You are on page 1of 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KEBUDAYAAN
a. Pengertiaan Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi, dan akal manusia.

Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin
Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah
tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam
bahasa Indonesia.

Pengertian Kebudayaan secara umum adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks yang mencakup pengetahuan,
keyakinan, seni, susila, hukum adat serta setiap kecakapan, dan kebiasaan.

Bisa juga diartikan sebagai segala hal yang kompleks, yang di dalamnya berisikan
kesenian, kepercayaan, pengetahuan, hukum, moral, adat istiadat serta keahlian
ataupun ciri khas lainnya yang diperoleh individu sebagai anggota dalam suatu
masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan


adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide
atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-
hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh


manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda yang
bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang semuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

 Pengertian Kebudayaan Menurut Para Ahli


Menurut Koentjaraningrat
Pengertian kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil yang
harus didapatkannya dengan belajar dan semua itu tersusun dalam kehidupan
masyarakat.
Menurut Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara berarti buah budi manusia adalah hasil
perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan
masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi
berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soenardi


Merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, cipta, dan rasa masyarakat.
Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau
kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk
menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk
keperluan masyarakat.

Menurut Dr. Mohammad Hatta


Pengertian Kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa.

Menurut KBBI
1) Hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan,
kesenian, dan adat istiadat; 2) Antar keseluruhan pengetahuan manusia sebagai
makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta
pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya.

b. Tujuan Kebudayaan

Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat.
Berbagai macam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggotanya
seperti kekuatan alam, maupun kekuatan-kekuatan lainnya di dalam masyarakat itu
sendiri tidak selalu baik baginya. Selain itu, manusia dan masyarakat memerlukan
juga kepuasaan, baik di bidang spiritual maupun materiil. Kebutuhan-kebutuhan
masyarakat tersebut di atas unutk sebagai besar dipenuhi oleh kebudayaan yang
bersumber pada masyarakat itu sendiri. Dikatakan sebagian besar karena kemampuan
manusia terbatas, sehingga kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil
ciptaannya juga terbatas di dalam memenuhi segala kebutuhan.

Fungsi kebudayaan pada hakikatnya adalah untuk mengatur agar manusia dapat
mengerti satu sama lainnya, bagaimana manusia bertindak dan bagaimana manusia
itu berbuat untuk kebaikan bersama. Jadi pada initinya kebudayaan ini sebagai
cerminan kehidupan manusia, jika suatu masyarakat memegang teguh kebudayaannya
maka akan tercipta kehidupan yang harmonis.

c. Unsur-unsur Kebudayaan
Kluckhon dalam bukunya yang berjudul Universal Categories of Culture membagi
kebudayaan yang ditemukan pada semua bangsa di dunia dari sistem kebudayaan
yang sederhana seperti masyarakat pedesaan hingga sistem kebudayaan yang
kompleks seperti masyarakat perkotaan. Kluckhon membagi sistem kebudayaan
menjadi tujuh unsur kebudayaan universal atau disebut dengan kultural universal.
Menurut Koentjaraningrat, istilah universal menunjukkan bahwa unsur-unsur
kebudayaan bersifat universal dan dapat ditemukan di dalam kebudayaan semua
bangsa yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut
adalah :

1. Sistem Bahasa
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk
berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi
mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing,
kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman
tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya
kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian,
bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.

Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara


lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri
terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta
variasivariasi dari bahasa itu. Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut
dapat diuraikan dengan cara membandingkannya dalam klasifikasi bahasa-bahasa
sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga dan subkeluarga. Menurut
Koentjaraningrat menentukan batas daerah penyebaran suatu bahasa tidak mudah
karena daerah perbatasan tempat tinggal individu merupakan tempat yang sangat
intensif dalam berinteraksi sehingga proses saling memengaruhi perkembangan
bahasa sering terjadi.

2. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup
dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide
manusia. Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan
manusia tentang berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya
Masyarakat pedesaan yang hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender
pertanian tradisional yang disebut system pranatamangsa yang sejak dahulu telah
digunakan oleh nenek moyang untuk menjalankan aktivitas pertaniannya. Menurut
Marsono, pranatamangsa dalam masyarakat Jawa sudah digunakan sejak lebih dari
2000 tahun yang lalu. Sistem pranatamangsa digunakan untuk menentukan kaitan
antara tingkat curah hujan dengan kemarau. Melalui sistem ini para petani akan
mengetahui kapan saat mulai mengolah tanah, saat menanam, dan saat memanen hasil
pertaniannya karena semua aktivitas pertaniannya didasarkan pada siklus peristiwa
alam. Sedangkan Masyarakat daerah pesisir pantai yang bekerja sebagai nelayan
menggantungkan hidupnya dari laut sehingga mereka harus mengetahui kondisi laut
untuk menentukan saat yang baik untuk menangkap ikan di laut. Pengetahuan tentang
kondisi laut tersebut diperoleh melalui tanda-tanda atau letak gugusan bintang di
langit

Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak
mengetahui dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu
sungai. Selain itu, manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui
dengan teliti ciriciri bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat
tersebut. Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang
alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya.
Menurut Koentjaraningrat, setiap suku bangsa di dunia memiliki pengetahuan
mengenai, antara lain:

a. alam sekitarnya;
b. tumbuhan yang tumbuh di sekitar daerah tempat tinggalnya;
c. binatang yang hidup di daerah tempat tinggalnya;
d zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya;
e. tubuh manusia;
f. sifat-sifat dan tingkah laku manusia;
g. ruang dan waktu.

3. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial


Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi social merupakan usaha
antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui
berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat
kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam
kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari.
Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti
yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam
tingkatantingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi social dalam
kehidupannya.
Kekerabatan berkaitan dengan pengertian tentang perkawinan dalam suatu
masyarakat karena perkawinan merupakan inti atau dasar pembentukan suatu
komunitas atau organisasi sosial.

4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi


Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan
selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog
dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai
suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan
bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur
kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan
kebudayaan fisik.

5. Sistem Ekonomi/Mata Pencaharian Hidup


Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian
penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji
bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem
perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada
masyarakat tradisional, antara lain
a. berburu dan meramu;
b. beternak;
c. bercocok tanam di ladang;
d. menangkap ikan;
e. bercocok tanam menetap dengan sistem irigasi.

Pada saat ini hanya sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi suatu masyarakat
yang berbasiskan pada sektor pertanian. Artinya, pengelolaan sumber daya alam
secara langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam sektor pertanian
hanya bisa ditemukan di daerah pedesaan yang relatif belum terpengaruh oleh arus
modernisasi.

Pada saat ini pekerjaan sebagai karyawan kantor menjadi sumber penghasilan utama
dalam mencari nafkah. Setelah berkembangnya sistem industri mengubah pola hidup
manusia untuk tidak mengandalkan mata pencaharian hidupnya dari subsistensi hasil
produksi pertaniannya. Di dalam masyarakat industri, seseorang mengandalkan
pendidikan dan keterampilannya dalam mencari pekerjaan.

6. Sistem Religi
Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam
masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu
kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan
mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari
hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut.

Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab


lahirnya asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-
suku bangsa di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh
seluruh umat manusia pada zaman dahulu ketika kebudayaan
mereka masih primitif.

7. Kesenian
Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai
aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam
penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur
seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni
pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknikteknik dan proses pembuatan
benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti
perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat.

Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni
lukis, dan seni rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan
seni sastra terdiri atas prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari,
yakni seni yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran maupun penglihatan.
Jenis seni tradisional adalah wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan
seni modern adalah film, lagu, dan koreografi.

d. Bentuk Kebudayaan
Kebudayaan dibagi menjadi dua bentuk, yakni :
1. Kebudayaan materi
Kebudayaan materi terdiri atas benda-benda hasil karya dari suatu kebudayaan yang
meliputi segala sesuatu yang diciptakan dan digunakan oleh manusia dan mempunyai
bentuk yang dapat dilihat dan diraba yang memiliki nilai lisan.
Contoh : Rumah, pakaian, mobil, kapal, gedung, dan peesawat televisi

Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak
bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan
ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak)
manusia. Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-
hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan.
2. Kebudayaan Non Materi
Kebudayaan non materi terdiri dari kata-kata yang dipergunakan orang, hasil
pemikiran adat istiadat, keyakinan, dan kebiasaan yang diikuti anggota masyarakat.
Norma-norma dan adat istiadat.
Contoh : berbagai norma yang mengatur prilaku manusia (norma agama,norma
hukum, norma kesopanan, dan norma kesusilaan)

e. Sistem Budaya dan Sistem Sosial


 Sistem Budaya :
Kebudayaan sebagai suatu sistem berisi komponen-komponen budaya. Komponen-
komponen tersebut dapat dibedakan menjadi unsur-unsur cultural universal, culture
activities, trait komplexes, traits. Merupakan komponen yang abstrak dari kebudayaan
terdiri dari pikiran-pikiran, gagasan-gagasan, konsep-konsep, tema-tema berpikir, dan
keyakinan-keyakinan. Dengan demikian sistem budaya adalah bagian dari kebudayaan
yang dalam bahasa Indonesia lebih lazim disebut Adat-Istiadat.
Adat – istiadat : ada sistem nilai budayanya, sistem normanya, yang secara lebih
khusus lagi dapat diperinci ke dalam berbagai macam norma menurut pranata-pranata
yang ada dalam masyarakat. ( Pranata : sistem norma atau aturan-aturan yang
mengenai suatu aktivitas masyarakat yang khusus, sedangkan lembaga atau institut
adalah badan atau organisasi yang melaksanakan aktivitas itu.)

Fungsi dari sistem nilai budaya adalah :


1. Pedoman dan pendorong kelakuan manusia dalam hidup;
2. Mendorong timbulnya pola-pola cara berpikir
3. Sebagai salah satu sistem tata kelakuan yang tertinggi diantara yang lain, seperti
hukum adat, aturan sopan santun, dsb.

Suatu contoh dari suatu unsur nilai budaya yang biasa merintangi pembangunan di
bidang kesehatan :
“Seorang bidan hanya menilai baik program yang yang sudah berjalan, tetapi
meremehkan peninjauan terhadap masa depan”.
Suatu nilai budaya serupa itu hanya akan merindukan saja masa kejayaan yang
lampau, tanpa mencoba mencapai pengertian tentang masa kejayaan tadi, tak kan
mendorong usaha perencanaan sampai sejauh mungkin ke depan berdasarkan atas
data-data yang dikumpulkan secara seksama.

 Sistem sosial
Suatu sistem yang sudah distabilisasikan dan merupakan hasil dari hubungan antara
struktur sosial dan sistem kebudayaan.
Terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia atau tindakan-tindakan dan tingkah laku
berinteraksi antar – individu dalam rangka kehidupan masyarakat. ( Lebih konkret
dan nyata dari sistem budaya).
Pendekatan struktural-fungsional memandang masyarakat sebagai suatu sistem yang
secara fungsional terintegrasi ke dalam suatu bentuk keseimbangan, sehingga sering
disebut pula pendekatan tertib sosial, pendekatan integrasi atau pendekatan
keseimbangan.
Asumsi dasar dari pendekatan struktural fungsional adalah :
1. Masyarakat harus dilihat sebagai suatu sistem dari suatu sistem daripada bagian-
bagian yang salaing berhubungan satu sama lain.
2. Hubungan antara setiap bagian adalah bersifat saling mempengaruhi dan timbal
balik
3. Sistem sosial cenderung bergerak ke arah keseimbangan yang bersifat dinamis,
artinya menanggapi perubahan-perubahan yang datang dari luar dengan memelihara
perubahan yang terjadi agar perubahannya terjadi secara minimal. Meskipun
menyadari bahwa integrasi sosial tidak mungkin tercapai secara sempurna.
4. Sistem sosial selalu mengarah ke integrasi sosial, melalui penyesuian ketegangan –
ketegangan dan proses institusionalisasi.

f. Jenis-jenis Kebudayaan di Indonesia


Kebudayaan berdasarkan sifatnya
A. Kebudayaan Subjektif adalah faktor nilai, idealisme, dan perasaan yang bila
disimpulakan dapat disebut sebagai sebuah faktor batin dalam kebudayaan.
B. Kebudayaan Objektif adalah faktor lahiriah dari sebuah kebudayaan, yang
berupa teknik pengajaran, lembaga sosial, seni rupa, seni suara, seni sastra, upacara
budi bahasa.

Kebudayaan berdasarkan wujudnya


A. Kebudayaan Material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata,
konkret. Yang termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang
dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mankuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan
seterusnya. Kebudayaan material juga mencangkup barang-barang seperti televisi,
pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
B. Kebudayaan Imaterial adalah ciptaan-ciptaaan abstrak yang diwariskan dari
generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu-lagu tarian
tradisional.

Kebudayaan berdasarkan lingkup persebarannya


A. Kebudayaan Daerah bukan hanya terungkap dari bentuk dan pernyataan rasa
keindahan melalui kesenian belaka, tetapi termasuk segala bentuk, dan cara-cara
berperilaku, bertindak, serta pola pikiran yang berada jauh dibelakang apa yang
tampak tersebut. Wilayah administrasi tertentu , menurut Judistira bisa merupakan
wilayah budaya daerah itu meliputi beberapa wilayah administratif, ataupun di suatu
wilayah administratif akan terdiri dari bagian-bagian suatu budaya daerah. Wilayah
administratif atau demografi pada dasarnya menjadi batas budaya lokal dalam
definisinya, namun pada perkembangan dewasa ini, dimana arus urbanisasi dan atau
persebaran penduduk yang cenderung tidak merata, menjadi sebuah persoalan yang
mengikis definisi tersebut.
B. Kebudayaan Lokal adalah tergantung pada aspek ruang, biasanya ini bisa
dianalisis pada ruang perkotaan dimana hadir berbagai budaya lokal atau daerag yang
dibawa setiap pendatang , namun ada budaya dominan yang berkembang yaitu
misalnya budaya lokal yang ada di kota atau tempat tersebut. Definisi Jakobus itu
seirama dengan pandangan Koentjaraningrat (2000). Koentjaraningrat memandang
budaya lokal terkai dengan istilah suku bangsa, dimana menurutnya, suku bangsa
sendiri adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan
kesatuan kebudayaan. Dalam hal ini unsur bahasa adalah ciri khasnya.
C. Kebudayaan Nasional adalah akumulasi dari budaya daerah. Terdapat berbagai
budaya nasional dengan berbagai macam wujudnya. Wujud dari budaya nasional bisa
dilihat secara umum. Jika diperhatikan dengan jelas, maka terdapat persebaran besar
antara kebudayaan di suatu daerah dengan daerah yang lain. Nmanum keragaman
budaya inilah yang menjadi jati diri bangsa Indonesia. Berikut persebaran budaya
nasional dan bentuknya:
1. Rumah Adat
Rumah adat merupakan rumah khas yang terdapat di masing-masing daerah
(provinsi). Antara provinsi yang satu beda dengan provinsi yang lain. Misalnya
rumah Aceh bedadengan rumah balai batak toba di Sumatra Utara dari segi bentuk
dan arsitekturnya.
2. Upacara Adat
Upacara adat merupakan jenis trafisi yang turun temurun dilaksanakan secara teratur
dan tertib menurut ada kebiasaan masyarakat dalam bentuk suatu rangkaian aktivitas
permohonan sebagai sebagai ungkapan rasa terimakasih. Selain iyu, adat upacara
merupakan perwujudan dari sistem kepercayaan masyarakat yang mempunyai nilai-
nilai universal, bernilai sakral, suci, relijius, dilakukan secara turun temurun, serta
menjadi kekayaan kebudayaan nasional. Bentuk pelaksanaan upacara adat di
Indonesia berbeda antara satu daerah dengan daerah lain. Contonya Aceh (peucicap,
peutron aneuk), Sumatra Barat (tabuik, bajamba), Jawa Barat (seren taun).
3. Tarian tarian
di suatu daerah juga berbeda antara daerah lain di Indonesia. Indinesia sangat kaya
akan tari-tarian. Hal ini dipengaruhi fakta bahwa disuatu daerah tidak hanya terdapat
satu tarian. Contohnya: Aceh terdapat tarian ranup lampau, seudati, saman, dan lain-
lain. Tiap suku di Indonesia memeliki tarian tersendiri.
4. Lagu
Terdapat banyak lagu daerah yang berbeda antara satu daerah dengan yang lain dan
terdapat juga lagu nasional kebangsaan serta lagu-lagu tentang kenegaraan dan
persatuan. Beberapa contoh lagu nasional, garuda pancasila, padamu negeri,
Indonesia raya, gugur bunga, himne guru dan lain-lain.
5. Musik
Identias musik indonesia mulai terbentuk ketika budaya zaman perunggu bermigrasi
kenusantara pada abad ketiga dan kedua sebelum masehi. Musik-musik tradisinonal
umumnya menggunakan instrumen perkusi , teutama gedang dan gong. Bebrapa
perkembangan menjadi musik yang rumit dan betbeda-beda, seperti alat musik
sasando dari pulau rote, angklung dari Jawa Barat, dan musik orkesta gamelan yang
kompleks dari Jawa dan Bali.
6. Pakaian Adat
Pakaian adat di Indonesia juga berbeda antar tiap daerah. Hal ini dipengaruhi oleh
faktor agama dan budaya terdapat di masing-masing daerah. Beberapa contoh: Aceh
(ulee baleng), Sumatra Utara (ulos), bangaka Belitung (kain cual) dan lain-lain.

g. Ciri-ciri Khusus Kebudayaan yang Ada di Indonesia


Keanekaragaman adat istiadat, agama, seni, budaya, dan bahasa yang berkembang
di Indonesia melahirkan adanya kebudayaan nasional dan kebudayaan daerah.
Kebudayaan daerah memiliki ciri khas tersendiri. Namun, secara keseluruhan ciri
khas tersebut mengandung banyak unsur kesamaan yang melahirkan kebudayaan
nasional.

a.Ciri-ciri Kebudayaan Nasional


Kebudayaan nasional adalah kebudayaan seluruh rakyat Indonesia. Merupakan
puncak kebudayaan daerah. Ciri-ciri kebudayaan nasional adalah sebagai berikut:
a) Mengandung unsur budaya daerah yang sifatnya diakui secara nasional.
b) Mencerminkan nilai luhur dan kepribadian bangsa.
c) Merupakan kebanggaan seluruh rakyat Indonesia.
d) Mengandung unsur-unsur yang mempersatukan bangsa.
Contoh kebudayaan nasional antara lain sifat gotong royong, pakaian nasional yaitu
kebaya dan batik, serta bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia. Semuanya itu
menjadi identitas khas bangsa Indonesia. Suatu kebanggaan sebagai bangsa
Indonesia.

b.Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa


Di Era globalisasi yang sedang terjadi seperti sekarang ini , cenderung melebur
semua identitas menjadi satu, yaitu tatanan dunia baru. Masyarakat Indonesia
ditantang untuk makin memperkokoh jatidirinya. Bangsa Indonesia pun dihadapkan
pada problem krisis identitas . faktanya sering kita jumpai masyarakat Indonesia yang
dari segi perilaku sama sekali tidak menampakkan identitas mereka sebagai
masyarakat Indonesia. Padahal bangsa ini mempunyai identitas yang jelas, yang
berbeda dengan kapitalis dan komunis, yaitu PANCASILA.
Maka, seharusnya seluruh perilaku, sikap, dan kepribadian adalah berlandaskan
kepada nilai-nilai Pancasila. Dengan begitu kita bisa menjadi bangsa yang besar tetapi
masyarakat Indonesia tidak menampilkan identitas ini sesungguhnya berarti Pancasila
tidak dilaksanakan dalam berkehidupan di masyarakat, seolah tidak adanya apresiasi
yang dilandaskan jiwa nasionalisme oleh bangsa ini, sungguh ironis.
Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia diwujudkan dalam sikap mental
dan tingkah laku serta amal perbuatan sikap mental. Sikap mental dan tingkah laku
mempunyai cirri khas artinya dapat dibedakan dengan bangsa lain. Ciri khas ini lah
yang dimaksud dengan “KEPRIBADIAN”.
Bangsa indonesia secara jelas dapat dibedakan dari bangsa-bangsa lain. Apabila kita
memperhatikan tiap sila dari pancasila, maka akan tampak dengan jelas bahwa tiap
sila pancasila itu adalahpencerminan dari bangsa kita.terdapat kemungkinan bahwa
tiap tiap sila bersifatUNIVERSAL yang juga dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di
dunia ini, akan tetapi kelima sila yang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan itulah yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
Oleh karena itu yang terpenting adalah bagaimana kita memahami, menghayati dan
mengamalkannya dalam kehidupan. Tanpa ini maka pancasila hanyalah sekedar
rangkaian kata – kata yang tercantum dalam UUD 1945 yang merupakan perumusan
yang beku dan mati serta tidak memiliki arti penting dalam kehidupan bangsa
Indonesia.

B. PERKEMBANGAN SOSIAL BUDAYA


a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Budaya

Penyebab perubahan yang bersumber dari dalam ( internal ) masyarakat antara lain :

 Bertambah dan Berkurangnya Penduduk.


Bertambahnya penduduk yang sangat cepat di pulau Jawa menyebabkan terjadinya perubahan
dalam struktur masyarakat, terutama dalam lembaga - lembaga kemasyarakatannya ( dalam bentuk
aturan / norma sosial ). Berkurangnya penduduk dapat disebabkan karena penduduk berpindah ke
daerah lain. Kondisi ini dapat mengakibatkan kekosongan dalam bidang pembagian kerja dan
stratifikasi sosial, sehingga memepengaruhi lembaga - lembaga kemasyarakatan.
 Penemuan - penemuan baru.
Penemuan-penemuan baru dibedakan dalam pengertian discovery dan invention. Discovery adalah
penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alat, ataupun yang berupa gagasan yang
diciptakan oleh seorang individu atau serangkaian ciptaan para individu. Discovery baru
menjadi invention apabila masyarakat sudah mengakui, menerima serta menerapkan /
menggunakan penemuan baru tersebut; misalnya dalam proses penemuan mobil.

Rangkaian proses penemuan, pengembangan dan persebaran suatu hasil kebudayaan baru
tersebut, serta cara-cara unsur kebudayaan baru tadi diterima, dipelajari dan akhirnya dipakai dalam
masyarakat, dinamakan sebagai innovation ( inovasi). Di dalam kehidupan masyarakat dapat
ditemukan beberapa faktor pendorong untuk memunculkan penemuan-penemuan baru, antara lain:

1. Kesadaran individu-individu akan kekurangan dalam kebudayaan. Adanya sebagian


masyarakat yang menyadari atas kekurangan dalam kebudayaan masyarakatnya namun
tidak mampu memperbaiki kekurangan tersebut, akan berusaha untuk menciptakan
kebudayaan baru.
2. Peningkatan kualitas oleh para ahli dalam suatu kebudayaan. Keinginan untuk
meningkatkan kualitas suatu karya yang biasanya dilandasi rasa kurang puas pada diri para
ahli terhadap hasil suatu karya, merupakan pendorong untuk meneliti dan memungkinkan
lahirnya ciptaan-ciptaan baru
3. Adanya perangsang bagi aktivitas – aktivitas penciptaan dalam masyarakat.

Adanya penghargaan dari masyarakat dalam bentuk tanda jasa, hadiah dan sebagainya terhadap
mereka yang berhasil menciptakan penemuan baru yang bermanfaat bagi masyarakat, menjadi
motivasi untuk meningkatkan kemampuan dalam menghasilkan ciptaan / penemuan baru.

Pengaruh dari suatu penemuan baru, tidak hanya terbatas pada satu bidang tertentu saja, namun
dapat menyebar ke bidang-bidang lainnya :

4. Penemuan Radio, memancarkan pengaruhnya ke berbagai arah dan menyebabkan


terjadinya perubahan-perubahan dalam lembaga kemasyarakatan seperti pendidikan,
agama, pemerintahan, rekreasi dan sebagainya, seperti dapat digambarkan sebagai
berikut :

2. Penemuan Pesawat Terbang memunculkan pengaruh secara menjalar dari satu lembaga


kemasyarakatan ke lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya seperti metode peperangan,
yang kemudian memperdalam perbedaan antara negara-negara besar ( super powers)
dengan negara-negara kecil. Begitu pula dengan penemuan Bom Atom telah merubah
metode perang yang terbatas menjadi tidak terbatas. Pengaruh secara menjalar dapat
digambarkan sebagai berikut:
3. Beberapa jenis penemuan baru dapat pula menyebabkan terjadinya satu jenis perubahan,
seperti penemuan mobil, kereta api dan jalan kereta api, telepon dan sebagainya
menyebabkan semakin banyak tumbuhnya pusat - pusat kehidupan di daerah pinggiran kota
( sub urban ).

Di samping penemuan-penemuan baru di bidang unsur kebudayaan material ( kebendaan ),


terdapat pula penemuan baru di bidang unsur kebudayaan immaterial ( rohaniah). Misalnya dengan
lahirnya ideologi baru, aliran-aliran kepercayaan baru, sistem hukum yang baru dan seterusnya.
Adapun Ogburn dan Nimkoff menamakan penemuan baru dalam hal penciptaan pengelompokan
individu-individu yang baru, atau penciptaan adat-istiadat yang baru, maupun suatu perilaku sosial
yang baru sebagai social invention.

 Pertentangan ( Conflict)
Pertentangan yang terjadi antara individu dengan kelompok maupun antara kelompok dengan
kelompok dapat menjadi penyebab terjadinya perubahan sosial masyarakatnya. Seperti yang sering
terjadi pada masyarakat yang tengah mengalami pergeseran dari masyarakat traditional menuju
masyarakat modern, pertentangan terjadi antara kelompok generasi tua dengan kelompok generasi
muda yang lebih cepat menerima unsur-unsur kebudayaan modern.
 Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi
Terjadinya pemberontakan atau Revolusi dalam sutau pemerintahan negara akan meyebabkan
terjadinya perubahan – perubahan besar dalam kehidupan negara tersebut. Seluruh lembaga
kemasyarakatan, mulai dari bentuk negara sampai keluarga batih mengalami perubahan-perubahan
yang mendasar.

Penyebab perubahan yang bersumber dari luar ( eksternal ) masyarakat

 Lingkungan Alam Fisik


Perubahan yang disebabkan oleh lingkungan alam fisik dapat berupa bencana alam seperti banjir,
gunung meletus, gempa bumi, angin taufan dan sebagainya, maupun berupa tindakan manusia
yang tidak terkontrol sehingga merusak lingkungan, seperti penebangan hutan secara liar yang
menyebabkan terjadinya bencana tanah longsor. Kondisi ini mengakibatkan penduduk harus pindah
ke daerah yang lebih aman dan berbeda dengan kondisi lingkungan yang lama. Untuk
menyesuaikan dengan kondisi lingkungan di daerah yang baru, maka berkembanglah lembaga -
lembaga kemasyarakatan baru untuk menjaga agar kehidupan masyarakat tetap dapat berjalan.
 Peperangan
Terjadinya peperangan antar negara dapat mengakibatkan perubahan bagi negara yang mengalami
kekalahan, karena negara yang kalah akan menjadi negara terjajah dan harus mengikuti pola
kehidupan politik baru sesuai dengan kehendak negara yang memenangkan peperangan tersebut.
Karena negara yang menang biasanya akan memaksakan kehendaknya pada negara yang kalah.
 Pengaruh Kebudayaan Masyarakat lain
Masuknya pengaruh kebudayaan masyarakat lain bisa terjadi karena adanya hubungan fisik antara
dua masyarakat, yang diikuti adanya pengaruh timbal balik sehingga masing - masing masyarakat
akan mengalami perubahan.

Masuknya pengaruh kebudayaan masyarakat lain juga bisa terjadi secara sepihak, misalnya melalui
media massa ( siaran TV ), masyarakat pemirsa siaran TV dapat terpengaruh oleh isi siaran yang
ditayangkan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jalannya Proses Perubahan Sosial

Berlangsungnya proses perubahan sosial di dalam masyarakat juga akan dipengaruhi oleh faktor -
faktor yang dapat menjadi pendorong maupun yang jadi penghambat / penghalang jalannya proses
perubahan sosial tersebut.

1) Faktor – faktor Pendorong

 Kontak dengan Kebudayaan lain


Masyarakat yang mengalami kontak dengan kebudayaan lain ( sebagai kebudayaan baru )
cenderung akan terpengaruh oleh kebudayaan tersebut sehingga menghasilkan perubahan dalam
kehidupan masyarakatnya. Proses tersebut berlangsung melalui difusi ( diffusion ) yaitu proses
penyebaran unsur-unsur kebudayaan ke individu atau masyarakat lain.
 Sistem Pendidikan Formal yang Maju
Pendidikan akan memberikan nilai-nilai tertentu kepada manusia, terutama dalam membuka
pikirannya, menerima hal - hal baru, maupun cara berfikir secara ilmiah. Pendidikan mengajarkan
manusia untuk dapat berfikir secara obyektif, rasional dan melihat ke masa depan, berusaha
menciptakan kehidupan yang lebih maju.
 Sikap menghargai Hasil Karya Seseorang dan keinginan untuk maju
Sikap positif masyarakat terhadap berbagai karya yang dihasilkan oleh anggota masyarakatnya
merupakan indikasi bahwa masyarakat tersebut ingin maju lewat karya-karya baru warganya.
Kenyataan ini dapat mendorong masyarakat untuk selalu berprestasi melalui berbagai penemuan-
penemuan baru lewat hasil karya mereka yang diharapkan dapat membawa perubahan dan
kebaikan dalam kehidupan masyarakatnya.
 Toleransi terhadap perbuatan menyimpang yang bukan merupakan delik ( pelanggaran
hukum )
Adanya sikap toleransi terhadap penyimpangan yang terjadi di masyarakat dalam bentuk
penyimpangan dari kebiasaan – kebiasaan hidup masyarakatnya ( akan tetapi bukan penyimpangan
dalam arti delik / pelanggaran hukum ) menyebabkan masyarakat memiliki keberanian untuk
melakukan hal-hal yang menyimpang / berbeda dari kebiasaan - kebiasaan yang ada, sehingga
terjadi perubahan di dalam kehidupan masyarakatnya.
 Sistem Pelapisan Masyarakat ( Stratifikasi Sosial ) yang terbuka
Sistem pelapisan masyarakat yang terbuka merupakan sistem yang memberikan peluang atau
kesempatan kepada setiap warga masyarakat untuk mengalami mobilitas sosial vertikal secara luas,
dimana setiap warga masyarakat memiliki kesempatan untuk meraih prestasi dan memiliki
kedudukan/status sosial yang lebih tinggi.
 Penduduk yang Heterogen
Di dalam masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial yang mempunyai perbedaan latar
belakang kebudayaan, ras, ideologi dan sebagainya, mempermudah terjadinya konflik-konflik dalam
masyarakat, sehingga sering muncul goncangan- goncangan yang mendorong terjadinya perubahan
kehidupan masyarakat.
 Ketidakpuasan masyarakat terhadap berbagai bidang kehidupan
Ketidak puasan yang berkembang di masyarakat dan telah berlangsung lama, dapat mendorong
munculnya sebuah revolusi atau
pemberontakan.
 Orientasi ke masa depan
Masyarakat yang mampu berfikir ke arah masa depan ( memiliki Vis, Misi dan tujuan hidup yang
jelas ) akan terdorong untuk mewujudkan cita - cita masa depannya, sehingga tumbuh sebagai
masyarakat yang dinamis, kreatif, yaitu masyarakat yang selalu berusaha menghasilkan penemuan
- penemuan baru yang akan merubah kehidupan masyarakatnya menuju terwujudnya masyarakat
yang dicita-citakan.
 Pandangan bahwa manusia harus senantiasa memperbaiki hidupnya
Berkembangnya keyakinan terhadap nilai – nilai hakekat hidup di mana manusia agar bisa tetap
eksis harus berusaha memperbaiki hidupnya, menjadi pendorong masyarakat untuk selalu berusaha
meningkatkan kualitas hidupnya dengan berusaha merubah kondisi hidupnya ke arah yang lebih
baik.

2) Faktor - faktor Penghambat

 Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain


Masyarakat yang hidup terasing mengakibatkan tidak akan mengetahui perkembangan kemajuan
yang telah dicapai oleh masyarakat lain. Biasanya masyarakat tersebut terkungkung pola-pola
pemikirannya oleh tradisi, dan tidak menyadari bahwa msyarakatnya telah tertinggal dibandingkan
dengan masyarakat yang lain, sehingga tidak memiliki gambaran ataupun keinginan untuk merubah
kondisi masyarakatnya agar menjadi lebih maju.
 Perkembangan Ilmu Pengetahuan yang terlambat.
Kondisi masyarakat yang terlambat ilmu pengetahuannya dapat dijumpai pada masyarakat yang
pernah terjajah lama oleh masyarakat atau bangsa lain. Selain itu bisa juga terjadi pada masyarakat
yang terasing atau tertutup. Kondisi tersebut melahirkan masyarakat yang statis, dan tidak mampu
berkembang karena keterbatasan ilmu pengetahuannya.
 Sikap masyarakat yang sangat tradisional
Sikap masyarakat yang suka mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau, serta anggapan
bahwa tradisi secara mutlak tidak dapat dirubah, akan menjadi penghambat jalannya proses
perubahan, karena masyarakat dihinggapi rasa takut atau menganggap tabu untuk meninggalkan
dan merubah tradisi lama dengan tradisi yang baru.
 Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat atau vested interests
Dalam setiap masyarakat terdapat sistem pelapisan / strtifikasi sosial yang memposisikan
sekelompok orang untuk menikmati posisi / kedudukan sosial pada lapisan atas. Hal ini sering
terjadi pada masyarakat feodal dan masyarakat yang tengah mengalami transisi. Mereka yang
memiliki posisi / kedudukan pada lapisan atas, akan selalu mempertahankan posisi tersebut dan
sukar sekali untuk mau melepaskan kedudukannya.
 Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan
Setiap masyarakat memiliki unsur-unsur budaya yang dipandang menjadi dasar integrasi bagi
keberlangsungan hidup masyarakat yang harmonis. Oleh sebab itu masyarakat berusaha
memelihara dan mempertahankannya agar keharmonisan tetap terjaga. Masuknya unsur-unsur
budaya luar sering disikapi dengan kekhawatiran dapat menyebakan terjadinya perubahan pada
unsur-unsur kebudayaan tersebut dan menggoyahkan integrasi masyarakatnya, sehingga
cenderung ditolak.
 Prasangka terhadap hal-hal baru ( asing ) atau sikap yang tertutup
Bagi masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa-bangsa Barat, prasangka - prasangka negatif
serta sikap yang tertutup tersebut masih sering melekat dengan kuat, karena tidak bisa melupakan
pengalaman-pengalaman pahit yang pernah mereka terima selama dijajah. Karena saat ini hal – hal
baru umumnya datang dari dunia Barat, maka oleh masyarakat disikapi dengan prasangka sebagai
upaya untuk melakukan penjajahan kembali. Oleh sebab itu masuknya hal-hal baru cenderung
ditolak oleh masyarakat.
 Hambatan-hambatan yang bersifat Ideologis
Setiap bangsa atau masyarakat tentu memiliki ideologi yang mengandung nilai - nilai dasar sebagai
pedoman dalam hidup bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat. Oleh sebab itu nilai-nilai ideologi
merupakan nilai universal yang berfungsi sebagai alat pemersatu / integrasi dalam kehidupan
bernegara, berbangsa dan bermasyarakat tersebut. Masuknya unsur budaya baru yang dianggap
tidak sesuai apalagi bertentangan dengan nilai-nilai ideologi tersebut, cenderung akan ditolak
karena dikhawatirkan dapat mengganggu kestabilan dan integrasi dalam kehidupan mereka.
 Adat atau Kebiasaan dalam Masyarakat
Adat atau kebiasaan yang hidup di masyarakat merupakan pola - pola perilaku bagi anggota
masyarakat dalam memenuhi segala kebutuhan pokoknya. Ada kalanya adat atau kebiasaan
tersebut begitu kokoh ternanam dalam kehidupan masyarakatnya, sehingga sulit untuk diubah,
seperti yang berkaitan dengan bidang kepercayaan, sistem mata pencaharian, pembuatan rumah,
cara berpakaian tertentu dan sebagainya.
 Nilai bahwa Hidup itu pada hakekatnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki
Berkembangnya nilai-nilai tersebut di dalam masyarakat akan melahirkan sikap hidup yang apatis.
Mereka meyakini bahwa kehidupan di dunia memang penuh dengan kesusahan dan kesulitan yang
dipahami sebagai kodrat yang harus diterima dan dijalaninya, karena kehidupan tidak mungkin
diubah dan diperbaiki.

b. Perkembangan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia


Posisi Indonesia terletak di persimpangan dua Samudra (Hindia dan Pasifik) dan
dua Benua (Asia dan Australia), yang sejak dahulu merupakan daerah perlintasan dan
pertemuan berbagai macam agama dan ideologi serta kebudayaan.
Dalam kondisi yang demikian, maka terdapat 5 lapisan perkembangan sosial budaya
Indonesia:
a) Lapisan sosial budaya lama dan asli, yang memperlihatkan persamaan yang
mendasar (bahasa, budaya,dan adat) di samping perbedaab-perbedaan dari daerah
kedaerah. Persatuan dan kesatuan yang bersumber kepada lapisan ini tidak di tiadakan
oleh datangnya agama dan nilai-nilai baru.
b) Lapisan keagamaan dan kebudayaan yang berasal dari India . wilaya Indonesia
merupakan pusat pengenmangan peradaban Hindia di pulau Jawa, namun kesadaran
akan kebersamaan tetap dijunjung tinggi (Bineka Tunggal Ika).
c) Lapisan yang datang dengan agama islam tersebar luas di Wilayah Indonesia
yang sekaligus juga memberikan corak tata kemasyarakatan, sebagaimana halnya
agama Budha dan Hindu yang telah memberi warna pada tatanan masyarakat dan
struktur ketata Negaraan.
d) Lapisan yang datang dari Barat bersama dengan agama Kristen melengkapi
kehidupan umat beragama di Indonesia di tengah tengah pengaruh dominasi asing
yang silih berganti dari kerajaan kerajaan Spanyol, Portugis, Belanda, dan Inggris.
e) Lapisan kebudayaan Indonesia yang dimualai kesadaran bangsa. Munculnya
rasa nasionalisme yang tinggi terhadap kekuasaan asing telah memberikan inspirasi
dan tekad untuk mendorong lahirnya gerakan Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908,
kemudian disusul dengan pemantapan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober
1928.

C. KONSEP MASYARAKAT
a. Pengertian Masyarakat
suatu kelompok manusia yang hidup secara bersama-sama di suatu wilayah dan
membentuk sebuah sistem, baik semi terbuka maupun semi tertutup, dimana interaksi
yang terjadi di dalamnya adalah antara individu-individu yang ada di kelompok
tersebut.

Secara etimologis kata “masyarakat” berasal dari bahasa Arab, yaitu “musyarak”
yang artinya hubungan (interaksi). Sehingga definisi masyarakat adalah suatu
kelompok manusia yang hidup bersama-sama di suatu tempat dan saling berinteraksi
dalam komunitas yang teratur.

Suatu masyarakat terbentuk karena setiap manusia menggunakan perasaan, pikiran,


dan hasratnya untuk bereaksi terhadap lingkungannya. Hal tersebut menunjukkan
bahwa manusia adalah mahluk sosial yang secara kodrati saling membutuhkan satu
sama lainnya.

Pengertian Masyarakat Menurut Para Ahli


Agar lebih memahami apa definisi masyarakat, maka kita dapat merujuk pada
pendapat beberapa ahli berikut ini:

1. Paul B. Harton
Menurut Paul B. Harton, pengertian masyarakat adalah sekumpulan manusia yang
relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu relatif cukup lama, mendiami suatu
wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian besar
kegiatan dalam kelompok manusia tersebut.

2. Ralp Linton
Menurut Ralp Linton, pengertian masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup
dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan
menganggap diri mereka sebaga suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang
dirumuskan secara jelas.

3. John J. Macionis
Menurut John J. Macionis, definisi masyarakat adalah orang-orang yang berinteraksi
dalam suatu wilayah tertentu dan memiliki budaya bersama.

4. Soerjono Soekanto
Menurut Soerjono Soekanto, pengertian masyarakat adalah proses terjadinya interaksi
sosial, suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua
syarat yaitu interaksi sosial dan komunikasi.

5. Selo Sumardjan
Menurut Selo Sumardjan, pengertian masyarakat adalah orang-orang yang hidup
bersama dan menghasilkan suatu kebudayaan.

b. Unsur-unsur Masyarakat
Kepercayaan dan Pengetahuan
Unsur kepercayaan dan juga pengetahuan adalah unsur utama dalam kehidupan
masyarakat. Hal ini disebabkan karena setiap perilaku anggota dalam masyarakat
sangat dipengaruhi oleh hal yang mereka yakini serta suatu hal yang diketahui tentang
kebenaran, sistem religi, dan cara-cara penyembahan kepada sang Pencipta Alam
Semesta. Adalah bagian utama dari unsur yang ada dalam terbentuknya masyarakat.

Perasaan
Perasaan merupakan keadaan jiwa yang dimiliki oleh kepada manusia lainnya.
Perasaan ini kan terbentuk dalam masyarakat setelah melakukan hubungan sosial
secara ajeg (konsiten) dalam kurun waktu tertentu, sikap perasaan yang dimiliki oleh
masyarakat ini adalah bagian daripada upaya menciptakan hubungan harmonis dalam
masyarakat.

Tujuan
Tujuan adalah unusr masyarakat yang mampu mengakomodir keinginan dan harapan
berbagai individu yang tergabung, setiap masyarakat bisa dikatakan masyarakat jika
memiliki tujuan yang disamakan, akan tetapi scara garis besar tujuan dalam
masyarakat tersebut adalah menciptkan kehidupan yang damai, tentram, dan
harmonis dengan sesama.

Kedudukan (Status)
Kedudukan sosial akan dihasilkan oleh masyarakat yang mampu mengintegrasikan
keinginan-keinginan bersama. Kedudukan ini bisa dihiasilkan dari terbetunya
lembaga sosial yang ada di tengah-tengah kehidupan, misalnya saja kedudukan
sebagai Kepada Desa, Kyai, dan lain sebagainya.

Peran (Role)
Peran sosial bisa dikatakan sebagai unsur masyarakat jika mampu mengupyakan
pelaksanaan hak dan kewajiban yang dimilikinya sesuai dengan kedudukan yang di
dapatkan dalam masyarakat. Peran ini sebagai upaya menjaga kesetabilan dalam
lingkungan sosial di masyarakat.

Norma
Norma adalah bagian penting dari adanya unsur masyarakat, setiap masyarakat yang
tergabnung dalam wilayah tertentu akan menghasilan norma, upaya ini dilakukan
untuk memberikan perlindiangan dan menjaga terjadinya konflik yang ada di
lingkungan.

Sanksi
Sanksi adalah suatu bentuk imbalan yang akan diberikan oleh masyarakat kepada
setiap individu yang menyimpang dari aturan atau norma yang ada. Sanksi menjadi
bagian penting dalam unsur masyarakat, alasannya dengan memiliki saksi masyarakat
akan mampu terjaga dari perpecahan dalam kehidupannya.

Fasilitas
Fasilitas (sarana) adalah semua bentuk cara serta metode yang menunjang dalam
kehidpan bersama, fasilitas menjadi unsur dalam masyarakat lantaran setiap
masyarakat memiliki keinginan untuk mendapatkan apa yang menjadi kewajibannya
setelah hak dikeluarkan, misalnya saja dalam kehidupan bernegara, masyarakat wajib
membayar pajak dengan pajak yang diberikan masyarakat juga berhak mendapatkan
fasilitas yang diinginkan.

Budaya
Budaya adalah unsur masyarakat yang terkhir, kebudayaan ini terbetuk karena adanya
hubungan sosial yang dilakukan secara terus menerus da menciptakan kebiasaan
(adat). Kebudayaan bisa menjadi ciri khas dan kebanggaan bagi setiap individu yang
tergabung dalam masyarakat.

c. Syarat-syarat Masyarakat
Syarat mutlak yang menjadi konsep tentang terbentuknya masyarakat, di dalam
kehidupan manusia, antara lain adalah sebagai berikut:

Manusia yang Hidup Bersama


Menusia sebagai mahluk sosial tentusaja tidak bisa hidup sendiri, kesendirian yang
dialami manusia akan mendorong seseorang untuk bergaul dan beritraksi satu sama
lainnya. Interaksi yang terbentuk tersebut sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang
untuk tinggal bersama, baik melakukan kontak sosial, menjalin kekerabatan, atau
tindakan hubungan sosial lainnya. Oleh kaenannya kebersamaan yang dialami oleh
manusia tersebut merupakan syarat utama disebut sebagai masyarakat.

Bergaul dalam Waktu Cukup Lama


Syarat masyarakat selanjutnya, adalah bergaulnya seseorang dalam lingkungan sosial,
bergaul ini tidak hanya dilakukan seskali dalam seumur hidup. Sebab syarat utama
bisa dikatakan anggota dalam masyarakat haruslah melakukan pergaulan atau
hubungan sosial dalam kurun waktu tertentu.

Menciptakan Komunikasi dan Perturan


Sistem pergaulan manusia yang memiliki keanekaragaman dalam pemikiran tentusaja
tidak bisa lepas dari konflik sosial yang menjadi bagian penting dalam kehidupan
masyarakat. Untuk menjaganya maka komunikasi yang dilakukan oleh masyarakat
akan melahirkan banyak pertauran yang dimulai dari kesepatakan bersama, dalam
tatacara inilah komunikasi dan perturan bagian daripada syarat masyarakat.

Menyadari Integrasi Sosial


Syarat masyarakat yang selanjutnya adanya tingkat kesadaran yang menganggap
pentingnya kehidupan bersama (integrasi) kehidupan ini kemudian menjadi mutlak
harus dimiliki oleh setiap individu ang tergabung dalam masyarakat tertentu, sebab
semua masyarakat yang berada di wilayah tertentu akan melahirkan integrasi sosial di
dalamnya. Selengkapnya, baca; Pengertian Integrasi Sosial, Proses, Bentuk, Faktor,
dan Contohnya

Melakukan Sosialisasi
Syarat kelompok sosial dikatakan sebagai masyarakat haruslah mampu memberikan
edukasi pada generasi berikutnya, yang menjadi bagian panting dalam pengenalan
dan tredisi adanya pewarisan trah dan keturunan terhadap anggota baru yang ada
dalam kehidupan masyarakat. Selengkapnya, baca; Pengertian Sosialisasi, Proses,
Tujuan, Bentuk, dan Media Sosialisasi
Selain adanya syarat masyarakat seperti yang sudah disebutkan di atas. Ada syarat
lainnya setiap individu dikatakan sebagai masyarakat setempat (community), antara
lain syarat tersebut adalah sebagai berikut;

Terdapatnya rumah yang terletak di wilayah-wilayah dalam geografis yang sama


dengan para rumah yang ada di sekelilingnya.
Setiap individu memiliki interaksi sosial.
Sikap kebersamaan yang tidak di dasari pada hubungan kekerabatan, seperti
hubungan pada keluarga.

D. MASYARAKAT PEDESAAN
a. Ciri-ciri Masyarakat Desa
a) Sangat erat hubungan atau ikatan masyarakat desa dengan tanah
Tanah merupakan sumber kehidupan pokok bagi masyarakat desa, sehingga
bagaimanapun sempitnya tanah dan rendahnya tingkat kesuburan tanah tersebut,
pemiliknya akan berusaha mempertahankan dan mempertaruhkan segala-galanya
untuk tetap memilikinya, serta secara terus menerus untuk mengolah dan
mengusahakannya. Kedudukan sosial setiap warga desa sedikit banyaknya masih
ditentukan berdasarkan luas tidaknya pemilikan atas tanah.

Selain menyangkut keseluruhan kehidupan pemilik tanah dan keluarganya, juga


tanah menyangkut kehidupan keluarga lainnya dalam kehidupan masyarakat desa.
Hal ini karena masalah tanah dapat dikatakan merupakan masalah “kemanusiaan”
atau masalah sosial bagi masyarakat desa.

Tanah bagi masyarakat desa memiliki nilai-nilai, bukan saja nilai ekonomis,
melainkan juga nilai sosial budaya yang tinggi, serta nilai spiritual.

b) Sikap hidup dan tingkah laku yang magis religius


Pada umumnya masyarakat desa belum mengenal atau memiliki teknologi
modern, sehingga mereka tidak mudah menyelesaikan masalah yang timbul di
dalam kehidupan sehari-hari dengan cara teknis eksperimental, melainkan
masalah tersebut dihadapinya secara magis religius. Masyarakat percaya bahwa
alam semesta itu selain memberikan dan menyediakan segala sesuatu untuk
kehidupan, juga berpengaruh terhadap kehidupan, dan terhadap nasib manusia.

Masyarakat bersikap rendah hati terhadap alam semesta, dan memohon kepada
alam semesta agar dapat membentuk keberhasilan usaha manusia di dalam
keberlangsungan hidup manusia itu sendiri. Di samping itu masyarakat seringkali
menggunakan kekuatan yang ada pada dirinya untuk memaksa alam memberikan
apa yang dikehendakinya, misalnya dengan kekuatan mantra, kekuatan magis,
serta tindakan ritual lainnya. Upacara-upacara yang sering dilakukan bertujuan
untuk memelihara dan mempertahankan kesuburan, menambah, mendapatkan,
dan meningkatkan hasil, mengendalikan hama penyakit tanaman, merupakan
manifestasi dari kehidupan magis religius dalam kehidupan masyarakat desa.

c) Kehidupan gotong royong


Baik untuk mengatasi tantangan alam seperti tersebut di atas, maupun untuk
melengkapi dan memenuhi kebutuhan perseorangan dan masyarakat, biasanya
diadakan tukar menukar tenaga dan jasa, atau diadakan pelaksanaan pekerjaan
secara bersama-sama. Adanya tatakerja yang demikian ini biasa disebut dengan
gotong royong, terjadilah kebergantungan satu sama lain. Saling kebergantungan
dalam kehidupan masyarakat desa itu melahirkan disiplin sosial yang kuat yang
biasanya dirumuskan dalam bentuk tradisi, adat kebiasaan, adat istiadat yang
sangat dipatuhi oleh seluruh anggota masyarakat. Pelanggaran terhadap
kehidupan yang telah terpolakan itu, bukan saja akan berakibat buruk bagi si
pelanggar, melainkan juga akan berakibat buruk terhadap seluruh anggota
masyarakat.

d) Memegang tradisi dengan kuat


Tradisi sebagai milik masyarakat dan dianggap sebagai warisan nenek moyang
harus dipelihara, dipertahankan, dan lebih-lebih harus dilaksanakan. Tradisi ini
juga merupakan norma masyarakat yang harus dijunjung tinggi, dan dijadikan
pedoman hidup baik oleh individu warga masyarakat, maupun oleh masyarakat
secara keseluruhan.

Setiap pelanggaran dianggap akan membawa akibat yang dapat merugikan bagi
seluruh kehidupan masyarakat, baik menyangkut bidang materiil, maupun bidang
spiritual yang dapat berpengaruh terhadap keseluruhan kehidupan sosial
masyarakat.

e) Menghormati para pini sepuh


Kedudukan orang tua dan para pini sepuh dalam masyarakat desa sangatlah
penting. Setiap pendapat dan keputusannya dihormati dan dilaksanakan.
Kepentingan anggota masyarakat perseorangan maupun kepentingan yang
menyangkut kehidupan seluruh masyarakat. Para orang tua atau para pini sepuh
senantiasa dimintai saran dan pendapatnya, maka para pini sepuh merupakan
tempat bertanya sebelum melaksanakan pekerjaan penting yang berkaitan dengan
kepentingan anggota masyarakat, maupun kepentingan yang berhubungan dengan
seluruh kehidupan masyarakat.

f) Kepercayaan kepada pimpinan lokal dan tradisional


Selain menghormati para pini sepuh, masyarakat desa meletakkan kepercayaan
yang sangat besar kepada pimpinan, baik dalam bidang pemerintahan, maupun
dalam bidang keagamaan dan kehidupan sehari-hari. Pola kepemimpinan
masyarakat desa yang bersifat kekeluargaan, menyebabkan masyarakat
mengetahui dengan pasti sifat-sifat pimpinan. Sorotannya diletakkan bukan pada
kecakapannya saja, melainkan lebih dititikberatkan kepada pertimbangan apakah
pimpinan tersebut dapat memberikan bimbingan dan membawa masyarakat ke
arah keseimbangan hidup materiil dan spiritual, juga apakah pimpinan tersebut
dapat dipecaya untuk membantu masyarakat dalam menghadapi dan mengatasi
kesulitan hidup bersama. Kepercayaan masyarakat desa kepada pimpinan
sedemikian besarnya, sehingga baik buruknya kehidupan masyarakat bergantung
pada pimpinan.

g) Organisasi kemasyarakatan yang relatif statis


Kepercayaan masyarakat desa terhadap pimpinan sangatlah besar, sehingga segala
keputusan pimpinan dilaksanakan dengan penuh kepatuhan. Begitu pula
kemajuan dari masyarakat desa lebih banyak bergantung pada pribadi pimpinan.
Pengawasan sosial terhadap pimpinan hampir tidak pernah dilaksanakan. Segala
sesuatu didasarkan atas pertimbangan emosional yang tidak rasional, yaitu
kepercayaan. Pandangan masyarakat yang demikian itu mempunyai dampak
terhadap organisasi kemasyarakatan dan terhadap cara penyelesaian seluruh segi
kehidupan yang menyebabkan tidak mendorong ke arah kemajuan. Masyarakat
menerima dengan penuh kepercayaan, emosional dan subyektif, sehingga
masyarakat bersifat pasif, tidak ada inisiatif. Hal ini menyebabkan organisasi
kemasyarakatan akan mengalami kemajuan yang sangat lambat, bahkan mungkin
tetap statis.

h) Tingginya nilai sosial


Pada masyarakat desa, kepentingan bersama lebih didahulukan daripada
kepentingan individu. Anggapan yang tinggi terhadap nilai gotong royong, serta
kepercayaan yang besar terhadap unsur pimpinan, menyebabkan hubungan yang
bersifat intim dan kekeluargaan. Hal ini menyebabkan hidupnya anggapan dan
penilaian yang tinggi terhadap tradisi yang sudah berakar dalam kehidupan dan
sudah menjadi pedoman hidup masyarakat yang terpolakan, perlu dipelihara,
dipertahankan, dan dilaksanakan.
Melaksanakan tradisi dalam kehidupan sehari-hari, berarti masyarakat telah
bersikap dan bertindak menghormati nenek moyang yang telah mewariskan nilai-
nilai sosial budaya yang mampu mengatur tatanan kehidupan masyarakat, dengan
demikian nilai sosial budaya yang telah terpolakan itu mempunyai nilai luhur
dalam pandangan masyarakat desa, karena di dalamnya terkandung segala sesuatu
yang paling berguna dalam hidup.

b. Sumber Daya yang Ada di Pedesan dalam Upaya Kesehatan Ibu dan Anak
Tingkat kepercayaan masyarakat desa terhadap petugas kesehatan masih rendah
karena mereka masih percaya kepada dukun, sehingga kita perlu untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat desa tentang dunia medis.
Gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan di kelompokkan dalam sajian
informasi mengenai sarana kesehatan dan tenaga kesehatan.
v Sarana Kesehatan
1. Puskesmas
Di desa untuk saat ini hampir 100% sudah membangun puskesmas untuk
mensejahterakan masyarakatnya. Secara konseptual, puskesmas menganut konsep
wilayah dan diharapkan dapat melayani sasaran jumlah penduduk yang ada di
wilayah masing-masing.
2. BPS (Bidan Praktek Swasta)
Merupakan salah satu sumber daya yang dapat mensejahterakan kesehatan ibu
dan anak. Di BPS bidan dapat memberikan penyuluhan yang dapat meningkatkan
kesehatan ibu dan anak di wilayah tersebut, khususnya di daerah pedesaan.
3. Sarana Kesehatan di Desa Bersumber Daya Masyarakat
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang
ada di masyarakat. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM)
diantaranya adalah:
a. Posyandu
Posyandu merupakan jenis UKM yang paling memasyarakatkan dewasa ini.
Posyandu yang meliputi lima program prioritas yaitu: KB, KIA, Imunisasi, dan
penanggulangan Diare. Terbukti mempunyai daya ungkit besar terhadap
penurunan angka kematian bayi. Sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan
masyarakat yang langsung bersentuhan dengan masyarakat level bawah,
sebaiknya posyandu digiatkan kembali sperti pada masa orde baru karena terbukti
ampuh mendeteksikan permasalahn gizi dan kesehatan di berbagai daerah.
Permasalahan gizi buruk anak balita, kekurangan gizi, busung lapar dan masalah
kesehatan lainnya menyangkut kesehatan ibu dan anak akan mudah dihindari jika
posyandu kembali diprogramkan secara menyeluruh.
Kegiatan posyandu lebih dikenal dengan sistem lima meja yang meliputi:
1. Meja 1: Pendaftaran
2. Meja 2: Penimbangan
3. Meja 3: Pengisian kartu menuju sehat
4. Meja 4: Penyuluhan kesehatan pemberian oralit vitamin A, dan tablet besi
5. Meja 5 : Pelayanan kesehatan yang meliputi imunisasi, pemeriksaan
kesehatan dan pengobatan, serta pelayanan keluarga berencana

b. PKK
Adalah gerakan pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah dengan
wanita sebagai motor penggerakan untuk membangun keluarga sebagai unit atau
kelompok terkecil dalam masyarakat dan bertujuan membantu pemerintah untuk
ikut serta memperbaiki dan membina tata kehidupan dan penghidupan keluarga
yang dijiwai oleh Pancasila menuju terwujudnya keluarga yang dapat menikmati
keselamatan, ketenangan dan ketentraman hidup lahir dan bathin (keluarga
sejahtera).
c. Pos Obat Desa (POD)
Pos obat desa merupakan wujud peran serta masyarakat dalam hal pengobatan
sederhana. Kegiatan ini dapat dipandang sebagai perluasan kuratif sederhana.
Kegiatan ini dapat dipandang sebagai perluasan kuratif sederhana, melengkapi
kegiatan preventif dan promotif yang telah di laksanakan di posyandu. Dalam
implementasinya POD dikembangkan melalui beberapa pola di sesuaikan dengan
stuasi dan kondisi setempat. Beberapa pengembangan POD itu antara lain:
a. POD murni, tidak terkait dengan UKBM lainnya.
b. POD yang di integrasikan dengan Dana Sehat.
c. POD yang merupakan bentuk peningkatan posyandu.
d. POD yang dikaitkan dengan pokdes/ polindes.
e. Pos Obat Pondok Pesantren ( POP ) yang dikembangkan di beberapa
pondok pesantren.
POD jumlahnya belum memadai sehingga bila ingin digunakan di unit-unit desa,
maka seluruh, diluar kota yang jauh dari sarana kesehatan sebaiknya
mengembangkan Pos Obat Desa masing-masing.
d. Poskesdes
Merupakan pelayanan kesehatan yang bersumber pada daya masyarakat yang
dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan dan menyediakan pelayanan
kesehatan dasar bagi masyarakat yang ada di desa.
e. Polindes
Merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam rangka mendekatkan
pelayanan kebiadanan melalui penyediaan tempat pertolongan persalinan dan
pelayanan kesehatan ibu dan anak.
v Sarana Tenaga Kesehatan
a. Bidan Desa
Bidan Desa adalah bidan yang ditempatkan, diwajibkan tinggal serta bertugas
melayani masyarakat di wilayah kerjanya, yang meliputi satu atau dua desa yang
dalam melaksanakan tugas pelayanan medik baik di dalam maupun di luar jam
kerjanya bertanggung jawab langsung kepada kepala Puskesmas dan bekerja sama
dengan perangkat desa.
b. Dukun Bersalin
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan non-medis seringkali dilakukan
oleh seseorang yang disebut sebagai dukun beranak, dukun bersalin atau peraji.
Pada dasarnya dukun bersalin diangkat berdasarkan kepercayaan masyarakat
setempat atau merupakan pekerjaan yang sudah turun temurun dari nenek moyang
atau keluarganya dan biasanya sudah berumur ± 40 tahun ke atas.
Dukun dapat dibedakan menjadi:
1. Dukun Terlatih
Dukun terlatih adalah dukun yang telah mendapatkan latihan oleh tenaga
kesehatan yang dinyatakan lulus.
2. Dukun tidak terlatih
Dukun tidak terlatih adalah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga
kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.
Peranan dukun beranak sulit ditiadakan karena masih mendapat kepercayaan
masyarakat dan tenaga terlatih yang masih belum mencukupi. Dukun beranak
masih dapat dimanfaatkan untuk ikut serta memberikan pertolongan persalinan

c. Masalah-masalah Masyarakat Pedesaan


1. Pendidikan
Pada dasarnya, pendidikan yang baik itu haruslah mampu menciptakan proses
belajar mengajar yang efektif dan bermanfaat serta menjadikan masyarakat
pedesaan lebih terbuka dan akses terhadap pendidikan. Seiring perkembangan
zaman, pengertian pendidikan pun mengalami perkembangan. Sehingga,
pengertian pendidikan menurut beberapa ahli (pendidikan) berbeda, tetapi secara
esenssial terdapat kesatuan unsur-unsur atau faktor-faktor yang terdapat di
dalamnya, yaitu bahwa pendidikan menunjukkan suatu proses bimbingan,
tuntunan atau pimpinan yang didalamnya mengandung unsur-unsur seperti
pendidik, anak didik, tujuan dan lainnya.

Umumnya masyarakat pedesaan kurang begitu sadar akan pentingnya pendidikan,


Mereka lebih memilih mengajak anak-anak mereka berkebun atau bertani,
ketimbang menyekolahkan mereka. Alhasil banyak dari masyarakat pedesaan
yang buta tulis dan hitung. Oleh karena itu taraf hidup masyarakat pedesaan
relatif.

Salah satu kendala yang telah disadari oleh pemerintah dalam bidang pendidikan
di tanah air adalah kesenjangan dan ketidakadilan dalam mengakses terutama
pendidikan. Hal ini yang menyebabkan kesadaran masyarakat di desa sangat
kurang dan tidak antusias serta memahami akan pentingnya pendidikan. Selain
itu, kendala lain negara berkembang termasuk Indonesia, untuk masa yang lama
menghadapi empat hambatan besar dalam bidang pendidikan, yaitu:
a. Peninggalan penjajah dengan masyarakat yang tingkat pendidikannya sangat
rendah.
b. Anggaran untuk bidang pendidikan yang rendah dan biasanya kalah bersaing
dengan kebutuhan pembangunan bidang lainnya.
c. Anggaran yang rendah biasanya diarahkan pada bidang-bidang yang justru
menguntungkan mereka yang relatif kaya.
d. Karena anggaran rendah, dalam pengelolaan pendidikan biasanya timbul
pengelolaan yang tidak efisien. Hal ini terlihat dimana pemerintah tidak saja
mampu merancang penerapan kebijakan yang disukainya, tetapi juga menafsirkan
ulang teks kebijakan sesuai preferensi kebijakannya, termasuk dalam bidang
pendidikan. Dimana kebijakan disetujui, diterima, dan dilaksanakan oleh pranata
pemerintah.

Manfaat pendidikan bagi masyarakat pedesaan sebagai instrumen pembebas,


yakni membebaskan masyarakat pedesaan dari belenggu kemiskinan,
keterbelakangan, kebodohan, dan penindasan. Selain itu, pendidikan yang baik
seharusnya berfungsi pula sebagai sarana pemberdayaan individu dan masyarakat
desa khususnya guna menghadapi masa depan. Pendidikan difokuskan melalui
sekolah, pesantren, kursus-kursus yang didirikan di pedesaan yang masyarakatnya
masih ‘buta’ akan ilmu.

Masyarakat pedesaan yang terberdayakan sebagai hasil pendidikan yang baik


dapat memiliki nilai tambah dalam kehidupan yang tidak dimiliki oleh masyarakat
yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali. Sehingga jelas, peranan
pendidikan sebagai kebutuhan pokok yang mendasar dan haruslah terpenuhi bagi
masyarakat pedesaan dalam manfaat lainnya untuk meningkatkan taraf hidup dan
kesajahteraan hidup yang berkelanjutan.

2. Tingginya angka kemiskinan


Dalam upaya percepatan pembangunan di segala bidang masih terdapat beberapa
kendala,antara lain masih tingginya angka penduduk miskin, walaupun selama
empat tahun terakhir jumlah penduduk miskin mengalami penurunan sekitar
19,51% dari jumlah penduduk miskin tahun 2001 yaitu sebanyak 164.125 jiwa.
Dari penurunan jumlah penduduk miskin tersebut sampai pada tahun 2005
jumlah penduduk miskin masih sebanyak 132.125 jiwa atau 24,28 %.
3. Rendahnya kualitas sumber daya manusia
Peningkatan layanan pendidikan sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan
kompetensi anak didik. Output layanan pendidikan dengan pendekatan Indek
Pembangunan Manusia (IPM) masih menunjukkan kondisi yang jauh dari
harapan. Indek Pembangunan Manusia komponen pendidikan tahun 2004
menunjukkan angka 6,18 tahun atau masih lebih rendah dari rata-rata IPM Jawa
Timur dengan capai 6,55. Namun bila dibandingkandengan IPM tahun 2003
terdapat kenaikan 0,13. Demikian pula segi kesehatan. Masih banyak yang perlu
mendapatkan perhatian, khususnya angka kematian ibu dan anak dan kesakitan
malaria masih relatif tingginya.
4. Lemahnya posisi sumber daya alam.
5. Lemahnya posisi sumber daya manusia didalam pedesaan.
6. Kurangnya penguasaan teknologi yang menyebabkan masyarakat pedesaan
sukar mendapatkan informasi.
7. Lemahnya infrastruktur dan lemahnya aspek kelembagaan didalam
pedesaan.
8. Sulit untuk mendapatkan pekerjaan.
9. Kurangnya pengetahuan sosial sehingga mudah ditipu oleh masyarakat kota.
10. Konflik/pertengkaran yang biasanya berkisar dari masalah sehari-hari/rumah
tangga.
11. Kontroversi yang disebabkan dari perubahan konsep adat istiadat dan
kebudayaan.
12. Kompetisi dan persaingan yang negatif bila menunjukan sifat iri.

E. MASYARAKAT PERKOTAAN
a. Ciri-ciri Masyarakat Kota
Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat perkotaan, yaitu :

1. Kehidupan keagamaannya berkurang, kadangkala tidak terlalu dipikirkan


karena memang kehidupan yang cenderung kearah keduniaan saja.
2. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus
berdantung pada orang lain (Individualisme).
3. Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan
mempunyai batas-batas yang nyata.
4. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih
banyak diperoleh warga kota.
5. Jalan kehidupan yang cepat dikota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor
waktu bagi warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat
penting, intuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
6. Perubahan-perubahan tampak nyata dikota-kota, sebab kota-kota biasanya
terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar.
b. Sumber Daya yang Ada di Perkotaan dalam Upaya Kesehatan Ibu dan Anak
1. Puskesmas
Seperti halnya di desa, di kota juga terdapat puskesmas, akan tetapi untuk
mekanisme pengobatan masyarakat lebih banyak pergi ke rumah sakit. Pembinaan
pembangunan kesehatan dengan adanya puskesmas yang memiliki tenaga dokter
yang didukung tenaga keperawatan/bidan, non medis lainnya sesuai standar,
sarana dan biaya operasional yang memadai, sehingga puskesmas mampu
melaksanakan pelayanan obstretrik dan neonatal emergensi dasar (PONED) dan
diperlukan potensi peningkatan pengetahuan tenaga medis.
2. Rumah Sakit
Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan rumah sakit antara lain
dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan
jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasio terhadap jumlah penduduk.
Semua RS kabupaten/kota mampu melaksanakan pelayanan Obstretrik Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK), sehingga kemauan kemampuan dan
kesadaran penduduk dalam upaya kesehatan ibu dan anak dapat diwujudkan.
Setiap daerah dapat memanfaatkan sumber daya yang ada, dari APBD, termasuk
lembaga donor internasional.
3. Klinik Bersalin
Merupakan suatu institusi professional yang menangani proses persalinan dan
pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, bidan dan tenaga kesehatan
lainnya. Klinik bersalin biasanya lebih banyak terdapat di daerah perkotaan.

4. Sarana produksi dan distribusi sedian dan alat kesehatan


Salah satu factor penting untuk menggambarkan ketersediaan sarana pelayanan
kesehatan adalan jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat
kesehatan.
v Sarana Tenaga Kesehatan
1. Dokter Kandungan
2. Bidan
3. Apoteker
4. Perawat
5. Ahli Gizi
6. Tenaga Kesehata Masyarakat

Sumber Dana Kesehatan


Wujud lain partisipasi masyarakat adalah dalam bentuk pembiayaan kesehatan
seperti dana sehat, asuransi kesehatan, jaminan pemeliharaan kesehatan
masyarakat, dan berbagai bentuk asuransi dibidang kesehatan. Secara umum
jenis-jenis partisipasi pemberdayaan kesehatan masyarakat adalah sebagai
berikut:
1) Berbagai bentuk dana sehat seperti dana sehat pola PKMD (Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Desa), dana sehat pola UKS (Upaya Kesehatana Sekolah),
dana sehat pondok pasantren, dana sehat pola KUD (Koperasi Unit Desa), dana
sehat yang dikembangkan oleh LSM, dan dana sehat organisasi/kelompok lainnya
(Supir angkot, tukang becak dan lain-lain).
2) Asuransi kesehatan oleh PT Asuransi Kesehatan Indonesia, dengan sasaran
para pengawai negeri sipil, pensiunan, dan sebagaian karyawan swasta atau
pengawai pabrik.
3) Jaminan sosial tenaga kerja (termasuk pemiliharaan kesehatan) khusunya bagi
para pekerja Perusahaan swasta.
4) Asuransi kesehatan swasta atau badan penyelenggara Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat (Bapel JPKM), seperti asuransi kesehatan yang dikelola
PT tugu mandiri, PT Bintang Jasa, dan lain-lain.

c. Masalah-masalah Masyarakat Perkotaan


Masyarakat perkotaan sering disebut juga urban community. Pengertian
masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupannya serta ciri-ciri
kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Ada beberapa ciri yang
menonjol pada masyarakat kota, yaitu:
1. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan
keagamaan di desa.
2. Orang-orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus
bergantung pada orang lain.
3. Pembagian kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai
batas-batas yang nyata.
4. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak
diperoleh warga kota daripada warga desa.
5. Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan.
6. Jalan kehidupan yang cepat dikota-kota, mengakibatka pentingnya factor waktu
bagi warga kota.
7. Perubahan-perubahan social tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota-kota
biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar.

Masalah-masalah yang ada di perkotaan:


1. Banjir.
Penyebab banjir di DKI Jakarta, secara umum terjadi karena dua faktor utama
yakni faktor alam dan faktor manusia. Penyebab banjir dari faktor alam antara
lain karena lebih dari 40% kawasan di DKI Jakarta berada di bawah muka air laut
pasang. Sehingga Jakarta Utara akan menjadi sangat rentan terhadap banjir saat
ini. Berbagai faktor penyebab memburuknya kondisi banjir Jakarta saat itu ialah
pertumbuhan permukiman yang tak terkendali disepanjang bantaran sungai,
sedimentasi berat serta tidak berfungsinya kanal-kanal dan sistem drainase yang
memadai. Kondisi ini diperparah oleh kecilnya kapasitas tampung sungai saat ini
dibanding limpasan (debit) air yang masuk ke Jakarta. Kapasitas sungai dan
saluran makro ini disebabkan karena konversi badan air untuk perumahan,
sedimentasi dan pembuangan sampah secara sembarangan.
2. Urbanisasi
Berdasarkan survei penduduk antar sensus (Supas) 1995, tingkat urbanisasi di
Indonesia padatahun 1995 adalah 35,91 persen yang berarti bahwa 35,91 persen
penduduk Indonesia tinggal didaerah perkotaan. Tingkat ini telah meningkat dari
sekitar 22,4 persen pada tahun 1980 yanglalu. Sebaliknya proporsi penduduk yang
tinggal di daerah pedesaan menurun dari 77,6 persen pada tahun 1980 menjadi
64,09 persen pada tahun 1995.Meningkatnya kepadatan penduduk perkotaan
membawa dampak yang sangat besar kepadatingkat kenyamanan yang tinggi.
Kota seperti Jakarta misalnya tidak dirancang untuk melayanimobilitas penduduk
lebih dari 10 juta orang. Dengan jumlah penduduk lebih dari 8 juta penduduk saat
ini, ditambah dengan 4-6 juta penduduk yang melaju dari berbagai kota sekitar
Jakarta, menjadikan Jakarta sangatlah sesak.
3. Kriminalitas
Kejahatan atau kriminalitas di kota-kota besar sudah menjadi permasalahan sosial
yang membuat semua warga yang tinggal atau menetap menjadi resah, karena
tingkat kriminalitas yang terus meningkat setiap tahunnya.faktor penyebab
Tingkat pengangguran yang tinggi , Kurangnya lapangan pekerjaan membuat
tingkat kriminal juga meningkat karena kurangnya lapangan pekerjaan
danKemiskinan yang dialami oleh rakyat kecil kadang membuat mereka berfikir
untuk melakukan tindakan kriminalitas.

You might also like