkatan immunoglobulin
endap darah yang tinggi biasanya terjadi monoclonal
akibat peningkatan kadar globulin dan Bahan dan metode
fibrinogen karena infeksi akut lokal maupun
sistemis tetapi laju endap darah yang normal
*Corresponding Author:
Frengki Robert Bili
Laboratorium Patologi Klinik, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Semarang, Semarang Indonesia 50273
E-mail: frengkirobertbili@gmail.com

http://repository.unimus.ac.id
Desain penelitian yang digunakan Deskripsi Nilai Normal Laju Endap
dalam penelitian ini adalah analitik dengan Berdasarkan Tuberkulosis BTA+
pendekatan belah lintang (cross sectional) Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan tidak ada
dimana pengukuran variabelnya dilakukan sampel nilai laju endap darah yang berada
secara bersamaan ( Sudigda, 2008 ). Penelitian pada range normal, BTA+1 ditemukan 9
ini menggunakan data sekunder untuk dicatat sampel pada range lebih dari normal, BTA+2
hasil pemeriksaan laju endap darah dan ditemukan 7 sampel pada range lebih dari
jumlah leukositnya dan juga hasil normal dan pada BTA+3 ditemukan 5 sampel
pemeriksaan BTA yang dibaca oleh petugas pada range lebih dari normal.
laboraturium di Balai Kesehatan Masyarakat
kota Semarang Deskripsi jumlah lekosit dengan laju
endap darah pada tuberkulosis BTA+
Analisis data yang digunakan yaitu menunjukkan pada nilai laju endap darah
analisis data secara unvariat untuk range normal tidak ditemukan sampel dengan
menentukan presentase dari masing-masing jumlah leukosit kurang dari normal, normal
sub variabel dan analisa data bivariat untuk dan lebih dari normal, sedangkan pada nilai
mengetahui ada tidaknya hubungan antara laju endap darah range lebih dari normal
jumlah leukosit dan laju endap darah pada ditemukan dengan jumlah leukosit range
pasien positif tuberkulosis dengan skala BTA kurang dari normal tidak ditemukan, range
normal ditemukan 12 sampel, pada range
Data yang telah di dapat kemudian lebih dari normal ditemukan 9 orang.
dianalisi menggunakan uji statistic korelasi
pearson menggunakan program SPSS dan Uji normalitas penelitian ini
disajikan dalam bentuk analitik menggunakan uji SPSS Kolmogorov-
Smirnov. Berdasarkan hasil uji tersebut
Hasil didapatkan nilai signifikasi untuk jumlah
Sampel dalam penelitian berjumlah 21 leukosit dan nilai laju endap darah adalah
orang yang seluruhnya memenuhi kriteria 0,200 dimana nilai signifikasi tersebut lebih
sampel dan telah didiagnosis tuberkulosis besar dari 0,05 yang berarti bahwa data dalam
paru. Hasil yang didapat dari 21 sampel yang penelitian ini menunjukkan distribusi yang
telah melakukan pemeriksaan dahak yang di normal.
tampung dalam wadah yang steril dan juga Dilakukann uji korelasi pearson,
dilakukan sampling darah oleh petugas yang berdasarkan uji tersebut menunjukan nilai
berwenang sesuai dengan prosedur untuk signifikan (p-value), dimana nilai p=0.002
melakukan pemeriksaan jumlah leukosit dan dimana nilai tersebut (p<0.05) maka berarti
laju endap darah Deskripsi Berdasarkan BTA Ha diterima, artinya adanya hubungan yang
Positif menunjukkan positif 1, positif 2 dan signifikan pada jumlah leukosit dengan laju
positif 3 merupakan tuberkulosis positif. Dari endap darah pada penderita tuberkulosis
21 sampel terdapat 9 orang dengan BTA
positif 1, 7 sampel dengan BTA positif 2 dan Pembahasan
5 sampel dengan BTA positif 3.
Penyakit tuberkulosis menyebabkan
Deskripsi Nilai Normal bertambahnya jumlah lekosit berkaitan
JumlahLeukosit Berdasarkan Tuberkulosis dengan fungsinya sebagai daya tahan tubuh
BTA+ menunjukkan jumlah leukosit pada sehingga pengendapan darah melaju lebih
BTA+1 tidak ditemukan jumlah leukosit cepat karena bertambahnya jumlah sel darah
kurang dari normal, 7 sampel normal dan 2 karena volume plasma yang tinggi. Laju
sampel lebih dari normal, BTA+2 ditemukan endap darah sering meningkat pada proses
4 sampel normal dan 3 sampel lebih dari aktif tuberkulosis, meningkatnya laju endap
normal, BTA+3 ditemukan 4 sampel normal darah terjadi akibat peningkatan kadar
dan 1 sampel lebih dari normal fibrinogen dan globulin akibat infeksi akut

http://repository.unimus.ac.id
maupun sistemis. Beberapa faktor yang proposal skripsi ini dapat terselesaikan atas
mempengaruhi meningkatnya kadar laju bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
endap darah antara lain karena faktor usia, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan
wanita, kehamilan, abnormalitas eritrosit, rasa hormat dan terima kasih kepada :
serta peningkatan fibrinogen (infeksi, 1. Dr. Budi Santosa, SKM, M Si. Med
inflamasi dan keganasan). Pemeriksaan yang selaku pembimbing I yang telah
sering dilakukan untuk mengetahui besarnya meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk
respon fase akut dan aktifitas penyakit- membimbing dan memberikan
penyakit inflamasi. Laju endap darah juga pengarahan serta saran dalam penulisan
akan meningkat dengan adanya peningkatan proposal skripsi ini.
immunoglobulin monoklonal. Pada penderita 2. Herlisa Aggraini SKM, M.Si. Med selaku
tuberkulosis akan terjadi proses inflamasi pembimbing II yang dengan tulus dan
kronik sehingga akan berbentuk penuh kesabaran telah membimbing dan
immunoglobulin ataupun komplek imun, banyak memberiksan masukan serta
adanya immunoglobulin dan antigen akan memotivasi dalam penulisan proposal
membentuk antigen-antibodi yang komplek skripsi ini.
yang menyebabkan kenaikan laju endap 3. Ibunda dan ayahanda tersayang yang
darah, dapat dilihat dari hasil uji statistik uji selalu mendoakan dan memberiksan
korelasi antara laju endap darah dengan laju motivasi sehingga penulis dapat
endap darah adalah 0,627 dengan nilai p = menyelesaikan proposal skripsi ini
0,002 yang berarti adanya terdapat korelasi 4. Semua pihak yang tidak dapat penulis
positif antara jumlah leukosit dengan laju sebutkan satu persatu atas bantuan dan
endap darah dengan kekuatan hubungan yang dukungannya untuk penulis dari awal
kuat, artinya kenaikan jumlah leukosit selalu proses sampai proposal skripsi ini selesai
diikuti dengan laju endap darah yang Penulis menyadari bahwa semua yang
meningkat. tertuang dalam proposal skripsi ini masih jauh
dari sempurna, baik dari segi isi maupun
Kesimpulan sistematika penulisannya, oleh karena itu
Berdasarkan hasil penelitian serta uji kritik yang bersifat konstruktif sangat penulis
korelasi terhadap jumlah leukosit dengan nilai harapkan untuk kesempurnaan proposal
laju endap darah didapatkan nilai signifikasi skripsi ini.
0,002 yang berarrti ada hubungan yang yang
bermakna antara jumlah leukosit dengan laju Referensi
endap darah, sehingga dapat disimpulkan Alsagaff, H. (2009). Dasar-Dasar ilmu
jumlah leukosit berhubungan dengan nilai laju penyakit paru. surabaya: airlangga
endap darah pada pasien tuberkulosis. university.

Saran Depkes. (2011). Pedoman Penanggulangan


Nasional TBC. Jakarta: Departemen
Peneliti lain diharapkan untuk lebih Kesehatan Republik Indonesia.
memperbanyak sampel dengan
memperhatikan aspek-aspek lain yang Effendi, Z. (2003). Peranan Leukosit Sebagai
berpengaruh seperti jumlah sampel, populasi Anti Inflamasi Alergik dalam Tubuh.
dan penyakit lain ( hiv, heptitis dll) yang di Sumatra Utara: Bagian Histologi
derita pasien tuberkulosis, dan juga peneliti Kedokteran Universitas Sumatra
lain diharapkan agar dapat melanjutkan Utara.
penelitian ini dengan parameer yang berbeda
Gandasoebrata, R. (2007). Penuntun
Proposal skripsi ini ditulis dalam Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian
rangka sebagai syarat untuk mencapai gelar Rakyat.
sarjana D IV Analis Keseatan. Penulisan
*Corresponding Author:
Frengki Robert Bili
Laboratorium Patologi Klinik, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Semarang, Semarang Indonesia 50273
E-mail: frengkirobertbili@gmail.com

http://repository.unimus.ac.id
Kemenkes. (2016). Penanggulangan Sudoyo, A. W. (2009). Buku Ajar Ilmu
Tuberkulosis. jakarta: Kementerian Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. jakarta:
Kesehatan RI. Interna Publishing.

PDPI. (2016). Pedoman diagnosis dan Zulkifli Amin., Asril Bahar. 2006.
Penatalaksanaan Tuberkulosis di Tuberkulosis paru. Ilmu penyakit dalam.
Indonesia. jakarta: Pedoman Dokter Paru Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbit IPD
Indonesia . FKUI. p. 988-994.

Pohan, H. T. (2004). Manfaat Klinik


Pemeriksaan Laju Endap Darah. Jakarta:
Pusat Informasi dan Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

http://repository.unimus.ac.id

You might also like