Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
setempat atau luka yang diakibatkan oleh tekanan dari luar yang berlebihan, dan pada
umumnya terjadi pada pasien yang menderita penyakit kronik yang sering berbaring
Pasien dengan tirah baring dalam jangka waktu yang lama mempunyai risiko
gangguan integritas kulit akibat tekanan yang lama, iritasi kulit, atau imobilisasi
(bedrest) yang akhirnya berdampak pada timbulnya luka dekubitus (Sumara, 2015).
manajemen nyeri diprioritaskan pada saat melakukan perawatan luka ulkus dekubitus
sebagai sarana terapi yang banyak membantu untuk mengatasi nyeri baik
akut maupun kronis. Dari sekian banyak modalitas terapi fisik yang ada, terapi
infra merah merupakan modalitas yang paling sering dipergunakan, bahkan dikerjakan
modalitas yang paling efektif dan telah umum digunakan untuk menghilangkan
atau sekitar 8,50 juta kasus. Prevalensi luka dekubitus bervariasi 5-11% terjadi di
tatanan perawatan akut (acute care), 15-25% di tatanan perawatan jangka panjang (long
term care), dan 7-12% di tatanan perawatan rumah (home health care) (WHO, 2022).
Data dari Departemen Kesehatan RI, insiden dekubitus di Indonesia sebesar 8,2
per 1000 penduduk. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 0,7% dibandingkan
dengan 5 tahun sebelumnya. Prevalensi tertinggi ditemukan di Jawa Timur (12,8%) dan
ditemukan 28 kasus dekubitus (Profil UPTD Puskesmas Omben, 2022). Derajat ulkus
dekubitus yang tercantum di rekam medik paling banyak masing-masing terjadi pada 3
pasien (33.3%).
beresiko tinggi mengalami dekubitus. Hal ini terjadi karena faktor terbesar yang
terjadinya iskemia (Nursalam, 2014 dalam Bagaswara Dwi Saputra, 2019). Iskemia
menyebabkan sel mati, nekrosis dan ulkus. Imobilisasi yang lama akan menyebabkan
terjadinya dekubitus jika salah satu bagian tubuh berada pada suatu gradien (titik
perbedaan antara dua tekanan). Pada seseorang yang mengalami ulkus dekubitus dapat
Dalam sebuah thesis yang dilakukan oleh Juan (2013) berjudul Efek Infra Merah
infra merah dapat meningkatkan ambang rangsang nyeri pada subyek sehat. 2.
Pemberian infra merah dapat meningkatkan ambang rangsang nyeri sisi kontralateral
pada subyek sehat. 3 Efek infra merah dapat bertahan sampai 15 menit setelah
merah, pada sisi yang di sinar maupun kontra lateral menyimpulkan bahwa Inframerah
dapat meningkatan ambang rangsang nyeri pada tempat pemberian infra merah dan sisi
kontralateral serta dapat bertahan sampai 15 menit setelah pemberian infra merah.
penurunan skala nyeri perawatan luka ulkus dekubitus pada pasien imobilitas.
penurunan skala nyeri perawatan luka ulkus dekubitus pada pasien imobilitas di wilayah
penurunan skala nyeri perawatan luka ulkus dekubitus pada Pasien Imobilitas di
penurunan skala nyeri perawatan luka ulkus dekubitus pada Pasien Imobilitas di
1.4 Manfaat
1.4.1 Teoritis
pengaruh fisioterapi modalitas infra merah terhadap penurunan skala nyeri perawatan
luka ulkus dekubitus pada Pasien Imobilitas yang mengalami ketidak efektifan bersihan
jalan nafas.
1.4.2 Praktis
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Dekubitus adalah kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit,
bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu
area secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat
(Pranarka K, 2015).
Ulkus dekubitus adalah kerusakan jaringan setempat pada kulit dan/atau jaringan
dibawahnya akibat tekanan, atau kombinasi antara tekanan dengan pergeseran (Shear),
pada bagian tubuh (Tulang) yang menonjol.5,6,7 Ulkus dekubitus menandakan telah
terjadi nekrosis jaringan lokal, sering terjadi pada bagian tubuh yang menonjol,
misalnya sakrum, tuberositas iskialgia, trokanter, tumit. Ulkus dekubitus sering disebut
sebagai ischemic ulcer, Pressure Ulcer, Pressure sore, bed sore, decubital ulcer (Setia
MDM, 2016).
2.1.2 Epidemiologi
terjadi dalam dua minggu pertama perawatan. Prevalensi ulkus decubitus stadium II
atau lebih pada pasien rawat akut di rumah sakit berkisar antara 3 sampai 11 persen,
dengan insidensi selama perawatan di rumah sakit antara 1-3 persen. Pada pasien yang
diperkirakan harus berbaring atau duduk selama paling tidak 1 minggu, prevalensi ulkus
stadium II atau lebih meningkat hingga 28 persen, dengan insidensi selama perawatan
berkisar antara ,7 dan 29,5 persen. Ulkus dekubitus umumnya terjadi pada 2 minggu
pertama perawatan di rumah sakit, dan pada pasien yang mengalami ulkus, 54
persennya timbul setelah masuk rumah sakit. Prevalensi ulkus dekubitus pada lanjut
usia yang dirawat di panti werdha dilaporkan sama dengan yang ada di rumah sakit
(Pranarka K, 2015).
2.1.3 Patofisiologi
(1) Tekanan
akan tetap utuh karena sirkulasi darah terjaga, bila tekanan padanya masih
berkisar pada batas-batas tersebut. Tetapi sebagai contoh bila seorang penderita
immobil terpancang pada tempat tidurnya secara pasif dan berbaring di atas
kasur busa biasa maka tekanan daerah sakrum akan mencapai 60-70 mmHg,
daerah tumit mencapai 30-45 mmHg. Tekanan ini akan menimbulkan daerah
iskemik dan bila berlanjut terjadi nekrosis jaringan kulit. Substansia H yang
seperti kalium, adenosine dipospat (ADP), hydrogen dan asam laktat, yang
diduga sebagai faktor penyebab dilatasi pembuluh darah (Setia MDM, 2016).
Trauma akibat tekanan umumnya dimulai pada jaringan yang lebih dalam dan
tidur, sehingga seakan-akan kulit tertinggal dari area tubuh lainnya. Pada
dasarnya, sulit untuk menciptakan suatu tekanan tanpa disertai dengan adanya
faktor shearing baik disertai kompresi maupun tanpa kompresi (Pryde JA, 2013).
tubuh meluncur ke bawah, apalagi keadaan tubuh basah (Setia MDM, 2016).
Gesekan yang terjadi antara kulit dan permukaan lain dapat menyebabkan
hilangnya lapisan startum korneum namun masih dalam batas normal. Bila
(4) Kelembaban
Ini merupakan faktor ekstrinsik yang penting. Salah satu contoh kelembaban
ekstrinsik dapat berasal dari keringat, urin, feses yang dapat menyebabkan
terjadinya maserasi pada permukaan kulit. Kulit yang sudah maserasi akan
yang berlebihan pada permukaan kulit juga akan melemahkan penghalang kulit
dan membuatnya lebih rentan terhadap tekanan, shearing dan gesekan. Hal inilah
yang menjadi faktor utama untuk terjadinya ulserasi (Pryde JA, 2013).
2.1.4 Predileksi
predileksi yang sering terjadi ulkus dekubitus adalah sakrum, koksigeal, tuberositas
ischialgia dan trokanter mayor. Sakrum merupakan daerah tersering terjadi ulkus
(3) Posisi Lateral: trokanter mayor, os zigomatikum, kostae lateral dan maleolus
lateralis
(4) Posisi duduk: tuberositas iskialgia, os oksipital, tumit (Setia MDM, 2016).
yaitu:
paraplegia, tetraplegia.
benzodiazepine
- Nyeri hebat
(2) Faktor Resiko Sekunder
toleransi jaringan.
obat antihipertensi
- Mikroangiopati diabetic
- Hipotensi, Bradikardi
- Syok hipovolemik
- Demam 38oC
- Hipermetabolisme
- Infeksi, sitokemia
- Proses menua pada kulit: tipis, atrofi, dengan sedikit sel-sel imun
- Higiene kulit buruk
- Kulit menjadi halus mudah maserasi pada inkontinensia urin dan alvi
luka.
2.1.6 Faktor resiko ulkus dekubitus dapat pula dibagi menjadi faktor intrinsik dan
ekstrinsik.
Faktor intrinsik adalah semua faktor yang yang berasal dari kelainan pada pasien
sikap tertentu posisi duduk salah dan perubahan posisi kurang (Qaseem. A et all, 2015).
Pada keadaan ini kulit masih dalam keadaan utuh namun disertai dengan
ulkus dekubitus yang mulai terbuka dengan dasar yang dangkal dan
pinggiran luka dapat berwarna merah atau merah muda. Keadaan lain dapat
subkutan atau nekrotik yang mungkin akan melebar kebawah tapi tidak
melewati fascia yang berada di bawahnya. Luka secara klinis terlihat seperti
tidak memiliki jaringan subkutan dan bila terbentuknya ulkus atau ulserasi
luka yang lebih dalam namun tulang atau tendon tidak terlihat atau tidak
derajat IV ini tulang atau tendon dapat terlihat atau langsung teraba.
(5) Unstageable
Pada klasifikasi ini ditemukan hilangnya seluruh jaringan yang mana dasar
ulkus ditutupi oleh slough (kuning, cokelat, abu-abu, hijau atau coklat) dan /
atau eschar atau jaringan nekrotik (cokelat, cokelat atau hitam) di sekitar
sloughd dan eschar yang sehingga tidak dapat menilai bagaimana dasar luka
Pada daerah sekitar luka dapat ditemukan adanya perubahan warna berupa
ungu atau merah marun dari kulit yang utuh dikarenakan adanya kerusakan
menjadi 3 bagian:
Beda temperatur ± 2,5 ˚C antara dareah ulkus dengan kulit sekitar akan
iskemia jaringan setempat akibat tekanan namun pembuluh dan aliran darah
masih baik.
(2) Tipe arteriosklerotik
Terjadi pada penderita yang akan meninggal dan tidak akan sembuh
2.1.9 Diagnosis
terutama sehubungan untuk mencari faktor faktor resiko (primer dan skunder) misalnya
lama terjadi imobilisasi, komorbid penyakit (DM, stroke , penyakit pembuluh darah
perifer, penurunan fungsi perifer, penurunan fungsi kognitif) dan riwayat ulkus
decubitus sebelumnya. Pemeriksaan fisik pada kulit dilakukan dengan teliti, terutama
pada daerah predileksi (bagian yang menonjol) terjadi decubitus (sacrum, tumit, belikat,
siku).Inspeksi pada kulit melihat adanya daerah yang eritem/lesi, luka lecet, luka dalam.
Serta mengetahui cadangan fisiologi yang masih ada pada pasien usia lanjut dengan
tingkat mobilitas (memeriksa Activity of Daily Living/ ADL Barthel), status kognitif
Scale/GDS). Pemeriksaan status fungsional sebelum sakit, saat sakit, selama perawatan
dilakukan untuk evaluasi mencapai target keberhasilan mobilisasi jangka pendek,
(2) Lika kronik tipe yang lain (ulkus diabetes, ulkus venous)
(4) Ulkus decubitus yang terjadi bukan pada tempat predileksi, misalnya
memiliki definisi fungsional parameter yang diterapkan. Skala Norton yang telah
- Diabetes
- Hipertensi
2013).
(2) Skala Waterlow
Skala Waterlow dirancang oleh Judy Waterlow pada tahun 1987. Skala
kompleks.
Skala penilaian resiko ini telah dirancang oleh Bergstrom pada tahun
1987.Skala Barden ini adalah alat skoring yang sistem penilaiannya berbeda
2.1.12 Pencegahan
meliputi pengkajian faktor resiko, perawatan kulit dan terapi awal ulkus decubitus,
pasien dengan ulkus dekubitus.Faktor nutrisi dan hidrasi secara khusus harus
yang positif. Kebutuhan akan mineral dan vitamin juga harus diperhatikan.
- Ultrasound Diatermi
Parameter terapi yang telah dibuktikan efektif untuk aplikasi ini adalah
mengaplikasikan gel transmisi pada kulit yang intak disekitar luka dan
hanya menterapi daerah ini, atau luka dapat diterapi langsung dengan
pada May 2005 hal ini telah di anjurkan untuk penggunaan pada
untuk tujuan terapi diletakan pada atau sekitar luka. Arus monofasik
diatas atau dekt dengan luka dipilih selektif sesuai dengan tipe sel yang
- Laser
menyangkut penggunaan dari laser dengan dosis rendah dan terapi sinar
pada manusia dan binatang. Area ini didasarkan pada penelitian oleh
laser merah atau cahaya infra red dengan densitas energy diantara 5-
2.1.14 Komplikasi
Komplikasi yang paling serius akibat ulkus dekubitus adalah sepsis.Bila ulkus
60%.Bakteremia transien juga dapat timbul setelah debridemen dilakukan, dan ini harus
mendapat perhatian dari petugas kesehatan yang merawat pasien dengan ulkus
(1) Infeksi, sering bersifat multibakterial baik yang aerobic ataupun aneorobik
(3) Septicemia
(4) Anemia
(5) Hipoalbuminemia
Komplikasi tersering yang terjadi pada pasien dengan ulkus dekubitus adalah
terjadinya infeksi pada daerah luka yang diakibatkan karena perawatan luka yang tidak
infeksi. Tanda-tanda suatu luka menggambarkan suatu keadaan infeksi adalah sebagai
berikut:
(1) Bau
Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat individual
yang tidak dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat memenuhi seluruh pikiran
seseorang, mengubah kehidupan orang tersebut. Akan tetapi, nyeri adalah konsep yang
perilaku bekelanjutan dan memotivasi setiap orang untuk menghentikan rasa tersebut
Nyeri yang berlangsung lebih dari 6 bulan, baik sumber nyeri itu diketahui
atau tidak. Nyeri kronis ditandai dengan mudah tersinggung (sering disertai
kerabat dan keluarga, disertai dengan peningkatan perasaan tidak bisa dan
Suzanne, 2001).
meringankan nyeri.
klien.
Digunakan untuk pasien dewasa dan anak-anak (> 3 tahun) yang tidak dapat
menjelaskan intensitas nyeri yang dirasakan. Skala ini berguna pada pasien
kebingungan atau pada pasien yang tidak mengerti dengan bahasa lokal
setempat.
1 - 3 : nyeri ringan
4 - 6 : nyeri sedang
7 – 10 : nyeri berat
Visual analog scale (VAS) adalah cara yang paling banyak digunakan untuk
menilai nyeri. Skala linier ini menggambarkan secara visual gradasi tingkat
nyeri yang mungkin dialami seorang pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai
garis sepanjang 10 cm. Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka
atau pernyataan deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri,
sedangkan ujung yang lain mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin
terjadi. Skala dapat dibuat vertikal atau horizontal. VAS juga dapat
anak >8 tahun dan dewasa. Manfaat utama VAS adalah penggunaannya
sangat mudah dan sederhana. Namun, untuk periode pasca bedah, VAS tidak
2.3.1 Definisi
2.3.2 Indikasi
(3) Edema
(3) Perdarahan
inflamasi, mengurangi kejang otot lokal, mendorong reabsorpsi edema dan mungkin
meningkatkan perbaikan jaringan dengan cara stimulasi metabolic (Stuard Porter, 2013).
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, yang
Penelitian studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang dipelajari
nyeri berhubungan dengan perawatan luka ulkus dekubitus. Dengan kriteria inkulsi
sebagai berikut : pasien yang telah dirawat minimal 3 hari, bisa berkomunikasi dengan
baik, pasien tidak dalam kondisi gawat, tingkat kesadaran komposmentis, dan bersedia
menjadi responden.
4.1 Hasil
4.1.1 Pengkajian Klien 1
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama :.........................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
.............................................................................................
2. Riwayat Penyakit Sekarang :............................................................................
.........................................................................................................................
............................................................................................................................
.........................................................................................................................
..........................................................................................................................
5. Genogram:
C. Pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Gordon (11 Pola)
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit :
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
Selama sakit :
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit :
..........................................................................................................................
............................................................................................................................
Selama sakit :
............................................................................................................................
..........................................................................................................................
4. Aktivitas dan Latihan
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Kemampuan makan/minum
Kemampuan toileting
Kemampuan Mandi
Kemampuan berpindah
Kemampuan berpakaian
Ket. : 0 = Mandiri
1 = Menggunakan alat bantu
2 = Dibantu orang lain
3 = Dibantu orang lain dan alat
4 = Tergantung Total
5. Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit :
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
Selama sakit :
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
6. Sensori, Persepsi dan Kognitif
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
7. Konsep diri
a. Identitas Diri :
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
Gambaran Diri :
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
b. Ideal Diri :
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
c. Harga Diri :
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
d. Peran Diri :
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
.........................................................................................................
8. Sexual dan Reproduksi
Sebelum sakit :
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
Selama sakit :
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
9. Pola Peran Hubungan
Sebelum sakit :
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
Selama sakit :
............................................................................................................................
...........................................................................................................................
10. Manajemen Koping Stress
Sebelum Sakit :
............................................................................................................................
...........................................................................................................................
Selama sakit :
...........................................................................................................................
..........................................................................................................................
11. Sistem Nilai dan Keyakinan
Sebelum sakit :
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
Selama sakit :
..........................................................................................................................
.........................................................................................................................
D. Pemeriksaan Fisik
1 Tingkat Kesadaran : .................................................................
2 TTV :S: °C N : X/mnt TD : mmHg
RR : X/mnt
3 Kepala : .................................................................
8 Abdomen
Inspeksi : ......................................................................................
.......................................................................................
Auskultasi : ......................................................................................
.......................................................................................
Palpasi : ......................................................................................
.......................................................................................
Perkusi : ......................................................................................
.......................................................................................
9 Genetalia : ................................................................
10 Ekstremitas : .................................................................
11 Kulit : .................................................................
E. Pemeriksaan Penunjang
...................................................................................................................
...................................................................................................................
F. Therapy
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
..................................................................................................................
G. Analisa Data
Data Masalah Penyebab
DS:
DO:
Pada bab ini dituliskan hasil dari penerapan intervensi yang telah dilakukan. Memuat ulasan dan solusi dengan alasan-alasan ilmiah
berdasarkan teori pada text book atau artikel jurnal ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan minimal 5 judul artikel ilmiah yang
berkaitan dengan judul KIK yang dipilih. Ulasan berorientasi pada problem solving dengan argumentasi ilmiah/logis. Pembahasan
terkait intervensi yang telah diterapkan pada asuhan keperawatan yang disertai dasar teori dan penelitian terdahulu. Penulis
mempertahankan argumentasi diperbolehkan mengutip sumber-sumber referensi yang relevan. Tidak dianjurkan tanpa memberikan
klarifikasi ilmiah.
BAB 5
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan merupakan inti/sintesis dari pembahasan, yang sekurang-kurangnya sesuai dengan jumlah sub bab pada pembahasan
mengacu pada kasus dan temuan pembahasan. Penulisan dalam bentuk operasional.
1) Penatalaksanaan fisioterapi dengan metode Core Strengthening Exercise dan Motor Re-learning Programme (MRP) pada kasus
CVD SI memiliki hasil yang signifikan terhadap peningkatan keseimbangan dinamis dan statis
2) Peningkatan frekuensi terapi dapat meningkatkan angka keberhasilan dalam penatalaksanaan fisioterapi….. yang dilakukan
5.2 Saran
Saran merupakan implikasi hasil penelitian terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan penggunaan praktis. Sekurang-
kurangnya memberi saran bagi peneliti selanjutnya, sebagai hasil hasil pemikiran penelitian atas keterbatasan penelitian yang
dilakukan. Saran diharapkan spesifik mengacu pada hasil penelitian dan operasional dalam pelaksanaannya (kapan, siapa, dan
dimana)
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1
Tabel Theoritical Mapping (contoh)
Metode Penelitian
Judul, Author. Negara
NO. Tujuan Penelitian (Desain (D), Sample (S), Variabel Hasil
Tahun (jenis jurnal)
(V), Instrumen (I), Analisis (A))
1 Self Care Penderita Indonesia mengetahui self care D : Crossectional Hasil analisis statistik menggunakan uji
Tb Dalam penderita TB dalam S : Penderita TB dengan BTA(+) dan Chi Square menunjukkan nilai
Mengurangi Resiko (Nasional) mengurangi resiko SUSP, Penderita TB yang bisa (ρ=0,001) dengan demikian nilai ρ lebih
Penularan penularan. membaca didapat sebanyak 60 kecil dari (ɑ =0,05) (ρ<ɑ). Maka Ha
Penyakit Di sampel. diterima dan Ho ditolak yang berarti ada
Puskesmas V : self care Penderita Tb Dalam pengaruh antara self care penderita TB
Barabaraya Mengurangi Resiko Penularan. dengan resiko penularan di Puskesmas
Makassar I : wawancara dan kuesioner Barabaraya. Kesimpulan
A : UjiChi Square penelitian ini yaitu self care pada
Meiharti Priyatna penderita TB paru di puskesmas
Dewi, Barabaraya Kota Makassar mayoritas
Suarnianti,dan tergolong kurang.
Syaifuddin Zaenal
(2020)
2 Knowledge, Family Indonesia menganalisis D : crossectional Analisis data menggunakan uji
And Social hubungan antara S : Populasi dalam penelitian ini Spearman’s rho dengan nilai
Support, Self (Internasional pengetahuan, sebanyak 77 orang dan diperoleh signifikansi α≤0.05. Ada hubungan
Efficacy And Self ) dukungan keluarga 65 responden dengan teknik yang signifikan antara pengetahuan
Care Behaviour In dan dukungan sosial purposive sampling. (p=0,003) dan dukungan keluarga
Pulmonary dengan self efficacy V : Knowledge, Family And Social (p=0,000) dengan self-efficacy. Tidak
Tuberculosis dan self care Support, Self Efficacy And Self ada korelasi antara dukungan sosial
Patients behaviour pada Care Behaviour (p=0,106) dengan self-efficacy. Ada
pasien dengan I : kuesioner pengetahuan, hubungan antara pengetahuan (p=0,048)
Titin Sukartini, tuberculosis paru. dukungan keluarga, dukungan dukungan keluarga (p=0,036) dan
Navisa Khoirunisa, sosial, self efficacy dan self care dukungan sosial (p=0,022) dengan self-
dan Laily Hidayati A : Uji Spearman’s rho care behaviour. Ada hubungan antara
pengetahuan dan dukungan keluarga
(2019) dengan self-efficacy, sedangkan
dukungan sosial tidak memiliki
hubungan. Ada hubungan antara
ISSN : 1907-6637 pengetahuan, dukungan keluarga dan
eISSN : 2579-9320 dukungan sosial dengan self-care
behaviour.
3 Hubungan Strategi Indonesia mengetahui D : cross-sectional Hasil menunjukkan bahwa ada
Koping Dengan hubungan antara S : Jumlah sampel penelitian ini hubungan positif yang signifikan antara
Self Efficacy Dan (Nasional) strategi koping sebanyak 105 responden yang strategi koping dengan self efficacy
Self Care Pada dengan self efficacy memenuhi kriteria inklusi. (p=0,015), ada hubungan strategi
Pasien dan self care. V : strategi koping, self efficacy dan koping dengan self care (p=0,018).
Tuberkulosis Paru self care
I : kuesioner
Firda Dwi Yuliana, A : Spearman Rho.
Makhfudli,dan
Tiyas
Kusumaningrum
(2019)
4 Investigating the Iran The aim of the D : correlational study The result, rating was performed by
Relationship present study was to S : conducted on 144 smear-positive dividing the patients’ scores of the self-
between (Internasional investigate the pulmonary tuberculosis patients, care behavior dimensions into three
Components of ) relationship between selected from 45 healthcare groups of poor, moderate, and good
Pender’s Health the components of centers of Mashhad in 2015 using levels. Accordingly, 43.7% (n=62) and
Promotion Model Pender’s Health purposive sampling method 39.4% (n=56) of the participants
and Self-care Promotion Model V : Components of Pender’s Health obtained good and moderate knowledge
Behaviors among and self-care Promotion Model, Self-Care scores, respectively. Considering the
Patients with behaviors among the Behavior attitude scores, 59% (n=85) and 32.7%
Smear-positive smear-positive I : Self-Care Behavior (n=47) of the patients had good and
Pulmonary pulmonary Questionnaire, Components of moderate attitude levels, respectively. In
Tuberculosis tuberculosis patients Pender’s Health Promotion terms of the scores of the Behavior
in Mashhad. Model, and Behavior Observation Observation Checklist, 43.1%, 31.2%,
Masoud zare, Checklist and 13.7% of the patients were at
Zakieh Asadi, A : The data were analyzed using moderate, good, and poor levels,
Mohammad Spearman’s rank-order respectively. In total, the majority of the
Vahedian participants (45.3%, n=63) had a
Shahroodi, moderate level of self-care behavior.
Hamidreza Furthermore, 41% and 13.7% of the
Bahrami –aghanaki patients were at good and poor levels in
(2016) this regard, respectively. However, there
was a correlation between the level of
Evidence Based total self-care behavior and the
Care Journal, 6 (4): components of Pender’s HPM
7-7 (P<0.001).
The results also demonstrated a strong
Evidence Based and direct correlation between the total
Care Journal 2017 score of self-care behavior and
06:07 originally Pender’s HPM. In other words,
published online 01 increased amount of total self-care
January 2017 behavior in individuals could lead to
DOI: higher scores of HPM.
10.22038/ebcj.2016
.7983
Online ISSN:
2008-370X
5 The Effects of Iran The aim of study was D : quasi-experimental Findings mean age of the subjects was
Health Belief (Internasional to determine the S : 160 smear-positive pulmonary TB 55.2 years and treatment duration was
Model(HBM) ) efficacy of the HBM patients were randomly selected 32 days. 53.8% were females, illiterate
based on Health on the promotion of in Sistan region by stratified (76.9%), residents of rural areas
Education and food self-care behaviors sampling. They were divided into (76.9%) and 21.2% of them had a
advised on the in patients with two groups of 80 control subjects family history of TB. 83.7% of them had
Promotion of Self- smear-positive and 80 cases. In sampling, 3 been previously trained about TB.
care Behaviors in pulmonary TB. towns of the region (Zabol, Paired T-test indicated a significant
Tuberculosis Hirmand and Zahak) were each difference on the promotion of the
patients considered as a unique class. model construct, knowledge and self-
V : Health Belief Model(HBM), care behaviors in the test group after
Azadeh Heydari, Health Education and food intervention (P<0,001) and T-test
Khoushabi advised, and the Promotion of showed a significant difference between
Fahimeh Self-care Behaviors groups (P<0.05) in all the constructs,
Mohammad Reza I : comprises of the HBM and a two- knowledge and self-care behaviors with
Shadan, Ali Miri part questionnaire designated the exception of perceived severity and
(2017) accordingly. The first part was self-efficacy after the intervention. The
composed of demographics. The correlation test revealed a positive
second part contained questions correlation between the model construct
Scholars Research regarding the structure of the and knowledge in the test group
Library model, awareness and self-care (p<0.001). Analysis of data showed an
Der Pharmacia behaviors. increase on daily intake of food items
Lettre, 2017, 9 A : paired T-test after intervention in the case group
[5]:60-72 (p<0.05).
ISSN 0975-5071
USACODEN :DPL
EB4
Lampiran 2
Standart Operasional Prosedur (jika ada SOP)
Daftar Pustaka
1. Setia MDM. Ulkus Dekubitus Pada Usia Lanjut Fokus Pada Pencegahan dan
Tatalaksana. In : Abdullah, Abubakar A, Siregar ML, editors. Proceeding the 7th Aceh
Internal Medicine Symposia (AIMS). Banda Aceh: Syiah Kuala University Press; 2016.
P84-94.
2. Pranarka K. Dekubitus. In : Martono HH, Pranarka K, editors. Buku Ajar Boedhi-
Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2015.
P306-18.
3. Jaramillo CA. The Geriatric Patient. In : Braddom RL, Chan L, Harrast MA,
Kowalske
KJ, Matthews DJ, Ragnarsson KT, Stolp KA, editors. Physical Medicine and
Rehabilitation 4th ed. Philadelphia: W.B Saunders Company; 2016. P657.
4. Strax TE, Grabois M, Gonzales P at all, editors. Physical Modalities, Therapeutic
Exercises, Extended Bedrest, and Aging Effect. In: Cuccurullo SJ, Lee J. Physical
Medicine and Rehabilitation Board Review 3rd ed. New York: Demos Medical
Publishing; 2015. p5651.
5. Goldman RJ, Leon JMD, Popescu A. Chronic Wounds. In : Braddom RL, Chan L,
Harrast MA, Kowalske KJ, Matthews DJ, Ragnarsson KT, Stolp KA, editors. Physical
Medicine and Rehabilitation 4th ed. Philadelphia: W.B Saunders Company; 2016. P519-
27.
6. Ho CH, Bogie K. Pressure Ulcers. In : Frontera RW, DeLisa JA, editors. DeLisa’S
Physical Medicine & Rehabilitation Principles And Practice 5th ed Volume I.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2010. P1399-1405.
7. Agrawal K, Chauhan N. Pressure ulcers: Back to the basics. Indian Journal of Plastic
Surgery : Official Publication of the Association of Plastic Surgeons of India.
2012;45(2):244-254.
8. Pryde JA. Inflammation and Tissue Repair. In : Cameron MH. Physical Agents In
Rehabilitation, From Research To Practice 4th ed. Mossouri: Elsevier; 2013. P23-44.
9. Bhattachrya S, Mishra RK. Pressure Ulcers : Current understanding and newer
modalities of treatment. Indian Journal of Plastic Surgery : Official Publication of the
Association of Plastic Surgeons of India. 2015;48(1):1-16.
10. Qaseem A, Mir TP, Starkey M, Denberg TD. Risk Assessment and Prevention of
Pressure Ulcers: A Clinical Practice Guideline From the American College of
Physicians. American College of Physicians: Annals of Internal Medicine.
2015;162(5):359-69.
11. Tulaar ABM, Wahyuni LK, Wirawan RP at all. Editors. Layanan Kedokteran
Fisik dan Rehabilitasi. PB Perdosri 2013 : 153-75.
3.5