Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
2023
DAFTAR ISI
A. Kajian Pustaka................................................................................ 4
LAMPIRAN ..................................................................................................... 37
A. Poster Edukasi..................................................................................37
B. Dokumentasi Kegiatan.....................................................................38
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
gejala khusus pada penyakit hipertensi dan beberapa orang masih merasa sehat
untuk beraktivitas seperti biasanya. Hal ini yang membuat hipertensi sebagai
silent killer (Kemenkes, 2018), orang-orang akan tersadar memiliki penyakit
hipertensi ketika gejala yang dirasakan semakin parah dan memeriksakan diri ke
pelayanan kesehatan.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
a) Untuk mengetahui hubungan status gizi pada kualitas hidup lansia.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui Penyebab Terjadinya Hipertensi dan Osteoporosis
pada lansia
b) Untuk Mengetahui Cara mencegah Terjadinya Hipertensi dan
Osteoporosis
c) Tujuan Kelompok Lansia dalam melakukan PBL di wilayah tersebut
ialah untuk memperoleh pengalamann terhadap suatu maslah
kesehatan yang sering terjadi pada Lansia yang memiliki korelasi
terhadap status gizi secara nyata di lapangan.
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Keluarga
Bagi Keluarga untuk pengalaman dan pemahaman tentang gizi
lanjut usia serta menambah pengetahuan tentang gizi lanjut usia.
2
2. Bagi Peneliti
Peneliti diharapkan dapat menambah wawsan dan ilmu khusunya
tentang pemecahan masalah mengenai Status Gizi dan Kualitas hidup
Lansia.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai upaya pengenalan kepada masyarakat terhadap gizi lansia
dan cara untuk mencegah terjadinya Hipertensi dan osteoporosis.
4. Bagi Teman sejawat
Sebagai teman sejawat diharapkan menjadikan laporan ini sebagai
acuan atau wadah dalam penelitian lainnya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
a. Definisi Lansia
1. Klasifikasi Lansia
4
2. Perubahan yang terjadi pada lansia
Perubahan yang terjadi pada lanjut usia menurut Utomo (2019) yaitu :
a. Perubahan Fisik
1) Sel
2) Sistem integument
3) Sistem muskulokeletal
4) Perubahan Psikologi
5
a) Pengamatan Memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyimak
keadaan sekelilingnya.
b) Daya ingat Lansia cenderung masih mengingat hal yang lama
dibandingkan dengan hal yang baru.
c) Berpikir dan argumentasi Terjadi penurunan dalam pengambilan
keputusan/ kesimpulan.
d) Belajar Lebih berhati-hati dalam belajar, memerlukan waktu lebih
lama untuk dapat mengintegrasikan jawaban, kurang mampu
mempelajar hal-hal baru.
e) Perubahan sosial Lansia cenderung mengurangi bahkan berhenti
dari kegiatan sosial atau menarik diri dari pergaulan sosialnya.
b. Definisi Hipertensi
2) Epidemiologi Hipertensi
6
Data WHO tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di
dunia menyandang hipertensi, yang berarti 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis hipertensi. Jumlah ini akan terus meningkat setiap tahunnya,
diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena
hipertensi, dan menurut perkiraan ada 10,44jutaorang akan meninggal
akibat hipertensi dan komplikasinya di setiap tahun (Thei,dkk 2018).
3) Jenis-jenis Hipertensi
7
Hipertensi Primer (Esensial) merupakan hipertensi arterial dan
penyebabnya tidak dapat dijelaskan. Hipertensi primer disebabkan oleh
beberapa sistem yaitu pengaturan tekanan arteri perifer, renal, hormonal,
dan vaskuler (Isselbacher, et al, 2015).
b. Hipertensi Sekunder
4) Gejala hipertensi
8
obesitas,dan diketahui bahwa obesitas merupakan faktor
risikohipertensi dan penyakit kardiovaskular.
b) Pencegahan hipertensi juga bisa dilakukan dengan latihan aerobik
karena dapat menurunkan tekanan darah 5-7 mmHg pada orang
dewasa dengan hipertensi.
c) Penurunan tekanan darah melalui modifikasi gaya hidup yaitu dengan
penurunan berat badan
a. Jenis Kelamin
b. Genetik
9
(amilorid-sensitive sodium channel), SCNN1G (gen subunit beta dan
gamma yang mengkode 2 sub unit ENaC channel sodium) mempengaruhi
pompa Na-K di tubulus ginjal sehingga meningkatkan retensi natrium dan
air di ginjal, dengan ini meningkatkan volume plasma dan peningkatan
cairan ekstraseluler menyebabkan peningkatan aliran darah balik vena ke
jantung dan peningkatan curah jantung yang akan meningkatkan tekanan
arteri yang mengakibatkan hipertensi, dan gen tersebut juga meningkatkan
produksi aldosteron sehingga nantinya akan meningkatkan retensi natrium
di ginjal yang akan menyebabkan peningkatan pada curah jantung
kemudian terjadi peningkatan tekanan arteri yang mengakibatkan
hipertensi (Jane A. Kalangi, dkk. 2015), dan jika kedua orang tua
menderita hipertensi, sekitar 45% akan diturunkan ke anak-anaknya dan
jika salah satu orang tuanya menderita hipertensi, sekitar 30% akan
diturunkan kepada anak-anak mereka.
d. Obesitas
10
aldosterone serta terjadinya disfungsi endotel dan kelainan fungsi ginjal
yang sangat berpengaruh dengan timbulnya hipertensi dan pada obesitas
terjadi penurunan resistensi perifer sedangkan saraf simpatis meningkat.
e. Stres
f. Merokok
11
g. Aktivitas Fisik
h. Alkohol
Sejalan dengan yang dilakukan oleh I Gusti Ayu Ninik Jayanti, dkk
(2016) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi alkohol
dan hipertensi, karena alkohol dapat merangsang epinefrin atau adrenalin
yang menyebabkan arteri menyusut dan menyebabkan penumpukan air
dan natrium yang diakibatkannya. pada hipertensi, peningkatan konsumsi
alkohol. efek jangka panjang akan meningkatkan kadar kortisol dalam
darah sehingga aktivitas Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS)
yang berfungsi mengatur tekanan darah dan cairan tubuh meningkat,
konsumsi alkohol meningkatkan volume sel darah merah sehingga
kekentalan darah meningkat dan menyebabkan hipertensi.
c. Definisi Osteoporosis
12
Puncak massa tulang ditentukan oleh faktor genetik dan faktor nutrisi,status
hormon,aktivitas fisik dan kesehatan pada masa pertumbuhan. Selama masa
pertumbuhan, terjadi 90% deposisi masa tulang diikuti oleh konsolidasi dan
terus berlanmut hingga usia 15-30 tahun. (Mayasari 2021)
2) Epidemiologi Osteoporosis
13
osteoporosis, 65-69 tahun sebesar 36,4%, dan usia di atas 70 tahun sebesar 53,1%.
Proporsi osteoporosis pada ketiga kelompok usia lansia wanita di atas lebih besar
daripada lansia pria (30,4% dan 27,76% untuk kelompok usia 60- 64 tahun, 39,2%
dan 32,3% pada kelompok usia 65-69 tahun, serta 58,9% dan 43,6% pada
kelompok usia di atas 70 tahun.
a. Usia
b. Jenis Kelamin
14
Jenis kelamin juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
osteoporosis. Wanita secara signifikan memilki risiko yang lebih tinggi
untuk terjadinya osteoporosis. Pada osteoporosis primer, perbandingan
antara wanita dan pria adalah 5 : 1. Pria memiliki prevalensi yang lebih
tinggi untuk terjadinya osteoporosis sekunder, yaitu sekitar 40-60%,
karena akibat dari hipogonadisme, konsumsi alkohol, atau pemakaian
kortikosteroid yang berlebihan.Secara keseluruhan perbandingan wanita
dan pria adalah 4 : 1.
c. Ras
d. Riwayat Keluarga
15
Berat badan yang ringan, indeks massa tubuh yang rendah, dan
kekuatan tulang yang menurun memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap
berkurangnya massa tulang pada semua bagian tubuh wanita. Beberapa
penelitian menyimpulkan bahwa efek berat badan terhadap massa tulang
lebih besar pada bagian tubuh yang menopang berat badan, misalnya pada
tulang femur atau tibia.
f. Aktifitas Fisik
g. Penggunan kortikosteroid
16
h. Menopause
i. Kebiasaan Merokok
j. Konsumsi alkohol
17
k. Cara Mencegah Osteoporosis
18
Osteoporosis merupakan masalah kesehatan kronis yang berkembang dan
dapat mengakibatkan kematian dan kualitas hidup yang buruk (Misnadiarly,
2013).
19
BAB III
Selain kurangnya pengetahuan mengenai gizi, jam tidur lansia juga dapat
mempengaruhi penyakit hipertensi dan osteoporosis. Menurut National Sleep
Foundation (NSF) sekitar 67% dari 1.508 lansia di Amerika pada usia di atas 65
tahun melaporkan mengalami gangguan tidur dan sebanyak 7,3% lansia
mengeluhkan gangguan memulai dan mempertahankan tidur atau insomnia.
Penelitian telah menunjukkan, kualitas tidur secara langsung dan positif
mempengaruhi kesehatan mental, fisik dan emosional (NSF, 2017). Dari
penelitian tersebut dapat kita ketahui bahwa kualitas tidur yang buruk dapat
mempengaruhi peningkatan tekanan darah, kebutuhan waktu tidur bagi usia lanjut
ialah 5-8 jam yang bertujuan untuk menjaga kondisi fisik karena usia yang
semakin senja mengakibatkan sebagian anggota tubuh tidak dapat berfungsi
20
optimal, maka untuk mencegah adanya penurunan kesehatan dibutuhkan energi
yang cukup dengan pola tidur yang sesuai.
21
dengan kesehatan dan gizi lansia secara langsung serta akan adanya sesi tanya
jawab untuk mencari solusi terhadap suatu penyakit yang berkaitan dengan
masalah gizi lansia.
22
BAB IV
Pada hari Senin tanggal 15 Mei, mata kuliah Gizi Daur Hidup oleh dosen
pengampu Ibu Yade K. Yasin, M. Gz., RD memberikan tugas Project Based
Learning mengenai Gizi Lansia, dan pada hari Selasa tanggal 16 Mei Kami,
kelompok Gizi Lansia kelas H membuat perencanaan atau strategi yang akan di
lakukan, yaitu menjadwalkan waktu berangkat ke lokasi dan waktu penginputan
data lansia serta melakukan wawancara. Setelah perundingan kami memilih
kelompok sasaran yaitu Lansia yang ada di Desa Manggalung Kec. Mandalle Kab.
Pangkep sebagai objek kegiatan Project Based Learning yang kami laksanakan.
Pada hari Selasa tanggal 16 Mei Kami mempersiapkan instrumen berupa
timbangan berat badan elektrik dan pengukur tinggi badan atau stature meter.
23
B. Hasil Kerja Individu
A. DATA UMUM
DATA LANSIA
Nama (Inisial) Hj. Siti
Tanggal lahir 12 Oktober 1961
Berat badan 47 kg
Tinggi badan 137 cm
Riwayat penyakit Osteoporosis
Jam tidur Pukul 21.00-03.00 WITA
Aktivitas sehari-hari Sedang
Alergi -
24
= 15/100 x 1492,56
= 223,88 223,88/ 4 = 55,97 gram
Lemak = 25%
= 25/100 x 1492,56
= 373,14 373,14/ 9 = 41,46 gram
Karbohidrat = 60%
= 60/100 x 1492,56
= 895,53 895,53/4 = 223,88 gram
Menu sehari seorang lansia dengan TEE = 1492, 56 kkal 1500 kkal
Waktu makan Menu Bahan Makan Porsi
Ubi kukus Ubi ½ porsi
Sarapan Telur rebus Telur 1 porsi
Buah Buah pir 1 porsi
Pisang 1 porsi
Selingan Kolak pisang Gula Merah 1 porsi
Santan cair 1 porsi
Nasi merah Beras merah 2 porsi
Tempe ½ porsi
Capcay tempe tahu Tahu 2 porsi
Makan siang kacang panjang Kacang panjang 1 porsi
Gula 1 porsi
Minyak 2 porsi
Jeruk ½ porsi
Selingan Salad buah Anggur ½ porsi
Yogurt 1 porsi
Nasi merah Beras 1 porsi
Kembang tahu ½ porsi
Makan malam Sup kembang tahu Jamur 1 porsi
Kentang 1 porsi
Ikan Panggang Ikan 1 Porsi
Minyak 1 Porsi
25
Hari/ tanggal wawancara: Kamis, 18 Mei 2023
A. DATA UMUM
DATA LANSIA
Nama (Inisial) Hj. Baba
Tanggal lahir 12 Januari 1960
Berat badan 47 kg
Tinggi badan 146 cm
Riwayat penyakit Hipertensi
Jam tidur Pukul 20.00-06.00 WITA
Aktivitas sehari-hari Ringan
Alergi -
26
Lemak = 27%
= 27/100 x 1394,77
= 376,58 376,58/ 9 = 41,84 gram
Karbohidrat = 58%
= 58/100 x 1394,77
= 808, 96 808, 96/ 4 = 202,24 gram
Menu sehari seorang lansia dengan TEE = 1394,77 kkal 1400 kkal
27
Hari/ tanggal wawancara: Kamis, 18 Mei 2023
A. DATA UMUM
DATA LANSIA
Nama (Inisial) Tammeng
Tanggal lahir 01 Juli 1961
Berat badan 43 kg
Tinggi badan 149 cm
Riwayat penyakit Osteoporosis
Jam tidur Pukul 22.00-04.30 WITA
Aktivitas sehari-hari Ringan
Alergi -
28
= 30/100 x 1364
= 409, 2 409,2/ 9 = 45,46 gram
Karbohidrat = 55%
= 55/100 x 1364
= 750,2 750,2/ 4 = 187, 55 gram
Menu sehari seorang lansia dengan TEE = 1364 kkal 400 kkal
29
Hari/ tanggal wawancara: Kamis, 18 Mei 2023
A. DATA UMUM
DATA LANSIA
Nama (Inisial) Hj. Jami
Tanggal lahir 10 Juli 1961
Berat badan 45 kg
Tinggi badan 147 cm
Riwayat penyakit Hipertensi
Jam tidur Pukul 21.00-04.00 WITA
Aktivitas sehari-hari Ringan
Alergi -
BBI = (TB-100) = (147-100) = 47 kg
Protein = 15%
30
= 207, 65 207, 65/ 4 = 51,91 gram
Lemak = 30%
Karbohidrat = 55%
31
Tumis tempe kubis Tempe 1 porsi
Kubis 1 porsi
Buah Jeruk 1 porsi
32
BAB V
SIMPULAN
33
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI dalam Dewi. (2014). Dewi, S.R. 2014. Buku Ajar Keperawatan
Gerontik. Yogyakarta: Deepublish.
Diana Natalia, dkk. (2014). Hubungan Hipertensi dan penyakit Arteri perifer
berdasarkan nilai ankle-Brachial Index.
Islami, Katerin Indah. (2015). Hubungan Antara Stres dengan Hipertensi pada
Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai
34
Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur. Skripsi Strata Satu, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Kalangi, A. Jane, dkk. (2015). Hubungan Faktor Genetik dengan Tekanan Darah
pada Remaja. Jurnal e-Clinic, 3(1). Diakses, 30 Januari 2017.
Kemenkes. (2018).
Kiki Mellisa Andria. (2013) {Hubunagn antara perilaku Olahraga, stress dan pola
makan dengan tingkat hipertensi pada lanjut usia di posyandu lansia
kelurahan gerbang putih kecamatan sukolilo kota Surabaya.
Mike Rahayu Susanti. (2017). hubungan asupan natrium dan kalium dengan
tekanan darah.
35
Thei,dkk. (2018). Absori dkk, 2018, The Formulation of Welfare State: The
Perspektif of Maqasid al-Shari’ah, Indonesian Journal of Islam and
Muslim Societies Vol. 8, No. 1 2018, pp. 117-146.
Ulinnuha. (2018).
Utomo. (2019).
WHO. (2015).
36
LAMPIRAN
A. POSTER EDUKASI
37
B. DOKUMENTASI KEGIATAN
38
Proses Wawancara Responden 1
39
Pengukuran Tinggi Badan Responden 2
40
Pengukuran Berat Badan Responden 3
41
Proses Wawancara Responden 3
42
Pengukuran Tinggi Badan Responden 4
43