You are on page 1of 9

PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN JUMLAH PENGUSAHA KENA PAJAK

TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI


(Studi pada Kantor Wilayah DJP Jawa Timur I)

Almira Herna Renata


Kadarisman Hidayat
Bayu Kaniskha

PS Perpajakan, Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Email:
125030400111034@mail.ub.ac.id

Abstract
Value Added Tax (VAT)based on consumption goods, services in the customs area. VAT contribution substantial
considered for country revenue because it is type of the tax that has second biggest contribution. VAT directly
related people behavior to consume goods and services has connectivity to the macro-economic condition, therefore in
this research is using macro-economic variable consist of inflation and exchange rate. Moreover, internal role aim to
maximize VAT income is need to be considered such as amount of taxable entrepreneurs that have several duties to
collect, submit and report the VAT payable. Data type used consist of inflation, exchange rate and amount of taxable
entrepreneurs are secondary data began the period 2010-2014. Type of research used in this research is explanatory
research in quantitative approach. Based on independent variable consist of inflation, exchange rate and amount of
taxable entrepreneurs whereas the dependent variable VAT revenue, therefore data analysis technique used is
multiple linear regression analysis. Based on hypotesis t and F test, independent variable have partial and
simultaneous effect towards dependent variable. Based on Adjusted R Square value shown that dependent variable is
explained by the independent variable 51,3%.
Keywords : Inflation, Exchange Rate, Amount Of Taxable Entrepreneurs, VAT

Abstrak
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi barang dan jasa di dalam
daerah pabean. Kontribusi PPN dianggap penting bagi pemasukan negara karena merupakan
penyumbang jenis pajak terbesar kedua. PPN bersinggungan langsung dengan perilaku masyarakat
dalam melakukan konsumsi atas barang dan jasa yang mempunyai keterkaitan erat dengan kondisi
ekonomi makro suatu negara, maka dari itu dalam penelitian ini menggunakan variabel makro-ekonomi
berupa inflasi dan nilai tukar rupiah. Selain itu, pran internal guna pemaksimalan penerimaan PPN juga
perlu diperhatikan seperti jumlah Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang mempunyai kewajiban untuk
memungut, menyetor dan melaporkan PPN terutang. Data inflasi, nilai tukar rupiah dan jumlah PKP
yang dignakan merupakan jenis data sekunder dari tahun 2010-2014. Jenis penelitian menggunakan jenis
penelitian explanatory research dengan menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Bedasarkan variabel
independen berupa data inflasi, nilai tukar rupiah dan jumlah PKP sedangkan untuk variabel dependen
menggunakan penerimaan PPN, maka teknik analisis yang digunakan merupakan analisis regresi linear
berganda. Bedasarkan uji hipotesis t dan F, variabel independen mempunyai pengaruh parsial dan
simultan terhadap variabel dependennya. Bedasarkan nilai Adjusted R Square menunjukkan bahwa
variabel dependen dapat dijelaskan sebesar 51,3% oleh variabel independennya.
Kata Kunci: Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Jumlah Pengusaha Kena Pajak, PPN

PENDAHULUAN (BPHTB). Berikut ini sumbangan dari berbagai


Pembangunan di segala bidang diperlukan jenis pajak untuk APBN kurun waktu 2004-2014:
adanya suatu angggaran seagai penyokong
utama. Komponen dalam anggaran dihitung
dari penerimaan negara yang terdiri dari
penerimaan pajak, bukan pajak dan hibah.
Sumber penerimaan negara dari pajak meliputi
pajak dalam negeri dan pajak dari perdagangan
internasional. Pajak dalam negeri meliputi Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penghasilan Gambar 1. Penerimaan Perpajakan Tahun 2004-2014
Sumber: Nota Keuangan Tahunan (2015)
(PPh), Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Bedasarkan gambar 1 dapat dilihat bahwa
(PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea
penerimaan PPN terus meningkat dan
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
signifikan terhadap penerimaan pajak secara

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 9 No. 1 2016| 1


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
keseluruhan. PPN merupakan sumber masyarakat. Keadaan tersebut secara langsung
penerimaan pajak terbesar kedua setelah PPh dapat berdampak pada turunnya penerimaan
dengan memberikan kontribusi sekitar 30% dari pajak atas konsumsi (Edalemen, 2000:3). Banyak
penerimaan pajak. PPN merupakan pajak dampak negatif jika hal ini terus beralngsung,
konsumsi yang ditujukan atas pengenaan diantaranya berdampak pada peruasahaan
barang dan jasa kena pajak yang ada di dalam dalam negeri yang dalam kegiatan usahanya
daerah pabean. Pajak yang dikenakan atas melibatkan ekspor impor yang akan berlanjut
setiap nilai yang dapat diidentifikasi dalam pada harga jual ahir yang ditawarkan kepada
peredarannya dari produsen ke konsumen. konsumen akan semakin tinggi sehingga daya
Kegiatan konsumsi bagi negara berkembang beli konsumen akan turun. Hal tersebut akan
seperti Indonesia merupakan salah satu melebar kepada menurunnya penerimaan PPN.
kegiatan ekonomi utama yang dilakukan, maka Faktor internal untuk menjamin
dari itu semakin bertambah kegiatan konsumsi keberlangsungan penerimaan PPN dipengaruhi
masyarakat berati akan berpengaruh kepada oleh kebijakan di bidang perpajakan.
jumlah penerimaan PPN (Wijayanti, 2015:23). Diperlukan kerja sama antara berbagai pihak
Bedasarkan fenomena tersebut maka dapat terkait. Ditnamkan untuk wajib pajak untuk
diasumsikan bahwa PPN mempunyai tertib dan patuh dalam membayar PPN dan dari
hubungan erat dengan kegiatan ekonomi. kalangan DJP sebagai pembuat ketentuan
Kegiatan ekonomi adalah kegiatan vital bagi perpajakan. Apabila dikaji dari sisi wajib pajak
keberlangsungan negara maka dari itu dalam hal pengaruhnya terhadap penerimaan
diperlukan faktor internal dan eksternal untuk PPN salah satu utamanya adalah wajib pajak
menjaga kestabilan kegiatan perekonomian agar yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
sumber penerimaan yang dalam hal ini Pajak (PKP). PKP wajib melaporkan usahanya
berkaitan dengan kegiatan konsumsi yaitu PPN dan wajib memungut, meyetor dan melaporkan
tetap selalu terjaga penerimaannya. PPN yang terutang (Undang Undang No.42
Faktor eksternal dipengaruhi oleh keadaan Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai
ekonomi makro negara. Fluktuasi ekonomi Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
makro dapat menimbulkan dampak buruk bagi Barang Mewah). Semakin banyak PKP yang
kegiatan perekonomian. Jika fluktuasi ekonomi patuh dalam menjalankan kewajiban PPN nya
tersebut terus berlangsung maka akan dapat maka penerimaan PPN akan semakin
menurunkan daya beli konsumsi, investasi dan meningkat. Banyak faktor yang
ekspor impor yang akan berdampak pula pada menyebabkan penerimaan PPN tidak sesuai
penerimaan PPN. Komponen variabel ekonomi seperti yang diharapkan. Variabel inflasi, nilai
makro yang berperan dalam hal ini seperti tukar dan jumlah PKP mempunyai keterkaitan
tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah. erat atas hal tersebut. Ketiga variabel tersebut
Inflasi merupakan kenaikan tingkat harga merupakan data yang bersifat fluktuatif, secara
secara keseluruhan (Case dan Fair, 2004:58). langsung maupun tidak langsung kefluktiatifan
Stabilitas dan faktor ekonomi makro seperti ketiganya dapat mempengaruhi penerimaan
inflasi secara positif dapat mempengaruhi PPN. Penelitian ini dirasa penting karena
penerimaan pajak (Wahyudi, 2009:211). Tingkat mengetahui begitu berperannya PPN sebagai
inflasi dapat mempengaruhi transaksi ekonomi sumber penerimaan, maka dari itu peneliti ingin
yang merupakan objek PPN. Masalah inflasi mengetahui bagaimana ketiga variabel diatas
mendapat perhatian masyarakat karena mempengaruhi penerimaan PPN agar
mencapai 8,36% pada tahun 2014 yang kedepannya negara dapat mengidentifikasi
disebabkan karena kenaikan harga bahan bakar sebab tidak tercapainya atau turunnya
minyak dan kebutuhan rumah tangga (Badan penerimaan PPN dan untuk diminimalisir hal-
Pusat Statistik , 2015). hal yang dapat mempengaruhi penurunan PPN
Variabel ekonomi makro selanjutnya adalah dan memaksimalkan hal-hal yang dapat
kondisi nilai tukar, yang merupakan jumlah menaikkan penerimaan PPN.
uang domestik yang dibutuhkan untuk Penelitian kali ini dilakukan di Kanwil DJP
memperoleh satu unit mata uang asing (Murni, Jawa Timur I yang wilayah kerjanya meliputi
2006:244). Ketika nilai tukar mengalami seluruh wilayah di Surabaya. Ditinjau dari segi
depresiasi maka harga barang dalam negeri letak geografisnya yang berada di tengah
meningkat dan akan mempengaruhi konsumsi perkantoran dan daerah industri. Surabaya

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 9 No. 1 2016| 2


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
merupakan kota metropolitan kedua setelah merupakan pajak berganda melainkan pajak
DKI Jakarta dan merupakan ibukota Jawa terutang yang dihitung dengan cara
Timur, penduduknya sebagian besar mengkreditkan Pajak Masukan (PM) atas Pajak
merupakan masyarakat modern yang banyak Keluaran (PK) nya (Sukardji, 2014 : 29)
melakukan kegiatan jual – beli sehingga sedikit
banyak dapat merepresentasikan untuk dijadian
wilayah penelitian ini. Inflasi
Menurut Cowt Hrey dalam Pasaribu
Bedasarkan ulasan fenomena diatas, (2011:21) inflasi adalah suatu keadaan dari nilai
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uang turun terus menerus dan harga naik terus
bagaimana pengaruh variabel inflasi, nilai tukar menerus. Sedangkan menurut Hawtry, inflasi
rupiah dan jumlah PKP terhadap penerimaan adalah suatu keadaan karena terlalu banyak
PPN, maka peneliti melakukan kegiatan uang beredar. Menurut Boediono (1985:161)
penelitian dengan judul “Pengaruh Inflasi, inflasi adalah kecenderungan dari harga umum
Nilai Tukar Rupiah dan Jumlah PKP Terhadap untuk menaik secara umum dan terus menerus
Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (Studi atau suatu keadaan dimana senantiasa turunnya
pada Kantor Wilayah DJP Jawa Timur I)”. nilai uang. Bedasarkan beberapa
pengertian diatas, dapat diartikan bahwa inflasi
TINJAUAN PUSTAKA adalah sebuah keadaan dalam suatu negara
Perpajakan Secara Umum dimana terjadi penurunan nilai mata uang
Pajak menurut Brotodiharjo dalam Sukardji karena banyaknya jumlah uang yang beredar.
(2014:1) “Pajak adalah iuran kepada negara Hal ini mengakibatkan kenaikan harga secara
yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang umum dan terus menerus sehingga
wajib membayarnya menurut peraturan, menyebabkan daya beli masyarakat akan turun.
dengan tidak mendapat prestasi kembali yang
langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya Nilai Tukar
adalah untuk membiayai pengeluaran- Nilai tukar menunjukkan seberapa banyak
pengeluaran umum berhubung dengat tugas rupiah yang akan digunakan untuk
negara untuk menyelenggarakan dipersamakan dengan mata uang negara asing.
pemerintahan”. Sedangkan menurut Undang Menurut Kuncoro (2001 : 54), nilai tukar rupiah
Undang No. 28 tahun 2007 tentang KUP adalah nilai tukar sejumlah rupiah yang
pengertian pajak adalah kontribusi wajib diperlukan untuk membeli satu US Dollar
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi dengan ditentukan oleh permintaan dan
atau badan yang bersifat memaksa bedasarkan penawaran terhadap kurs.
UU dengan tidak mendapat imbalan Bedasarkan teori paritas daya beli
secaralangsung dan digunakan untuk keperluan menyatakan penurunan daya beli mata uang
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran domestik (kenaikan harga barang dalam negeri)
rakyat. Kesimpulan dari berbagai pengertian akan diiringi dengan depresiasi mata uang.
pajak adalah : Depresiasi berakibat pada kenaikan tingkat
- Iuran rakyat yang diberikan kepada harga di dalam negeri secara umum dan
negara. berakibat pada menurunnya daya beli
- Bersifat memaksa konsumen dan dapat berakibat pada
- Dikenakan kepada orang pribadi atau menurunnya penerimaan PPN (Pasaribu,
badan 2011:26).
- Dilandasi peraturan Undang Undang
- Tidak mendapat imbalan secara Pengusaha Kena Pajak
langsung Bedasarkan Undang Undang PPN 1984 pasal
- Digunakan untuk kemakmuran rakyat. 1 angka 15 dalam Sukardji (2014:170) Pengusaha
Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang
Pajak Pertambahan Nilai melakukan penyerahan barang kena pajak
PPN adalah pajak atas konsumsi barang dan dan/atau jasa kena pajak yang dikenai pajak
jasa di dalam daerah pabean yang dikenakan bedasarkan Undang Undang PPN 1984.
secara bertingkat seperti mata rantai di setiap Pengertian ini masih akan dirangkai dalam
jalur produksi dan distribusi. PPN bukan pasal 14 ayat (1) yang akan menjadi Peraturan

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 9 No. 1 2016| 3


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
Menteri Keuangan No. 68/PMK.03/2010 kurun waktu tahun 2010-2014 yang diambil
“Definisi PKP adalah pengusaha yang dalam setiap bulan berjumlah 60 pengamatan.
melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP yang Sampel yang digunakan merupakan teknik
dikenai pajak, dalam satu tahun buku atau penentuan sampel jenuh yaitu menggunakan
bagian tahun buku memperoleh peredaran semua anggota populasi untuk digunakan
usaha atau penerimaan usaha melebihi batas sebagai sampel. Data penelitian ini berupa time
maksimum peredaran/penerimaan usaha series dalam kurun waktu 2010-2014 dengan
pengusaha kecil yang berlaku pada saat ini data bulanan maka jumlah sampelnya 60
adalah dalam satu tahun buku tidak lebih dari pengamatan.
Rp4.800.000.000,00”. Metode Pengumpulan Data
Menggunakan metode dokumentasi dan
Hipotesis studi kepustakaan. Mengumpulkan data atau
catatan yang diperlukan sesuai dengan data
Inflasi (X1) H1 penelitian yang dibutuhkan. Berisi catatan dan
data terkait dari Kanwil DJP Jawa Timur I.
Selain itu juga mendapatkan data dari BPS Kota
Nilai Tukar H2 H4 Penerimaan PPN Surabaya dan website resmi terkait.
Rupiah (X2) (Y)
Teknik Analisis Data
H3 Uji Asumsi Klasik
Jumlah
Parsial a. Uji Normalitas
PKP (X3)
Simultan Menurut Ghozali (2009 : 74) uji normalitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model
Gambar 2. Model Hipotesis regresi, variabel independen dan dependen
Keterangan : mempunyai distribusi normal. Deteksi uji
H1 : Inflasi berpengaruh secara signifikan normalitas ditentukan dengan menggunakan
terhadap penerimaan PPN. grafik histogram dan normal probability plot.
H2 : Nilai tukar rupiah berpengaruh secara b. Uji Multikolonieritas
signifikan terhadap penerimaan PPN. Dengan melihat nilai Tolerance (TOL) dan
H3 : Jumlah PKP berpengaruh secara nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF
signifikan terhadap penerimaan PPN. ≤ 10 dan TOL ≥ 0,1 maka dapat dikatakan bebas
H4 : Inflasi, nilai tukar rupiah dan jumlah PKP multikolonieritas yang artinya tidak ada korelasi
berpengaruh secara simultan dan diantara variabel bebas.
signifikan terhadap penerimaan PPN. c. Uji Heterokedastisitas
Memperhatikan pola titik pada scatterplot,
METODE PENELITIAN jika pola titik yang dihasilkan menyebar diatas
Jenis Penelitian dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka
Penelitian ini menggunakan pendekatan terbebas dari gejala heterokedastisitas, yang
kuantitatif dengan jenis penelitian explanatory artinya tidak terjadi kesamaan varians dari
research seperti yang dikemukakan Hermawan residual satu pengamatan ke yang lain.
(2009:20) penelitian explanatory research d. Uji Autokorelasi
merupakan penelitian yang menjelaskan Menggunakan uji Durbin Watson (D-W)
hubungan kausal antara variabel melalui yang dimana menguji apakah dalam model
pengujian hipotesis dan lainnya. regresii terjadi kesalahan pengganggu pada
periode yang satu ke yang sebelumnya.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian untuk penelitian ini adalah Analisis Regresi Linear Berganda
di Kantor Wilayah DJP Jawa Timur I, Badan Digunakan jika terdapat variabel independen
Pusat Statistik (BPS) Kota Surabaya serta yang lebih dari satu. Bertujuan untuk
mengambil data dari situs resmi pajak.go.id. mengetauhi pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependennya. Persamaan
Populasi dan Sampel regresi berganda sebagai berikut :
Populasi dalam penelitian ini adalah data Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ℮
inflasi, nilai tukar rupiah, jumlah PKP dan
jumlah penerimaan PPN di Surabaya dalam Uji Hipotesis

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 9 No. 1 2016| 4


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
a. Uji Signifikan Parsial (Uji t) data penelitian bersifat normal karena dapat
Untuk melihat pengaruh variabel dilihat dalam grafik titik bergerak mengikuti
independen secara parsial terhadap variabel garis diagonal. Bedasarkan kedua hasil uji
dependennya. Dengan mengidentifikasi t hitung normalitas diatas, maka dapat diketahui bahwa
atas t tabel. Jika t hitung lebih besar dari t tabel data dalam penelitian ini bersifat normal.
maka terjadi pengaruh secara parsial.

b. Uji Signifikan Simultan (Uji F)


Untuk melihat apakah semua variabel
independennya mempunyai pengaruh secara b. Hasil Uji Multikolonieritas
bersama-sama terhadap variabel dependennya. Tabel 1. Hasil Uji Multikoloieritas
Dengan mengidentifikasi F hitung atas F tabel. Collinearity Statistics
Jika F hitung lebih besar dari F tabel maka Model Tolerance VIF
terjadi pengaruh secara simultan. 1 (Constant)
inf .976 1.025
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
ln_nilaitkr .210 4.770
Mengukur sejauh mana varaiabel
ln_pkp .212 4.722
independen dalam menjelaskan variabel
Sumber : Data Diolah (2015)
dependennya.
Bedasarkan tabel diatas, menunjukkan
bahwa seluruh variabel memiliki nilai VIF < 10
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan TOL ≥ 0,1 yang berarti seluruh variabel
Hasil Uji Asumsi Klasik
independen dalam penelitian ini bebas dari
a. Hasil Uji Normalitas
gejala multikolonieritas.

c. Hasil Uji Heterokedastisitas

Gambar 3. Hasil Uji Normalitas Grafik Histogram


Sumber : Data Diolah (2015)
Bedasarkan gambar histogram diatas,
menunjukkan bahwa data penelitian bersifat Gambar 5. Hasil Uji Heterokedastisitas
Menggunakan Scatterplot
normal karena dapat dilihat dalam grafik
Sumber : Data Diolah (2015)
membentuk garis normal. Gambar diatas menunjukkan titik data
menyebar tidak membentuk pola diatas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, hal ini
menujukkan bahwa model regresi terbebas dari
heterokedastisitas.

d. Hasil Uji Autokorelasi


Tabel 2. Hasil Uji Multikoloieritas

Model Durbin-Watson

Gambar 4. Hasil Uji Normalitas Grafik Normal 1 1.719


Probability Plot
Sumber : Data Diolah (2015)
Sumber : Data Diolah (2015)
Bedasarkan tabel diatas, menunjukkan nilai
Bedasarkan gambar grafik normal
durbin-watson sebesar 1,719 dengan nilai tabel
probability plot diatas, menunjukkan bahwa
diketahui dU = 1,6889. Syarat agar terbebas dari

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 9 No. 1 2016| 5


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
autokorelasi, nilai durbin-watson harus berada satuan maka penerimaan PPN meningkat
diantara angka dU dan 4-dU. Nilai 4-dU = sebesar 13,190 satuan begitu pula sebaliknya.
2,3111. Dapat diketahui bahwa nilai durbin- Tingkat signifikansi 0,000 tidak melebihi 0,05
watson 1,719 berada diantara 1,6889 dan 2,3111 yang menunjukkan bahwa variabel jumlah PKP
hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat berpengaruh secara positif dan signifikan
gejala autokorelasi. terhadap penerimaan PPN.

Hasil Uji Hipotesis


a. Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji t)
1) Hasil Uji Hipotesis 1 : Tingkat Inflasi
Diketahui t tabel 1,96 maka hasil pengujian
variabel inflasi memberikan hasil t hit> t tab
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda (2,687 > 1,96) dengan tingkat signifikansi kurang
Tabel 3. Hasil Analisis Regresi Liner Berganda dari 0,05 maka bedasarkan hasil tersebut
Unstandardized Standardized ditarik kesimpulan H1 diterima, yaitu tingkat
Coefficients Coefficients inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap
Model B Std. Error Beta T Sig. penerimaan PPN.
1 (Constant) 83.764 17.375 4.821 .000
inf .215 .080 .247 2.687 .009 2) Hasil Uji Hipotesis 2 : Nilai Tukar Rupiah
Diketahui t tabel 1,96 maka hasil pengujian
ln_nilaitkr -2.119 .837 -.502 -2.531 .014
variabel nilai tukar memberikan hasil t hit > t
ln_pkp 13.190 2.414 1.078 5.463 .000
tab (2,531 > 1,96) dengan tingkat signifikansi
Sumber : Data Diolah (2015)
kurang dari 0,05 maka bedasarkan hasil tersebut

Bedasarkan tabel tertulis diatas maka ditarik kesimpulan H2 diterima, yaitu nilai tukar

menghasilkan persamaan regresi sebagai rupiah berpengaruh secara signifikan terhadap

berikut : Sum of Mean


Y = 83,764 + 0,215X1 – 2,119X2 + 13,190X3 + ℮ Model Squares df Square F Sig.

1) Tingkat Inflasi 1 Regression 7.806 3 2.602 21.723 .000a


Koefisien regresi bernilai positif sebesar 0,215 Residual 6.708 56 .120
menunjukkan inflasi mempunyai pengaruh
Total 14.515 59
positif terhadap penerimaan PPN. Asumsi jika
terjadi peningkatan inflasi 1 satuan maka penerimaan PPN.
penerimaan PPN meningkat sebesar 0,215
satuan begitu pula sebaliknya. Tingkat 3) Hasil Uji Hipotesis 3 : Jumlah PKP
signifikansi 0,009 tidak melebihi 0,05 yang Diketahui t tabel 1,96 maka hasil pengujian
menunjukkan bahwa variabel inflasi variabel jumlah PKP memberikan hasil t hit > t
berpengaruh secara positif dan signifikan tab (5,463> 1,96) dengan tingkat signifikansi
terhadap penerimaan PPN. kurang dari 0,05 maka bedasarkan hasil tersebut
2) Nilai Tukar Rupiah ditarik kesimpulan H3 diterima, yaitu jumlah
Koefisien regresi bernilai negatif sebesar - PKP berpengaruh secara signifikan terhadap
2,119 menunjukkan nilai tukar mempunyai penerimaan PPN.
pengaruh negatif terhadap penerimaan PPN.
Asumsi jika terjadi peningkatan nilai tukar 1 b. Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji F)
satuan maka penerimaan PPN menurun sebesar Tabel 4. Hasil Uji F
Sumber : Data Diolah (2015)
2,119 satuan begitu pula sebaliknya. Tingkat
Diketahui F tabel 2,77 maka hasil pengujian
signifikansi 0,014 tidak melebihi 0,05 yang
semua variabel independen memberikan hasil F
menunjukkan bahwa variabel nilai tukar
hitung > F tabel (21,723>2,77 ) dengan tingkat
berpengaruh secara negatif dan signifikan
signifikansi kurang dari 0,05 maka bedasarkan
terhadap penerimaan PPN
hasil tersebut ditarik kesimpulan H4 diterima,
3) Jumlah PKP
yaitu inflasi, nilai tukar rupiah dan jumlah PKP
Koefisien regresi bernilai positif sebesar
berpengaruh secara simultan dan signifikan
13,190 menunjukkan jumlah PKP mempunyai
terhadap penerimaan PPN.
pengaruh positif terhadap penerimaan PPN.
Asumsi jika terjadi peningkatan jumlah PKP 1

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 9 No. 1 2016| 6


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
c. Uji Koefisien Determinasi (R2) c. Pengaruh jumlah PKP Terhadap Penerimaan
Tabel 5. Hasil Uji Koefisien Determinasi PPN
Bedasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
Adjusted R Std. Error of
jumlah PKP berpengaruh secara positif terhadap
Model R R Square Square the Estimate
penerimaan PPN, hasil tersebut mendukung
1 .733a .538 .513 .34610 penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Sumber : Data Diolah (2015) Masithoh (2011). Hal ini disebabkan karena PKP
Pengukuran R menunjukkan nilai 0,733 merupakan wajib pajak yang melakukan
menunjukkan bahwa nilai tersebut mendekati penyarahan BKP dan/atau JKP yang dikenai
angka 1 maka terdapat hubungan kuat antara pajak. Mengingat PKP mempunyai kewajiban
variabel independen dan dependennya. Untuk terhadap pemungutan, penyetoran dan
uji Adjusted R Square menunjukkan nilai 0,513 pelaporan PPN, maka semakin banyak jumlah
hal ini berati sebesar 51,3% variabel dependen PKP terdaftar maka akan semakin banyak PPN
dijelaskan oleh variabel independennya. yang akan dihimpun dan disetorkan. Sebab
itulah jumlah PKP mempunyai pengaruh positif
Pembahasan Penelitian terhadap penerimaan PPN.
a. Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap d. Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan
Penerimaan PPN Jumlah PKP secara Simultan Terhadap
Bedasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Penerimaan PPN
inflasi berpengaruh secara positif terhadap Bedasarkan hasil uji simultan, diketahui bahwa
penerimaan PPN, hasil tersebut mendukung inflasi, nilai tukar rupiah dan jumlah PKP
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh berpengaruh secara simultan terhadap
Wahyudi (2009), Salawati (2008), dan Carare penerimaan PPN. Hasil tersebut mendukung
(2008). Hal ini disebabkan karena jika terjadi penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
kenaikan tingkat inflasi, maka akan Saepudin (2008), Utari (2003), Salawati (2008),
meningkatkan harga jual yang dimana harga Wahyudi (2009) dan Masithoh (2011). Hal ini
jual tersebut adalah Dasar Pengenaan Pajak dikarenakan penerimaan pajak ditentukan oleh
(DPP) PPN. Meningkatnya DPP PPN akan faktor internal dan eksternal, faktor internal
berpengaruh terhadap meningkatnya meliputi kebijakan di bidang perpajakan seperti
penerimaan PPN. Sebab itulah inflasi pelaksanaan ekstensifikasi dimana berkaitan
mempunyai pengaruh positif terhadap dengan penambahan jumlah wajib pajak yang
penerimaan PPN. dalam hal PPN adalah penambahan jumlah
b. Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Penerimaan PKP. Faktor eksternal meliputi keadaan
PPN ekonomi makro negara seperti inflasi dan nilai
Bedasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tukar, jika inflasi dan nilai tukar dalam kondisi
nilai tukar berpengaruh secara negatif terhadap yang terkendali maka akan meningkatkan
penerimaan PPN, hasil tersebut mendukung aktivitas ekonomi yang akan memberi dampak
penelitian sebelumnyayang dilakukan oleh yang baik kepada penerimaan PPN yang
Saepudin (2008), Utari (2003). Hal ini merupakan pajak atas konsumsi.
disebabkan karena jika terjadi kenaikan nilai
tukar (melemah terhadap dollar), maka akan KESIMPULAN DAN SARAN
mangakibatkan harga jual barang dan jasa Kesimpulan
mengalami kenaikan harga, tingkat perubahan a. Inflasi berpengaruh terhadap penerimaan
harga tersebut akan mempengaruhi daya beli PPN secara positif dan signifikan.
konsumen yang menurun dan akan berlanjut Membuktikan bahwa hipotesis H1 yang
terhadap penurunan PPN dalam negeri, selain menyatakan bahwa inflasi berpengaruh
itu dengan adanya peningkatan nilai tukar secara signifikan terhadap penerimaan PPN
mengakibatkan biaya produk untuk diterima.
menghasilkan barang dan jasa akan meningkat b. Nilai tukar berpegaruh terhadap penerimaan
pula dan akan meningkatkan harga jual akhir, PPN secara negatif dan signifikan.
maka daya beli konsumen akan menurun dan Membuktikan bahwa hipotesis H2 yang
berakibat pada menurunnya penerimaan PPN. menyatakan bahwa nilai tukar rupiah
Sebab itulah nilai tukar mempunyai pengaruh berpengaruh secara signifikan terhadap
negatif terhadap penerimaan PPN. penerimaan PPN diterima.

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 9 No. 1 2016| 7


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
c. Jumlah PKP berpengaruh terhadap
penerimaan PPN secara positif dan Edalmen. 2000. Fluktusi Nilai Tukar Rupiah :
signifikan. Membuktikan bahwa hipotesis H3 Faktor Penyebab, Dampak dan Upaya
Pengendaliannya. Jakarta : Fakultas
yang menyatakan bahwa jumlah PKP
Ekonomi Universitas Tarumanegara
berpengaruh secara signifikan terhadap
Jurnal Ekonomi Vol. 01
penerimaan PPN diterima.
d. Inflasi, nilai tukar rupiah dan jumlah PKP Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Multivariate
berpengaruh secara simultan dan signifikan dengan Program SPSS. Semarang : Badan
terhadap penerimaan PPN. Membuktikan Penerbit Universitas Diponegoro
bahwa hipotesis H4 yang menyatakan inflasi,
nilai tukar rupiah dan jumlah PKP Kuncoro, Mudrajad. 2001. Manejemen Keuangan
berpengaruh secara simultan dan signifikan Internasional Pengantar Ekonomi dan Bisnis
Global Edisi Kedua. Yogyakarta : BPFE
terhadap penerimaan PPN diterima.

Murni, Asfia. 2006. Ekonomika Makro. Jakarta :


Saran PT. Refika Aditama
1. Bagi pemerintah, agar dapat menstabilkan
tingkat inflasi dan nilai tukar. Dengan cara Pasaribu, Benny. 2011. Analisis Faktor Yang
menambah hasil produksi, tidak mengimpor Mempengaruhi Indeks Harga Saham Sektor
barang dari negara yang sedang mengalami Industri Barang Konsumsi Di Pasar Modal
Indonesia. Jakarta : PT. Indeks
inflasi dan nilai tukar yang tinggi serta
menerapkan harga maksimum.
Saepudin. 2008. Analisis Pengaruh Inflasi dan Nilai
2. Bagi Direktorat Jenderal Pajak, untuk Tukar Rupiah Terhadap Penerimaan PPN
melakukan optimalisasi kegiatan Pada Kanwil DJP Jakarta Selatan. Jakarta :
ekstensifikasi dengan menjaring lebih Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN
banyak wajib pajak yang dapat dikukuhkan Syarif Hidayatullah
agar semakin banyak wajib pajak yang dapat
Sukardji, Untung. 2014. Pajak Pertambahan Nilai.
terjaring sebagai PKP dan memaksimalkan
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
penerimaan PPN.
3. Bagi peneliti selanjutnya, memperhatikan
Utari, Woro. 2003. Analisis Fundamental Ekonomi
variabel ekonomi makro lainnya yang Makro Serta Pengaruhnya Terhadap
memiliki peran terhadap penerimaan PPN, Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai.
seperti misalnya Produk Domestik Bruto dan Surabaya : Fakultas Ekonomi dan Bisnis
harga Bahan Bakar Minyak agar dapat lebih Universitas Wijaya Putra
memaksimalkan atau meminimalisir faktor
Wahyudi, Eddi. 2009. Dampak Fluktuasi Ekonomi
yang menyebabkan turun atau naiknya
Terhadap Penerimaan Pajak. Bogor : Institut
penerimaan PPN. Pertanian Bogor Jurnal Ekonomi Vol. 6
No. 1
DAFTAR PUSTAKA
Wijayanti, Amalia. 2015. Analisis Penerimaan
Amir, Hidayat. 2015. Potensi Pajak dan Kinerja Pajak Indonesia : Pendekatan Ekonomi Makro.
Pemungutannya, diakses pada 21 Semarang : Fakultas Ekonomika dan
September 2015 dari Bisnis
www.kemenkeu.go.id

Anonim.2015. Laju Inflasi Dari Tahun Ke Tahun,


diakses pada 21 September 2015 dari
www.bps.go.id

Asep, Hermawan. 2009. Penelitian Bisnis :


Paradigma Kuantitatif. Jakarta : Grasindo

Boediono, D. 1985. Ekonomi Alone. Yogyakarta :


BPFE

Case dan Fair. 2004. Prinsip-Prinsip Ekonomi


Makro. Jakarta : PT. Indeks

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 9 No. 1 2016| 8


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 9 No. 1 2016| 9
perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

You might also like