You are on page 1of 129

SKRIPSI

IMPLEMENTASI APLIKASI SISTEM KEUANGAN DESA (SISKEUDES)


DI KANTOR DESA MONCOBALANG KECAMATAN BAROMBONG
KABUPATEN GOWA

Oleh:

RENITA AMELIA
Nomor Induk Mahasiswa : 10561 11289 16

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020
SKRIPSI

IMPLEMENTASI APLIKASI SISTEM KEUANGAN DESA (SISKEUDES)


DI KANTOR DESA MONCOBALANG KECAMATAN BAROMBONG
KABUPATEN GOWA

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh


Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun dan Diajukan Oleh:

RENITA AMELIA
Nomor Induk Mahasiswa : 10561 11289 16

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
i
ii
HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Mahasiswa : Renita Amelia
Nomor Induk Mahasiswa : 10561 11289 16
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar proposal penelitian ini adalah karya saya sendiri dan
bukan hasil plagiat dari sumber lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya
dan apabila dikemudian hari pemyataan ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku di Universitas
Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 29 Juli 2020

Renita Amelia

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah puji syukur yang tidak terhingga atas kehadirat Allah SWT,

yang telah menganugerahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Implementasi Aplikasi

Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES) di Kantor Desa Moncobalang

Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa”.

Penyusunan skripsi ini dalam rangka memenuhi syarat memperoleh gelar

sarjana Ilmu Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Makassar. Penulis sangat menyadari bahwa keberhasilan dari

penyusunan skripsi ini berkat bimbingan, bantuan, dan saran-saran dari beberapa

pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

terimakasih kepada kedua orang tua penulis yakni Ibu Juriati yang senatiasa

mendo’akan, mendukung, dan memberikan motivasi yang tiada henti kepada

penulis dan kepada Almarhum Bapak Jaharuddin yang senantiasa mendukung,

memotivasi dan berjuang membiayai kuliah semasa hidupnya, terima kasih untuk

segala hal yang belum sempat penulis berikan, walaupun beliau tidak sempat

melihat penulis memakai toga namun gelar sarjana yang dicapai penulis

persembahkan untuk beliau, serta yang terhormat:

1. Ibunda Dr.Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar dan selaku

iv
Pembimbing I yang telah senantiasa meluangkan waktunya dalam

membimbing dan mengarahkan penulis, terima kasih atas ilmu, saran,

kritikan serta motivasi yang ibunda berikan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Semoga ibunda sehat dan selalu diberikan rezeki

yang berlimpah.

2. Bapak Dr.H. Samsir Rahim, S.Sos., M.Si selaku pembimbing II yang telah

senantiasa meluangkan waktunya dalam membimbing dan mengarahkan

penulis, terima kasih atas ilmu, saran, kritikan serta motivasi yang telah

bapak berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga

bapak sehat dan selalu diberikan rezeki yang berlimpah.

3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Prodi dan Ibu Nurbiah Tahir,

S.Sos., M.AP selaku Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr.H. Muhammadiah, M.Si , Bapak Dr.H. Samsir Rahim, S.Sos., M.Si

, Bapak Dr. Burhanuddin, S.Sos., M.Si , Bapak Muhammad Yusuf, S.Sos.,

M.Si selaku penguji. Terimakasih untuk semua masukan dan kritikan serta

motivasi yang diberikan kepada penulis.

5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang tidak dapat

penulis sebut satu persatu namanya, yang telah memberikan ilmunya selama

peneliti dalam proses perkuliahan.

6. Saudariku Pendekar IMMawati, Rasmiani, Bau Sri Sudarni, Lilis Angriani,

Reski Elvira R, Nurfadilah, Asrini dan Sridayanti yang senantiasa

v
membersamai penulis berjuang dalam organisasi IMM maupun akademik,

serta selalu memotivasi, memberikan dukungan selama beberapa tahun

terakhir. Sukses selalu untuk segala hal yang kita kerjakan, semoga Allah

senantiasa meridhoi.

7. Rekan-rekan seperjuangan di Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah Fisip Unismuh Makassar yang selalu membersamai dan

membatu baik dari segi moril maupun materi dalam proses penyusunan

skripsi ini hingga selesai.

8. Seluruh Aparat Desa Moncobalang yang senantiasa meluangkan waktunya

untuk peneliti dalam mengumpulkan data penelitian.

9. Rekan-rekan tercinta dari jurusan Ilmu Administrasi Negara Kelas ADN G

dan H angkatan 2016 yang selalu memberikan semangat.

10. Semua pihak yang sudah ikut membantu peneliti dalam proses penyusunan

skripsi ini hingga selesai.

Semoga skripsi yang peneliti susun ini dapat bermanfaat bagi penulis,

mahasiswa jurusan Ilmu Administrasi Negara lainnya, dan bagi siapa saja

yang membaca. Mohon maaf jika ada kesalahan dan kekeliruan dalam skripsi

dan penulis mengharapkan adanya kritik, masukan, dan saran terhadap skripsi

ini.

Makassar, 29 Juli 2020

Renita Amelia

vi
ABSTRAK

Renita Amelia (2020). Implementasi Aplikasi Sistem Keuangan Desa


(Siskeudes) di Kantor Desa Moncobalang Kecamatan Barombong
Kabupaten Gowa . Dibawah bimbingan Ihyani Malik dan Samsir Rahim.

Fokus penelitian ini adalah Implementasi Aplikasi Sistem Keuangan Desa


(Siskeudes) di Kantor Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten
Gowa. Dalam penyelenggaraan pemerintahan di desa tentunya tidak terlepas dari
faktor pengelolaan keuangan sebagai pendukung pembiayaan, Aplikasi Sistem
Keuangan Desa (Siskeudes) ini dikembangkan oleh BPKP dalam rangka
mempermudah pengelolaan keuangan desa menjadi lebih transparan dan
akuntabel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Aplikasi
Sistem Keuangan (Siskeudes) di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong
Kabupaten Gowa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
dengan pendekatan deskriptif dengan menggunakan model implementasi
kebijakan Merilee S. Grindlee. Dengan adanya aplikasi Sistem Keuangan Desa ini
maka seharusnya pengelolaan keuangan dapat dipertanggungjawabkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam implementasi sistem


keuangan desa sisi isi kebijakan dan lingkungan kebijakan sudah terimplementasi
dengan baik hanya saja masih ada beberapa kendala yang terjadi seperti
kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai sehingga proses
pengelolaan keuangan menjadi kurang maksimal. Agar implementasi siskeudes
dapat berjalan dengan baik maka pemerintah harus mengadakan pelatihan dan
bimtek siskeudes secara rutin.

Kata Kunci: Implementasi Siskeudes, Pengelolaan Keuangan Desa.

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ i


HALAMAN PENERIMAAN TIM ................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………. 1
A. Latar Belakang………………………………………………………… .... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 10
A. Penelitian Terdahulu .................................................................................... 10
B. Tinjauan tentang Implementasi Kebijakan.................................................. 13
C. Tinjauan Tentang Desa ............................................................................... 19
D. Penerapan Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES) ..................................... 27
E. Kerangka Pikir ............................................................................................ 30
F. Fokus Penelitian .......................................................................................... 31
G. Deskripsi Fokus ........................................................................................... 33
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 35
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................................... 35
B. Jenis dan Tipe Penelitian............................................................................ 35
C. Informan ..................................................................................................... 36
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 37
E. Teknik Analisis Data .................................................................................. 38
F. Teknik Pengabsahan Data .......................................................................... 39

viii
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 41
A. Deskripsi Lokasi Penelitian........................................................................ 41
B. Hasil dan Pembahasan Penelitian............................................................... 48
C. Matrik Temuan Hasil Penelitian ................................................................ 94
BAB V. PENUTUP ......................................................................................... 100
A. Kesimpulan ................................................................................................ 101
B. Saran........................................................................................................... 102

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 104


LAMPIRAN ...................................................................................................... 106

ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Informan ............................................................................................ 36
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Desa Moncobalang Perdusun .............................. 42
Tabel 4.2 Jumlah Sarana Pendidikan ................................................................ 47
Tabel 4.3 Matrik Temuan Hasil Penelitian ....................................................... 89

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Implementasi Kebijakan George C. Edward III ................ 15


Gambar 2.2 Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindlee .................... 18
Gambar 2.3 Kerangka Pikir............................................................................... 31
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Desa Moncobalang........................................ 46
Gambar 4.2 Musrenbang Desa Moncobalang ................................................... 55
Gambar 4.3 Menu Posting APBDesa Pada Menu Penganggaran ..................... 56
Gambar 4.4 Bukti Surat Permintaan Pembayaran (SPP) ................................. 59
Gambar 4.5 Bukti Pencairan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) .................. 59
Gambar 4.6 Menu Penatausahaan Pada Siskeudes........ .................................... 64
Gambar 4.7 Spanduk Pertanggungjawaban Penggunaan Dana Desa................. 69
Gambar 4.8 Musyawarah Desa dalam penyususnan RKPDesa ........................ 80
Gambar 4.8 Layanan Pengaduan Siskeudes........ ................ ........................... . 89

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah ditetapkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 1

tentang Desa, menjelaskan desa adalah kesatuan masyarakat yang mempunyai

batas wilayah yang memiliki wewenang dalam mengatur dan mengurus

pemerintahan, kepentingan masyarakat yang berdasarkan prakarsa

masyarakat setempat, hak asal usul, dan hak tradisional yang dihormati dan

diakui dalam sistem pemerintahan NKRI.

Laporan keuangan yang nantinya dibuat oleh pemerintah desa dapat

menyediakan informasi yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam

menyusun anggaran pada tahun selanjutnya. Desa telah banyak berkembang

dalam berbagai rupa sehingga perlu dijaga dan diberdayakan agar menjadi

maju serta semakin mandiri dan demokratis agar dapat membangun landasan

yang kuat dalam menjalankan pemerintahan menuju masyarakat yang aman,

adil dan makmur.

Keberpihakan pemerintah terhadap desa dimulai sejak munculnya

Undang-Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014. Pemerintahan Presiden RI Joko

Widodo mempunyai tekad untuk melaksanakan mandat dari Undang-Undang

Desa tersebut. Dapat dilihat dari beberapa tahun terakhir dimana Joko

Widodo menempatkan desa sebagai target utama pembangunan yang dalam

Program Pembangunan Nasional yang tertuang dalam RPJM Nasional tahun

1
2

2015-2019 yakni membangun Indonesia mulai dari pinggiran dengan

menguatkan daerah dan desa-desa dalam kerangka NKRI.

Kebijakan yang dapat dilakukan dalam mendukung kemandirian desa

salah satunya adalah dengan memberikan kesempatan kepada desa agar

mendapat pembiayaan dari APBN, dalam APBN-P 2015 pemerintah telah

mengalokasikan dana sebesar ± Rp. 20,776 trilliun untuk 74.093 desa yang

ada diseluruh Indonesia dan akan terus bertambah pada tahun-tahun

berikutnya, bahkan mencapai lebih dari 1 miliar untuk tiap desa. Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pasal 72, menyatakan bahwa desa

juga mengelola keuangan dari pendapatan asli desa dan berbagai pendapatan

lainnya berupa Alokasi Dana Desa (ADD); bagian hasil retribusi dan pajak

Kab/Kota; serta bantuan keuangan dari APBD Provinsi/Kab/Kota.

Peran yang diterima oleh pemerintah desa pastinya disertai dengan

pertanggungjawaban yang besar. Karena prioritas dana desa tidak hanya

digunakan untuk pembangunan infrastruktur saja, tetapi juga digunakan untuk

memperbaiki sarana dan prasarana kesehatan, ekonomi, pelayanan sosial

dasar dan pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan desa

yang sesuai dengan aturan. Oleh karena itu, perlu adanya pengorganisasian

yang jelas dalam melaksanakan suatu kebijakan untuk mengoptimalisasikan

sumber daya manusia dengan penempatan pegawai yang sesuai dengan

keahliannya. Ketika desa belum memiliki pengorganisasian yang baik, maka

sering kali terjadi masalah penyelewengan dana desa oleh aparat desa yang

tidak memiliki rasa tanggungjawab yang baik. Pengelolaan keuangan desa


3

diperlukan adanya suatu transparansi dan akuntabilitas serta optimalisasi

peran pendamping desa yang merupakan bentuk keterbukaan agar kinerja

pemerintah desa dapat menjadi lebih baik.

Kenyataan yang terjadi terkait pengelelolaan keungan desa, masih

banyak desa yang memiliki permasalahan terkait laporan keuangan desa

sebelum diterapkannya siskeudes antara lain:

Belum terdapat laporan realisasi mengenai pelaksanaan dari anggaran


dana desa secara terperinci dan jelas, hal tersebut dibuktikan dari
beberapa dokumen laporan pelaksanaan anggaran di Desa Moncobalang
pada tahun 2015. Adanya keterlambatan dalam pelaporan keuangan
desa, serta dilihat dari segi administrasinya pengelolaan keuangan desa
belum akuntabel dan beberapa dokumen pengelolaan keuangan belum
tersaji dengan rapi. Permasalahan yang terakhir yakni masih banyaknya
masyarakat yang terkesan tidak peduli dan tidak tahu mengenai
keuangan karena masyarakat belum diberikan akses untuk mengetahui
seputar keuangan desa, sehingga besar kemungkinan berdampak kepada
pertumbuhan desa. (Wawancara awal dengan MI Bendahara Desa
Moncobalang)

Faktor lain yang menjadi penghambat adalah kurang mendukungnya


sumber daya manusia (SDM) yang tidak mampu mengelolah anggaran
dengan baik. Hal tersebut menimbulkan banyak terjadi penyimpangan
dana desa. Hal itu disampaikan oleh Budi Santoso selaku Direktorat
Pembinaan dan Kerja Sama Antar-Komisi dan Instansi KPK (2019).
https://mediaindonesia.com/

Kualitas pelaporan keuangan merupakan pondasi utama bagi kemajuan

dalam pemerintahan desa, dalam pengelolaan dana desa dapat terjadi resiko

kesalahan baik dalam administratif maupun substansif yang bisa


4

mengakibatkan terjadinya permasalahan-permasalahan hukum, karena tidak

dapat dipungkiri kompetensi aparat desa belum memadai dalam hal

perencanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan

desa, hal ini diungkapkan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan atau sering disingkat BPKP (2015). Untuk mewujudkan tata

pengelolaan keuangan desa yang baik maka pemerintah mengeluarkan

Peraturan Menteri dalam Negeri No 20 Tahun 2018 tentang pedoman

pengelolaan keuangan yang efektif dan efisien.

Pengelolaan Keuangan Desa menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri

No 20 Tahun 2018 Pasal 1 adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan

pertanggungjawaban keuangan Desa. Oleh karena itu, perlu adanya

pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan desa agar dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Dengan pengelolaan dan

perencanaan yang baik, maka diharapkan dana yang berasal dari dana desa

bisa menunjang program-program desa sehingga tujuan pemerintah tercapai,

Septiarini dan Elisabeth (2016).

Pengelolaan keuangan dana desa harus dilakukan dengan baik dan teliti

untuk menghindari terjadinya kecurangan dalam pengelolaan anggaran desa.

Untuk menindaklanjuti terselenggaranya proses pembangunan yang sejalan

dengan prinsip tata pemerintahan yang baik, pemerintah berkewajiban untuk

mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk

meningkatkan kemampuan mengelola keuangan dan menyalurkan informasi


5

kepada pelayanan publik. Oleh karena itu, dalam rangka membantu

pemerintah desa dalam hal pengelolaan keuangan desa maka BPKP

mengembangkan sebuah aplikasi dalam rangka meningkatkan kualitas dan

tata kelola keuangan desa. Pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan untuk

mengimplementasikan aplikasi yang berbasis online dalam rangka

pengelolaan keuangan desa. Aplikasi ini disebut sistem keuangan desa atau

sering disingkat SISKEUDES aplikasi ini dikembangkan bersama dengan

Permendagri sebagai regulator sehingga penggunaan aplikasi tersebut sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

Tujuan adanya kebijakan aplikasi Siskeudes dari BPKP tidak terlepas

dari berbagai faktor yang mempengaruhi agar implementasi kebijakan

Siskeudes dapat sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pemerintah dan

masyarakat. Implementasi aplikasi SISKEUDES di Kabupaten Gowa

sebenarnya sudah lama bermula sejak peluncuran aplikasi yang telah

dilaksanakan pada tanggal 13 Juli 2015. Bahkan Gowa telah berhasil menjadi

salah satu Kabupaten yang menjadi percontohan dalam mengelola dana desa

dengan menerapkan sistem keuangan desa ini. Aplikasi sistem keuangan desa

merupakan aplikasi yang transparan dan akuntabilitas serta dapat

meningkatkan kualitas dalam tata kelola keuangan desa. Implementasi

program Siskeudes yang dikembangkan saat ini dapat menambah pemahaman

yang berbasis komputer dan lebih mempermudah dalam mengelola keuangan

desa serta mempercepat kinerja dari aparatur desa sehingga dapat

mewujudkan pemerintahan yang baik atau sering disebut good governance.


6

Aplikasi ini secara secara serentak diterapkan di 121 desa di Kabupaten

Gowa dengan ketetapan dan segala tahapannya telah dilalui setelah digunakan

pada tahun 2016. Dari 121 desa, ada sekitar 96 desa yang telah

mengintegrasikan ini salah satunya di Desa Moncobalang, tersisa 25 desa

yang belum menerapkan aplikasi ini karena tidak dapat dipungkiri ada

beberapa desa di Kabupaten Gowa yang masih terkendala tidak adanya

koneksi internet. Namun pemerintah Kabupaten Gowa tetap optimis untuk

tahun 2020 aplikasi ini sudah diterapkan diseluruh desa, BPKP (2016).

Berbagai dampak positif sudah terlihat dari implementasi sistem

keuangan desa yaitu dapat membantu dalam mengelola keuangan desa,

kemudian memudahkan dalam hal pelaporan, dan memudahkan dalam

menata kelola keuangan desa secara optimal. Sistem keuangan desa ini

diharapkan dapat memudahkan para aparatur desa terkhusus di kantor desa

Moncobalang dalam proses pengelolaan keuangan Desa serta meningkatkan

mutu pelayanan kepada masyarakat, karena semakin tingginya mutu

pelayanan yang diberikan kepada masyarakat maka semakin tinggi pula

kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.

Berdasarkan hasil pra-riset yang dilakukan. Desa Moncobalang telah

menerapkan aplikasi sistem keuangan desa sejak tahun 2016. Dampak yang

dirasakan dari penerapan aplikasi ini yakni pengelolaan keuangan menjadi

lebih mudah dan lebih efektif karena sebelum adanya aplikasi ini, pelaporan

keuangan desa dilakukan secara manual dan memakan waktu yang cukup

lama dan tidak dapat dipungkiri masih ada beberapa kendala yang sering
7

terjadi dilapangan seperti masih kurangnya pemahaman pada pengoperasian

pengimputan dan kurangnya sumber daya yang dapat mengelolah aplikasi

siskeudes dan sering terjadi error pada sistem database, ataupun memerlukan

password baru sehingga tidak dapat menjalankan aplikasi siskeudes secara

valid, ungkap Muh.Ikram selaku Bendahara Desa.

Dari apa yang telah dipaparkan, maka terlihat bahwa masalah utama

yang dihadapi aparatur desa dalam mengelola keuangan desa dengan

memanfaatkan aplikasi Siskeudes adalah sumber daya manusia (SDM) dan

minimnya pelatihan-pelatihan dalam pelaksanaan Siskeudes kepada aparatur

desa. Sarana dan prasarana juga menjadi salah satu unsur yang diperlukan

dalam mendukung berjalannya implementasi, karena tanpa adanya fasilitas

yang memadai maka implementasi kebijakan tidak akan berjalan dengan

lancar. Selain itu implementor dalam hal aparatur desa juga harus mengerti

apa yang harus dilakukan dalam menjalankan tugasnya agar pelaporan

keuangan dapat berjalan dengan baik dengan mengedepankan asas-asas

pengelolaan keuangan yakni transparansi, akuntabel dan partisipasif.

Hadirnya Siskeudes ini merupakan fenomena baru dalam pengelolaan

keuangan desa, sehingga dengan diterapkannya aplikasi tersebut diharapkan

membawa perubahan yang lebih baik lagi bagi pengelolaan keuangan di Desa

Moncobalang kedepannya. Dalam hal ini peneliti ingin melihat kemajuan

yang terjadi dalam hal transaparansi dan akuntabilitas keuangan desa setelah

aplikasi ini diterapkan, perubahan apa yang terjadi sebelum dan setelah

aplikasi ini diterapkan, dengan melihat beberapa variable yakni: Isi Kebijakan
8

dan Lingkungan Kebijakan dari model implementasi Merilee S. Grindle yang

dapat menentukan keberhasilan dari implementasi SISKEUDES ini.

Berdasarkan apa yang telah dijelaskan di atas, maka penulis tertarik

untuk meneliti lebih lanjut mengenai “Implementasi Aplikasi Sistem

Keuangan Desa (SISKEUDES) di Kantor Desa Moncobalang Kecamatan

Barombong Kabupaten Gowa”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dijelaskan di atas, dapat di rumuskan

permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana Implementasi Sistem

Keuangan Desa di Kantor Desa Moncobalang?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas yang telah dikemukakan, maka

tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui Implementasi Sistem

Keuangan Desa di Kantor Desa Moncobalang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian dapat menambah pengetahuan mengenai sistem keuangan

desa di bidang pemerintahan desa Kabupaten Gowa serta dapat

dijadikan sebagai bahan referensi dan acuan bagi peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Praktis
9

a. Manfaat Untuk Mahasiswa

Penelitian ini dapat menjadi referensi dan acuan untuk

mengetahui penerapan sistem keuangan desa di Kabupaten Gowa.

b. Manfaat Untuk Pemerintah

Diharapkan dapat memberi informasi tentang kendala yang

dihadapi dalam penerapan aplikasi sistem keuangan desa dan dapat

menjadi bahan dalam pengembangan inovasi aplikasi ini.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya dijadikan sebagai faktor pendukung yang dapat

membantu penyelesaian penelitian ini, terkhusus penelitian terdahulu yang

relavan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini.

Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah:

1. Novirania. (2018). “Implementasi Aplikasi SISKEUDES di Desa Bogorejo

Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran”.

Metode yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan pendekatan

deskriptif menggunakan model implementasi kebijakan Edward III. Hasil

dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam implementasi siskeudes

sudah berjalan cukup baik dari struktur birokrasi dan dari segi komunikasi,

disposisi maupun sumber daya. Pelaksanaan aplikasi siskeudes menjadi

lebih terpola dan tersusun dengan sangat baik karena setiap dana yang

akan dikeluarkan harus dilengkapi dengan surat pembayaran. Pada

pelaksanaan siskeudes juga masih ditemukan beberapa kendala pada

indikator komunikasi yang ditransmiskan oleh BPKP yang dinilai masih

kurang maksimal pada pelaksana program, serta kelemahan pada aplikasi

ini yang masih mudah terkena virus.

10
11

2. Putri. (2018). “Evaluasi Penggunaan Aplikasi SISKEUDES untuk

Meningkatkan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Desa di Desa Jenetallasa

Kec.Pallangga Kab.Gowa”.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan

paradigma interpretative. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam

penerapan aplikasi siskeudes telah di lakukan secara menyeluruh proses

pengimputan laporannya. Desa Jenetallasa sudah melakukan proses

pertanggungjawaban yang sudah relavan serta aplikasi tersebut sudah

dijalankan secara terstruktur. Desa Jenetallasa telah menerapkan prinsip

patuh dan taat untuk menjalankan tugas dan tanggungjawab serta bersikap

adil dalam setiap penyampaian informasi sehingga segala proses yang

dikerjakan sudah tersusun dengan baik sehingga penerapan siskeudes

menghasilkan kualitas akuntabilitas keuangan desa dalam mewujudkan

pengelolaan desa yang baik.

3. Malahika. (2018). “Penerapan Sistem Keuangan Desa Pada Organisasi

Pemerintahan Desa (Studi Kasus di Desa Suwaan Kec.Kalawat

Kab.Minahasa Utara).

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan

data primer, yang berupa wawancara dan data sekunder. Informan adalah

kepala desa, sekretaris desa, dan kepala urusan pemerintahan desa. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa:

a. Implementasi Sistem Keuangan Desa di Desa Suwaan telah berjalan

dengan baik
12

b. Prosedur pemanfaatan SISKEUDES dilakukan dengan 4 tahapan yaitu:

perencanaan, implementasi, administrasi, dan pelaporan

c. Sistem Keuangan Desa telah memberikan pengaruh positif terhadap

kinerja setiap karyawan.

4. Fausia. (2020). “Pengelolaan Dana Desa di Desa Abbumpungeng

Kecamatan Cina Kabupaten Bone”.

Penelitian ini menggunakan menggunakan analisis kualitatif dengan

tipe deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan dana

desa di desa Abbumpungen, Kecamatan Cina Kabupaten Bone sudah cukup

baik namun belum cukup efektif dan efisien. Hal tersebut terlihat dari

beberapa aspek yang belum optimal, karena dari tahap perencanaan belum

mengadakan musyaearah dusun, kemudian dari pelaksanaannya masih

terkendala lambatnya pencairan dana desa dan mengakibatkan tertundanya

pembangunan kemudian dari segi pengawasan belum transaparan, dilihat

tidak adanya papan informasi. Hanya pada aspek pengorganisasian yang

sudah terlaksana cukup baik karena melibatkan masyarakat dalam proses

pembangunan desa.

Berdasarkan penelitian terdahulu, dapat dilihat bahwa yang menjadi

perbedaan dengan penelitian ini yaitu teori yang digunakan, peneliti saat ini

mengkaji tentang Implementasi Aplikasi Sistem Keuangan Desa

(SISKEUDES) dengan menggunakan model implementasi Merilee S.

Grindle dengan melihat 2 variabel yaitu Isi kebijakan dan Lingkungan

Kebijakan dengan tujuan ingin melihat tingkat keberhasilan dari penerapan


13

aplikasi siskeudes dalam mengelola keuangan. Sedangkan persamaanya

adalah menekankan pada sistem dan keuangan desa untuk mewujudkan

pengelolaan keuangan yang lebih baik.

B. Tinjauan Tentang Implementasi Kebijakan

1. Pengertian Implementasi Kebijakan Publik

Secara umum istilah implementasi dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia berarti pelaksanaan atau penerapan. Istilah implementasi biasanya

dikaitkan dengan suatu kegitan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan

tertentu.Implementasi merupakan tahap yang paling menentukan dalam

proses kebijakan, karena tanpa adanya implementasi yang efektif maka

keputusan pembuat kebijakan tidak akan berhasil dilaksanakan.

Wahab (2014) implementasi kebijakan merupakan suatu proses

melaksanakan keputusan kebijakan, yang biasanya dalam bentuk undang-

undang, peraturan pemerintah, peraturan menteri dalam negeri, keputusan

peradilan, dan dekrit presiden.

Wahab dalam yahya (2014) implementasi kebijakan merupakan batu

sandungan dalam mewujudkan efektivitas organisasi birokrasi, yaitu

birokrasi pemerintah belum merupakan kesatuan yang efektif, efesien dan

berorientasi pada tujuan.

Mulyadi (2015: 12) Implementasi kebijakan mengacu pada tindakan

untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan.

Subarsono (2013: 169) Implementasi kebijakan publik secara

konvensional yang dilakukan oleh negara melalui badan-badan


14

pemerintahan. Karena pada dasarnya merupakan upaya pemerintah dalam

melaksanakan salah satu tugasnya yaitu memberikan pelayanan kepada

publik atau sering disebut public service. Suatu kebijakan tidak memiliki

arti jika tidak di implementasikan. Implementasi dilakukan setelah tahap

perencanaan sudah dianggap sempurna.

Implementasi sebagai sebuah upaya untuk menciptakan hubungan

yang memungkinkan bagi kebijakan dapat terealisasikan sebagai sebuah

hasil aktivitas dari pemerintah. Upaya kebijakan di desain dengan harapan

untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Jadi, implementasi merupakan

sebuah proses untuk mewujudkan rumusan dalam kebijakan menjadi

kebijakan untuk mewujudkan hasil akhir yang diinginkan.

2. Model Implementasi Kebijakan

Berkaitan dengan implementasi kebijakan publik, teori dan

implementasi sangatlah berkaitan. Teori sebagai abstraksi objek atau

gagasan, sedangkan model yaitu perwujudan dari teori tersebut. Berikut

beberapa model implementasi yang diajukan oleh para ahli antara lain:

a. Model George C. Edward III dalam Mulyono (2015: 68)

Ada 4 variabel yang mempengaruhi implementasi kebijakan yaitu

Komunikasi, Sumber Daya, Disposisi atau Sikap dan Struktur Birokrasi.

1) Komunikasi, di dalam komunikasi harus dilakukan secara efektif oleh

para pelaksana dengan para kelompok sasaran. Implementor harus

paham apa yang harus mereka lakukan, tujuan dan sasaran kebijakan
15

harus dijelaskan kepada kelompok sasaran untuk mengurangi

penyimpangan didalam implementasi.

2) Sumber daya, yaitu meskipun isi kebijakan sudah dikomunikasikan

secara jelas dan konsisten, namun jika implementor kekurangan

sumber daya yang memadai untuk melaksanakan, maka implementasi

tidak akan berjalan secara efektif. Sumber daya dapat berupa manusia

yaitu kompetensi implementor dan sumber daya finansial.

3) Disposisi, yakni sifat dan karakteristik yang dimiliki pelaksana

kebijakan. Apabila seorang implementor memiliki disposisi yang baik,

maka implementor tersebut dapat menjalankan kebijakan dengan baik

seperti yang dikehendaki oleh pembuat kebijakan.

4) Struktur Birokrasi, merupakan susunan komponen kerja dalam

organisasi yang menunjukkan adanya pembagian kerja serta adanya

kejelasan bagaimana fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda yang

diintegrasikan atau dikoordinasikan, selain itu struktur organisasi juga

menunjukkan spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan

penyampaian laporan. Aspek dalam stuktur organisasi adalah Standar

Operating Procedure (SOP) dan fragmentasi.

Komunikasi
Sumber Daya

Implementasi

Disposisi
Struktur Birokrasi

Gambar 2.1. Model implementasi Kebijakan George C. Edwar III


16

b. Model implementasi Van Meter dan Van Horn

Menurut Meter dan Horn dalam Subarsono (2016:100) ada lima

variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni:

a. Standard dan sasaran kebijakan. Standard dan sasaran kebijakan mesti

jelas dan terukur sehingga dapat diwujudkan. jika standar dan sasaran

kebijakan kabur, maka akan terjadi multi interpretasi dan mudah

menyebabkan konflik di antara para agen implementasi.

b. Sumber daya. Pelaksanaan kebijakan perlu dukungan sumber daya baik

sumber daya manusia maupun sumberdaya non-manusia.

c. Hubungan antar organisasi. Dalam banyak program, implementasi

sebuah program perlu dukungan dan sinkronisasi dengan instansi lain.

d. Karakteristik agen pelaksana. Yang dimaksud karakteristik agen

pelaksana yaitu meliputi struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola

hubungan yang berlangsung dalam birokrasi, yang mempengaruhi

implementasi.

e. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Variabel ini mencakup sumber

daya ekonomi lingkungan yang bisa mendukung keberhasilan

implementasi program

f. Disposisi implementor. Disposisi implementor mencakup tiga hal yaitu:

respon implementor terhadap kebijakan; kognisi, yakni pemahaman

terjadap kebijakan; intensitas disposisi implementor, yaitu preferensi

nilai yang dimiliki oleh implementor.

c. Model Merilee S. Grindle dalam Agustino (2016: 142)


17

Menurut Grindle dalam Agustino (2016: 142) keberhasilan suatu

implementasi kebijakan dapat diukur dari proses pencapaian tujuan yang

ingin diraih. Yang dalam hal ini dapat dilihat dari hal berikut:

1) Dari prosesnya, yaitu dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan

kebijakan sesuai dengan apa yang telah ditentukan dengan merujuk

kepada aksi dalam pelaksanaan kebijakannya

2) Apakah tujuan dari kebijakan tercapai. Dalam hal ini diukur dengan

melihat 2 faktor, yakni:

a. Efeknya pada masyarakat

b. Tingkat perubahan yang terjadi serta penerimaan kelompok

sasaran dengan perubahan yang terjadi

Keberhasilan suatu implementasi menurut Grindle ditentukan oleh

tingkat implementabilty kebijakan itu sendiri, yang terdiri dari isi dan

lingkungan kebijakan Di mana isi kebijakan tersebut sebagai berikut:

a. Kepentingan kelompok sasaran yang mempengaruhi

b. Manfaat yang dihasilkan

c. Tingkat perubahan yang diinginkan

d. Kedudukan pembuat kebijakan

e. Siapa yang melaksanakan program

f. Sumber daya yang dikerahkan

Sedangkan konteks kebijakan meliputi:

a. Kepentingan, kekuasaan dan strategi aktor yang terlibat

b. Karakteristik institusi yang berkuasa


18

c. Tingkat kepatuhan dan daya tanggap kelompok sasaran

Pelaksanaan kebijakan yang ditentukan oleh isi atau lingkungan yang

diterapkan, dapat diketahui apakah para pelaksana kebijakan dalam

membuat sebuah kebijakan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh

pembuat kebijakan.

Tujuan
Kebijakan Implementasi kebijakan
dipengaruhi oleh:
a. Isi kebijakan
1. Kepentingan kelompok sasaran
2. Tipe manfaat
Program
3. Derajat perubahan yang
aksi dan
diinginkan
proyek yang
di desain 4. Letak pengambilan keputusan
dan di danai 5. Pelaksanaan program
6. Sumber daya yang dilibatkan
b. Lingkungan implementasi
1. Kekuasaan, kepentingan, dan
Tujuan yang
aktor yang terlibat
dicapai
2. Karakteristik lembaga dan
penguasa
3. Kepatuhan dan daya tanggap
Program yang
dilaksanakan
sesuai rencana
Outcomes:
a. Dampak pada masyarakat
b. Perubahan dan
penerimaan masyarakat

Mengukur
keberhasilan
19

Gambar 2.2. Model Pendekatan Implementasi Merilee S. Grindle


Sumber: Agustino (2016: 146)
Penggunaan teori model implementasi dari Merilee S. Grindle akan

mempermudah penulis dalam membahas secara menyeluruh dan

mendalam mengenai implementasi aplikasi sistem keuangan desa di

kantor desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa

dengan melihat 2 dimensi. Dimensi yang digunakan dapat dilihat dari

prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksana sesuai dengan apa

yang ditentukan dengan merujuk kepada aksi kebijakannya dan apakah

tujuan dari kebijakan bisa tercapai. Kemudian dimensi ini diukur dengan

melihat 2 faktor tahapan pelaksana dan dampaknya terhadap aparatur desa

dan masyarakat. Yang tujuan akhirnya adalah teori ini dapat dijadikan

tolak ukur dalam menilai berhasil atau tidaknya kebijakan dan apa

dampak dan perubahannya terhadap masyarakat dan terkhusus aparatur

desa dalam mengelola keuangan.

C. Tinjauan Tentang Desa

1. Desa

Desa adalah wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai

satuan masyarakat dan hukum yang memiliki organisasi pemerintahan

terendah langsung di bawah camat dan berhak mengatur rumah tangganya

sendiri dalam NKRI.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, mengartikan

bahwa desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas


20

wilayah yang memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus

pemerintahanya dalam sistem NKRI. Pengaturan desa bertujuan:

a. Memberikan penetapan dan penghormatan atas desa yang sudah ada

keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknnya NKRI;

b. Memberikan kepastian hukum dan kejelasan status desa dalam sistem

ketatanegaraan untuk mewujudkan keadilan bagi rakyat Indonesia;

c. Melestarikan adat, budaya dan tradisi yang ada di masyarakat;

d. Mendorong masyarakat agar dapat bergerak dan berpartisipasi dalam

pengembangan potensi dan aset yang dimiliki desa untuk kesejahteraan

bersama;

e. Membentuk pemerintahan desa yang profesional, efektif dan efisien

terbuka, dan bertanggungjawab;

f. Meningkatkan pelayanan publik bagi masyarakat desa untuk

mempercepat pelaksanaan kesejahteraan umum;

g. Meningkatkan ketahanan sosial dan budaya masyarakat desa dalam

rangka mewujudkan masyarakat yang mampu merawat kesatuan sosial

selaku bagian dari ketahanan nasional;

h. Memajukan perekonomian masyarakat desa dalam mengatasi

permasalahan dalam pembangunan nasional; dan

i. Memperkuat masyarakat desa yang merupakan pelaku utama dalam

pembangunan.

2. Pemerintahan Desa

Pemerintahan desa adalah lembaga yang memiliki tugas untuk


21

mengelola wilayah tingkat desa. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Pasal 23 Pemerintahan Desa dilaksanakan oleh pemerintahan Desa, dan

Pasal 24 penyelenggaraan pemerintahan Desa berdasarkan asas berikut:

a. Kepastian hukum

b. Tertib penyelenggaraan pemerintahan

c. Tertib kepetingan umum

d. Keterbukaan

e. Proporsionalitas

f. Profesionalitas

g. Akuntabilitas

h. Efektivitas dan efesiensi

i. Kearifan local

j. Keberagaman

k. Partisipatif

Dasar pemikiran yang menjadi acuan pengaturan pemerintahan desa

adalah sebagai berikut:

a. Keanekaragaman: istilah desa dapat disesuaikan dengan asal-usul dan

kondisi sosial budaya setempat seperti nigari, negeri, kampung, pekan,

hutan atau marga. Pemerintah desa menghormati adat dan budaya yang

ada dalam masyarakat setempat, dan harus tetap mengindahkan setiap

sistem nilai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.


22

b. Partisipasi: pemerintah desa harus mampu membuat masyarakat berperan

aktif agar masyarakat memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi terhadap

perkembangan kehidupan sebagai sesama warga.

c. Otonomi Asli: pemerintah desa memiliki wewenang dalam mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakatnya yang didasarkan pada hak asal-

usul dan nilai sosial budaya yang ada pada masyarakat setempat, dan

tidak terlepas dalam prospektif administrasi modern.

d. Demokratisasi: pemerintah desa harus mampu menampung aspirasi

masyarakat melalui Badan Perwakilan Desa dan Lembaga

Kemasyarakatan selaku mitra pemerintah desa.

e. Pemberdayaan Masyarakat: pemerintah desa bertugas untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kebijakan yang

ditetapkan, kegiatan dan program-program yang sesuai dengan

permasalahan yang ada dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat.

Dari beberapa penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa desa

memiliki kewenangan mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya

dalam segala aspek kehidupan desa, baik di bidang pelayanan publik,

pengaturan dan pemberdayaan masyarakat.

Kepala desa sebagai pemangku kekuasaan memiliki wewenang untuk

mengelola keseluruhan pengelolaan keuangan desa dan mewakili

pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan desa yang dipisahkan.

Adapun sekretaris desa bertugas dalam mengkoordinator pelaksanaan

pengelolaan keuangan desa dan bertanggungjawab kepada kepala desa.


23

3. Pengelolaan Keuangan Desa

Pengelolaan keuangan adalah segala bentuk kegiatan administrativ

yang dilakukan dalam bentuk beberapa tahapan yang meliputi: perencanaan,

penyimpanan, penggunaan, pencatatan, serta pengawasan yang kemudian

diakhiri dengan pertanggungjawaban (pelaporan) terhadap siklus keluar

masuknya dana/uang dalam sebuah instansi (organisasi) pada kurun waktu

tertentu.

Keuangan desa dalam Undang-Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014

menjelaskan bahwa, keuangan desa adalah segala hak dan kewajiban desa

yang dapat dinilai dengan uang serta sesuatu yang berupa uang dan barang

dan berhubungan dengan pelaksanaan dan kewajiban desa. Berikut proses

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan

pertanggungjawaban keuangan desa.

a. Proses Perencanaan Pengelolaan Keuangan Desa

Dalam proses perencanaan pengelolaan keuangan desa disusun

secara berjangka dimulai dari kepala dusun disetiap dusun mengadakan

Musyawarah Dusun yang dihadiri oleh kepala dusun RT , RW, BPD, dan

LPM desa dengan tujuan untuk menampuang aspirasi dari masyarakat

mengenai kegiatan apa yang akan diusulkan ke dalam program desa. Dari

hasil musyawarah dusun tersebut dibawah oleh BPD kedalam

musyawarah yang diadakan desa yaitu Musdes. Tujuan Musyawarah

Desa yaitu untuk menyususn RPJM Desa untuk jangka waktu 6 tahun.

Didalam RPJM Desa memuat visi dan misi dari Kepala Desa, arah
24

kebijakan pembangunan dan rencana kegiatan yang meliputi bidang

penyelenggaraan pemerintah desa, pelaksanaan pembangunan desa,

pembinaan dan pemberdayaan masyarakat desa. Musyawarah Desa

dihadiri oleh Kepala Desa dan aparat desa, BPD, Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Desa dan unsur masyarakat yang terdiri dari

PKK, Karang taruna dan kepala dusun.

Kemudian pemerintah Desa menjabarkan RPJMDesa menjadi

RKPDesa untuk jangka waktu 1 tahun melalui Musyawarah Perencanaan

Pembangunan Desa. RKPDesa disusun oleh pemerintah Desa sesuai

dengan informasi dari pemerintah daerah kabupaten/kota dan RKPDes

merupakan dasar dari penetapan APBDesa.

Selanjutnya Sekretaris Desa menyusun RAPBDesa berdasarkan

RKPDesa pada tahun berkenaan dan menyampaikan RAPBDesa kepada

Kepala Desa. Yang terakhir, Kepala Desa menyampaikan RAPBDesa

kepada BPD untuk disidangkan oleh BPD, lalu apabila BPD sudah

menyetujui RAPBDesa maka akan dikirim ke Kecamatan yang kemudian

disahkan oleh Bupati. Kemudian Sekretaris akan menuangkan kedalam

APBDes dan di sahkan oleh Kepala Desa.

b. Proses Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa

Pada proses pelaksanaan pengelolaan keuangan, pihak-pihak yang

terlibat dibentuk untuk bertanggungjawab di setiap program berdasarkan

APBDesa pihak tersebut dinamakan dengan Tim Pelaksana Kegiatan

atau TPK. Didalam mengajukan pendanaan, TPK terlebih dahulu


25

mengajukan Rincian Anggaran Belanja dan Surat Permintaan

Pembayaran SPP kepada Sekretaris Desa untuk diverifikasi dan

kemudian diajukan kepada Kepala Desa untuk disetujui. Setelah disetujui

barulah Bendahara Desa melakukan pencairan dana dan melakukan

pencatatan pengeluaran.

Setiap penerimaan dan pengeluaran dana desa dilakukan melalui

rekening kas desa. dalam melakukan transaksi penerimaan dan

pengeluaran di desa harus di dukung dengan bukti lengkap yang sah

berupa nota atau kwitansi belanja, daftar hadir saat melakukan rapat dan

nota catering apabila ada konsumsinya.

c. Proses Penatausahaan Pengelolaan Keuangan Desa

Penatausahaan di lakukan oleh Bendahara desa yang juga berperan

sebagai operator Sistem Keuangan Desa, dan perangkat desa lainnya

seperti Sekretaris Desa. Pada tahap ini, Bendahara desa menyampaikan

laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran desa kepada

Kepala Desa setiap 1 bulan sekali, yakni pada tanggal 10 pada bulan

berikutnya yang dilengkapi dengan Buku Kas Umum dan Buku Kas

Harian. Dokumen yang digunakan Bendahara Desa Moncobalang dalam

penatausahaan yakni Buku Kas Umum, Buku Kas Harian, Buku

Pembantu Pajak dan Buku Pembantu Rekening Kas.

d. Proses Pelaporan Pengelolaan Keuangan Desa

Proses pelaporan dimulai dari pembuatan laporan

pertanggungjawaban terhadap APBDes dari masing-masing kegiatan


26

oleh Tim Pelaksana Kegiatan. Setelah itu, laporan tersebut disetor kepada

Bendahara Desa yang juga selaku operator Siskeudes untuk di masukkan

ke dalam Siskeudes dan kemudian di sidangkan oleh BPD, lalu Camat

menyampaikan kepada Bupati.

e. Proses Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa

Pada proses pertanggungjawaban realisasi APBDesa dilakukan

oleh Kepala Desa kemudaian di sampaikan kepada Camat lalu Camat

menyampaikan kepada Bupati. Laporan pertanggungjawaban dana desa

terdiri dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan desa.

Ketentuan Umum dalam Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 20

Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa Pasal 2 menyatakan

bahwa,

a. Keuangan desa dikelola dengan asas yang transparan, akuntabel,

partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.

b. APB Desa merupakan dasar pengelolaan keuangan desa dalam masa satu

tahun anggaran mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31

Desember

Pengelolaan keuangan desa merupakan sistem dari pengelolaan

keuangan Negara dan Daerah dalam mendanai penyelenggaraan dan

pemberdayaan pemerintahan dan masyarakat desa. Oleh karena itu,

ketentuan umum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun

2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa Pasal 1 diperlukan standar dalam


27

pengelolaan keuangan desa, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan,

Penatausahaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa.

Adapun asas-asas pengelolaan Keuangan Desa menurut Peraturan

Menteri Dalam Negeri No 20 Tahun 2018 yaitu :

1. Transparan

2. Akuntabel

3. Partisipatif

D. Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES)

Aplikasi siskeudes merupakan aplikasi tata kelola keuangan desa.

Aplikasi ini sebelumnya dikenal dengan nama sistem informasi manajemen

daerah (SIMDA) salah satu aplikasi yang dikembangkan oleh perwakilan

BPKP yang bekerjasama dengan Kementerian Dalam Negeri dan Kemendesa

untuk digunakan oleh pemerintah diseluruh Indonesia untuk pengelolaan dana

desa. Aplikasi ini di implementasikan perdana pada bulan Juni 2015 di

Kabupaten Mamasa. Siskeudes sebenarnya sejek awal dipersiapkan dalam

rangka penetapan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

kemudian ditetapkan dengan kebijakan Peraturan Menteri Dalam Negeri No

113 Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan yang saat ini sudah berubah

menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri No 20 Tahun 2018.

Hal ini mendapat perhatian lebih dari Komisi XI DPR RI serta

memenuhi rekomendasi KPK untuk menyusun sistem keuangan desa bersama

dengan Kementerian Dalam Negeri. Setelah melewati tahapan Jaminan

Kualitas (Quality Assurance) oleh tim yang di tunjuk, maka keberhasilan


28

pengembangan siskeudes selanjutnya diserahkan kepada kepala BPKP Bidang

Pengawasan Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah.

Aplikasi sistem keuangan desa ini dibuat dengan menggunakan fitur-

fitur yang sederhana dan mudah digunakan oleh pengguna dalam

mengoperasikan aplikasi ini. Beberapa kelebihan yang dimiliki aplikasi

siskeudes antara lain:

a. Sesuai regulasi yang berlaku

Dasar pemikiran lahirnya aplikasi siskeudes mengacu pada:

a. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

b. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 juncto PP Nomor 47 Tahun

2015 sebagai pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa

c. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 juncto PP Nomor 22 Tahun

2015 tentang Dana Desa

d. Pemendagri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa

e. Pemendagri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan

Desa

f. PMK Nomor 247 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengalokasian,

Penyaluran, penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa.

b. Mempermudah tata kelola keuangan desa

Selain lebih mudah dalam penyusunan penganggaran, penatausahaan,

pelaporan dan pertanggungjawaban, Aplikasi Siskeudes juga mempermudah

dalam menyusun perencanaan seperti dokumen, RPJMDes dan RKPDes.


29

c. Kemudahan Penggunaan Aplikasi (User Friendly)

Aplikasi ini mudah digunakan meskipun orang awam yang menggunakan

tanpa adanya bekal ilmu akuntansi, karena Aplikasi Siskeudes hanya

menggunakan Microsoft Acces sebagai databasenya sehingga lebih mudah

dan ramah digunakan.

d. Built-in Internal Control

e. Kesinambungan Maintence

f. Didukung tutorial penggunaan aplikasi siskeudes

Tujuan utama di terapkannya aplikasi siskeudes yaitu agar pemerintah

desa mendapatkan kemudahan dalam melakukan proses pengelolaan keuangan,

serta dapat dipertanggungjawabkan akuntabilitasnya. Pemerintah desa dapat

melaksanakan tahapan pengelolaan keuangan desa sesuai dengan peraturan

yang berlaku. Oleh karena itu, perlu adanya keseriusan dalam menjalankan

pengelolaan siskeudes agar dapat berjalan secara efektif, efesien, proporsional

dan mandiri. Beberapa tujuan Siskeudes antara lain:

1. Memastikan seluruh ketentuan dan kebijakan dalam implementasi UU desa,

keuangan dan pembangunan desa dapat dilaksanakan dengan baik pada

tingkatan pemerintah.

2. Pemerintah desa dapat melaksanakan siklus pengelolaan keuangan desa

secara akuntabel, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa

berdasarkan ke 4 modul siskeudes.

Dalam proses pengimputan aplikasi siskeudes, dapat menghasilkan


30

laporan yang sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, antara lain:

1. Dokumen penatausahaan

2. Bukti penerimaan

3. Surat permintaan pembayaran

4. Surat setoran pajak

5. Laporan-laporan penganggaran

6. Laporan penatausahaan yaitu; buku kas umum, bank, pajak, pembantu dan

buku register.

E. Kerangka Pikir

Kerangka berfikir merupakan alur pemikiran yang diambil dari suatu

teori, undang-undang atau peraturan yang dianggap relavan dengan fokus atau

judul penelitian dalam upaya menjawab masalah-masalah yang ada dirumusan

masalah penelitian tersebut.

Penelitian ini membahas mengenai Implementasi Aplikasi Siskeudes di

Kantor Desa Moncobalang Kabupaten Gowa. Untuk melihat sejauh mana

keberhasilan penerapan siskeudes dalam pengelolaan keuangan desa yang

partisipatif, akuntabel dan transparansi, maka penelitian ini akan dianalisis

menggunakan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 Pasal 1

tentang Pengelolaan Keuangan Desa, kemudian di uji dengan menggunakan

teori implementasi dari Merilee S Gridlee yang terdiri dari 6 indikator isi

kebijakan dan 3 indikator dari lingkungan kebijakan.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti mennggambarkan kerangka pikir

yang menjadi acuan sebagai berikut.


31

Peraturan Menteri Dalam Negeri No 20 Tahun 2018


tentang Pengelolaan Keuangan

Implementasi Program SISKEUDES

Isi Kebijakan mencakup


Lingkungan Kebijakan
1. Kepentingan kelompok mencakup
sasaran yang mempengaruhi 1. Kekuasaan, kepentingan-
2. Tipe manfaat kepentingan dan strategi
3. Derajat perubahan yang di dari actor yang terlibat
inginkan 2. Kerakteristik lembaga
4. Letak pengambilan yang berkuasa
keputusan 3. Tingkat kepatuhan dan
5. Pelaksana program responsivitas dari
6. Sumberdaya yang dilibatkan kelompok sasaran

Keberhasilan Implementasi SISKEUDES dalam


pengelolaan keuangan di Kantor Desa Moncobalang
Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Pikir


F. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini dilihat dari latar belakang yang dirumuskan dalam

rumusan masalah kemudian dikaji berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka. Maka fokus penelitian mengenai bagaimana

Implementasi sistem keuangan desa di kantor Desa Moncobalang

Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa. Peneliti saat ini melakukan

analisis dengan menggunakan teori dari Merilee S Grindle.


32

Berdasarkan kerangka pikir diatas, keberhasilan suatu kebijakan dapat

diukur dari proses pencapaian hasil akhir, dan tercapai tidaknya tujuan

yang diinginkan dalam pelaksanaan suatu program dalam hal ini yakni,

Implementasi Aplikasi Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES) di Kantor

Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa dalam

mengelola keuangan yang transparansi dan akuntabilitas. Keberhasilan

implementasi dapat diukur dari dua hal berdasarkan pada teori Merilee S

Grindle yaitu berdasarkan isi kebijakan yang memiliki 6 indikator dan

koteks kebijakan yang terdiri dari 3 indikator sebagai berikut.

a. Isi Kebijakan (Content of Policy), indikatornya yaitu:

1. Kepentingan yang mempengaruhi

2. Tipe manfaat

3. Derajat perubahan yang ingin dicapai

4. Letak pengambilan keputusan

5. Pelaksana program

6. Sumberdaya yang digunakan

b. Lingkungan Kebijakan, indikatornya yaitu:

1. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan, dan strategi dari actor yang

terlibat

2. Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa

3. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran


33

G. Deskripsi Fokus

Konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini perlu diperjelas

dengan dikemukakannya deskripsi fokus penelitian sebagai berikut:

a. Isi Kebijakan

1). Kepentingan yang mempengaruhi, yaitu sejauh mana kepentingan-

kepentingan dalam kebijakan membawa pengaruh terhadap

implemetasi, dalam hal ini sejauhmana aparat desa memahami

pengelolaan sistem keuangan dengan baik berdasarkan dengan

kebijakan peraturan menteri dalam negeri no 20 tahun 2018 tentang

pengelolaan keuangan desa.

2). Tipe manfaat yang diperoleh, yaitu manfaat apa yang didapatkan

aparat desa dan masyarakat setelah aplikasi siskeudes diterapkan di

desa Moncobalang.

3). Derajat perubahan yang ingin dicapai, yaitu sejauhmana perubahan

yang dihasilkan dari penerapan program aplikasi siskeudes, yaitu

peningkatan kinerja aparatur desa dan penggunggunaan APBDesa

yang efektif dan efesien di desa Moncobalang.

4). Letak pengambilan keputusan, yaitu dimana letak pengambilan

keputusan dalam mengahadapi permasalahan yang timbul dari

kebijakan aplikasi siskeudes di desa Moncobalang.

5). Pelaksana program, yang ingin dilihat yaitu dalam penerapan aplikasi

sistem keuangan desa harus didukung dengan adanya pelaksana yang


34

kompeten dan kapabel demi keberhasilan penerapan siskeudes di desa

Moncobalang.

6). Sumber daya yang diinginkan, yaitu dalam penerapan aplikasi

siskeudes maka harus didukung dengan sumber daya yang memadai

baik dari segi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai

dengan bidangnya masing-masing.

c. Lingkungan Kebijakan

1). Kekuasaan, kepentingan-kepentingan, dan strategi dari actor yang

terlibat, dalam indikator ini melihat dari sosialisasi dan pelatihan-

pelatihan dari program aplikasi sistem keuangan desa.

2). Karakteristik lembaga yang berkuasa, yaitu adanya layanan penyediaan

penyampaian keluhan atau masalah dari penerapan aplikasi siskeudes.

3). Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana, yaitu sejauh

mana kepatuhan dan respon aparat desa dalam menanggapi kebijakan

penerapan aplikasi sistem keuangan desa di desa Moncobalang.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi

Waktu penelitian akan dilaksanakan selama dua bulan mulai dari bulan

juni sampai agustus. Adapun lokasi penelitian yaitu di kantor Desa

Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa. Pilihan penelitian di

Desa Moncobalang dikarenakan desa ini sudah lama menerapkan aplikasi

sistem keuangan desa dalam mengelola keuangannya dan peneliti ingin

mengetahui tingkat keberhasilan dari implementasi aplikasi ini, apakah

membawa perubahan atau tidak.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis dan tipe penelitian yang digunakan penulis sebagaimana yang

dijelaskan dalam Sugiyono (2017), sebagai berikut:

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui implementasi siskeudes di Desa

Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif. Penelitian

dengan pendekatan deskriptif dimaksudkan untuk menelaah, menganalisis,

dan menjelaskan lebih dalam bagaimana implementasi Aplikasi Sistem

Keuangan Desa di kantor Desa Monobalang Kecamatan barombong

35
36

Kabupaten Gowa melihat sejauh mana keberhasilan implementasi

siskeudes dalam pengelolaan keuangan desa yang akuntabilitas,

transparansi, dan partisipatif.

C. Informan

Informan dalam penelitian ini diharapkan memberikan data secara

obyektif, akurat, serta dapat dipertanggung jawabkan yang diberikan kepada

peneliti. Dalam penentuan informan peneliti menggunakan metode Purposive

Sampling yaitu penentuan orang yang mengerti dan terlibat langsung kedalam

permasalahan penelitian. Berikut daftar Informan dalam penelitian ini:

Tabel 3.1 Informan Penelitian

No. Jabatan Informan Nama / Inisial Informan Jumlah


1. Plt.Kepala Desa Anwar Asru, S.Sos 1 Orang
Moncobalang (AA)
2. Sekretaris Desa Syaiful Fahmi 1 Orang
Moncobalang (SF)
3. Kepala Urusana Keuangan Muh.Ikram 1 Orang
(Bendahara) Desa (MI)
Moncobalang
4. Ketua Badan Abdul Wahab 1 Orang
Permusyawaratan Desa (AW)
Moncobalang
5. Kepala Dusun Muh.Hasan 1 Orang
Moncobalang (MH)
6. Masyarakat Nursiah 1 Orang
(NS)
7. Masyarakat Mustamin 1 Orang
(MS)
7. Total 7 orang

Sumber: diolah oleh Peneliti


37

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan oleh

penulis adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh Sugiyono (2017), yaitu

sebagai berikut:

1. Observasi (pengamatan)

Untuk mendapatkan gambaran kongkrit mengenai penerapan sistem

keuangan desa di kantor Desa Moncobalang. Maka peneliti melakukan

pengamatan dan mencatat secara langsung terhadap hal yang berhubungan

dengan objek yang akan diteliti. Peneliti akan turun langsung kelapangan

dalam hal ini kantor Desa Moncobalang untuk mengamati apakah desa

tersebut betul-betul sudah menerapkan aplikasi siskeudes dan mengelola

keuangan sesuai dengan tujuan dari siskeudes.

2. Wawancara (interview)

Teknik wawancara yang dilakukan menggunakan tanya jawab langsung

kepada informan yang berdasarkan pada tujuan peneliti. Serta mencatat

berdasarkan daftar pertanyaan-pertanyaan yang dibutuhkan dan telah

disiapkan sebelumnya oleh peneliti. Peneliti menggunakan wawancara tak

terstruktur, dalam artian proses wawancara yang dilakukan lebih terbuka

dengan meminta pendapat dan gagasan narasumber terkait dengan

permasalahan implementasi siskeudes dalam mengelola keuangan desa ini.

Apakah sudah berjalan secara maksimal atau belum sehingga peneliti dapat

mencatat dan mendengarkan keterangan informan dan menemukan data

yang lebih mendalam.


38

3. Dokumentasi

Metode ini akan dilakukan dengan cara mendatangi Kantor Desa

Moncobalang Kabupaten Gowa untuk memperoleh data berupa tulisan,

gambar dan karya-karya tentang proses penerapan siskeudes sebagai objek

peneliti.

5. Studi Kepustakaan

Data yang diperoleh peneliti pada proses studi kepustakaan yaitu buku-

buku mengenai implementasi kebijakan, dokumen-dokumen mengenai

Pengelolaan Keuangan dengan siskeudes, dan jurnal-jurnal mengenai

implementasi Aplikasi Sistem Keuangan Desa (Siskeudes), serta berita-

berita yang memuat hal-hal mengenai masalah implementasi Aplikasi

Sistem Keuangan Desa (Siskeudes).

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah langkah selanjutnya untuk mengolah data, dimana

data yang diperoleh dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa untuk

menyimpulkan persoalan yang diajukan dalam menyusun hasil penelitian.

Dalam analisis data, penulis menggunakan 3 (tiga) teknik sebagaimana yang

dijelaskan oleh Sugiyono (2017: 247-252), yaitu sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Pada tahap ini penulis mencoba memilih data-data yang sesuai atau data

yang bersifat pokok untuk selanjutnya dirangkum dan memfokuskan pada

hal yang dianggap penting guna mempermudah dalam menggunakan pola

penelitian yang diinginkan.


39

2. Penyajian Data

Merupakan sajian data yang dilakukan oleh peneliti dalam bentuk narasi

singkat dengan menjelaskan berbagai hubungan yang ada serta melampirkan

dalam sebuah bentuk bagan. Penyajian data sangat berguna bagi peneliti

dalam melihat pandangan dan gambaran secara menyeluruh atau beberapa

bagian tertentu dari penelitian.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Pada tahap ini kesimpulan yang diperoleh oleh peneliti masih bersifat

sementara sampai ditemukannya bukti dan data yang kuat untuk digunakan

pada tahap berikutnya.

F. Teknik Pengabsahan Data

Salah satu cara yang digunakan oleh peneliti dalam pengujian

kredibilitas data adalah dengan triangulasi. Triangulasi dalam pengujian

kredibilitas ini dimaksudkan sebagai pemeriksaan data dari beragam sumber

dengan beragam cara, dan beragam waktu. Lebih lanjut Sugiyono (2017:

274), membagi triangulasi kedalam tiga macam, yaitu:

1. Triangulasi Sumber

Yaitu membandingkan cara mengecek ulang kepercayaan suatu

informasi yang telah diperoleh dengan melalui sumber yang berbeda.

Dalam hal ini peneliti melakukan pengumpulan dan pemeriksaan data

yang didapatkan dari hasil pengamatan, wawacara dan dokumen-dokumen

yang ada. Kemudian peneliti melakukan perbandingan dari hasil

wawancara dengan dokumen yang tersedia sehingga menghasilkan suatu


40

kesimpulan.

2. Triangulasi Teknik

Untuk menguji kreadibilitas dari data, maka dapat dilakukan dengan

pengecekan data dengan sumber yang menyerupai tetapi dengan teknik

yang berbeda. Misalnya data yang telah diperoleh dari hasil wawancara

dapat di cek dengan proses yang berbeda seperti dokumentasi, penyebaran

kusioner dan observasi secara langsung.

3. Triangulasi Waktu

Waktu juga kerap mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

dikumpulkan melalui teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber

masih segar, belum terlalu banyak masalah, akan memberikan data yang

lebih valid sehingga lebih meyakinkan. Untuk itu dalam rangka menguji

kredibilitas data bisa dilakukan melalui teknik melaksanakan pemeriksaan

dengan wawancara, pengamatan atau bisa cara lain dengan keadaan yang

lain. Jika hasil uji mendapatkan data yang tidak sama, maka dilaksanakan

dengan berulang-ulang hingga sampai didapatkan kepastian suatu datanya.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Penelitian

Dalam bab ini akan dideskripsikan hasil penelitian dan pembahasan dari

data menyangkut fokus penelitian sebagai tindak lanjut dari hasil pengumpulan

data. Sebelum mendeskripsikan hasil penelitian dan pembahasan, maka terlebih

dahulu peneliti akan menguraikan secara singkat tentang gambaran umum dan

kondisi geoografiis Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten

Gowa yang menjadi lokasi penelitian.

1. Profil Desa Moncobalang

Desa Moncobalang menurut data dari Badan Pusat Statistik

Kabupaten Gowa. Desa Moncobalang terletak di sebelah selatan Kecamatan

Barombong dengan jarak sekitar 7 kilometer. Desa Moncobalang memiliki

luas wilayah 3,40 Ha, yang sebagian besar wilayah merupakan lahan

pertanian. Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Takalar

Sebelah Timur : Kecamatan Bajeng

Sebelah Selatan : Desa Biringgala

Sebelah Barat : Kabupaten Takalar

Wilayah desa Moncobalang merupakan daerah dataran dengan curah

hujan 237,75 mm dengan suhu 27,125 derajat celcius, dan sangat potensial

untuk kondisi iklim khususnya dalam aspek pertanian, dengan mengacu

pada 2 musim yakni musim hujan dan musim kemarau. Adapun Desa

41
42

Moncobalang secara administrative terdiri dari 3 dusun yaitu Dusun

Moncobalang, Dusun Tompobalang, Dan Dusun Karampuang. Jumlah RW

15 dan RT 30.

Desa Moncobalang merupakan salah satu desa yang berada di

Kecamatan Barombong yang memiliki jumlah penduduk relative tinggi

peningkatannya. Berdasarkan data yang di peroleh dari Badan Pusat

Statistik menyebutkan bahwa jumlah penduduk di Kecamatan Barombong

pada tahun 2018 mencapai 40.135 jiwa. Jika dibandingkan dengan tahun

sebelumnya, penduduk di Kecamatan Barombong mengalami pertumbuhan

sebesar 0,53%.

Table 4.1
Jumlah Penduduk Desa Moncobalang Per Dusun

Dusun Laki-Laki Perempuan Total

Moncobalang 883 890 1.773


Karampuang 820 838 1.658
Tompobalang 780 850 1.630
Jumlah 2.483 2.578 5.061
Sumber : Data Monografi Desa Moncobalang

Banyaknya penduduk untuk Desa Moncobalang sendiri sebesar 5.061

jiwa, yang terdiri dari 2.483 jiwa laki-laki dan 2.578 jiwa perempuan.

Pendidikan juga merupakan salah satu unsur terpenting dalam

pembangunan, karena dengan adanya pendidikan maka masyarakat akan

membentuk sumber daya manusia yang berkualitas tinggi yang akan

pendidikannya di Desa Moncobalang yaitu SLTA.


43

1. Visi dan Misi Desa Moncobalang

a. Visi

Terciptanya Desa Moncobalang yang Makmur dan Sejahtera

b. Misi

1) Mewujudkan pemerintah desa yang tertib dan berwibawa

2) Mewujudkan sarana dan prasarana desa yang memadai

3) Mewujudkan perekonomian dan kesejahteraan warga desa

2. Sruktur Pemerintahan Desa

Sesuai dengan undang-undang No 6 tahun 2014 tentang pemerintah

desa dijelaskan bahwa pemerintah desa adalah penyelenggaran urusan

pemerintahaan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem

pemerintahan NKRI. Pemerintah desa adalah Kepala Desa dibantu

perangkat desa sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah desa. Pemerintah

desa di Desa Moncobalang pada umumnya sama dengan desa-desa pada

lainnya di Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa yang pada umumnya

terdiri dari Kepala Desa dan dibantu oleh seorang sekretaris serta 3 orang

kepala urusan yakni, kepala urusan administrasi, kepala urusan keuangan,

kepala urusan umum dan 3 kepala seksi untuk pelaksana teknis takni kepala

seksi Pemerintahan, Kepala Seksi Pembangunan serta Kepala Seksi

Kesejahteraan. Selain itu terdapat 3 kepala Dusun selaku pelaksana unsur

kewilayahan yaitu, Kepala Dusun Moncobalang, Kepala Dusun

Tompobalang dan Kepala Dusun Karampuang.


44

Berdasarkan struktur organisasi tata pemerintahan desa dibawah ini

maka tugas-pokok fungsi masing-masing kelembagaan sebagai berikut :

a. Kepala Desa

1. Meningkatkan kesejahteraan rakyat

2. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat

3. Melaksanakan kehidupan demokrasi

4. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan yang baik

b. BPD

1.Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan

pemerintah desa

2. Menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi

masyarakat

3. Mengawasi pengelolaan keuangan desa

c. Sekretaris Desa

Membantu kepala desa dalam mempersiapkan dan melaksanakan

pengelolaan administrasi desa, mempersiapkan bhan penyusunan

laporan penyelenggaraan pemerintah desa

d. Kaur Keuangan (Bendahara Desa)

Memiliki kewajiban untuk membantu Sekretaris Desa dalam

melaksanakan pengelolaan sumber pendapatan desa, pengelolaan

administrasi keuangan desa dan mempersiapkan bahan penyusunan

APBD. Selain itu tugas pokok yang dimiliki bendahara lainnya adalah :
45

1. Menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan,

membayarkan dan mempertanggung-jawabkan keuangan desa dalam

rangka pelaksanaan APBD

2. Membuat laporan pertanggungjawaban atas penerimaan dan uang

yag menjadi tanggungjawabnya melalui laporan

pertanggungjawaban

3. Menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan uang/

surat berharga dalam pengelolaannya

4. Melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perinta

5. Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada Kepala

Desa

e. Kaur Pemerintahan

Menyusun dan mengevaluasi pelksanaan program-program

dibidang pemerintahan.

e. Kaur Pembangunan

Menyusun rencana dan pengendalian, mengevaluasi pelaksanaan,

serta menyusun laporan dibidang pemerintahan.

f. Kaur Umum

Melaksanakan tugas-tugas kearsipan, perlengkapan, kemsyarakatan

dan sosial
46

Gambar 4.1
Struktur Organisasi Desa Moncobalang Berdasarkan UU No 6 Tahun
2014

Plt.Kepala Desa
Anwar Asru. S.Sos

Sekretaris Desa
BPD Syaiful Fahmi, LPM
Amd.Kom

KASI KASI Plt.KAUR


KASI KAUR KAUR
Pembanguna Kesejahteraa Administrasi
Pemerintahan Keuangan Umum
n n Syaiful Fahmi,
Sriwahyuni Muh.Ikram H.Suwardi, SE
Syamsuddin Hasra Dewi, Amd.Kom
Syam SE

KADUS KADUS KADUS


Moncobalang Tompobalang Karampuang

3. Kondisi Sarana dan Prasarana

Pembangunan dalam penyedian sarana dan pra sarana dalam

memberikan pelayanan social dapat dilihat dari tersedinya sarana dan

prasarana dalam menyediakan segala kebutuhan masyarakat dalam

lingkungan. Seperti halnya sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, dan

sarana keagamaan.

a. Sarana Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu hal yang memiliki peranan penting


47

dalam kehidupan, pendidikan berperan penting dalam pembentukan pola

pikir dalam pengembangan kualitas hidup masyarakat. Pendidikan

merupakan suatu kebutuhan masyarakat yang sangat mendukung dalam

pengembangan masyarakat. Lebih jelasnya dapat dilihat pada table

berikut:

Tabel 4.3
Jumlah Sarana Pendidikan

Sarana Pendidikan Frekuensi


Taman Kanak-kanak 3
TPA 7
Sekolah Dasar 2
SMA/SMK -
Total 12
Sumber: Kantor Desa Moncobalang

b. Sarana Keagamaan

Dalam hal keagamaan, penduduk di Desa Moncobalang mayoritas

menganut agama islam. Saran keagamaan di Desa Moncobalang

terdiri dari saeana peribadatan berupa Masjid yang berjumlah 8 buah

dan tidak terdapat rumah peribadatan yang lain.

c. Sarana Kesehatan

Dalam rangka terpenuhnya kebutuhan masyarakat dalam hal

kebutuhan akan kesehatan dapat dilihat dari tersedianya sarana dan

prasarana keseharan yang ada di dalam lingkungan masyarakat.

Seperti halnya di Desa Moncobalang terdapat 1 puskesmas dan 4

posyandu.
48

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai hasil dan pembahasan data

yang telah diperoleh dari penelitian di lapangan, baik dari observasi maupun

wawancara yang dilakukan mengenai Implementasi Aplikasi Sistem

Keuangan Desa. Hasil observasi maupun wawancara dalam penelitian ini

akan dianalisis sesuai dengan fokus penelitian yang telah ditetapkan

sebelumnya. Tingkat keberhasilan dari implementasi Aplikasi Sistem

Keuangan Desa di Kantor Desa Moncobalang Kecamatan Barombong

Kabupaten Gowa akan dianalisa oleh peneliti dengan menggunakan teori

model implementasi oleh Merilee S. Grindle. fokus penelitian berdasarkan 2

dimensi penelitian dari teori Implementasi Merilee S. Grindle yakni isi

kebijakan dan lingkungan kebijakan.

Maka dari penelitian ini diperoleh hasil yang dilakukan oleh peneliti

yang kemudian di olah dan dianalisis sehingga timbul beberapa pertanyaan

dengan melakukan metode wawancara kepada beberapa informan yang

ditentukan peneliti, yang kemudian dilakukan observasi langsung ke lokasi

penelitian. Berikut penjelasan secara rinci dari fokus penelitian:

1. Isi Kebijakan dengan mengemukakan 6 indikator yakni:

a. Kepentingan kelompok sasaran yang mempengaruhi

Kepentingan kelompok sasaran menurut Merilee S Grindlee

yaitu sejauhmana kepentingan kelompok sasaran termuat dalam isi

kebijakan sehingga dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap

implementasi. Sasaran kebijakan yang telah ditetapkan pun harus jelas


49

sehingga mempermudah kelompok sasaran yang dituju dalam

melaksanakan kebijakan tersebut. Tujuan yang jelas dalam suatu

kebijakan akan mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu kebijakan

dan akan mempermudah pengimplementasiannya, oleh sebab itu

kelompok sasaran perlu memahami isi dari kebijakan yang telah

ditentukan.

Kelompok sasaran yang dituju dari kebijakan Program Aplikasi

Sistem Keuangan Desa ini adalah Aparat Desa Moncobalang, yaitu

bagaimana pelaksanaan suatu kebijakan yang diimplementasikan

memberikan dampak yang baik terhadap pelaksanaan kebijakan.

Aparat desa harus mengerti dan paham untuk dapat mencapai tujuan

dari kebijakan yang telah ditentukan. Berikut wawancara dengan

Kepala Desa selaku perwakilan dari aparat desa:

“Sasaran kebijakan implementasi siskeudes ini adalah aparat


desa dan masyarakat, tugas kami disini benar-benar harus sesuai
dengan arah kebijakan yang ada, apalagi dalam mengelola
keuangan desa aparat berperan penting mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban.”

(Hasil Wawancara, AA, Rabu 08 Juli 2020 di Kantor Desa


Moncobalang)

Dari wawancara diatas dapat dilihat bahwa peran aparat desa

sangat penting dalam pengelolaan keuangan, oleh karena itu aparat

desa benar-benar harus memahami arah kebijakan yang telah

ditetapkan dalam Permendagri No 20 Tahun 2018 agar pengelolaan

keuangan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang ingin
50

dicapai. Selain aparat desa, masyarakat juga sangat berperan penting

dalam proses pengelolaan keuangan desa, karena dengan adanya

partisipasi masyarakat maka pengelolaan keuangan desa dapat

menjadi lebih transparan. Berikut wawancara dengan salah satu

masyarakat yang menjadi informan penelitian:

“sejak adanya aplikasi siskeudes di desa moncobalang, kini


masyarakat turut dilibatkan dalam proses penyusunan program-
program baik itu pembangunan maupun pemberdayaan yang
akan di laksanakan di desa ini.”

(Hasil Wawancara, MM, Jum’at 10 Juli 2020 di Desa


Moncobalang)

Dari wawancara diatas dapat dilihat bahwa masyarakat yang

merupakan kelompok sasaran dari implementasi siskeudes sudah turut

terlibat dalam proses pengelolaan keuangan desa. Karena salah satu

yang menjadi indikator keberhasilan dari implementasi siskeudes

yakni dengan adanya manfaat yang dirasakan oleh kelompok sasaran.

Oleh karena itu, masyarakat harus paham dengan arah kebijakan yang

ada sehingga proses pengelolaan keuangan bisa menjadi lebih baik.

Dalam pelaksanaan implementasi Aplikasi Sistem Keuangan

Desa di Kantor Desa Moncobalang dimaksudkan sebagai salah satu

langkah strategis dalam memenuhi pertanggungjawaban dana desa

sesuai dengan arah kebijakan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 20

Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Pengelolaan

keuangan desa dengan Siskeudes terdiri dari beberapa tahap yakni:

Perencanaan, Pelaksanaan, Penatausahaan, Pelaporan dan


51

Pertanggungjawaban. Sasaran kebijakan tersebut dapat mempermudah

aparat di desa Moncobalang dalam mengelola keuangan desa yang

semakin tahun semakin meningkat jumlahnya, selain itu juga dapat

meningkatkan kualitas kinerja aparat desa Moncobalang dalam

pengelolaan keuangan.

Berikut ini arah kebijakan yang mempengaruhi pelaksanaan

penerapan Aplikasi Sistem Keuangan Desa yang dilaksanakan oleh

aparat desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa,

sebagai berikut:

1) Proses Perencanaan Pengelolaan Keuangan Desa di Desa

Moncobalang

Tahap awal dari pengelolaan keuangan desa di mulai dari

perencanaan. Perencanaan merupakan proses utama yang dilakukan

oleh pemerintah desa Moncobalang agar penyusunan APBDesa

dengan Siskeudes sesuai dengan sasaran yang ditentukan. Dalam

menyusun perencanaan, pemerintah desa wajib melakukan

musyawarah terlebih dahulu dengan masyarakat. Hal ini pun

dilakukan oleh pemerintah desa Moncobalang dalam melakukan

perencanaan.

Peneliti melakukan wawancara kepada informan yaitu Sekretaris

Desa Moncobalang terkait dengan proses perencanaan pengelolaan

keuangan desa dengan siskeudes, sebagai berikut:

“Perencanaan yang kita lakukan di Desa Moncobalang sesuai


dengan peraturan yang dibuat, Jadi tahap awal itu kami
52

mengadakan musyawarah dusun yang dihadiri oleh semua


kepala dusun, BPD, RT, RW dan masyarakat.

(Hasil Wawancara, SF, Rabu 08 Juli 2020 di Kantor Desa


Moncobalang)

Dari hasil wawancara dengan Sekretaris Desa Desa

Moncobalang dalam melaksanakan tahapan perencanaan dimulai dari

musyawarah dusun terebih dahulu yang dihadiri oleh semua Kepala

Dusun, BPD, RT, RW dan Masyarakat.

Informasi lebih lanjut dijelaskan juga oleh Kepala Dusun

Moncobalang terkait dengan tahapan awal dalam perencanaan

keuangan desa Moncobalang.

“Jadi tahapan awal perencanaan keuangan desa itu dimulai dari


musyawarah dusun dimana dalam musyawarah ini dibahas
mengenai kegiatan yang mau diajukan dalam musyawarah desa,
jadi semua perwakilan dari masyarakat mengusulkan kegiatan.
Setelah musyawarah dusun, baru didata program apa yang harus
diutamakan yang kemudian dibawa ke musyawarah desa atau
musrengbangdes.”

(Hasil Wawancara, MH, Jum’at 10 Juli 2020 di Kantor Desa


Moncobalang)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa tahap

perencanaan dimulai dari musyawarah dusun dimana dalam

musyawarah tersebut akan dibahas mengenai program apa yang harus

diutamakan untuk dijalankan kemudian akan diusulkan di dalam

musyawarah desa.

Kemudian setelah tahap musyawarah dusun maka dilaksanakan

musyawarah desa yang dihadiri oleh kepala dusun, BPD, RT, RW,
53

LPM dan Masyarakat. Musyawarah ini bertujuan utnuk menyusun

RKP Desa untuk jangka waktu 1 tahun yang memuat arah kebijakan

dari pembangunan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan

kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Berikut

kutipan wawancara dengan Sekretaris Desa sebagai berikut:

“Jadi APB Desa ini dirancang sesuai dengan RKP Desa, RKP
Desa ini akan kita susun bersama dengan lembaga yang ada di
desa dan tokoh masyarakat.

(Hasil Wawancara, SF, Rabu 08 Juli 2020 di Kantor Desa


Moncobalang)

Kemudian setelah sekretaris desa menyusun RAPB Desa

berdasarkan dengan RKP Desa di tahun berkenaan, maka Sekretaris

Desa akan menyampaikan RAPB Desa tersebut kepada Kepala Desa

untuk di setujui. Hal tersebut sudah sesuai dengan Permendagri No 20

Tahun 2018 Pasal 32 ayat (1) dan (2). Pernyataan ini didukung dengan

kutipan wawancara sebagai berikut:

“Sekretaris desa itu bertugas untuk menyusun RAPB Desa


berdasarkan RKP Desa tahun berkenaan.”

(Hasil Wawancara, AA, Rabu 08 Juli 2020 di Kantor Desa


Moncobalang)

Selanjutnya Kepala Desa Moncobalang menyampaikan RAPB

Desa kepada BPD untuk di bahas dan disepakati bersama. Setelah ada

kesepakatan antara pemerintah desa dengan BPD, maka BPD akan

mengeluarkan Surat Keputusan (SK). Hal ini sudah sesuai dengan

acuan Permendagri No 20 Tahun 2018 pasal 32. Berikut hasil


54

wawancara dengan Kepala Desa:

“Kami selalu konfirmasi dengan BPD, minimal dengan ketua


BPD kemudian dibahas bersama dan disepakati.”

(Hasil Wawancara, AA, Rabu 08 Juli 2020 di Kantor Desa


Moncobalang)
Berdasarkan hasil temuan di lapangan, RAPB Desa yang telah

disepakati bersama dengan BPD sudah berjalan dengan baik.

Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa yang telah disepakati

bersama selambat-lambanya bulan oktober pada tahun berjalan.

Setelah itu hasilnya disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati

melalui camat paling lambat 3 hari sejak disepakati untuk dievaluasi.

Berikut hasil wawancara dengan Kepala Desa:

“Setelah programnya disepakati, saya dan sekretaris desa


membawanya ke musyawarah kecamatan yang kemudian
diteruskan ke Bupati untuk meminta persetujuan. Tahap
terakhirnya setelah APBDesa disetujui baru bendahara
masukkan ke menu penganggaran pada aplikasi siskeudes dek.”

(Hasil Wawancara, AA, Rabu 08 Juli 2020 di Kantor Desa


Moncobalang)

Menganalisis hasil wawancara informan di atas, dapat dilihat

bahwa proses pengelolaan keuangan desa pada tahap perencanaan

sudah berjalan seperti yang sudah ditetapkan dalam Permendagri no

20 Tahun 2018 pada pasal 32 tentang perencanaan pengelolaan

keuangan. Tahapan terakhir dari perencanaan yaitu Bupati

menetapkan hasil RAPB Desa paling lama 20 hari kerja sejak

diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa. Setelah


55

hasil evaluasi selesai maka Kepala Desa melakukan penyempurnaan

paling lama 7 hari kerja.

Guna memastikan hasil wawancara maka peneliti melakukan

observasi. Berdasarkan hasil observasi dilapangan, Pemerintah desa

Moncobalang megadakan musyawarah dusun terlebih dahulu pada

yang dihadiri oleh kepala dusun, BPD, RT, RW dan masyarakat.

Setelah di adakan musyawarah dusun, maka pemerintah desa

Moncobalang mengadakan musyawarah Desa yang di lakukan pada

hari Rabu, 29 Juli 2020 Pukul 09.00-Selesai bertempat di aula kantor

desa Moncobalang yang dihadiri oleh aparat desa, BPD, RT, RW,

pendamping desa, pendamping kecamatan dan tokoh masyarakat

dalam musyawarah tersebut dibahas mengenai program apa saja yang

akan dilaksanakan. Hasil dari musyawarah akan dikirim ke

Kecamatan Barombong dan diteruskan ke Bupati untuk disetujui.

Perencanaan yang telah disetujui terbentuk didalam APBDesa,

kemudian APBDesa yag telah disetujui di input kedalam aplikasi

sistem keuangan desa pada menu penganggaran. Berikut dokumentasi

dari musyawarah desa yang dilalukan pada tahap perencanaan:

Gambar 4.2 Musyawarah Desa Moncobalang


56

Didokumentasikan oleh Peneliti pada tanggal 29 Juli 2020. Pukul 09.00 Wita

Gambar 4.3 Menu posting APBDesa pada menu perencanaan/penganggaran

Sumber: Siskeudes Desa Moncobalang

Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi maka

dapat disimpulkan bahwa pada tahap perencanaan sudah sesuai

dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam

Permendagri No 20 Tahun 2018. Hal tersebut juga sudah sejalan

dengan asas pengelolaan keuangan desa yakni partisipatif, dimana

masyarakat diberi informasi terkait pengelolaan keuangan serta

dilibatkan dalam proses perencanaan sehingga perencanaan RKPDesa

san APBDesa lebih terbuka dan transparan. Seperti halnya yang di

jelaskan oleh Purwanto dan Sulistyastuti (2015) bahwa tujuan

pemberian informasi adalah agar kelompok sasaran dapat memahami

kebijakan yang akan diimplementasikan sehingga mereka tidak hanya

menerima berbagai program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah

tetapi turut berpartisipasi aktif dalam upaya mewujudkan tujuan-


57

tujuan kebijakan.

2) Proses Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa di Desa

Moncobalang

Tahap pelaksanaan dimulai setelah APBDesa pada tahap

perencanaan telah disetujui. Dalam tahap ini akan menimbulkan

penerimaan dan pengeluaran kas desa. Penerimaan dan pengeluaran

dana desa harus melalui rekening kas desa dan menyertakan bukti

lengkap yang sah sesuai dengan Permendagri Nomor 20 Tahun 2018.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terkait proses

pelaksanaan pengelolaan keuangan desa dapat peneliti lihat bahwa

langkah pertama yang dilakukan oleh Tim Pelaksana Kegiatan yaitu

Mengajukan rincian Anggaran Belanja dan Surat Permintaan

Pembayaran kepada sekretaris desa untuk mendapatkan konfirmasi

kemudian dilaporkan kepada kepala desa untuk disetujui. Peneliti

mencoba melakukan wawancara dengan Bendahara Desa guna

memastikan bagaimana proses pelaksanaan pengelolaan keuangan

dengan siskeudes, beliau mengatakan:

“Kalau pelakasanaanya di lakukan setelah APBDesa telah


sisetujui oleh Bupati dek, untuk pengadaan barangnya nanti tim
pelaksana kegiatan mengajukan SPP ke sekretaris desa,
kemudian diberikan ke kepala desa, setelah disetujui baru saya
cairkan dananya dek.”

(Hasil Wawancara, MI, Kamis 09 Juli 2020 di Kantor Desa


Moncobalang)

Berikut juga tanggapan dari kepala desa mengenai pelaksanaan


58

keuangan desa dengan menggunakan siskeudes di Moncobalang:

“Dalam proses pelaksanaan itu dana desa dapat dicairkan setelah


saya setujui, semua prosesnya itu sudah dilakukan dalam
aplikasi siskeudes jadi bisa lebih efektif dan kami selalu
menyertakan bukti yang lengkap dan sah karena itu bagian dari
pertanggungjawaban nantinya”

(Hasil Wawancara, AA, Rabu 08 Juli 2020 di Kantor Desa


Moncobalang)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa pada

tahap pelaksanaan pengelolaan keuangan desa Moncobalang sudah

sesuai dengan Permendagri No 20 Tahun 2018. Kemudian tahapan

kedua yaitu, setelah dikonfirmasi dan disetujui oleh Sekretaris dan

Kepala Desa maka SPP sudah bisa dicairkan oleh bendahara desa

yang kemudian akan dilakukan pencatatan atas pengeluaran yang

terjadi kedalam aplikasi siskeudes. Berikut kutipan wawancara dengan

Bendahara desa selaku operator siskeudes:

“Pada proses pengajuan SPP sampai pada pencairan itu saya


langsung masukkan ke Siskeudes, karna kalau tunggu di
kumpulkan dulu takutnya hilang buktinya. Karena sebelum
adanya siskeudes bukti SPP itu sering hilang jadi kami buat
ulang suratnya kalau di siskeudes bisa langsung di buka di menu
penatausahaan bagian pengajuan dan pencairan SPP.”

(Hasil Wawancara, MI, Rabu 08 Juli 2020 di Kantor Desa


Moncobalang)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa pada

tahap pelaksanaan pengelolaan keuangan desa Moncobalang sudah

sesuai dengan Permendagri No 20 Tahun 2018. Dari wawancara diatas


59

juga dapat diketahui bahwa data-data berupa SPP dan bukti pencairan

SPP dalam tahap pelaksanaan sudah bisa langsung diinputkan ke

aplikasi siskeudes pada menu penatausahaan. Seperti gambar dibawah

ini:

Gambar 4.4 Surat Permintaan Pembayaran

Gambar 4.5 Bukti pencairan SPP

Sumber: Siskeudes Desa Moncobalang


60

Untuk menginput data SPP dan bukti pencairan SPP, maka

menu yang digunakan dalam siskeudes adalah menu penatausahaan.

Menu yang digunakan pada menu penatausahaan ada 2 yaitu menu

untuk menginput data SPP dan menu untuk SPJ kegiatan untuk

menginput data dari bukti pencairan SPP. Semua langkah-langkah

tersebut di lakukan oleh bendahara desa selaku admin siskeudes.

Selain kedua proses diatas, tahapan pelaksanaan keuangan desa pada

proses penerimaan dan pengeluaran juga dilakukan dengan

menggunakan rekening khusus. Untuk lebih memperjelas maka

peneliti mencoba melakukan wawancara dengan Sekretaris Desa guna

memastikan bagaimana proses pelaksanaan pengelolaan keuangan

dengan siskeudes, beliau mengatakan:

“Dalam proses penerimaan dan pengeluaran kas desa itu kami


selalu menggunakan rekening khusus kas desa dek, dimana
setiap kami menerima dan mengeluarkan dana desa itu harus
dilengkapi dengan bukti yang lengkap dan sah agar tidak terjadi
penyelewengan anggaran.”

(Hasil Wawancara, SF, Rabu 08 Juli 2020 di Kantor Desa


Moncobalang)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa proses

pelaksanaan keuangan desa sudah dilakukan dengan baik, dimana

dana desa menggunakan rekening khusus dan setiap penerimaan dan

pengeluaran desa harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah,

hal tersebut sejalan dan sesuai dengan asas pengelolaan keuangan desa

yang akuntabel sebagaimana yang tertuang dalam permendagri No 20


61

tahun 2018 pasal 43 yang menyatakan bahwa proses pelaksanaan

pengelolaan keuangan Desa merupakan penerimaan dan pengeluaran

Desa yang dapat dilaksanakan melalui rekening kas Desa pada bank

yang telah ditunjuk oleh Bupati atau Wali Kota.

Komentar lainnya ditemukan oleh peneliti yang sejalan dengan

hasil wawancara sebelumnya yang menjelaskann bahwa proses

pelaksanaan keuangan desa harus dilakukan dengan menggunakan

rekening khusus. Berikut penjelasannya:

“Memang penerimaan dan pengeluaran dengan menggungakan


kas desa itu harus melalui bank khusus yang telah di tetapkan
oleh Bupati, jadi kami tidak bisa menggunakan bank sembarang
dek karna sudah ada Standar Operasionalnya (SOP) yang harus
kami ikuti”

(Hasil Wawancara, AA, Rabu 08 Juli 2020 di Kantor Desa


Moncobalang)

Menyimak hasil wawancara dengan kepala desa diatas bahwa

Desa Moncobalang sudah mampu dan sudah sangat baik dalam

melaksanakan pengelolaan keuangan desa dengan tetap mengikut SOP

yang telah ditetapkan.

Hasil observasi, wawancara dan dokumentasi menjelaskan

bahwa proses pelaksanaan pengelolaan keuangan desa sudah tersusun

dengan rapi dan lebih mudah dari sebelum aplikasi siskeudes

diterapkan sehingga proses pelaksanaan bisa menjadi lebih efektif dan

efesien.
62

3) Proses Penatausahaan Pengelolaan Keuangan Desa di Desa

Moncobalang

Penatausahaan merupakan suatu proses pencatatan transaksi

yang terjadi didalam satu tahun anggaran, dimana kegiatan

penatausahaan ini berfungsi untuk menatausahakan proses yang telah

dilalui dari tahap pelaksanaan dan perencanaan APB Desa kedalam

aplikasi Siskeudes.

Dalam Permendagri No 20 tahun 2018 penatausahaan dilakukan

oleh Bendahara desa. Tugas bendahara desa dalam melakukan

penatausahaan yakni wajib melakukan pencatatan dari setiap

pemasukan maupun pengeluaran kas desa, serta melakukan tutup buku

setiap akhir bulan. Hasil pencatatan kemudian dilaporkan melalui

laporan pertanggungjawaban kepada kepala desa.

Dari hasil observasi yang dilakukan dilapangan, penatausahaan

di desa Moncobalang dilakukan oleh bendahara desa melalui aplikasi

siskeudes, yaitu pada setiap pengeluaran maupun pemasukannya

sudah dicatat oleh bendahara desa kemudian datanya dimasukkan

kedalam aplikasi siskeudes pada menu penatausahaan. Tahap pertama

yang dilakukan oleh Bendahara desa yaitu harus menyusun buku kas

umum, buku bank dan buku pembantu pajak. Untuk memastikan hasil

observasi, maka peneliti melakukan wawancara kepada Kepala Desa

Moncobalang, sebagai berikut:

“Dalam proses penatausahaan itu dek bendahara melakukan


pencatatan penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup
63

buku di akhir bulan, setelah tutup buku baru hasilnya dilaporkan


kepada saya. Jadi disini ada proses pertanggungjawaban kepada
kepala desa setiap bulannya.”

(Hasil Wawancara, AA, Rabu 08 Juli 2020, Pukul 10:30 pagi di


Kantor Desa Moncobalang)

Dari wawancara diatas dapat dilihat bahwa dalam proses

penatausahaan, bendahara desa melakukan pertanggungjawaban

kepada kepala desa setiap akhir bulan setelah tutup buku. Hal tersebut

didukung dengan pernyataan dari Bendahara Desa sebagai berikut:

“Kalau tahap penatausahaan itu saya lakukan sendiri dek,


prosesnya itu dimulai dengan melakukan pencatatan penerimaan
dan pengeluaran kemudian ada tutup buku setiap bulan lalu
hasilnya di laporkan kepada kepala desa. Lalu saya membuat
buku kas umum, buku pajak, dan buku bank. Setelah itu baru
diinput ke siskeudes jadi lebih mudah dan gampang dicari
catatannya. Namun dalam prosesnya saya masih didampingi
oleh pendamping desa dan kecamatan karena saya belum terlalu
menguasai aplikasi ini”

(Hasil Wawancara, MI, Kamis 09 Juli 2020 di Kantor Desa


Moncobalang)

Selain itu, informan lainnya juga melanjutkan mengenai

penatausahaan pengelolaan keuangan desa, sebagai berikut :

“tahap penatausahaan dilakukan oleh bendahara desa dek yang


juga admin dari siskeudes, jadi pembuatan buku kas, umum, dan
pajak semuanya dilakukan oleh bendahara”

(Hasil Wawancara, SF, Rabu 08 Juli 2020 di Kantor Desa


Moncobalang)

Demikian sebagai kesimpulan berdasarkan hasil wawancara dari

bendahara desa selaku yang bertugas dalam proses penatausahaan


64

keuangan desa dengan menggunakan siskeudes dan juga Kepala Desa

selaku informan maka dapat dilihat bahwa penatausahaan di desa

Moncobalang dilakukan oleh bendahara desa yang juga merupakan

admin dari aplikasi siskeudes. Tahapannya pun sudah sesuai dengan

Permendagri No 20 tahun 2018 pasal 8 yang menjelaskan bahwa Kaur

keuangan (bendahara desa) mempunyai tugas yaitu, melakukan

penatausahaan yang meliputi penerimaan, penyimpanan, menyetorkan

atau membayar, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan

penerimaan pendapatan Desa dalam rangka pelaksanaan APB Desa.

berikut dapat dilihat dokumentasi menu penatausahaan pada aplikasi

siskeudes.

Gambar 4.6 Menu penatausahaan pada siskeudes

Sumber: Siskeudes Desa Moncobalang

4) Proses Pelaporan Pengelolaan Keuangan Desa di Desa

Moncobalang

Permendagri nomor 20 tahun 2018 menjelaskan bahwa pada

tahap pelaporan kepala desa menyampaikan laporan realisasi


65

APBDesa kepada camat yang kemudian dilaporkan kebupati berupa

laporan semester pertama dan akhir. Laporan realisasi semester

pertama paling lambat disampaikan pada bulan juli tahun berjalan, dan

laporan semester disampaikan dibulan januari tahun berikutnya.

Dari hasil observasi dilapangan, pemerintah desa Moncobalang

melakukan pelaporan semester pertama pada bulan juli dan semester

kedua pada bulan januari tahun selanjutnya dibuktikan dengan adanya

papan informasi yang di pasang di depan kantor desa yang terdiri dari

pelaporan semester pertama dan kedua. Setelah semua proses telah

dilakukan dengan cara bertahap dan telah diperiksa maka selanjutnya

akan dilakukan proses penginputan ke dalam siskeudes. Laporan yang

akan diinput kedalam siskeudes akan dibuat oleh operator desa.

Setelah itu akan diberikan kepada kepala desa untuk kemudian

diperiksan dan disetujui untuk di input kedala siskeudes. Proses

penginputan hanya dapat dilakukan oleh sekretaris dan operator

siskeudes. Data yang telah di input kemudian disesuaikan dengan

sistem karena setelah di input ke dalam sistem itu tidak dapat diubah

lagi karena telah disesuaikan dengan input mata anggaran data desa.

Untuk memastikan hasil observasi, maka peneliti melakukan

wawancara kepada Kepala Desa Moncobalang, sebagai berikut:

“Untuk masalah pelaporan, kami lakukan setiap 6 bulan sekali


yang biasanya semester pertama itu pada bulan Juni saya sudah
melaporkan dek, kalau sedang banyak kegiatan paling bulan juli
baru saya laporkan dek, tergantung juga pada bendahara yang
menginput ke siskeudes sudah selesai atau belum. Kalau
66

semester 2 itu pada akhir bulan Desember atau awal Januari.”

(Hasil Wawancara, AA, Rabu 08 Juli 2020 di Kantor Desa


Moncobalang)

Hal serupa di ungkapkan oleh Sekretaris Desa Moncobalang,

sebagai berikut:

“Untuk pelaporan itu dilakukan oleh kepala desa setiap 6 bulan


sekali, biasanya saya yang mewakili jika kepala desa sedang
sibuk karena kan diketahui juga kepala desa sekarang itu hanya
pelaksana tugas, beliau juga punya tugas dikecamatan jadi
pastinya sangat sibuk dek. Sejauh ini kami belum mengalami
kendala dalam pelaporan, dan selalu dilakukan tepat waktu dek
dengan adanya aplikasi siskeudes ini pelaporan menjadi lebih
tersistematis dan lebih cepat.”

(Hasil Wawancara, SF, Rabu 08 Juli 2020 di Kantor Desa


Moncobalang)

Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa

pada tahapan pelaporan di Desa Moncobalang sudah sesuai dengan

peraturan yang berlaku yaitu Permendagri nomor 20 tahun 2018 pasal

68 dan 69, hal tersebut dibuktikan dengan pelaporan yang tepat.

Dimana laporan semester pertama dilakukan pada bulan Mei atau Juni

dan semester kedua pada bulan Desember atau Januari tahun

berikutnya dan telah di input dengan baik kedalam aplikasi siskeudes

dengan teliti. Sebagaimana halnya Pelaporan merupakan mekanisme

untuk mewujudkan dan menjamin akuntabilitas keuangan desa

sebagaimana yang telah ditegaskan di dalam asas pengelolaan

keuangan desa (Asas Akuntabel).


67

5) Proses Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa di Desa

Moncobalang

Pemerintah desa dalam mempertanggungjawabkan laporan

keuangan kepada masyarakat berdasarkan pembanggunan dilakukan

secara periodik kepada bupati melalui camat pada setiap tahun

anggaran. Dalam pertanggungjawaban realiasasi pelaksanaan

APBDesa pemerintah desa Moncobalang mengalami keterlambatan

pelaoran kepada Bupati, sehingga tidak setiap akhir tahun anggaran

disampaikan. Berikut hasil wawancara dengan stakeholders

pemerintah desa Moncobalang:

“Jadi laporan pertanggungjawaban itu berisi semua kegiatan


yang dilakukan selama satu tahun. prosesnya itu saya sampaikan
ke kepala desa dulu kemudian dibawa ke kecamatan, kalau pak
Desa sedang sibuk kadang saya sendiri yang bawa, setelah itu
kami sampaikan kepada masyarakat pada saat diadakan
Musrenbang supaya satu kali di infokan.”

(Hasil Wawancara, SF, Rabu 08 Juli 2020 di Kantor Desa


Moncobalang)

Selain itu, informan lainnya juga melanjutkan mengenai

pertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa, sebagai berikut :

“Pada proses pertanggungjawaban itu saya sampaikan ke


kecamatan setelah datanya sudah rampung di kantor desa.
Laporan pertanggungjawaban ini berisi semua kegiatan yang
telah di lakukan dalam satu tahun terakhir dek. Kalau
pertanggungjawabannya kepada masyarakat yah kami
informasikan pada saat musrenbang dan kami sudah sediakan
spanduk laporan pertanggungjawaban supaya masyarakat bisa
melihat penggunaan APBDesa dan kegiatan apa saja yang sudah
dilaksanakan”
68

(Hasil Wawancara, AA, Rabu 08 Juli 2020 di Kantor Desa


Moncobalang)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa tahap

pertanggungjawaban di desa Moncobalang sudah sesuai dengan

permendagri nomor 20 tahun 2018. Dapat disimpulkan bahwa dalam

proses pertanggungjawan sudah dilaksanakan secara terbuka sehingga

asas transparansi sudah dijalankan dengan baik. Hal ini dapat dilihat

dari akses yang dapat dijangkau oleh masyarakat, yakni adanya

spanduk informasi dan penyampaian kepada RT/RW selaku wakil

masyarakat. Sebagaimana diketahui bahwa pertanggungjawaban

keuangan desa menjadi kewajiban pemerintah Desa sebagai bagian

yang tidak terpisahkan dari penyelenggaraan oleh pemerintah desa.

Hal ini juga sejalan dengan prinsip-prinsip Good Governance yang

merupakan ciri dasar dari tata kelola pemerintahan yang baik, maka

proses pertanggungjawaban tidak hanya disampaikan ke pemerintah

saja tetapi juga kepada masyarakat baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan

pertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa dengan siskeudes

merupakan salah satu dari kepentingan yang mempengaruhi

implementasi kebijakan program aplikasi siskeudes di Desa

Moncobalang. Kepentingan kelompok sasaran yang mempengaruhi

berargumen bahwa suatu kebijakan melibatkan banyak kepentingan,


69

dan sejauh mana kepentingan tersebut membawa pengaruh terhadap

implementasi kebijakan. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa

proses pengelolaan keuangan desa dengan siskeudes pada proses

perencanaan, pelaksanaan dan penatausahaan, pelaporan serta

pertanggungjawaban telah sesuai dengan pedoman pengelolaan

keuangan dalam Permendagri nomor 20 tahun 2018.

Gambar 4.7 Spanduk Pertanggungjawaban

Didokumentasikan oleh Peneliti

b. Tipe manfaat yang diperoleh

Tipe manfaat yang diperoleh menurut Merilee S, Grindle

berupaya untuk menunjukkan bahwa di dalam suatu kebijakan harus

terdapat beberapa jenis manfaat yang menunjukkan dampak positif

yang dihasilkan oleh hasil pengimplementasian kepada banyak pelaku

lebih mudah dibanding dengan kebijakan yang sedikit manfaatnya.


70

Pemerintah dalam membuat kebijakan baik itu program, peraturan

maupun perundang-undangan sebagai landasan hukumnya harus

memberikan dampak positif kearah yang lebih baik dan hasil yang

bermanfaat dari hasil pengimplementasiannya. Setiap kebijakan yang

dikeluarkan tentunya menjadikan sesuatu menjadi lebih baik lagi dan

dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada.

Aplikasi sistem keuangan desa (Siskeudes) sendiri adalah

aplikasi yang memiliki fungsi untuk mempermudah aparat desa dalam

mengelola keuangan desa yang transparan, akuntabel dan tertib

asministrasi. Serta dapat membantu kepala desa dalam menjaga aset

desa yang ada, karena semua kekayaan desa dapat direkam dalam

aplikasi siskeudes.

Berikut tanggapan stakeholders dari pihak pemerintah desa

Moncobalang yang memandang banyaknya manfaat yang diperoleh

dari penerapan siskeudes :

“Manfaat yang diperoleh dari adanya program Aplikasi Sistem


Keuangan Desa (Siskeudes) yakni pengelolaan keuangan desa
menjadi lebih terarah, lebih mudah dari sebelumnya yang
masih manual sekarang lebih cepat. Bukti-bukti penerimaan
dan pengeluaran pun mudah di cari dek. Kami berharap dengan
adanya aplikasi ini pembangunan di Desa Moncobalang bisa
lebih meningkat”

(Hasil Wawancara, SF, Rabu 08 Juli 2020 di Kantor Desa


Moncobalang)

Hasil wawancara diatas menerangkan bahwa dengan adanya

aplikasi Siskeudes dalam mengelola keuangan desa semuanya menjadi


71

lebih terarah dan lebih efektif. Sekretaris desa Moncobalang sebagai

aparat desa yang turut merasakan dampak dari aplikasi Siskeudes

berharap dengan adanya aplikasi ini, pembangunan di Desa

Moncobalang bisa lebih meningkat dari sebelumnya.

Tanggapan informan lainnya yakni Bendahara Desa

Moncobalang sebagai berikut :

“Sejak diterapkannya aplikasi Siskeudes, saya selaku bendahara


desa merasakan perubahan yang sangat besar dalam mengelola
keuangan, sebelumnya saya melakukan pencatatan pengeluaran
dan pemasukan secara manual, tapi sekarang sisa diinput
kedalam aplikasi siskeudes, dan juga menghemat waktu
pengelolaan yang biasanya butuh sepekan sekarang sisa 2-3 hari
saja”

(Hasil Wawancara, MI, Kamis 09 Juli 2020 di Kantor Desa


Moncobalang)

Menyimak tanggapan informan diatas, bahwa manfaat yang

dirasakan dengan adanya aplikasi siskeudes laporan keuangan menjadi

lebih cepat, hal tersebut membuat bendahara desa menjadi lebih mudah

dalam melakukan tugasnya yang juga sebagai operator dari siskeudes.

Tanggapan yang sama juga di lontarkan oleh informan yang lain

sebagai berikut.

“Kami sangat bersyukur dengan adanya aplikasi siskeudes ini,


karena semua kekayaan desa dapat direkam didalam siskeudes
sehingga saya selaku penanggungjawab bisa menjadi lebih
tenang dalam mengelola keuangan desa. Pertanggungjawaban
keuangan pun lebih transparan kepada masyarakat”

(Hasil Wawancara, AA, Kamis 09 Juli 2020 di Kantor Desa


Moncobalang)
72

Kemudian peneliti mencoba mewawancarai salah satu

masyarakat di desa Moncobalang sebagai berikut:

“Aparat desa itu memajang penggunaan keuangan desa di depan


kantor jadi kami bisa tahu pengeluaran dana desa dan kegiatan
apa saja yang sudah dijalankan”

(Hasil Wawancara, NS, Jum’at 10 Juli 2020 di Desa


Moncobalang)

Dengan demikian, sebagai kesimpulan dari tanggapan informan-

informan di atas mengenai manfaat yang didapatkan dengan adanya

aplikasi siskeudes dalam mengelola keuangan desa ialah dengan adanya

aplikasi siskeudes maka aparatur desa Moncobalang dalam mengelola

keuangan menjadi lebih tertib dan terarah dan dalam

pertanggungjwabannya menjadi lebih transparansi kepada masyarakat

Moncobalang, sehingga masyarakat dapat mengetahui kemana saja

keuangan digunakan oleh aparatur Desa Moncobalang dalam

mewujudkan pembangunan desa yang lebih baik. Dapat dilihat bahwa

masyarakat benar-benar merasakan manfaat dari aplikasi ini. Hal

tersebut juga sejalan dengan model kelayakan kebijakan yang

dijelaskan oleh Korten (2000) dimana outcome (manfaat) dari kebijakan

harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat penerima atau kelompok

sasaran agar kebijakan tersebut dapat terasa manfaatnya. Begitupun

sebaliknya yang disampaikan oleh Subarsono (2011) apabila outcome

(manfaat) dari kebijakan tidak sesuai dengan yang dikehendaki oleh

masyarakat penerima kebijakan maka akan terjadi pemborosan biaya


73

dalam kebijakan itu sendiri.

c. Derajat perubahan yang diinginkan

Merilee S. Grindle, mengemukakan indikator derajat yang

diinginkan menjelaskan bahwa seberapa besar perubahan yang ingin

dicapai dari suatu implementasi kebijakan. Kebijakan diharapkan dapat

memberikan output yang baik dalam jangka waktu singkat maupu

panjang secara teratur.

Kebijakan program aplikasi siskeudes menginginkan perubahan

yakni pengelolaan keuangan yang transparansif, akuntantabel dan

partisipatif serta disiplin anggaran. Serta dapat menigkatkan kinerja

dari para aparatur desa dalam mengelola keuangan desa sehingga

mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa dan meningkatkan

pembangunan desa yang lebih baik.

Berdasarkan hasil wawancara yang dikemukakan oleh Kepala

Desa Moncobalang, yaitu:

“Perubahan yang diharapkan dengan adanya penerapan aplikasi


siskeudes ini yakni adanya peningkatan kinerja dari aparatur
desa dalam mengelola keuangan, sehingga penggunaan
APBDesa bisa lebih efektif sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
desa dalam melaksanakan pembangunan di desa Moncobalang
ini. Dan sudah terbukti kinerja aparat sudah lebih meningkat
dari yang sebelumnya itu pengelolaan keuangannya dikerjakan 1
sampai 2 pekan sekarang sisa 1-3 hari sudah jadi”

(Hasil Wawancara, AA, Rabu 08 Juli 2020 di Desa


Moncobalang)

Hasil wawancara dengan kepala Desa Moncobalang menyatakan


74

terkait perubahan yang diharapkan yakni, aparat desa Moncobalang

dapat memanfaatkan sebaik mungkin aplikasi siskeudes ini dalam

mengelola keuangan. Serta dengan hadirnya siskeudes maka

pengelolaan keuangan bisa lebih mudah dan kinerja aparat desa pun

perlahan-lahan sudah mulai meningkat yang sebelumnya lama

sekarang lebih cepat menyelesaikan laporannya.

Tanggapan informan lainnya yakni Bendahara Desa

Moncobalang sebagai berikut :

“Kami berharap dengan penerapan aplikasi ini pengelolaan


keuangan kedepannya bisa lebih baik dari sebelumnya, dan saya
selaku operator dari siskeudes dapat meningkatkan kinerja saya
dalam mengelola keuangan desa sehingga penggunaan keuangan
bisa lebih efektif, efisien dan disiplin dalam penyusunan
anggaran. Harapan kami juga semoga masyarakat bisa lebih
merasakan manfaatnya melaui pembangunan maupun
permberdayaan yang akan dilaksanakan.”

(Hasil Wawancara, MI , Kamis 09 Juli 2020 di Desa


Moncobalang)

Ungkapan yang sama juga disampaikan oleh masyarakat terkait

dengan perubahan yang diinginkan dengan adanya siskeudes:

“Semoga dengan adanya siskeudes ini, proses pengelolaan


keuangan di desa menjadi lebih baik dari sebelumnya, program-
program di desa pun bisa dijalankan serta kinerja aparat dalam
memberikan pelayanan bisa lebih meningkat.”

(Hasil Wawancara, NS, Jum’at 10 Juli 2020 di Desa


Moncobalang)

Berdasarkan dari hasil wawancara dengan informan diatas dapat

disimpulkan bahwa terkait dengan derajat perubahan yang diinginkan,


75

Pemerintah desa Moncobalang dapat meningkatkan kinerjanya dalam

mengelola keuangan yang efektif, efesien dan disiplin dalam

menyusun anggaran sehingga pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat dengan dana APBDesa bisa berjalan dengan baik.

d. Letak pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan mempunyai peranan penting dalam

pelaksanaan suatu kebijakan. Dalam bagian ini harus dijelaskan letak

pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan yang hendak

diimplementasikan. Letak pengambilan keputusan sangat erat

kaitannya dengan para stakeholders yaitu setiap keputusan yang akan

diambil dalam menjalankan kebijakan sebuah program harus sesuai

dengan peraturan dan ketentuan yang ada dalam keputusan yang

diambil untuk kepentingan bersama.

Letak pengambilan keputusan pada kebijakan program aplikasi

siskeudes dapat menentukan tercapainya tujuan kebijakan, ketika

keputusan yang telah ditetapkan berjalan lancar maka tujuan dari

kebijakan dapat pula tercapai dengan baik. Adapun letak pengambilan

keputusan dalam kebijakan program aplikasi siskeudes di desa

Moncobalang adalah keputusan pada permasalahan yang terjadi dalam

pengeoperasian aplikasi siskeudes.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, terdapat

beberapa permasalahan terkait aplikasi siskeudes itu sendiri, masalah

pertama yang ditemukan yaitu sering terjadi error pada sistem data
76

base ataupun memerlukan password baru sehingga tidak dapat

menjalankan aplikasi siskeudes secara valid. Dari informasi yang

peneliti dapatkan juga masih kurang pelatihan terkait penggunaan

aplikasi ini. Hal tersebut membuat bendahara desa selaku operator

siskeudes sedikit kesulitan.

Untuk memastikan observasi tersebut, peneliti melakukan

wawancara terhadap informan terkait dengan keputusan yang diambil

untuk mengatasi masalah pada aplikasi siskeudes tersebut. Berikut

hasil wawancara dengan Bendahara Desa, mengatakan:

“Jadi kendala yang sering terjadi pada saat pengoperasian


siskuedes itu ketika pembuatan SPP jika terjadi kesalahan
penulisan koma atau titik itu tidak bisa langsung dihapus tapi
harus di hapus semua dari awal mulai dari surat penyetoran
pajak, pemasukan, pencairan, kwitansi baru bisa diubah kembali
SPP nya dek, terkadang juga terjadi error sehingga butuh waktu
30 menit untuk pulih kembali”

(Hasil Wawancara, MI, Kamis 09 Juli 2020 di Desa


Moncobalang)

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Sekretaris Desa

Moncobalang:

“Permasalahan pada aplikasi siskeudes ini sebenarnya sudah


sering terjadi, bahkan setiap aplikasi diperbaharui pun masih
seperti itu. Jadi solusi yang harus dilakukan adalah kami
mengajukan keluhan kepada pemerintah untuk di sampaikan ke
BPKP untuk mengadakan peninjauan kembali terkait aplikasi ini
agar aplikasi ini tidak lagi error akibat terserang virus serta
dapat membuat pelatihan secara rutin terkait aplikasi ini untuk
meningkatkan kemampuan operator, yang insya Allah bisa
mengurangi permasalahan yang terjadi.”
77

(Hasil Wawancara, SF, Rabu 08 Juli 2020 di Desa


Moncobalang)

Hasil wawancara di atas ditemukan pernyataan bahwa dari

pemerintah masih kurang serius memikirkan dampak dalam

mengambil keputusan yaitu masih sering terjadi error pada aplikasi

siskeudes ini serta minimnya pelatihan yang diberikan oleh

pemerintah daerah terhadap pengelolaan aplikasi siskeudes yang

berdampak pada kurang maksimalnya pelaksanaan program siskeudes.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa usaha yang dilakukan untuk

menyelesaikan masalah ini adalah dengan adanya peninjauan kembali

terkait aplikasi siskeudes serta memperkuat sistemnya agar tidak

mudah terserang virus. Dan juga rutin mengadakan pelatihan yang

diberikan supaya dapat menunjang kapasitas operator siskeudes itu

sendiri. Hal ini sudah sejalan dengan teori dari Grindle (2006) yang

menjelaskan bahwa letak pengambilan keputusan akan menjelaskan

bahwa apakah suatu program sudah tepat atau belum karena

pengambilan keputusan didalam suatu kebijakan akan memegang

peranan penting dalam pelaksanaan sebuah kebijakan. hal ini juga

dijelaskan oleh Stoner (2006) bahwa pengambilan keputusan

merupakan proses yang digunakan dalam memilih suatu tindakan

sebagai cara pemecahan masalah.

e. Pelaksana program

Pelaksana program merupakan suatu hal yang penting dalam

suatu kebijakan, karena pelaksana program adalah penggerak atau alat


78

dalam mencapai suatu keberhasilan yang telah ditetapkan pada awal

pembuatan kebijakan. Pelaksana ini dapat dikatakan sebagai penyedia

dan pemberi pelayanan bagi masyarakat dalam suatu kebijakan.

Pelaksana program merupakan proses dari pelaksanaan suatu

program yang harus didukung dengan adanya pelaksana yang memiliki

kemampuan dalam suatu bidang agar mencapai keberhasilan dari suatu

kebijkan, maka salah satu unsur dalam menunjang keberhasilan

implementasi kebijakan yaitu adanya unsur pelaksana organisasi

maupun perorangan yang memiliki tanggungjawab dalam pengelolaan,

pelaksanaan dan pengawasan dari proses implementasi kebijakan. Oleh

karena itu dalam pelaksanaan program Aplikasi Siskeudes dibutuhkan

perencanaan yang matang sehingga pelaksanaan program aplikasi

siskeudes dapat berjalan dengan lancar.

Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti melihat bahwa

pelaksana program terdiri dari tim dan anggota yang berwenang dalam

melaksanakan program aplikasi siskeudes. Untuk mengefektifkan

proses pengelolaan keuangan mulai dari perencanaan sampai

pertanggungjawaban dengan siskeudes maka ditunjuk operator

siskeudes yang khusus mengoperasikan aplikasi ini yakni bendahara

desa dan dibantu oleh aparat desa lainnya serta didampingi khusus oleh

pendamping desa dan kecamatan serta diawasi oleh Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) aparat desa juga turut melibatkan

masyarakat secara langsung pada proses perencanaan dan pelaksanaan.


79

Untuk memastikan hasil observasi tersebut, peneliti melakukan

wawancara terkait dengan pelaksana pengelolaan keuangan dengan

siskeudes ini. Berikut hasil wawancara dengan Bendahara Desa

Moncobalang yang mengatakan:

“Dalam proses pengelolaan keuangan desa yang


bertanggungjawab mengoperasikan siskeudes itu saya sendiri
meskipun dalam hal kemampuan terbilang masih kurang terlebih
lagi aparat desa yang lain belum terlalu mengerti dalam
mengoperasikan aplikasi ini, jadi dalam pengelolaan keuangan
dari perencanaan smpai tahap pertanggungjawaban dengan
siskeudes ini juga kami melibatkan banyak pihak mulai dari
dusun, RT, RW dan masyarakat didampingi oleh pendamping
dari desa dan kecamatan serta diawasi oleh BPD”

(Hasil Wawancara, MI, Kamis 09 Juli 2020 di Desa


Moncobalang)

Hasil wawancara di atas menyatakan bahwa pelaksana program

aplikasi siskeudes di Desa Moncobalang adalah aparat desa dengan

melibatkan berbagai pihak dari dusun, RT, RW dan Masyarakat dan

didampingi oleh pendamping desa dan kecamatan dan diawasi oleh

BPD.

Kemudian peneliti mewawancarai Kepala Dusun Moncobalang

terkait dengan pelaksanaan pengelolaan keuangan desa:

“Kebijakan dari pemerintah mengenai program aplikasi


siskeudes sampai saat ini sudah baik dek. Dimana kami juga
merasakan manfaat dari pelaksanaannya karena dalam
pengelolaan keuangan masyarakat pun turut dilibatkan dalam
proses perencanaan hingga pelaksanaan sehingga
pengelolaannya lebih transparansi. Sebelumnya kami tidak tau
bagaimana proses perencanaannya sampai sudah ada kegiatan
yang terlaksana”
80

(Hasil Wawancara, MH, Jum’at 10 Juli 2020 di Desa


Moncobalang)

Senada dengan masyarakat yang ada di desa Moncobalang

terkait dengan pelaksanaan program aplikasi siskeudes, mengatakan:

“Saya sebagai masyarakat turut senang dengan diterapkannya


aplikasi ini, karena sejak desa memakai aplikasi siskeudes kami
juga dilibatkan dalam proses perencanaan keuangan di desa
Moncobalang ini, pertanggungjawabannya pun sudah sampai ke
masyarakat jadi aparat desa ini sudah terbuka kepada
masyarakat”
(Hasil Wawancara, MS, Jum’at 10 Juli 2020 di Desa
Moncobalang)

Dari hasil wawancara peneliti dengan kepala dusun dan

masyarakat setempat, dari proses pengelolaan keuangan sudah sangat

baik dari pemerintah yang turut melibatkan masyarakat dalam

perencanaan dan pelaksanaan kegiatan hal tersebut juga sejalan

dengan asas pengelolaan keuangan desa yaitu partisipatif, akuntabel

dan transparan.

Gambar 4.8 Musyawarah desa dalam penyusunan RKPDesa

Didokumentasikan oleh peneliti


81

Kemudian peneliti mewawancarai Ketua BPD Moncobalang

terkait pengawasan yang dilakukan dalam pengelolaan keuangan

dengan siskeudes, mengatakan:

“Kami disini bertugas dalam melakukan pengawasan kinerja


aparat desa, apabila terdapat perbuatan melawan hukum atas
pengelolaan keuangan desa BPD ini berkewajiban
mengingatkan dan menindaklanjuti pelanggaran sesuai dengan
kewenangan yang dimiliki.”

(Hasil Wawancara, AW, Jum’at 10 Juli 2020 di Desa


Moncobalang)

Dari hasil wawancara diatas, dapat dilihat bahwa BPD dalam

melakukan pengawasan pengelolaan keuangan desa memiliki

kewajiban menindaklanjuti pelanggaran dan penyimpangan yang

dilakuakan oleh aparat desa yang berindikasi mengandung unsur

pidana, maka BPD sebagai wakil masyarakat desa dapat melaporkan

kepada instansi penegek hokum seperti (kepolisian/kejaksaan/kpk).

Berdasarkan hasil observasi, dokumentasi dan wawancara yang

dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan untuk

kebijakan aplikasi siskeudes dalam mengelolan keuangan di Desa

Mocobalang ialah aparat desa moncobalang dan beberapa pihak dari

dusun, RT, RW dan masyarakat yang dilibatkan dalam proses

perencanaan hal tersebut sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku

yakni permendagri no 20 tahun 2018. Serta melibatkan BPD dalam

proses pengawasan hal tersebut sudah sesuai dengan prosedur

peraturan yang berlaku dan sejalan dengan fungsi pengawasan


82

menurut Ernie dan Saefullah (2015) yakni mengambil langkah

klarifikasi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan dan menurut

Maringan (2004) yakni mempertebal rasa tanggungjawab terhadap

pejabat yang diserahi tugas dan wewenang dalam melaksanakan

pekerjaan, mendidik para pejabat agar melaksanakan pekerjaan sesuai

prosedur yang telah ditetapkan, serta mencegah terjadinya

penyimpangan, kelalaian dan kelemahan agar tidak terjadi kerugian

yang tidak diinginkan,

f. Sumberdaya yang dilibatkan

Dalam pelaksanaan atau pengimplementasian kebijakan perlu

adanya dukungan sumber daya yang dapat memberikan pengaruh

positif dan berguna dalam menyukseskan dalam pelaksanaan suatu

kebijakan atau program tersebut. Sumber daya yang memadai tentunya

sangat membantu di dalam pelaksanaan suatu kebijakan agar dapat

berjalan dengan baik, efektif dan efesien. Pelaksanaan aplikasi

Keuangan Desa akan berjalan dengan lancar apabila dalam

pelaksanaannya dilakukan oleh sumberdaya manusia (SDM) yang

mencukupi dan berkualitas. Implementasi Siskeudes juga tidak akan

berjalan dengan baik apabila seluruh elemen baik dari pemerintah dan

aparat tidak bekerja sama.

Pelaksanaan program keuangan desa seharusya mempunyai

kompetensi yang baik dalam pengelolaan keuangan mengingat

besarnya dana desa yang diberikan oleh pemerintah setiap tahunnya


83

yang terus meningkat maka didalam menjalankan kebijakan atau

program harus didukung dengan adanya pelaksana kebijakan yang

kompeten dan kapabel dalam menunjang keberhasilan suatu kebijakan.

Dari hasil observasi menunjukkan bahwa sumber daya manusia

di Desa Moncobalang belum mencukupi dalam melakukan tugas dan

fungsinya, desa Moncobalang masih kekurangan staff dan juga

operator dalam mengoperasikan aplikasi siskeudes. Di desa

Moncobalang bendahara desa bertindak sebagai operator dalam

mengoperasikan siskeudes meskipun kemampuannya juga masih

minim, hal tersebut terjadi karena hanya bendahara desa yang mengerti

mengenai aplikasi ini.

Untuk memastikan observasi peneliti, maka peneliti melakukan

wawancara terhadap informan terkait sumber daya manusia,

mengatakan:

“Memang permasalahan kurangnya sumberdaya dalam


pengoperasian siskeudes menjadi masalah yang cukup penting,
karena hanya bendahara desa yang mampu menjalankan aplikasi
ini, itupun masih tahap belajar. Ini terjadi karena kurangnya
pelatihan yang diadakan oleh pemerintah terkait dengan aplikasi
ini.”

(Hasil Wawancara, AA, Rabu 08 Juli 2020 di Desa


Moncobalang)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa kualitas

Sumber Daya Manusia yang ada di kantor desa Moncobalang masih

belum memadai karena masih belum mampu melaksanakan tugasnya

dalam mengelola siskeudes.


84

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Bendahara desa selaku

operator siskeudes, mengatakan:

“Semenjak aplikasi siskeudes ini diterapkan di desa


Moncobalang, pelatihannya itu dilakukan 1 kali setiap aplikasi
ini di perbaharui setiap tahunnya waktunya pun hanya 1 pekan.
Saya rasa itu tidak cukup karena melihat aplikasi ini harus
dipelajari cukup lama untuk mengoperasikannya. Jadi untuk
dapat mengoperasikan aplikasi sampai saat ini saya belajar
sendiri dek melalui buku panduan dan juga kami didampingi
oleh pendamping kecamatan”

(Hasil Wawancara, MI, Kamis 09 Juli 2020 di Desa


Moncobalang)

Dari hasil wawancara di atas peneliti dapat mengetahui bahwa

dari aparat desa termasuk Bendahara Desa memang belum mampu

untuk mengoperasikan siskeudes maka dari itu dalam proses

pengoperasiaanya masih didampingi oleh pendamping kecamatan. Hal

demikian dijelaskan pula oleh Sekretaris Desa yang menjelaskan

bahwa:

“Untuk pengoperasian siskeudes itu memang bendahara desa


masih belum terlalu lincah dalam mengoperasikan siskeudes,
oleh karena itu kami dibantu dan masih mendampingi dalam
proses pelaksanaan, penatausahaan maupun pelaporan dengan
siskeudes”

(Hasil Wawancara, SF, Rabu 08 Juli 2020 di Desa


Moncobalang)

Berdasarkan hasil wawancara di atas diketahui bahwa Operator

siskeudes belum mampu mengoperasikan sendiri aplikasi siskeudes

ini dalam mengelola keuangan. Dalam prosesnya masih di dampingi


85

oleh pendamping kecamatan.

Berdasarkan Hasil ovservasi dan wawancara diatas ditemukan

pernyataan dari Kepala Desa, sekretaris dan Bendahara desa

Moncobalang yaitu masih kurang memadai dalam hal pengelolaan

keuangan dengan siskeudes. Padalah salah satu yang menjadi

penunjang dalam melaksanakan sebuah kebijakan adalah tersedianya

sumberdaya yang memadai seperti halnya yang dijelaskan oleh

Winarno (2014), yakni yang perlu mendapatkan perhatian dalam

proses implementasi adalah sumberdaya yang tersedia. Kebijakan

menuntut tersedianya sumberdaya yang memadai. Dalam hal ini

ditemukan bahwa dukungan pemerintah belum maksimal dalam

pengimplementasian siskeudes dengan kurangnya pelatihan kepada

para aparat desa dalam mengoperasikan aplikasi siskeudes sehingga

kurangnya pemahaman terkait aplikasi ini.

Dapat disimpulkan bahwa pelatihan secara khusus sangat

diperlukan dalam menunjang kemampuan bendahara desa

Moncobalang dalam mempertanggungjawabkan keuangan desa dan

meminimalisirkan ketidakmampuannya dalam pengelolaan aplikasi

tersebut. Karena aplikasi Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) ini pada

tiap tahunnya semakin susah untuk dipahami apalagi pada tahun ini

aplikasi siskeudes sudah menggunakan sistem online yang

membutuhkan jaringan sehingga dengan adanya bantuan dari pihak

pendamping kecamatan untuk saat ini pengelolaan aplikasi Siskeudes


86

bisa dilaksanakan dengan baik.

Pengembangan sumber daya perangkat Moncobalang selain

bertujuan untuk meningkatkan wawasan perangkat desa Moncobalang

sebagai abdi negara dan masyarakat dalam ukuran yang seimbang

juga meningkatkan profesionalisme agar kinerja aparat desa

Moncobalang lebih efektif.

2. Lingkungan Kebijakan, Ada 3 indikatornya yaitu:

a. Kekuasaan, Kepentingan dan Strategi aktor yang terlibat

Merilee S. Grindle menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan

perlu diperhitungkan pula kekuatan atau kekuasaan, kepentingan dan

strategi yang digunakan oleh para aktor yang terlibat guna

memperlancar jalannya pelaksanaan suatu implementasi kebijakan.

Pada indikator ini melihat dari sosialisasi dari program aplikasi

siskeudes. Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat

pada kebijakan aplikasi siskeudes oleh pemerintah kabupaten Gowa

merupakan salah satu strategi dalam mencapai tujuan program yaitu

pnegelolaan keuangan desa yang lebih baik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa

Moncobalang, mengatakan:

“Kalau sosialisasi penerapnnya sudah baik dek karena sejak


dicanangkannya aplikasi ini, pemerintah Kabupaten Gowa
sangat aktif dalam bersosialisasi di setiap kecamatan, dan pada
tahun 2016 itu sudah digunakan secara serentak pada 121 Desa
di Kabupaten Gowa. Gowa juga masuk salah satu dari 14
Kabupaten yang ada di Indonesia yang patut dijadikan
percontohan tentang tata kelola keuanagan desa dengan
87

siskeudes ini dek”.

(Hasil Wawancara, AA, Rabu 08 Juli 2020 di Desa


Moncobalang)

Hasil wawancara dengan kepala desa menyatakan bahwa dari

hasil sosialisaasi mengenai kebijakan penerapan aplikasis siskeudes di

Kabupaten Gowa sudah berjalan dengan lancar, sosialiasi yang

dilakukan secara menyeluruh membuat kabupaten Gowa menerapkan

siskeudes di 121 desa.

Hal tersebut juga di ungkapkan oleh bendahara desa sebagai

berikut:

“Untuk sosialisasi penerapan siskeudes ini sudah bagus menurut


saya, karena sebelum diterapkan itu pemerintah mengadakan
workshop siskeudes untuk memperkenalkan aplikasi ini dan
bagaimana manfaatnya untuk aparat dan masyarakat itu sendiri.”

(Hasil Wawancara, MI, Kamis 09 Juli 2020 di Desa


Moncobalang)

Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh Sekretaris Desa yang

menyatakan bahwa:

“Jadi awal keluarnya aplikasi ini kami diundang oleh


pemerintah daerah untuk menghadiri workhshop sosialisasi
penerapan aplikasi siskeudes di seluruh desa yang ada di
Kabupaten Gowa, yang hadir itu ada Kepala Desa, Sekretaris
Desa dan tentunya Bendahara Desa. disitu dijelaskan mengapa
aplikasi ini perlu diterapkan dan yang pastinya manfaatnya
sangat baik untuk pengelolaan keuangan desa”

(Hasil Wawancara, SF, Rabu 08 Juli 2020 di Desa


Moncobalang)
88

Dapat disimpulkan bahwa pemerintah Kabupaten Gowa sudah

bekerja secara maksimal dalam mensosialisasikan program aplikasi

Siskeudes ini di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Gowa,

sehingga proses penerapannya pun terhitung cukup cepat dengan

pengimplementasian di 121 Desa dan juga termasuk dari salah satu

Kabupaten yang berhasil menjadi percontohan dalam pengelolaan

keuangannya. Strategi pemerintah kabupaten Gowa dalam

mengimplementasikan Aplikasi Siskuedes ini dianggap sudah tepat

dan berhasil sebgaimana juga selajalan dengan Abidin (2012) yang

menjelaskan bahwa tingkat keberhasilan suatu kebijakan ditentukan

dari kualitas kebijakannya dan ketepatan strategi implementasinya.

Strategi implementasi yang tidak tepat tidak akan mampu memperoleh

dukungan dari masyarakat sebagai kelompok sasaran, dapat

disimpulkan bahwa banyak kegagalan yang terjadi disebabkan karena

lemahnya subtansi kebijakan itu sendiri, juga karena strategi dari

implementasinya kurang tepat. Keberhasilan dari kebijakan juga

sangat dipengaruhi dari seberapa besarnya kekuasaan dan kepentingan

yang dimiliki para aktor-aktor yang terlibat.

b. Karakteristik Lembaga dan Rezim yang Berkuasa

Lingkungan dimana suatu kebijakan dilaksanakan berpengaruh

terhadap keberhasilannya, pada bagian ini dijelaskan karakteristik dari

lembaga yang akan turut mempengaruhi keberhasilan kebijakan.

Dalam implementasi kebijakan yang telah dibuat, maka


89

pelaksanaannya akan terlepas dari karakteristik atau peran dari

pelaksana kebijakan itu sendiri.

Karakteristik lembaga dan penguasa yang baik untuk

pelaksanaan penerapan aplikasi siskeudes dibutuhkan oleh aparat desa

Moncobalang dalam menjalankan aplikasi ini. Pemerintah terkait

program siskeudes sebagai lembaga penguasa harus menyediakan

sarana bagi aparat desa untuk menyampaikan keluhan terkait dengan

aplikasi siskeudes ini.

Dari hasil observasi yang dilakukan di kantor desa Moncobalang

menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Gowa telah menyediakan

sarana penyampaian keluhan, yaitu berupa Klinik Siskeudes di dinas

PMD, Kabupaten Gowa juga peneliti melihat bahwa saat ini memiliki

satuan tugas (Satgas) Siskeudes mulai dari tingkat kecamatan hingga

kabupaten, dan forum diskusi melalui via sosmed pun sudah berjalan

aktif hingga saat ini, hal tersebut dapat dibuktikan dari dokumentasi

dibawah ini.

Gambar 4.9 Layanan Pengaduan Siskeudes Via Watsaap


90

Diperoleh dari group whatsaap bendahara desa

Pada penyampaian pengaduan Siskeudes, peneliti menilai

Pemerintah Kabupaten Gowa dalam menfasilitasi pengaduan/saran

dan kritik sudah memberikan kemudahan kepada pemerintah Desa

Moncobalang melalui media sosial. Berikut tanggapan kepala desa

terkait dengan sarana yang diberikan oleh pemerintah daerah:

“Menurut saya dengan adanya satgas siskeudes di setiap


kecamatan ini sudah sangat membantu kami ketika ada keluhan
terkait aplikasi ini, dan juga sekarang sudah ada juga via WA
nya jadi bendahara desa sisa menyampaikan keluhannya di sana
tanpa harus ke kecamatan lagi.”

(Hasil Wawancara, AA, Rabu 08 Juli 2020 di Desa


Moncobalang)

Penulis juga melakukan wawancara terhadap bendahara desa

terkait sarana penyampaian keluhan siskeudes. Berikut wawancara

dengan Bendahara Desa yang mengatakan:

“di Kabupaten Gowa memang sudah ada sarana dalam


menyampaikan pengaduan yang disebut dengan Klinik
Siskeudes, bisa juga melalui satuan tugas siskeudes yang
memfasilitasi pengaduan lewat social media apalagi pada saat
pandemic seperti sekarang. Jadi dengan banyaknya pilihan
diharapkan aparat desa bisa dengan mudah dan tidak bingung
jika ada masalah atau yang ingin ditanyakan.”

(Hasil Wawancara, MI, Kamis 09 Juli 2020 di Desa


Moncobalang)

Hal serupa disampaikan oleh sekretaris desa Moncobalang yang

meyatakan bahwa:

“Pada saat workshop juga disampaikan terkait dengan saran


91

yang memfasilitasi pengaduan jika terjadi masalah pada aplikasi


ini. Ada di kecamatan juga satgasnya sebagai perwakilan, untuk
kliniknya Cuma ada satu yaitu di dinas PMD. Tapi sekarang
sudah ada juga pengaduannya lewat WA jadi semua bendahara
di kabupaten gowa itu dibuatkan group supaya lebih mudah
komunikasinya.”

(Hasil Wawancara, SF, Rabu 08 Juli 2020 di Desa


Moncobalang)

Dari hasil wawancara diatas telah menjelaskan bahwa sarana

penyampaian keluhan terkait aplikasi Siskeudes telah di siapkan oleh

pemerintah dalam rangka keberhasilan penerapan aplikasi ini.

Diharapakan dengan banyaknya pilihan layanan dapat mempermudah

aparat desa khususnya bendahara desa selaku operator dari Siskeudes.

Hasil Observasi, dokumentasi dan wawancara menunjukkan

bahwa karakteristik lembaga dan penguasa di Kabupatrn Gowa telah

memberikan pengaruh yang cukup besar dalam penerapan aplikasi ini

karena terkadang karena karakteristiknya itulah yang membuat

program dapat berjalan secara maksimal atau bahkan sebaliknya.

Karakteristik lembaga penguasa di Kabupaten Gowa ini membangun

hubungan emosional yang baik dan membangun komunikasi yang

baik antara aparat desa Moncobalang, dengan para satuan tugas

siskeudes di Kecamatan. Hal tersebut sejalan dengan yang

disampaikan oleh Wayan (2015) yang menjelaskan bahwa

karakteristik mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola

hubungan yang terjadi yang semuanya akan mempengaruhi

implementassi suatu program.


92

c. Tingkat Kepatuhan dan Adanya respon dari Pelaksana

Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana menurut

Merilee S. Grindle menjelaskan hal lain yang dirasa penting dalam

proses pelaksanaan suatu kebijakan yaitu sejauh mana kepatuhan dan

respon dari para pelaksana. Dalam point ini adalah sejauhmana

kepatuhan dan respon dari para pelaksana dalam menanggapi suatu

kebijakan dari aplikasi sistem keuangan desa.

Berdasarkan hasil wawancara terkait kepatuhan para pelaksana

aplikasi siskeudes, menyatakan:

“Menurut saya sejauh ini para aparatur di Desa Moncobalang


terkhusus Bendahara Desa sudah baik dalam menjalankan
tugasnya dalam penerapan aplikasi siskedes ini. Sebagai
pelaksana kami memiliki komitmen untuk mewujudkan
keberhasilan dari penerapan aplikasi siskeudes ini. Harapannya
dengan adanya aplikasi ini pengelolaan keuangan desa di
Kabupaten Gowa bisa seterusnya menjadi percontohan dan
terkhusus di desa Moncobalang semoga aplikasi ini dapat
meningkatkan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
dengan pengelolaan keuangan yang akuntabel dan transparansi.
Kami juga berharap pemerintah melakukan pelatihan khusus
setiap tahunnya kepada bendahara desa.”

(Hasil Wawancara, AA, Rabu 08 Juli 2020 di Desa


Moncobalang)

Dari hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa aparat di desa

moncobalang sudah patuh terhadap kebijakan yang dikeluarkan

pemerintah terkait dengan pengelolaan keuangan desa. berikut juga

tanggapan dari Bendahara desa selaku pelaksana tugas sebagai

operator siskeudes:
93

“InsyaAllah kalau dari segi pelaksanaannya itu kami sudah


jalankan sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan, kami juga
menjalankan sesuai dengan tugas masing-masing jadi sudah
berjalan dengan baik dan sampai saat ini kami tidak pernah
keluar dari koridor yang telah ditetapkan oleh pemerintah
daerah.”

(Hasil Wawancara, MI, Kamis 09 Juli 2020 di Desa


Moncobalang)

Hal ini merupakan bagian penting dalam proses implementasi,

dimana tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana

merupakan aksi nyata untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya

dalam pengimplementasan program aplikasi sistem keuangan desa ini

agar dapat terlaksana dengan baik, dan berguna bagi pembangunan di

Desa Moncobalang.

Sehubungan dengan kepatuhan dan respon dari pelaksana,

msyarakat mengemumkakan bahwa:

“Melihat pelayanan yang diberikan aparat desa Moncobalang


ini, menurut saya mereka sudah melakukan tugasnya dengan
baik. Artinya mereka sudah patuh terhadap peraturan yang telah
ditetapkan dan memberikan pelayanan yang baik pula kepada
masyarakat yang ingin mengetahui terkait dengan pengeluaran
dana APBDesa”

(Hasil Wawancara, NS, Jum’at 10 Juli 2020 di Desa


Moncobalang)

Pernyataan lain juga di kemukakan oleh masyarakat yang ada di

desa Moncobalang, sebagai berikut:

“Menurut saya sudah bagusmi pelayanannya di desa


94

Moncobalang ini, apalagi terkait dengan transparansi


keuangannya mereka sudah melibatkan masyarakat disetiap
prosesnya dan informasi yang disampaikan kepada masyarakat
juga sudah sangat bagus.”

(Hasil Wawancara, MM, Jum’at 10 Juli 2020 di Desa


Moncobalang)

Dari hasil wawancara diatas mengenai tingkat kepatuhan dan

adanya respon dari pelaksana dapat disimpulkan bahwa aparat desa

Moncobalang selaku pelaksana dari penerapan aplikasi siskuedes

sudah menerapkan kepatuhan dalam menjalankan tugasnya masing-

masing dengan berpedoman kepada peraturan yang berlaku. Dan

untuk responnya kepada masyarakat sudah baik dan terbukti dengan

para aparat memberikan layanan dengan penyampaikan

pertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa kepada seluruh

masyarakat di Desa Moncobalang karena pada dasarnya program yang

telah dilaksanakan dan dikelola dengan dana APBDesa adalah demi

kepentingan rakyat yang tentunya telah disesuaikan dengan apa yang

menjadi tuntutan rakyat sehingga tujuan dari program tersebut dapat

terealisasikan.

C. Matrik Temuan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan,

dalam melihat implementasi aplikasi Sistem Keuangan Desa di Desa

Moncobalang telah terimplementasi atau belum dengan baik atau belum baik,

dapat ditunjukkan pada tabel berikut yang merupakan keselirihan dari hasil

penelitian ini.
95

Tabel 4.4 Matrik Temuan Hasil Penelitian

Dimensi Indikator Temuan Penelitian keterangan

Kepentingan Di dalam kepentingan


Kelompok kelompok sasaran yang
Sasaran yang mempempengaruhi Terimplement
mempengaruhi Terdapat beberapa asi dengan
tahapan dalam baik
pengelolaan keuangan
desa seperti
perencanaan,
pelaksanaan,
penatausahaan,
pelaporan dan
pertanggungjawaban.
Tipe manfaat Tipe manfaat yang
yang diperoleh diperolah khususnya
bagi aparat desa
Moncobalang dan
Masyarakat dengan
penerapan siskeudes,
dampaknya sudah Terimplement
cukup baik dan asi dengan
membantu aparat dalam baik
pengelolaan keuangan
Isi kebijakan yang transparansi,
akuntabilitas,
partisipatif dan disiplin
anggaran.
Derajat Terkait dengan derajat
perubahan yang perubahan yang
diinginkan diinginkan
mengharapkan aparat
desa sebagai sasaran
kebijakan siskeudes
bisa memanfaatkan Terimplement
dengan sebaik mungkin asi dengan
aplikasi tersebut. baik
Sehingga dapat
meningkatkan kinerja
aparat dalam mengelola
keuangan yang efektif
dan efisien sesuai
dengan peraturan yang
berlaku.
96

Letak pemerintah masih


pengambilan kurang serius
keputusan memikirkan dampak
dalam mengambil
keputusan yang
mengakibatkan masih
seringnya terjadi error Terimplement
dan terserang virus pada asi dengan
aplikasi siskeudes. Oleh baik
karena itu usaha yang
dilakukan adalah dengan
adanya peninjauan
kembali terkait aplikasi
siskeudes serta
mengadakan pelatihan
secara rutin agar dapat
menunjang kapasitas
operator secara
maksimal.

Pelaksana Pelaksana untuk


program kebijakan penerapan
aplikasi siskeudes
adalah aparat desa
Moncobalang dan Terimplement
melibatkan RT ,RW asi dengan
dan Masyarakat dalam baik
proses pengelolaan
keuangan serta BPD
sebagai pengawas. Hal
tersebut sudah sesuai
dengan prosedur
peraturan yang berlaku.
Sumber-sumber Mengenai Sumber Daya
daya yang Manusia yang ada di
digunakan Desa Moncobalang
dalam mengelola Belum
keuangan desa belum terimplement
memadai dalam hal asi dengan
kemampuan baik
mengoperasikan
siskeudes dengan baik
dikarenakan kurangnya
pelatihan yang
diberikan oleh
pemerintah.
97

Kekuasaan, Dapat disimpulkan


Kepentingan dan bahwa pemerintah
Strategi aktor Kabupaten Gowa sudah
yang terlibat bekerja secara
maksimal dalam
mensosialisasikan
program aplikasi
Siskeudes ini di seluruh
kecamatan yang ada di
Kabupaten Gowa, Terimplement
sehingga proses asi dengan
penerapannya pun baik
terhitung cukup cepat
dengan
pengimplementasian di
121 Desa dan juga
termasuk dari salah satu
Kabupaten yang
berhasil menjadi
percontohan dalam
Lingkungan pengelolaan
Kebijakan keuangannya.

Karakteristik karakteristik lembaga


Lembaga dan dan penguasa di
Rezim yang Kabupatrn Gowa telah
Berkuasa memberikan pengaruh
yang cukup besar dalam Terimplement
penerapan aplikasi ini. asi dengan
Karakteristik lembaga baik
penguasa di Kabupaten
Gowa ini membangun
hubungan emosional
yang baik dan
membangun komunikasi
yang baik antara aparat
desa Moncobalang,
dengan para satuan
tugas siskeudes di
Kecamatan.

Tingkat Tingkat kepatuhan


Kepatuhan dan aparat desa
Adanya Respon moncobalang dalam
dari Pelaksana menerapkan aplikasi
siskeudes dinilai sudah
98

baik dengan
melaksanakan tugasnya Terimplement
masing-masing sesuai asi dengan
peraturan yang berlaku. baik
Dan untuk responnya
kepada masyarakat
sudah baik dan terbukti
dengan para aparat
memberikan layanan
dengan penyampaikan
pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan
desa kepada seluruh
masyarakat di Desa
Moncobalang.

Sumber: diolah oleh penulis

Berdasarkan tabel matrik diatas dapat diketahui bahwa ada 9 indikator yang

dapat mengetahui dari dimensi isi kebijakan dan lingkungan kebijakan

Implementasi Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) di Kantor Desa Moncobalang

Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa. Pada dimensi isi kebijakan indikator

yang pertama yakni kepentingan kelompok sasaran yang mempengaruhi, pada

indikator Kepentingan Kelompok Sasaran yang mempengaruhi ada beberapa

tahapan dalam pengelolaan keuangan desa dengan Siskeudes berdasarkan dengan

peraturan menteri dalam negeri no 20 tahun 2018 tentang pengelolaan keuangan,

yakni Perencanaan, Pelaksanaan, Penatausahaan, Pelaporan serta

Pertanggungjawaban keuangan desa.

Pada indikator selanjutnya yakni tipe manfaat yang diperoleh, manfaat dari

aplikasi sistem keuangan desa sangat dirasakan bagi aparat desa dan juga

masyarakat yang ada di desa Moncobalang serta memberikan dampak yang baik

dalam pengelolaan keuangan desa yang lebih transparan, akuntabel dan disiplin
99

anggaran. Sebelum diterapkannya aplikasi siskeudes ini aparat desa masih

mengelola keuangan secara manual sehingga membutuhka waktu yang cukup

lama, namun sekarang dengan adanya aplikasi ini kemudahan dalam pengelolaan

keuangan sudah dirasakan.

Indikator selanjutknya derajat perubahan yang diinginkan, Terkait dengan

derajat perubahan yang diinginkan mengharapkan aparat desa Moncobalang

sebagai sasaran kebijakan siskeudes bisa memanfaatkan dengan sebaik mungkin

aplikasi tersebut. Sehingga dapat meningkatkan kinerja aparat dalam mengelola

keuangan yang efektif dan efisien sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sehingga

dengan pengelolaan keuangan yang baik maka pemabngunan di desa

Moncobalang juga bisa semakin meningkat.

Indikator selanjutnya letak pengambilan keputusan, dalam hal ini

pemerintah masih kurang serius memikirkan dampak dalam mengambil keputusan

yang mengakibatkan masih seringnya terjadi error dan terserang virus pada

aplikasi siskeudes. Oleh karena itu usaha yang dilakukan adalah dengan adanya

peninjauan kembali terkait aplikasi siskeudes serta mengadakan pelatihan secara

rutin agar dapat menunjang kapasitas operator secara maksimal.

Indikator selanjutnya adalah pelaksana program, Pelaksana untuk kebijakan

penerapan aplikasi siskeudes adalah aparat desa Moncobalang dan melibatkan RT

,RW dan Masyarakat dalam proses pengelolaan keuangan serta BPD sebagai

pengawas. Hal tersebut sudah sesuai dengan prosedur peraturan yang berlaku.

Indikator terakhir dari dimensi isi kebijakan yaitu sumber-sumber daya yang

digunakan, Mengenai Sumber Daya Manusia yang ada di Desa Moncobalang


100

dalam mengelola keuangan desa belum memadai dalam hal kemampuan

mengoperasikan siskeudes dengan baik dikarenakan kurangnya pelatihan yang

diberikan oleh pemerintah hal tersebut menjadi permasalahan yang cukup serius

dalam penerapan aplikasi siskeudes ini.

Pada dimensi kedua lingkungan kebijakan, indokator pertama yakni

kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat. Dapat disimpulkan bahwa

pemerintah Kabupaten Gowa sudah bekerja secara maksimal dalam

mensosialisasikan program aplikasi Siskeudes ini di seluruh kecamatan yang ada

di Kabupaten Gowa, sehingga proses penerapannya pun terhitung cukup cepat

dengan pengimplementasian di 121 Desa dan juga termasuk dari salah satu

Kabupaten yang berhasil menjadi percontohan dalam pengelolaan keuangannya.

Indikator kedua yakni karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa.

Karakteristik lembaga dan penguasa di Kabupatrn Gowa telah memberikan

pengaruh yang cukup besar dalam penerapan aplikasi ini. Karakteristik lembaga

penguasa di Kabupaten Gowa ini membangun hubungan emosional yang baik dan

membangun komunikasi yang baik antara aparat desa Moncobalang, dengan para

satuan tugas siskeudes di Kecamatan melalui penyediaan sarana penyampaian

keluahan.

Indokator terakhir yaitu tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana

dinilai sudah baik dengan melaksanakan tugasnya masing-masing sesuai peraturan

yang berlaku. Dan untuk responnya kepada masyarakat sudah baik dan terbukti

dengan para aparat memberikan layanan dengan penyampaikan

pertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa kepada seluruh masyarakat .


101

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data pada bab sebelumnya, maka dapat

disumpulkan bahwa yang menjadi ukuran keberhasilan implementasi sistem

keuangan desa (siskeudes) yaitu dilihat dari proses pengelolaan keuangan desa

yang sudah sesuai dengan peraturan menteri dalam Negeri no 20 tahun 2018

tentang pengelolaan keuangan serta manfaat sangat dirasakan oleh aparatur dan

masyarakat di desa Moncobalang sehingga terbilang pengelolaan keuangan

desa di Desa Moncobalang menjadi lebih transparan, akuntabel dan partisipatif

sesuai dengan asas pengelolaan keuangan desa .Implementasi aplikasi sistem

keuangan desa di Kantor Desa Moncobalang Kecamatan Barombong

Kabupaten Gowa dapat dilihat dari beberapa variabel implementasi yaitu:

1. Isi Kebijakan yaitu terdiri dari 6 indikator yakni kepentingan kelompok

sasaran, tipe manfaat yang diperoleh, derajat perubahan yang diinginkan,

letak pengambilan keputusan, pelaksana program dan sumberdaya yang

dilibatkan. Dapat disimpulkan bahwa Dari ke 6 indikator isi kebijakan, lima

diantaranya sudah terimplementasi dengan baik dan sudah sesuai dan

sejalan dengan peraturan yang ada sedangkan indikator sumberdaya masih

belum terimplementasi dengan baik, dikarenakan yang menjadi kendala

utama yakni Sumber Daya Manusia yang ada di Desa Moncobalang dalam

mengelola keuangan desa belum memadai dalam hal kemampuan

mengoperasikan siskeudes dengan baik.

101
102

2. Lingkungan kebijakan terdiri dari 3 indikator yakni, Kekuasaan,

Kepentingan dan strategi aktor yang terlibat, Karakteristik lembaga dan

rezim yang berkuasa, Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana.

Dapat disimpulkan bahwa dari ketiga indikator lingkungan kebijakan,

semuanya sudah terimplementasi dengan baik dan memberikan pengaruh

yang cukup besar dalam implementasi aplikasi siskeduses serta telah sesuai

dengan peraturan yang berlaku dengan memberikan layanan dengan

penyampaikan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa kepada

seluruh masyarakat di Desa Moncobalang.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka

saran yang dapat disampaikan sesuai impementasi aplikasi sistem keuangan

desa sebagai berikut:

1. Pemerintah daerah sebaiknya mengadakan pelatihan dan bimbingan teknis

secara rutin untuk meningkatkan kemampuan atau skill dari operator

siskeudes.

2. Pelatihan yang diadakan tidak hanya sekali setahun. Dan ketika pelatihan

yang diberikan pemerintah daerah kurang maksimal maka sebaiknya desa

membuat pelatihan khusus untuk membantu meningkatkan skill di bidang

IT.

3. Desa Moncobalang sebaiknya memiliki operator yang mengoperasikan

siskeudes lebih dari satu orang agar pelaksanaan aplikasi ini menjadi lebih

maksimal agar dapat membantu bendahara dalam mengelola keuangan desa.


103

4. Dalam menguprade aplikasi siskeudes setiap tahunnya, pemerintah pusat

juga harus memberikan buku panduan agar lebih mudah pada proses

pengoperasiannya.

5. BPKP sebaiknya meninjau kembali aplikasi sistem keuangan desa ini agar

tidak mudah terserang virus.


104

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, L. (2016). Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. (2015). Pemkab Gowa dinilai


memiliki komitmen tinggi dukung implementasi siskeudes.
https://humas.gowakab.go.id/tag/siskeudes

Dian, M. M (2013). Analisis Penerapan Sistem Informasi Manajemen Daerah


(SIMDA) Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Pangkep. Skripsi, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin, Kota Makasssar.
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/SKRIPSI%.pdf

Djaunaidi, G. M. dan Almanshur, F. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif.


Yogyakarta: Ar-Ruzz

Fausia, F. (2020). Pengelolaan Dana Desa di Desa Abbumpungeng Kecamatan


Cina Kabupaten Bone. Jurnal Administrasi Publik. Volume 6 No 1.
Halaman 86-101

Indrajit. (2006). Electronic Government: Konsep Pelayanan Public Berbasis


Internet dan Teknologi Informasi. Bandung: APTIKOM.

Indrajit. (2006). Electronic Government: Strategi Pembangunan dan


Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital.
Yogyakarta: Andi Publisher.

Indiahono, D. (2017). Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analysis.


Yogyakarta: Gava Media

Malahikal, J. M., Dkk (2018). Penerapan Sistem Keuangan Desa Pada Organisasi
Pemerintahan Desa (Studi Kasus di Desa Suwaan Kec.Kalawat.
Kab.Minahasa Utara. Jurnal Riset Akuntansi Going Concern.Volume 13.
Halaman 578-583

Munawir, R. (2019). Penerapan SISKEUDES Dengan Metode MCCALL Dalam


Meningkatkan Kinerja Pembangunan Desa (Pada Desa Gampong-
Gampong Di Kemukiman Lamlhom Aceh Besar). Skripsi, Fakultas
Ekonomi Bisnis Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
https://etd.unsyiah.ac.id/index.php?p=show detail&id=54683

Mamuaya, J. V, dkk (2017). Analisis Pengelolaan Keuangan Desa Berdasarkan


Permendagri No. 113 Tahun 2014 (Studi Kasus Di Desa Adow Kecamatan
Pinolosian Tengah Kabupaten Bolaang Mongodow Selatan). Jurnal
Akuntansi. Volume 5 No 2. Halaman 1020
105

Mulyadi dan Deddy (2015). Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik:
Konsep dan Aplikasi Proses Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik.
Bandung: Alfabeta

Novirania, A. (2018). Implementasi Aplikasi SISKEUDES di Desa Bogorejo,


Kec.Gedong Tataan, Kab.Pesawaran. Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung, Bandar Lampung.
http://digilib.unila.ac.id/30825/12./skripisi%20tanpa%20bab%20pembahas
an.pdf

Putri, R. A., Dkk (2018). Evaluasi Penggunaan Aplikasi SISKEUDES untuk


Meningkatkan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Desa di Desa Jenetallasa
Kec.pallangga Kab.Gowa). Jurnal Ilmiah Akuntansi Peradaban. Volume 4.
Halaman 84-107.

Purwanto, E. A., dan Sulistyastuti, D. R,. (2015). Implementasi Kebijakan Publik


(Konsep dan Aplikasinya di Indonesia). Yogyakarta: Gava Media

Peraturan Menteri Dalam Negeri No 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan


Keuangan.

Rizky, D. (2016). Penerapan Sistem E-Budgeting Terhadap Transparansi dan


Akuntabilitas Keuangan Publik. AKRUAL

Santosa, P. (2008). Administrasi Publik dan Aplikasi Good Governance.


Bandung: Refika Aditama

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sulina, G. A. T., Dkk (2017). Peranan Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES)


Terhadap Kinerja Pemerintah Desa (Studi Kasus di Desa Kaba-Kaba
Kec.Kediri. Kab.Tabanan). Jurnal Akuntansi. Volume 8.

Tambunan, M. I. P. (2019). Penerapan Aplikasi Sistem Keuangan Desa Dalam


Meningkatkan Kinerja Aparatur Desa (Studi Kasus Desa Bongorejo,
Kec.Gedong Tataan, Kab.Pesawaran). Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Universitas Lampung, Bandar Lampung. Diperoleh dari
http://digilib.unila.ac.id/59242/3/3.%20skripisi%full%tanpa%bab%20pem
bahasan.pdf

Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Wahab, S. A., (2012). Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Penyusunan Model-


model Implementasi Kebijakan Publik. Malang: Bumi Aksara
106

L
A
M
P
I
R
A
N
107

PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN IMPLEMENTASI APLIKASI


SISTEM KEUANGAN DESA DI KANTOR DESA MONCOBALANG
KECAMATAN BAROMBONG KABUPATEN GOWA

Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyususnan SKRIPSI pada

program Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Makassar. Guna untuk mendapatkan data yang

dibutuhkan dalam penelitian, maka peneliti menyusun pedoman wawancara

sebagai berikut:

Teori Merilee S. Grindle


a. Isi kebijakan

Indikator isis kebijakan dalam penelitian, yakni

1) Kepentingan kelompok sasaran

Apa ada kepentingan lain yang mempengaruhi pelaksanaan dari Aplikasi

Sistem Keuangan Desa?

Bagaimana proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan

dan pertanggugjawaban keuangan desa dengan menggunakan aplikasi

siskuedes?

2) Tipe manfaat, sebagai berikut:

Apa manfaat yang di terima oleh aparatur desa dengan adanya aplikasi

siskeudes?

Apakah masyarakat juga merasakan manfaat dari penerapan siskeudes?

3) Derajat perubahan yang diinginkan

Apa derajat perubahan yang di inginkan dari pemerintah desa

moncobalang dengan adanya aplikasi siskeudes?

4) Letak pengambilan keputusan


108

Bagaimana keputusan dari pemerintah desa moncobalang mengenai

permasalahan dalam pengelolaan keuangan dengan aplikasi siskeudes?

5) Pelaksana program

Bagaimana pelaksana program aplikasi siskeudes?

6) Sumber daya

Bagaimana sumberdaya yang digunakan dalam pelaksanaan program

siskeudes?

b. Lingkungan kebijakan

Indikator lingkungan kebijakan

1) Kekuasaan kepentingan dan strategi actor yang terlibat

Bagaimana sosialisasi dari pihak pelakasana mengenai program aplikasi

siskeudes?

Apakah ada pelatihan yang dilakukan dalam penggunaan siskeudes?

2) Karakteristik lembaga penguasa

Apa ada layanan penyediaan sarana penyampaian keluhan mengenai

aplikasi siskeudes?

3) Kepatuhan dan daya tanggap

a. Bagaimana kepatuhan pelaksana dari program siskeudes terhadap

peraturan yang di tetapkan?

b. Bagaimana daya tanggap (responsivitas) terhadap aplikasi siskeudes?


109

Foto wawancara dengan Bapak Anwar Asru S.Sos Plt.Kepala Desa Moncobalang
Rabum 08 Juli 2020 di Kantor Desa Moncobalang

Foto wawancara dengan Bapak Syaiful Fahmi, Amd.Kom. Sekretaris Desa


Moncobalang Rabu, 08 Juli 2020 di Kantor Desa Moncobalang
110

Foto wawancara dengan Muh.Ikram, Bendahara Desa Moncobalang


Kamis, 09 Juli 2020 di Kantor Desa Moncobalang

Foto wawancara dengan Bapak Abdul Wahab Dg. Ngopa, Sekeretaris BPD
Moncobalang Kamis, 09 Juli 2020 di Desa Moncobalang
111

Foto wawancara dengan Bapak Mustamin Dg.Muntu, Masyarakat Desa


Moncobalang Jum’at 10 Juli 2020 di Desa Moncobalang
112
113
114
115
116

RIWAYAT HIDUP

RENITA AMELIA, lahir pada 20 September 1998 di

Sungguminasa Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Putri

Kedua dari dari pasangan Alm. Bapak Jaharuddin Dg.Rurung dan

Ibu Juriati Dg.Ngani.

Jenjang pendidikan penulis dimulai dari Taman Kanak-kanak Aisyiah di Desa

Moncobalang. Kemudian melanjutkan kejenjang Sekolah Dasar di SD Inpres

Karampuang pada tahun 2004 dan selesai pada tahun 2010. Menyelesaikan

pedidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Bajeng pada tahun 2013,

dan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Bajeng pada tahun

2016. Setelah menyelesaikan pendidikan SMA, pada tahun yang sama penulis

terdaftar sebagai salah satu mahasiswa di Program Studi Ilmu Administrasi

Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Makassar. Pada tahun 2020, penulis berhasil mendapatkan gelas S1 Program Studi

Ilmu Administrasi Negara dengan judul skkripsi “Implementasi Sistem Keuangan

Desa (SISKEUDES) di Kantor Desa Moncobalang Kecamatan Barombong

Kabupaten Gowa”. Penulis berharap skiripsi ini dapat bermanfaat bagi pemerintah

dan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya terkhusus di Program Studi

Ilmu Administrasi Negara Unismuh Makassar.

You might also like