You are on page 1of 10

PENDAHULUAN

Makalah ini membahas ontologi, epistemologi, dan aksiologi studi pariwisata, atau,
dengan kata lain, bagaimana kita memahami apa bidang itu, apa yang membuat kita menerima
hal-hal tertentu sebagai pengetahuan yang benar. Makalah ini berfokus pada sejumlah paradigma
teoretis yang dapat digunakan untuk menginformasikan penelitian di bidang manajemen
pariwisata sejarah perkotaan. Studi pariwisata, dipelajari secara terpisah ataupun sebagai bagian
dari cabang akademik yang lebih besar, dapat berfungsi sebagai bidang studi bagi akademisi,
genre akademik untuk penelitian, dan, yang paling penting, praktik yang bertujuan untuk
meningkatkan dan memperkaya komunitas di mana mereka terjadi. Dalam makalah ini, kami
akan mengacu pada studi pariwisata, terlepas dari kenyataan bahwa sub-bidang ini memiliki
bentuk yang beragam dan diajarkan secara mandiri di beberapa institusi.

Makalah ini dibagi menjadi lima bagian untuk mengejar tujuan berikut: pendahuluan;
refleksi tentang implementasi ontology ilmu pariwisata; epistemology ilmu pariwisata; dan
diskusi tentang implementasi aksiologi ilmu pariwisata; dan kata penutup. Ontologi,
epistemologi, dan aksiologi adalah dasar untuk bagaimana kita, sebagai individu, memahami
dunia tempat kita hidup, bagaimana kita membuat keputusan tentang kebenaran, dan apa yang
kita anggap berharga bagi kita secara individu dan bagi masyarakat secara keseluruhan (Aliyu &
Adamu, 2015). Kami akan mulai dengan mengklarifikasi arti dari kata-kata tersebut bersama-
sama, kemudian masuk ke setiap pengertian dan implementasinya dalam studi pariwisata.

Ontologi, atau studi tentang keberadaan, menetapkan kerangka kerja di mana kita,
sebagai orang dan anggota masyarakat, memahami dunia tempat kita tinggal. Kekuatan ontologi
adalah bahwa ia memberi kita kunci untuk membuka cara realitas dipahami dengan mempelajari
keberadaan aktual hal-hal, substansi, konsepsi, pengalaman, dan kata-kata — dengan kata lain,
segalanya (Glattfelder, 2019). Dalam masyarakat rasionalis kita, epistemologi, atau studi tentang
pengetahuan, diberi bobot lebih karena mencoba menjelaskan mengapa kita secara kolektif
menentukan hal-hal tertentu benar dan yang lain tidak (Goldman & O’Connor, 2001). Pada
semua fase kehidupan, sains dan interpretasi temuan ilmiah mengubah perilaku masyarakat.
Misalnya, "merokok itu buruk bagi kesehatan Anda" dan "menggunakan bahan bakar fosil
membahayakan lingkungan kita" disajikan sebagai kebenaran ilmiah yang dapat diterima atau
ditolak berdasarkan argumen kuat yang mengklaim mewakili pengetahuan. Aksiologi, atau studi
tentang nilai, adalah aliran filosofis dari ketiganya yang paling sedikit mendapat perhatian,
meskipun faktanya sangat terkait dengan perilaku kita sehari-hari (Danaher, 2021). Nilai sesuatu
dapat dilihat sebagai memiliki fitur intrinsik, yang membuatnya berharga dalam dan dari dirinya
sendiri, atau sifat ekstrinsik, yang membuatnya berharga demi sesuatu yang lain.

ONTOLOGI ILMU PARIWISATA

Ontologi secara bahasa yunani terdiri dari dua kata yaitu on : being, dan logos; logic
sehingga ontologi ialah teori tentang keberadaan sebagai keberadaan atau dapat dikatakan
sebagai ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, berbentuk jasmani, konkret maupun
rohani/abstrak. Ontologi dalam penerapannya membahas tentang apa yang ingin kita ketahui,
seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain suatu pengkajian mengenai tentang
“ada”. Apabila kita jabarkan bahwa ontologi merupakan suatu ilmu yang merupakan
pembahasan dalam rangka untuk mencari atau mendapatkan hakekat sesuatu, sesuatu tersebut
sering dipertanyakan kembali ‘sesuatu’ apa? Atau sesuatu yang manakah? Yaitu sesuatu apa
saja, baik berbentuk benda materi atau non-materi atau sering disebut dengan istilah abstrak
(Dasuki, 2019). Dalam suatu penelitian ilmu ontologi yang mempertanyakan tentang apa atau
hakekatnya mencari sesuatu maka hal tersebut menjadi dasar untuk menjadi tujuan dari suatu
penelitian.

Tujuan dari penelitian - Studi Kasus: Upaya revitalisasi Kota Tua di Jakarta.

Kota Tua Jakarta merupakan salah satu kawasan yang memiliki nilai kesejahteraan yang
tinggi di Provinsi DKI Jakarta. Kota Tua Jakarta merupakan sebuah contoh tipologi kota kolonial
yang dapat dilihat dari sisa artefak yang ada dan struktur ruang kotanya. Seiring dengan
perkembangan zaman, nilai sejarah di kawasan ini semakin terancam akibat perkembangan kota
secara keseluruhan yang tak terencana dengan baik. Menanggapi hal tersebut telah banyak upaya
yang dilakukan untuk melestarikan kawasan ini yang pernah menjadi pusat pemerintahan dan
kegiatan ekonomi di Hindia Belanda itu. Beberapa upaya yang dilakukan yaitu berupa
revitalisasi yang dimulai sejak tahun 2006 namun hingga saat ini upaya tersebut belum
terselesaikan. Belum selesainya revitalisasi disebabkan oleh kebijakan dan rencana revitalisasi
yang ada seringkali bersifat sektoral, sehingga tidak saling mendukung bagi pengembangan
kawasan tersebut. Pada tahun 2014 dilakukannya lagi revitalisasi yang diupayakan dapat
diselesaikan dalam kurun waktu dua tahun. Dari pembangunan tersebut terdapat lima gedung
yang sudah diperbaiki. Tetapi dalam proses revitalisasi strategi yang digunakan belumlah
optimal hal tersebut disebabkan masih rendahnya komitmen antar pemangku kepentingan
pemerintah, swasta dan masyarakat. Sehingga dalam melakukan revitalisasi Kota Tua Jakarta
perlu kerjasama yang baik dari ketiga kepentingan tersebut. Selain itu perlu adanya penyusunan
ulang secara strategis (Renstra) terkait revitalisasi Kota Tua Jakarta yang diidentifikasikan dari
kondisi terbaru yang ada. Dengan adanya rencana strategis revitalisasi Kota Tua Jakarta akan
menjadikan pelaksanaan revitalisasi dapat segera selesai dan tepat sasaran.

Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memberikan pemahaman mengenai
penyusunan rencana strategis terkait revitalisasi Kota Tua Jakarta yang diharapkan dapat
meningkatkan dan menyukseskan revitalisasi secara menyeluruh di Kota Tua Jakarta, sebagai
upaya untuk menghidupkan kawasan kota tua secara menyeluruh. Serta untuk dapat mewujudkan
Kota Tua Jakarta sebagai Ikon Warisan Dunia dari UNESCO pada tahu 2017. Dalam
mewujudkan tujuan tersebut maka dilakukan beberapa perumusan sasaran yaitu:

1. Identifikasi eksisting Kota Tua Jakarta


2. Identifikasi upaya revitalisasi Kota Tua Jakarta yang pernah dilakukan sebelumnya
3. Identifikasi permasalahan yang dihadapi
4. Identifikasi SWOT (IFAS dan EFAS)
5. Analisis SWOT
6. Rencana strategis dan program revitalisasi Kota Tua Jakarta

EPISTIMOLOGI ILMU PARIWISATA

Epsitimologi merupakan keberlanjutan dari ilmu ontologi. Epistimologi adalah cara


mendapatkan pengetahuan yang benar karena pada dasarnya epistimologi merupakan teori
pengetahuan, pada proses pencarian epistimologi atau teori suatu pengetahuan yang sedang
diamati dan dicari, biasanya didasarkan atas pertimbangan sikap skeptis, karena dengan sikap
ragu itulah seseorang akan mencari tahu tentang berbagai hal yang melingkupinya, maka dari
sinilah kemudian lahir berbagai pengetahuan baru yang tergali tentang sesuatu tersebut (Dasuki,
2019). Sehingga dalam suatu penelitian ilmu epistimologi dapat dilihat pada bagian teori yang
digunakan dalam penelitian tersebut.
Teori dari penelitian - Studi Kasus: Upaya revitalisasi Kota Tua di Jakarta.

Dalam menjawab suatu tujuan dalam penelitian maka diperlukan sebuah teori atau
bahkan nantinya dalam penelitian tersebut akan menghasilkan sebuah teori. Pada penelitian ini
menggunakan teori perencanaan strategis (strategic planning). Menurut Tjokroamidjojo
perencanaan merupakan suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya (maximum
output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif. Selanjutnya dapat
dikatakan bahwa perencanaan merupakan penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan
dilakukan, bagaimana, bilamana, dan oleh siapa. Sedangkan strategi adalah suatu cara yang
dilakukan oleh seseorang atau suatu organisasi untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan
dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki. Sedangkan Menurut Habitat perencanaan
strategis merupakan proses pengambilan keputusan yang sistematis yang berfokus pada isu
pembangunan penting dan bagaimana menyelesaikannya. Strategic planning mempunyai
kerangka berpikir yaitu pendekatan penentuan prioritas, menentukan pilihan yang bijaksana dan
alokasi sumberdaya. Prinsip perencanaan strategis yaitu mengkaji: dimana kita berada sekarang,
kemana kita akan pergi, bagaimana kita mencapai kesana, dan bagaimana kita tahu kapan kita
mencapainya.

Berdasarkan beberapa ciri diatas, maka dapat diketahui bahwa perencanaan strategis
memiliki penilaian lebih pada faktor internal dan eksternal yang dapat diketahui melalui analisis
SWOT. Perencanaan strategis memiliki 8 (delapan) tahapan, yaitu:

1. Formulasi visi dan misi


2. Analisis tujuan dan strategi saat ini
3. Analisis lingkungan
4. Analisis sumberdaya
5. Identifikasi kesempatan strategis
6. Pengambilan keputusan strategis
7. Pelaksanaan strategi
8. Evaluasi dan pengendalian strategi

Analisis SWOT merupakan sebuah akronim dari huruf awalnya yaitu Strenght
(kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (kesempatan), dan Threarts (ancaman).
Analisis SWOT merupakan instrument yang bermanfaat dalam melakukan perencanaan strategis.
Selain itu analisis ini berperan sebagai alat untuk meminimalisir kelemahan yang terdapat dalam
suatu perusahaan atau organisasi serta menekan dampak ancaman yang timbul dan harus
dihadapi.

AKSIOLOGI ILMU PARIWISATA

Aksiologi membahas tujuan atau sasaran yang hendak dicapai, tentang nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Dengan membahas ketiga unsur ini
manusia akan mengerti apa hakikat ilmu itu. Tanpa hakikat ilmu yang sebenarnya, maka manusia
tidak akan dapat menghargai ilmu sebagaimana mestinya. Ilmu pariwisata telah memberikan
manfaat bagi kesejahteraan umat manusia. Perjalanan dan pergerakan wisatawan adalah salah
satu bentuk kegiatan dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang beragam, baik
dalam bentuk pengalaman, pencerahan, penyegaran fisik dan psikis maupun dalam bentuk
aktualisasi diri. (Utama, 2021)

Penerapan dan Manfaat dari Penelitian - Studi Kasus: Upaya revitalisasi Kota Tua di
Jakarta.

 Definisi Revitalisasi

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2010 tentang Pedoman


Revitalisasi Kawasan, revitalisasi adalah upaya untuk meningkatkan nilai lahan atau kawasan
melalui pembangunan kembali dalam suatu kawasan yang dapat meningkatkan fungsi kawasan
sebelumnya. Pelestarian adalah kegiatan perawatan, pemugaran, serta pemeliharaan bangunan
gedung dan lingkungannya untuk mengembalikan keandalan bangunan tersebut sesuai dengan
aslinya atau sesuai dengan keadaan menurut periode yang dikehendaki.

Menurut Kimpraswil (2002), revitalisasi adalah serangkaian upaya menghidupkan


kembali kawasan yang cenderung mati, meningkatkan nilai-nilai vitalitas yang strategis dan
signifikan dari kawasan yang mempunyai potensi atau mengendalikan kawasan yang cenderung
kacau.

Menurut Antariksa (2009), revitalisasi merupakan pemberdayaan daerah dalam usaha


menghidupkan kembali aktivitas perkotaan dan vitalitas kawasan untuk mewujudkan kawasan
layak huni (livable), mempunyai daya saing pertumbuhan dan stabilitas ekonomi lokal,
berkeadilan sosial, berwawasan budaya serta terintegrasi dalam kesatuan sistem kota.

Menurut Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 36 Tahun 2014 tentang Rencana Induk
Revitalisasi Kota Tua, revitalisasi adalah kegiatan pengembangan yang ditujukan untuk
menumbuhkan kembali nilai-nilai penting Cagar Budaya dengan penyesuaian fungsi ruang baru
yang tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilai budaya masyarakat.

 Upaya Revitalisasi Kota Tua Jakarta yang Pernah Dilakukan

Menurut Budhiman (2014), revitalisasi Kota Tua Jakarta sesungguhnya sudah dimulai
sejak tahun 1970 sebagai tindak lanjut diterbitkannya SK Gubernur Cd.3/1/ 1970 Tentang
Pernyataan Daerah Taman Fatahillah Sebagai Daerah Dibawah Pemugaran. Pelaksanaan fisik
revitalisasinya baru bisa dikerjakan pada tahun 1973 karena membutuhkan pengkajian dan
sosialisasi.

Pekerjaan fisik dalam revitalisasi tahun 1973 yang cukup signifikan adalah mengubah
Terminal Bus menjadi Taman Fatahillah, mengubah Markas KODIM menjadi sebuah Meseum
besar, normalisasi sungai Kalibesar, dan peningkatan sarana dan prasarana. Yang cukup menarik
adalah diselenggarakannnya ekskavasi arkeologi untuk meneliti keberadaan air mancur sebelum
dibuat replikanya. Sayang pada saat itu tidak dilakukan penelitian arkeologi secara menyeluruh
pada areal Taman Fatahillah.

Hasil revitalisasi tahun 1973 hanya bisa dinikmati oleh publik pada sepuluh tahun
pertama. Waktu selebihnya terjadi penurunan kualitas lingkungan akibat banyaknya volume
kendaraan yang lewat,yang bukan menuju Kota Tua. Minat orang ke Kota Tua tidak sebanyak
sebelumnya terbukti dari kurangnya pengunjung museum yang ada disitu.

Kondisi lingkungan Kota Tua menurun semakin berlarut. Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta tidak tinggal diam. Segera melakukan revitalisasi jilid kedua yang dicanangkan pada
akhir tahun 2005. Sedangkan pelaksaan revitalisasi fisiknya baru kerjakan pada tahun 2006.
Lingkup pekerjaan hampir sama dengan revitalisasi tahun 1973. Fungsi Taman Fatahillah diubah
menjadi semacam Plaza dengan menghilangkan batas-batas jalan mobil. Jalan Mobil diubah
menjadi pedestrian dengan mengganti permukaan aspalnya dengan batu andesit. Tujuannya
adalah menciptakan kenyamanan para pengunjung. Hasilnya cukup mencengangkan. Plaza ini
banyak dikunjungi, setiap harinya hampir 1500-2000 pengunjung hingga malam.

Hingga kini pekerjaan fisik masih berlangsung, tertutama penataaan Jalan Kalibesar
Timur dan Barat. Tahun depan tidak ada alokasi anggaran yang bersifat fisik. Anggaran yang
tersedia lebih diarahkan bagaimana menghidupkan Kota Tua dengan penyenggaraan kegiatan
event untuk menciptakan keramaian publik yang permanen. Diharapkan, dengan adanya
keramaian publik bisa memancing kepercayaan investor untuk menginvenstasi revitalisasi
bangunan-bangunan kosong yang ada disekitar Taman fatahillah dan Kalibesar.

 Tujuan dan Sasaran Revitalisasi

Berikut merupakan tujuan dan sasaran revitalisasi berdasarkan Permen PU Nomor


18/PRT/M/2010 tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan:

o Tujuan revitalisasi kawasan Meningkatkan vitalitas kawasan terbangun melalui


intervensi perkotaan yang mampu menciptakan pertumbuhan dan stabilitas
ekonomi lokal, terintegrasi dengan sistem kota, layak huni, berkeadilan sosial,
berwawasan budaya dan lingkungan.
o Sasaran revitalisasi kawasan:
1. Meningkatnya stabilitas ekonomi kawasan melalui intervensi.
2. Mengembangkan penciptaan iklim yang kondusif bagi kontinuitas dan
kepastian usaha.
3. Meningkatnya nilai properti kawasan dengan mereduksi berbagai faktor
eksternal yang menghambat sebuah kawasan sehingga nilai properti
kawasan sesuai dengan nilai pasar dan kondusif bagi investasi jangka
panjang.
4. Terintegrasinya kantong-kantong kawasan kumuh yang terisolir dengan
sistem kota dari segi spasial, prasarana, sarana serta kegiatan ekonomi,
sosial dan budaya.
5. Meningkatnya kuantitas dan kualitas prasarana lingkungan seperti jalan
dan jembatan, air bersih, drainase, sanitasi dan persampahan, serta sarana
kawasan seperti pasar, ruang untuk industri, ruang ekonomi informal dan
formal, fasilitas sosial dan budaya, dan sarana transportasi.
6. Meningkatnya kelengkapan fasilitas kenyamanan (amenity) kawasan guna
mencegah proses kerusakan ekologi lingkungan.
7. Terciptanya pelestarian aset warisan budaya perkotaan dengan mencegah
terjadinya "perusakan diri-sendiri’ (self- destruction) dan "perusakan
akibat kreasi baru" (creative-destruction), melestarikan tipe dan bentuk
kawasan, serta mendorong kesinambungan dan tumbuhnya tradisi sosial
dan budaya lokal.
8. Penguatan kelembagaan yang mampu mengelola, memelihara dan
merawat kawasan revitalisasi.
9. Penguatan kelembagaan yang meliputi pengembangan SDM,
kelembagaan dan peraturan/ ketentuan perundang-undangan.
10. Membangun kesadaran dan meningkatkan kompetensi Pemda agar tidak
hanya fokus membangun kawasan baru.
 Manfaat Penelitian Upaya Revitalisasi Kota Tua Jakarta
a) Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diharapkan adalah, seluruh tahapan penelitian serta hasil penelitian
yang diperoleh dapat memperluas wawasan dan sekaligus memperoleh pengetahuan empirik
mengenai Kawasan kota tua, yang menunjukkan fakta bahwa sebagai kawasan yang terletak di
pusat kota yang menjadi cikal bakal kota Jakarta yang sebagian aktivitas kawasannya ditinjau
dari aspek fisik bangunan dan kawasan, sosial, budaya dan perekonomian yang sebagian masih
bertahan dengan citra kawasan yang tercipta sekarang dengan perkembangan kotanya. Ciri-ciri
yang tampak adalah adanya aktivitas para pelaku di kawasan tersebut dengan style dan gaya
terkini, bergeser dari fungsi awal kawasan tersebut, begitu pula dengan beberapa bangunan-
bangunan di kawasan ini harus terevitalisasi dengan fungsiyang dibutuhkan oleh masyarakat kota
sekarang. Upaya revitalisasi dilakukan untuk menjadikan kembali kawasan Kota tua sebagai
kawasan yang responsif terhadap perkembangan kota,dan bisa dimanfaatkan juga untuk
menaikkan nilai-nilai kelayakan visual yang terdapat di dalamnya tetapi juga dapat
mempertahankan sifatnya sebagai kawasan ekonomi dan perdagangan.
b) Manfaat Akademis

Manfaat Akademis dalam penelitian ini adalah, hasilnya dapat dijadikan sebagai rujukan
dan media referensi bagi para akademisi berikutnya yang ingin melakukan kajian yang sama
terkait dengan bagaimana upaya revitalisasi bagi DTW di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Aliyu, A. A., & Adamu, H. (2015). ONTOLOGY, EPISTEMOLOGY AND AXIOLOGY IN


QUANTITATIVE AND QUALITATIVE RESEARCH: ELUCIDATION OF THE RESEARCH
PHILOSOPHICAL MISCONCEPTION Investigation of Effects of Chemical Composition of
Charcoal on Combustion and Emission View project FRAMEWORK OF THE EXISTING
PATTERNS OF RESIDENTIAL SEGREGATION AND HOUSING QUALITY IN NIGERIA View
project. https://www.researchgate.net/publication/318721927
Danaher, J. (2021). Axiological futurism: The systematic study of the future of values. Futures, 132.
https://doi.org/10.1016/j.futures.2021.102780
Dasuki, Mohammad Ramdon, 2019. Tiga Aspek Utama dalam Kajian Filsafat Ilmu; Ontologi,
Epistimologi dan Akseologi. Diakses 12 April 2022 pada
http://openjournal.unpam.ac.id/index.php/Proceedings/article/view/4056/3095
Glattfelder, J. B. (2019). The Consciousness of Reality (pp. 515–595). https://doi.org/10.1007/978-3-
030-03633-1_14
Goldman, A., & O’Connor, C. (2001). Social Epistemology (Stanford Encyclopedia of Philosophy).
Stanford Encyclopedia of Philosophy. https://plato.stanford.edu/entries/epistemology-social/
 

You might also like