You are on page 1of 53

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI


PADA IBU NIFAS DI PMB BIDAN MAESAROH
CIBODAS KOTA TANGERANG
TAHUN 2023

OLEH :

Nurwenda

NPM: 220403792539

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


DAN PRODI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA
STIKES BHAKTI PERTIWI INDONESIA
JAKARTA
2023
PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI


PADA IBU NIFAS DI PMB BIDAN MAESAROH
CIBODAS KOTA TANGERANG
TAHUN 2023

Diajukan sebagai satu syarat untuk menyelesaikan


Program Studi Kebidanan Program Sarjana (S.Keb)
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Pertiwi Indonesia
dan memperoleh gelar S.Keb

OLEH :

Nurwenda

NPM: 220403792539

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


DAN PRODI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA
STIKES BHAKTI PERTIWI INDONESIA
JAKARTA
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI


PADA IBU NIFAS DI PMB BIDAN MAESAROH
CIBODAS KOTA TANGERANG
TAHUN 2023

Telah disetujui, diperiksa, dan siap diujikan dihadapan TIM Penguji


Program Studi Pendidikan Bidan Program Profesi
dan Prodi Kebidanan Program Sarjana
STIKES Bhakti Pertiwi Indonesia
Jakarta, Mei 2023

Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Bd. Hj. Ella Nurlelawati, S.SiT.,SKM.,M.Kes Kenny Rukaini, SSiT, Bd.M.Kes
NIDN. 9990474198

Mengetahui,
Ketua Prodi Pendidika Profesi Bidan Program Profesi
dan Prodi Kebidanan Program Sarjana

Dian Reflisiani, S.ST., M.Kes


NIDN. 021711860
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karuni-Nya,

sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pengaruh Pijat Oksitosin

Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Nifas Di PMB Bidan Maesaroh Cibodas Kota

Tangerang Tahun 2023”. Proposal ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Kebidanan (S.Keb) pada Program Studi Kebidanan

Program Sarjana STIKes Bhakti Pertiwi Indonesia.

Bersama ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

dengan hati yang tulus kepada:

1. Dr. Bd. Hj. Lilik Susilowati, S.SiT.,M.Kes., MARS selaku Ketua Yayasan

Bhakti Pertiwi Indonesia.

2. Dr. Bd.Hj. Ella Nurlelawati, S.SiT.,SKM.,M.Kes selaku Ketua STIKes

Bhakti Pertiwi Indonesia dan Pembimbing I yang telah memberikan arahan

dan bimbingan dalam proses menyelesai proposal penelitian ini.

3. Dian Reflisiani, S.ST., M.Kes Ketua Prodi Kebidanan Program Sarjana dan

Prodi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi STIKes Bhakti Pertiwi

Indonesia.

4. Kenny Rukaini, SSiT, Bd.M.Kes selaku Pembimbing II yang telah

memberikan arahan dan bimbingan dalam proses menyelesai proposal

penelitian ini.

5. Staf dosen yang telah memberikan arahannya dalam menyelesaikan proposal

penelitian sampai dengan selesai.

iv
6. Teman-teman seperjuaangan yang telah memberikan dukungan dalam

menyelesai proposal penelitian ini.

7. Suami dan anak yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan

proposal penelitian ini.

Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi

kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, penulis mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dimasa yang datang.

Semoga proposal penelitian ini dapat berguna bagi pembaca umumnya dan

Program Studi Pendidikan Profesi Bidan khususnya. Semoga Allah SWT

senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Jakarta, 07 Mei 2023

Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

PRASYARAT GELAR.........................................................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................iii

KATA PENGANTAR...........................................................................................iv

DAFTAR ISI.........................................................................................................vi

DAFTAR TABEL.................................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................4

1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................4

1.3.1 Tujuan Umum............................................................................4

1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................4

1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................4

1.4.1 Manfaat Teoritis........................................................................4

1.4.2 Manfaat Praktis..........................................................................5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian..................................................................5

1.6 Keaslian Penelitian.............................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................7

2.1 Konsep ASI.......................................................................................7

2.2 Pijat Oksitosin...................................................................................25

vi
2.3 Pengaruh Pijat Oksitosin ..................................................................27

2.4 Kerangka Teori .................................................................................28

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL..................29

3.1 Kerangka Konsep..............................................................................29

3.2 Definisi Operasional..........................................................................29

3.3 Hipotesis Penelitian...........................................................................30

BAB IV METODE PENELITIAN........................................................................31

4.1 Desain Penelitian Dan Jenis Penelitian.............................................31

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................31

4.3 Populasi dan Sampel.........................................................................31

4.3.1 Populasi...................................................................................31

4.3.2 Sampel.....................................................................................32

4.3.3 Teknik Sampling.....................................................................32

4.4 Pengumpulan Data............................................................................33

4.5 Pengolahan dan Analisis Data...........................................................34

DAFTAR PUSTAKA

vii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional..............................................................................30

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori..................................................................................28

Gambar 3.1 Kerangka Konsep..............................................................................29

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

ASI Eksklusif merupakan pemberian ASI saja pada bayi usia 0-6

bulan tanpa memberikan makanan tambahan cairan lain seperti susu

formula, jeruk, madu, dan air teh. Selain itu makanan tambahan juga tidak

dianjurkan baik dalam bentuk padat maupun cair. Setelah berusia 6 bulan,

bayi mulai diberikan makanan tambahan atau makanan pendamping ASI

(MPASI). Pemberian ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun.

Pedoman internasional merekomendasikan ASI eksklusif berdasarkan bukti

ilmiah terkait manfaat ASI (Ritonga et al., 2019).

Menurut World Health Organization (WHO) rata-rata 44% bayi usia 0-

6 bulan diseluruh dunia yang mendapatkan ASI eksklusif selama periode

2015-2020 masih kurang dengan target WHO sebesar 50% secara global

(WHO, 2018). Secara nasional, cakupan ASI Eksklusif Di Indonesia tahun

2017 cakupan bayi mendapat ASI eksklusif sebesar 61,33%. Angka

tersebut sudah melampaui target Renstra tahun 2017 yaitu 44%. Persentase

tertinggi cakupan pemberian ASI eksklusif terdapat pada Nusa Tenggara

Barat (87,35%), sedangkan persentase terendah terdapat pada Papua

(15,32%). Ada lima provinsi yang belum mencapai target Renstra tahun

2017 (Kemenkes RI, 2016).

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2020-2022) Provinsi Banten tahun

2020 cakupan bayi mendapat ASI eksklusif sebesar 68,84% tahun 2021

1
2

sebesar 71,17%, dan tahun 2022 sebesar 70,70% (BPS, 2020). Berdasarkan

Data Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang (2018) didapatkan

cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar (41,59%). Di Kabupaten

Tangerang pada tahun 2014 sebesar 27% tahun 2015 sebesar 40% tahun

2016 sebesar 50%, tahun 2017 sebesar 58,72% maka pencapaian ASI

eksklusif di Kabupaten Tangerang masih jauh di bawah target.

Masalah yang sering terjadi pada ibu nifas dalam menyusui salah satunya

adalah ASI yang tidak lancar atau keluarnya hanya sedikit. Penyebab dari

kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena beberapa hal

diantaranya adalah tidak melakukan inisiasi menyusui dini (IMD) segera

setelah bayi dilahirkan, kurangnya pengetahuan ibu tentang teknik menyusui,

masalah pada puting susu (28%), payudara bengkak (25%), pengaruh

iklan pada susu formula (6%), ibu yang bekerja (5%), pengaruh orang lain

terutama keluarga 94%) oleh karena itu dukungan untuk pemberian ASI

sangat diperlukan dari keluarga, masyarakat dan petugas kesehatan untuk

menciptakan generasi yang sehat dan berkualitas (Kemenkes, 2019).

Dampak bayi yang tidak diberikan ASI ekslusif secara penuh sampai

pada usia 6 bulan pertama kehidupan memilki resiko diare akut lebih sering

terjadi pada bayi yang tidak mendapat ASI ekslusif (74,3%) dibandingkan

dengan bayi yang mendapat ASI ekslusif (26,5%). Resiko tersebut 30 kali

lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI secara penuh dan bayi tidak

diberikan ASI ekslusif, memiliki risiko kematian lebih besar karena

terjadinya malnutrisi (Pranata, 2017).


3

Upaya untuk memperlancar ASI pada ibu menyusui terdapat banyak

cara yaitu dengan merebus daun katuk, merebus kunyit lalu di peras sarinya

untuk dijadikan jamu, atau dengan memakan berbagai macam jenis kedelai,

breastcare (pijat payudara), hypno-breastfeeding, pijat endorphin dan pijat

oksitosin (Yuventhia, 2018). Salah satu upaya untuk memperlancar produksi

ASI yaitu dengan melakukan pijat oksitosin, karena dengan cara pijat

oksitosin dapat merangsang sekresi hormon oksitosin sehingga dapat

merangsang produksi ASI sedini mungkin (Handayani & Rustiana, 2020).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Nurliza & Marsilia, 2020)

terdapat pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu nifas.

Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang

(vertebra) sampai tulang costae kelima keenam dan merupakan usaha untuk

merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (Yusari

Asih, 2017) dalam (Arniayanti & Angraeni, 2020). Pijat oksitosin setelah

melahirkan dapat meningkatkan hormon oksitosin yang dikirimkan ke otak

sehingga hormon ksitosin dikeluarkan dan mengalir ke dalam darah,

kemudian masuk ke payudara ibu menyebabkan otot-otot disekitar alveoli

berkontraksi dan membuat ASI mengalir disaluran ASI (Manurung &

Sigalingging, 2020).

Berdasarkan latar belakang diatas, untuk memberikan bukti khasiat pijat

oksitosin sebagai laktagogum (pelancar sekresi air susu) maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh pijat oksitosin

terhadap produksi ASI pada ibu nifas di PMB Bidan Maesaroh Cibodas

Kota Tangerang Tahun 2023”.


4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas masalah pada penelitian ini adalah masih

rendahnya cakupan ASI eksklusif di PMB Bidan Maesaroh. Maka pertanyaan

peneliti adalah : “Apakah ada pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI

pada Ibu nifas di PMB Bidan Maesaroh Cibodas Kota Tnagerang Tahun

2023?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada

ibu nifas di PMB Bidan Maesaroh Tahun 2023.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui pengeluaran ASI pada ibu yang tidak dilakukan

pijat di PMB Bidan Maesaroh Cibodas Kota Tangerang Tahun 2023.

2) Untuk mengetahui pengeluaran ASI pada ibu nifas yang dilakukan

pijat oksitoksin di PMB Bidan Maesaroh Cibodas Kota Tangerang

Tahun 2023.

3) Untuk menganalisis pengaruh pijat oksitosin dengan pengeluaran ASI

di PMB Bidan Maesaroh Cibodas Kota Tangerang Tahun 2023.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca

khususnya bagi para calon bidan yang masih dalam proses mempersiapkan

diri untuk dapat memberikan pelayanan pada masyarakat.


5

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Ibu/Masyarakat

Memberikan informasi dan pengetahuan kepada ibu nifas mengenai

manfaat pijat oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI serta

memanfaatkan bahan alami yang tersedia di masyarakat untuk dikonsumsi

sebagai pelancar ASI.

2. Bagi Petugas Kesehatan

Bagi petugas dan pelayanan kebidanan dapat memberikan informasi

serta mensosialisasikan manfaat pijat oksitosin kepada masyarakat sehingga

dapat dijadikan tolak ukur dalam melakukan upaya promotif terhadap

peningkatan pemberian ASI eksklusif.

3. Peneliti Lain

Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengalaman dan sebagai

referensi dan data empiris untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pijat oksitosin

terhadap produksi ASI pada ibu nifas di PMB Bidan Maesaroh Cibodas Kota

Tangerang Tahun 2023. Pada penelitian ini terdiri dari variabel dependen

yaitu produksi ASI, Variabel Independen yaitu pijat oksitosin. Penelitian ini

menggunakan lembar observasi yang kemudian data yang dihasilkan akan

dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariat, menggunakan SPSS.


6

1.6 Keaslian Penelitian

Penelitian serupa pernah diteliti oleh :

1. (Litasari et al., 2020) dengan judul “ Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap

Produksi ASI Pada Ibu Nifas” dengan hasil penelitian menunjukan bahwa

ada pengaruh yang signifikan antara pijat oksitosin terhadap produksi ASI

pada ibu nifas dengan p-value 0,037. Perbedaan dengan penelitian saya

yaitu jumlah sampel, tempat dan waktu penelitian.

2. (Saputri et al., 2019) dengan judul “Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap

Produksi ASI Pada Ibu Postpartum” dengan hasil penelitian ada pengaruh

yang signifikan terhadap produksi ASI sebelum dan sesudah dilakukan

pijat oksitosin pada ibu postpartum di Klinik Pratama Nining Pelawati

dengan nilai p-value = 0,008 (p≤ 0,05). Perbedaan dengan penelitian saya

yaitu jumlah sampel, tempat dan waktu penelitian.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep ASI

2.1.1 Pengertian

ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi. untuk itu ASI harus

diberikan kepada bayi minimal Sampai usia 6 bulan dan bisa diteruskan

sampai 2 tahun (Astutik, 2019). ASI eksklusif adalah pemberian ASI

saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk,

ataupun makanan tambahan lain sebelum mencapai usia 6 bulan

(Astutik, 2019).

2.1.2 Manfaat ASI

Menurut (Astutik, 2019) pemberian ASI sangat bermanfaat bagi

bayi, ibu, keluarga dan negara.

1) Manfaat ASI bagi bayi

(1) Mempunyai komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi

dilahirkan.

(2) Jumlah kalori yang terdapat dalam ASI dapat memenuhi

kebutuhan bayi sampai 6 bulan.

(3) ASI mengandung zat pelindung atau antibodi yang melindungi

terhadap penyakit.

(4) Dengan diberikannya ASI saja minimal sampai 6 bulan

menyebabkan perkembangan psikomotorik bayi lebih cepat.

7
8

(5) ASI dapat menunjang perkembangan penglihatan.

(6) Dengan diberikannya ASI maka akan memperkuat ikatan batin

ibu dan bayi.

(7) Mengurangi kejadian karies dentis dikarenakan kadar laktosa

yang sesuai dengan kebutuhan bayi.

(8) Mengurangi kejadian maloklusi akibat penggunaan dot yang

lama.

(9) Manfaat ASI bagi ibu

(10) Mencegah perdarahan masa nifas

(11) Hormon oksitosin merangsang kontraksi uterus sehingga menjepit

pembuluh darah yang bisa mencegah terjadinya pendarahan.

(12) Mempercepat involusi uterus

Dengan dikeluarkannya hormon oksitosin, maka akan

merangsang kontraksi uterus sehingga proses involusi uterus

dapat berlangsung secara maksimal.

(13) Mengurangi resiko terjadinya anemia

Hal disebabkan karena pada ibu yang menyusui kontraksi

uterus berjalan baik sehingga tidak terjadi perdarahan yang

mencegah resiko anemia.

(14) Mengurangi resiko kanker ovarium dan payudara

Beberapa penetiti percaya bahwa menyusui dapat membantu

mencegah kanker payudara karena menyusui menekan siklus

menstruasi selain itu menyusui dapat memhantu menghilangkan


9

racun pada payudara.

(15) Memberikan rasa dibutuhkan selain memperkuat ikatan batin scorang

ibu dengan bayi yang melahirkan.

Dengan menyusui seorang ibu akan sering terbangun malam dan

terjaga dari tidurnya schingga menyebabkan berat badan akan kembali

ke bentuk sebelum hamil.

(16) Mempercepat kembali ke berat badan semula

Dengan menyusui seorang ibu akan sering terbangun malam dan

terjaga dari tidurnya sechingga menyebabkan berat badan akan

kembali ke bentuk sebelum hamil.

(17) Sebagai salah satu metoda KB sementara

Metode Amenorhoe Laktasi (MAL) merupakan metode

kontrasepsi sederhana yang bisa efektif digunakan tanpa alat

kontrasepsi apapun sampai ibu belum mendapatkan menstruasi.

2) Manfaat ASI bagi keluarga

(1)Mudah pemberiannya

Pemberian ASI tidak merepotkan seperti susu formula yang harus

mencuci botol dan mensterilkan sebelum digunakan, sedangkan ASl

tidak perlu disterilkan karena sudah steril.

(2)Menghemat biaya

Artinya ASI tidak perlu dibeli, karena bisa diproduksi oleh ibu sendiri

sehingga keuangan keluarga tidak banyak berkurang dengan adanya bayi.

(3)Bayi schat dan jarang sakit schingga menghemat pengeluaran keluarga


10

dikarenakan tidak perlu sering membawa kesarana keschatan.

3) Manfaat ASI untuk negara

(1) Menurukan angka kesakitan dan kematian anak

Seperti yang dijelaskan di atas, ASI mengandung zat-zat kekebalan

yang bisa melindungi bayi dari penyakit sehingga resiko kematian dan

kesakitan akan menurun.

(2) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

Hal ini disebabkan karena bayi jarang sakit sehingga menurunkan

angka kunjungan ke rumah sakit yang tentunya memerlukan biaya

untuk perawatan.

(3) Mengurangi devisa untuk membeli susu formula

Artinya keuangan untuk membeli susu formula bisa dialihkan untuk

membeli kebutuhan yang lain.

(4) Meningkatkan kunlitas generasi penerus bangsa

ASI mengandung Docosa Hexaenoic Acid (DHA) dan Arachidonic

Acid (AA) yaitu asam lemak tak jenuh rantai panjang yang diperlukan

untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal yang bermanfaat untuk

kecerdasan bayi.
11

2.1.3 Tahapan ASI

Menurut Perinasia (2009) dalam (Astutik, 2019) stadium laktasi atau

tahapan ASI di bedakan menjadi:

1) Kolostrum

Merupakan cairan piscous kental dengan warna kekuning-

kuningan, lebih kuning dibandingkan susu yang matur. Kolostrum juga

dikenal dengan cairan emas yang encer berwarna kuning atau dapat

pula jernih dan lebih menyerupai darah dari pada susu, sebab

mengandung sel hidup menyerupai sel darah putih yang dapat

membunuh kuman penyakit, oleh karena itu kolostrum harus diberikan

pada bayi.

Kolostrum disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama

sampai ketiga atau keempat. Pada awal menyusui, kolostrum yang

keluar hanya sedikit mungkin satu sendok the saja (sekitar 10-100 cc)

dan akan terus meningkat setiap hari sampai sekitar 150-300 mi/ 24

jam.

Kolostrum lebih banyak mengandung protein dibandingkan dengan

ASI matur tetapi kadar karbohidrat dan lemak lebih rendah.

Mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak disbanding dengan

ASI matur.
12

Komposisi kolostrum dari hari ke hari selalu berubah, rata-rata

mengandung protein 8,5%; lemak 2,5%; karbohidrat 3,5%;

corpusculum colostrums; garam mineral (K, Na dan CI), 0,4% air

85,1%; leukosit sisa-sisa epitel yang mati; vitamin yang larut dalam

lemak lebih banyak: terdapat zat menghalangi hidrolis protein sebagai

zat anti yang terdiri dari protein tidak rusak.

2) Air susu masa peralihan

Adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum

menjadi ASI matang / matur. Ciri dari air susu pada masa peralihan

adalah sebagai berikut :

(1) Peralihan ASI dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur.

(2) Di sekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi atau

teori lain yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada

minggu ke-3 sampai minggu ke-5.

(3) Kadar protein makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan

lemak makin tinggi.

(4) Volume ASI juga akan makin meningkat dari hari ke hari sehingga

pada waktu bayi berumur 3 bulan dapat diproduksi kurang lebih

800 ml/hr.

3) Air susu matang (matur)

Ciri dari air susu matur adalah sebagai berikut :

(1) ASI yang disekresikan pada hari ke-10 dan seterusnya.

(2) ASI matur memiliki komposisi yang relative konstan (ada pula
13

pendapat yang mengatakan hahwa komposisi ASI relative konstan

baru dimulai pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5).

(3) Pada ibu yang sehat, produksi ASI untuk bayi akan tercukupi, hal

ini dikarenakan ASI merupakan makanan yang paling baik dan

cukup untuk bayi sampai usia 6 bulan.

(4) ASI matur berupa cairan berwarna putih kekuning-kuningan yang

diakibatkan warna dari garam Ca-caseinant, riboflavin, dan karoten

yang terdapat didalamnya.

(5) Tidak menggumpal jika dipanaskan.

(6) Terdapat anti microbial faktor.

(7) Interferon producing cell.

(8) Sifat biokimia yang khas, kapasitas buffer yang rendah dan

adanya faktor bifidus.

2.1.4 Komposisi gizi dalam ASI

Komposisi gizi yang terdapat di dalam ASI menurut (Astutik, 2019)

sebagai berikut :

1) Lemak

Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak, dan sekitar

50% kalori ASI berasal dari lemak. Kadar lemak dalam ASI antara

3,5-4,5%. Walaupun kadar iemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah

diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah

menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim, lipase yang terdapat
14

pada ASI.

2) Karbohidrat

Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktoa, yang kadarnya

paling tỉnggi dibandingkan susu mamalia lain (7g%). Laktosa

mudah diurai menjadi ghukosa dan galaktosa dengan bantuan

enzim lactase yang sudah ada dalam saluran pencernaan sejak

lahir. Laktosa mempunyai manfaat diantaranya mempertinggi

absorbs kalsium dan merangsang pertumbuhan laktobasillus

bifodus.

3) Protein

Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein ASI

sebesar 0,99% dan 60% diantaranya adalah whey yang lebih

mudah dicema dibandingkan kasein (protein utama susu sapi).

Kecuali mudah dicerna, dalam ASI terdapat dua macam asam

amino yang tidak terdapat dalam susu sapi yaitu sistin dan taurin.

Sistin diperlukan untuk pertumbuhan somatic sedangkan taurine

untuk pertumbuhan otak.

4) Garam dan mineral

Garam organik yang terdapat dalam ASI terutama adalah

kalsium, kalium dan natrium dari asam klorida dan fosfat. Yang

terbanyak adalah kalium, sedangkan kadar Cu,Fe, dan Mn yang

merupakan bahan untuk pembuat darah relatif sedikit. Ca dan P

yang merupakan bahan pembentuk tulang kadarnya dalam ASI


15

cukup. Kadar garam dan mineral yang rendah dalam susu

diperlukan oleh hayi baru lahir, dikarenakan ginjal bayi baru lahir

belum dapat mengkonsentrasikan air kemih dengan baik.

5) Vitamin

ASI cukup mengandung vitamin D, E dan K. vitamin E

terdapat pada kolostrum, vitamin K diperlukan sebagai katalisator

dalam proses pembekuan darah dan terdapat dalam ASI dalam

jumlah yang cukup dan mudah diserap. ASI cukup mengandung

vitamin yang diperlukan bayi.

2.1.5 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

Faktor - faktor yang mempengaruhi produksi ASI (Susanti, 2015) terdiri

dari:

1) Ibu

(1) Usia

Usia ibu merupakan salah satu faktor resiko yang berhubungan

dengan kualitas kehamilan atau berkaitan dengan kesiapan ibu

dalam reproduks. Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu

untuk hamil dan melahikan ialah 20-35 tahun karena pada usia ini

secara fisik dan psikologi ibu sudah cukup matang dalam

menghadapi kehamilan dan persalinan jika umur ibu kurang dari 20

tahun maka semakin muda umur ibu maka fungsi reproduksi belum

berkembang dengan sempurna sehingga kemungkinn terjadi


16

komplikasi dalam persalinan akan lebih besar. Jka usia ibu lebih

dari 35 tahun juga akan beresiko, maka semakin tua umur ibu maka

akan terjadi kemunduran yag progesif dari endrometrium sehingga

kurangnya penyerapan nutrisi yang dapat menyebabkan tidak

berkontraksi dengan baik (Wiknjosastro, 2014).

Umur ibu juga berpengaruh terdahap produksi ASI. Ibu yang

umurnya muda lebih banyak memproduksi ASI dibandingkan

dengan ibu yang sudah tua. Ibu yang melahirkan anak kedua dan

seterusnya produksi ASI lebih banyak dibandingkan dengan

kelahiran anak yang pertama (Soctjiningsih,2005).

(2) Paritas

Paritas adalah wanita yang sudah melahirkan bayi hidup.

Paritas primipara yaitu wanita yang telah melahirkan bayi hidup

sebanyak satu kali, multipara yaitu wanita yang telah melahirkan

bayi hidup beberapa kali di mana persalinan tersebut tidak lebih

dari 5 kali, dan grande multipara yaitu wanita yang melahirkan bayi

hidup lebih dari 5 kali. Paritas dikatakan beresiko bila paritas lebih

dari 4 kali, jika ibu melahirkan lebih dari 4 kali uterus akan

menipis maka dapat menyebabkan uterus tidak berkontraksi

dengan baik. Sedangkan paritas yang tidak beresiko jika ibu

melahirkan 2-3 kali (Sumira dkk, 2013). Paritas 1 dan paritas tinggi

(lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi.

Lebih tinggi paritas lebih tinggi pula kematian maternal


17

(Winkjosastro, 2014).

Dalam Proveravati (2010), mengatakan bahwa pada ibu yang

melahirkan lebih dari satu kali, produksi ASI jauh lebih tinggi

dibandingkan ibu yang melahirkan pertama kali. Jumlah persalinan

yang permah dialami ibu memberikan pengalaman dalam

memberikan ASI kepada bayi. Semakin banyak paritas ibu akan

semakin berpengalaman dalam memberikan ASI. Pada ibu yang

baru pertama kali melahirkan anak, scring kali menemukan

masalah dalam memberikan ASI pada bayinya. Masalah yang

sering muncul adalah putting susu lecet akibat kurangnya

pengalaman yang dimiliki atau belum siap menyusui secara

fisiologi.

(3) Pekerjaan

Ibu yang tidak bekerja adalah ibu yang hanya menjalankan

fungsinya sebagai ibu numah tangga dan banyak menghabiskan

waktunya di rumah tanpa terikat pekerjaan di luar rumah,

sehingga mempunyai kesempatan yang banyak untuk dapat

merawat dan memberikan Ais Susu Ibu (ASI) secara optimal

tanpa dibatasi olch waktu dan kesibukan. Sedangkan, pada ibu

yang bekerja di luar rumah harus meninggalkan anaknya iebih

dari 7 jam, sehingga kesempatan untuk memberikan perawatan

dan Air Susu Ibu (ASI) kepada anak menjadi berkurang

(Juliastuti, 2011).
18

(4) Asupan Nutrisi dan Cairan

Nutrisi ibu selama menyusui merupakan hal penting yang

harus diperhatikan selama masa menyusui. Nutrisi akan

berpengaruh pada produksi dan kuatitas ASI yang akan ibu

hasilkan. Hai ini sejalan dengan penelitian Kusmiyati (2002) yang

menyatakan bahwa peningkatan frekuensi makan berhubungan

dengan tingkat kecukupan energy dan status gizi pada ibu

menyusui.

Kebutuhan energy ibu menyusui pada enam bulan pertama

kira- kira. 700 kkal/hari dan enam bulan kedua 500 kkal/hari

sedangkan ibu menyusui bayi yang berumur 2 tahun rata-rata

sebesar 400 kkal/hari (Eny dan Wulandari, 2009).

Makanan yang bersifat laktagogum merupakan zat yang dapat

meningkatkan dan melancarkan produksi. ASI. Pada ibu yang

mengalami masalah pada produksi ASI dapat mengkonsumsi

makanan yang bersifat laktagogum seperti daun katuk, jantung

pisang, kacang- kacangan, daun bangun-bangun dan sebagainya

yang dipercaya mampu meningkatkan kualitas dan produksi ASI

(Murtiana, 2011).

Untuk menjaga produksi ASI dibutuhkan juga asupan cairan

yang memadai. Berdasarkan permenkes RI Nomor 41 Tahun

2014 tentang pedoman gizi seimbang menjelaskan bahwa jumlah

air yang dikonsumsi ibu menyusui perhari adalah sekitar 850-


19

1.000 ml lebih banyak dari ibu tidak menyusui atau sebanyak

3.000 ml atau 12-13 gelas air. Jumlah tersebut adalah untuk dapat

memproduksi ASI sekitar 600-850 ml perhari.

(5) Pola Istirahat

Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI.

Apabila kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat maka ASI juga

berkurang (Maritalia,2012).

(6) Pengaruh Persalinan

Menurut Riksani (2012), produksi ASI dapat mempengaruhi

proses persalinan. Proses persalinan yang normal sangat

mendukung dalam pemberian ASI khusunya sejam atau lebih

setelah persalinan. Persalinan yang normal akan memudahkan ibu

langsung berinteraksi segera dengan si bayi. Jika hayi tidak

diberikan ASI dengan segera, bayi sudah mulai mengantuk dan

mengalami kesulitan untuk menghisap payudara dengan efektif.

(7) Psikologi Ibu

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiawaan, bila

ibu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan

berbagai bentuk ketegangan emosional dapat menurunkan

produksi ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI, schingga

ibu yang sedang menyusui sebaiknya jangan terlalu dibebani oleh

urusan pekerjaan rumah tangga, urusan kantor dan lainnya.


20

(8) Perawatan Payudara

Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara

mempengaruhi hopofise untuk mengeluarkan hormone prolactin

dan oksitosin (Maritalia, 2012). Terdapat hubungan peraawatan

payudara dengan produksi ASI pada ibu primipara pada hasil

penelitian Djumadi, dkk (2014) di wilayah kerja puskesmas

Wongkaditi Kota Gorontalo dari hasil uji statistik Fisher's Exact

Test diperoleh hasil bilai Exact Sig. sebesar 0,002<0,05.

(9) Bentuk dan Kondisi Putting Susu

Kelainan bentuk putting susu yaitu bentuk putting yang datar

dan putting susu yang masuk akan membuat bayi kesulitan untuk

menghisap payudara, hal tersebut menyebabkan rangsangan

pengeluaran prolactin terhambat dan produksi ASI pun terhambat

(Soedardi & Tobing, 2004).

(10) Merokok dan Alkohol

Merokok dan alkohol dapat meracuni bayi dan membuat

pertumbuhannya terhambat (Irianto, 2014). Merokok dapat

mengurangi volume ASI karena akan menganggu hormon

prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan

menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan

menghambat pelepasan oksitosin (Murkoff, 2006).


21

2) Bayi

(1) Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Salah satu faktor yang mempengaruhi pengeluaran ASI adalah

pemberian ASI segera setelah lahir atau inisiasi menyusui dini.

Idealnya proses menyusui dapat dilakukan segera setelah bayi lahir,

bayi yang lahir cukup bulan akan memiliki naluri untuk menyusu

pada ibunya 20-30 menit setelah melahirkan. Terdapat hubungan

antara Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan Produksi ASI Selama

6 Bulan Pertama (Setyowati, 2018).

(2) Berat Bayi Lahir

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mempunyai kemampuan

menghisap ASI lebih rendah dibandingkan bayi yang berat lahir

normal (-2.500 gr). Kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah

ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah

disbanding bayi berat lahir yang normal akan memengaruhi

stimulasi hormone prolactin dan oksitosin dalam memproduksi

ASI (Sari, 2018).

(3) Frekuensi Menyusui

Pemberian ASI pada bayi sebaiknya tidak dijadwalkan. Bayi

disusukan sesuai dengan permintaan bayi (on demand). Pada

umumnya bayi yang sehat akan menyusu 8-12 kali perhari dengan

lama menyusui 15-20 menit pada masing-masing payudara

(Siregar,2004, Suradi & Tobing 2004) dalam (Sari, 2018).


22

Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka

produksi dan pengeluaran ASI akan semakin banyak. Akan tetapi,

frekuensi penyusuan pada bayi premature dan cukup bulan

berbeda. Studi mengatakan bahwa pada produksi ASI bayi

premature akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali

per hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan

dilakukan karena bayi premature belum dapat menyusu. Sementara

itu, pada bayi cukup bulan frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali per

hari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan, berhubungan

dengan produksi ASI yang cukup. Oleh karena itu,

direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali per hari pada

periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini

berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormone dalam kelenjar

payudara. Pada putting dan acrola payudara terdapat ujung- ujung

saraf yang sangat penting untuk refleks menyusui. Apabila putting

susu dihisap oleh bayi maka rangsangannya akan diteruskan ke

hipotalamus untuk mengeluarkan prolaktin dan oksitosin. Hal

tersebut menyebabkan air susu diproduksi dan dialirkan.

(4) Hisapan Bayi

Pada putting dan acrola payudara terdapat ujung-ujung saraf

yang sangat penting untuk refleks menyusui. Apabila puting susu

dihisap oleh bayi maka rangsangannya akan diteruskan ke

hipotalamus untuk mengeluarkan prolaktin dan oksitosin. Hal


23

tersebut menyebabkan air susu diproduksi dan dialirkan.

3) Dukungan Sosial

(1) Dukungan Keluarga

Dukungan dari lingkungan keluarga termasuk suami, orang tua

dan saudara lain sangat menentukan keberhasilan menyusui.

Pengaruh keluarga berdampak pada kondisi emosi ibu sehingga

secara tidak langsung mempengaruhi Produksi Air Susu Ibu (ASI).

Seorang ibu yang mendapat dukungan dari suami dan anggota

keluarga yang lain akan meningkatkan pemberian Air Susu Ibu

(ASI) kepada bayinya. Sebaliknya, dukungan yang kurang maka

pemberian ASI menurun.

(2) Dukungan dari Pelayanan Kesehatan

Dukungan tenaga keschatan kaitannya dengan naschat kepada

ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya menentukan

keberlanjutan ibu dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI). Petugas

kesehatan mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang

pemberian Air Susu Ibu (ASI). Peran petugas kesehatan dapat

membantu ibu untuk memberikan Air Susu Ibu (ASI) dengan baik

dan mencegah masalah-masalah yang umum terjadi (Arvianti,

2018).
24

2.1.6 Upaya memperbanyak produksi ASI

Menurut Sulistyawati (2009) dalam (Arvianti, 2018) upaya

memperbanyak ASI adalah sebagai berikut :

1) Menyusui setiap 2 jam siang dan malam hari dengan lama

menyusui 10- 15 menit disetiap payudara.

2) Bangunkan bayi, lepaskan baju yang menyebabkan rasa gerah

dan duduklah selama menyusui.

3) Pastikan bayi menyusui dalam posisi menempel yang baik dan

dengarkan suara menelan yang aktif.

4) Susui bayi ditempat yang tenang dan nyaman dan minumlah

setiap kali habis menyusui.

5) Tidurlah bersebelahan dengan bayi.

6) Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum.

7) Petugas keschatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya dan

mengoreksi setiap kali terdapat masalah pada posisi penempelan.

8) Yakinkan bahwa ia dapat memproduksi susu lebih banyak dengan

melakukan hal-hal tersebut.

2.1.7 Tanda bayi cukup ASI

Menurut (Maritalia, 2017) bayi usia 0-6 bulan dapat dinilai mendapat

kecukupan ASI bila menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut:

1) Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan

ASI 8-10 kali pada 2-3 minggu pertama.


25

2) Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering, dan warna menjadi

lebih muda pada hari kelima setelah lahir.

3) Bayi akan Buang Air Kecil (BAK) paling tidak 6-8x sehari.

4) Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI.

5) Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis.

6) Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal.

7) Pertumbuhan Berat Badan (BB) bayi dan Tinggi Badan (TB) bayi sesuai

dengan grafik pertumbuhan.

8) Perkembangan motoric bayi (bayi aktif dan motoriknya sesuai dengan

rentang usianya).

9) Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar bangun dan tidur dengan

cukup.

10) Bayi menyusu dengan kuat (rakus), kemudian melemah dan tertidur

pulas.

2.2 Pijat Oksitosin

Menurut Anik Puji Rahayu (2016) dalam (Oktarina, 2020) :

2.2.1 Pengertian

Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang

(vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha

untuk merangsang hormon proklatin dan oksitosin setelah melahirkan.

Pijat oksitosin adalah pemijatan pada daerah tulang belakang leher,

punggung, atau sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang


26

costae kelima sampai keenam. Pijat oksitosin adalah tindakan yang

dilakukan oleh keluarga terutama suami pada ibu menyusui yang berupa

back massange pada punggung ibu untuk meningkatkan hormon

oksitosin.

2.2.2 Mekanisme Kerja Pijat Oksitosin

Beberapa hal yang harus diketahui oleh ibu dan keluarga, bahwa

kerja hormon oksitosin sangat di pengaruh oleh perasaan dan pikiran ibu.

Dengan demikian agar proses menyusui bisa berjalan dengan lancar,

maka ibu harus dalam keadaan tenang, nyaman, dan senang saat

menyusui. Namun apabila ibu dalam keadaan stress, maka reflex

turunnya ASI dapat terhalang. Hormon oksitosin juga disebut "hormon

kasih sayang" karena hanya hampir 80% hormon ini dipengaruhi oleh

pikiran ibu (positif atau negatif). Pikiran positif akan memperlancar

pengeluaran hormon ini, demikian juga sebaliknya.

2.2.3 Manfaat Pijat Oksitosin

1) Membantu ibu secara psikologi, menenangkan, dan tidak stress.

2) Membangkitkan rasa percaya diri.

3) Membantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang

bayinya.

4) Meningkatkan dan memperlancar ASI.

5) Melepas lelah, ekonomis, dan praktis.


27

2.3 Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI

Pijat oksitosin berpengaruh terhadap kelancaran ASI. Hal ini dikarenakan

pijat oksitosin merupakan tindakan yang dilakukan pada ibu menyusui yang

berupa pemijatan atau massage pada punggung ibu untuk meningkatkan

pengeluaran hormon oksitosin. Pijat oksitosin yang dilakukan akan

memberikan kenyamanan pada ibu sehingga akan memberikan kenyamanan

pada bayi yang disusui. Secara fisiologi hal tersebut meningkatkan hormon

oksitosin yang dikirimkan ke otak sehingga hormon oksitosin dikeluarkan

dan mengalir ke dalam darah, kemudian masuk ke payudara ibu

menyebabkan otot-otot disekitar alveoli berkontraksi dan membuat ASI

mengalir disaluran ASI. Hormon oksitosin juga membuat saluran ASI lebih

lebar, membuat ASI mengalir lebih mudah. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian (Manurung & Sigalingging, 2020) terdapat pengaruh pijat

oksitosin terhadap kelancaran ASI.

Penelitian yang telah dilakukan (Putri, 2017) tentang “ Pengaruh Pijat

Oksitosin Terhadap Produksi ASI Ibu Post Partum” menunjukkan bahwa

pada 30 responden yang dibgai dalam 2 kelompok yakni, 15 responden yang

diberikan intervensi pijat oksitosin didapatkan hasil 86,7% terjadi kecukupan

ASI dan 13,3% yang tidak cukup produksi ASI. Namun, pada 15 responden

yang tidak diberikan intervensi didapatkan hasil 46,7% terjadi kecukupan ASI

dan 53,3% yang tidak cukup produksi ASI. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI ibu post partum di
28

Puskesmas Sei Langkai tahun 2017.

2.4 Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Pijat Oksitosin
2. IMD Produksi ASI
3. Frekuensi menyusi

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Modifikasi Notoadmodjo, 2010
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori yang diuraikan pada tinjauan teori diatas,

maka faktor yang melancarkan produksi ASI dijelaskan melalui kerangka

konsep berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pijat Oksitosin Produksi ASI

Gambar 3.1 Kerangka Konsep


Sumber : Modifikasi Notoadmodjo, 2010

3.2 Definisi Operasional

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep satu terhadap konsep yang lain dari masalah yang ingin diteliti.

Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasi suatu

pengertian. Konsep dijabarkan kedalam variabel-variabel yang dapat diamati

dan diukur.

Berdasarkan tinjauan dan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah:

29
30

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Skala Hasil


Operasional Ukur Ukur
Variabel Dependen
Produksi Banyaknya Lembar Pompa ASI Nominal Jumlah
ASI produksi ASI ibu Observasi ASI
nifas yang
dinilai dari
pengeluran ASI
menggunakan
pompa ASI
Variabel Independen
Pijat Pijat oksitosin Pelaksanaan Menggunakan Ordinal Sesuai
Oksitosin pada ibu prosedur SOP prosedur
menyusui selama pijat
2-3 menit oksitosin
pemijatan
dilakukan pada
kelompo
intervensi sesuai
dengan SOP

3.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang berisi kesimpulan sementara

tentang hubungan antara beberapa variabel yang memungkinkan untuk

dibuktikan secara empiris. Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut ada

pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI di PMB Bidan Maesaroh

Cibodas Kota Tangerang Tahun 2023.


BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Rancangan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan eksperimen semu (quasy

experiment) yaitu dengan melihat kelancaran ASI menggunakan lembar

observasi dimulai pada hari pertama sampai hari ke-5. Desain yang

digunakan pada penelitian ini adalah two grup post test desain. Pada

kelompok intervensi peneliti menggunakan metode pijat oksitosin.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di PMB Bidan Maesaroh Cibodas Kota

Tangerang.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei Tahun

2023.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah keseluruhan sampel penelitian atau objek

yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas

normal hari pertama yang menyusui di PMB Bidan Maesaroh sebanyak

31
32

32 ibu nifas.

4.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu nifas normal hari pertama

yang menyusui di PMB Bidan Maesaroh sebagai kelompok intervensi

sebanyak 16 responden dan kelompok kontrol 16 responden.

4.3.3 Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan yaitu nonprobability sampling

dengan pendekatan purposive sampling yaitu pengambilan sampel

dengan memilih sampel sesuai dengan yang diinginkan. Teknik

sampling yang digunakan adalah purposive sampling diambil dari

populasi penelitian yaitu ibu nifas normal hari pertama yang menyusui

di PMB Bidan Maesaroh Cibodas Kota Tangerang dengan kriteria

inklusi dan kriteria eklusi.

1) Kriteria Inklusi

(1) Ibu nifas hari pertama

(2) Bersedia menjadi responden

2) Kriteria Eklusi

(1) Ibu pasca persalinan yang ASInya tidak lancar.

(2) Ibu yang tidak bersedia menjadi responden penelitian


33

4.4 Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu data primer yaitu data

yang dikumpulkan dari langsung dari responden menggunakan kuesioner

dengan memilih ibu untuk menjadi sampel penelitian kelompk intervensi

dan kelompok control yaitu ibu nifas sesuai dengan kriteria yang ada,

kemudian melakukan informed consent, memberikan intervensi pijat

oksitosin untuk kelompok intervensi selama 5 hari, dilanjutkan melakukan

pengambilan ASI melalui pompa ASI setiap setelah melakukan intervensi 5

selama 5 hari.

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan oleh peneliti

untuk mengumpulkan data agar mempermudah bagi peneliti untuk

mengolah data sehingga memperoleh hasil yang lebih baik. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner (Notoatmodjo, 2012).

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik,

sudah matang, dimana responden (dalam hal angeket) dan interview (dalam

hal observasi) tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan

tanda-tanda tertentu (Notoadmodjo, 2012).

Kuesioner tersebut perlu di uji cobakan untuk mengukur ketepatan dan

kecermatan instrument. Menurut Saryono (2011), suatu alat ukur tidak

berguna untuk mengumpulkan data penelitian bila tidak memiliki validitas

dan reliabilitas.

Sebelum kuesioner digunakan untuk penelitian maka akan dilakukan uji

terlebih dahulu meliputi:


34

1) Uji Validitas

Menurut Notoatmodjo (2012), validitas adalah suatu indeks yang

menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur.

Untuk mengetahui kuesioner yang kita susun tersebut benar-benar

validatau benar-benar sudah diukur. Hal ini dilakukan untuk menguji

validitas ini di uji dengan korelasi antar item pertanyaan dengan skor

total.menggunakan teknik korelasi product moment.

Hasil perhitungan tiap-tiap item dibandingkan dengan tabel nilai

product moment instrumen dikatakan valid apabila nilai r hitung >r tabel.

Bila r hitung kurang dari r tabel artinya soal tidak valid. Soal yang

dinyatakan valid digunakan untuk penelitian, sedangkan soal yang tidak

valid akan dihilangkan atau dihapus. Dikarenakan jika harus

memperbaiki dan membagikan ulang kuesioner akan membuang waktu

dan tidak ada jaminan bahwa soal dalam kuesioner valid setelah

dilakukan pengujian ulang.

2) Reabilitas

Realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Untuk menguji

realibilitas instrument skala gutman dengan menggunakan teknik

cronbach alpha dengan rumus koefisien Icronbach Alpha. Instrumen

penelitian dinyatakan reliabel jika rhitung > rtable >0,600. (Sugiyono,

2008).
35

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

4.5.1 Pengolahan Data

Beberapa tahap yang dilakukan pengolahan data, yaitu :

1) Editing

Merupakan tahap pemilihan dan pemeriksaan kembali

kelengkapan data-data yang diperoleh untuk pengelompokkan dan

penyusunan data.

2) Coding

Merupakan tahap memberikan kode terhadap hasil yang diperoleh

dari data yang ada yaitu menurut jenisnya, kemudian dimasukkan

dalam lembaran tabel kerja guna mempermudah melakukan analisis

terhadap data yang diperoleh.

3) Tabulating

Adalah memasukkan data-data hasil penelitian kedalam tabel

sesuai kriteria data yang telah ditentukan.

4) Processing

Data yang telah ditabulasi diolah secara manual atau komputer

agar dapat dianalisis.

5) Cleaning

Melakukan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan ke

komputer untuk memastikan apabila ada kesalahan masing-masing

variabel sehingga dapat diperbaiki.


36

4.5.2 Analisis Data

1) Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui rata-rata

produksi ASI melalui observasi produksi ASI dengan memompa ASI

setiap hari selama 5 hari dengan satuan ml dianalisis dengan tendensi

sentral mean, standar deviasi, serta nilai minimal dan maksimal.

2) Analisis Bivariat

Uji yang digunakan untuk melihat peningkatan produksi ASI

melalui pengukuran jumlah ASI yang dipompa setiap hari setelah

dilakukan intervensi selama 5 hari dan untuk mengetahui pengaruh

IMD dan frekuensi menyusui terhadap peningkatan produksi ASI,

diawali dengan uji normalitas menggunakan saphiro wilk dan

didapatkan data berdistribusi normal sehingga uji yang digunakan

adalah Uji T Independet (sample t-test).


DAFTAR PUSTAKA

Ajeng, A., & Suaningsih, F. (2020). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Peningkatan

Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Di Puskesmas Balaraja. Jurnal Keperawatan,

3(2), 18–30.

Alza, N., & Nurhidayat, N. (2020). Pengaruh Endorphin Massage terhadap Produksi

ASI pada Ibu Post Partum di Puskesmas Somba Opu Kabupaten Gowa. Jurnal

Ilmiah Kesehatan, 2(2), 93–98.

Apreliasari, H. ; risnawati. (2020). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Peningkatan

Produksi ASI. 5 nomor 1.

Arniayanti, A., & Angraeni, D. (2020). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi

ASI pada Ibu Post Partum di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti

Fatimah Makassar. Jurnal Ilmiah Keperawatan Indonesia, 3(1), 18–30.

Arvianti, R. A. (2018). Pengaruh Pemberian Sari Kacang Hijau Pada Ibu Nifas

Terhadap Produksi ASI Di Kota Bengkulu. Karya Tulis Ilmiah Jurusan

Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bengkulu, Bengkulu.

Astutik, R. Y. (2019). Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan Menyusui. CV. Trans Info

Media.

Dinas Kesehatan Kota Bengkulu. (2021). Profil Kesehatan Kota Bengkulu Tahun

2020.

Dinas Kesehatan Provinsi. (2021). Profil Kesehatan Provinsi Bengkulu Tahun 2021.

Handayani, E. T., & Rustiana, E. (2020). Perawatan Payudara Dan Pijat Oksitosin

Meningkatkan Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Primipara. Jurnal Kebidanan
Malahayati, 6(2), 255–263.

Iriani, F. (2017). Pengaruh Pemberian Sari Kacang Hijau (Vigna Radiata) Terhadap

Kelancaran Produksi ASI Ibu Postpartum Di Wilayah Kerja Puskesmas

Pelambuan Banjarmasin Tahun 2017. Manuskrip. Universitas Muhammadiyah

Banjarmasin.

Litasari, R., Mahwati, Y., & Rasyad, A. S. (2020). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap

Pengeluaran Dan Produksi Asi Pada Ibu Nifas. Jurnal Kesehatan Stikes

Muhamadyah Ciamis, 5(2), 61–70.

Magdalena, Dina, A., Usraleli, Melly, & Idayanti. (2020). Pengaruh Pijat Oksitosin

Terhadap Produksi ASI Ibu Menyusui di Wilayah Kerja

Puskesmas Sidomulyo Rawat Jalan Pekanbaru. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari

Jambi, 20(2), 344–348.

Manurung, R. H., & Sigalingging, T. (2020). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap

Kelancaran ASI Pada Ibu Nifas Di Puskesmas Sitinjo Kabupaten Dairi Tahun

2019. 33–35.

Maritalia, D. (2017). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas (S. Riyadi (ed.)).

Munir, Z., Astutik, L. Y., & Jadid, N. (2019). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap

Pengeluaran ASI Pada Ibu Post Partum Primipara Di RSIA Srikandi IBI. Jurnal

Keperawatan Profesional (JKP), 7(2).

Nurliza, & Marsilia, I. D. (2020). Pengaruh Pijat Oksitosin Dan Breast Care Terhadap

Produksi Asi Ibu Nifas Di Klinik Utama Ar Pasar Rebo. Jurnal Ilmuah Keseatan

Dan Kebidanan, 9, 42–49.

Oktafirnanda, Y., Listiarini, U. D., & Agustina, W. (2019). Pengaruh Implementasi


Pijat Oksitosin terhadap Pengeluaran Asi pada Ibu Nifas Di Klinik “S” Simpang

Marbau. Jurnal Bidan Komunitas, 2(3), 144.

Oktarina, Y. (2020). Pengaruh Pijat Woollwch,Endorphin & Oxysitocin Dengan

Mengunakan Minyak Zaitun Terhadap Kelancaran ASI Di BPM Kota Bengkulu

Tahun 2020. Karya Tulis Ilmiah Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes

Bengkulu, Bengkulu.

Putri. (2017). Pengaru pijat oksitosin terhadap produksi ASI Ibu Post Partum.

Ridawati, S., Putu, L., Masadah, & Dewi, P. (2019). Pengaruh Pijat Oksitosin

Terhadap Pengeluaran Asi Pada Ibu Postpartum Primipara. Jurnal Kesehatan

Prima, 13(1), 10–17.

Ritonga, N. J., Mulyani, E. D., Anuhgera, D. E., Damayanti, D., Sitorus, R., & Siregar,

W. W. (2019). Sari Kacang Hijau Sebagai Alternatif Meningkatkan Produksi Air

Susu Ibu (Asi) Pada Ibu Menyusui. Jurnal Keperawatan Dan Fisioterapi (Jkf),

2(1), 89–94.

Saputri, I. N., Ginting, D. Y., & Zendato, I. C. (2019). Pengaruh Pijat Oksitosin

Terhadap produksi ASI Pada Ibu Postpartum. 2(1), 68–73.

Saragih, H. S., & Julietta, H. (2017). Hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Dengan Produksi ASI Pada Ibu Menyusui Di Pustu Penen Wilayah Puskesmas

Biru-Biru Kecamatan Biru- Biru Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Pannmed, 006(Imd),

146–152.

Sari, T. D. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Produksi Air Susu Ibu

(ASI) Ekslusif Pada Ibu Menyusui Di Wilayah Kerja Puskesmas Plus Mandiangin

Kota Bukittinggi Tahun 2018.


Susanti, L. W. (2015). Pada Ibu Menyusui Di Ngestiharjo Boyolali. Journal of

Akademi Kebidanan Citra Medika, 75–83.

WHO. (2018). World Health Statistics Of 2018.

Yusari, A. (2017). Pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi asi pada ibu nifas.

Jurnal Keperawatan, XIII(2), 209–214.

Yuventhia, D. S. (2018). Efektifitas durasi waktu pemberian pijat oksitosin terhadap

kelancaran Asi pada ibu post partum di RSUD kota Madiun. 4, 8.


INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Usia : Tahun

Pekerjaan :

Alamat :

Dengan ini bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan

oleh Nurwenda, mahasiswa Program Studi DIV Kebidanan STIKES Bhakti

Pertiwi Indonesia Jakarta yang berjudul “Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap

Produksi ASI Pada Ibu Nifas di PMB Bidan Maesaroh Cibodas Kota

Tangerang Tahun 2023”. Saya bersedia menjadi responden penelitian ini.

Tangerang, …………………2023

Responden

( )
LEMBAR OBSERVASI

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI

PADA IBU NIFAS DI PMB BIDAN MAESAROH CIBODAS

KOTA TANGERANG TAHUN 2023

A. Identitas ibu

No. Responden :

Nama :

Usia : Tahun

Beri tanda ceklish (√) pada jawaban yang benar!

B. Produksi ASI

Produksi ASI Produksi ASI

Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi

Hari ke 1

Hari ke 2

Hari ke 3

Hari ke 4

Hari ke 5
C. Prosedur Pijat Oksitosin

Beri tanda (√) jika sudah

No. Kegiatan yang dilakukan dilakukan

Hari Hari Hari Hari Hari

ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5

1. Sebelum melakukan pijat oksitosin mencuci

tangan terlebih dahulu.

2. Sebelum mulai dipijat ibu sebaiknya dalam

keadaan telanjang dada dan menyiapkan

cangkir yang diletakkan di depan payudara

untuk menampung ASI yang mungkin

menetes keluar saat pemijatan dilakukan.

3. Jika mau ibu juga bisa melakukan kompres

hangat dan pijat payudara terlebih dahulu.

4. Mintalah bantuan pada orang lain untuk

memijat. Lebih baik jika dibantu oleh suami.

5. Ada 2 posisi yang bisa dilakukan, yang

pertama ibu bisa telungkup dimeja atau

posisi ibu telungkup pada sandaran kursi.

6. Kemudian carilah tulang yang paling

menonjol pada tengkuk atau leher bagian

belakang atau disebut cervical vertebrae 7.

7. Dari titik tonjolan tulang tadi turun kebawah

kurang lebih 2 cm disitulah posisi jari


diletakkan untuk memijat.

8. Memijat bisa menggunakan jempol tangan

kiri dan kanan atau punggung telunjuk kiri

dan kanan.

9. Untuk ibu yang gemuk bisa dengan cara

posisi tangan dikepal lalu gunakan tulang-

tulang di sekitar punggung tangan.

10. Mulailah pemijatan dengan gerakan

memutar perlahan-lahan lurus kearah bawah

sampai batas garis bra, dapat juga diteruskan

sampai ke pinggang.

11. Pijat oksitosin bisa dilakukan kapanpun ibu

mau dengan durasi 3-5 menit. Lebih

disarankan dilakukan sebelum menyusui

atau memerah ASI.

You might also like