You are on page 1of 8

Jurnal Manjusri Vol. 1, No.

2, April 2022

PENGHIDUPAN BENAR DAN PENGELOLAAN KEUANGAN SECARA


EFEKTIF BERDASARKAN SIGALOVADA SUTTA

Panir Selwen, Nuriani, Anggraeni, Liana


1,2,3,4STAB Bodhi Dharma

panirselwen@bodhidharma.ac.id; Nuriani@bodhidharma.ac.id;
anggraeni@bodhidharma.ac.id; liana@bodhidharma.ac.id

Abstrak
Kehidupan yang sejahtera merupakan keinginan manusia, namun dalam mencari
penghasilan dan mengelola keuangan tidak semuanya berpedoman pada Sutta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana penghidupan benar dan
pengelolaan keuangan secara efektif yang terdapat di dalam Sigalovada Sutta.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Pengumpulan
data dilakukan selama empat minggu menggunakan sumber sekunder yang
dikumpulkan melalui studi kepustakaan, buku teks, e-book, website yang relevan
dengan masalah penelitian. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa menerapkan
Penghidupan Benar dan mengelola keuangan secara efektif berdasarkan Sigalovada
Sutta akan menuntun manusia menjadi sejahtera dan kaya dalam kehidupan ini dan
membawa manusia pada Magga-Phala (jalan dan hasil kesucian). Oleh karena itu,
penting dalam kehidupan manusia untuk mempunyai kehidupan yang bertujuan
untuk memahami Penghidupan Benar, memahami bagaimana menggunakan
penghasilan dan mengelolanya dengan benar.
Kata Kunci: Penghidupan Benar, pengelolaan keuangan, Sigalovada Sutta
Abstract
A prosperous life is a human desire, but in earning income and managing
finances, not all of them are guided by the Suttas. The purpose of this study is to
understand how right livelihood and effective financial management are contained
in the Sigalovada Sutta. The method used in this research is descriptive qualitative.
Data collection was carried out for four weeks using secondary sources collected
through literature studies, textbooks, e-books, websites that are relevant to the
research problem. The results show that applying Right Livelihood and managing
finances effectively according to the Sigalovada Sutta will lead people to be
prosperous and rich in this life and lead people to Magga-Phala (paths and results of
holiness). Therefore, it is important in human life to have a life aimed at
understanding Right Livelihood, understanding how to use income and manage it
properly.
Keywords: Right Livelihood, financial management, Sigalovada Sutta

Pendahuluan
Dalam kehidupannya, manusia mempunyai banyak sekali keinginan.
Keinginan tersebut antara lain keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarga, berkunjung ke tempat makan mewah, travelling, hang out, belanja barang
unik di marketplace, busana dengan harga jutaan rupiah dan masih banyak lainnya,
sehingga manusia selalu berusaha mencari penghasilan untuk memenuhi
keinginannya.

96
Jurnal Manjusri Vol. 1, No. 2, April 2022

Dalam mencari penghasilan, tidak semua manusia menjalankan mata


pencaharian/penghidupan yang benar seperti yang diajarkan oleh Sang Buddha.
Dalam Majjhima Nikaya 117 terdapat lima pencaharian salah yang harus dihindari
yaitu berkomplot (penipuan); membujuk (tidak setia); mengisyaratkan
(penujuman); merendahkan (kecurangan); mengejar keuntungan dengan
keuntungan (memungut bunga yang tinggi). Selain itu, kurangnya pengetahuan
mengenai pengelolaan keuangan membuat penghasilan yang didapat sering tidak
dikelola dengan efektif. Kemudian ditambah dengan gaya hidup yang boros akan
membuat manusia sulit untuk mencapai kesejahteraan.
Elizabeth Anne Holmes, mantan pendiri perusahaan teknologi kesehatan
Theranos mengklaim revolusi cara pengujian darah dan pasien dirawat dengan
menggunakan volume darah yang sangat kecil. Kenyataannya, tahun 2015
perusahaan itu tidak pernah memberikan teknologi yang dijanjikannya dan
serangkaian investigasi mengungkapkan keraguan teknologi tersebut hingga tahun
2018 Federal Agung mendakwa Holmes atas tuduhan penipuan. (Aninda, 2021)
Jocelyn Wildenstein, sosialita Amerika yang terkenal sebagai “Catwoman”
karena operasi kosmetik pada penampilannya. Jocelyn biasa menghabiskan US$ 1
Juta untuk belanja barang mewah dan tagihan telepon sebesar US$ 5.000,-/bulan.
Pada 2018 Jocelyn menyatakan dia tidak memiliki uang sepeser pun di rekening giro
miliknya dan kemudian Jocelyn mengajukan kebangkrutan. (Aninda, 2021)
Calvin B Doteys, keluarga kaya dan sangat dihormati di kota Ohio. Anak
Calvin yaitu Molly dan Harry, keduanya anak yang malas, suka bertingkah aneh dan
hanya menghambur-hamburkan uang ayahnya. Kekayaan keluarga Dotey’s
perlahan habis, kemudian jatuh miskin. Kemiskinan akhirnya membuat Molly
meninggal, sementara Harry sempat bekerja sebagai pemain musik untuk
memenuhi kebutuhan hidup, namun hal ini juga tidak bertahan lama, akhirnya
Harry harus menghabiskan sisa hidupnya di Massillon Insane Asylum, padahal
Harry tidak benar-benar gila. (Flora, 2016)
Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang benar agar penghasilan
tersebut diperoleh dari penghidupan yang benar dan dapat dikelola secara efektif
sehingga bermanfaat untuk diri sendiri dan masyarakat.

Metode Penelitian
Metode Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2020:2). Metode yang digunakan adalah
kualitatif deskriptif. Penggumpulan data menggunakan sumber sekunder yang
dikumpulkan melalui studi kepustakaan, buku teks, e-book, website yang relevan
dengan masalah penelitian. Data penelitian ini dianalisis secara kualitatif dengan
model Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2020:321) yang terdiri dari
pengumpulan data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pengumpulan dan
rangkuman materi dilakukan selama empat minggu, penyajian data (penulisan
artikel) dilakukan selama empat minggu dan penarikan kesimpulan (evaluasi
artikel) dilakukan selama empat minggu.

Hasil dan Pembahasan


Keinginan manusia untuk menjadi kaya merupakan hal yang wajar. Dalam
Anguttara Nikaya 4.61 dijelaskan 4 (empat) yang diharapkan, diinginkan,

97
Jurnal Manjusri Vol. 1, No. 2, April 2022

menyenangkan, dan jarang diperoleh manusia. Empat hal tersebut yaitu semoga
menjadi kaya dengan cara yang benar dan pantas, semoga memiliki kemasyhuran,
semoga memiliki usia panjang, dan dengan hancurnya jasmani ini semoga terlahir
di alam bahagia.
Menjadi kaya dengan cara benar dan pantas dapat dimulai dengan
menerapkan Jalan Arya Berunsur Delapan khususnya Mata Pencaharian Benar atau
Penghidupan Benar (Samma-Ajiva). Suatu penghidupan harus dilakukan dengan
penuh inisiatif, kegigihan atau usaha penuh semangat yang dikumpulkan melalui
kekuatan tangannya, yang didapat melalui keringat di alis matanya, kekayaan benar
yang diperoleh dengan cara yang benar. (Anguttara Nikaya 4.62 dan Anguttara
Nikaya 8.54)
Dalam Anguttara Nikaya 5.177 terdapat anjuran Sang Buddha untuk umat
awam agar tidak terlibat dalam lima jenis perdagangan yang seharusnya dihindari
yaitu: berdagang senjata, segala jenis senapan atau senjata yang digunakan untuk
melukai, atau membunuh mahkluk hidup; berdagang makhluk hidup termasuk
memelihara ternak untuk disembelih, dan lainnya; berdagang daging, atau segala
sesuatu yang berasal dari penyiksaan makhluk hidup; berdagang racun dan
berdagang barang-barang yang memabukkan, kecanduan dan melemahkan
kesadaran. Penghasilan yang diperoleh dari Penghidupan Benar tersebut belum
tentu dapat ditabung, diinvestasikan atau merintis usaha. Karena penghasilan
tersebut sering habis tidak bersisa untuk memenuhi keinginan dan gaya hidup yang
boros.
Manusia akan sejahtera dalam alam ini dan alam berikutnya apabila tidak
mengejar 6 (enam) saluran yang memboroskan kekayaan seperti yang terdapat
dalam Sigalovada Sutta yaitu kecanduan pada makanan dan minuman yang
menyebabkan hilangnya kesadaran; berkeluyuran di jalan pada saat yang tidak
tepat; mengunjungi tempat hiburan yang tidak pantas; kebiasaan berjudi;
bersahabat dengan orang yang tidak bijak dan kebiasaan malas (menganggur).
Kekayaan yang sudah ada dapat hilang atau tidak akan bertahan lama apabila
berteman dengan yang memiliki kelakuan buruk; menikmati kekayaan sendiri
(tidak menyokong ibu dan ayah yang sudah tua dan lemah); menipu orang lain;
lemah dalam usaha; tidak cekatan; malas; tidak bersikap sederhana dalam
menggunakan kekayaan dan memilih orang yang memiliki sila buruk dalam
mengurusnya. (Parabhava Sutta)
Seperti dalam Dhammapada XI Jara Vagga 155-156 mengenai Putra
Mahadhana dan istrinya yang ketika orang tua keduanya meninggal dunia, mereka
mewarisi 80 nilai mata uang dari masing-masing pihak dan menjadi sangat kaya.
Tetapi ketika muda, Putra Mahadhana dan istrinya tidak belajar, tidak
berpengetahuan, hanya tahu menghabiskan uang dan tidak tahu bagaimana
menyimpannya atau melipatgandakannya. Mereka hanya makan, minum dan
bersenang-senang, menghabiskan uang mereka dengan sia-sia. Ketika uangnya
telah habis, mereka menjual ladang, kebun dan akhirnya rumah mereka. Mereka
menjadi sangat miskin dan tidak berguna. Karena tidak tahu cara mencari
penghasilan, mereka harus mengemis.
Kemudian Sang Buddha melanjutkan, “Ananda, lihat putra orang kaya ini, dia
hidup dengan tidak berguna dan mempunyai kehidupan yang tidak bertujuan.
Apabila dia belajar menjaga kekayaannya pada tahap pertama kehidupannya, dia

98
Jurnal Manjusri Vol. 1, No. 2, April 2022

akan menjadi orang kaya yang teratas, atau apabila dia menjadi seorang Bhikkhu,
akan menjadi seorang Arahat dan istrinya akan menjadi seorang Anagami. Apabila
dia belajar menjaga kekayaannya pada tahap kedua kehidupannya, dia akan menjadi
orang kaya tingkat kedua, apabila dia menjadi seorang Bhikkhu, akan menjadi
seorang Anagami dan istrinya menjadi seorang Sakadagami. Apabila dia belajar
menjaga kekayaannya pada tahap ketiga kehidupannya, dia kan menjadi orang kaya
tingkat ketiga, atau apabila dia menjadi seorang Bhikkhu, akan menjadi seorang
Sakadagami dan istrinya akan menjadi seorang Sotapanna. Karena dia tidak berbuat
apa-apa dalam tiga tahap kehidupannya dia kehilangan seluruh kekayaan
duniawinya, dia juga kehilangan kesempatan mencapai Magga-Phala (jalan dan
hasil kesucian).”
Dalam konteks perencanaan keuangan, tahapan kehidupan juga terbagi
menjadi 3 (tiga) yaitu:
1. Usia 18-50 tahun, merupakan masa produktif. Umumnya individu masih dapat
melakukan berbagai pekerjaan dan pada kondisi kesehatan yang baik.
Mengumpulkan kekayaan semaksimal mungkin merupakan hal yang perlu
dilakukan pada tahap ini.
2. Usia 50-55 tahun, tahap mempersiapkan diri untuk pensiun.
3. Usia >55 tahun, masa pensiun. (Lestari, 2020:16)
Agar penghasilan yang dihasilkan dari Penghidupan Benar (samma-ajiva)
tidak habis dengan sia-sia seperti Putra Mahadhana dan istrinya, maka pengelolaan
keuangan dapat berpedoman pada Sigalovada Sutta.
Petikan bait Sigalovada Sutta,
--------
“Siapa pun yang bajik dan pandai
Bercahaya seperti api yang menyala di bukit
Baginya, mengumpulkan kekayaan adalah seperti lebah berterbangan
Yang mengumpulkan madu tanpa mengganggu siapapun
Kekayaan menumpuk tinggi bagaikan timbunan bukit semut
Bila kekayaan orang berkeluarga yang baik telah terkumpul seperti itu
Dapatlah ia memberi manfaat warganya
Biarlah ia membagi kekayaannya dalam empat bagian
Demikianlah ia mengikat kehidupannya dengan hal-hal yang baik
Satu bagian biarlah dipergunakan dan dinikmati sebagai buah usaha,
Dua bagian untuk melangsungkan usahanya
Bagian keempat biarlah dicadangkan dan ditabung
Sehingga ada persediaan pada saat yang sulit.”
-------
Dalam petikan bait Sutta di atas, kekayaan atau penghasilan seseorang dibagi
dalam 4 (empat) bagian. Dari sisi perencanaan keuangan, pembagian keuangan juga
terbagi 4 (empat) bagian yang diurutkan berdasarkan skala prioritasnya, yaitu:
1. Pengeluaran untuk Keagamaan atau Sosial, baik itu wajib maupun sukarela
apapun agamanya dan untuk misi kemanusiaan. Contohnya berdana.
2. Pengeluaran untuk cicilan hutang, membayar apapun bentuk hutang yang sudah
waktunya dibayarkan, dan sebaiknya hutang yang bersifat produktif. Contohnya
KPR, KPM, atau kredit usaha.

99
Jurnal Manjusri Vol. 1, No. 2, April 2022

3. Pengeluaran untuk Investasi, semua yang kepentingannya di masa depan.


Contohnya tabungan pendidikan anak, tabungan pensiun, membeli emas, premi
asuransi dan investasi.
4. Pengeluaran untuk biaya hidup, segala sesuatu yang dibayar sekarang dan
dinikmati sekarang. Contohnya belanja bulanan, biaya listrik, transportasi,
travelling dan hang-out. (Endarto, 2019:29)
Pengelolaan penghasilan atau keuangan sesuai Sigalovada Sutta dapat
diaplikasikan sebagai berikut:
1. Satu bagian (25%) dipergunakan dan dinikmati sebagai buah usaha (Ekena
Bhoge Bhunjeyya). Ini dapat dipakai untuk dinikmati (biaya hidup) seperti yang
sudah disebutkan diatas.
2. Dua bagian (50%) untuk modal atau melangsungkan usaha (Dhivi Kammam
Payojaye). Bagian ini juga termasuk untuk pengeluaran kebaikan (modal
kebaikan atau usaha untuk berbuat baik) seperti dalam petikan Sigalovada Sutta
“Bila kekayaan orang berkeluarga yang baik telah terkumpul seperti itu, dapatlah
ia memberi manfaat warganya”, dan segala jenis pengeluaran untuk ditabung
atau digunakan sebagai modal usaha atau membiayai hal yang bersifat produktif
dan dapat menghasilkan income.
3. Bagian keempat (25%) biarlah dicadangkan dan ditabung sehingga ada
persediaan pada saat yang sulit (Catutthanca Nidhapeyya Apadasu Bhavissati).
Misalnya tabungan untuk keperluan yang bersifat darurat (sakit, kebakaran,
bencana yang tidak ditangani oleh asuransi atau pihak lainnya dan pengeluaran
tidak terduga lainnya), asuransi pendidikan, dana pensiun, dan investasi.
Contoh penerapan Sigalovada Sutta dalam pengelolaan penghasilan
menggunakan nilai Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Utara tahun 2021:
Tabel 1 simulasi penerapan pengelolaan keuangan
UMP Sumatera Utara 2021 Rp. 3.300.000.-
Dicadangkan/ditabung
Dinikmati sebagai Melangsungan usaha /
sebagai persediaan pada
buah usaha (25%) Modal Usaha (50%)
saat yang sulit (25%)
Rp. 825.000,- Rp. 1.650.000,- Rp. 825.000,-
Sumber: https:// money.kompas.com (Anwar, 2021)
Pertanyaan yang paling sering muncul dalam pikiran adalah bagaimana
mungkin membiayai hidup (dinikmati sebagai buah usaha) hanya dengan 25% dari
penghasilan? Apakah cukup? Biaya hidup itu penting, namun bukan berarti biaya
hidup dijadikan prioritas. Karena dalam biaya hidup tanpa disadari banyak sekali
mengandung komponen keinginan, bukan hanya kebutuhan. (Gozali, 2015:129).
Memahami seberapa besar penghasilan dan bagaimana dapat mencukupkan untuk
kebutuhan hidup adalah kunci awal dalam merencanakan keuangan.
Tanpa adanya batas angka cukup, seseorang tidak akan pernah memiliki
kelebihan uang untuk dikelola. Dengan memiliki batas angka cukup, seseorang akan
dipaksa untuk bisa mengelola keuangan yang terbatas itu seefisien mungkin dengan
cara menentukan prioritas pengeluaran secara bijak dan berhemat. Keberhasilan
pengelolaan keuangan bukan dari banyaknya yang diperoleh, tetapi bagaimana
mencukupkan dari yang diperoleh. (Endarto, 2019:12)
Apabila seseorang tetap ingin tampil sesuai dengan gaya hidup yang
diinginkan, diperlukan usaha untuk menambah penghasilan, bukan dengan

100
Jurnal Manjusri Vol. 1, No. 2, April 2022

mengemplang hutang, mengurangi tabungan atau modal usaha atau sampai


meniadakan pengeluaran untuk kebaikan (berdana). (Gozali, 2015:139)
Tahap pertama kehidupan seseorang merupakan masa emas untuk
mengumpulkan, menyimpan, atau melipatgandakan kekayaan (menabung atau
investasi) sehingga dalam 25% (dua puluh lima persen) dari total penghasilan harus
ada yang disimpan atau dilipatgandakan. Hal tersebut sesuai dengan nasihat Sang
Buddha dalam Jara Vagga syair 155-156 agar seseorang menjadi orang kaya teratas,
orang kaya tingkat dua, dan orang kaya tingkat tiga.
Mengambil contoh tabel di atas, dengan menggunakan spreadsheet (Excel)
perhitungan time value of money (future value of Annuity Due) apabila pada usia 18
tahun seseorang sudah mengerti pengelolaan keuangan (menabung atau investasi)
mengalokasikan 50% dari bagian yg dicadangkan (50% dari Rp.825.000) yaitu Rp.
412.500,- dengan tingkat imbal hasil 4% per tahun, maka hasilnya pada saat
seseorang tersebut berusia 60 tahun dia akan mempunyai hasil menabung atau
investasi sebesar Rp. 540.179.713,-.
Apabila pengelolaan keuangan dimulai pada tahap kedua kehidupannya
(usia 50 tahun) kemudian mapan dalam keuangan sehingga orang tersebut
melipatgandakan modal menabung atau investasi setiap bulan dari Rp. 412.500,-
menjadi Rp. 825.000,- dan dengan tingkat imbal hasil yang sama 4% per tahun,
maka hasil menabung atau investasi pada usia 60 tahun menjadi Rp. 121.886.026,.
Hal yang sama pada seseorang yang mulai pada tahap ketiga kehidupannya
(usia >55 tahun) yang melipatgandakan modal menabung atau investasi sebesar 4
kali lipat dari Rp. 412.500,- menjadi Rp. 1.650.000,- dengan tingkat imbal hasil yang
sama 4% per tahun, maka hasil menabung atau investasi pada usia 60 tahun menjadi
Rp. 109.757.958,-.
Dengan Penghidupan Benar (samma-ajiva) dan pengelolaan keuangan yang
efektif, seseorang akan hidup sejahtera (kaya). Kekayaan yang dihasilkan dari
Penghidupan Benar akan dipakai sesuai dengan skala prioritas pengeluaran
sehingga dapat didistribusikan kepada keturunan atau keluarganya seperti salah
satu kewajiban orang tua kepada anak dan kewajiban anak kepada orang tua yang
juga terdapat dalam Sigalovada Sutta, yaitu orang tua menyerahkan warisan pada
saat yang tepat dan kewajiban anak menjadikan dirinya pantas menerima warisan.

Kesimpulan
Penting dalam kehidupan manusia untuk terus belajar, berpengetahuan,
mempunyai kehidupan yang bertujuan, memahami cara mencari penghasilan dan
mengelola penghasilan. Keinginan manusia untuk menjadi kaya merupakan hal
yang wajar asalkan diperoleh melalui penghidupan yang benar (samma-ajiva).
Penghasilan yang diperoleh melalui penghidupan yang benar apabila dipakai sesuai
dengan skala prioritas pengeluaran dan dikelola dengan efektif sesuai dengan
Sigalovada Sutta, akan menjadikan hidup seseorang sejahtera (kaya) dalam
kehidupan ini dan mempunyai kesempatan menuju Magga-Phala (jalan dan hasil
kesucian).

101
Jurnal Manjusri Vol. 1, No. 2, April 2022

Saran
Pelatihan penghidupan benar kepada umat Buddha tentang pengelolaan
keuangan untuk meningkatkan kesejahteraan umat. Selain itu, pendidikan literasi
finansial juga perlu diberikan sejak usia dini. Hal ini dapat dilakukan melalui Sekolah
Minggu Buddha dalam materi Penghidupan yang Benar.

Daftar Pustaka
Aninda, N. 2021. 10 Miliarder Dunia yang Bangkrut dan Penyebab
Kebangkrutannya.https://entrepreneur.bisnis.com/read/20210427/265/
1386969/10-miliarder-dunia-yang-bangkrut-dan-penyebab-
kebangkrutannya. Diakses tanggal 09 September 2021.
Anwar, M.C. 2021. Rincian UMR Medan 2021 dan 27 Daerah Lain di Sumatera Utara.
https:// money.kompas.com/read/2021/04/05/094519026/rincian-umr-
medan-2021-dan-27-daerah-lain-di-sumatera-utara?page=all. Diakses
tanggal 12 September 2021.
Endarto, E. 2019. KOKI DUIT – Resep Bintang 5 Bebas Finansial. Edisi Pertama.
Lautan Pustaka. Yogyakarta.
Flora M. 2016. 10 Miliarder Dunia yang Hidup Foya-foya lalu Bangkrut.
https://www.liputan6.com/global/read/2458582/10-miliarder-dunia-
yang-hidup-foya-foya-lalu-bangkrut. Diakses tanggal 09 September 2021.
Gozali, A. 2015. Habiskan Saja Gajimu!. Cetakan Kedua. TransMedia Pustaka. Jakarta.
Hadion Wijoyo, S. E., SH, S., & MH, M. (2020). DASAR-DASAR PENDIDIKAN. Insan
Cendekia Mandiri.
Indrawan, I., Wijoyo, H., Muliansyah, D., Sunarsi, D., Lutfi, A. M., Irawati, L., ... &
Handoko, A. L. (2020). Pembelajaran Di Era New Normal. Jawa Tengah: CV.
Pena Persada.
Kamaludin dan Indriani. R. 2021. Manajemen Keuangan. Cetakan Pertama. Mandar
Maju. Bandung.
Kontan. 2021. Suku Bunga Deposito LHBU (Laporan Harian Bank Umum).
https://pusatdata.kontan.co.id/bungadeposito. Diakses tanggal 20
September 2021.
Lamirin, L., Sangaji, J., & Lisniasari, L. (2020). Pengaruh Komunikasi Interpersonal
Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Perilaku Belajar Siswa Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Buddha. Jurnal Pendidikan Buddha dan Isu Sosial
Kontemporer (JPBISK), 2(2), 93-105.
Lestari, D. 2020. Manajemen Keuangan Pribadi Cerdas Mengelola Keuangan.
Cetakan Pertama. Dee Publish. Yogyakarta.
Riau, S. D., & Widya, S. D. (2021). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Picture
And Picture Terhadap Prestasi Siswa Agama Buddha Kelas Empat (IV) Di
Sekolah Dasar Bodhisattva Bandar Lampung Tahun Ajaran 2010/2011.
Prosiding Ilmu Agama dan Pendidikan Agama Buddha, 2(1).
Siagian, A. O., Nufus, K., Yusuf, N. A., Supratikta, H., Maddinsyah, A., Muchtar, A., ... &
Wijoyo, H. (2020). A Systematic Literature Review of Education Financing
Model in Indonesian School. Systematic Reviews in Pharmacy, 11(10).
Sugiyono. 2020. Metode penelitian kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Cetakan ke-2.
Alfabeta. Bandung.

102
Jurnal Manjusri Vol. 1, No. 2, April 2022

Susilo, A., Setiawan, P., & Wijoyo, H. Karakter Siswa Terhadap Motivasi Belajar
Dalam Perspektif Agama Buddha Pada SMA Pangudi Luhur Bandar
Lampung Article Sidebar.
Sutta Central. 2012. 177. Vaṇijjāsutta. https://legacy.suttacentral.net/pi/an5.177.
Diakses tanggal 10 September 2021.
Sutta Central. 2012. Digha Nikaya 31. Sigala Sutta.
https://legacy.suttacentral.net/id/dn31. Diakses tanggal 10 September
2021.
Wijoyo, H. (2021). Administrasi Pendidikan. Insan Cendekia Mandiri.
Wijoyo, U. H. Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Minat Anak terhadap Agama
Buddha.

103

You might also like