Professional Documents
Culture Documents
Ujian Tengah Semester Pengantar Nanomaterial
Ujian Tengah Semester Pengantar Nanomaterial
Oleh:
UMMI KALSUM H. SAID
200104500001
A. Latar Belakang
Diseluruh dunia riset yang sangat pesat pada saat ini adalah riset dibidang
material skala nanometer. Orang memiliki keyakinan bahwa material yang
berukuran nanometer memilki sejumlah sifat kimia dan fisika yang lebih
unggul dari material yang berukuran besar. Penemuan baru muncul dengan
adanya aplikasi-aplikasi baru seperti pada bidang elektronik, energi, kimia,
kedokteran, kesehatan, lingkungan, dan masih banyak bidang lainnya (Sutanti,
R., dan Susi, H., 2013.).
Teknologi nano adalah hal yang terbaru pada bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi. Nano berarti seper-satu milyar dari sesuatu. Untuk
perbandingannya dari 10 nm adalah 1000 kali lebih kecil dari diameter rambut
manusia. Perkembangan teknologi nanomaterial sangat mendukung teknologi
komposit. Suatu komposit yang menggunakan nanomaterial dapat
menghasilkan suatu sifat mekanik yang lebih baik dari skomposit yang pernah
ditemukan (Subagio, A., dkk. 2013).
Salah satu dari jenis material nano adalah Carbon Nanotubes (CNT), CNT
merupakan salah satu material unggul teknologi nano yang membawa banyak
keuntungan disebabkan dari sifat kimia dan mekaniknya yang baik. Maka dari
itu CNT banyak dimanfaatkan diberbagai aplikasi nano-device ataupun dalam
material komposit. CNT banyak dimanfaatkan sebagai filler dalam suatu
pembuatan serat polimer komposit, pencampuran yang homogen antara
polimer dengan berbagai jenis bahan pengisi yang berukuran nano akan
menghasilkan suatu sifat fisik, sifat mekanik, sifat barrier dan sifat termal
yang lebih baik dari yang berukuran mikro dan sangat tinggi (Wahyudi, T.,
dkk. 2012.).
Nanokomposit polimer adalah merupakan suatu partikel nanometrik yang
tersebar dalam matriks polimer. Jika filler berukuran nanometer mengalami
penggabungan maka akan dihasilkan suatu komposit yang memiliki sifat lebih
baik yang dapat digunakan dalam aplikasi industry dan teknologi. Dalam
industrui kemasan belum banyak digunakan bahan kemasan yang berbasis
biopolymer karena memiliki sifat mekanik yang kurang baik. Maka untuk
mengatasi kekurangan tersebut adalah mengkombinasikannya dengan bahan
lain atau filler (Pamela, V. Y., dkk. 2016.).
Umumnya CNT memilki dua bentuk struktur yaitu Single Walled Carbon
nanotubes atau kerap dikenal dengan SWCNT, yang dimana lapisan dari
jaringan karbonnya berbentuk tunggal. Dan struktur yang kedua yaitu Multi
Walled Carbon nanotube yang kerap dikenal dengan MWCNT yang memiliki
beberapa lapisan jaringan karbon berikatan silindrik. Antara SWCNT dan
MWCNT memiliki sifat kimia dan fisika yang berbeda, selain itu struktur
karbon dari CNT juga dapat dibedakan menjadi zigzag, armchair atau chiral.
Karena keunggulan dari sifat-sifat yang dimiliki oleh CNT, maka sangat
memungkinkan untuk dapat diaplikasikan pada bidang seperti sensor,
peralatan nanoelektrik, biologi, tekstil elektronik, elektroda sel bahan bakar,
superkapasitor, dan pendeteksi gas (Wahyudi, T., dkk. 2012.).
Karena berkembangnya riset saat ini sangat unggul dibidang nanomaterial
maka studi kasus kali ini membahas kemungkinan pembuatan film tipis
menggunakan pilivinil alkohol dengan penambahan nanotube dan asam
stearate untuk kemasan multilayer dengan mensintesis karakteristik mekanik,
termal, dan morfologi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, berikut rumusan masalah terkait yang
akan menjadi pembahasan yaitu bagaimana cara mensintesis karasteristik
mekanik, termal, dan morfologi untuk pembuatan film tipis menggunakan
pinivinil alcohol dengan penambahan nanotube dan asam stearate pada kemasan
multilayer.
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari kajian yang dilakukan yaitu
untuk mengetahui karasteristik mekanik, termal, dan morfologi untuk pembuatan
film tipis menggunakan pinivinil alcohol dengan penambahan nanotube dan asam
stearate pada kemasan multilayer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berikut alur atau desain penelitian yang kami lakukan terkait tentang studi
kasus sintesis karasteristik mekanik, termal, dan morfologi untuk pembuatan film
tipis menggunakan pinivinil alcohol dengan penambahan nanotube dan asam
stearate untuk kemasan multilayer.
Mulai
BAB IV
PEMBAHASAN
Mengumpulkan jurnal, artikel serta bacaan
yang berkaitan dengan studi kasus
Berdasarkan hasil beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa jurnal
pembuatan komposit CNT-PVA merupakan salah satu cara dalam memanfaatkan
Mengutip
CNT yang akan diaplikasikan materi
dalam terkait tentang
berbagai bidangstudi
termasuk dalam bidang
kasus
pembuatan film dengan menggunnakan PVA
1. Pembuatan komposit CNT-PVA dimana menghasilkan peningkatan sifat
mekanik yaitu peningkatan modulus young. Penambahan carbon nanotube
Menganalisis hubungan kajian literatur dengan
(CNT) ke dalam polimer polivinil
materi alcohol
studi kasus (PVA) dapat meningkatkan sifat
kesederhana
mekanik komposit yang dihasilkan. Namun peningkatan sifat mekanik
tidak selalu terjadi ketika dilakukan penambahan CNT. Semakin
Kesimpulan studi kasus
banyaknya CNT dalam komposit terdapat kemungkinan terjadi
penggumpalan yang diaman penggumpalan CNT dapat berpotensi
membentuk rongga pada PVA. CNT dibuat dengan menggunakan sebuah
Selesai
metode spary pyrolysis, dimana pada Sebagian karbon digunakan dengan
campuran benzen dan ferrocene, dengan temperature sintesis 900 ℃ .
Pembuatan komposit CNT-PVA dilakukan dengan cara
memvariasikan fraksi massa CNT terhadap PVA, yang dimana PVA
dilarutkan dalam aquades, dan dipanaskan pada temperature 80 ℃ hingga
PVA benar-benar larut. Kemudian CNT di masukkan pada larutan PVA
dengan menyesuaikan fraksi massa CNT. Kemudian campurannya di aduk
selama satu jam dengan hot plate magnetic stirrer hingga keduanya
tercampur, lalu tuangkan pada cetakan kemudian dikeringkan dengan
temperature 80℃ .
Pembuatan komposit CNT-PVA dilakukan beberapa metode yaitu
dengan variasi ketebalan dengan mencetak tebal, cetak lapis tebal dan
cetak lapis tipis. Pengujian komposit yaitu dengan melakukan uji Tarik
dengan peralatan Testometric. Dimana sampel itu dijepit kedua ujungnya
dengan jarak jepit 75 mm, lalu ditarik. Hasil yang didapatkan akan
terekam pada system alat penguji. Berikut Hasilnya:
Gambar 2.1. Hasil karakterisasi EDX komposit CNT- PVA dengan fraksi
massa CNT terhadap PVA (a) 20% (b) 30%
Dari hasil yang diperoleh, daerah yang sedikit mengandung CNT
akan lebih mudah mengalami deformasi setelah dilakukan pengujian. Ini
karena tegangan yang diterima PVA semakin besar. Deformasi pada
komposit dengan fraksi massa CNT 30% berupa retakan terlihat pada hasil
karakterisasi permukaan komposit dengan SEM yang dapat dilihat pada
gambar 1.
Gambar 2.2 Foto makro rongga pada komposit metode cetak tebal
Permukaan tepi komposit yang menenmpel pada cetakan memiliki
energi panas yang lebih tinggi, sehingga molekul air bergerak kebagian
tersebut dan menghasilkan rongga saat pengeringan lebih lanjut.
Gambar 2.3. Foto komposit metode cetak lapis tebal tampak samping
Pada pembuatan komposit dengan metode cetak lapis tebal,
digunakan PVA sebanyak 6 gram untuk tiap lapisnya. Komposit yang
dibuat terdiri dari 2 lapis. Lapisan kedua dilapiskan di atas lapisan pertama
yang telah sedikit mengering. Komposit 2 lapis memiliki ketebalan 3,19
mm. Komposit yang telah diuji tarik menunjukkan kedua lapisan tidak
menyatu dan terdapat rongga di antara keduanya.
Gambar 2.4. Foto permukaan komposit lapis tipis
Pada metode cetak lapis tipis, jumlah PVA yang digunakan untuk
tiap lapis sebanyak 2 gram. Komposit yang dibuat dengan metode cetak
lapis tipis menghasilkan permukaan yang lebih rata karena proses
penguapan molekul air lebih merata.
2. Proses pembuatan bionanokomposit film dilakukan dengan metode solvent
casting dengan memodifikasi metode yang dikembangkan oleh
Chandrakala et al Penelitian diawali dengan melarutkan polivinil alcohol
dalam aquades dengan menggunakan magnetic stirrer pada suhu 120oC
selama + 30 menit dengan kecepatan pengadukan 500rpm yang dimana
kemudian PVA dicampurkan dengan nanopartikel yang telah dilakukan
sonikasi 30 menit serta asam stearat dan tween 80 (2% b/b asam stearat)
yang telah dilelehkan terlebih dahulu pada suhu 70-80oC yang telah
dilakukan sonikasi 30 menit serta asam stearat dan tween 80 (2% b/b asam
stearat) yang telah dilelehkan terlebih dahulu pada suhu 70-80oC.
Kemudian dilakukan pencetakan dan dikeringkan dalam oven vakum pada
suhu 40-45 oC selama + 3 jam, film yang sudah mengering disimpan di
alumunium foil dan dimasukkan ke desikator pada RH yang distabilkan
(75%) dengan silica gel sebelum analisis. Analisis sifat mekanik (ASTM
2009) menggunakan UTM untuk mengetahui kuat tarik (tensile strenght),
dan elongation at break. Analisis kristalinitas menggunakan XRD. Sampel
dipotong-potong dengan diameter 4cm dan analisis dengan menggunakan
radiasi Kα Cu (λ=1,54060) dibawah kondisi operasional pada tegangan 40
kV dan daya paparan sinar 30 mA. Dengan kecepatan pemindahan 1 °
/menit. Analisis sifat termal dengan menggunakan DSC. Sampel
ditempatkan pada DSC pan sebanyak 5-10 mg. Analisa dilakukan dengan
pemanasan sampel pada suhu 50-250 ° C dengan kecepatan pemanasan 5
oC/menit pada atmosfer nitrogen. Pan kosong digunakan sebagai referensi.
Analisis struktur morfologi dengan menggunakan SEM. Sampel dipotong
kecil (2mm x 2mm) dan dipasang pada penampang visualisasi perunggu
dengan menggunakan double-site tape. Permukaan sampel dilapisi dengan
lapisan emas tipis pada kondisi sputter time 60 detik dan sputter current 20
mA. Sampel dimasukkan ke dalam alat SEM dan gambar permukaannya
diambil menggunakan detector SE (Secondary Electron), WD (Working
Distance) 11,5-12 mm dan EHT (Extra High Tension) 11,0 Kv. Analisis
statistik yang digunakkan pada penelitian ini adalah dengan Response
Surface Methodology (RSM) dan memanfaatkan piranti lunak Design
Expert 7. dengan metode mixture experiments desain D-optimal. Analisis
RSM digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor nanopartikel ZnO dan
asam stearat terhadap respon kuat tarik, elongasi, kristalinitas, mekanik,
dan struktur morfologi untuk mendapatkan model yang signifikan. Berikut
hasil yang diperoleh dari pencampuran PVA dengan bahan nanopartikel
dengan uji kuat Tarik yang menghasilkan karasteristik bionanokomposit
PVA.
Tabel 1. Karakteristik Fisik Film Bionanokomposit PVA
BAB V
PENUTUP
Permukaan komposit yang dibuat dengan metode cetak lapis tipis lebih
rata dibandingkan dengan metode cetak tebal dan metode cetak lapis tebal. Dari
hasil penelitian di atas, fisika material dalam memanfaatkan CNT dan PVA dapat
menghasilkan filem tipis yang baik. Karena Polyvinil alcohol (PVA) adalah suatu
resin yang dibuat dari suatu penggabungan moleku-molekul (polimerisasi) yang
diperoleh dari polimer vinil asetat. polivinil asetat, polivinil alkohol merupakan
plastik yang paling penting dalam pembuatan film yang dapat larut dalam air. Jadi
jika dilakukan pencampuran CNT dengan PVA maka akan menghasilkan
pembuatan komposit CTN-PVA yang dimana jika dibuat dengan metode cetak
lapis tipis maka dapat menghasilkan film lapisan tipis. Penambahan carbon
nanotube (CNT) ke dalam polimer polivinil alcohol (PVA) dapat meningkatkan
sifat mekanik komposit yang dihasilkan, maka keduanya akan saling berhubungan
jika dilakukan suatu pencampuran dalam menghasilkan film tipis.
Proses pembuatan bionanokomposit film dilakukan dengan metode solvent
casting dengan memodifikasi metode yang dikembangkan oleh Chandrakala et al.
Kita dapat mengetahui karasteristik dari Fisik Film Bionanokomposit PVA serta
mengetahui karasteristik mekanik, termal, serta sifat morfologi dari pencampuran
nanotube dengan PVA.
DAFTAR PUSTAKA