You are on page 1of 8

BIOLOGI TUMBUHAN LAHAN BASAH

(JCKB 356)

PENGENDALIAN HAMA SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN


TANAMAN LIAR PURUN TIKUS (Eleocharis dulcis)
UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PADI

Tugas Mata Kuliah Biologi Tumbuhan lahan Basah

Dosen Pembimbing:

ANANG KADARSAH, S.Si, M.Si

Oleh:
HAIRUNISA
J1C111039

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI S-1
BANJARBARU
2014
PENGENDALIAN HAMA SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN
TANAMAN LIAR PURUN TIKUS (Eleocharis dulcis)
UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PADI

I. Latar Belakang
Purun tikus adalah tumbuhan liar yang dapat beradaptasi dengan baik pada
lahan rawa pasang surut sulfat masam. Tumbuhan ini memiliki banyak manfaat.
Air perasan umbinya mengandung antibiotik puchiin yang efektif melawan
Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Aerobacter aerogenes. Di China,
Indo-China, dan Thailand. Purun tikus merupakan tanaman perangkap bagi
penggerek batang padi putih dan habitat beberapa jenis musuh alami, seperti
predator dan parasitoid (Asikin et al. 2001). Hama penggerek batang padi putih
banyak meletakkan telurnya pada batang bagian atas purun tikus. Fungsi lainnya
adalah sebagai sumber bahan organik dan biofilter yang mampu menyerap unsur
beracun atau logam berat seperti besi (Fe), sulfur (S), merkuri (Hg), timbal (Pb),
dan kadmium (Cd) (Asikin dan Thamrin 2011).
Padi merupakan salah satu jenis tanaman penting di dunia, sebagai bahan
makanan pokok bagi lebih dari 2 milyar orang terutama di Negara-negara sedang
berkembang. Salah satu faktor pembatas peningkatan produksi padi adalah akibat
adanya tekanan faktor-faktor abiotik dan biotik termasuk serangga hama. Lebih
dari 200 juta ton padi dilaporkan hilang setiap tahun akibat faktor-faktor tersebut.
Salah satu serangga hama utama pada tanaman padi di lahan pasang surut di
Kalimantan Selatan adalah penggerek batang padi, dengan luas kerusakkan pada
musim hujan tahun 2004/2005 mencapai 101,2 hektar, dan menduduki peringkat
kedua setelah tikus sawah (BPTPH VIII, 2005).
Di persawahan penggerek batang padi secara alami sudah dikendalikan oleh
beberapa musuh alami, diantaranya adalah parasitoid telur penggerek batang. Di
lahan pasang surut Kalimantan Selatan ada tiga spesies parasitoid yang
mempunyai peranan penting dalam mengendalikan populasi penggerek batang ini,
yaitu Telenomus rowani Gahan, Tetrastichus schoenobii Ferr., dan Trichogramma
japonicum Ashmed (Gazali, 1987). Di antara ketiga spesies parasitoid ini, tingkat
parasitasi T. rowani berada pada urutan pertama yaitu berkisar antara 23 – 37 %.
Persentase parasitasi ketiga parasitoid sangat berfluktuatif tergantung antara lain
pada adanya panen yang serentak, lamanya masa bera, tidak tersedianya tempat
berlindung bagi parasitoid setelah masa panen dan turunnya populasi inang dari
parasitoid karena adanya masa panen dan bera. Semakin lama masa bera maka
populasi parasitoid ini sangat turun dan sulit untuk mengikuti perkembangan
populasi penggerek batang. Untuk mengatasi masalah ini maka perlu disediakan
habitat sementara bagi parasitoid ini berlindung, bertahan hidup dan
berkembangbiak. Salah satu tempat berlindung sementara musuh alami adalah
tumbuhan liar yang berada di sekitar persawahan.
Jadi secara umum penelitian ini bertujuan untuk untuk mengatasi hama
penggerek padi yang dapat menurunkan produktivitas padi dengan memberikan
musuh alami dari hama penggerek tersebut sehingga produktivitas padi dapat
meningkat.

II. Perumusan Masalah

1. Apakah tanaman purun tikus dapat mengatasi hama penggerek ?


2. Apakah tanaman purun tikus dapat menjadi inang yang baik untuk
parasitoid?

III Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui apakah tanaman purun tikus dapat mengatasi hama
penggerek
2. Untuk mengetahui apakah tanaman purun tikus dapat menjadi inang yang
baik untuk parasitoid

IV. Manfaat Penelitian


Memberikan informasi ilmiah mengenai tanaman purun tikus dapat mengatasi
hama penggerek dan menajdi inang yang baik untuk parasitoid sehingga
produktivitas padi dapat meningkat.

V. Hipotesis
H0 : tanaman purun tikus tidak berpengaruh terhadap produktivitas padi.
H1 : tanaman purun tikus dapat berpengaruh terhadap produktivitas padi.
IV. Tinjauan Pustaka

Padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban.


Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan
untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa
disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk
ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar
1500 SM. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia,
setelah jagungdan gandum. Namun, padi merupakan sumber karbohidrat utama
bagi mayoritas penduduk dunia. Di Indonesia padi sangat rentan terhadap
serangan berbagai jenis hama yang dapat menyebabkan kerusakan padi sehingga
dapat menurunkan produktivitas padi (BPTPH VIII, 2005).

Steenis (2003) mengklasifikasikan purun tikus masuk dalam divisi


Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Monocotyledonese, ordo
Cyperales, famili Cyperaceae, genus Eleocharis, dan spesies Eleocharis dulcis
(Burm.f.) Trinius ex. Henschell. Purun tikus dapat tumbuh sepanjang tahun,
terutama pada lahan yang selalu berair, seperti tepi sungai dan saluran tersier.
Puruntikus adalah jenis rumput yang tumbuh pada lahan marginal yang tergenang
air (Brecht 1998). Tumbuhan ini mempunyai rimpang pendek dengan stolon
memanjang berujung bulat gepeng, berwarna kecoklatan sampai hitam.
Batang tegak, tidak bercabang, berwarna keabuan hingga hijau mengilap
dengan panjang 50−200 cm dan tebal 2−8 mm. Daun mereduksi menjadi pelepah
yang berbentuk buluh, seperti membran yang menyelubungi pangkal batang,
kadang-kadang dengan helaian daun rudimeter, ujung daun tidak simetris,
berwarna coklat kemerahan sampai lembayung, tanpa lidah daun. Bunganya bulir
majemuk, terletak pada ujung batang dengan panjang 2−6 cm dan lebar 3−6 mm,
terdiri atas banyak buliran berbentuk silinder, bersifat hermafrodit. Buah
berbentuk bulat telur sungsang, berwarna kuning mengilap sampai coklat (Steenis
2003). Purun tikus dapat ditemukan di daerah terbuka di lahan rawa yang
tergenang air, pada ketinggian 0−1.350 m di atas permukaan laut. Tumbuhan ini
juga banyak ditemui di daerah persawahan dan tergenang air.
Purun tikus dapat tumbuh baik pada suhu 30−35°C, dengan kelembapan tanah
98−100%. Tanah yang cocok untuk pertumbuhan purun tikus adalah tanah
lempung atau humus dengan pH 6,9−7,3, tetapi juga mampu tumbuh dengan baik
pada tanah masam (Flach dan Rumawas 1996). Oleh karena itu, purun tikus
bersifat spesifik tanah sulfat masam yang tahan terhadap kemasaman tanah tinggi
(pH 2,5− 3,5) dan menjadi vegetasi indikator untuk tanah sulfat masam (Noor
2004).
Penggerek batang padi merupakan hama yang selalu dijumpai pada
pertanaman padi, karena selalu dijumpai mulai dari pesemaian hingga memasuki
stadia matang. Gejala serangan yang disebabkan oleh semua spesies penggerek
batang sama pada tanaman padi. Penggerek batang tergolong hama penting pada
tanaman padi yang dapat menimbulkan kerusakan berat dan kehilangan hasil yang
tinggi. Perlu diketahui juga, bahwa di dunia terdapat 21 spesies penggerek batang
yang dapat beradaptasi dengan agroekosistem padi, sedangkan di Indonesia
diketahui terdapat 6 spesies. Dari 6 spesies penggerek batang di Indonesia,
terdapat 4 spesies dominan yaitu penggerek batang padi kuning, penggerek batang
padi putih, penggerek batang padi merah jambu, dan penggerek batang bergaris.
Secara kasat mata, keberadaan hama ini ditandai dengan beberapa hal yang sangat
umum, yaitu : (1) adanya ngengat (kupu-kupu), (2) kematian tunas-tunas padi, (3)
kematian malai, (4) adanya ulat (larva) penggerek batang (Gazali, 1987).
Pengendalian secara biologi hama penggerek dapat menggunakan musuh
alami yang terdiri atas predator dan parasitoid untuk membatasi populasi
penggerek batang. Predator adalah musuh alami yang langsung memakan hama.
Belalang Conochepalus longipennis adalah predator telur penggerek batang,
sedangkan predator ngengat adalah laba-laba, capung dan burung. Parasitoid
adalah serangga yang hidup sebagai parasit selama masa pra dewasa penggerek.
Parasitoid telur adalah yang paling banyak dikembangkan, antara lain :
Tricogramma japonicum Ashmead, Telenomus rowani (Gahan), dan Tetrastichus
schoenobii Ferriere (Gazali, 1987).
VII. Metode Penelitian
7.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2014 - Maret 2015,
bertempat di rumah kaca Laboratorium Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
7.2 Bahan dan Alat
1. Bahan
Bahan yang digunakan tanaman purun tikus yang diambil dari lahan
pertanaman padi pasang surut, sedangkan tanaman padi yang digunakan adalah
tanaman padi varietas lokal berumur 1,5 bulan, pupuk yang digunakan adalah
pupuk urea, TSP, dan ZK dan kapur untuk meningkatkan pH tanah. Untuk
percobaan lapangan, tanaman purun tikus ditanam berasal dari anakan yang
diambil dari lapangan, sedangkan tanaman padi ditanam berdasarkan tatacara
praktek budidaya tanaman padi pada umumnya.

2. Alat
Alat-alat untuk penelitian ini antara lain kurungan percobaan berkerangka
kayu dengan terbuat dari kain batis dan plastik transparan berukuran 75 cm x 75
cm x 100 cm, stoples plastic (diameter 15 cm dan tinggi 25 cm) dengan ventilasi
berupa jendela pada dinding yang ditutup kain batis, digunakan untuk
memindahkan serangga dari kurungan pemeliharaan, perangkat diseksi serangga,
mikroskup binokuler, loupe, aspirator, freezer, oven, timbangan Mettler,
stopwatch, hand counter, dan jaring serangga.

7.3 Prosedur Penelitian


Purun tikus yang ditanam secara terpisah dan acak pada empat petakan 1 m x
1 m dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm dalam petakan. Pengamatan pertama
dilakukan pada saat tanaman padi berumur 15 hst, sebanyak empat kali
pengamatan selang 14 hari. Sebagai peubah adalah rata-rata jumlah telur
penggerek batang padi putih dan persentase parasitasi. Persentase parasitasi
dihitung dengan rumus : Jumlah parasitoid yang keluar x 100 % Jumlah parasitoid
+ jumlah Larva Percobaan lapang ini menggunakan rancangan acak kelompok
dengan tiga perlakuan dan 10 ulangan.
Percobaan Lapang 2. Kehadiran Telur Penggerek Batang Padi Putih dan
Parasitoid pada Tanaman Padi Tanpa dan dengan Tumbuhan Liar di Lapang
Percobaan lapang ini bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut apakah tumbuhan
liar yang ditanam secara berkelompok dekat petakan tanaman padi dapat menjadi
reservoir parasitoid telur terutama bila lahan tidak ada tanaman padi. Percobaan
dilakukan di tempat terpisah berjarak berjarak sekitar 300 meter. Di tempat
pertama padi ditanam pada petak berdampingan dengan petak tumbuhan liar dan
ditempat kedua sebagai pembanding (berjarak 300 m) tanaman padi ditanam pada
petak tanpa petak tumbuhan liar. Percobaan dilakukan selama satu periode tanam.
Tanaman padi ditanam dengan jarak tanam 50 m x 50 m pada petak 4 m x 2,5 m
(40 tanaman), sedang tumbuhan liar ditanam (dengan perbandingan 1 : 1) ditanam
dengan jarak 20 cm x 20 cm pada petak.
Pengamatan dilakukan pada petak tanaman padi dan rumpun tumbuhan liar
seperti percobaan lapang 1. Pengamatan pertama (pada tanaman padi dan
tumbuhan liar) dilakukan pada saat tanaman padi berumur 14 HST, pengamatan
berikutnya hingga yang ke tujuh dengan selang 14 hari. Peubah yang diamati
adalah rata-rata jumlah telur penggerek batang padi putih dan persentase parasitasi.
Persentase parasitasi dihitung seperti pada percobaan lapang 1. Selama tidak ada
padi, pengamatan terus dilakukan pada tumbuhan liar sebanyak tiga kali dengan
selang 14 hari. Selain itu dilakukan pengamatan tambahan pada tumbuhan liar
terhadap berbagai spesies serangga dan hewan non serangga dengan pengamatan
langsung dan menggunakan jaring serangga. Untuk pembandingan antara keadaan
pertanaman padi tanpa dan dengan tumbuhan liar digunakan uji t dari enam
ulangan
VII. Referensi

Asikin,S. M. Thamrin. 2011. Manfaat Purun Tikus (Eleocharis dulcis)


pada Ekosistem Sawah Rawa. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Jalan
Kebun Karet Lok Tabat Utara, Kotak Pos 31, Banjarbaru 70712

BPTPH VIII. 2005. Laporan Tahunan BPTPH VIII. Balai Proteksi Tanaman
Pangan dan Hortikultura. Banjarbaru.

Brecht, J.K. 1998. Waterchesnut. Horticultural Sciences Department, University


of Florida. http://www.hortisci.org.

Flach, M. and F. Rumawas. 1996. Plants yielding non-seed carbohydrates. Plant


Resources ofSouth-East Asia (PROSEA) 9: 97−100. 2008.

Gazali, A. 1987. Pengaruh waktu aplikasi insektisida basudin 60 EC terhadap


perkembangan parasitoid telur penggerek padi di persawahan gambut.
Skripsi. Fakultas Pertanian Unlam, Banarbaru.

Indriani. T. 2006. Tumbuhan Liar Purun Tikus Sebagai Tanaman Perangkap


Penggerek Batang Padi dan Habitat Musuh Alami
Serangga Hama Padi. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa,JI .Kebun
Karet Loktabat Banjarbaru P .O Box 31 Kalimantan Selatan

Noor, M. 2004. Lahan Rawa, Sifat dan Pengelolaan Tanah Bermasalah Sulfat
Masam. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Steenis, S.C.G.G.J. 2003. Flora. Pradnya Paramitha, Jakarta.

Vandalisna., Sesbany. 2011. Strategi Peningkatan Produktivitas Padi di Laha


Pasang Surut. Dosen STPP Medan dan Dosen STPP Gowa

You might also like