You are on page 1of 12

ANALISIS ENDORSE PRODUK DI MEDIA SOSIAL INSTAGRAM MENGANDUNG

GHARAR
Laila Dwi Ningrum
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
dwningrm31@gmail.com

ABSTRAK
Di Instagram dan media sosial lainnya, pendekatan endorsement menjadi lebih
populer untuk melakukan penjualan produk. Produsen menggunakan teknik ini untuk
mengiklankan barang mereka karena mereka percaya itu efektif dan efisien.Produsen sering
menggunakan selebritas untuk mengiklankan barang di Instagram karena basis pengguna
platform yang luas. Kenyataannya, selebriti yang memiliki banyak pengikut sering
menggunakan gharar untuk mempromosikan sesuatu. Pendukung dapat terlibat dalam
kegiatan gharar dengan berbagi pengetahuan atau dengan terlibat dalam perilaku tertentu.
Kajian ini membandingkan realitas yang terjadi di masyarakat dengan hukum yang
seharusnya ada dengan menggunakan pendekatan hukum empiris kualitatif.
Menurut temuan penelitian tersebut, seorang productendorser harus paham dengan
konsep dasar dan kosa kata jual beli agar terhindar dari praktik gharar.Menjaga integritas dan
akhlak dalam bermuamalah. Segala tindakan buzzer di media sosial yang menyebarkan
materi fitnah, fitnah, namimah, bullying, fitnah, hinaan, dan sejenisnya sebagai profesi untuk
mencari keuntungan (jasa endorse), baik ekonomi maupun non ekonomi, dilarang oleh DSN
MUI Fatwa.

PENDAHULUAN
Saat kita memasuki era digitalisasi 4.0, ada perubahan signifikan dalam cara
penjualan produk. Cara yang sekarang mulai ditinggalkan, kecuali media elektronik, jika
produk sebelumnya diiklankan melalui media cetak, seperti surat kabar atau majalah, televisi,
radio, atau pemasaran konvensional dari rumah ke rumah. Saat ini produsen memilih untuk
mengiklankan barangnya menggunakan platform media sosial seperti Instagram. Islam adalah
agama yang lengkap yang mengatur pokok-pokok ibadah secara mandiri baik secara
horizontal terhadap orang lain maupun secara vertikal kepada Allah SWT. Islam mengenal
berbagai bentuk ibadah horizontal, termasuk berdagang dan menyampaikan informasi yang
akurat kepada orang lain. Setiap muslim harus menampilkan pandangan yang baik tentang
dirinya, orang lain, dan sekitarnya. Islam menolak adanya transaksi ekonomi yang mendalam
karena mengandung unsur penipuan, ketidakjelasan, atau praktik lain yang dianggap salah.
Hal ini karena setiap jiwa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya.1
1
Agung Syahputra, Yoesrizal M. Yoesoef, PraktekGharar Pada Endorsement Produk di Media Sosial
Instagram, ( Jurnal Penelitian Hukum Ekonomi Islam, Vol. 5, No.2, 2020), Hlm. 118

1
Seorang muslim harus jujur. Kejujuran dan kejujuran adalah nilai-nilai yang sangat
penting dalam setiap perdagangan atau kemitraan. Karena implikasi sosial dan hukum,
membuat pernyataan palsu dilarang dalam konteks ini, dan dia akan dimintai
pertanggungjawaban atas aktivitasnya. Ketika sesuatu yang pasti atau tertentu berubah
menjadi sesuatu yang tidak pasti atau tidak pasti, gharar mungkin terjadi.Bahasa
memungkinkan penafsiran gharar sebagai bahaya, sedangkan makna alternatif kata taghrir
adalah “terjerumus ke dalam gharar”. Gharar secara khusus dapat dilihat sebagai pihak yang
merasa tertipu setelah mengonsumsi sesuatu yang haram atau melakukan kesalahan yang
seharusnya sudah kentara. Menurut Imam Nawawi, isu transaksi gharar sering melanda
masyarakat Indonesia, namun masih sedikit masyarakat yang mengetahuinya. Mirip dengan
betapa sedikit orang yang terlibat dalam transaksi yang menyadari batasan gharar, kecuali
mereka juga mengetahui arti gharar dan kekhususan kasus yang dihadapi. Salah satu dari tiga
hal yang diharamkan oleh Nabi Saw dalam transaksi adalah gharar. Jika ada gharar Salah satu
dari tiga hal yang diharamkan oleh Nabi Saw dalam transaksi adalah gharar. Sebuah transaksi
adalah ilegal dan batal jika ada gharar yang terlibat. 2
Pembuat produk yang sedang beredar sering melakukan perjanjian pembayaran
dengan selebgram dengan nominal tertentu untuk menjual produk yang akan dipasarkan.
Selebgram, ungkapan yang biasa digunakan oleh pengguna Instagram yang memiliki banyak
pengikut, adalah singkatan dari Instagram selebriti. Instagram adalah platform berbagi foto
yang saat ini sedang mengalami ledakan media sosial. Banyak manfaatnya membuatnya
populer di banyak demografi, terutama anak kecil. Selebriti biasanya mempromosikan barang
atau jasa di akun Instagram milik pribadi yang bagus di beranda atau umpan Instagram.
Sayangnya, sebagian besar produk yang dievaluasi tidak berkualitas tinggi dan efeknya tidak
sesuai dengan yang dijanjikan, seperti penjualan krim pemutih, penghilang jerawat, barang
elektronik, dan lain sebagainya. Ambil penjualan krim kecantikan sebagai contoh. Biasanya,
selebgram akan memberikan review produk yang membantu orang tersebut menjadi
cantik/ganteng, putih, atau bebas jerawat. Kecantikan/keseksian selebriti, kulit putih, dan
tidak berjerawat bukan disebabkan oleh krim, melainkan oleh barang atau obat lain.
Ironisnya, barang yang disediakan tidak memiliki izin atau sertifikat halal dari BPOM. Untuk
memperjelas tindakan yang dilakukan, penulis akan melakukan penelitian tentang kegiatan
endorse dalam perspektif Islam.3

KAJIAN TEORI
Menurut data dari Hootsuited dan We are Social, Indonesia memiliki 53 juta
pengguna aktif bulanan di Instagram, dan pengguna aktif Instagram mencapai sekitar 20%
dari total populasi negara. Instagram merupakan platform media sosial yang populer di
kalangan milenial saat ini. 1 dari 5 negara dengan profil bisnis Instagram terbanyak. Tak
perlu dikatakan bahwa memiliki banyak pengikut diperlukan untuk melibatkan pengguna
Instagram lainnya dalam berbagai usaha komersial Anda. Menurut Ghost Data, proporsi
2
EncengLip Syaripudin, Tiara Laili Ahad, Analisis Hukum Islam Tentang Akad Endorsement, ( Jurnal Hukum
Islam, Vol. 01, No. 01, 2022), Hlm. 5
3
Nida Khohida Safitri, Perlindungan Konsumen Atas Hak Informasi Produk EndorsementInfluencer Melalui
Media Instagram, Skripsi ( Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia) 2020. Hlm. 2

2
pengguna Instagram palsu atau otomatis meningkat. Ada sekitar 95 juta akun Instagram
palsu. 4
Di Instagram, pengikut diklasifikasikan menjadi dua kategori: pengikut bot (juga
dikenal sebagai pengikut yang tampak nyata) dan pengikut manusia. Pengikut bot, juga
dikenal sebagai pengikut pasif atau robot, adalah pengikut yang tidak terlibat dalam aktivitas
media sosial apa pun, seperti menyukai atau berkomentar, atau yang dibuat menggunakan
perangkat lunak khusus untuk meningkatkan jumlah pengikutnya dengan cepat oleh ribuan.
Tidak seperti pengikut manusia asli, yang dilakukan oleh orang-orang di dunia nyata.
Awalnya, para pengguna Instagram berlomba-lomba mencari followers. Beberapa pengguna
mengklaim bahwa memiliki lebih banyak pengikut di Instagram meningkatkan kepercayaan
diri seseorang (Hasil Wawancara dengan Responden), sementara yang lain mengklaim bahwa
memiliki lebih banyak pengikut membuat seseorang lebih bahagia.5
Penggunaan Instagram telah berkembang dari waktu ke waktu, dan dengan banyak
pengikut dapat dimanfaatkan untuk bisnis. Program Instagram dapat dijadikan sebagai wadah
bagi para pelaku bisnis untuk mengiklankan produknya, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Menurut penelitian Hamid, banyak pelaku endorsement media sosial yang tidak
memahami apa yang mereka beli dan lakukan sesuai dengan syariat Islam, atau sebaliknya.
Produsen dan endorser harus menjamin barang yang ditawarkan tidak mengandung unsur
haram, tidak ada riba, tidak merugikan konsumen, tidak ada unsur penipuan, dan aman bagi
konsumen sehingga transaksi benar-benar halal.
Adanya unsur penipuan yang menyebabkan kedua belah pihak merugi tidak
diperbolehkan karena akan berujung pada tumbangnya hukum yang tidak adil, menurut
Aksamawanti sendiri yang juga mengungkapkan bahwa transaksi kegiatan usaha dan
ekonomi kedua belah pihak didasari lebih dari hanya saling membutuhkan satu sama lain.
Gharar dapat berupa subjek, objek, atau sighat. Apabila syarat gharar terpenuhi, maka suatu
akad dapat dirugikan dan kehilangan keabsahannya, antara lain akad mu’âwâdhah (usaha),
gharar yang berat, gharar yang terjadi pada objek utama akad (bukan pelengkapnya), dan
tidak ada syar’ i persyaratan kontrak.
Pelaku usaha di industri e-commerce, menurut Muttaqin, harus beroperasi secara
terhormat. Membuat pernyataan palsu dan terlibat dalam jenis penipuan lainnya dilarang.
Untuk mencegah gharar yang merugikan konsumen, maka barang yang diperjualbelikan juga
harus dijamin halal dan teridentifikasi dengan jelas.6
Islam melarang segala jenis transaksi yang mengandung unsur pidana atau penipuan.
Kegagalan untuk secara hati-hati (terus terang/jelas) menjelaskan hak-hak semua pihak yang
terlibat dalam suatu transaksi ekonomi akan menguntungkan sebagian pihak yang terlibat
dengan mengorbankan pihak lain. Apapun bentuknya, setiap kegiatan di bidang ekonomi

4
Agung Syahputra, Yoesrizal M. Yoesoef, PraktekGharar Pada Endorsement Produk di Media Sosial
Instagram, ( Jurnal Penelitian Hukum Ekonomi Islam, Vol. 5, No.2, 2020), Hlm. 119
5
Anggara Badra Laksana, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Strategi Pemasaran dengan Sistem Endorsement,
Skripsi ( Semarang : Universitas Islam Negeri Walisongo) 2022. Hlm. 110
6
Agung Syahputra, Yoesrizal M. Yoesoef, PraktekGharar Pada Endorsement Produk di Media Sosial
Instagram, ( Jurnal Penelitian Hukum Ekonomi Islam, Vol. 5, No.2, 2020), Hlm. 120

3
yang tidak diperbolehkan oleh Islam adalah kegiatan ekonomi yang termasuk unsur haram
atau melanggar dan menduduki hak milik orang lain.7

Gharar Menurut Islam


Pengertian gharar dalam bahasa ini adalah berbahaya, dan taghrir artinya berada
dalam bahaya. Arti istilah Fiqh Gharar memiliki tiga pengertian. Pertama, gharar berlaku
khusus untuk apa pun yang hasilnya mungkin pasti atau mungkin tidak, seperti yang
dikatakan Ibn’Abidin. Kedua, Galar khusus untuk barang yang belum diketahui
spesifikasinya. Menurut Ibnu Hazm, dalam bisnis Gharar, pembeli tidak tahu apa yang
mereka beli dan pedagang tidak tahu apa yang mereka jual. Ketiga, gharar mengandung dua
makna di atas. As-Sarhsy berkata: Pendapat ini diyakini oleh mayoritas ulama. Di sisi lain,
ada juga level Galar kecil, sedang, dan berat. Oleh karena itu, sebagian ulama mendefinisikan
galar, yaitu sesuatu yang diyakini ada tetapi keutuhannya dipertanyakan (mukhtarshiha).
Gharar Seperti yang Dilihat oleh Umat Islam Mengetahui gharar dalam transaksi
muamalah diperlukan karena merupakan kewajiban bagi setiap Muslim untuk memperoleh
informasi.8
Gharar adalah kata Arab yang menunjukkan taruhan, hasil yang tidak pasti, dan al-
jahalah (ketidakjelasan). Dalam pengertian lain, kata “gharar” dapat menggambarkan sesuatu
yang jelek atau sesuatu yang tampak menggelikan tetapi menimbulkan permusuhan.Gharar
adalah segala bentuk ketidakjujuran, ketidakpastian, atau tindakan yang mengakibatkan
kerugian bagi orang lain. Dari segi hukum, gharar dapat diartikan
penipuan,kurangnyakejelasan, dan ketidaktahuanprodukditawarkan, tidak dapat diserahkan,
serta memiliki unsur ketidakpedulian.
Dari segi kuantitas, fisik, kualitas, tanggal penyerahan, bahkan objek transaksinya,
gharar merupakan transaksi bisnis yang menimbulkan ketidakpastian bagi pelakunya. Hukum
syariah harus terbuka dan bermanfaat bagi semua pihak, dan ketidakpastian ini bertentangan
dengan aturan.
Oleh karena itu Islam menganggap gharar merugikan semua pihak, terutama pembeli.
Hal ini disebabkan jika pelanggan membayar lunas tanpa melihat barang yang dibelinya,
niscaya akan terjadi perselisihan atau kerugian finansial jika barang tersebut ternyata tidak
sesuai dengan harapannya.9
Abdurrahman As-Sa’di memasukkan jual beli gharar jika salah satu penjual
menyesatkan saudara muslimnya dalam menjual barang/jasa. Gharar dilarang karena
menyangkut penggunaan harta milik orang lain secara tidak patut. Namun, ini bukan satu-
satunya alasan; ada juga unsur resiko, ketidakpastian, atau istilah lainnya permainan
kebetulan, yang akan merugikan pihak orang lain.

7
EncengLip Syaripudin, Tiara Laili Ahad, Analisis Hukum Islam Tentang Akad Endorsement, ( Jurnal Hukum
Islam, Vol. 01, No. 01, 2022), Hlm. 7
8
Agung Syahputra, Yoesrizal M. Yoesoef, PraktekGharar Pada Endorsement Produk di Media Sosial
Instagram, ( Jurnal Penelitian Hukum Ekonomi Islam, Vol. 5, No.2, 2020), Hlm. 121
9
NadratuzzamanHosen, Analisis Bentuk GhararDalam Transaksi Ekonomi Islam, ( Jurnal Al-Iqtishad ), Vol. 1,
No. 1, 2009 ) Hlm. 55

4
Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw.
“Rasulullah Saw. Melarang perdagangan yang mengandung gharar (ketidakpastian)”.
Manatal-hukm, atau pencegahan konflik, adalah inti dari larangan gharar ini, dan karenanya
tidak dapat ditolerir.
Menurut Mohd Bakir Haji Mansor dalam bukunya “Islamic Concepts in Islamic
Development and Finance”, Gharar memiliki dua kategori. Berikut adalah kategori Galar
yang harus Anda ketahui: Ini adalah gharar yang berat dan Anda dapat membatalkan kontrak
dengannya. Gharar ini terjadi karena dua alasan: pertama, tidak adanya barang untuk dijual
dan dibeli, kedua. Adalah barang bisa dikirim, tapi spesifikasinya tidak sesuai dengan yang
dijanjikan. 2) Gharar Yasir (minimum ambiguitas) adalah gharar yang ringan dan
keberadaannya tidak membatalkan akad. Jika ada bentuk Galar seperti itu dalam akad jual
beli, jual beli akan tetap berlaku setelah Syara.10
Menurut para ulama fikih, bentuk-bentuk gharar yang diharamkan adalah:
1. sebuah Penjual tidak boleh menyerahkan pokok kontrak pada saat pengakhiran
kontrak, terlepas dari apakah pokok kontrak sudah ada atau belum. Misalnya menjual
janin dalam perut hewan tanpa menjual induknya.
2. Menjual segala sesuatu yang tidak berada di bawah kendali Penjual; Pembeli tidak
boleh menjual barang yang dibeli oleh orang lain kepada Pembeli lain jika barang
tersebut belum diserahkan kepada Pembeli.
3. Tidak ada kepastian mengenai cara pembayaran atau jenis barang yang dijual. Dengan
kata lain, tidak ada jaminan produk tertentu akan selalu laku. Misalnya, seorang
penjual mengatakan: “Saya akan menjual sepeda yang ada di rumah saya” tanpa
menyebutkan fitur sepeda.
4. Belum ada kepastian berapa harga yang harus dibayar. Misalnya: Mereka berkata,
“Ayo jual beras dengan harga hari ini.” Kalaupun jenis berasnya berbeda, harganya
tidak sama.
5. Tidak ada kepastian tanggal penyerahan obyek akad. Misalnya: setelah seseorang
meninggal. Pembelian dan penjualan semacam ini dianggap Galar karena subjek
kontrak dianggap belum tersedia.
6. Tidak ada bentuk tanggung jawab hukum. Artinya, ada dua atau lebih jenis yang
berbeda dari satu subjek kontrak tanpa menentukan bentuk hukum mana yang dipilih
saat membuat kontrak. Misalnya: Sepeda motor tersebut ia jual seharga Rp10.000.000
(harga tunai) dan Rp12.000.000 (kredit). Namun, belum jelas bentuk hukum mana
yang akan dipilih setelah kontrak ditandatangani.
7. Tidak ada kepastian tentang subyek akad karena transaksi melibatkan dua subyek
yang berbeda. Sebagai contoh; salah satu dari dua pakaian dengan kualitas berbeda
dengan harga yang sama.
8. Kami tidak dapat menjamin bahwa kualitas konten kontrak akan sesuai dengan
informasi yang diberikan oleh toko. Misalnya: Jual kuda pacu yang sakit. Ada Galar
beli dan jual di luar sana karena penjual dan pembeli berspekulasi tentang
kesepakatan ini. Saya. Transaksi menyatakan bahwa kualitas barang adalah premium,
tetapi kualitas sebenarnya berbeda. Ada sifat.
9. Jual beli dengan cara undian dengan berbagai cara.

10
Ibid, Hlm. 58

5
10. Bermain dengan hadiah; Dalam perdagangan, harga komoditas dua kali lipat atau tiga
kali lipat dari harga pasar.
11. Kemungkinan lain adalah mengimpor atau mengekspor barang yang tidak sesuai
dengan dokumentasi yang ada.
12. Menyamakan barang palsu dengan barang asli seperti jam tangan, emas murni,
imitasi, dll dikenal sebagai penipuan dagang. Tentu masih banyak contoh lain yang
pada dasarnya mengandung unsur menyontek. Hal ini menjadi salah satu penyebab
rusaknya perekonomian masyarakat dan merosotnya moral masyarakat Muammara.
Itu bukan cara Anda mendapatkan kasih karunia Tuhan.11

Endorse Menurut Islam


Dalam Islam, muamalah harus mematuhi standar halal yang ketat. Halal bukan hanya
tentang isinya, tetapi juga tentang bagaimana mempromosikannya, bagaimana
menggunakannya, dan bagaimana mendapatkannya. Seperti yang tertera dalam al-Qur'an,
"Dan janganlah kamu memakan harta orang lain dengan cara yang tidak jujur", mengambil
keuntungan itu dilarang dalam Islam atau dengan cara yang salah. (Qur'an, Al-Baqarah, 188).
Yang dimaksud dengan makan menurut Yusuf al-Qaradawi adalah menerima, mengambil,
dan menguasai. Pembatasan makan disorot dalam dua cara—cara mendapatkannya dan cara
menggunakannya (Taufiq, 2018). Kata “kesombongan” sendiri berasal dari kata
“kesombongan” yang berarti “fasid”, “percuma”, atau “palsu”. Menurut Munawwir (1997),
kata "al-Bathil" berarti "salah, palsu, tidak berharga, dan tidak berguna".
Akhir-akhir ini, endorsement menjadi kegiatan yang populer di kalangan masyarakat,
khususnya selebritis. Endorsement merupakan salah satu jenis pemasaran produk, khususnya
di Instagram dan media sosial lainnya. Kegiatan ini juga dikenal sebagai promosi produk atau
jasa media sosial. Sederhananya, media sosial seperti Instagram dan lainnya tidak dirancang
untuk menjadi tempat berbisnis; namun, seiring pertumbuhan tren pengguna, pabrikan mulai
memperhatikan. Ini akan digunakan sebagai alat untuk melakukan bisnis. Saat ini,
pengesahan adalah proses yang cepat dan tepat. Selain terjangkau, sponsorship dinilai sukses
karena diarahkan khusus kepada calon pembeli. Biasanya, istilah endorser mengacu pada
pelaku endorsement. Menurut American MarketingAssociation, aktivitas pengesahan adalah
"setiap jenis komunikasi nonpersonal yang dikompensasi oleh sponsor yang dapat
diidentifikasi tentang organisasi, produk, layanan, atau ide". Informasi ini memungkinkan
kami untuk mengklasifikasikan dukungan sebagai iklan. Menurut dasar ushulfiqh, muamalah
adalah sesuatu yang secara umum dapat dilakukan kecuali ada alasan untuk melarangnya.12
Proses muamalah yang dihubungkan dengan hablun minannas melibatkan orang atau
kelompok yang saling berinteraksi satu sama lain. Ini mencakup produksi, penyebaran, akses,
dan konsumsi informasi. Selama Anda mematuhi pedoman dasar ushulfiqh dan tidak ada
komponen kegiatan yang dilarang menurut hukum Islam, Anda dapat secara sah terlibat
dalam kegiatan dukungan produk. Promosi produk dapat dilarang jika mengandung aspek
gharar, penipuan, kegagalan memenuhi janji manfaat, dan manipulasi (editor).
11
Agung Syahputra, Yoesrizal M. Yoesoef, PraktekGharar Pada Endorsement Produk di Media Sosial
Instagram, ( Jurnal Penelitian Hukum Ekonomi Islam, Vol. 5, No.2, 2020), Hlm. 130
12
Anggara Badra Laksana, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Strategi Pemasaran dengan Sistem Endorsement,
Skripsi ( Semarang : Universitas Islam Negeri Walisongo) 2022. Hlm. 115

6
Strategi endorsement adalah metode komunikasi pemasaran yang memanfaatkan
tokoh terkenal seperti musisi, fashionblogger, selebriti, dan lainnya membangkitkan minat
masyarakat terhadap produk yang dijual di platform media sosial populer. Secara implisit,
Imam al-Ghazali menjelaskan dan menekankan pada perbuatan dalam kitab Ihya’ Ulum al-
Din. Anjuran ini untuk menjunjung tinggi prinsip etika Islam, seperti (Al-Ghazali, 2005): 1)
Kegiatan endorsement harus dilandasi prinsip keadilan, kebaikan, dan tidak adanya
kezaliman; 2) harus ada komunikasi terbuka antara endorser dan konsumen untuk mencegah
terjadinya penipuan; 3) manfaat nyata dari kegiatan endorsement bukan di dunia sekarang
melainkan di masa depan; dan 4) menghindari transaksi yang meragukan.13
Menurut Abdullah bin Mas'ud Ra, wajib bagi Anda untuk bertindak jujur karena hal
itu mengungkapkan kebaikan bagi pelanggar dan Surga bagi penerima (HR. Muslim).
Menurut Fatwa MUI No. 24 Tahun 2017 Tentang Peraturan Perundang-undangan Be
Muamalah ThroughSocial Media, yang menyatakan bahwa ketika melakukan kegiatan
muamalah melalui media sosial, konten/informasi yang dibagikan harus akurat baik dari segi
isi, sumber, waktu dan tempat, setting, dan konteks.
Dalam pengertian lain, fatwa ini secara khusus menyatakan bahwa menawarkan
barang secara gratis secara online tidak boleh mengandung unsur gharar. Dengan kata lain,
barang yang dijual harus jelas dalam hal penampilan, tujuan penggunaan, dan informasi yang
diberikan. Media sosial, menurut Kaplan dan Haenlin, adalah kelas aplikasi berbasis internet
yang memadukan ideologi dan teknologi web 2.0 serta memungkinkan pengguna untuk
mempublikasikan atau memperdagangkan informasi. 14
Pemasaran media sosial untuk produk memiliki banyak aspek berbeda, termasuk
komunitas online, interaksi, berbagi konten, aksesibilitas, dan kredibilitas. Media sosial
berbeda dari bentuk pemasaran sebelumnya karena selalu tersedia. Pengguna media sosial
dapat mengaksesnya kapan pun dan di mana pun mereka mau karena tidak hanya di komputer
tetapi juga di perangkat seluler seperti smartphone. Hal ini, pada gilirannya, memberi para
profesional pemasaran kesempatan untuk menjangkau pelanggan potensial kapan pun dan di
mana pun mereka memilih.
Pengguna Instagram tumbuh pada tingkat yang luar biasa. Sebuah platform yang
dulunya hanya sebuah aplikasi foto sederhana telah mengalami beberapa perubahan dan
berkembang menjadi salah satu yang memungkinkan pengguna membuat identitas visual
untuk bisnis mereka. Karena Instagram dapat dibagi menjadi kata instan dan gram, maka
dapat menampilkan foto secara instan. Kata "gram" berasal dari kata "telegram", dan
fungsinya adalah transmisi informasi yang cepat. Karena kemampuan Instagram untuk
mengunggah foto melalui Internet, informasi yang dikirimkan dapat diproses dengan cepat.
Karena kemampuan Instagram untuk mempublikasikan foto melalui Internet, informasi yang
dikirimkan dapat segera diproses. Per November 2019, organisasi analitik Pemasaran Media
Sosial NapoleonCat yang berbasis di Warsawa, Polandia mengatakan bahwa 22,6%
penduduk Indonesia aktif menggunakan Instagram. Jumlah ini mencapai 61.610.000 orang,
yang merupakan jumlah yang cukup besar dan pengguna aktif terbesar ke empat di dunia. 15
13
Ibid, Hlm. 117
14
EncengLip Syaripudin, Tiara Laili Ahad, Analisis Hukum Islam Tentang Akad Endorsement, ( Jurnal Hukum
Islam, Vol. 01, No. 01, 2022), Hlm. 9
15
Nida Khohida Safitri, Perlindungan Konsumen Atas Hak Informasi Produk EndorsementInfluencer Melalui
Media Instagram, Skripsi ( Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia) 2020. Hlm. 4

7
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini bersifat kualitatif dan menggunakan metodologi hukum empiris.
Penelitian hukum adalah penelitian yang menjadikan hukum sebagai standar atau pedoman.
Alquran, Hadits, dan Ijma dianggap sebagai sumber hukum untuk penyelidikan ini. Dalam
penelitian ini, peneliti melihat apa yang terjadi di masyarakat akibat penggunaan Instagram
dan konsekuensi hukum dari aktivitas tersebut dalam Islam. Penelitian yudisial adalah studi
tentang hukum sebagai realitas sosial atau budaya. Riset ini diperkuat dengan kajian kajian
terdahulu dan buku-buku yang mengulas tentang gharar, penggunaan media sosial, dan
muamalah.16

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Gharar di Media Sosial Instagram
Produk yang khasyang tidak biasa dan terselubungsaat ini dianggap sebagai kekuatan
pasar dalam memikat klien potensial. Secara umum, tiga faktor yang dapat menyebabkan
praktik endorse produk di media sosial Instagram melanggar hukum: informasi asimetris,
produk yang tidak ditentukan, serta ketidakpastian, baik dalam hal hal yang ditawarkan atau
dari penjual itu sendiri. Gagasan gharar dapat dipisahkan menjadi dua kategori: 1) Elemen
risiko, yang meliputi ketidakpastian, kemungkinan, dan keraguan. 2) Unsur-unsur yang
meragukan terkait dengan penipuan atau kriminalitas yang dilakukan oleh satu pihak
terhadap pihak lain.
Al-Qur'an secara khusus melarang semua transaksi komersial yang melibatkan unsur
penipuan terhadap pihak ketiga, terlepas dari sifat penipuan atau kejahatan, atau yang
melibatkan pengejaran keuntungan yang tidak benar atau bahaya ketidakstabilan bisnis. 152
di Al-An'am. Mirip dengan hukum gharar, aktivitas ini melibatkan situasi ketika informasi
ditahan karena ketidakpastian di pihak kedua belah pihak dalam transaksi, dan bahkan
menyebabkan sesuatu yang seharusnya pasti bergeser menjadi tidak pasti. Transaksi
semacam ini tidak diperbolehkan.17
Menurut IbnTaimiyah, gharar adalah sesuatu yang memiliki percabangan majhul
(tidak diketahui), namun Sayyid Sabiq percaya bahwa itu adalah penipuan dan tidak ada
yang akan bersedia menyelidikinya jika diperiksa.
Dalam fikih, gharar diartikan sebagai ketidakpahaman akan implikasi suatu hal,
peristiwa, atau Peristiwa dalam transaksi penjualan, atau tidak adanya pembedaan antara
yang baik dan yang buruk. Jika salah satu rukun akad tidak terpenuhi atau jelas-jelas terjadi
pelanggaran syara', maka akad tersebut batal. Misalnya, tujuan jual beli tidak jelas, terdapat
unsur penipuan, atau salah satu pihak secara hukum tidak mampu. Mengenai akad, Fasid

16
Agung Syahputra, Yoesrizal M. Yoesoef, PraktekGharar Pada Endorsement Produk di Media Sosial
Instagram, ( Jurnal Penelitian Hukum Ekonomi Islam, Vol. 5, No.2, 2020), Hlm. 131
17
Ibid, Hlm. 134

8
pada hakekatnya merupakan akad yang bersifat unprescribed, meskipun bentuknya tidak
jelas.18

Penyebab Endorse Menjadi Gharar


Menurut pendapat hukum dan literatur yang ada, teknik endorsement produk di media
sosial Instagram akan dilarang jika terjadi hal-hal sebagai berikut: Pertama, ada jenis
ketidakjelasan objek kontrak. Syarat jual beli adalah mengetahui jenis barang yang
dipertukarkan. Oleh karena itu, hukumnya batal jika barang yang dipertukarkan di Instagram
tidak diketahui.19
Kedua, ambiguitas objek kontrak semacam itu. Jenis perjanjian ini tidak dapat
dilaksanakan karena membuat detail internal objek tidak jelas. Misalnya, seorang penjual
mungkin berkata, "Saya menawarkan kepada Anda losion pencerah wajah dengan harga itu,"
tanpa merinci jenis krim, sifatnya, cara menggunakannya, atau komponen lebih lanjut.
Faktor ketiga adalah atribut objek transaksi dan ketidakjelasan umum. Ada beberapa
pandangan ulama madhhab mengenai hal ini, dengan beberapa variasinya; Mazhab
Hanafiyah berkesimpulan bahwa tidak perlu memahami sifat dan karakter suatu barang jika
terlihat dalam transaksi, baik berupa komoditas maupun uang. Namun, jika objek transaksi
disembunyikan dari pembeli dan penjual, para ulama madzhabHanafiyah memiliki
interpretasi hukum yang berbeda. Beberapa berpendapat bahwa penting untuk
menggambarkan sifat dan karakteristik objek kontrak, sementara yang lain tidak setuju.
Pendapat yang tidak diminta menyatakan bahwa pembeli juga berhak atas khiyarru'yah dan
ketidaktahuan tentang alam tidak akan menimbulkan konflik. Pandangan yang saling
bertentangan di atas berkaitan dengan barang daripada harga, karena semua akademisi
sepakat untuk menentukan sifat dan karakter harga (tsaman). Mazhab Maliki menuntut agar
sifat dan karakter disebutkan bersama dengan harga produk (tsaman). Menurut mazhab
Maliki, gharar yang diharamkan dalam akad adalah tidak adanya kejelasan sifat dan harga
suatu barang. Ulama mazhab Syafi’i sepakat bahwa sifat dan karakter komoditas harus
disebutkan. Mereka juga mengklaim bahwa jual beli barang yang sifat dan karakternya tidak
jelas adalah haram kecuali pembeli diberi kemampuan untuk melakukan khiyarru’yah. Selain
itu, mazhab Hanbali melarang penjualan dan perolehan sesuatu yang sifat dan karakternya
tidak diketahui.
Keempat, ukuran objek transaksi tidak jelas. Selain itu, diklarifikasi bahwa jual beli
adalah ilegal sampai taraf tertentu, terlepas dari tingkat harga atau tingkat barang yang
dipertukarkan. 20
Kelima, ketidaktahuan tentang kandungan inti dari artikel yang dipertukarkan,
menurut Imam Malik dan Imam Syafi’i, jika syarat ini tidak terpenuhi. Al-Qur’an dan Hadits
Rasulullah terlihat sama-sama memerintahkan umat Islam untuk mengkonsumsi dan
menggunakan produk yang halal. Kebodohan Berbasis Substansi Objek transaksi merupakan

18
Ibid, Hlm. 135
19
EncengLip Syaripudin, Tiara Laili Ahad, Analisis Hukum Islam Tentang Akad Endorsement, ( Jurnal Hukum
Islam, Vol. 01, No. 01, 2022), Hlm . 13
20
Agung Syahputra, Yoesrizal M. Yoesoef, PraktekGharar Pada Endorsement Produk di Media Sosial
Instagram, ( Jurnal Penelitian Hukum Ekonomi Islam, Vol. 5, No.2, 2020), Hlm. 137

9
jenis gharar yang diharamkan dan juga dapat menimbulkan perselisihan. Selain itu, endorser
harus menginformasikan kepada calon pembeli secara jelas tentang produk yang mereka
promosikan. Selain itu, endorser harus menyebutkan bahwa produk yang ditawarkan adalah
produk yang sah, berkualitas tinggi, dan memiliki persetujuan BPOM.
Keenam, pengiriman layanan di bawah standar dari dalam. Anwar (2007:191)
menjelaskan bahwa kesanggupan untuk menyerahkan obyek transaksi merupakan suatu
keharusan yang berlaku baik dalam jual beli maupun jual beli. Oleh karena itu, jika objek
transaksi tidak dapat diserahkan, jual beli pasti tidak sah karena ada komponen gharar (tidak
jelas). 21
Ketujuh, membuat kesepakatan tentang apa saja (tidak nyata). Ibrahim bin Fathi
menegaskan bahwa gharar yang berdampak pada sahnya jual beli bukanlah objek transaksi
yang ada (ma'dum). Ma'dum adalah paham bahwa sahnya jual beli dengan cara ini
bergantung pada ada atau tidaknya objek transaksi.
Kedelapan, tidak diberikan hak untuk memeriksa obyek transaksi. Menurut Shahatah
dan Adh-Dhahir, syarat jual beli adalah barang tersebut tidak dapat dilihat baik oleh penjual
maupun pembeli pada saat terjadinya jual beli, baik karena tidak ada atau karena memang ada
tetapi dibungkus.
Transaksi seperti ini sering disebut sebagai transaksi “ainulghaib” karena penjual
memiliki kendali penuh atas barang tersebut tetapi pembeli tidak dapat melihatnya. Selain
delapan syarat tersebut, endorser harus jujur saat mendukung produk di platform media
seperti Instagram. Jujur adalah kualitas yang harus dimiliki setiap Muslim. Kejujuran adalah
salah satu prinsip inti Islam dan keharusan dalam menjalankan bisnis. Ketepatan informasi
yang diberikan sangat diperlukan, terutama jika menyangkut informasi yang diberikan
kepada pihak lain, karena hal tersebut dapat merugikan pihak lain dan menimbulkan
konsekuensi lain. Sudah ada gharar dalam kegiatan tersebut jika endorser menyampaikan
informasi yang tidak benar. Memiliki akhlakul karimah di media sosial sangatlah penting,
baik dari sudut pandang pengguna maupun endorser. Draf Akhlaqul Karimah tidak memiliki
pengetahuan tentang konsepsi daerah; ide ini didasarkan pada wahyu, namun akal membantu
membangunnya.22

KESIMPULAN
Islam tidak membatasi orisinalitas dan rekaan dalam muamalah, tetapi ada ketegasan
bila dilakukan dalam batas-batas yang dilarang. Pihak yang melakukan endorsement tidak
berhak mengabaikan etika penggunaan untuk mengejar keuntungan finansial, meskipun
produk yang dijual saat ini menggunakan berbagai media, termasuk media sosial Instagram di
dalam Semua penawaran produk harus memberikan informasi yang akurat dan tidak
mengandung aspek penipuan, karena hal itu dilarang oleh Islam. Islam menekankan dalam
muamalah bahwa berkah sama pentingnya dengan uang. Jika ada itikad baik di antara para
pihak, masalah ini bisa diselesaikan (HR. Bukhari).
21
Ibid, Hlm. 138
22
Ibid, Hlm. 140

10
Islam memiliki aturan penyebaran informasi sebagai berikut: 1) Mengkomunikasikan
pengetahuan yang akurat, tanpa memalsukan atau memanipulasi fakta (QS. al-Hajj: 30); 2)
Berikan informasi dalam bahasa yang mudah dicerna, dimengerti, dan diterima secara sosial;
dan 3) Menjunjung tinggi kejujuran dan syariat Islam.
Untuk mencegah terjadinya kerugian (QS. al-Hujarat: 6) dan menyaring setiap
informasi yang diterima, konsumen wajib meneliti dengan seksama fakta dan kebenaran
materi yang disampaikan oleh endorser kepada calon. Dalam muamalah di media sosial,
produsen, endorser, dan pelanggan masa depan diantisipasi untuk menggunakan penelitian ini
sebagai referensi. Disarankan kepada peneliti untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan
menggunakan metodologi kuantitatif dan model survei atau kuesioner agar dapat melakukan
penelitian yang lebih menyeluruh dan inklusif serta menghasilkan hasil yang lebih akurat.23

DAFTAR PUSTAKA

Syahputra, Agung. Yoesoef, Yoesrizal. PraktekGharar pada Endorsement Produk di Media

23
Anggara Badra Laksana, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Strategi Pemasaran dengan Sistem Endorsement,
Skripsi ( Semarang : Universitas Islam Negeri Walisongo) 2022. Hlm 145

11
Sosial Instagram. Lhokseumawe : 2020
Syaripudin, EncengLip. Laili Ahad, Tiara. Analisis Hukum Islam Tentang Akad
Endorsement. STAI Al- Musaddadiyah : 2022
Khohida Safitri, Nida. Perlindungan Konsumen Atas Hak Informasi Produk Endorsement
Melalui Media Instagram. Yogyakarta : 2020
Badra Laksana, Anggara. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Strategi Pemasaran dengan
Sistem Endorsement. Semarang : 2022
Hosen, Nadratuzzaman. Analisis Bentuk Gharar Dalam Transaksi Ekonomi. Jakarta : 2009

12

You might also like